MAKALAH AGAMA POLITIK dan ISLAM
MAKALAH AGAMA
POLITIK dan ISLAM
Disusun Oleh:
KELOMPOK 12
Zulkarnaen mas’ud
Kurniawan Yudi
Firman Riski N
Mutia saraswati
Dwi prahardhini
(D1A016225)
(D1A016227)
(D1A016228)
(D1A016232)
(D1A016233)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat dan HidayahNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Islam dan Politik”. Makalah ini dibuat dengan
tujuan untuk menambah pengentahuan penyusun dan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam.
Demi kesempurnaan makalah ini, penyusun mohon kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca semua, apabila ada kekurangan mohon maaf sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Purwokerto, 26 Desember 2016
Hormat Kami,
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Sistem politik adalah suatu bagian yang pasti ada di setiap Negara
sistem politik sendiri berfungsi sebagai pengatur dan membuat peraturan
untuk dipatuhi oleh seluruh warga negaranya.
Ada beberapa sistem politik yaitu sistem politik komunis, liberal dan
demokrasi dari beberapa sistem politik tersebut masih ada juga sistem politik
Islam. Setiap Negara pasti memiliki sistem politiknya masing-masing.
Seperti misalnya Negara Indonesia yang menggunakan sistem politik
demokrasi yang berarti sistem tersebut didasarkan pada nilai, prinsip,
prosedur, dan kelembagaan yang demokratis
Disini kita akan membahas tentang peranan agama Islam dalam
perkembangan politik di dunia saat ini, dengan mengkaji berbagai informasi
berdasarkan Al-Qur‟an, Al Hadits dan sejarah sistem polit ik di masa
Rasulullah SAW.
1.2
BATASAN MASALAH
Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas
diantaranya:
1. Pengertian Politik
2. Pengertian Politik Islam
3. Sejarah Kepemimpinan Rasulullah
1.3
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah
masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu Politik?
2. Apa itu Politik Islam?
3. Bagaimana sejarah kepemimpinan Rasulullah?
1.4
TUJUAN
Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan,
yaitu:
1. Penulis ingin mengetahui arti dari Politik.
2. Penulis ingin mengetahui seperti apa Politik Islam.
3. Penulis ingin mengetahui seperti apa sejarah kepemimpinan Rasulullah.
1.5
SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan
study kepustakaan, yaitu penulis mencari buku-buku dan browsing bacaan
yang berhubungan dengan Agama Islam, Al-Qur’an dan Al Hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN POLITIK
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai
definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun nonkonstitusional.
Komponen-komponen yang diperlukan dalam politik yaitu :
a. Masyarakat
b. Kekuasaan
c. Negara
Fungsi Politik adalah :
Perumusan kepentingan
Pemaduan kepentingan
Pembuatan kebijakan umum
Penerapan kebijakan
Pengawasan pelaksanaan kebijakan
2.3
PENGERTIAN POLITIK ISLAM
Politik dan agama adalah sesuatu yang terpisah. Dan, sesungguhnya
pembentukan pemerintahan dan kenegaraan adalah atas dasar manfaat manfaat
amaliah, bukan atas dasar sesuatu yang lain. Jadi, pembentukan negara modern
didasarkan pada kepentingan-kepentingan praktis, bukan atas dasar agama.
Pemerintahan yang berlaku pada masa Rasulullah dan khalifah
bukanlah diturunkan Allah dari langit. Wahyu Allah hanya mengarahkan
Rasul dan kaum muslimin untuk menjamin kemaslahatan umum, tanpa
merenggut kebebasan mereka untuk memikirkan usaha-usaha menegakkan
kebenaran, kebajikan, dan keadilan.
Alquran sendiri tidak mengatur urusan politik secara khusus, tetapi
hanya memerintahkan untuk menegakkan keadilan, kebajikan, membantu
kaum lemah, dan melarang perbuatan yang tidak senonoh, tercela, serta
durhaka. Alquran hanya meletakkan garis besar pada kaum muslimin,
kemudian memberikan kebebasan untuk memikirkan hal-hal yang diinginkan
dengan ketentuan tidak sampai melanggar batas-batas yang telah ditetapkan.
Islam pada dasarnya adalah Siyasatullah fil Ardh. Maksudnya, dengan
Islam inilah Allah mengatur semesta alam, yang diperuntukan kepada
manusia. Islam itu secara substantif bersifat politis. Konteks pemberian
amanah kepada manusia yang dimaksud di atas adalah Istikhlaf sebagai
konsep politik. Istikhlaf berarti "menjadikan khalifah untuk mewakili dan
melaksanakan tugas yang diwakilkan kepadanya."
Untuk lebih memahaminya, perlu kita ingat kembali bahwa Allah
memberikan manusia dua amanah :
1. Ubudiyah, yaitu untuk beribadah, penghambaan kepada Allah.
2. Amanah Kekhalifahan, hal ini lebih dekat kepada otoritas untuk
mengendalikan kehidupan (di atas bumi).
Allah SWT berfirman, "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa
Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,
..." (QS. An Nur: 55)
Dengan demikian, Islam secara substantif adalah siyasah, yaitu
menghendaki agar ummat menjalankan kepemimpinan politik.
Salah satu tujuan Islam adalah bagaimana agar bisa menerapkan
kehidupan secara Islami dan agar sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi.
Untuk itu perlu dilakukan suatu tindakan untuk merubah situasi saat yang
masih jauh dari harapan ini agar mencapai tujuan di atas. Ada dua pendekatan
dalam agenda perubahan tersebut (secara berurut):
1. Pendekatan secara kultural. Tersirat dalam firman Allah SWT pada
Surat Al Jumuah ayat 2, "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan
Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata."
2. Pendekatan secara struktural. Pendekatan inilah yang lebih bersifat siyasi.
Jadi, ketika telah terbentuk masyarakat yang Islami secara kultural, maka
dibutuhkanlah pemerintahan yang Islami. Contohnya dalam peristiwa
Piagam Madinah. Ketika itu masyarakat Madinah sudah terkondisikan
sebagai masyarakat yang Islami secara kultural.
Kedua pendekatan di atas tidak dapat dipilah-pilahkan satu sama lain.
Kedua hal di atas hanyalah terkait pada tahapan perubahan saja. Jadi,
sebenarnya tidak ada istilah Islam kultural, dan Islam Politik. Islam itu adalah
menyeluruh.
Kemudian Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah sasayasusu-siyasah . Yang berarti (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya)
dan secara bahasa adalah cara pemerintahan Islam mengurus urusan
rakyatnya, serta urusan negara, umat dan rakyatnya terkait dengan negara,
umat dan bangsa lain.
Urusan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan: politik, sosial,
ekonomi, pendidikan, keamanan, dll, yang mana pada masa Rasulullah SAW
makna siyasah (politik) tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan
gembalaannya. Lalu, kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan-urusan
manusia; dan pelaku pengurusan urusan-urusan manusia tersebut dinamai
politikus (siyasiyun). Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil amri
mengurusi (yasûsu) rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat, mengaturnya,
dan menjaganya. Begitu pula dalam perkataan orang Arab dikatakan : yang
artinya “Bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik bila pemimpinnya
rusak seperti ngengat/rayap yang menghancurkan kayu. Dengan demikian,
politik merupakan pemeliharaan (ri‟ayah), perbaikan (ishlah), pelurusan
(taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pendidikan (ta`dib).
Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam
sabdanya : "Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi
(tasusuhumul anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang
menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para
khalifah" (HR. Bukhari dan Muslim). Teranglah bahwa politik atau siyasah itu
makna awalnya adalah mengurusi urusan masyarakat. Berkecimpung dalam
politik berarti memperhatikan kondisi kaum muslimin dengan cara
menghilangkan kezhaliman penguasa pada kaum muslimin dan melenyapkan
kejahatan musuh kafir dari mereka. Untuk itu perlu mengetahui apa yang
dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi urusan kaum muslimin,
mengingkari keburukannya, menasihati pemimpin yang mendurhakai
rakyatnya, serta memeranginya pada saat terjadi kekufuran yang nyata (kufran
bawahan) seperti ditegaskan dalam banyak hadits terkenal. Ini adalah perintah
Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Berkaitan dengan persoalan ini Nabi
Muhammad SAW bersabda :
"Siapa saja yang bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka
ia bukanlah (hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namum tidak
memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka."
(HR. Al Hakim)
a.
Pilar-pilar dasar dalam pemerintahan Politik Islam antara lain adalah :
Kedaulatan di Tangan Syara‟(hukum Islam)
Kekuasaan di Tangan Umat
Hanya Khalifah yang Berhak Mengadopdi Hukum
Wajib Membai‟at Satu Khalifah
Struktur Pemerintahan dan Administrasi dalam sistem Khalifah
Politik Islam :
Khalifah
Mu‟awin Tafwidh/Mentri tapi tidak berhak membuat UU (Pembantu
Khalifah Bidang Pemerintahan)
Mu‟awin Tanfidz (Pembantu Khalifah Bidang Administrasi)
Wali/Kepala Daerah
Amir Jihad – Mabes Angkatan Bersenjata
Departemen Keamanan Dalam Negeri
Departemen Luar Negeri
Departemen Perindustrian
Departemen Kehakiman
Departemen Penerangan
Kemaslahatan Publik
Baitul Mal (rumah penyimpan harta)
Majelis Ummah/Dewan Perwakilan Rakyat
b. Sistem Politik dalam Negeri Khilafah
Menerapkan syariat Islam kepada seluruh rakyat, Muslim maupun
Non-Muslim;
Memberikan kebebasan kepada rakyat Non-Muslim menjalankan
ibadah, makan, minum, tatacara berpakaian, dan menikah menurut
agama dan keyakinan mereka;
Memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada setiap warga
negara, Muslim dan Non-Muslim, kecuali yang menjadi kekhususan
masing-masing;
Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan umat Islam dalam satu
negara, dengan akidah yang sama, yaitu akidah Islam;
c. Sistem Politik luar Negeri Khilafah
Mengemban Islam kepada seluruh bangsa, negara dan umat lain;
Menerapkan syariat Islam kepada bangsa, negara dan umat lain yang
berhubungan dengan Khilafah;
Berjihad dalam rangka membebaskan penghambaan manusia oleh
manusia („ibadat al-‟ibad) untuk menyembah Rabb al- ‟Ibad;
d. Jaminan Penerapan Syariat Islam, di Dalam dan Luar Negeri:
Ketakwaan individu, rakyat dan aparatur negara;
Kontrol masyarakat (umat dan partai politik) yang mempunyai
kesadaran ideologis;
Penerapan Islam secara kaffah, adil dan konsekuen oleh negara kepada
seluruh rakyat;
e. Fungsi Organisasi dan Partai Dalam Sistem Khilafah:
Edukasi: Mendidik umat dan masyarakat agar memahami Islam
dengan benar;
Agregasi: Menghimpun umat dan masyarakat berdasarkan ikatan
Islam;
Artikulasi: Menyampaikan aspirasi umat dan masyarakat yang sesuai
dengan Islam, dan mengoreksi kebijakan yang bertentangan dengannya;
Organisasi dan partai seperti ini hukumnya Fardu Kifayah:
2.3
SISTEM POLITIK ISLAM DI MASA RASULULLAH SAW
a. Sejarah Politik Masa Nabi SAW. dan Khulafa’ al-R asyidîn
Pemerintahan Islam sejak dari masa Nabi Muhammad SAW di Madinah
pada 622 M hingga Khulafa al-Rasyidîn yang berakhir pada sekitar 656 M
merepresentasikan sebuah upaya penegakan kebajikan di muka bumi.
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW adalah kepemimpinan moral yang sangat
peduli pada perwujudan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Seperti dicatat dalam sejumlah riwayat, pemerintahan Nabi di Madinah
adalah pemerintahan yang toleran. Dokumen tentang toleransi dapat dibaca dalam
Piagam Madinah yang berintikan antara lain: penghormatan pada pemeluk agama
yang berbeda, hidup bertetangga secara damai, kerja sama dalam keamanan, dan
perlindungan bagi pihak-pihak yang teraniaya. Isi Piagam Madinah tersebut
dicatat sebagai dokumen politik pertama dalam sejarah yang mengadopsi prinsip
prinsip toleransi. Selain itu, Piagam Madinah dilihat dari kacamata teori politik,
dianggap memiliki gagasan-gagasan HAM modern meskipun lahir di masa pramodern.
Pemerintahan Nabi di Madinah berhasil menyatukan sukusuku yang
bertikai menjadi satu bangsa. Tidaklah mudah menyatukan suku-suku yang
berkonflik ratusan tahun di sana. Tetapi dengan kekuatan integritas moral yang
kuat seperti Nabi SAW., masalah konflik dapat diatasi. Maka gampanglah jalan
bagi Nabi untuk melakukan pembangunan berdasarkan al-Qur‟an sehingga
terciptalah kesejahtraan rakyat.
Menurut riwayat, tidak ada pemberontakan berarti selama Nabi
memerintah di sana dari rakyatnya. Yang terjadi justru, ketaatan penuh rakyat
pada kepemimpinan Nabi. Pernik-pernik konflik terjadi hanya dengan negaranegara tetangga yang takut kehilangan pengaruh kekuasaannya.
Jadi, selama Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin Negara Madinah,
ia menjadi pemimpin yang adil dan menerapkan keagungan moral bagi rakyatnya.
Itulah sebabnya A‟isyah istri Nabi pernah mengatakan bahwa “akhlaq Rasulullah
adalah al-Qur‟a n”. Al-Qur‟an dan Sunnahnya menjadi undang-undang negara
yang mengikat kaum Muslimin di sana. Sekalipun begitu, umat-umat lain juga
dilindungi. Dalam Q.s., alAmbiya‟:107 disebutkan yang artinya, “ Tidaklah Kami
utus engkau selain menjadi rahmat bagi seluruh alam”. Konsep rahmatan lil’
alamîn adalah konsep 2 toleransi di dalam Islam yang hingga sekarang sering
dikutip sebagai teologi toleransi yang amat penting dalam relasi Islam dan negara.
Demikianlah, kepemimpinan Nabi adalah cermin moralitas dan teladan
indah bagi umat Islam dan bahkan umat manusia. Nabi SAW adalah model ideal
umat yang karir hidupnya dapat memunculkan kearifan-kearifan politik umat.
Hingga wafatnya pada Juni 632 M, Nabi
Muhammad SAW telah menjadi Nabi-Penguasa yang efektif atas sebagian
besar semenanjung Arabia.
Pasca wafatnya Nabi, pemerintahan Islam diteruskan oleh empat khalifah
yang utama (Khulafa’ al-R asyidîn), yakni Abu Bakar ra, Umar bin Khattab,
Usman bin, Aff an, dan Ali bin Abin Thalib. Keempat khalifah tersebut
menyelenggarakan pemerintahan Islam mendekati pemerintahan Nabi
Muhammad SAW. Keadilan, penegakan hukum, musyawarah, dan egalitarianisme
amat ditegakkan sehingga empat khalifah itu diberi gelar empat khalifah yang
mendapat petunjuk. Meski ada riak-riak politik di dalam era keempat khalifah itu,
tapi secara keseluruhan menampakkan gerak moral yang amat kosnsisten dan
perluasan wilayah yang amat efektif ke luar Jazirah Arabia. Selama tiga puluh
tahun (30 tahun), keempat khalifah menampakkan sebuah
pemerintahan politik Islam yang amat agung dan menjadi sejarah politik yang
demokratis di dunia saat itu. Pasca keempat khalifah, pemerintahan Islam
mengalami pasang-surut.
Demikian pula sejarah Islam mengalami kebangkitan dan keruntuhan. Dari
sejarah itu, menunjukkan garis konstan bahwa pemerintahan yang
mengedepankan moralitas akan memperoleh kejayaan dan sebaliknya. Karena itu,
sejarah politik Islam adalah sejarah pasangsurut antara yang ma’ruf dan yang
mungkar.Umat Islam harus mengambil nilai-nilai dan prinsip-prinsip politik yang
baik dan menjauhkan noda-noda hitamnya jika ingin sebuah pemerintahan itu
tegak di muka bumi.
b. Nilai-Nilai Politik Dalam al-Qur’an
Namun perlu dicatat, al-Qur‟an bukanlah kitab polit ik. Ia hanya
memberikan prinsip-prinsipnya saja dan bukan mengajari cara-cara berpolitik
praktis. Dengan 3 demikian, perhatian utama al-Qur'an adalah memberikan
petunjuk yang benar kepada manusia, yaitu petunjuk yang akan membawanya
kepada kebenaran dan suasana kehidupan yang baik. Sebagai kitab petunjuk, alQur'an mengarahkan manusia kepada hal-hal praktis. Ia memberi tekanan lebih
atas amal perbuatan daripada gagasan. Bertolak dari sisi pandangan ini, maka
iman barulah punya arti jika diikuti secara terpadu oleh perbuatan baik yang
positif dan konstruktif.
Sebagai suatu petunjuk bagi manusia, al-Qur'an menyediakan suatu dasar
yang kukuh dan tak berubah bagi semua prinsip-prinsip etik dan moral yang perlu
bagi kehidupan ini. Menurut Muhammad Asad, al-Qur'an memberikan jawaban
komprehensif untuk persoalan tingkah laku yang baik bagi manusia sebagai
perorangan dan sebagai anggota masyarakat dalam rangka menciptakan suatu
kehidupan yang berimbang di dunia ini dengan tujuan terakhir kebahagiaan di
akhirat.
Al-Qur'an sendiri mengajarkan bahwa kehidupan di dunia merupakan
prasyarat bagi kebahagiaan hidup yang akan datang seperti dinyatakan dalam alQur'an, ”Barang siapa buta di dunia ini, maka akan buta di akhirat, dan bahkan
lebih sesat lagi perjalanannya” (terj. Q.s., alAhzab72) Bagi seorang mukmin, alQur'an merupakan manifestasi terakhir bagi rahmat Allah swt. kepada manusia, di
samping sebagai prinsip kebijaksanaan yang terakhir pula.
Jadi, jangan menjadikan al-Qur‟an dan pemerintahan Nabi untuk
instrument politik. Tapi ambillah prinsip-prinsip etiknya dan sesuaikan dengan
kondisi-kondisi sosial politik sehingga melahirkan suatu kombinasi moralitas
Islam dan relevansi sosial politik. Wallahu A’lamu bil-Shawab.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dengan demikian penyusun dapat menyimpulkan bahwa hubungan Islam
dan Politik itu sangat berkaitan karena telah dijelaskan tentang aturan dan caracara
dalam berpolitik yang sesuai tuntunan Al-Quran dan Hadits. Oleh karena itu
sistem politik Islam yang melihat dokumen-dokumen dari Al-Qur‟an ini memuat
prinsip-prinsip politik berupa keadilan, musyawarah, toleransi, hak-hak dan
kewajiban, amar ma’ruf dan nahi mungkar, kejujuran, dan penegakan hukum.
Jadi dengan sistem dan peraturan-peraturan hukum yang sesuai dengan
Al-Qur‟an sudah past i sistem polit ik Islam lebih baik dibandingkan dengan
sistem Politik yang lain.
3.2
SARAN
Dengan uraian di atas kita dapat menyadari bahwa apapun sistem politik
yang di gunakan disetiap Negara akan percuma kalau tidak didasari dengan
kesadaran Iman dan Taqwa kepada Allah oleh setiap pemimpin dan rakyatnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://luluvikar.wordpress.com/?Islam%20dan%20Politik
http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/politik-islamdanpolitik-jahiliyyah.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Islam
http://id.wikipedia.org/wiki/Khalifah
http://www.hudzaifah.org/Article64.phtml
http://www.scribd.com/doc/17236048/Sejarah-PolitikIslam
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik
POLITIK dan ISLAM
Disusun Oleh:
KELOMPOK 12
Zulkarnaen mas’ud
Kurniawan Yudi
Firman Riski N
Mutia saraswati
Dwi prahardhini
(D1A016225)
(D1A016227)
(D1A016228)
(D1A016232)
(D1A016233)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat dan HidayahNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Islam dan Politik”. Makalah ini dibuat dengan
tujuan untuk menambah pengentahuan penyusun dan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam.
Demi kesempurnaan makalah ini, penyusun mohon kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca semua, apabila ada kekurangan mohon maaf sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Purwokerto, 26 Desember 2016
Hormat Kami,
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Sistem politik adalah suatu bagian yang pasti ada di setiap Negara
sistem politik sendiri berfungsi sebagai pengatur dan membuat peraturan
untuk dipatuhi oleh seluruh warga negaranya.
Ada beberapa sistem politik yaitu sistem politik komunis, liberal dan
demokrasi dari beberapa sistem politik tersebut masih ada juga sistem politik
Islam. Setiap Negara pasti memiliki sistem politiknya masing-masing.
Seperti misalnya Negara Indonesia yang menggunakan sistem politik
demokrasi yang berarti sistem tersebut didasarkan pada nilai, prinsip,
prosedur, dan kelembagaan yang demokratis
Disini kita akan membahas tentang peranan agama Islam dalam
perkembangan politik di dunia saat ini, dengan mengkaji berbagai informasi
berdasarkan Al-Qur‟an, Al Hadits dan sejarah sistem polit ik di masa
Rasulullah SAW.
1.2
BATASAN MASALAH
Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas
diantaranya:
1. Pengertian Politik
2. Pengertian Politik Islam
3. Sejarah Kepemimpinan Rasulullah
1.3
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah
masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu Politik?
2. Apa itu Politik Islam?
3. Bagaimana sejarah kepemimpinan Rasulullah?
1.4
TUJUAN
Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan,
yaitu:
1. Penulis ingin mengetahui arti dari Politik.
2. Penulis ingin mengetahui seperti apa Politik Islam.
3. Penulis ingin mengetahui seperti apa sejarah kepemimpinan Rasulullah.
1.5
SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan
study kepustakaan, yaitu penulis mencari buku-buku dan browsing bacaan
yang berhubungan dengan Agama Islam, Al-Qur’an dan Al Hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN POLITIK
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai
definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun nonkonstitusional.
Komponen-komponen yang diperlukan dalam politik yaitu :
a. Masyarakat
b. Kekuasaan
c. Negara
Fungsi Politik adalah :
Perumusan kepentingan
Pemaduan kepentingan
Pembuatan kebijakan umum
Penerapan kebijakan
Pengawasan pelaksanaan kebijakan
2.3
PENGERTIAN POLITIK ISLAM
Politik dan agama adalah sesuatu yang terpisah. Dan, sesungguhnya
pembentukan pemerintahan dan kenegaraan adalah atas dasar manfaat manfaat
amaliah, bukan atas dasar sesuatu yang lain. Jadi, pembentukan negara modern
didasarkan pada kepentingan-kepentingan praktis, bukan atas dasar agama.
Pemerintahan yang berlaku pada masa Rasulullah dan khalifah
bukanlah diturunkan Allah dari langit. Wahyu Allah hanya mengarahkan
Rasul dan kaum muslimin untuk menjamin kemaslahatan umum, tanpa
merenggut kebebasan mereka untuk memikirkan usaha-usaha menegakkan
kebenaran, kebajikan, dan keadilan.
Alquran sendiri tidak mengatur urusan politik secara khusus, tetapi
hanya memerintahkan untuk menegakkan keadilan, kebajikan, membantu
kaum lemah, dan melarang perbuatan yang tidak senonoh, tercela, serta
durhaka. Alquran hanya meletakkan garis besar pada kaum muslimin,
kemudian memberikan kebebasan untuk memikirkan hal-hal yang diinginkan
dengan ketentuan tidak sampai melanggar batas-batas yang telah ditetapkan.
Islam pada dasarnya adalah Siyasatullah fil Ardh. Maksudnya, dengan
Islam inilah Allah mengatur semesta alam, yang diperuntukan kepada
manusia. Islam itu secara substantif bersifat politis. Konteks pemberian
amanah kepada manusia yang dimaksud di atas adalah Istikhlaf sebagai
konsep politik. Istikhlaf berarti "menjadikan khalifah untuk mewakili dan
melaksanakan tugas yang diwakilkan kepadanya."
Untuk lebih memahaminya, perlu kita ingat kembali bahwa Allah
memberikan manusia dua amanah :
1. Ubudiyah, yaitu untuk beribadah, penghambaan kepada Allah.
2. Amanah Kekhalifahan, hal ini lebih dekat kepada otoritas untuk
mengendalikan kehidupan (di atas bumi).
Allah SWT berfirman, "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa
Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,
..." (QS. An Nur: 55)
Dengan demikian, Islam secara substantif adalah siyasah, yaitu
menghendaki agar ummat menjalankan kepemimpinan politik.
Salah satu tujuan Islam adalah bagaimana agar bisa menerapkan
kehidupan secara Islami dan agar sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi.
Untuk itu perlu dilakukan suatu tindakan untuk merubah situasi saat yang
masih jauh dari harapan ini agar mencapai tujuan di atas. Ada dua pendekatan
dalam agenda perubahan tersebut (secara berurut):
1. Pendekatan secara kultural. Tersirat dalam firman Allah SWT pada
Surat Al Jumuah ayat 2, "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan
Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata."
2. Pendekatan secara struktural. Pendekatan inilah yang lebih bersifat siyasi.
Jadi, ketika telah terbentuk masyarakat yang Islami secara kultural, maka
dibutuhkanlah pemerintahan yang Islami. Contohnya dalam peristiwa
Piagam Madinah. Ketika itu masyarakat Madinah sudah terkondisikan
sebagai masyarakat yang Islami secara kultural.
Kedua pendekatan di atas tidak dapat dipilah-pilahkan satu sama lain.
Kedua hal di atas hanyalah terkait pada tahapan perubahan saja. Jadi,
sebenarnya tidak ada istilah Islam kultural, dan Islam Politik. Islam itu adalah
menyeluruh.
Kemudian Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah sasayasusu-siyasah . Yang berarti (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya)
dan secara bahasa adalah cara pemerintahan Islam mengurus urusan
rakyatnya, serta urusan negara, umat dan rakyatnya terkait dengan negara,
umat dan bangsa lain.
Urusan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan: politik, sosial,
ekonomi, pendidikan, keamanan, dll, yang mana pada masa Rasulullah SAW
makna siyasah (politik) tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan
gembalaannya. Lalu, kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan-urusan
manusia; dan pelaku pengurusan urusan-urusan manusia tersebut dinamai
politikus (siyasiyun). Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil amri
mengurusi (yasûsu) rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat, mengaturnya,
dan menjaganya. Begitu pula dalam perkataan orang Arab dikatakan : yang
artinya “Bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik bila pemimpinnya
rusak seperti ngengat/rayap yang menghancurkan kayu. Dengan demikian,
politik merupakan pemeliharaan (ri‟ayah), perbaikan (ishlah), pelurusan
(taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pendidikan (ta`dib).
Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam
sabdanya : "Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi
(tasusuhumul anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang
menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para
khalifah" (HR. Bukhari dan Muslim). Teranglah bahwa politik atau siyasah itu
makna awalnya adalah mengurusi urusan masyarakat. Berkecimpung dalam
politik berarti memperhatikan kondisi kaum muslimin dengan cara
menghilangkan kezhaliman penguasa pada kaum muslimin dan melenyapkan
kejahatan musuh kafir dari mereka. Untuk itu perlu mengetahui apa yang
dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi urusan kaum muslimin,
mengingkari keburukannya, menasihati pemimpin yang mendurhakai
rakyatnya, serta memeranginya pada saat terjadi kekufuran yang nyata (kufran
bawahan) seperti ditegaskan dalam banyak hadits terkenal. Ini adalah perintah
Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Berkaitan dengan persoalan ini Nabi
Muhammad SAW bersabda :
"Siapa saja yang bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka
ia bukanlah (hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namum tidak
memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka."
(HR. Al Hakim)
a.
Pilar-pilar dasar dalam pemerintahan Politik Islam antara lain adalah :
Kedaulatan di Tangan Syara‟(hukum Islam)
Kekuasaan di Tangan Umat
Hanya Khalifah yang Berhak Mengadopdi Hukum
Wajib Membai‟at Satu Khalifah
Struktur Pemerintahan dan Administrasi dalam sistem Khalifah
Politik Islam :
Khalifah
Mu‟awin Tafwidh/Mentri tapi tidak berhak membuat UU (Pembantu
Khalifah Bidang Pemerintahan)
Mu‟awin Tanfidz (Pembantu Khalifah Bidang Administrasi)
Wali/Kepala Daerah
Amir Jihad – Mabes Angkatan Bersenjata
Departemen Keamanan Dalam Negeri
Departemen Luar Negeri
Departemen Perindustrian
Departemen Kehakiman
Departemen Penerangan
Kemaslahatan Publik
Baitul Mal (rumah penyimpan harta)
Majelis Ummah/Dewan Perwakilan Rakyat
b. Sistem Politik dalam Negeri Khilafah
Menerapkan syariat Islam kepada seluruh rakyat, Muslim maupun
Non-Muslim;
Memberikan kebebasan kepada rakyat Non-Muslim menjalankan
ibadah, makan, minum, tatacara berpakaian, dan menikah menurut
agama dan keyakinan mereka;
Memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada setiap warga
negara, Muslim dan Non-Muslim, kecuali yang menjadi kekhususan
masing-masing;
Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan umat Islam dalam satu
negara, dengan akidah yang sama, yaitu akidah Islam;
c. Sistem Politik luar Negeri Khilafah
Mengemban Islam kepada seluruh bangsa, negara dan umat lain;
Menerapkan syariat Islam kepada bangsa, negara dan umat lain yang
berhubungan dengan Khilafah;
Berjihad dalam rangka membebaskan penghambaan manusia oleh
manusia („ibadat al-‟ibad) untuk menyembah Rabb al- ‟Ibad;
d. Jaminan Penerapan Syariat Islam, di Dalam dan Luar Negeri:
Ketakwaan individu, rakyat dan aparatur negara;
Kontrol masyarakat (umat dan partai politik) yang mempunyai
kesadaran ideologis;
Penerapan Islam secara kaffah, adil dan konsekuen oleh negara kepada
seluruh rakyat;
e. Fungsi Organisasi dan Partai Dalam Sistem Khilafah:
Edukasi: Mendidik umat dan masyarakat agar memahami Islam
dengan benar;
Agregasi: Menghimpun umat dan masyarakat berdasarkan ikatan
Islam;
Artikulasi: Menyampaikan aspirasi umat dan masyarakat yang sesuai
dengan Islam, dan mengoreksi kebijakan yang bertentangan dengannya;
Organisasi dan partai seperti ini hukumnya Fardu Kifayah:
2.3
SISTEM POLITIK ISLAM DI MASA RASULULLAH SAW
a. Sejarah Politik Masa Nabi SAW. dan Khulafa’ al-R asyidîn
Pemerintahan Islam sejak dari masa Nabi Muhammad SAW di Madinah
pada 622 M hingga Khulafa al-Rasyidîn yang berakhir pada sekitar 656 M
merepresentasikan sebuah upaya penegakan kebajikan di muka bumi.
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW adalah kepemimpinan moral yang sangat
peduli pada perwujudan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Seperti dicatat dalam sejumlah riwayat, pemerintahan Nabi di Madinah
adalah pemerintahan yang toleran. Dokumen tentang toleransi dapat dibaca dalam
Piagam Madinah yang berintikan antara lain: penghormatan pada pemeluk agama
yang berbeda, hidup bertetangga secara damai, kerja sama dalam keamanan, dan
perlindungan bagi pihak-pihak yang teraniaya. Isi Piagam Madinah tersebut
dicatat sebagai dokumen politik pertama dalam sejarah yang mengadopsi prinsip
prinsip toleransi. Selain itu, Piagam Madinah dilihat dari kacamata teori politik,
dianggap memiliki gagasan-gagasan HAM modern meskipun lahir di masa pramodern.
Pemerintahan Nabi di Madinah berhasil menyatukan sukusuku yang
bertikai menjadi satu bangsa. Tidaklah mudah menyatukan suku-suku yang
berkonflik ratusan tahun di sana. Tetapi dengan kekuatan integritas moral yang
kuat seperti Nabi SAW., masalah konflik dapat diatasi. Maka gampanglah jalan
bagi Nabi untuk melakukan pembangunan berdasarkan al-Qur‟an sehingga
terciptalah kesejahtraan rakyat.
Menurut riwayat, tidak ada pemberontakan berarti selama Nabi
memerintah di sana dari rakyatnya. Yang terjadi justru, ketaatan penuh rakyat
pada kepemimpinan Nabi. Pernik-pernik konflik terjadi hanya dengan negaranegara tetangga yang takut kehilangan pengaruh kekuasaannya.
Jadi, selama Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin Negara Madinah,
ia menjadi pemimpin yang adil dan menerapkan keagungan moral bagi rakyatnya.
Itulah sebabnya A‟isyah istri Nabi pernah mengatakan bahwa “akhlaq Rasulullah
adalah al-Qur‟a n”. Al-Qur‟an dan Sunnahnya menjadi undang-undang negara
yang mengikat kaum Muslimin di sana. Sekalipun begitu, umat-umat lain juga
dilindungi. Dalam Q.s., alAmbiya‟:107 disebutkan yang artinya, “ Tidaklah Kami
utus engkau selain menjadi rahmat bagi seluruh alam”. Konsep rahmatan lil’
alamîn adalah konsep 2 toleransi di dalam Islam yang hingga sekarang sering
dikutip sebagai teologi toleransi yang amat penting dalam relasi Islam dan negara.
Demikianlah, kepemimpinan Nabi adalah cermin moralitas dan teladan
indah bagi umat Islam dan bahkan umat manusia. Nabi SAW adalah model ideal
umat yang karir hidupnya dapat memunculkan kearifan-kearifan politik umat.
Hingga wafatnya pada Juni 632 M, Nabi
Muhammad SAW telah menjadi Nabi-Penguasa yang efektif atas sebagian
besar semenanjung Arabia.
Pasca wafatnya Nabi, pemerintahan Islam diteruskan oleh empat khalifah
yang utama (Khulafa’ al-R asyidîn), yakni Abu Bakar ra, Umar bin Khattab,
Usman bin, Aff an, dan Ali bin Abin Thalib. Keempat khalifah tersebut
menyelenggarakan pemerintahan Islam mendekati pemerintahan Nabi
Muhammad SAW. Keadilan, penegakan hukum, musyawarah, dan egalitarianisme
amat ditegakkan sehingga empat khalifah itu diberi gelar empat khalifah yang
mendapat petunjuk. Meski ada riak-riak politik di dalam era keempat khalifah itu,
tapi secara keseluruhan menampakkan gerak moral yang amat kosnsisten dan
perluasan wilayah yang amat efektif ke luar Jazirah Arabia. Selama tiga puluh
tahun (30 tahun), keempat khalifah menampakkan sebuah
pemerintahan politik Islam yang amat agung dan menjadi sejarah politik yang
demokratis di dunia saat itu. Pasca keempat khalifah, pemerintahan Islam
mengalami pasang-surut.
Demikian pula sejarah Islam mengalami kebangkitan dan keruntuhan. Dari
sejarah itu, menunjukkan garis konstan bahwa pemerintahan yang
mengedepankan moralitas akan memperoleh kejayaan dan sebaliknya. Karena itu,
sejarah politik Islam adalah sejarah pasangsurut antara yang ma’ruf dan yang
mungkar.Umat Islam harus mengambil nilai-nilai dan prinsip-prinsip politik yang
baik dan menjauhkan noda-noda hitamnya jika ingin sebuah pemerintahan itu
tegak di muka bumi.
b. Nilai-Nilai Politik Dalam al-Qur’an
Namun perlu dicatat, al-Qur‟an bukanlah kitab polit ik. Ia hanya
memberikan prinsip-prinsipnya saja dan bukan mengajari cara-cara berpolitik
praktis. Dengan 3 demikian, perhatian utama al-Qur'an adalah memberikan
petunjuk yang benar kepada manusia, yaitu petunjuk yang akan membawanya
kepada kebenaran dan suasana kehidupan yang baik. Sebagai kitab petunjuk, alQur'an mengarahkan manusia kepada hal-hal praktis. Ia memberi tekanan lebih
atas amal perbuatan daripada gagasan. Bertolak dari sisi pandangan ini, maka
iman barulah punya arti jika diikuti secara terpadu oleh perbuatan baik yang
positif dan konstruktif.
Sebagai suatu petunjuk bagi manusia, al-Qur'an menyediakan suatu dasar
yang kukuh dan tak berubah bagi semua prinsip-prinsip etik dan moral yang perlu
bagi kehidupan ini. Menurut Muhammad Asad, al-Qur'an memberikan jawaban
komprehensif untuk persoalan tingkah laku yang baik bagi manusia sebagai
perorangan dan sebagai anggota masyarakat dalam rangka menciptakan suatu
kehidupan yang berimbang di dunia ini dengan tujuan terakhir kebahagiaan di
akhirat.
Al-Qur'an sendiri mengajarkan bahwa kehidupan di dunia merupakan
prasyarat bagi kebahagiaan hidup yang akan datang seperti dinyatakan dalam alQur'an, ”Barang siapa buta di dunia ini, maka akan buta di akhirat, dan bahkan
lebih sesat lagi perjalanannya” (terj. Q.s., alAhzab72) Bagi seorang mukmin, alQur'an merupakan manifestasi terakhir bagi rahmat Allah swt. kepada manusia, di
samping sebagai prinsip kebijaksanaan yang terakhir pula.
Jadi, jangan menjadikan al-Qur‟an dan pemerintahan Nabi untuk
instrument politik. Tapi ambillah prinsip-prinsip etiknya dan sesuaikan dengan
kondisi-kondisi sosial politik sehingga melahirkan suatu kombinasi moralitas
Islam dan relevansi sosial politik. Wallahu A’lamu bil-Shawab.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dengan demikian penyusun dapat menyimpulkan bahwa hubungan Islam
dan Politik itu sangat berkaitan karena telah dijelaskan tentang aturan dan caracara
dalam berpolitik yang sesuai tuntunan Al-Quran dan Hadits. Oleh karena itu
sistem politik Islam yang melihat dokumen-dokumen dari Al-Qur‟an ini memuat
prinsip-prinsip politik berupa keadilan, musyawarah, toleransi, hak-hak dan
kewajiban, amar ma’ruf dan nahi mungkar, kejujuran, dan penegakan hukum.
Jadi dengan sistem dan peraturan-peraturan hukum yang sesuai dengan
Al-Qur‟an sudah past i sistem polit ik Islam lebih baik dibandingkan dengan
sistem Politik yang lain.
3.2
SARAN
Dengan uraian di atas kita dapat menyadari bahwa apapun sistem politik
yang di gunakan disetiap Negara akan percuma kalau tidak didasari dengan
kesadaran Iman dan Taqwa kepada Allah oleh setiap pemimpin dan rakyatnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://luluvikar.wordpress.com/?Islam%20dan%20Politik
http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/politik-islamdanpolitik-jahiliyyah.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Islam
http://id.wikipedia.org/wiki/Khalifah
http://www.hudzaifah.org/Article64.phtml
http://www.scribd.com/doc/17236048/Sejarah-PolitikIslam
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik