ANALISIS BUKU FILSAFAT ILMU Tugas Akhir

ANALISIS BUKU FILSAFAT ILMU
Tugas Akhir Semester I
MATA KULIAH: PENGANTAR FILSAFAT

Dosen :
Prof. Dr. Dr. dr Theodorus Immanuel Setiawan

Oleh :

Afaf Alhawariyah
NIM : 1715135938

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
NON REGULER 2012

Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan nikmatNya
sehingga kita masih dapat terus untuk menuntut ilmu hingga sekarang, dan

analisis buku Filsafat Ilmu ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Analisis buku Filsafat Ilmu ini adalah tugas akhir semester yang diberikan
oleh Dr. Dr. dr. Theodorus Immanuel Setiawan selaku Dosen Pengantar Filsafat
Bimbingan Konseling. Banyak manfaat yang saya rasakan dalam mengerjakan
tugas ini salah satunya adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam
membaca buku dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai filsafat itu
sendiri. Terimakasih kepada Beliau yang telah memberikan tugas ini. Terimakasih
juga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian resume buku
ini terutama kepada teman-teman BK yang telah bekerja sama meminjamkan
bukunya untuk bahan pembanding resume ini.
Saya menyadari analisis buku ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun saya harapkan untuk perbaikan di waktu berikutnya.

Jakarta, 25 Desember 2012

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar …………………………………………………………………

Daftar Isi ………………………………………………………………………
Identitas Buku ………………………………………………………………..
Pendahuluan........................................................................................................
PEMBAHASAN
BAB I

Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
A. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat ………………………
B. Pengertian Filsafat Ilmu …………………………………
C. Tujuan Filsafat Ilmu ………………………………………

BAB II

Sejarah Perkembangan Ilmu
A.
B.
C.
D.

Landasan Ilmu pada Zaman Yunani …………………….

Perkembangan Ilmu Zaman Islam ………………………
Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern…………..
Kemajuan Ilmu Zaman Kontemporer …………………..

BAB III Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran
A.
B.
C.
D.

Definisi dan Jenis Pengetahuan …………………………
Hakikat dan Sumber Pengetahuan ………………………
Ukuran Kebenaran ………………………………………
Klasifikasi dan Hierarki Ilmu ……………………………

BAB IV Dasar- Dasar Ilmu
A. Ontologi ………………………………………………...
B. Epistemologi …………………………………………..
C. Aksiologi …………………………………………….
BAB V Sarana Ilmiah


A.
B.
C.
D.

Bahasa ……………………………………………….
Matematika …………………………………………..
Statistik ………………………………………………..
Logika …………………………………………………

BAB VI Tantangan dan Masa Depan Ilmu
A. Kemajuan Ilmu dan Krisis Keuangan ………………
B. Agama, Ilmu, dan Masa Depan Manusia …………..
Riwayat Hidup.......................................................................................
Penutup ………………………………………………………………..
Daftar Pustaka …………………………………………………………

PENDAHULUAN


Buku Filsafat Ilmu adalah buku yang berisi kajian tentang pengetahuan
yang disusun secara sistematis dan sistemik dalam membangun ilmu pengetahuan.
Prof. Dr. Asmal Bakhtiar, M. A. adalah pengarang dari buku yang memiliki enam
bab ini, enam Bab tersebut terdiri atas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

BAB I RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU
BAB III PENGETAHUANBDAN UKURAN KEBENARAN
BAB IV DASAR-DASAR ILMU
BAB V SARANA ILMIAH
BAB VI TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU

RIWAYAT HIDUP


Prof. Dr. Asmal Bakhtiar, M. A. dilahirarkan pada tanggal 19 Desember
1960, di Padang Panjang, Sumatra Barat. Tugas utamanya adalah dosen tetapdi

Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, ia
juga mengajar di beberapa perguruan tinggi: Universitas Islam Empat Lima
(UNISMA). Al-Akidah dan perguruan tinggi thawalib jakarta.
Riwayat pendidikan mantan aktvis mahasiswa ini dimulai dari Sekolah
Dasar (tamat 1972); melanjutkan Thawalib Padang Panjang (1975); kemudian
melanjutkan ke Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur. Sebelum kuliah, dia
menjadi tenaga da’I di Sumber Agung, Kinali Sumatra Barat selama dua tahun
(1980-1982). Dia lalu melanjutkan ke Fakultas Usuluddin IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (sekarang berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta), hingga meraih Sarjana Muda (tahun1985), Sarjana Lengkap (1987),
Magister Agama (1993), dan terakhir meraih gelar Doktor tahun 1998, sedangkan
pangkat Guru Besar diraihnya pada tahun 2005.
Sekarang ia dipercaya menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang
Administrasi Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sebelumnya ia
menjabat sebagai Dekan Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah
jakarta untuk periode 2002-2006. Sebelum menjadi Dekan, ia menjabat sebagai
Asisten Direktur Pascasarjana UIN syarif hidayatullah jakarta (2000-2002).

Kegiatan informal lain yang diembannya adalah Ketua I Ikatan Alumni UIN
Jakarta dan pernah menjadi Sekretaris Umum Yayasan Syahid UIN Jakarta.
Karya-karya yang sudah diterbitkan adalah: metode tauhid: upaya
menjelaskan alam metafisika (editor) jakarta, pustaka beta, 1989; “epistemologi
aliran mu’tazilah dan asy’ariyah”, dalam ilmu kalam, Jakarta, Antara, 1995;
filsafat ilmu, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004; “Tarekat dan Tasawuf, ed.
Bandung, Pustaka Husna, 2004; “tarekat Qadariyah” dalam tarekat-tarekaat
Mu’tabarah, jakarta: Prenada, 2004; Pergulatan Pemikiran dalam Filsafat Islam:
Perbandingan antara al-Gazali dan Ibn Rusyd; Jakarta: Pustaka Husna, 2005;
“Meneladani Pengorbanan Nabi Ibrahim dalam Rangka Mewujudkan Masyarakat
Madani”, dalam Masyarakat Madani, Bina Cipta Insani, 2000.

IDENTITAS BUKU

Judul Buku
FILSAFAT ILMU
Pengarang
Prof. Dr. Asmal Bakhtiar, M.A
Edisi Revisi
Tebal 266 halaman

Penerbit
Raja Grafindo Persada
JAKARTA
Tahun Penerbitan
2012

PEMBAHASAN

BAB I
Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

A. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat
Pada dasarnya ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material
dan objek formal. Objek material adalah sesuatuu yang dijadikan sasaran
penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.
Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material
tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Objek material filsafat
adalah segala yang ada. Segala yang mencangkup ada yang tampak dan tidak
tampak. Yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan yang tidak tampak
adalah alam metafisika. Objek material filsafat dibagi atas 3 bagian, yaitu

yang ada di dalam alam empiris, yang ada di dalam alam pikiran, dan yang
ada di dalam alam kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah sudut
pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang
merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini
adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang
menyediakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmu
berkembang sesuai dengan spesialisasi masing-masing, sehingga ilmulah
secara praktis membelah gunung dan merambah hutan. Setelah itu, filsafat
kembali ke laut lepas untuk berspekulasi dan melakukan eksplorasi lebih jauh.
(Jujun S. Suriasumantri dalam Filsafat Ilmu).
Filsafat tidak hanya dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi
sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami
spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencangkup keseluruhan,
tetaoi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hokum, dan
filsafat ilmu adalah perkembangan dari perkembangan filsafat yang sudah
menjadi sektoral dan terkotak pada bidang tertentu. Filsafat ilmu yang sedang
dibahas ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tuntutan tersebut karena
filsafat tidak dapat hanya berada pada laut lepas, tetapi diharuskan juga dapat
membimbing ilmu.


Tugas filsafat diantaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri
agar tidak terjadi bentrokan antara berbagai kepentingan. Dalam konteks
inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan
didalami.

B. Pengertian Filsafat Ilmu
1. Filsafat
Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophy, dalam bahasa Yunani
adalah philosophia, yang terdiri dari 2 kata, yaitu : philos (cinta) atau
philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopos (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara
entimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of
wisdom). Orangnya disebut filosif

yang dalam bahasa Arab disebut

failasuf.
Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan
filosof adalah :

1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik
serta lengkap tentang seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta
nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan
yang diajukan oleh barbagai bidang pengetahuan.

Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu melihat apa yang
dikatakan dan untuk mrngatakan apa yang dilihat. Plato mengatakan
bahwa objek filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolute
lewat dialektika. Sementara Aristoteles (tokoh utama filosof klasik)
mengatakan bahwa filsafat menyelidiki sebab dan asas segala terdalam
dari wujud. Karena itu ia menamakan filsafat dengan “teologi”.

Immanuel Kant mengatakan bahwa filsafat itu ilmu dasar segala
pengetahuan yang mencangkup di dalam empat persoalan, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Apakah yang dapat kita ketahui?
Apakah yang boleh kita kerjakan?
Sampai dimanakah pengharapan kita?
Apakah yang dinamakan manusia?

2. Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘alima, ya’lamu, ;ilman, yang
berarti mengerti, memahami, benar-benar. Dalam bahasa Inggris
disebut science, dari bahasa latin disebut scientia (pengetahuan), scire
(mengetahui). Jadi pengertian ilmu yang ad pada kamus Bahasa
Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
pengetahuan itu.
Adapun cirri ilmu menurut terminology yaitu :
1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren,
empiris, sistematis, dapat diykur dan dibuktikan.
2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan
kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu
menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang
sama dan berkaitan secara objek.
3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan
masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat
memuat didalam dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teoriteori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
4. Di pihak lain yang sering berkaitan dengan konsep ilmu adalah
ide bahwa metode-metoode yang berhasil dan hasil-hasil yang
terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencarian
ilmu.

5. Cirri hakiki lainnya dari ilmu adalah metodologi, sabab kaitan
logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan
tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ideide yang terpisah.
6. Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya.
Teori skolatik mengenai ilmu membuat pembeda antara objek
material dan objek formal.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli diantaranya :
1. Mohammad hatta mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hokum kausal dalam suatu golongan masalah
yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar,
maupun menurut bangunan-bangunannya dari dalam.
2. Ashley Montagu, Guru Basar Anthropologi di Gutgers University
menyimpulakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam
satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
3. Afanasyef, seorang penikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu
adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran.
Dari keterangan para ahli tentang ilmu diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai
cirri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal,
objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif.

C. Tujuan Filsafat Ilmu
1. Mendalami unsure-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh kita
dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan keamajuan ilmu
di berbagai bidang sehingga kita mendapat gambaran tentang proses
ilmu kotemporer secara historis.

3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami
studi di perguruan, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah
dan non ilmiah.
4. Mendorong para calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam
mendalami ilmu dan mengembangkannya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu
dan agama tidak ada pertentangan

BAB II
Sejarah Perkembangan Ilmu

A. Landasan Ilmu Pada Zaman Yunani
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam
sejarah peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola
piker manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola piker mitosentris
adalah pola piker masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk
menjelaskan fenoomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa
bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang
menggoyangkan

kepalanya.

Namun

ketika

filsafat

diperkenalkan,

fenomena alam tersebut tidak dianggap lagi sebagai aktifitas dewa, tetapi
aktifitas alam yang terjadi secara kausalitas.
Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam
menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek
penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang
dari rahim filsafat, yang pada akhirnya kita nikati dalam bentuk teknologi.
Karena itu periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin
untuk memasuki peradaban baru umat manusia.
Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM, di Yunani,
Sophia diberi arti kebijaksanaan, Sophia juga berarti kecakapan. Kata
philosofis mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos
(540-500 SM). Sementara orang yamg menyatakan bahwa kata tersebut
mula-mula dipakai oleh Phytagoras (580-500 SM). Namun pendapat yang
lebih tepat adalah pendapat yang menyatakan bahwa Heraklitoslah yang
pertama menggunakan istilah tersebut. Menurutnya, philosopos harus
mempunyai

pengetahuan

luas

sebagai

pengejawatan

dari

pada

kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan pada
masa kaum sofis dan Socrates yang member arti philosophein sebagai
penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan teoretis. Philosipia
adalah hasil dari perbuatan yang disebut Philosophein itu, sedangkan
philosophos adalah orang yang melakukan philosophein.
Orang Yunani pada awalnya sngat percaya dengan dongeng dan
takhayul, tetapi lama kelamaan terutama setelah mereka mampu
membedakan yang riil dengan yang ilusi mereka mampu keluar dari
lingkungan mitologi dan mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah. Inilah
titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus
mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.
Karena manusia selalu berhadapan dengan alam yang begitu luas
dan penuh misteri, timbul rasa ingin mengetahui tentang ala mini. Lalu
timbul pertanyaan dalam pikirannya daromana datangnya ala mini,
bagaimana kejadiannya, bagaimana kemajuannya dan kemana tujuannya.
Pertanyaan inilah yang selalu menjadi pertanyaan filosof Yunani.
Filosof alam yang pertama yang mengkaji tentang asal usul alam
adalah Thales (624-546 SM). Ia digelari bapak filsafat karena dialah orang

yang mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan “apa sebenarnya asal
usul alam semesta ini?” pertanyaan ini sangat mendasar terlepasa apapun
jawabannya.
Setelah Thales munculah Anaximandros (610-540 SM), ia
mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal, tidak
terbattas, dan meliputi segalanya. Dia tidak setuju bahwa unsure utama
alam adalah salah satu unsure-unsur yang ada seperti tanah,dll. Berbeda
lagi, Heraklitos (540-480 SM) melihat alam semesta ini selalu dalam
keadaan berubah, dia berkesimpulan tidak ada satupun yang benar-benar
ada.
Selain itu masih banyak lagi filsuf Yunani yang terkenal, seperti
Parmenides (515-440 SM), ia menegaskan bahwa yang ada itu pastilah
ada, merupakan suatu kebenaran. Berikutnya adalah Phytagoras (580-500
SM), ia menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada satupun yang terlepas
dari bilangan, semuanya dapat diukur.
Pada masa-masa itulah filsafat mengalami kemajuan karena
banyaknya orang-orang yang berfilsuf dan mengemukakan banyak teori
yang berdasar, tepatnya pada ujung zaman Helenisme, yaitu pada ujung
sebelum masehi menjelang Neo Platonisme, filsafat benar-benar
mengalami kemunduran.

B. Perkembangan Ilmu Zaman Islam
Dalam perjalanan ilmu dan jiga filsafat di dunia Islam pada
dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi, dalam arti mendekatkan dan
mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan seringkali ekstren,
antara pandangan filsafat Yunani, seperti filsafat Aritoteles dan Plato,
dengan pandangan keagamaan dalam islam yang seringkali menimbulkan
benturan-benturan.
Selanjutnya ketika berbicara tentang proses penyampaian ilmu dan
filsafat Yunani ke dunia Islam, kita harus melihat sisi lain yang juga
menunjang keberhasilan Islam dalam menemukan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan. Sisi lain itu adalah aktivitas penerjemahan dan
penafsiran buku-buku Yunani di negeri-negeri Arab dimulai jauh dari

sebelum lahirnya agama Islam atau penaklukan Timur Dekat oleh bangsa
Arab pada tahun 641 M. jauh sebelum umat Islam dapat menaklukan
daerah-daerah di Timur Dekat, pada saat itu Suriah merupakan tempat
bertemunya dua kekuasaan dunia, Romawi dan Persia. Atas dasar itu
disebut-sebut memainkan peran pebting dalam menyebarkan kebudayaan
Yunani ke Timur dan Barat. Di kalangan umat Kristen Suriah, terutama
kaum Nestorian, ilmu pengetahuan Yunani dipelajari dan disebarluaskan
melalui sekolah-sekolah mereka. Walaupun tujuan utama sekolah-sekolah
tersebut menyebaeluaskan pengetahuan injil, namun pengetahuan ilmiah
seperti kedokteran, banyak diminati oleh para pelajar. Sayangnya pihak
gereja memandang ilmu kedokteran itu sebagai ilmu sekuler dan dengan
demikian posisinya lebih rendah dibandingakan dengan ilmu pengobatan
spiritual yang merupakan hak istimewa para pendeta.
Pada masa kejayaan umat Islam, khususnya pada masa
pemerintahan dinasti Umayyah dan dinasti Abassiyah, ilmu berkembang
sangat maju dan pesat. Kemajuan ini membawa islam pada masa
keemasannya, dimana pada saat yang sama wilayah-wilayah yang jauh
dari kekuasaan islam masih berada pada masa kegelapan peradaban (dark
age).
Dalam sejarah Islam kita mengenal nama-nam seperti Mansur, al
Maimun, dan Harun Al Rasyid, yang memberikan perhatian teramat besar
bagi perkembangan ilmu di dunia islam. Pada masa pemerintahan al
Mansur proses penerjemahan karya-karya filosof Yunani ke dalam bahasa
Arab berjalan dengan pesat. Pada masa Harun Al Rasyid proses
penerjemahan itu juga masih berlangsung, diterjemahkan pula karya-karya
dalam bidang Astronomi seperti Sidhatta, sebuah risalah India yang
diterjemahkan oleh Muhammad Ibn Ibrahim al Fazari. Perkembangn
berikutnya terjasi pada masa A l Ma’mun (813-833 M), ia telah berjasa
besar dalam mengembangkan ilmu di dunia Islam dengan membangun
Bait al Hikmah, yang terdiri dari sebuah perpustakaan, sebuah
observatium, dan sebuah departemen penerjemahan. Orang terpenting
dalam Al Hikmah adalah Hunain, dia berjasa dalam menerjemahkan bukubuku Plato, Aristoteles, Galenus, Appolonius, dan Archimedes. Selain

tokoh diatas kita juga mengenal Al Kindi, seorang ilmuan yang lebih
sering disebut saintis ketimbang filosofis, yang berminat besar dalam
bidang matematika dan fisika.
Sederetan nama diatas hanyalah sebagian kecil saja dari para
saintis dan juga filosof muslim yang memberi sumbangan tak ternilai
harganya bagi kemajuan ilmu. Selain mereka juga masih banyak terdapat
tokoh-tokoh lainnya.

C. Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern
1. Masa Renaisans
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan
dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman
yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap
keesaan dan supermasi gereja Khatolik Roma, bersamaan dengan
berkembangnya Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan
kesanian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa,
Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan kira-kira pada tahun 1440
masehi dan ditemukannya benua baru oleh Columbus memberikan
dorongan yang lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu.
Pada zaman ini manusia Barat mulai berfikir secara baru, dan
secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja
yang selama ini telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan
kebenaran filsafat dan ilmu. Tokohnya antara lain adalah Nicholas
Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626). Copernicus
adalah seorang tokoh gereja ortodoks, ia menemukan bahwa matahari
berada di pusat jagat raya, dan bumi mamiliki dua macam gerak, teori ini
disebut Heliosentris, dimana matahari adalah pusat jagat raya, buakan
bumi yang sebagaimana dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat
Gereja (teori Geosentris).
Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam
semesta, terutam bidang astronomi. Bacon adalah seorang pemikir yanh
seolah-olah loncat dari masanya dengan melihat perintis filsafat ilmu.
Ungakapan

Bacon

yang

terkenal

adalah

Knowledge

is

Power

(Pengetahuan adalah Kekuasaan), ada 3 contoh yang membuktikan
pernyataan ini :
1. Mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern
2. Kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan
3. Percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu
Keppler juga mengembangkan Astrologi untuk memperoleh uang guna
memelihara perkembangan astronomi. Keppler menemukan 3 hukum
astronomi, yaitu :
1. Orbit dari semua planet berbentuk elips
2. Dalam waktu yang sama garis perhitungan antara planet dan
matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
3. Bila jarak antara kedua planet A dan B ke matahari adalah X dan Y,
sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P
dan Q, maka P+ : Q+ = X+ : Y+
Ketiga

hukum

Keppler

ini

ditemukan

setelah

dilakukan

perhitungan selama 10 tahun tanpa logaritma, karena pada waktu itu
memang belum dikenal logaritma. Ketiga hokum ini masih
dipergunakan sampai sekarang, meskipun terjadi perbaikan disana-sini.
Setelah Keppler munculah Galileo (1546-1642) dengan penemuan
lintas peluru, penemuan hokum pergerakan, dan penemuan tata bulan
planet Jupiter. Lalu ditemukannya logaritma oleh Napier (1550-1617).
Pada masa Desarque (1593-1662) ditemukan projective geometri. Di
samping itu juga terdapat teori aljabar oleh Fermat. Dan Fermat
bersama Pascal menyusun dasar-dasar perhitungan statistic.
2. Masa Modern
Setelah Galileo,

Fermat,

Pascal,

dan

Keppler

berhasil

mengembangkan penemuan mereka dalam ilmu, maka pengetahuan
yang terpencar-pencar itu jatuh ke tangan 2 sarjana, yang dalamilmu
modern memegang peran sangat penting. Mereka adalah Isac Newton
(1643-1727) dan Leibniz (1646-1716). Di tangan dua orang sarjana
inilah sejarah ilmu modern dimulai.
Lahirnya Teori Gravitasi, perhitungan Calculus dan Optika
merupakan karya besar Newton. Kemudian pada masa setelah Newton,
perkembangan ilmu selanjutnya adalah ilmu kimia. Jika pada masa

Newton, ilmu yang berkembang adalah matematika, fisika, dan
astronomi.

Pada

periode

selanjutnya

ilmu

kimia

menjadi

perkembangan ilmu yang sangat menarik.
Joseph Black (1782-1799) dikenal sebagai pelopor pemeriksaan
kualitatif, ia menemukan gas CO2. Ia melakukan pemanasan terhadap
kapur. Sarjana lain yaitu Joseph Prestley (1733-1804) menemukan
Sembilan macam hawa No dan oksigen yang antara lain dapat
dihasilkan oleh tanaman. Oksigen ini dapat menyegarkan hawa yang
tidak dapat lagi menunjang pembakaran. Antonine Laurent Lavoiser
(1743-1794) jadilah sarjana yang meletakan dasar ilmu ilmiah
sebagaimana yang kita kenal sekarang.
Disamping perkembangan ilmu kimia, zaman yang sama
ditemukan bermacam-macam mesin tanpa ada dasar ilmunya,
melainkan atas dasar percobaan, misalnya mesin uap yang kemudian
menjadi kereta api, percobaan-percobaan listrik dan lain-lainnya.
Semua penemuan itu melandasi Revolusi Industri (terutama di
Inggris), tetapi kemudian meluas k eke seluruh benua Eropa.
Percobaan selanjutnya dilakukan oleh J.L. Proust (1754-1826)
mengenai atom. Demikian pula dengan John Dalton (1766-1844) yang
mendapatkan ilham untuk menentukan kesatuan untuk mencari
keterangan tentang perbandingan yang selalu tetap. Sejak Dalton, teori
tentang atom terus dapat dipergunakan dalam lapangan ilmu kimia,
juga oleh Fredrich Wohler (1800-1828) untuk menentukan sintesis urea
pada tahun 1828. Pada sekitar tahun 1985, Henry Becquerel (18521908) bersama Curie dan J.J. Thompson menemukan radium, logam
yang dapat berubah menjadi logam lain, sedangkan Thompson
menemukan electron. Dengan penemuan ini, mulailah ilmu baru dalam
kerangka fisika-kimia, yaitu fisika nuklir, yang pada zaman sekarang
dapat mengubah macam-macam atom.
Secara singkat dapat ditarik sebuah sejarah ringkas ilmu-ilmu yang
lahir pada saat itu. Perkembangan ilmu pada abad ke 18 telah
melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus dan statistika.
Di abad ke 19 lahir semisal pharmakologi, geofisika, gheomorphologi,
palaentologi, arkeologi dan sosiologi. Sementara pada abad ke 20

emengenal ilmu tentang informasi, logika matematika, mekanika
kwantum, fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiology, psikologi, dll.
D. Kemajuan Ilmu Zaman Kotemporer
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa
dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan perobahan pola hidup manusia dari
waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah
perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam
konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan dan ilmu.
Kemajuan ilmu dan tekhnologi dari masa ke masa dalah ibarat
mata rantai yang tidak terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang
ditemukan pada suatu masa menjadi unsure penting bagi penemuanpenemuan lainnya pada masa berikutnya. Demikianlah semuanya saling
terkait. Oleh karena itu melihat perkembangan ilmu zaman kotemporer,
tidak lain adalah megamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut
dari rentetan sejarah ilmu sebelumnya. Kondisi inilah yang kemudian
mengalami percepatan atau bahkan radikalisasi yang tidak jarang berada di
luar dugaan manusia itu sendiri.
Yang dimaksud zaman kotemporer dalam konteks ini adalah era
tahun-tahun terakhir yang kita jalani sampai saat ini. Hal yang
membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman modern dengan zaman
kotemporer adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu
yang dimulai sekitar abad ke-15, sementara zaman kotemporer adalah
memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang
terjadi hingga saat ini.
Beberapa contoh perkembangan ilmu kotemporer :
1. Santri, priyayi, dan abangan : tiga lingkungan yang berbeda yaitu
pedesaan, pasar dan kantor pemerintahan, yang dibarengi dengan latar
belakang sejarah kebudayaan yang berbeda (yang berkaitan dengan
masuknya agama serta peradaban Hindu dan Islam di Jawa) telah
mewujudkan

adanya Abangan

(yang

menekankan

pentingnya

animistic), Santri (yang menekankan aspek-aspek Islam), dan Priyayi
(yang menekankan aspek-aspek Hindu).
2. Teknologi rekayasa genetic (cloning)
3. Teknologi informasi
4. Teori partikel elementer

BAB III
Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran
A. Definisi dan Jenis Pengetahuan
Secara entimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yaitu knowledge. Dalam ensiklopedia filsafat dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Sedangkan secara
terminology menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil
dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah
semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahua merupakan
hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
1. Jenis Pengetahuan
a. Pengetahuan biasa : pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan
dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good
sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima
secara baik. Semua orang menyebutnya merah karena itu memang
merah, orang menyebutnya panasena itu memang panas, dsb.
b. Pengetahuan ilmu ; ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam
pengertian yang sempit diartikan untuk menunjukan ilmu
pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
c. Pengetahuan filsafat : pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
yang bersifat kotemplatif dan spekulatif.
d. Pengetahuan agama : pengetahuan yang hanya diperoleh dari tuhan
lewat para utusanNya. Pengetahuan agama bersifat mutlah dan
wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
2. Perbedaan Pengetahuan dan Ilmu
Pengetahuan merupakan hasil tau manusia terhadap sesuatu, atau
segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Ilmu

adalah

suatu

bentuk

aktiva

manusia

yang

dengan

melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan
senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa
lampau, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan

dirinya pada dan mengubah lingkungannya sertanmengubah sifatsifatnya sendiri. (Paul Freedman dalam The Liang Gie).

A. Hakikat dan Sumber Pengetahuan
1. Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan pada dassrnya adalah keadaan mental. Megetahui
sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata
lain menyusun gambaran tentang fakta yang da di luat akal.
Persoalannya adalah apakah gambaran itu sesuai dengan fakta atau
tidak?, apakah gambaran itu benar atau tidak?, atau apakah gambaran
itu dekat pada kebenaran atau malah jauh dengan kebenaran?.
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu :
a. Realisme : pandangan realistis terhadap alam
b. Idealisme : untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar
sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
2. Sumber Pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari
mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuannitu di
dapat. Dari situ timbul pertanyaan bagaimana caranya kita memperoleh
pengetahuan atau dari mana sumber pengetahuan kita?, pengetahuan
yang ada pada kiat diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang
merupakan sumber pegetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa
pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain :
a. Empirisme : menusia memperoleh pengetahuan

melalui

pengalamannya.
b. Rasionalisme : manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan
menagkap objek.
c. Intuisi : hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan
ini mirip dengan insting. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa
diramalkan.
d. Wahyu : Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah
kepada manusia lewat perantara para Nabi.

B. Ukuran Kebenaran

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan suatu
pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi seseorang belum
tentu benar bagi orang lain. Karena itu kegiatan berpikir adalah usaha
untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu atau criteria kebenaran.
Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama criteria kebenarannya karena
sifat dan watak pengetahuan itu berbeda.
Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah
untuk mencapai kebenaran, namun masalahnya tidak sampai di situ saja.
Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya
epistimonolgi. Telaah

epistimologi

terhadap

kebenaran

membawa

seseorang kepada sesuatu kesimpulan bahwa perlu debedakan adanya 3
jenis kebenaran, yaitu kebenaran epistimonologis, kebenaran ontologism,
dan kebenaran sistematis. Kebenaran epistimonologis adalah kebenaran
yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Kebenaran dalam arti
ontologism adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada
hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan. Kebenaran dalam arti
sistematis adalah kebenaran yana ada dan melekat dalam tutur kata dan
bahasa.
C. Klasifikasi dan Hierarki Ilmu
Secara umum ada 3 basis yang sangat mendasar dalam menyusun secara
hierarki ilmu-ilmu metodologis, ontologism, dan etis. Hampis ke tiga criteria
ini dipakai dan diterima oleh para ilmuan Islam yang sudah membuat
klasifikasi ilmu-ilmu.
Al Farabi membuat klasifikasi ilmu secara filosofis ke dalam wilayah,
seperti ilmu-ilmu matematis, ilmu alam, metafisika, ilmu politik, dan terakhir
yurisprudensi dan teologi dialektis. Sedangkan Al Ghazali secara filosofis
membagi ilmu ke dalam ilmu syariiyyah dan ilmu aqliyyah. Dr. Muhammad
Al Bahi membagi ilmu dari sumbernya yang terbagi menjadi 2 : olmu yang
bersumber dari tuhan dan ilmuu yang bersumber dari manusia.
Sejak abad ke 19 dunia Islam telah merasakan perbenturan dengan Barat.
Sebagaimana yang telah di singgung oleh Fazlur Rahman, bahwa hegemono

Barat dengan membawa nilai-nilai sekularnya pun menembus pada sendisendi,struktur-struktur, ilmu-ilmu islam, seperti di tingkat teoritis berupa
gejala rasionalis buta yang tidak mengindahkan nuansa-nuansa religious, dan
akhirnya menghambat ke tingkat praksisi berupa westternisasi. Oleh karena itu
format ideal struktur imu-ilmu keislaman seharusnya di susun ulang secara
konfeherensif, dengan merumuskan pengakuan secara sadar, atau menuju
kepada kesadaran ilahiyah terhadap sumber ilmu yang bersifat esa. Yang
diwahyukan dalam Al Qur’an dan Sunnah Nabi-nya.

BAB IV
Dasar-Dasar Ilmu

A. Ontologi
Kata ontology berasal dari perkataan Yunani, on=being dan
logos=logic. Jadi ontology adalah teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan. Ontology itu mencari ultimate reality untuk menceritakan
diantara contoh pemikiran ontology adalah pemikiran. Tjales, yang

berpendapat bahwa airllah yang menjadi ultimate substance yang
mengeluarkan semua benda, jadi semua benda hanya satu saja yaitu air.
Neong Muhadjir dalam bukunya filsafat ilmu mengatakan bahwa
ontology membahas tentang yang ada, yang tidak terkait oleh suatu
perwujudan tertentu. Ontology membahas tentang yang universal,
menampilkan pemikiran semesta universal. Ontology berusaha mencari
inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau dalam rumusan Lorens
Bagus menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua
bentuknya. Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar
Ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontology membahas apa yang ingin
kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain
suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Ontology adalah ilmu tentang yang ada.
2. Ontology ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani maupun
rohani.
Di dalam pemahaman ontology dapat dikemukakan pandangan-pandangan
pokok tentang pemikiran, yaitu :
1. Monoisme : Paha mini menganggap bahwa hakikat yang asal dari
seluruh kenyataan ini adalah satu saja.
a. Materialisme : aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal
yaitu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering disebut juga
naturalism.
b. Idealisme : aliran ini dinamakan juga spiritualisme. Idealism
berarti serba cita, sedang spiritualisme berarti serba ruh.
2. Dualisme :Bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal
sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan ruh,
jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul
dari benda. Kedua hakikat ini masing-masing berdiri sendiri. Tokohnya
adalah Descartes (1596-1650) yang dianggap sebagai bapak filsafat
modern.
3. Pluralisme : Bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralism bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap

macam bentuk itu semuanya nyata. Tokohnya adalah William James
(1842-1910).
4. Nihilisme : Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti tidak ada.
Sebuah doktrin yang tidak megakui validitas alternative yang positif.
Istilah nihilism diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev (1862).
5. Agnostisisme : Paha mini mengingkari kesanggupan manusia untuk
mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat
rohani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang
mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya
kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
B. Epistimologi
Epistimologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaianpengandaian,

dan

dasar-dasarnya

serta

pertanggungjawaban

atas

pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera, dan
lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan,
diantaranya adalah :
1. Metode Induktif : suatu metode yang menyimpulkan pernyataanpernyataan hasil observasi yang disimpulkan dalam suatu pernyataan
yang lebih umum.
2. Metode Deduktif : suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data
empiric diolah lebih lanjut dalam suatu system pernyataan yang runtut.
3. Metode Positivisme : Metode ini berpangkal dari apa yang telah
diketahui, yang factual, yang positif.
4. Metode Kotemplatif : Adanya keterbatasan indera dan akal manusia
untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilaknpun
akan berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal
yang disebut dengan intuisi.
5. Metode Dialektis : Metode Tanya jawab untuk mencapai kejernihan
filsafat. Plato menyebutnya sebagai diskusi logika.
C. Aksiologi
Beberapa definisi tentang aksiologi diantaranya :
1. Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti nilai, dan
logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalh teori tentang nilai.

2. Arti aksiologi yang berasal dari buku Jujun S. Suriasumantri Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi adalah teori nilai
yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
3. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama moral
conduct (tindakan moral), bidang ini melahirkan disiplin khusus yaiti
etika. Ke dua esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini
melahirkan keindahan. Ketiga sosio political life, yaitu kehidupan
social politik, yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik.

BAB V
Sarana Ilmiah

A. Bahasa
Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam
hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia
jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang
biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruhpengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari
ciptaan lainnya.
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia. Tanpa bahasa
tiada komunikasi. Tanpa komunikasi apakah manusia dapat bersosialisasi
dan apakah manusia layak disebut sebagai makhluk sosial?. Sebagai
sarana komunikasi maka hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi
tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir sistematis dalam menggapai
ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain tanpa mempunyai kemampuan
bahasa seseorang tidak mampu berpikir secara sistematis dan teratur.
Unsur-unsur yang terdapat dalam bahasa :

1. Simbol-simbol : sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain
2. Simbol-simbol vocal : bunyi-bunyi yang urutan bunyi-bunyinya
dihasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat tubuh dengan
system pernafasan.
3. Simbol-simbol vocal abtiter : tidak perlu adanya hubungan yang valid
secara filosofi antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya.
4. Suatu system yang berstruktur dari symbol-simbol yang abtiter.
5. Yang digunakan oleh para anggota suatu kelompok social sebagai alat
bergaul satu sama lain.
1. Fungsi Bahasa
1. Fungsi Instrumental : Penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal
yang bersifat materi seperti makan, minum dan sebagainya.
2. Fungsi regulatoris : Penggunaan bahasa untk memerintah dan
perbaikan tingkah laku.
3. Fungsi Interaksional : Penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan
perasaan pemikiran antara seseorang dengan orang lain.
4. Fungsi Personal : Seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan
perasaan dan pemikiran.
5. Fungsi Heuristik : Penggunaan bahasa untuk mengunagkap tabir
fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
6. Fungsi Imajinatif : Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery
seseorang dan tidak sesuai dengan realita.
7. Fungsi Representasional : Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
pemikiran dan wawasan serta menyampaikan pada orang lain.
2. Bahasa Sebagai Sarana Ilmiah
Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai
criteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan
menguasai hal tersebut tujauan yang akan digapai akan terwujud.
Disamping menguasai langkah-langkah tentunya kegiatan ini dibantu oleh
sarana berupa bahasa, logika matematika, dan statistika.
Berbicara masalah sarana ilmiah, ada dua hal yang harus
diperhatikan, yaitu pertama, sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam
penggertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola berfikir induktif
dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Ke dua, tujuan

mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah
secara baik.
Dengan demikian, jika hal tersebut dikaitkan dengan berfikir
ilmiah, sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan
untuk mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah.
Sarana berfikir ini juga mempunyai metode tersendiri yang berbeda
dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan. Ini disebabkan
sarana ini adalah alat bantu proses metode ilmiah dan bukan merupakan
ilmu itu sendiri.
B. Matematika
Berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan tentu saja
tidak lepas dari usaha para ilmuan dalam mengembangkannya, maka
dalam hal ini akan dibahas tentang matematika sebagai salah satu sarana
kegiatan ilmiah. Pembahasannya meliputi sarana berpikir ilmiah,
matematika sebagai bahasa, matematika sebagai sarana berfikir deduktif,
dan matematika untuk ilmu alam dan ilmu social.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan
sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya
penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir
ini merupakan suatu hal yang bersifat imperative bagi seorang ilmuan.
Tanpa menguasai hal ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat
dilakukan.
C. Statistik
Secara etimologi, kata “statistic” barasal dari kata status (bahasa
latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris),
yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan Negara. Pada
mulanya, kata “statistic” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan
(data), baik yang berwujud angka (data kualitatif) maupun yang tidak
berwujud angka (data kuantitatif), yang mempunyai arti penting dan
kegunaan yang besat bagi suatu Negara”. Namun pada perkembangan
selanjutnya, arti kata statistic hanya dibatasi pada kumpulan bahan
keterangan yang berwujud angka.

Dalam kamus ilmiah popular, kata statistic berarti table, grafik,
daftar informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan kata statiska berarti
ilmu pengumpulan, analisis, klasifikasi data, angkai sebagai dasar untuk
induksi. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk mebuat
keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.
Peran statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan sangat
penting. Langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam kegiatan
keilmuan yang dapat dirinci sebagai berikut :
1. Observasi
2. Hipotesis
3. Ramalan
4. Pengujian Kebenaran
D. Logika
Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat
dipertnaggung jawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berfikir sesuai
dengan aturan-aturan berfikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar
daripada satu.
Tidak hanya de facto, menurut kenyataannya kita sering berfikir secara de
jure. Berpikir tidak dapat dijalankan semau-maunya. Realitas begitu banyak
jenis dan macamnya, maka berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang
sesuai. Pikiran di ikat oleh hakikat dan struktur tertentu, kendati hingga kini
belum seluruhnya terungkap. Pikiran kita tunduk kepada hukum-hukum
tertentu.
Memang sebagai perlengakapan ontologisme, pikiran kita dapat bekerja
secara spontan, alami, dan dapat menyelesaikan fungsinya dengan baik, lebihlebih dalam hal yang biasa, sederhana, dan jelas. Namun, tidak demikianlah
halnya apabila menghadapi bahan yang sulit, berliku-liku dan apabila harus
mengadakan pemikiran yang panjang dan silit sebelum mencapai kesimpulan.
Dalam situasi seperti ini dibutuhkan adanya yang formal, pengertian yang
dasar akan hokum-hukum pikiran beserta mekanismenya secara eksplisit.
Maksudnya hokum-hukumpikiran beserta mekanisme dapat digunakan secara
sdar dalam mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan panjang itu.

Aturan cara berpikir yang benar :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mencintai kebenaran
Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda kerjakan
Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda katakana
Buatlah pembedaan dan pembagian yang semestinya
Cintailah devinisi yang tepat
Ketahuilah dengan sadar mengapa anda menyimpulkan begini dan begitu
Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan usaha dan tenaga, serta sangguplah
mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian juga megenali
sebab-sebab kesalahan pemikiran.

BAB VI
Tantangan dan Masa Depan Ilmu

A. Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan
Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujua untuk
mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah
menimbulkan keresahan dan kekuatan baru bagi kehidupan manusia.
Ibarat cerita Raja Midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya
menjadi emas, ternyata ketika keinginannya dikabulkan, dia tidak semakin
senang, tetapi semakin gelisah bahkan gila. Sebab, tidak saja rumah dan isi
rumah yang menjadi emas, tetapi istri dan anak yang disentuh pun menjadi
emas. Sehingga sang raja akhirnya meratapi nasib yang kesepian tanpa ada
makhluk hidup yan mendampinginya.
Begitu juga kemajuan ilmu dan tekhnologi, yang semula untuk
memudahkan urusan manusia, ketika urusan itu semakin mudah, maka
muncul kesepian dan keterasingan baru, yakni lunturnya rasa solidaritas,
kebersamaan dan silaturahmi. Contohnya penemuan televisi, computer,
dan handpone telah mengakibatkan kita terlena dengan dunia layar. Layar
kemudian menjadi teman setia, bahkan kita lebih memperhatikan layar
disbanding istri dan anak sekalipun. Bayangkan, hamper setiap bangun
tidur kita menekan tombol televisi untuk melihat layar, pergi ke kantor
menekan tombol handphone melihat layar untk ber sms ria atau main
game, sampai dikantor tersedia layar computer atau layar. Begitu juga
ketika pulang dari kantor sampai di rumah layar televise yang dilihat
terlebih dahulu bukan anak dan istri. Akibatnya, hubungan antar anggota
keluarga renggang dan satu sama lain asik dengan layarnya masingmasing. Ini baru dalam rumah tangga sendiri, apalagi dengan tetangga
mungkin bertemu tetangga hanya ketika bendera kuning (tanda kematian)
berdiri di depan rumah tetangga. Ketika itu, kita baru sadar ada anggota

tetangga yang wafat. Dengan sedikit basa basi kita membesuk sebentar
sebelum pergi ke kantor.
Teknologi yang telah melanda kehidupan kita sekarang juga ibarat
orang yang betah tinggal disamping kandang ayam, saking asiknya dia
tidak sadar bahwa teknologi layar membuat dia terpinggirkan dari sebuah
kebutuhan mendasar. Dai hanya berimajinasi sesuai dengan apa yang
ditayangkan televise, apalagi yang menonton itu anak-anak yang belum
mampu membedakan antara yang nyata dan visual. Tuntutan melarang
penayangan acara smack down disalah satu stasiun televise adalah siatu
contoh betapa besarnya akibat acara tersebut bagu kepribadian anak. Anak
sekolah dasar dan menengah yang meniru apa yang mereka tonton dan
tidak segan-segan berbuat sadis sehingga berakibat fatal bagi fisik dan
bahkan ada yang meninggal.
Umat manusia sekarang amat tergantung dan dimanjakan oleh
teknologi, ketergantungan yang terus-menerus menjadikan dia terlena dari
eksistensi dirinya yang bebas dan kreatif. Dia kemudian tidak sadar
dipenjara oleh teknologi itu sendiri, sehingga tidak kreatif dan reflektif
lagi. Contoh, teknologi layar membuat manusia tergantung pada layar,
bahkan kalau handphone rusak atau computer rusak, maka dia sangat repot
karena semua urusan ada disana, mulai dari agenda harian sampai proposal
mega proyek.
Setelah ditemukan kemajuan teknologi yang begitu hebat tanpa
disadari teknologi itupun pemenjarakan manusia. Artinya penjara manusia
tidak berkurang dengan kemajuan teknologi, tetapi semakin bertambah.
Pada konteks inilah manusia perlu disadarkan dari penjara yang bernama
teknologi. Dia harus sadar bahwa teknologi bukan tujuan, tetapi sekedar
sarana untuk memudahkan urusan, oleh karena itu dalan beberapa
kesempatan kita perlu membebaskan anak-anak dalam pengaruh layar agar
mereka tidak tergantung dan terpenjara oleh layar.
Jika kita tidak mau kehilangan exsistensi kemanusiaan dan
terhindar dari krisis kemanusiaan, maka kita harus berjuang untuk
membebaskan diri dari lingkungan teknologi kembali pada exsistensi awal,
yaitu manusia yang kreatif dan dinamis. Penyadaran terhadap bahaya yang
begitu besar bagi kemanusiaan perlu terus dikumandangkan, terutama

kepada penguasa yang memiliki otoritas dalam mengambil kebijakan.
Etika global perlu dirumuskan bersama karena krisis akibat teknologi tidak
hanya berdampak untuk Negara tertentu, tetapi mencangkup semua