Analisis Makna Gambaran Alam pada Puisi Karya Wang Wei

BAB II
KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

2.1

Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk

mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya
dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata lambang bahasa
Soedjadi (2000:14). Konsep yang digunakan di dalam penelitian ini,
yakni: Pengertian makna, gambaran alam, puisi, penyair Wang Wei.

2.1.1

Pengertian Makna
Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata,

jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu.
Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa
atau keadaan tertentu maka tidak bisa memperoleh makna dari kata itu,

Tjiptadi(1984:19). Makna tanda bahasa atau makna kata adalah kaitan
antara konsep dan tanda bahasa yang melambangkannya. Makna kata
tidak sekedar etiket yang melekat pada benda-benda, peristiwa, atau
keadaan di dunia nyata, tetapi dalam kata terkandung pula cara
pandang suatu masyarakat terhadap realitas, Darmojuwono (2005:114).
Suatu kata dalam teks sastra kebanyakan memiliki makna yang
berbeda dari makna leksikal; yaitu makna yang ada di kamus, atau
dapat juga bermakna ganda. Dalam sebuah karya satra, pemahaman
makna secara kontekstual memiliki peranan penting karena untuk
mengetahui makna kata dalam karya sastra diperlukan pengetahuan

9
Universitas Sumatera Utara

diluar konteks yang mengelilingi teks sastra tersebut. Menurut Blanke
(1973: 117), makna kontekstual adalah acuan atau refernsi sebuah
objek yang dapat berasal dari pengetahuan bersama.
Pemahaman makna kontekstual tidak seperti memahami makna
leksikal yang dapat dicari dalam kamus. Makna kontekstual terkait
dengan latar belakang sosial budaya masyarakat dan fakta-fakta yang

berkaitan dengan karya sastra tersebut. Dalam sebuah teks, hubungan
antara kata dengan makna tidak dapat dipisahkan. Menurut Van Zoest
(1992:43), tanda dalam bahasa mengkaji masalah budaya, konteks,
dan ideologi yang memainkan peran penting dalam kehidupan
masyarakat. Tanda atau lambang itu mengacu ke sesuatu, dan acuan
itu dapat berada baik dalam maupun di luar teks.
Pemahaman

makna

kontestual

juga

dibutuhkan

untuk

memahami teks sastra. Dalam skripsi ini saya akan menganalisi makna
kontekstual dalam teks sastra yang berupa teks puisi.


2.1.2

Gambaran Alam

“gambaran” ialah pendekatan intelektual, berupa tampilan
(gambar), fisik (sensasi), emosi (perasaan), intuisi (munculnya
pemikiran). Gambaran adalah kilasan pertama bagian realitas yang
hampir berada dalam genggaman kita. Boleh jadi gambaran datang
secara spontan di kanvas atau ilham yang mewujud menjadi kalimat
yang kita tulis” (Timoty Butter, Getting Unstuck, 2007:50)
Sedangkan kata “alam”memiliki arti segala yang ada di langit dan di
bumi (seperti bumi, bintang, kekuatan).
Gambaran alam, merupakan ilham mewujud yang berupa
tiruan segala benda yang ada di langit dan di bumi dari hasil imajinasi

10
Universitas Sumatera Utara

pengarang untuk kemudian dituangkan dalam sebuah karya tulis atau

lukisan.
2.1.3

Puisi

“Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran
dalam perasaan penyair bersifat imajinatif, yang disusun dengan
pengonsentrasian segenap unsur bahasa mellaui pemilihan kata, bunyi
dan irama, serta penggunaan figuratif dan pengongkretan kata”
(Herman Josef Waluyo dalam Intisa, Putika, 2015: 37)
Puisi adalah ungkapan perasaan atau

pikiran penyair yang

dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang mengandung makna.
Menurut Pradopo (2014:7), puisi merupakan pengekspresian
pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi
pancaindra dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan suatu
yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan
menarik dan memberi kesan.

2.1.3.1 Puisi China
Puisi China kuno dibagi menjadi dua jenis, yakni:
1. Gǔtǐshī (



)

Gǔtǐshīmerupakan pola puisi pra-Dinasti Tang, biasanya setiap
baris terdiri

dari empat, lima, enam atau tujuh kata,

kalimatnya tidak terbatas dan jumlah aksaranya boleh tidak
sama atau tidak bersajak, susunannya bebas.
2. Jìntǐshī ( 体

)

Jìntǐshīdisebut juga puisi gaya


modern

, yakni puisi klasik

yang mulai tumbuh sejak era Dinasti Tang (618-907), yang

11
Universitas Sumatera Utara

mempunyai ketentuan yang ketat mengenai kata atau kalimat,
nada dan rima. Jìntǐshī dibedakan menjadi dua jenis yakni:
a. Sajak delapan baris (Lǜshī 律

)

Merupakan salah satu jenis puisi klasik pada zaman Dinasti
Tang, terkenaldengan aturan komposisi yang ketat. Pada
umumnya setiap syair terdiri dari delapan kalimat, setiap
kalimat terdiri dari lima aksara disebutWulu dan kalimat yang

terdiri dari tujuh aksara disebut Qilu.
b. Puisi empat seuntai (Juégōu 绝

)

Puisi empat seuntai telah ada pada zaman Dinasti Han,
mengalami pembentukan pada Dinasti WeiJinNanBei dan
berjaya pada zaman Dinasti Universitas Sumatera UtaraTang.
Dinasti Song dan Tang merupakan era dimana puisi klasik
mengalami masa kejayaan, puisi-puisi banyak ditulis pada
zaman ini.

2.1.4

Penyair Weng Wei
Wang Wei (Hanzi: 王维), 701-761 lahir di Yongji Provinsi

Shanxi, nama pelajarnya Mo jie. Di usia 20 tahun, ia lulus ujian
kesarjanaan dan mendapat jabatan di pusat. Karena terkena kasus, ia
sempat dimutasi ke markas militer. Saat Zhang Jiuling menjabat

perdana menteri, dia diangkat sebagai asisten dan berkarir hingga
mencapai posisi tinggi. Saat kekacauan Anshi (756), dua kota raja
jatuh ketangan pemberontak, Wang Wei tertawan musuh dan dipaksa

12
Universitas Sumatera Utara

menjabat di Luoyang. Saat pemberontakan berhasil ditumpas, Wang
Wei diampuni dan diturunkan posisinya. Dikemudian hari, dia sempat
menjadi menteri kanan, salah satu menteri utama, dan dipanggil
“Menteri Kanan Wang”.
Di masa muda, karena mendapat kepercayaan perdana menteri,
jiwa pengabdian Wang Wei nampak lebih menonjol. Tema sajaknya
pun sangat luas, banyak menghasilkan puisi bertema sosial politik,
juga sajak perbatasan. Setelah Zhang diberhentikan, Wang Wei sempat
frustasi. Setelah huru-hara menjadi semakin apatis, separo menjabat
separo menyepi. Di tengah baya Wang Wei khusyuk mendalami
Taoisme, sempat berfikir menjadi pendeta, lepas dengan dunia nyata.
Kebahagiaanya hidup dialam raya yang bebas leluasa menjadi isi
utama puisinya dikemudian hari.

Prestasi utama Wang Wei dalam puisi ada pada nilai
estetikanya. Selain sebagai penyair, Wang Wei mahir bermusik dan
terkenal sebagai pelukis. Bakat rangkapannya membuat dia amat peka
dalam menangkap dan melukis objek alam. Su Shi, penyair besar
Dinasti Song memuji: “Dalam lukisan ada puisi, dalam puisi ada
lukisan”. Dengan kata-kata yang efektif dan efisien, dia mampu
menghadirkan pemandangan yang sangat hidup, lengkap dengan
warna, suara dan suasana yang hadir penuh keheningan, menihilkan
sosok manusia, mampu mencurahkan warna Taoisme yang bening.
Puisi Wang Wei berjumlah 400 lebih, sedangkan yang
terkumpul kurang dari 400. Karya utamanya adalah sajak-sajak ynag

13
Universitas Sumatera Utara

melukiskan alam pemandangan dan pedesaan. Dia adalah tokoh utama
dari aliran Puisi Alam dan Puisi Sawah Dinasti Tang. Di tangannya,
puisi alam yang dimulai pada dinasi Selatan telah mencapai puncak
perkembangan. Pencapaiannya yang tinggi dalam puisi alam membuat
dia menjelit antara tokoh-tokoh penyair Tang yang lain. Dalam sejarah

puisi China, Wang Wei pantas mendapati posisi yang tinggi

2.1.4.1 Puisi Karya Wang Wei
Judul Puisi


xīnyí wù

石滩

báishítān

滦家濑

luán jiā lài

华子冈

huá zi gāng



送春辞
鸟鸣涧
送沈子福之




木兰

píng chí
sòng chūn cí
niǎo míng jiàn
sòng shěnzifú zhījiāngdōng
wén xìng guǎn
mù lán chái

Tabel 1. Puisi Karya Wang Wei

14
Universitas Sumatera Utara

2.2 Tinjauan Pustaka
Anita (2015) dalam skripsi yang berjudul “ Gaya Bahasa pada
Beberapa Puisi Karya Du Fu” menganalisis lima gaya bahasa pada 15
puisi, dengan menggunakan teori semantik leksikal untuk menguji
makna yang terkandung di dalam karya puisi Du Fu. Penelitian ini
memberikan kontribusi

bagi penulisdalam memahami memahami

jenis-jenis puisi Cina dan peneliti akan melengkapi kekurangan dalam
memahami jenis-jenis puisi Cina khususnya puisi pada Dinasti Tang.
Erviana (2015) dalam skripsi yang berjudul “ Gaya Bahasa
pada Lirik Lagu Karya Zhōu Jié Lún” membahas gaya bahasa pada
sepuluh lirik lagu karya Zhōu Jié Lún dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini memberikan kontribusi
bagi penulis dalam memahami hakikat puisi dan peneliti akan
melengkapi kekurangan dalam memahami hakikat puisi khususnya
puisi Cina pada era Dinasti Tang.
Lamhot Siregar (2016) dalam skripsi yang berjudul “Makna
Dan Fungsi Simbol Bulan “

” (Yuè) Pada Puisi Karya Penyair

(Lǐ Bái )” membahas makna dan funsi simbol bulan pada sepuluh
judul puisi karya Lǐ Bái dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif dan data dianalisis mengunakan teori hakikat puisi oleh
Richard Taylor dan pendekatan stilistika dalam sastra.Penelitian ini
memberikan kontribusi bagi penulis dalam memahami penggunaan
metode deskriptif kualitatif dan penganalisisan menggunakan teori
hakikat puisi oleh Richard Taylor dan peneliti akan melengkapi

15
Universitas Sumatera Utara

kekurangan dalam memahami penggunaan metode deskriptif kualitatif
dan penganalisisan menggunakan teori hakikat puisi khususnya pada
puisi karya Wang Wei.
Rudy (2007) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Puisi
Penyair Li Bai Berdarkan Gaya Bahasa” menganalisis empat gaya
bahasa pada 12 puisi yang terdapat dalam buku Li Taibai Quan ji,
dengan menggunakan teori semantik untuk menguji makna pada puisi
Li Bai. Keempat gaya bahasa tersebut yaitu Dui’ou, metafora,
hiperbola dan litotes. Penelitian ini memberikan kontribusibagi
penulisdalam memahami puisi Cina pada Dinasti Tang dan peneliti
akan melengkapi kekurangan dalam memahami puisi Cina pada
Dinasti Tang.
Ririn (2008) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Makna
Kontekstual Puisi-Puisi Ingeborg Bachmann dalam Buku Kumpulan
Puisi Ich weiβ keine bessere Welt: Sebuah Tinjauan SemantisSemiotis” mengaitkan peranan makna kontekstual dalam pemahaman
puisi Ingeborg Bachmann dengan latar belakang kehidupan Ingeborg
Bachmann dengan metode penelitian deskriptif-analitis. Penelitian ini
memberikan kontribusi bagi penulis dalam memahami makna
kontekstual dalam puisi dan peneliti akan melengkapi kekurangan
dalam memahami makna kontekstual dalam puisi khususnya puisi
Cina.

16
Universitas Sumatera Utara

2.3Landasan Teori
2.3.1 Hakikat Puisi
Dalam menganalisis makna puisi, peneliti terlebih dahulu harus
memahami makna keseluruhan bait puisi tersebut.
I.A Richards dalam Pardede (2016: 10) dan Alexander
mengungkapkan bahwa

ada

empatunsur

hakikat

puisi

untuk

mengetahui makna keseluruhan yaitu: (1) tema (inti pokok puisi), (2)
perasaan (sikap penyair terhadap objek), (3) nada (sikap penyair
terhadap pembaca atau penikmat), dan (4) amanat (maksud atau tujuan
penyair). Keempat aspek tersebut erat hubungannya antara yang satu
dengan yang lainnya.
1. Tema
I.A Richard dalam Pardede (2016: 10) menyatakan bahwa
tema adalah gagasan pokok dari sebuah puisi.Kebanyakan
dari judul puisi ialah gambaran isi dari puisi tersebut.
Karena itu semakin banyak bait membicarakan hal yang
sama, maka hal tersebutlah membuatnya menjadi sebuah
gagasan utama dalam sebuah puisi.
2. Perasaan
Menurut I.A Richard dalam Pardede (2016: 11), perasaan
adalah sikap penyair terhadap gagasan utama dalam sebuah
puisi.Perasaan ini berhubungan dengan suasana hati yang
dirasakan oleh penyair saat menulis puisi. Kondisi perasaan

17
Universitas Sumatera Utara

penyair

akan

mempengaruhi

karya

puisi

yang

diciptakannya.
3. Nada
I.A Richard dalam Pardede (2016: 11), nada adalah sikap
penyair

terhadap

pembaca

atau

kenhidupan.Dengan

mengerti nada pembaca dapat menilai suasana dalam
sebuah puisi.
4. Amanat
I.A Richard dalam Pardede (2016: 11), menyatakan bahwa
amanat merupakan alasan penyair untuk menulis sebuah
puisi berupa pesan yang ingin disampaikan oleh penyair
kepada pembaca melalui bahasa yang tersirat dalam
puisinya.

2.3.2 Analisis Puisi
Menurut Alexandra dalam Pardede (2016: 16) ada tiga
teknik dalam menganalisis puisi yaitu teknik struktural, teknik
gaya

bahasa

mencakup

dan

teknikpengucapan.

pengulangan,

Teknik

perbandingan

struktural
dan

pengilustrasian.Adapun puisi karangan penyair Wang Wei
termaksud dalam jenis puisi reflektif.Yang mana untuk
mengetahui makna puisi reflektif teknik pengkajian puisi yaitu
dengan dianalisis berdasarkan pengilustrasian pada teknik
analisis struktural, mengacu pada makna kontekstual.

18
Universitas Sumatera Utara

Makna kontekstual adalah makna yang terdapat pada
sebuah leksem atau kata yang berada dalam suatu konteks.
Konteks di sini bisa berupa konteks kalimat, konteks situasi,
atau konteks bidang pemakaian.
Adapun pengertian makna kontekstual menurut Tajuddin
(2008:96) adalah “makna yang didasarkan pada konteks bahasa
yaitu hubungan semua unsur bahasa yang mengelilingi kata
dan kalimat. Begitu pula bersandar pada konteks hal (keadaan)
yaitu situasi dan kondisi yang mengelilinginya”. Kemudian
Sarwiji (2008:71) memaparkan bahwa “makna kontekstual
(contextual meaning; situational meaning) muncul sebagai
akibat hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran
dipakai”. Beliau juga berpendapat bahwa makna “kontekstual
adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya” (2008:72).

19
Universitas Sumatera Utara