Peningkatan Kapabilitas Militer China Da

Adhe Nuansa Wibisono
Kajian Terorisme FISIP UI
NPM : 1206299023

Peningkatan Kapabilitas Militer China Dalam Upaya Menjadi Negara
Hegemon di Kawasan Asia
Paper Presentasi – Teori Hubungan Internasional

Latar Belakang
Dalam satu artikelnya yang berjudul “China’s Unpeaceful Rise”, John J. Mearsheimer
mengawalinya dengan satu monolog, “Can China rise peacefully? My answer is no. If China
continues its impressive economic growth over the next few decades, the United States and
China are likely to engange in an intense security competition with considerable potential for
war”1. Berkaca dari pernyataan tersebut kita dapat melihat bahwa peningkatan kapasitas
militer China di kawasan Asia menjadi perhatian banyak kalangan terutama Amerika Serikat
yang melihat China sebagai ancaman baru bagi dominasi Amerika Serikat di kawasan Asia.
Mearsheimer menegaskan bahwa jika Amerika Serikat tidak merespon peningkatan
kekuatan militer China di kawasan Asia, maka dinamika keduanya akan berpotensi untuk
menimbulkan perang. Anggaran belanja militer China yang terus meningkat beberapa tahun
terakhir juga menimbulkan banyak pertanyaan di berbagai pihak, apa yang sedang
dilakukan China dengan anggaran belanja militer yang terus meningkat.

Pada tahun 2000 anggaran belanja militer China berjumlah sebesar 30 juta US Dollar
yang kemudian meningkat tajam menjadi 120 juta US Dollar pada tahun 2010 2, hal ini cukup
menjadi perhatian karena anggaran belanja militer China adalah anggaran belanja militer
terbesar ke dua di dunia setelah anggaran belanja militer Amerika Serikat. China juga
melakukan modernisasi peralatan militer yang dimilikinya dalam beberapa tahun terakhir.
China melakukan pembelian sejumlah tank, pesawat terbang, rudal balistik, pengembangan
teknologi nuklir dari Rusia, selain itu China juga mengembangkan teknologi militer mandiri
yang meliputi pengembangan kapal induk Liaoning 3, kapal perang, rudal, teknologi nuklir.
Hal lain yang

bisa dicermati adalah kuantitas militer pasukan China yang sangat besar,

berjumlah sekitar 2,28 juta orang untuk pasukan militer aktif dan 800 ribu orang untuk

1

John J. Mearsheimer, ‘China’s Unpeaceful Rise’, Current History, April 2006, Hal 160
The Economist, ‘China Military Rise : The Dragon’s New Teeth’, http://www.economist.com/Node/21552193,
Diakses Pada 27 November 2012
3

Huffington Post, ‘China Lands First Jet On Its Aircraft Carrier’, http://www.huffingtonpost.com/2012/11/25/China-JetAircraft-Carrier_N_2187767.html, Diakses Pada 27 November 2012
2

1

komponen pasukan cadangan.4 Tentu saja peningkatan kapasitas militer ini menimbulkan
pertanyaan bagi negara-negara lain terutama Amerika Serikat, terkait dengan intensi politik
China di balik peningkatan anggaran belanja militer yang begitu besar dalam 10 tahun
terakhir?
Tidak hanya berhenti sampai disana kemudian China juga melakukan pengembangan
teknologi militer terbaru seperti pengembangan sejumlah kapal perang, pesawat dan misil
balistik. Kapal selam terbaru yang dikembangkan oleh China adalah kapal perang Type 052D
yang memiliki 64 rudal yang siap ditembakkan dalam serangan udara, serangan laut dan
serangan darat. China juga disebut memiliki kekuatan militer perairan terbesar di kawasan
Asia dengan sekitar 50 kapal perang, 50 kapal amfibi, 1 kapal induk dan sekitar 85 kapal
peluncur yang disertai dengan misil.5 Selain itu juga China telah melakukan peluncuran
kapal induk Liaoning yang memungkinkan sebagai landasan pacu bagi pesawat-pesawat
militer China yang akan diterbangkan atau didaratkan kembali dalam sebuah operasi militer
di tengah lautan lepas. Kapal induk Liaoning ini dapat memuat sekitar 50 pesawat terbang
dan helikopter sekaligus, memiliki panjang sekitar 300 meter, kecepatan sekitar 32 knot dan

dilengkapi dengan misil dan rocket launcher. 6 China memiliki pesawat jet-fighter diantaraya
adalah pesawat jet fighter J-15, J-16, J-20 dan J-31 yang dilengkapi dengan misil udara jarak
dekat dan jarak jauh. Kemudian China juga terus melakukan pengembangan uji coba rudal
balistik, yang terbaru adalah rudal balistik Dongfeng-41 yang memiliki daya jangkau sejauh
14,000 km yang kemungkinan dilengkapi dengan nuclear warheads.7
Meminjam perspektif Mearsheimer, China adalah salah satu negara great powers
yang memiliki potensi untuk menjadi hegemon di kawasan Asia. Sebagai negara great
powers apa yang dilakukan China adalah untuk bisa bertahan dalam sistem internasional
yang anarki, yang tidak memiliki otoritas tertinggi yang dapat menerapkan hukuman kepada
negara-negara agresor8. Sehingga setiap negara harus berpikir dalam kerangka membantu
dirinya sendiri agar tidak menjadi korban agresi negara lain dalam sistem internasional yang
anarkis seperti ini. Kemudian Mearsheimer mengatakan bahwa negara-negara itu memiliki
kapabilitas militer yang ofensif, dalam arti lain memiliki pasukan militer dan persenjataan
yang memungkinkannya untuk menyerang negara lain. Dalam konteks China kita akan
4

‘China Military Strength’, http://www.globalfirepower.com/Country-Military-Strength-Detail.Asp?Country_Id=China,
Diakses Pada 26 Novmber 2012
5
Michael

Richardson,
Japan
Times,
‘New
Ships
Give
China's
Navy
A
Stronger
Punch’,
http://www.japantimes.co.jp/text/eo20120912mr.html, Diakses pada 27 November 2012
6
BBC News, ‘China Lands J-15 Jet On Liaoning Aircraft Carrier’, http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-china20483716, diakses pada 27 November 2012
7
The Times Of India, http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2012-08-28/china/33449060_1_test-fires-ballisticmissile-agni-v , diakses pada 27 November 2012
8
John J. Mearsheimer, ‘China’s Unpeaceful Rise’, Current History, April 2006, Hal 160

2


melihat terdapat negara-negara yang memiliki kapabilitas militer besar yang menjadi
negara tetangga atau berdekatan lokasi geografisnya dengan China, yaitu : Rusia, Jepang,
Korea Selatan dan India. Sehingga kebutuhan akan kapabilitas militer menjadi sesuatu yang
dibutuhkan oleh setiap negara, termasuk China dalam mengantisipasi kemungkinan
diserang oleh negara lainnya.9
Selain itu Mearsheimer mengatakan bahwa setiap negara tidak dapat mengetahui
dengan pasti apa yang akan menjadi keinginan-keinginan politik (intensi) dari negara lain,
apakah mereka akan menawarkan kerjasama atau mereka akan melakukan agresi militer
dalam waktu 5-10 tahun ke depan 10, tidak ada yang bisa memastikan hal tersebut. Dalam
konteks regional China tidak mengetahui dengan pasti apa yang menjadi intensi politik dari
negara-negara tetangga dengan kapabilitas militer yang besar seperti Rusia, Jepang,
Pakistan, dan India. Dalam konteks global, China akan melihat Amerika Serikat sebagai
negara satu-satunya yang mampu menjadi hegemon di tingkat regional Pasifik dan Eropa,
bahkan mungkin menjadi hegemon paling dominan di tingkat global. China juga tidak
mengetahui dengan pasti apa yang menjadi intensi politik Amerika Serikat kepada China
begitu pula sebaliknya.
Sehingga dalam kondisi sistem internasional yang demikian anarkis, tidak jelas dan
sangat kompetitif, setiap negara berupaya untuk menjadi hegemon, terutama dalam ruang
lingkup regional. Seperti yang dikatakan Mearsheimer bahwa satu-satunya tujuan utama

bagi setiap great powers adalah untuk mempertahankan eksistensi dirinya (survival), dan
cara terbaik untuk mendapatkan survival tersebut adalah dengan cara terus menerus
meningkatkan kapabilitas militer, sehingga negara great powers itu kemudian menjadi
hegemon di tingkat regional11.
China sebagai salah satu negara yang memiliki kapabilitas militer paling besar di
Asia, dengan anggaran belanja militer dan jumlah personel militer yang besar, memiliki
potensi untuk menjadi negara great powers yang menjadi hegemon di kawasan Asia Timur.
Dalam perspektif yang ditawarkan oleh Mearsheimer, penulis berasumsi melihat bahwa
China mencoba untuk menjadi hegemon di Asia Timur, untuk mempertahankan eksistensi
politiknya agar dapat survive dalam level regional. Penulisan makalah ini kemudian
mencoba untuk melihat China sebagai satu negara great powers di kawasan Asia yang
9

John J. Mearsheimer, ‘China’s Unpeaceful Rise’, Current History, April 2006, Hal 162
John J. Mearsheimer, ‘China’s Challenge to US Power in Asia’, The Chinese Journal of International Politics, Vol. 3,
2010, Oxford University Press, hal 383
11
John J. Mearsheimer, ‘China’s Challenge to US Power in Asia’, The Chinese Journal of International Politics, Vol. 3,
2010, Oxford University Press, hal 387
10


3

berpotensi menjadi hegemon dalam tingkat regional. Pertanyaan yang kemudian muncul
adalah bagaimana cara China dalam mewujudkan usahanya sebagai negara hegemon di
kawasan Asia?

Rumusan Masalah
Bagaimana China melakukan penerapan prinsip realisme ofensif John Mearsheimer
dalam usahanya untuk menjadi negara hegemon di kawasan Asia?
Basis Teori Realisme Ofensif Mearsheimer
Pada awalnya John Mearsheimer berpendapat bahwa sistem internasional dilihat
dalam bentuk yang anarki, yaitu tidak adanya otoritas tertingi yang mampu untuk
menerapkan aturan-aturan dan menghukum negara-negara agresor. Ketidakjelasan dari
intensi politik diantara berbagai negara dan kemungkinan adanya tindakan militer ofensif,
membuat negara-negara curiga dan takut antara satu dengan lainnya dan kemudian
memunculkan mekanisme self-help yang akan menjamin keamanan mereka masing-masing.
Untuk merespon rasa takut akan adanya agresi dari negara lain kemudian negara mencari
cara untuk meningkatkan kapasitas power yang mereka miliki, terutama kapabilitas militer.
Mearsheimer berpendapat, “Setiap negara mencari peluang untuk menyeimbangkan

kekuatan dengan negara lainnya dengan cara meningkatkan anggaran belanja militer
seperti yang dilakukan negara rivalnya”

12

. Mearsheimer juga mengatakan, “semakin besar

keunggulan militer yang dimiliki suatu negara terhadap lainnya, maka dia akan semakin
aman”. Negara meningkatkan kapasitas militernya untuk mengurangi ancaman dari negara
lain pada sebuah sistem yang hegemonik, dimana menjadi satu-satunya negara great
powers sebagai tujuan puncaknya.13
Mearsheimer melihat struktur anarki dalam sistem internasional yang membuat
munculnya keinginan dan kebutuhan akan keamanan pada setiap negara. Mearsheimer
mengatakan fokus ada di mempertahankan balance of power dan bukan menciptakan
power. Mengapa negara menginginkan power dikarenakan struktur dari sistem internasional
yang memaksa negara untuk meningkatkan power. Dalam sebuah sistem yang tidak
memiliki otoritas tertinggi diantara great powers, tidak ada jaminan bahwa suatu negara
tidak akan menyerang negara lainnya, ini memunculkan cara pandang bagi setiap negara

12

13

John J. Mearsheimer, ‘China’s Unpeaceful Rise’, Current History, April 2006, Hal 161
John J. Mearsheimer, ‘The Tragedy Of Great Power Politics’, (New York : W.W. Norton, 2001), Hal 21

4

untuk meningkatkan power dan melindungi dirinya sendiri. Saya hanya akan menggunakan
beberapa asumsi dasar realisme ofensif ala John Mearsheimer memiliki, yaitu :
1. Negara-negara Great Powers adalah aktor utama dalam sistem internasional yang
anarkis
2. Setiap negara memiliki potensi kapabilitas militer yang ofensif
3. Negara menjadikan survival sebagai tujuan utamanya
Mearsheimer mengatakan, “negara great powers menyadari bahwa cara terbaik
untuk menjamin keamanan mereka adalah untuk mencapai tingkat hegemoni secepatnya
dan kemudian mengeliminasi kemungkinan adanya ancaman dari negara great powers
lainnya. Hanya negara bodoh saja yang akan melepaskan kesempatan untuk menjadi
hegemon di dalam sistem, karena dalam sistem itu hanya dengan power yang cukup suatu
negara bisa bertahan”14. Pendapat ini kemudian bisa ditarik dari sebuah cara pandang
animus dominandi, yang berarti secara alamiah manusia akan saling mendominasi satu

dengan lainnya. Hubungan antar negara dilihat sebagai dinamika dalam memperebutkan
power, tetapi yang mendorongnya bukan naluri hewan yang alamiah tetapi akan
pemenuhan rasa aman yang diakibatkan dari struktur anarkis dalam sistem internasional.
Bagi kelompok realis ofensif mereka memandang bahwa kondisi status quo sulit ditemui
dalam hubungan antar negara, dikarenakan sistem internasional akan membentuk insentif
besar bagi negara yang meningkatkan power-nya atas pesaingnya, dan kemudian
mengambil situasi dimana keuntungan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Tujuan
puncak dari suatu negara dalam sistem yang anarkis adalah menjadi hegemon pada sistem
tersebut.”15
Mearsheimer kemudian berpendapat bahwa strategi terbaik untuk meningkatkan
power dan hegemoni adalah berdasarkan taktik ofensif. Negara-negara great powers akan
cenderung untuk menggunakan strategi yang ofensif, yang akan mendekatkan mereka pada
tingkatan hegemoni. Jika menjadi hegemoni global tidak masuk akal untuk dicapai oleh
suatu negara, maka pilihan yang memungkinkan adalah menjadi hegemoni regional yang
mendominasi tingkat regional. Mearsheimer menyatakan bahwa tujuan utama dari suatu
negara adalah untuk memaksimalkan keamanan nasional, kemudian negara dianggap
memiliki keinginan yang ofensif dalam upayanya meningkatkan power. Dalam kacamata
realisme ofensif, sistem internasional yang ada memungkinkan negara great powers dengan

14


John J. Mearsheimer, ‘The False Promise Of International Institutions’, International Security, Vol. 19, No. 3, 19941995, Hal 11-12
15
John J. Mearsheimer, ‘The Tragedy Of Great Power Politics’, (New York : W. W. Norton, 2001), Hal 21

5

keinginan yang kuat untuk melakukan tindakan ofensif dalam rangka meningkatkan
keamanan dan menjamin keberlangsungan hidup (survival) mereka.16
Mearsheimer melihat bahwa menjadi hegemon global adalah satu hal yang mustahil
untuk terwujud, kecuali untuk sebuah negara yang memiliki ‘superioritas senjata nuklir’,
sehingga mampu untuk menghancurkan negara lawan tanpa adanya rasa takut akan
serangan balasan.17 Oleh karena itu yang paling memungkinkan dicapai oleh suatu negara
adalah untuk terus memperbesar kapasitas militer ofensifnya dan kemudian menjadi negara
hegemon di tingkat regional. Negara yang telah mencapai tingkat hegemon regional belum
tentu akan merasa puas dan aman, mereka akan mencegah munculnya ‘kompetitor
potensial’ yang akan menjadi hegemon tandingan dalam regional tersebut. Dengan kata lain
sebuah negara hegemon akan berusaha untuk mempertahankan power setidaknya diantara
dua negara great powers yang berdampingan wilayahnya, sehingga energi dari dua negara
great powers ini akan terkuras dalam mempertahankan diri antara satu dengan lainnya.
Negara great powers hanya akan menyerang jika terdapatnya suatu peluang, mereka hanya
akan melakukan tindakan tersebut ketika potensi kemenangan dan keuntungan yang
didapat pasti lebih besar daripada risiko kekalahan dan biaya yang diakibatkan oleh
perang.18

China Adalah Aktor Utama Dalam Regional Kawasan Timur
China’s Soft Power
Banyak analis percaya bahwa pembangunan ekonomi

dan bukannya supremasi

militer adalah tujuan utama bagi keterlibatan internasional China untuk sejumlah alasan tidak sedikit yang untuk meningkatkan standar hidup penduduk yang sangat besar, untuk
meredam ketidakpuasan sosial tentang ketidakadilan ekonomi dan lainnya, dan untuk
mempertahankan legitimasi rezim setelah runtuhnya ideologi komunis sebagai. Tingka
pertumbuhan ekonomi China secara rutin berada di dua digit, pada tahun 2007, mereka
mencapai tingka pertumbuhan sebesar 11,4 persen - yang tertinggi sejak 1994, ini
pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berkelanjutan telah menciptakan selera domestik
rakus untuk sumber daya, modal, dan teknologi. Pada saat yang sama, pertumbuhan China
telah

didorong

oleh

pengembangan

pasar

16

luar

negeri

untuk

produk

industrinya.

Glenn H. Snyder, ‘Mearsheimer’s World : Offensive Realism And The Struggle For Security’, International Security,
Vol. 27, No. 1, 2002, Hal 158
17
Glenn H. Snyder, ‘Mearsheimer’s World : Offensive Realism And The Struggle For Security’, International Security,
Vol. 27, No. 1, 2002, Hal 152
18
Glenn H. Snyder, ‘Mearsheimer’s World : Offensive Realism And The Struggle For Security’, International Security,
Vol. 27, No. 1, 2002, Hal 154

6

Perkembangan

ekonomi

ini

telah

menjadi

sebagai

pendorong

kuat

perdagangan

internasional China dan perjanjian investasi serta bantuan luar negeri, komponen kunci dari
soft power-nya19
Bantuan Luar Negeri China
The China Statistic Yearbook 2003-2006 merilis bantuan luar negeri China sebesar $
970.000.000, tetapi jumlah ini kemungkinan tidak termasuk pinjaman. Menurut salah satu
sumber, bantuan luar negeri China berkisar antara US $ 1,5 miliar-

US$ 2 miliar. Ketika

pinjaman dan investasi yang disponsori negara disertakan, menurut satu penelitian
menggunakan laporan resmi dari bantuan yang dijanjikan, China berjanji total $ 31 miliar
pada bantuan ekonomi ke Asia Tenggara, Amerika Latin, dan negara-negara Afrika pada
tahun 2007 , peningkatan tiga kali lipat dibandingkan tahun 2005 dan 20 kali lebih besar
daripada 2003. Sebaliknya, inti resmi Amerika Serikat 'bantuan pembangunan (ODA)
anggaran (pembangunan bilateral, ekonomi, dan bantuan keamanan, tidak termasuk
bantuan militer dan multilateral) adalah $ 19,5 miliar di FY2007 keluar dari anggaran total
operasi asing $ 26400000000. Menurut OECD data, Amerika Serikat 'ODA anggaran adalah
yang terbesar di antara negara-negara anggota OECD, diikuti oleh Jepang, Inggris, Perancis,
dan Jerman. Diperkirakan China memberikan bantuan luar negeri yang sebanding dengan
Australia, Belgia, atau Denmark.20
Anggaran Belanja Militer China
Anggaran pertahanan RRC dapat digunakan sebagai salah satu indikator prioritas
ditempatkan pada modernisasi militernya, secara kolektif disebut Tentara Pembebasan
Rakyat (PLA). Pada tanggal 4 Maret 2008, RRC mengumumkan anggaran militer untuk tahun
2008 yang mencapai 417.800.000.000 yuan (US$ 58.800.000.000), mengklaim peningkatan
17,6 persen dari anggaran militer tahun lalu. Sebenarnya, anggaran tahun 2008 yang baru
diumumkan adalah peningkatan dari 19,1 persen dibanding anggaran tahun lalu.
Menggunakan anggaran sendiri militer China mengumumkan, anggaran 2008 besarnya
adalah dua kali lipat dari anggaran 2004. Ini tren kenaikan dua digit persentase telah
berlangsung selama bertahun-tahun. Secara nominal, China telah menaikkan anggaran
militer diumumkan meningkat setiap tahun sejak tahun 1989. Setelah Krisis Selat Taiwan
1995-1996, mengumumkan anggaran militer China telah meningkat secara riil setiap tahun,

19

Thomas Lum, “Comparing Global Influence: China’s and U.S. Diplomacy, Foreign Aid, Trade, and Investment in
the Developing World”, (CSR Report For Congress : 2008), hal 19
20
Thomas Lum, “Comparing Global Influence: China’s and U.S. Diplomacy, Foreign Aid, Trade, and Investment in
the Developing World”, (CSR Report For Congress : 2008), hal 33

7

termasuk real dua digit persentase meningkat setiap tahun sejak tahun 1998. Anggaran
militer China merupakan yang tertinggi di Asia. 21
Lembaga Finansial dan Pendanaan China
China mendirikan lembaga finansial dan pendanaan nasiona, China Investation and
Corporation (CIC) pada tanggal 29 September 2007 - enam bulan setelah pertama kali
mengumumkan niatnya untuk menciptakan dana seperti. Dibiayai dengan $ 200 milyar pada
modal awal, CIC adalah lembaga finasiao yang terbesar keenam terbesar di dunia, menurut
salah satu penilaian. Lembaga finansial China ini berpotensi memberikan Beijing dengan
instrumen lain untuk memproyeksikan soft power di seluruh dunia. Apakah atau tidak
pemimpin politik China menciptakan CIC dengan pikiran dalam sulit untuk menentukan.
Demikian pula, masih belum pasti apakah Dewan Negara China bersedia dan mampu
menggunakan CIC sebagai instrumen soft power. Akhirnya, bahkan jika Cina tidak memiliki
niat untuk memproyeksikan soft power secara global melalui lembaga finansial tersebut,
investasi yang dilakukan oleh CIC baik dapat meningkatkan atau mengurangi citra global
China dan, dengan demikian, secara tidak langsung menambah atau mengurangi soft power
China. Untuk saat ini, CIC diketahui telah membuat sejumlah investasi baik di China dan di
seluruh dunia. Namun, karena CIC umumnya tidak merilis rincian dari investasinya, sulit
untuk menentukan kapan dan bagaimana ia telah menggunakan modal yang tersedia.
Beberapa investasi yang diketahui utama 22:


20 Mei 2007 - China Jianyin Investment Company, kini anak perusahaan dari CIC,
menandatangani perjanjian untuk membeli saham sebesar 10% dari perusahaan
investasi AS, Blackstone Group, sebesar $ 3 miliar;



21 November 2007 - pembelian CIC $ 100 juta saham dari penawaran umum perdana
Hong Kong (IPO) untuk China Railway Group, sebuah perusahaan konstruksi kereta
api utama yang beroperasi di China;



28 November 2007 - CIC anak perusahaan, Central Huijin Investment Company
(CHIC), menginvestasikan $ 20 miliar China Everbright Bank, berbasis di Beijing
bersama-ekuitas bank komersial;



19 Desember 2007 - CIC membeli saham 9,9% dari Morgan Stanley, sebuah
perusahaan investasi besar AS, sebesar $ 5 miliar;



31 Desember 2007 - tanda CHIC kesepakatan untuk berinvestasi $ 20 miliar China
Development Bank, sebuah bank milik negara, dan

21

Thomas Lum, “Comparing Global Influence: China’s and U.S. Diplomacy, Foreign Aid, Trade, and Investment in
the Developing World”, (CSR Report For Congress : 2008), hal 36
22
Thomas Lum, “Comparing Global Influence: China’s and U.S. Diplomacy, Foreign Aid, Trade, and Investment in
the Developing World”, (CSR Report For Congress : 2008), hal 72

8



24 Maret 2008 - pembelian CIC lebih dari $ 100 juta dalam saham IPO Visa.

Investasi Langsung Luar Negeri China
Dalam perdagangan internasional, China telah menghasilkan media dan perhatian
pemerintah karena lonjakan baru-baru ini investasi luar negeri langsung (investasi langsung
asing atau FDI) di berbagai negara di dunia. Beijing mendesak perusahaan untuk "Go
Global" dan memfasilitasi proses. Sementara investasi ini masih kecil bila dibandingkan
dengan orang-orang dari Amerika Serikat atau negara-negara industri utama, peningkatan
pesat dalam jumlah, tujuan, dan tujuan dari investasi ini telah menimbulkan kekhawatiran di
banyak tempat. Pada akhir tahun 2006, lebih dari 5.000 domestik entitas investasi China
telah didirikan hampir 10.000 perusahaan di luar negeri diinvestasikan langsung di 172
negara (atau wilayah) di seluruh dunia, menurut data pemerintah RRC. Saham FDI
akumulasi telah mencapai $ 90630000000 dari yang non-keuangan FDI adalah $
75020000000 (83%) dan $ 15610000000 adalah di bidang keuangan yang berhubungan
dengan FDI.
Dari jumlah tersebut, $ 37240000000 (41%) adalah investasi ekuitas, $ 33680000000
(37%) laba diinvestasikan kembali, dan $ 19710000000 (22%) dalam jenis investasi lain.
Pada tahun 2006, FDI dari China menyumbang sekitar 0,8% dari saham FDI global dan 2,7%
dari arus keluar FDI global (13 di dunia) .130 Sampai dengan akhir tahun 2006, saham
kumulatif FDI luar negeri adalah $ 2,855.6 miliar untuk Amerika Serikat dibandingkan
dengan $ 90630000000 untuk China. Adapun tahunan arus FDI outbound, pada tahun 2006,
China

melaporkan

$

21160000000

sementara

Amerika

Serikat

melaporkan

$

216.600.000.000. (Lihat Gambar 22.) Selama periode 2003-06, total arus investasi luar
negeri langsung dari Amerika Serikat rata-rata 13 kali orang-orang dari China. 23

China Memiliki Kapabilitas Militer Yang Ofensif
Struktur Kekuatan Militer China
Pada 2012, militer China dan pasukan keamanan terdiri dari sekitar 2.285.000 aktif
PLA, personel PAP 660.000 layanan, dan setidaknya 510.000 cadangan militer forces.101
Selain itu, sesuai dengan kertas putih pertahanan, terdapat lebih dari 8 juta anggota milisi.
Dominasi, setidaknya dalam hal tenaga kerja, dari pasukan darat PLA jelas-mereka
menyumbang lebih dari dua-pertiga dari semua pasukan PLA (70%). Terhadap latar belakang
pengurangan kekuatan dalam pasukan darat PLA, yang PLAN dan PLAAF telah meningkatkan
23

Thomas Lum, “Comparing Global Influence: China’s and U.S. Diplomacy, Foreign Aid, Trade, and Investment in
the Developing World”, (CSR Report For Congress : 2008), hal 59

9

pangsa relatif mereka PLA ketenagakerjaan; mereka berdiri perintah 11 persen dan 15
persen dari PLA, masing-masing. The Korps Artileri Kedua dengan 100.000 personil
membentuk 4 persen dari seluruh pasukan PLA.24
Dengan perkembangan ekonomi nasional dan masyarakat, peningkatan belanja
pertahanan China telah disimpan pada tingkat yang wajar dan tepat. GDP China adalah RMB
31,404.5 miliar pada tahun 2008 dan RMB 34,090.3 miliar pada tahun 2009. Negara
pengeluaran keuangan adalah RMB 6,259.266 miliar pada tahun 2008 dan RMB 7,629.993
miliar pada 2009, naik 25,7 persen dan 21,9 persen dibanding tahun sebelumnya. Belanja
pertahanan China adalah RMB417.876 miliar pada tahun 2008 dan RMB495.11 miliar pada
2009, naik 17,5 persen dan 18,5 persen dibanding tahun sebelumnya. Dalam beberapa
tahun terakhir, bagian belanja pertahanan tahunan China dalam PDB tetap relatif stabil,
sedangkan pengeluaran negara secara keseluruhan keuangan telah cukup menurun.
1. People’s Liberation Army (Angkatan Darat)
Angkatan Darat PLA luas baik dari segi tenaga dan kemampuan. Ini terdiri dari
800.000 personil reguler di samping 800.000 wajib militer. Angkatan Darat berjumlah
sebesar 76% dari seluruh angkatan bersenjata. Angkatan Darat dikonfigurasi untuk
pertahanan teritorial, urutan internal, perbatasan dan keamanan pesisir terbatas ke wilayah
ini, berpotensi melawan Taiwan. Kekuatan-kekuatan tersebut akan disusun dalam 18
kelompok tentara, masing-masing dengan kekuatan tenaga kerja antara 30.000 dan 65.000
personel. Struktur, ukuran dan memerangi kesiapan mereka bervariasi sesuai dengan peran
dan lokasi geografis. Angkatan Darat diatur antara Infanteri tujuh daerah, militer commands.
armor, artileri dan rudal unit juga diatur dalam kombinasi divisi dan brigades yang digelar
selama tujuh komando militer. Selain PLA memiliki sejumlah pasukan dikonfigurasi secara
khusus untuk perbatasan dan keamanan pesisir, peran spesialis lebih seperti pertempuran
gunung, penerbangan dan logistik mendukung seperti teknik dan sinyal. Dalam cadangan
terdapat divisi infanteri sekitar 30, masing-masing dengan tiga infanteri dan satu resimen
artileri, 12 pertahanan udara dan tujuh divisi logistik brigade dukungan. 25
Karena ketergantungan pada Uni Soviet untuk kemampuan militernya, sebagian
besar dari kemampuan Angkatan Darat generasi kedua atau bahkan generasi ketiga dalam
negeri diproduksi teknologi, berdasarkan desain Soviet asli dari tahun 1950-an, 60-an dan
70-an. Secara keseluruhan PLA menyebarkan sekitar 7.660 tank tempur utama (MBT)
24

Anthony H. Cordesman And Nicholas S. Yarosh, “Chinese Military Modernization And Force Development A
Western Perspective”, Center For Strategic and International Studies, (Washington DC : 2006), hal 59
25
Claire Taylor And Tim Youngs, “China’s Military Posture”, International Affairs And Defence Section, House Of
Commons Library, 2008, hal 26

10

(terutama T-59, T-79, T-88, T-96 dan T-99), 1.000 tank ringan (Tipe 62-I dan Tipe 63A), 3.500
lapis baja kendaraan (varian, Tipe 63 T-77, T-89 dan WZ-523) dan lebih dari 17.700 artileri.
Signifikansi adalah pengiriman pertama tahun 2006 dari theType-99 (ZTZ-99) MBT ke divisi
elit PLA lapis baja di daerah Beijing dan Shenyang militer. Resimen penerbangan PLA juga
dilengkapi dengan berbagai serangan (Z-9), penyerangan (Gazelle), dukungan dan utilitas
(Z-11) helikopter dan jumlah yang tidak ditentukan kendaraan udara tak berawak (UAV). The
PLA juga saat ini penerbangan menguji helikopter Z-10 serangan, yang pertama helikopter
China diproduksi indigenously jenis ini dan diharapkan untuk masuk layanan pada 2008 atau
2009.26
2. People’s Liberation Army Navy (Angkatan Laut)
Meskipun tidak setara dengan kekuatan tenaga dari Angkatan Darat PLA, kekuatan
personil Angkatan Laut masih cukup. Ini terdiri dari 215.000 personil, 40.000 di antaranya
adalah wajib militer dan mencakup 26.000 personil penerbangan angkatan laut dan marinir
10.000. Dalam beberapa tahun terakhir, bagaimanapun, investasi dalam armada permukaan
telah melihat pengenalan beberapa, lebih maju, kemampuan perusak. Angkatan Laut khusus
yang telah ditambah dengan dua kapal Guangzhou tipe penyerang yang mulai beroperasi
pada tahun 2004. Dilengkapi dengan empat kelas kapal perusak yang dilengkapi dengan SSN-22 Sunburn anti-kapal pesiar missiles yang telah memasuki layanan sejak 2002, dua
Lanzhou kelas dan kapal-kapal terbaru armada: dua Luzhou-kelas, yang pertama diluncurkan
pada tahun 2005. Semua empat kelas kapal telah memperkenalkan siluman yang lebih
besar, persenjataan canggih dan jauh lebih baik kemampuan pertahanan udara, daerah
yang telah dianggap kelemahan utama dalam kapal perang China sebelumnya karena
mereka dikenakan batasan geografis kegiatan armada. Penyebaran perusak Luzhou kelas
dikabarkan dilengkapi dengan sistem SA-N-20 permukaan-ke-udara rudal Rusia, yang
memiliki jangkauan sekitar 150 km, misalnya, lebih dari dua kali lipat kisaran AL sebelumnya
sistem pertahanan udara.27
Selain armada kapalnya, AL juga mencakup 46 frigat. Terutama terdiri dari varian
Jianghu-class97 armada telah diuntungkan dari tambahan terbaru: yang Jiangwei-I dan II
kelas (empat dan 10 kapal masing-masing) dan dua kapal dari Jiangkai-kelas, yang hanya
mulai memasuki layanan pada tahun 2007 dan merupakan AL ini fregat pertama
guidedmissile. Seperti dengan kapal perusak baru diperoleh, kelas-kelas akhir fregat telah
disediakan armada permukaan RENCANA dengan signifikan meningkatkan kemampuan
26

Claire Taylor And Tim Youngs, “China’s Military Posture”, International Affairs And Defence Section, House Of
Commons Library, 2008, hal 27
27
Claire Taylor And Tim Youngs, “China’s Military Posture”, International Affairs And Defence Section, House Of
Commons Library, 2008, hal 29

11

pertahanan udara. RENCANA juga memiliki 233 patroli dan kombatan pesisir termasuk 63
kapal patroli cepat dilengkapi dengan permukaan-ke-permukaan rudal, kapal tambang 65
peperangan, sekitar 234 kapal pendaratan amfibi dari berbagai sebutan, termasuk 74 kapal
mendarat menengah dan berat, dan 160 logistik dan transportasi pembuluh 28
Tentara Pembebasan Rakyat Angkatan Laut bekerja untuk mengembangkan generasi
baru pejuang permukaan dengan pertahanan udara ditingkatkan, melawan kapal selam, dan
kemampuan antiship, kapal selam serangan modern yang konvensional dan nuklir dengan
maju torpedo dan kemampuan rudal jelajah, lengan udara baik angkatan laut, dan sangat
meningkatkan pengisian-di-laut kemampuan. Kapal Perusak China yang paling canggih
adalah kapal perusak Sovremenny Class Rusia. The Sovremenny, khusus dirancang untuk
melawa kapal Aegis kelas perusak milik Amerika Serikat, adalah perbaikan besar bagi
perusak PLAN.The membawa rudal antiship Sunburn Rusia, yang adalah salah satu yang
paling canggih di dunia dan terhadap yang hanya ada penanggulangan yang terbatas.
Angkata Laut ini juga mencari rudal jelajah antiship lebih mampu dan rudal jelajah daratserangan (LACMs) Kapal selam Kilo-kelas, juga diperoleh dari Rusia, merupakan kemajuan
yang mengesankan untuk AL tersebut,. Terutama ketika bersenjata dengan bangun-homing
torpedo. RENCANA ini dibatasi oleh kurangnya integrasi dalam komando, kontrol, dan sistem
komunikasi, penargetan, pertahanan udara, dan kemampuan melawan kapal selam perang.
Kapal RENCANA rentan terhadap serangan oleh pesawat, torpedo, rudal dan antiship.
Angkatan laut dari negara-negara ASEAN bisa, jika mampu beroperasi bersama-sama,
termasuk AL dari Laut Cina Selatan.29
3. People’s Liberation Army Air Force (Angkatan Udara)
Angkatan Udara China terdiri dari sekitar 250.000 personel. Wajib militer membentuk
sekitar 37% dari jumlah pasukan, meskipun sejalan dengan kebijakan keseluruhan PLA pada
wajib militer bahwa proporsi sedang terus berkurang. Dari perspektif peralatan, PLAAF
memiliki sekitar 1.762 pesawat tempur mampu dalam inventorynya. pesawat tersebut
pesawat adalah tempur sebagian besar varian J-7 dan J-8 aircraft yang mulai beroperasi
pada tahun 1970-an dan 1980-an, meskipun varian terbaru dari J-7, J-7G hanya memasuki
layanan dengan PLAAF pada tahun 2003, dan Su-27 SK/J-11B.1 Sejak tahun 2004 PLAAF juga
telah ditambah armadanya dengan pengenalan , 10-J pesawat tempur multi-peran dengan
avionik canggih dan senjata yang lebih canggih yang telah dianggap sebagai pesawat

28

Claire Taylor And Tim Youngs, “China’s Military Posture”, International Affairs And Defence Section, House Of
Commons Library, 2008, hal 30
29
Harold Brown, “Chinese Military Power”, Report Of An Independent Task Force, Council On Foreign Relations
Maurice R. Greenberg Center For Geoeconomic Studies, (New York : 2003), Hal 36

12

tempur China yang dikembangkan pertama untuk memenuhi kinerja dan tolok ukur
kemampuan yang disediakan oleh Barat tempur aircraft.
Resimen ketiga telah menerima J-10 telah diidentifikasi pada tahun 2007 di bawah
Divisi Udara 2 di Provinsi Guangdong. Beberapa analis telah menyarankan bahwa PLAAF
akan memperoleh 300 J-10 pesawat oleh 2010. meskipun Pertahanan Intelijen AS dilaporkan
telah diperkirakan secara keseluruhan PLAAF J-10 persyaratan untuk bisa sampai 1.200
pesawat. Saat ini tidak jelas apakah PLAAF akan memperoleh tempur multi-peran JF-17/FC-1
bahwa China saat ini sedang mengembangkan dalam hubungannya dengan Pakistan dan
yang memasuki produksi serial di tahun 2007. Pesawat ini dianggap kurang mampu,
meskipun pesawat lebih murah dibandingkan dengan beberapa pesawat bahwa China saat
ini pengadaan, termasuk J-10. China juga dilaporkan mulai pengembangan generasi
keempat tempur nya, JX (atau J-XX/J-14). Tempur China / pesawat pencegat dilengkapi
dengan AA-12, P-27/AA- 10,, P-37/AA-11 PL-2B, PL-PL-5B dan 8 udara-ke-udara rudal, di
samping baru PL-12 luar-visual-range-udara-ke-udara-rudal (BVRAAM) yang digunakan pada
pesawat J-10 dan J-11B.30
Dengan diperkenalkannya senjata baru dan peningkatan pelatihan pilot, para Tentara
Pembebasan

Rakyat

Angkatan

Udara

(PLAAF)

telah

membuat

beberapa

kemajuan

memperluas kemampuan jelajah udara. Cina telah mengakuisisi 100-plus generasi keempat
pejuang (SU-27s dan SU-30-an) dari Rusia sejak pesawat 1990s.These awal jauh lebih maju
daripada tempur lainnya dalam persediaan PLAAF itu. Digunakan terutama untuk ketinggian
tinggi intersepsi, mampu Mach 2,35, dan sangat bermanuver di ketinggian tinggi tempur,
SU-27 telah dibandingkan dengan Amerika F-15C. Pesawat membawa enam radar-homing
Alamo udara-ke-udara rudal (AAMs) dan AAMs Archer inframerah. The SU-30, yang memiliki
jangkauan 3.000 kilometer, memiliki kemampuan tempur udara dari SU-27 serta serangan
darat dan udara dekat kemampuan dukungan. The SU-30 memiliki avionik yang lebih
canggih dan radar dari SU-27 dan memberikan PLAAF untuk pertama kalinya kemampuan
untuk terbang misi jauh dari garis pantai. Selain itu, pilot PLAAF sekarang terlibat dalam
latihan tempur realistis pelatihan.31
4. People’s Armed Police (Kepolisian)
Polisi Rakyat Bersenjata, dalam konfigurasi saat ini, didirikan pada tahun 1980
menyusul keputusan oleh pemerintah Cina untuk membangun kembali kekuatan khusus
30

Claire Taylor And Tim Youngs, “China’s Military Posture”, International Affairs And Defence Section, House Of
Commons Library, 2008, Hal 27
31
Harold Brown, “Chinese Military Power”, Report Of An Independent Task Force, Council On Foreign Relations
Maurice R. Greenberg Center For Geoeconomic Studies, (New York : 2003), Hal 36

13

untuk keamanan internal dan penegakan hukum. Personel Kepolisian terdiri dari 1,5 juta
personel aktif dipecah menjadi 45 divisi dan disebarkan di 22 provinsi China dan empat
daerah otonom. Selama masa damai, PAP bertanggung jawab untuk menjaga target utama,
termasuk personil dan instalasi ekonomi dan industri kunci, berurusan dengan krisis darurat
termasuk kerusuhan, pemberontakan dan insiden massa lainnya, anti-terorisme, termasuk
anti-pembajakan dan pembuangan bom, dan membantu dalam pembangunan ekonomi
negara, termasuk pertambangan dan mengambil bagian dalam transportasi besar dan
proyek-proyek energi konstruksi. Dalam situasi konflik PAP juga dapat digunakan untuk
keperluan pertahanan teritorial dan dalam mendukung pasukan darat reguler. 32

China Menjadikan Survival Sebagai Tujuan Utama
Tujuan Strategis China
Mengapa China memodernisasi kemampuan militernya? China mengadopsi strategi
saat militer pada tahun 1993. Setelah normalisasi hubungan dengan Uni Soviet dan
kemudian demonstrasi presisi-strike amunisi dalam Perang Teluk Persia, para pemimpin
China menginstruksikan PLA untuk mempersiapkan untuk melawan "perang lokal modern
yang menggunakan teknologi militer tinggi." Penerapan strategi militer berasal dari doktrin
penting Deng Xiaoping bahwa konflik lokal kecil-dan menengah, perang tidak umum atau
total, adalah ancaman yang paling mungkin bahwa China akan bertemu di dunia tidak lagi
ditandai dengan persaingan yang ketat antara dua negara adidaya. Tulisan militer Cina
menggambarkan konflik-konflik lokal secara tiba-tiba, intens, dan destruktif, sehingga
membutuhkan

China

untuk

mengembangkan

kemampuan

operasional

yang

baru

menekankan operasi bersama, respon cepat, dan serangan ofensif untuk mencegah perang
lokal seperti timbulnya atau untuk memenangkan mereka jika mereka meletus. 33
Rezim Keamanan
Tujuan pertama China, mempertahankan (PKC) Partai Komunis China pada monopoli
kekuasaan politik, membedakan angkatan bersenjatanya dari sebagian militer modern
lainnya di dunia. Sejak menjadi sekretaris jenderal, Hu Jintao menekankan bahwa militer
berada di bawah "kepemimpinan mutlak partai." Frase ini menyoroti bahwa keamanan
internal dan pertahanan PKC tetap menjadi prioritas utama, karena kerusuhan politik
32

Claire Taylor And Tim Youngs, “China’s Military Posture”, International Affairs And Defence Section, House Of
Commons Library, 2008, Hal 27
33
M. Taylor Pravel, “China’s Search For Military Power”, The Washington Quarterly , 31:3 pp. 125–141, The Center
for Strategic and International Studies and the Massachusetts Institute of Technology, (The Washington Quarterly :
Summer 2008), Hal 126

14

merupakan tantangan sekali dengan terus pertumbuhan ekonomi yang mendukung
legitimasi partai. Komisaris Politik Nanjing Angkatan Darat Komando Universitas Tian Bingren
menggemakan pandangan Hu dalam sebuah artikel baru-baru ini, mencatat bahwa sumber
utama ketidakstabilan termasuk kekerasan etnis, pengangguran "angkatan bersenjata harus
memberikan jaminan penting dan kuat untuk konsolidasi posisi berkuasa partai." ,
pendapatan ketidaksetaraan, dan lintas-perbatasan kegiatan kriminal. Bulan Maret 2008
adanya demonstrasi dan kerusuhan di daerah Tibet hanya memperkuat pandangan dari satu
ulama militer yang ancaman terhadap keamanan rezim seperti kerusuhan etnis merupakan
"isu strategis" yang mempengaruhi "unifikasi nasional, stabilitas sosial dan pembangunan
ekonomi.”34
Integritas Teritorial
Tujuan kedua adalah mengamankan wilayah China dari ancaman eksternal, misi
dasar untuk angkatan bersenjata negara itu. Sebuah studi pada tentara PLA menyatakan
bahwa "pengamanan integritas teritorial suatu negara harus memiliki angkatan bersenjata
yang besar dan kuat. Mempertahankan wilayah tanah air ini, perairan teritorial dan wilayah
udara adalah tugas-terikat tanggung jawab pasukan kita”. Akhir Perang Dingin didukung
keamanan eksternal China, sebagai runtuhnya Uni Soviet menghilangkan ancaman darat
terbesar ke Cina sejak 1949. Pada 1990-an, China makin memperkuat keamanan perbatasan
melalui demiliterisasi dan perjanjian batas dengan negara tetangga yang mengurangi
jumlah pasukan dan diselesaikan sengketa teritorial yang beredar.35

Unifikasi Nasional
Tujuan ketiga yang ingin dicapai oleh China adalah potensi penggunaan kekuatan
militer atas Taiwan, yang tulisan-tulisan China mengidentifikasi sebagai tujuan yang berbeda
dari mempertahankan integritas teritorial. Hari ini, para pemimpin China menekankan
mencegah dejure, atau formal, kemerdekaan Taiwan dan, melalui saling ketergantungan
ekonomi, menciptakan kondisi untuk Menurut sebuah studi baru pada strategi militer
sebagai "unifikasi damai.", China harus "berisi 'Taiwan separatis' kegiatan dan menjaga
persatuan nasional. " Memang," adalah masalah Taiwan ancaman yang paling nyata dan

34

M. Taylor Pravel, “China’s Search For Military Power”, The Washington Quarterly , 31:3 pp. 125–141, The Center
for Strategic and International Studies and the Massachusetts Institute of Technology, (The Washington Quarterly :
Summer 2008), Hal 127
35
M. Taylor Pravel, “China’s Search For Military Power”, The Washington Quarterly • 31:3 pp. 125–141, The Center
for Strategic and International Studies and the Massachusetts Institute of Technology, (The Washington Quarterly :
Summer 2008), Hal 128

15

menonjol untuk kedaulatan teritorial kita "Meskipun itu hanya dapat membuat kebajikan
keluar dari kebutuhan.
Keamanan Maritim
Tujuan keempat yang juga menarik perhatian adalah peningkatan penekanan China
pada membela nya "hak maritim dan kepentingan" (Haiyang Quanyi). Saat ini, China masih
terlibat dalam sengketa kedaulatan maritim dengan negara-negara tetangganya. Meskipun
mengontrol pulau Paracel yang diklaim oleh Vietnam, menempati hanya sebagian kecil dari
fitur di Spratly di Laut Cina Selatan dan Pulau Senkakus yang disengketakan dengan Jepang.
Dengan satu pengecualian, Cina belum mencapai kesepakatan batas maritim dengan
negara tetangga dan dengan demikian setuju pada kontrol sumber daya bawah laut,
khususnya minyak bumi.
Stabilitas Regional
Tujuan kelima adalah kebutuhan untuk menjaga lingkungan eksternal yang stabil di
mana untuk melanjutkan pembangunan ekonomi. Satu studi menggambarkan tujuan ini
sebagai "menyediakan lingkungan damai yang diperlukan untuk pembangunan nasional”.
Karena ekonomi China sangat bergantung pada perdagangan, "membawa stabilitas regional
signifikansi penting bagi pembangunan ekonomi kita juga seperti menolak postur Amerika
melawan kita "Dalam praktiknya, tujuan ini dihubungkan dengan menghindari atau
menghalangi konflik bersenjata di pinggiran China, karena mereka mengganggu atau
berpotensi menggagalkan reformasi ekonomi China. Studi lain mencatat bahwa "jika
kekacauan atau lokal perang terjadi di pinggiran China, api perang akan membawa bencana
ke China.”36

Kesimpulan
China membangun hegemoninya di kawasan Asia Timur dengan menggunakan tiga
tahapan : 1. Menjadi Aktor Utama di Kawasan Asia Timur, 2. Memiliki Kapasitas Militer Yang
Ofensif, 3. Menjadikan Survival Sebagai Tujuan. Dengan melalui tiga tahapan inilah
kemudian China mampu secara bertahap membangun hegemoninya di kawasan Asia Timur
dan kemudian menantang dominasi Amerika Serikta dalam kacamata politik Internasional.
Dengan kekuatan soft power yang dimiliki China (kekuatan ekonomi, bantuan luar negeri,
36

M. Taylor Pravel, “China’s Search For Military Power”, The Washington Quarterly • 31:3 pp. 125–141, The Center
for Strategic and International Studies and the Massachusetts Institute of Technology, (The Washington Quarterly :
Summer 2008), Hal 128

16

lembaga finansial dan anggaran belanja militer) mereka akhirnya bisa mengukuhkan
pengaruh dan hegemoninya di kawasan Asia Timur.
Kemudian China membangun basis militernya menjadi begitu kuat dengan jumlah
personil militer yang begitu besar, persenjataan yang dimodernisasi dan juga teknologi
senjata nuklir membuat posisi militer China menjadi salah satu yang paling kuat, selain
kapasitas militer yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Selanjutnya China menjadikan kekuatan
soft power dan hard power yang dimilikinya ini untuk mencapai tujuan-tujuan nasionalnya
yang dilakukan dalan kerangka mempertahankan eksistensi negara China (integritas
teritorial, unifikasi nasional, keamanan maritim dan stabiltas regional). Dengan kapasitas
ekonomi, politik dan militer yang sebesar itu dan kemudian China melakukan beberapa
tahapan untuk mencapai tujuan strategis maka tidak diragukan lagi bahwa kebangkitan
China di Asia Timur, adalah kebangkitan dari hegemoni regional baru yang menantang
dominasi hegemoni Amerika Serikat di Asia Timur.

Referensi
Brown, Harold “Chinese Military Power”, Report Of An Independent Task Force,
Council On Foreign Relations Maurice R. Greenberg Center For Geoeconomic Studies, (New
York : 2003)
Cordesman, Anthony H And Nicholas S. Yarosh, “Chinese Military Modernization And
Force Development A Western Perspective”, Center For Strategic and International Studies,
(Washington DC : 2006),
Lum, Thomas “Comparing Global Influence: China’s and U.S. Diplomacy, Foreign Aid,
Trade, and Investment in the Developing World”, (CSR Report For Congress : 2008)
Mearsheimer, John J., ‘China’s Unpeaceful Rise’, Current History, April 2006
Mearsheimer, John J., ‘China’s Challenge to US Power in Asia’, The Chinese Journal of
International Politics, Vol. 3, 2010, Oxford University Press
Mearsheimer, John J., ‘The False Promise Of International Institutions’, International
Security, Vol. 19, No. 3, 1994-1995
Mearsheimer, John J., ‘The Tragedy Of Great Power Politics’, (New York : W.W. Norton,
2001)
Pravel, M. Taylor “China’s Search For Military Power”, The Washington Quarterly ,
31:3 pp. 125–141, The Center for Strategic and International Studies and the Massachusetts
Institute of Technology, (The Washington Quarterly : Summer 2008),
Snyder, Glenn H., ‘Mearsheimer’s World : Offensive Realism And The Struggle For
Security’, International Security, Vol. 27, No. 1, 2002

17

Taylor, Claire And Tim Youngs, “China’s Military Posture”, International Affairs And
Defence Section, House Of Commons Library, 2008
Internet
BBC

News,

‘China

Lands

J-15

Jet

On

Liaoning

Aircraft

Carrier’,

Aircraft

Carrier’,

http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-china-20483716
Huffington

Post,

‘China

Lands

First

Jet

On

Its

http://www.huffingtonpost.com/2012/11/25/China-Jet-Aircraft-Carrier_N_2187767. html
Japan

Times,

‘New

Ships

Give

China's

Navy

A

Stronger

Punch’,

http://www.japantimes.co.jp/text/eo20120912mr.html
The

Economist,

‘China

Military

Rise

:

The

Dragon’s

New

Teeth’,

http://www.economist.com/Node/21552193
The

Times

Of

India,

http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2012-08-

28/china/33449060_1_test-fires-ballistic-missile-agni-v
‘China

Military

Strength’,

http://www.globalfirepower.com/Country-Military-Strength-

Detail.Asp?Country_Id=China

18