Respon Masyarakat Terhadap Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Danau Toba di Desa Silalahi II Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Pembangunan di setiap negara akan selalu dilakukan demi perubahan serta

pemenuhan kebutuhan warga negara. Pada dasarnya pembangunan tersebut
bertujuan untuk peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan sosial setiap warga
negara. Di Indonesia, pembangunan itu merupakan hakikat dan tanggung jawab
sebuah bangsa yang telah tertuang dalam nilai-nilai UUD 1945.
Adanya suatu perubahan yang terjadi sebagai dampak dari pembangunan,
diharapkan membuahkan suatu kemajuan. Salah satu indikasi perubahan yang
bersifat kemajuan tersebut dapat dilihat dari peningkatan taraf hidup atau
kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan dapat diketahui dari
semakin banyaknya kebutuhan yang dapat dipenuhi. Berkaitan dengan upaya
pemenuhan kebutuhan tersebut, dalam setiap masyarakat tersedia sumber dan
potensi yang dimanfaatkan. Oleh sebab itu, pembangunan masyarakat sering juga
disebut sebagai usaha menciptakan hubungan yang serasi antara sumber-sumber
yang tersedia dengan kebutuhan masyarakat. Apabila hubungan yang harmonis
tersebut dapat terwujud, maka kesejahteraan masyarakat akan terwujud pula, apa

bila yang terjadi sebaliknya, maka yang akan ditemukan adalah adanya berbagai
bentuk masalah sosial (Soetomo, 2010:19-20).
Salah satu bentuk masalah sosial yaitu kemiskinan, hal ini merupakan
inspirasi untuk melaksanakan suatu pembangunan. Kemiskinan merupakan isu
global di setiap negara berkembang maupun sedang berkembang. Negara sedang
berkembang di sebagian wilayah Asia dan Afrika, selalu berurusan dengan
masalah pengentasan kemiskinan. Sementara bagi negara maju, sangat tertarik
1
Universitas Sumatera Utara

membahas kemiskinan, karena kondisi di negara berkembang berdampak pada
stabilitas ekonomi dan politik negara maju. Sehingga dapat disimpulkan masalah
kemiskinan menjadi urusan semua bangsa dan menjadi musuh utama umat
manusia di dunia yang harus dituntaskan. Kondisi kemiskinan dengan berbagai
dimensi dan implikasinya, merupakan salah satu bentuk masalah sosial yang
menuntut pemecahan. Pembangunan masyarakat diharapkan akan dapat tampil
sebagai salah satu alternatif untuk melakukan upaya pemecahan masalah dan
perbaikan kondisi tersebut (Soetomo, 1995:116).
Masalah kemiskinan di Indonesia telah menjadi suatu masalah yang
kompleks dan belum dapat terselesaikan yang menuntut adanya pemecahan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan bahwa jumlah penduduk
miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis
kemiskinan) pada Maret 2016 di Indonesia mencapai 28,01 juta jiwa atau sebesar
10,86 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Untuk persentase penduduk
miskin di daerah perkotaan pada September 2015 sebesar 8,22 persen, turun
menjadi 7,79 persen pada Maret 2016. Sementara persentase penduduk miskin di
daerah perdesaan naik dari 14,09 persen pada September 2015 menjadi 14,11
persen pada Maret 2016 (Badan Pusat Statistik :2016).
Berdasarkan hasil survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilaksanakan
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, persentase masyarakat miskin di
Sumatera Utara pada tahun 2012 sebesar 10,41 persen, kemudian mengalami
penurunan tahun 2013 sebesar 10,39 persen dan 2014 sebesar 9,85 persen lalu
mengalami kenaikan kembali di tahun 2015 sebesar 10,53 persen. Sementara
persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 9,75 persen pada tahun

2
Universitas Sumatera Utara

2016 dan persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada tahun 2016
sebesar 10,97 persen. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statisk Provinsi

Sumatera Utara, untuk persentase penduduk miskin di daerah Kabupaten Dairi
pada tahun 2013 sebesar 8,68 persen dan pada tahun 2014 terjadi penurunan
menjadi sebesar 8,4 persen (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara: 2016).
Melihat fenomena kemiskinan terbesar pada daerah pedesaan dan telah
menjadi masalah yang kompleks serta memerlukan suatu penanggulangan.
Pemerintah memiliki peran penting dalam penanggulangan kemiskinan tersebut
dan hal tersebut merupakan tanggungjawab negara. Sebagai upaya untuk
mengatasi masalah kemiskinan tersebut, pembangunan harus di laksanakan baik
pembangunan infrastruktur dan pembangunan masyarakat. Dalam berbagai
wacana pembangunan, sumber daya alam dan sumber daya manusia sudah sangat
familiar untuk dimasukkan ke dalam berbagai perhitungan dan analisis. Melalui
proses pembangunan masyarakat yang memberikan fokus perhatian pada dimensi
manusia dan masyarakatnya, disamping tetap tidak melupakan kedua sumber daya
tersebut (Soetomo, 2010:21).
Dalam pelaksanaannya, kedua bentuk pendayagunaan potensi baik berupa
pemanfaatan baru maupun optimalisasi, berlaku baik untuk sumber daya alam
maupun untuk sumber daya manusia. Tujuan pendayagunaan dan optimalisasi
sumber daya baik alam maupun manusia tersebut adalah untuk dapat
meningkatkan kondisi kehidupan masyarakatnya. Dalam upaya tersebut perlu
diperhatikan dua hal yang penting. Pertama yaitu pendayagunaan terutama

optimalisasi sumber daya alam tidak hanya memberikan jangka pendek tetapi
terutama dalam jangka panjang. Pemanfaatan sumber daya alam melalui upaya

3
Universitas Sumatera Utara

eksplorasi dan eksploitasi apalagi dengan mengejar optimalisasi yang didukung
oleh pemanfaatan teknologi, dalam jangka pendek akan dapat meningkatkan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Walaupun demikian, apabila tidak
terkendali dalam jangka panjang akan berakibat pada terjadinya masalah
kelestarian sumber daya alam dan kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, dalam
upaya pendayagunaan sumber daya alam ini perlu selalu dikendalikan dengan
prinsip-prinsip kelestarian tersebut. Yang kedua, perlu diperhatikan agar
masyarakat lokal turut menikmati manfaat dari pendayagunaan sumber alam
tersebut. Perlu diusahakan agar sekalipun upaya tersebut mendatangkan investor
dari luar masyarakat lokal, tetapi masyarakat lokal tidak sekedar penonton yang
tidak ikut serta dalam menikmati hasil dan manfaatnya (Soetomo, 2010:282).
Pemanfaatan dan optimalisasi potensi sumber daya alam, salah satunya
adalah pembangunan pada sektor pariwisata. Sebagaimana dinyatakan oleh
United Nation Tourism Organization (UNWTO) mengakui bahwa sektor

pariwisata adalah sektor unggulan (tourism is a leading sector) dan merupakan
salah satu kunci penting untuk pembangunan wilayah di suatu negara dan
peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Meningkatnya destinasi dan investasi
pariwisata, menjadikan sektor pariwisata sebagai faktor kunci pendapatan ekspor,
penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha dan infrastruktur. Sektor
pariwisata telah mengalami ekspansi dan diversifikasi berkelanjutan dan menjadi
salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di dunia.
Data Organisasi PBB untuk Pariwisata/United Nation World Tourism
Organization(UNWTO), menunjukkan bahwa kontribusi sektor pariwisata
terhadap GDP dunia sebesar 9 persen, 1 dari 11 pekerjaan diciptakan oleh sektor

4
Universitas Sumatera Utara

pariwisata, kontribusi terhadap nilai ekspor dunia sebesar USD 1,4 triliun atau
setara dengan 5 persen ekspor yang terjadi di dunia. Meskipun demikian krisis
global terjadi beberapa kali, jumlah perjalanan wisatawan internasional tetap
menunjukkan pertumbuhan yang positif, ketika pada tahun 1950 pergerakan
wisatawan internasional di dunia hanya 25 juta orang dan pada tahun 2014
wisatawan internasional telah menembus jumlah 1 miliar lebih orang yang

melakukan pergerakan untuk berkunjung ke destinasi pariwisata seluruh dunia.
UNWTO memperkirakan pada tahun 2030 pergerakan wisatawan internasional
yang berkunjung ke destinasi pariwisata dunia akan mencapai jumlah 1,8 miliar
orang pergerakan wisata domestik sebanyak 5-6 miliar orang (UNWTO Tourism
Highlight, 2014).
Di tingkat nasional pencapaian penting kinerja pembangunan pariwisata
nasional pada periode tahun 2010-2014, antara lain kontribusi 4% terhadap PDB
Nasional, penyerapan 10,13 juta tenaga kerja, menghasilkan devisa nasional
sebesar 10 milyar USD. Hal tersebut karena sektor pariwisata mampu menarik
kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 9,4 juta orang dan mengerakkan 250
juta wisatawan nusantara dengan perbelanjaan sebesar 177 triliun rupiah pada
tahun 2014 (Rencana Strategis Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
Tahun 2015-2019. 2015:4).
Pada tahun 2015 pemerintah pusat telah menetapkan RPJMN Tahun 20152019 sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019.Salah satu
arah kebijakan pembangunan nasional tersebut adalah bidang pariwisata dengan
mempertimbangkan amanah Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang

5
Universitas Sumatera Utara


Kepariwisataan dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025
(Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata, 2015:8).
Dalam PP No.50 Tahun 2011 (Pasal 7), tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. Pemerintah telah
menetapkan lima puluh destinasi pariwisata yang berskala nasional. Setiap
Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) terdiri dari beberapa Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN). Sumatera Utara merupakan salah satu Destinasi
Pariwisata Nasional, hal ini sesuai dengan potensi/obyek wisata yang besar di
beberapa kabupaten. Salah satu objek wisata yang memiliki potensi yang cukup
bagus dan menarik adalah Danau Toba. Seiring dengan hal tersebut, Danau Toba
telah ditetapkan menjadi salah satu dari sepuluh Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) yang diprioritaskan pemerintah untuk dikembangkan.
Dalam rangka pengembangan,optimalisasi pengelolaandan pembangunan
Danau Toba sebagai salah satu kawasan strategis pariwisata nasional dan untuk
mempercepat pengembangan dan pembangunan Kawasan Pariwisata Danau
Toba,diperlukan pengaturan secara khusus, guna menyatukan pelaksanaan
kewenangan pengelolaan kawasan Danau Toba. Dalam hal tersebutPemerintah
juga telah membentukBadan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba

sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 49 Tahun 2016
tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba. Danau Toba
sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dikeliling oleh tujuh
kabupaten disekitarnya, diantaranya sebagai berikut; Kabupaten Samosir,

6
Universitas Sumatera Utara

Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Karo dan
Kabupaten Dairi.
Kabupaten Dairi menjadi salah satu kabupaten yang menjadi wilayah yang
terdapat di lingkar Danau Toba, dan merupakan salah satu sasaran pembangunan
dan pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang telah ditetapkan.
Kabupaten Dairi terdiri dari 15 kecamatandiantaranya yaitu Kecamatan
Sidikalang, Berampu, Sitinjo, Parbuluan, Sumbul, Silima Pungga-Pungga, Lae
Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hilir, Siempat Nempu Hulu, Tigalingga,
Gunung Sitember, Pegagan Hilir, Tanah Pinem dan Kecamatan Silahisabungan.
Jumlah penduduk Kabupaten Dairi 279.090 jiwa, terdiri dari 139.401 penduduk
laki-laki (49,95%) dan 139.689 penduduk perempuan (50.05%) dengan rasio jenis
kelamin 99.79%, dan rata-rata kepadatan penduduk mencapapai 144.77 jiwa/km,

dengan luas wilayah 1.927,8 km2 (www.dairikab.go.id/demografi).
Kecamatan Silahisabungan merupakan lokasi pariwisata yang dikenal
dengan Tao Silalahi tepatnya di Desa Silalahi II. Kecamatan Silahisabungan
terdapat lima desa diantaranya yaitu Desa Paropo, Paropo I, Silalahi I, Silalahi II
dan Silalahi III. Desa Silalahi II saat ini menjadi salah satu desa yang termasuk ke
dalam sasaran lokasi pengembangan dan pembangunan Kawasan Strategis
Pariwisata Danau Toba.
Berdasarkan hasil observasi penulis, Desa Silalahi II memiliki potensi
pariwisata dan sumber daya alam yang dapat dioptimalisasikan dan manfaatkan.
Salah satunya yaitu objek wisata Tao Silalahi, lokasi wisata tersebut memiliki
nilai dan potensi wisata serta menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah
setempat. Penduduk desa ini berjumlah 1.140 jiwa dengan 276 kepala keluarga,

7
Universitas Sumatera Utara

dan mata pencaharian didominasi oleh petani, pedagang dan peternak ikan
keramba jaring apung. (Kepala Desa Silalahi II, 2017)
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disajikan maka penulis
tertarik untuk meniliti dan mengetahui bagaimana respon masyarakat Desa

Silalahi II terhadap pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Danau Toba.
Penulis mengangkat permasalahan yang dirangkum dalam penelitian sebuah karya
ilmiah berbentuk skripsi dengan judul : “Respon Masyarakat Terhadap
Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Danau Toba Di Desa Silalahi II
Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi”.

8
Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana respon
masyarakat terhadap pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Danau Toba di
Desa Silalahi II Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon masyarakat
terhadap pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Danau Toba di Desa
Silalahi II Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.
1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut :
1. Mengembangkan konsep dan teori yang berkenaan dengan pembangunan
Kawasan Strategis Pariwisata Danau Toba.
2. Memberikan kontribusi pemikiran tentang respon masyarakat terhadap
pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Danau Toba dan memberikan
masukan kepada pemerintah dan pihak-pihak yang terlibat dalam
program tersebut.

9
Universitas Sumatera Utara

1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan
masalah objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep
dan defenisi operasional.

BAB III

: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel penelitian dan teknik pengumpulan data dan teknik analisis
data.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum
lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan
objek yang akan diteliti.

BAB V

: ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian beserta analisisnya.

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat
sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.

10
Universitas Sumatera Utara