Pemertahanan Leksikon Kelautan Dalam Bahasa Pesisir Sibolga Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik Kajian Ekolinguistik Chapter III V
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik . Desa
Pondok Batu ini memiliki areal-areal kelautan yang luas dan masyarakat yang
tinggal dan menetap di sana menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi
sehari-hari.
Peta Lokasi Penelitian Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik
Universitas Sumatera Utara
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu dalam melakukan penelitian ini direncanakan selama satu bulan
setelah proposal disetujui.
3.2 Sumber Data
Penentuan sumber data penelitian ini menggunakan data primer. Data
primernya yaitu kata-kata yang didapat dari informan guyub tutur bahasa Pesisir
Sibolga Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik. Data dalam penelitian ini berupa
kosakata-kosakata yang terdapat pada lingkungan kelautan di Desa Pondok Batu.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitif. Metode
kuantitatif lebih dominan digunakan pada penelitian ini. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Moleong 2006:6). Metode penelitian kuantitatif yaitu
pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu diklasifikasikan , konkrit,
teramati dan terukur, hubungan variabelnya bersifat sebab akibat dimana data
penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.
(Sugiyono, 2008).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang secara langsung turun
ke lapangan untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian. Datadata leksikon kelautan bahasa Pesisir Sibolga diperoleh dengan metode cakap,
observasi, wawancara mendalam, serta memberikan kuesioner kepada informan.
Metode cakap terdiri atas cakap semuka, rekam, dan catat. Peneliti akan
menggunakan metode cakap semuka dan catat. Peneliti juga akan melakukan
wawancara mendalam kepada informan tentang lesikon yang terdapat dalam
kelautan. Leksikon tersebut dicatat untuk dijadikan data dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Proses wawancara akan dilengkapi dengan teknik catat. Wawancara
dipandu dengan sejumlah daftar tanyaan yang berhubungan dengan leksikon
lingkungan kelautan. Ketika melakukan wawancara dengan informan digunakan
bahasa Indonesia dan bahasa Pesisir Sibolga.
Informan berjumlah 3 orang. Informan harus memenuhi syarat yang telah
ditentukan. Syarat-syarat dari informan menurut (Mahsun, 2005:134), yaitu:
1. Berjenis kelamin pria dan wanita.
2. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun).
3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa
tersebut serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya.
4. Berpendidika (minimal tamatan SD).
5. Berstatus sosial menengah (tidak rendah atau tidak tinggi ) dengan
harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya.
6. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya.
7. Pekerjaannya nelayan.
8. Dapat berbahasa Indonesia.
9. Sehat jasmani dan rohani. Sehat jasmani maksudnya tidak cacat
berbahasa dan memiliki pendengaran yang tajam untuk menangkap
pertayaan-pertayaan dengan tepat dan sehat rohani maksudnya sedang
tidak gila atau pikun.(Mahsun,2005:141-142).
Dalam penelitian ini informan minimal 3 orang. Wawancara dilakukan
berdasarkan daftar pertayaan yang terdiri atas:
1. Leksikon lingkungan kelautan yang terdiri dari nomina.
2. Istilah-istilah tradisional dan modren alat kelautan.
Proses wawancara itu dilengkapi dengan teknik rekam dan teknik catat.
Dalam berinteraksi dengan informan digunakan bahasa Indonesia. Hal ini
berdasarkan temuan di lapangan bahwa semua penutur bahasa Pesisir Sibolga
fasih berbicara dalam bahasa Indonesia. Data yang sudah terkumpul kemudian
direduksi dan dikategorikan berdasarkan perangkat kelas katanya. Setelah data
leksikon nomina kelautan terkumpul, peneliti mendaftarkannya menjadi kuisioner
Universitas Sumatera Utara
untuk ditanya kepada sejumlah responden. Peneliti bertanya untuk mengetahui
bagaimana pemahaman mereka terhadap leksikon tersebut.
Kuisoner yang diajukan kepada responden untuk mengetahui tingkat
pengetahuan informan tentang kegiatan, alat dan bahan diajukan empat pilihan
jawaban pada tiap responden, yaitu:
a. Mengenal, pernah melihat, dan Pernah mendengarkan
b. Pernah mendengar , dan melihat
c. Tidak tau (tidak pernah melihat).
Syarat-syarat responden menurut Mubin dan Cahyadi (2006:115):
Responden dibagi atas 3 kelompok usia, yaitu:
1. Usia 15-20 tahun,
2. Usia 21-45 tahun, dan
3. Usia di atas 46 tahun.
4. Laki-laki dan perempuan
Adapun alasan pembagian kelompok usia tersebut adalah sebagai berikut:
a. kelompok usia remaja (15-20 tahun).
b. kelompok usia dewasa, yaitu awal masa dewasa (21-45 tahun).
c. kelompok pertengahan masa dewasa dan masa dewasa lanjut atau
masa tua (di atas 46 tahun).
Kuisoner yang diajukan kepada responden untuk mengetahui tingkat
pengetahuan informan tentang kegiatan, alat dan bahan diajukan tiga pilihan
jawaban pada tiap responden, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan.
2. Pernah mendengar dan melihat.
3. Tidak tau ( tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengarkan )
Jumlah penduduk yang memenuhi criteria responden berjumlah 1.250
orang. Responden yang berusia remaja berjumlah 400 orang, dewasa berjumlah
400 orang, dan tua berjumlah 450 orang. Jumlah responden diambil dari tiap usia
adalah 10%. Jadi, responden berusia remaja berjumlah 40 orang, dewasa
berjumlah 40 orang, dan tua 45 orang. Jumlah keseluruhan responden adalah 125
orang.
3.5 Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu wawancara, data yang sudah ditulis dalam catatan
lapangan, hasil kuesioner, dokumen-dokumen, dan sebagainya. Untuk menjawab
permasalahan pertama yaitu mendeskripsikan leksikon kelautan dalam bahasa
Pesisir Sibolga digunakan dalam metode padan. Metode padan adalah metode
yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa
(langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 19993:13). Metode padan yang
digunakan adalah metode padan referensial. Teknik yang digunakan dalam
metode ini yaitu teknik pilah unsur penentu. Adapun alatnya adalah daya pilah
yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitiannya untuk mencari
pengelompokkan kata benda dan kata kerja (Sudaryanto, 1993:21).
Dalam menjawab permasalahan kedua dan ketiga menggunakan metode
kuantitatif. Untuk melihat pemertahanan leksikon kelautan digunakan variabel
kelompok usia yang berbeda. Dengan menggunakan rumus:
Universitas Sumatera Utara
�
P=� × 100%
Ket :
p: Angka persentase
f: Jumlah temuan
n : total informan
Rumus di atas dimodifikasi dari Arikunto : 246 (Lihat juga Rizkyansyah 2015)
Sebelum dihitung dengan rumus, data yang diuji dengan menggunakan
teknik berikut ini :
Ket :
No Lek
Remaja
Dewasa
Tua
Sikon
1
2
3
1
2
3
1
2
3
L p l
p
l
p
l
p
l
p
l
p
l
p
lk p
lk p
k r
r
k
r
k
r
k
r
k
r
k
r
r
r
k
1. Mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan,pernah menggunakan.
2. Tidak mengenal, tidak pernah melihat, pernah mendengar, dan tidak
pernah menggunakan.
3. Tidak mengenal , tidak pernah melihat, tidak pernah mendengar, dan tidak
pernah menggunakan. Simanjuntak (2014); Kesuma(2014); Rizkyansyah
(2015).
Analisis data akan dimulai sejak pengumpulan data dilakukan dan
sesudah meninggalkan lapangan. Dalam menganalisis data, jawaban dari setiap
Universitas Sumatera Utara
informan disimbolkan dalam bentuk angka. Angka-angka tersebut kemudian
dijumlahkan dan diubah ke dalam bentuk persen kemudian ditabulasikan untuk
Desa Pondok Batu menurut kriteria usianya.
3.6 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan infomal.
Metode informal digunakan untuk menyajikan hasil analisis data dengan kata-kata
biasa. Metode tersebut digunakan untuk menyajikan hasil analisis leksikon
lingkungan kelautan. Metode formal digunakan untuk menyajikan hasil penelitin
dengan rumusan dan angka seperti singkatan , rumus (%), (×) dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk menyajikan hasil analisis masalah yang kedua dan
ketiga (Sudaryanto 1993:145).
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Ekoleksikon Lingkungan Kelautan
Leksikon-leksikon yang terdapat di dalam penelitian ini merupakan hasil proses
interaksi dan interelasi masyarakat Pesisir Sibolga dengan lingkungan
kelautannya. Sebagai masyarakat yang bergantung dengan laut, bentuk interaksi
dan interelasi berupa pemanfaatan lingkungan, seperti kegiatan menangkap
sumber daya laut, kegiatan penjemuran ikan, kegiatan mengasinkan ikan, dan
kegiatan jual-beli hasil laut.
Dari kegiatan kelautan tersebut ,Pesisir Sibolga secara umum memang
bermatapencaharian sebagai nelayan. Dilihat dari dimensi lingkungan sosial,
masyarakat Pesisir Sibolga yang plural dan heterogen. Sejak dahulu masyarakat
Pesisir Sibolga merupakan jalur perdagangan yang ramai, terutama di
pelabuhannya.
Berdasarkan
parameter
ekolinguistik,
lingkungan
memiliki
keberagaman atau diservitas.keberagaman dalam suatu lingkungan dapat berupa
unsur-unsur hayati (biotik) dan unsur nonhayati (abiotik). Adanya proses interaksi
dan interelasi yang berjalin secara intensif antara masyarakat dengan
lingkungannya,
membentuk
seperangkat
pemahaman
di
dalam
kognisi
masyarakatnya. Pemahaman-pemahaman inilah yang termanifestasi ke dalam
bentuk-bentuk bahasa lingkungan (ekoleksikon atau ekowacana). Dalam konteks
ini, bahasa adalah milik manusia dan berada di dalam sistem kognisi manusia.
Dilihat dari dimensi lingkungan fisik, masyarakat Pesisir Sibolga yang
berada di Kabupaten Tapanuli Tengah (tapteng). Sebagian daerah yang berada di
Wilayah Pesisir (dekat dengan laut), masyarakat Pesisir Sibolga menyimpan
potensi kelautan yang baik, sehingga menjadi sumber pemasokan ikan laut
terbesar di Tapanuli Tengah (tapteng). Bahkan di antara pulau Poncan , pulau
Kalinatung dan pulau Mursala terdapat potensi kelautan berupa ikan
Tanggiri(ikan tenggiri)dan ikan Turisi (Kakap Merah) yang cukup menggiurkan,
Universitas Sumatera Utara
dipasarkan hingga ke luar negeri. Di lain pihak, penangkapan sumber daya
kelautan yang dilakukan oleh masyarakat Pesisir Sibolga juga digunakan untuk
konsumsi diri sendiri, atau dijadikan umpan atau memeroleh tangkapan yang lebih
besar. Pemanfaatan kekayaan alam (laut) yang dimiliki perairan pulau Sumatera,
menjadikan masyarakat Pesisir Sibolga akrab dengan biota-biota laut tertentu
Gambar 1 : Bentuk-Bentuk Interaksi dan Interelasi Masyarakat Pesisir Sibolga
Desa Pondok Batu, Kecamatan Sarudik , Kabupaten Tapanuli Tengah dengan
Lingkungan Kelautan (dokumentasi Pribadi)
Salah satu lingkungan ekonomi di masyarakat Pesisir Sibolga yang
berhubungan dengan kelautan, yaitu Tempat Pendaratan Ikan (TPI) merupakan
salah satu fasilitas pendukung ekonomi masyarakat. Tempat ini berfungsi sebagai
tempat pengumpulan, penyimpanan, serta pemasaran hasil tangkapan nelayan.
Selain itu, di masyarakat Pesisir Sibolga juga biasa dilakukan setiap hari para
pedagang dari berbagai daerah yang berada di Tapanuli Tengah (tapteng)
berkumpul untuk melakukan kegiatan jual-beli yang menjadi salah satu bentuk
Universitas Sumatera Utara
interaksi dan interelasi merupakan hal yang cukup penting. Melalui proses atau
kegiatan inilah masyarakat yang tidak secara langsung memeroleh ikan di laut
(sebagai nelayan) dapat mengenal sejumlah biota-biota laut yang ada (tuntunan
pemenuhan kebutuhan hidup. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Masyarakat Pesisir Sibolga, Desa Pondok Batu, Kecamatan Sarudik , Kabupaten
Tapanuli Tengah, leksikon nomina terdiri atas 125 leksikon yang ditemukan
dalam lingkungan kelautan dibedakan atas empat kelompok leksikon , yaitu : (1)
Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan (96 Leksikon) ; (2) Leksikon Flora
Lingkungan Kelautan (6 Leksikon), (3) Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas
Lingkungan Kelautan (12 Leksikon); dan (4) Leksikon Nomina Lingkungan
Kepantaian (6 Leksikon). Sementara itu, leksikon verba merupakan aktivitas atau
kegiatan kelautan masyarakat.
4.1.1 Leksikon Nomina
Nomina merupakan salah satu kategori atau kelas kata. Secara
struktural nomina disebut juga dengan kata benda. Secara sintaksis, nomina tidak
berpotensi untuk bergabung dengan partikel tidak dan berpotensi untuk di dahului
partikel (Kridaklasana,2007 :68). Dalam penelitian ini kategori yang dimiliki oleh
leksikon-leksikon lingkungan kelautan Masyarakat Pesisir Sibolga.
4.1.1.1 Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan
Fauna didefinisikan lingkungan hewan yang mencakup semua jenis
hewan dan kehidupan yang berada suatu habitat, daerah,atau strata geologi
tertentu. Leksikon fauna lingkungan kelautan adalah kelompok leksikon yang
referensinya mengacu pada hewan-hewan (animalia) yang memiliki hubungan
tentang hewan yang menyakup ke segala jenis serta juga macam hewan dan
kehidupannya yang berada pada wilayah serta pada masa tertentu. keeretan
terhadap lingkungan laut karena hidup atau berada di daerah sekitar laut/pesisir.
Dari penelitian yang dilakukan , terkumpul 96 leksikon fauna lingkungan
kelautan. Berikut ini adalah leksikon fauna lingkungan kelautan yang dipahami
oleh masyarakat Pesisir Sibolga.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4 1.
Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan
No.
LEKSIKON
GLOS/DESKRIPSI SINGKAT
1.
Gambolo
Sejenis ikan kembung kuning
2.
Aso-aso
Sejenis ikan kembung
3.
Balautauce
Sejenis ikan selayang
4.
Timpik
Ikan tongkol/umang-umang
5.
Karamojo
Ikan cakalang
6.
Sisik
Ikan madihang
7.
Gurapu
Ikan gurapu
8.
Turisi
Sejenis ikan kakap merah
9.
Teter
Baracuda ekor panjang
10.
Baledang
Ikan layar dengan bentuk tubuh panjang
11.
Kapur – kapur
Ikan timah-timah
12.
Balanak
Ikan balanak
13.
Marang
Ikan marang
14.
Pari
Ikan pari
15.
Iyu
Hiyu
16.
Gaguk
Ikan berkumis seperti lele/ ikan mayung
17.
Jabung
Ikan ayam-ayam
18.
Kampi-kampi
Ikan lubin kapas
19.
Bada
Ikan teri
20.
Selar
Ikan selar
21.
Todak
Ikan todak
22.
Mangsi-mangsi
Cumi-cumi
23.
Kapur-kapur
Timah-timah
24.
Baracun
Sejenis ikan kakap hijau
25.
Taba bibi
Seperti ikan kakap hijau berbibir agak tebal
Universitas Sumatera Utara
26.
Tando
Ikan jinaha
27.
Kakap
Ikan kakap
28.
Tuan deman
Sejenis ikan kembung halus
29.
Balotokuning
Ikan selar kuning / selar gelek
30.
Kaling-kaling
Sejenis ikan yang mempunyai ekor tegang /
cincaru
31.
Kape-kape
Ikan kapas-kapas
32.
Gabu
Ikan kue
33.
Sumbu-sumbu
Sejenis ikan baracuda halus
34.
Buttal
Ikan buttal
35.
Maning
Ikan tamban
36.
Bada
Ikan teri
37.
Todak
Ikan todak
38.
Cabe-cabe
Sejenis ikan marang/partapus
39.
Selar
Ikan selar
40.
Stermin
Ikan dencis
41.
Sambala
Ikan sembela
42.
Lidah-lidah
Ikan lidah-lidah
43.
Udang
Udang
44.
Kapiting
Kepiting
45.
Sotong
Sejenis cumi-cumi besar
46.
Gurita
Gurita
47.
Bajan
Ikan moa
48.
Bona
Sejenis ikan bawal gajah
49.
Jarang gigi
Sejenis kakap kuning
50.
Lumba-lumba
Lumba-lumba
51.
Marlin
Ikan layaran
52.
Sumbelang
Ikan sumbelang
53.
Maco aji
Ikan berbentuk pipih agak lebar seperti bawal
54.
Gaguk
Ikan melayang
55.
Jumbo
Ikan jumbo
Universitas Sumatera Utara
56.
Bonta
Ikan bonta
57.
Aji-aji
Sejenis ikan kerong bali
58.
Jubaak
Sejenis ikan kurapu
59.
Bulan-bulan
Ikan bulan-bulan
60.
Palu-palu
Palu-palu
61.
Bawal
Bawal
62.
Cakalang
Ikan cakalang
63.
Sisik
Seperti ikan tongkol (daging dalam lebih
putih )
64.
Sumpit-sumpit
Ikan sumpit
65.
Tenggiri
Ikan tenggiri
66.
Todak
Ikan cendro
67.
Ula lawik
Ular laut
68.
Walet
Burung wallet
69.
Gambolo
Ikan gambolo
70.
Sumedang
Ikan sumedang
71.
Strimin
Ikan strimin
72.
Samuk
Semut
73.
Nyamuk
Nyamuk
74.
Mancik
Tikus
75.
Lidah-lidah
Ikan lidah
76.
Lokan
Kepah/kerang
77.
Sepatu-sepatu
Seperti kerang hijau
78.
Pato-pato
Sejenis kerang hijau
79.
Simarhuruan
Kerang
80.
Siput
Siput
81.
Biduan
Kepah/ kerang yang berwarna hijau
82.
Rimis
Kepah / kerang yang berwarna putih
83.
Beliung
Sejenis kerang hitam
84.
Udang bingkarung
Udang lopster
85.
Udang kancing
Udang lopster
Universitas Sumatera Utara
86.
Udang gostan
Udang gostan
87.
Udang windu
Udang windu
88.
Udang baring
Sejenis udang yang bentuknya kecil
89.
Bangao
Burung bangau
90.
Buayo
Buaya
91.
Kalilawar
Kalilawar
92.
Ubur-ubur
Ubur-ubur
93.
Bajan
Sejenis ikan kerondong
94.
Lulupoang
Umang-umang
95.
Bulu babi
Bulu babi (berduri keras)
96.
Kura-kura
Kura- kura
Dari khazanah leksikon fauna lingkungan kelautan yang didaftarkan di
atas, secara biologis hewan-hewan tersebur masuk ke dalam kelompok ikan,
kelompok udang, kelompok kepiting, kelompok kerang, kelompok burung,
kelompok serangga, dan kelompok reptil. Sebagai contoh , berikut ini dipaparkan
beberapa fauna lingkungan kelautan. Leksikon-leksikon tersebut dipilih karena
keeratannya , terhadap tingkat interaksi dan interelasi Masyarakat Pesisir Sibolga.
a) Timpik ‘ikan tongkol’
Leksikon timpik dalam bahasa Indonesia memiliki makna ‘ ikan
tongkol’. Secara konseptual ikan timpik merupakan salah satu jenis ikan basah
yang berukuran besar, memiliki banyak daging, ikan yang hidup di laut, bersisik.
Pemahaman secara biologis ini dikodekan ke dalam bentuk lingual lainnya , yaitu
sejenis ikan kembung mengacu pada timpik yang memiliki warna kehitam-hitaman.
Timpik merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi dibandingkan
dengan jenis ikan lainnya. Hal ini menyebabkan timpik merupakan yang cukup berkelas
di masyarakat dengan rasa yang paling enak (dimensi ideologis). Oleh sebagian
masyarakat, timpik biasa disajikan di dalam hidangan gulai, seperti pada bentuk lingual
manggule timpik ‘menggulai timpik ‘ atau gulai timpik ‘ (dimensi sosiologis).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.Timpik ‘ikan tongkol’ (dokumentasi pribadi)
b) Bada ‘ikan teri’
Leksikon bada dalam bahasa Indonesia nemiliki makna ‘ikan teri’
secara konseptual bada merupakan salah satu jenis ikan basah dan kering yang
diasinkan , memiliki sedikit daging,berbentuk pipih dengan ukuran yang relatif
kecil.
Selain itu, terdapat bentuk lingual lain berupa bada jaring, bada nasi
yang dapat ditelisik dari dimensi biologisnya. Bada jaring memiliki badan yang
silindris, kepala pendek , berwarna pucat dengan ukuran sedikit lebih besar dari
bada yang lain. Bada nasi merupakan larva teri yang masih halus dengan ukuran
yang paling kecil. Dilihat dari dimensi sosiologis , bada banyak ditangkap karena
memiliki arti penting sebagai bahan makanan , baik sebagai ikan segar maupun
dikeringkan. Bada nasi cukup digemari oleh para penikmat kuliner laut, karena
memiliki aroma yang khas.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2 bada/ikan teri yang basah (dokumentasi pribadi)
Gambar 3 bada/ikan teri yang diasinkan (dokumentasi pribadi)
c) Mangsi-mangsi ‘cumi-cumi’
Leksikon mangsi-mangsi dalam bahasa Indonesia memiliki makna
‘cumi-cumi’. Secara konseptual , adalah sejenis ikan laut yang memiliki bentuk
tubuh yang agak aneh dari ikan laut pada umumnya, bentuk tubuh ikan cumi-
Universitas Sumatera Utara
cumiadalah silinder kerucut memanjang dengan warna dasar bening kaca
transparan disertai warna-warna lainnya sesuai kamuflase pada area tempat cumicumi itu berada. Habitat cumi-cumi ada pada perairan dangkal maupun perairan
dalam.
Gambar 4 mangsi-mangsi/cumi-cumi (dokumentasi pribadi)
d) Teter ‘ baracuda’
Leksikon
teter
dalam
bahasa
Indonesia
memiliki
makna
‘ikanbaracuda’(Actinopterygii). Secara konseptual , ikan ini merupakan ikan
yang memiliki mulut yang panjang berisi gigi besar tajam seperti pisau.
Tubuhnya yang ramping dan kuat membantu mereka berenang dengan cepat.
Mereka memiliki dua sirip di bagian belakang dan sisik kecil pada tubuh. Ikan
ini memiliki habitat hidup pada daerah pantai yang berkarang.
e) Udang ‘udang’
Leksikon ini memiliki bentuk dan makna yang sama dalam bahasa
Indonesia (penaeidae). Di lihat dari KBBI, secara konseptual udang merupakan
binatang tidak
bertulang , hidup dalam air, berkulit keras, berkaki sepuluh,
berekor pendek, dan bersepit dua pada kaki depannya, binatang yang hidup
diperairairan, khususnya kelautan Pesisir Sibolga. Pemahaman secara biologis ini
dikodekan ke dalam bentuk udang bingkarung, udang kancing, udang baring,
udang kelong, udang windu. Udang merupakan salah satu makanan protein bagi
Universitas Sumatera Utara
tubuh. Namun, oleh sebagian kalangan sajian udang dianggap makanan pantangan
salah satu bagi penderita alergi makanan laut. Gambar- gambar jenis udang :
Gambar 5 Udang bingkarung (dokumentasi pribadi)
Gambar 6 Udang kancing (dokumentasi pribadi)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7 Udang baring (dokumentasi pribadi)
Gambar 8 Udang kelong (dokumentasi pribadi)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9 Udang windu (dokumentasi pribadi)
f)
kapiting ‘kepiting’
Leksikon kapiting bermakna ‘kepiting’ dalam bahasa Indonesia. Di lihat
dari KBBI ,secara konseptual , kepiting merupakan ketam yang hidup di
pantai,binatang anggota krustasea, berkaki sepuluh, mempunyai ekor yang sangat
pendek, tubuh kepiting dilindungi oleh cangkang yang sangat keras, tersusun dari
kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam adalah nama lain dari
kepiting.
Gambar 10 . Kapiting ‘kepiting’ (dokumentasi pribadi)
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.2 Leksikon Flora Lingkungan Kelautan
Leksikon flora lingkungan kelautan adalah kelompok leksikon yang
referensinya mengacu sebagai alam
tumbuhan-tumbuhan
yang memiliki
hubungan keeratan terhadap lingkungan laut karena hidup atau berada di daerah
sekitar laut/pesisir. Masyarakat Pesisir Sibolga. Leksikon-leksikon tersebut
merupakan leksikon yang tergolong kepada kategori lingkungan biotik (makhluk
hidup). Dari penelitian yang di lakukan terkumpul 6 leksikon flora lingkungan
kelautan . berikut ini adalah leksikon flora lingkungan kelautan secara kolektif
dipahami oleh masyarakatnya.
Tabe 4 2.
Leksikon Flora Lingkungan Kelautan
NO LEKSIKON
GLOS/DESKRIPSI SINGKAT
1.
Tumbuhan bakau (mangrove)Tumbuhan ini
Bako (mangrove)
memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar
tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang
tertutup daun penumpu yang meruncing.
2.
Pandan
Pohon pandan merupakan tumbuh liar di tepi
sungai, tepi rawa, dan di tempat-tempat yang
agak lembab, tumbuh subur dari daerah laut.
3.
Terumbu karang
Terumbu karang merupakan habitat hidup
sejumlah
spesies
bintang
laut,
tempat
pemijahan, peneluran dan pembesaran anakanak ikan.
4.
Karambi
Pohon kelapa merupakan tumbuhan palem
yang berbatang tinggi, buahnya tertutup sabut
dan tempurung yang keras, di dalamnya
terdapat daging yang mengandung santan dan
air.
Universitas Sumatera Utara
5.
Ketapang
Ketapang (Terminalia catappa) adalah nama
sejenis pohon tepi laut yang rindang. Lekas
tumbuh
dan
membentuk
tajuk
indah
bertingkat-tingkat, ketapang kerap dijadikan
pohon peneduh di taman-taman dan tepi laut.
6.
Rumput laut
Rumput laut merupakan salah satu sumber
daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir
dan laut.
a) Bako ‘bakau’
Leksikon bako dalam bahasa Indonesia bermakna ‘bakau’. Secara
konseptual bakau adalah tumbuhan yang memiliki ciri-ciri yang mencolok berupa
akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang
meruncing. Khusus tumbuhan bakau ini hidupnya di pinggir pantai, tumbuhan
bakau ini memiliki akar tunjang yang menyolok bercabang-cabang, akar tunjang
merupakan bentuk adaptasi tumbuhan bakau di daerah lingkungan pantai, daun
tunggal terletak berhadapan terkumpul di ujung ranting dengan kuncup tertutup,
daun penumpu yang menggulung runcing, daun helai eliptis tebal dan licin serupa
kulit hijau atau hijau muda kekuning-kuningan, berujung runcing dan bertangkai.
Kayu bakau memiliki kegunaan yang baik sebagai bahan bangunan,dan kayu
bakar (dimensi sosiologis).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11 bako ‘bakau’ (dokumentasi pribadi)
b) Terumbu karang ‘terumbu karang ‘
Leksikon terumbu karang dalam bahasa Indonesia bermakna ‘terumbu
karang’. Secara konseptual terumbu karang adalah (coral reef) bukan sekedar
menjadi tempat hidup dan berkembang biota laut belaka. Namun terumbu
karang mempunyai fungsi dan peran yang tidak bisa diremehkan bagi
lingkungan secara keseluruhan (baik di laut, pesisir, maupun darat), dan bagi
kehidupan manusia. Secara garis besar, fungsi dan manfaat terumbu karang
bagi lingkungan dan manusia dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok,
yakni manfaat secara ekologi, ekonomi, dan sosial.
c) Karambi ‘pohon kelapa’
Leksikon karambi dalam bahasa Indonesia bermakna ‘pohon kelapa’.Di
lihat dari KBBI kelapa secara konseptual merupakan tumbuhan palem yang
Universitas Sumatera Utara
berbatang tinggi, buahnya tertutup sabut dan tempurung yang keras, di dalamnya
terdapat daging yang mengandung santan dan air.
Karambi atau pohon kelapa merupakan salah satu tanaman yang memiliki
nilai kegunaan yang cukup besar. Hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan
untuk segala kebutuhan. Dari dimensi biologis tanaman karambi terdapat
ungkapan yang merujuk pada bagian-bagian tanaman tersebut, seperti buah
karambi’ buah kelapa’, daun karambi’daun kelapa’ ai karambi’air karambi’,
sabuk karambi’sabut kelapa’, batok karambi’batok kelapa’. Dari dimensi
sosiologis, daun karambi biasa digunakan sebagai salah satu komponen untuk
membuat janur kuning dalam pesta pernikahan.
Gambar 12 karambi ‘pohon kelapa’ (dokumentasi pribadi)
4.1.1.3 Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas Lingkungan Kelautan
Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud dan tujuan. Prasana merupakan segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Leksikon sarana dan prasana
aktivitas lingkungan kelautan adalah kelompok leksikon yang referensinya
Universitas Sumatera Utara
merujuk kepada alat atau segala sesuatu yang menjadi penunjang dalam kegiatan
lingkungan kelautan.
Tabel 4.3
Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas Lingkungan Kelautan
No LEKSIKON
GLOS/DESKRIPSI
KETERANGAN FUNGSI
SINGKAT
1.
Pukek
ENTITAS
Pukat adalah semacam jaring Alat penangkap ikan yang
besar dan panjang untuk besar dan panjang untuk
menangkap ikan.
2.
Jaring
Jaring
adalah
menangkap ikan
alat
yang Alat tangkap ikan yang
digunakan untuk menangkap berupa tali atau benang
ikan yang biasanya dibentuk yang membentuk mata jala.
oleh benang jahitan yang
relatif tipis mengikat.
3.
Tanggok
Tangguk
merupakan Keranjang dari rotan untuk
peralatan tangkap tradisional menangkap
Pesisir
yang
ikan,
udang
digunakan atau hewan air lainnya.
untuk
menangkap
udang
atau
hewan
ikan,
air
lainnya.
4.
Jala
Jaladisebut (jaring lempar) Alat untuk penangkap ikan
adalah
jaring
ikan
yang yang
berbentuk lingkaran
kecil bulat
merupakan
jaring
(penggunaannya
dengan pemberat pada tepi- dengan cara dilempar atau
tepinya yang dilempar atau ditebar ke air).
ditebar oleh nelayan.
Universitas Sumatera Utara
5.
Bagan
Bagan adalah salah satu Pangkalan tiang dan kayu
jenis
alat
tangkap
yang untuk menangkap ikan
digunakan
nelayan
untuk
menangkap
ikan
pelagis
kecil.
6.
Sampan
Sampan
adalah
transportasi
alat Perahu
air,
kecil
yang
yang digunakan
untuk
digunakan untuk menangkap menangkap ikan
ikan
7.
Kai
Kail adalah salah satu alat Kawat yang ujungnya
untuk menangkap ikan yang berkait dan tajam, yang
digunakan untuk memancing
digunakan
untuk
menangkap ikan.
8.
Pelabuhan
Pelabuhan
adalah
tempat tempat
kapal
yang terdiri dari dataran dan berlabuh
perairan disekitarnya dengan penumpang
batas-batas
tertentu
bersandar,
naik
dan
turun
atau
yang bongkar muat barang
dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh
naik turun penumpang dan
atau bongkar muat barang
yang
dilengkapi
fasilitas
dengan
keselamatan
pelayaran
dan
kegiatan
penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan
intra
dan
antar
moda
transportasi
9.
Jaring banam
Jaring benam adalah alat yang Alat yang digunakan untuk
digunakan
untuk
menangkap ikan
menangkap ikan Jaring benam
biasanya dibentuk oleh benang
Universitas Sumatera Utara
jahitan
yang
relatif
tipis
mengikat.
Dari data leksikon di atas, leksikon sarana dan prasana aktivitas
lingkungan kelautan dapat berupa alat-alat tangkap sumber daya kelautan yang
biasa digunakan oleh masyarakat, alat-alat transportasi, tempat atau bangunan ,
serta bahan atau alat penjemuran ikan. Alat-alat transportasi berupa bagan dan
sampan, bangunan atau tempat pengolahan ikan berupa pelabuhan.
4.1.1.4 Leksikon Nomina Lingkungan Kelautan
Leksikon nomina lingkungan kelautan adalah leksikon nomina berupa halhal yang berkaitan erat dengan daerah laut. Dari penelitian yang dilakukan,
terkumpul enam leksikon nomina leksikon kelautan. Leksikon kelautan tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Leksikon Nomina Lingkungan Kelautan
No. LEKSIKON
GLOS/ KETERANGAN
1.
Badai merupakan angin kencang
Bade
yang menyertai cuaca buruk (yang
datang secara tiba-tiba)
2.
Suruk
Surut merupakan pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara
berkala
3.
Kasik
Pasir merupakan butir-butir batu
yang halus atau timbunan pasir halus
4.
Karang
Karang merupakan batu kapur di laut
yang
terjadi
dari
zat
yang
dikeluarkan oleh binatang kecil di
laut
5.
Pasang
Pasang laut merupakan
naik atau
Universitas Sumatera Utara
turunnya posisi permukaan perairan
oleh pengaruh oleh gaya gravitasi
bulan dan matahari
6.
Luluk
Lumpur merupakan tanah lunak dan
berair (tanah becek)
4.2 Pemahaman Masyarakat Desa Pondok Batu terhadap Leksikon
Nomina dalam Bahasa Pesisir Sibolga
Untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat Desa Pondok Batu
terhadap leksikon nomina yang telah dikumpulkan, Jumlah penduduk yang
memenuhi criteria responden berjumlah 1.250 orang. Responden yang berusia
remaja berjumlah 400 orang, dewasa berjumlah 400 orang, dan tua berjumlah 450
orang. Jumlah responden diambil dari tiap usia adalah 10%. Jadi, responden
berusia remaja berjumlah 40 orang, dewasa berjumlah 40 orang, dan tua 45 orang.
Jumlah keseluruhan responden adalah 125 orang. dilakukan pengujian kepada 125
orang responden yang telah dibagi menjadi tiga kelompok. Daftar leksikon ini
diujikan kepada 125 orang responden tersebut dengan memberikan tiga pilihan
jawaban yaitu: (a) Mengenal, pernah melihat, dan Pernah mendengarkan, (b)
Pernah mendengar , dan melihat , (c) Tidak tau (tidak pernah melihat).
4.2.1
Pemahaman Leksikon Nomina Fauna Dalam Lingkungan
Kelautan Generasi Usia 15-20 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada generasi
usia 15-20 Tahun terhadap leksikon nomina terdiri atas 96 leksikon yang diujikan
kepada 125 informan. Dari uraian tabel 4.5 ,leksikon nomina yang dikelompokkan
menjadi 40 kelompok. Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir
Sibolga khususnya dalam kelautan dalam kelompok usia tersebut diperoleh
jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 2,975 (77,4%), kategori II
jumlah pemahamn 626 (16,5%) , kategori III jumlah pemahaman 245 (6,5%).
Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon Fauna dalam lingkungan kelautan
jumlah pemahaman (JP) 245 (6,5%) Dengan demikian secara keseluruhan
Universitas Sumatera Utara
pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk
generasi 15-20 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan kelautan yang
paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah
mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 2,975 (77,4) dan kategori III (tidak
pernah tahu) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah
pemahaman 245 (6,5%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina fauna
dalam lingkungan kelautan pada usia 15-20 tahun tidak bertahan dalam aktifitas
sehari-hari.
Tabel 4.5
Deskripsi Pemahaman Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan Nomina
Generasi Usia 15-20 Tahun
NO
LEKSIKON
KATEGORI
I
II
III
JP
%
JP
%
JP
%
1.
Gambolo
40
100
0
0
0
0
2.
Aso-aso
35
87,5
5
12,5
0
0
3.
Balautauce
37
92,5
0
0
3
7,5
4.
Timpik
21
52,5
19
47,5
0
0
5.
Karamojo
30
75
30
75
0
0
6.
Sisik
27
67,5
13
32,5
0
0
7.
Gurapu
24
60
16
40
0
0
8.
Turisi
25
62,5
0
0
15
37,5
9.
Teter
20
50
20
50
0
0
10. Baledang
39
97,5
1
2,5
0
0
11. Kapur – kapur
33
82,5
7
17,5
0
0
12. Balanak
22
55
0
0
18
45
13. Marang
19
47,5
21
52,5
0
0
14. Pari
15
37,5
25
62,5
0
0
15. Iyu
12
30
0
0
28
70
16. Gaguk
18
45
22
55
0
0
Universitas Sumatera Utara
17. Jabung
34
85
6
15
0
0
18. Kampi-kampi
16
40
24
60
0
0
19. Bada
33
82,5
0
0
7
17,5
20. Selar
14
35
26
65
0
0
21. Todak
32
80
8
20
0
0
22. Mangsi-mangsi
23
57,5
0
0
17
42,5
23. Kapur-kapur
13
32,5
27
67,5
0
0
24. Baracun
26
65
14
35
0
0
25. Taba bibi
17
42,5
0
0
23
57,5
26. Tando
10
25
30
75
0
0
27. Kakap
36
90
4
10
0
0
28.
11
27,5
0
0
29
72,5
29. Balotokuning
28
70
0
0
12
30
30. Kaling-kaling
31
77,5
9
22,5
0
0
31. Kape-kape
29
72,5
11
27,5
0
0
32. Gabu
33
82,5
7
17,5
0
0
33. Sumbu-sumbu
38
95
0
0
2
5
34.
40
100
0
0
0
0
35. Maning
40
100
0
0
0
0
36. Bada
40
100
0
0
0
0
37. Todak
40
100
0
0
0
0
38.
Cabe-cabe
40
100
0
0
0
0
39.
Selar
40
100
0
0
0
0
40.
Stermin
40
100
0
0
0
0
41.
Sambala
40
100
0
0
0
0
42.
Lidah-lidah
40
100
0
0
0
0
43.
Udang
40
100
0
0
0
0
44.
Kapiting
40
100
0
0
0
0
45.
Sotong
40
100
0
0
0
0
46.
Gurita
40
100
0
0
0
0
Tuan deman
Buttal
Universitas Sumatera Utara
47.
Bajan
40
100
0
0
0
0
48.
Bona
40
100
0
0
0
0
49.
Jarang gigi
40
100
0
0
0
0
50.
Lumba-lumba
40
100
0
0
0
0
51.
Marlin
9
22,5
31
77,5
0
0
52.
Sumbelang
22
55
18
45
0
0
53.
Maco aji
14
35
0
0
26
65
54.
Gaguk
31
77,5
9
22,5
0
0
55.
Jumbo
28
70
12
30
0
0
56.
Bonta
8
20
0
0
32
80
57.
Aji-aji
17
42,5
23
57,5
0
0
58.
Jubaak
24
60
16
40
0
0
59.
Bulan-bulan
27
67,5
13
32,5
0
0
60.
Palu-palu
33
82,5
7
17,5
0
0
61.
Bawal
19
47,5
21
52,5
0
0
62.
Cakalang
25
62,5
15
37,5
0
0
63.
Sisik
40
100
0
0
0
0
64.
Sumpit-sumpit
21
52,5
0
0
19
47,5
65.
Tenggiri
21
52,5
19
47,5
0
0
66.
Todak
29
72,5
11
27,5
0
0
67.
Ula lawik
40
100
0
0
0
0
68.
Walet
40
100
0
0
0
0
69.
Gambolo
38
95
2
5
0
0
70.
Sumedang
30
75
10
25
0
0
71.
Strimin
23
57,5
17
42,5
0
0
72.
Samuk
40
100
0
0
0
0
73.
Nyamuk
40
100
0
0
0
0
74.
Mancik
40
100
0
0
0
0
75.
Lidah-lidah
25
62,5
15
37,5
0
0
76.
Lokan
40
100
0
0
0
0
77.
Sepatu-sepatu
19
47,5
21
52,5
0
0
Universitas Sumatera Utara
78.
Pato-pato
10
25
30
75
0
0
79.
Simarhuruan
40
100
0
0
0
0
80.
Siput
40
100
0
0
0
0
81.
Biduan
40
100
0
0
0
0
82.
Rimis
40
100
0
0
0
0
83.
Beliung
31
77,5
0
0
9
22,5
84.
Udang bingkarung
40
100
0
0
0
0
85.
Udang kancing
40
100
0
0
0
0
86.
Udang gostan
40
100
0
0
0
0
87.
Udang windu
40
100
0
0
0
0
88.
Udang baring
40
100
0
0
0
0
89.
Bangao
40
100
0
0
0
0
90.
Buayo
40
100
0
0
0
0
91.
Kalilawar
40
100
0
0
0
0
92.
Ubur-ubur
40
100
0
0
0
0
93.
Bajan
35
87,5
0
0
5
12,5
94.
Lulupoang
35
87,5
0
0
5
12,5
95.
Bulu babi
40
100
0
0
0
0
96.
Kura-kura
40
100
0
0
0
0
2.975
7.437,5 626
1.587
245
625
77,4
16,5
Total
Rata-rata
6,5
4.2.2 Pemahaman Leksikon Nomina Fauna Dalam Lingkungan Kelautan
Generasi Usia 21-45 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada
generasi usia 21-45 Tahun terhadap leksikon nomina terdiri atas 96 leksikon yang
diujikan kepada 125 informan. Dari uraian tabel 4.6 , leksikon nomina yang
dikelompokkan menjadi 40 kelompok. Pemahaman leksikon kelautan dalam
bahasa Pesisir Sibolga khususnya dalam kelautan dalam kelompok usia tersebut
diperoleh jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 3.011 (77,6%)
kategori II jumlah pemahamn 603 (16,3) , kategori III jumlah pemahaman 221
Universitas Sumatera Utara
(6,16%). Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon Fauna dalam
lingkungan kelautan jumlah pemahaman 0 (0%). Dengan demikian secara
keseluruhan pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir
Sibolga untuk generasi 21-45 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan
kelautan yang paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat,
pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 3.011 (77,6%) dan kategori II
(pernah mendengar) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah
pemahaman 603 (16,3%) Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina
fauna dalam lingkungan kelautan pada usia 21-45 tahun masih bertahan dalam
aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.6
Deskripsi Pemahaman Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan Nomina
Generasi 21-45 Tahun
NO
LEKSIKON
KATEGORI
I
JP
II
%
III
JP
%
JP
%
1.
Gambolo
37
92,6
0
0
3
7,5
2.
Aso-aso
35
87,5
5
12,5
0
0
3.
Balautauce
40
100
0
0
0
0
4.
Timpik
30
75
30
75
0
0
5.
Karamojo
24
60
16
40
0
0
6.
Sisik
27
67,5
13
32,5
0
0
7.
Gurapu
39
97,5
1
2,5
0
0
8.
Turisi
20
50
20
50
0
0
9.
Teter
25
62,5
0
0
15
37,5
10. Baledang
33
82,5
7
17,5
0
0
11. Kapur – kapur
21
52,5
19
47,5
0
0
12. Balanak
15
37,5
25
62,5
0
0
Universitas Sumatera Utara
13. Marang
22
55
0
0
18
45
14. Pari
19
47,5
21
52,5
0
0
15. Iyu
34
85
6
15
0
0
16. Gaguk
18
45
22
55
0
0
17. Jabung
12
30
0
0
28
70
18. Kampi-kampi
14
35
26
65
0
0
19. Bada
33
82,5
0
0
7
17,5
20. Selar
16
40
24
60
0
0
21. Todak
26
65
14
35
0
0
22. Mangsi-mangsi
23
57,5
0
0
17
42,5
23. Kapur-kapur
32
80
8
20
0
0
24. Baracun
13
32,5
27
67,5
0
0
25. Taba bibi
10
25
30
75
0
0
26. Tando
17
42,5
0
0
23
57,5
27. Kakap
28
70
0
0
12
30
28. Tuan deman
11
27,5
0
0
29
72,5
29. Balotokuning
33
82,5
7
17,5
0
0
30. Kaling-kaling
29
72,5
11
27,5
0
0
31. Kape-kape
31
77,5
9
22,5
0
0
32. Gabu
36
90
4
10
0
0
33. Sumbu-sumbu
40
100
0
0
0
0
34. Buttal
38
95
0
0
2
5
35. Maning
40
100
0
0
0
0
36. Bada
40
100
0
0
0
0
37. Todak
40
100
0
0
0
0
38. Cabe-cabe
40
100
0
0
0
0
39. Selar
40
100
0
0
0
0
40. Stermin
40
100
0
0
0
0
41. Sambala
40
100
0
0
0
0
42.
40
100
0
0
0
0
Lidah-lidah
Universitas Sumatera Utara
43.
Udang
40
100
0
0
0
0
44.
Kapiting
40
100
0
0
0
0
45.
Sotong
40
100
0
0
0
0
46.
Gurita
40
100
0
0
0
0
47.
Bajan
40
100
0
0
0
0
48.
Bona
40
100
0
0
0
0
49.
Jarang gigi
9
22,5
31
77,5
0
0
50.
Lumba-lumba
40
100
0
0
0
0
51.
Marlin
40
100
0
0
0
0
52.
Sumbelang
31
77,5
9
22,5
0
0
53.
Maco aji
40
100
0
0
0
0
54.
Gaguk
22
55
18
45
0
0
55.
Jumbo
8
20
0
0
32
80
56.
Bonta
28
70
12
30
0
0
57.
Aji-aji
24
60
16
40
0
0
58.
Jubaak
17
42,5
23
57,5
0
0
59.
Bulan-bulan
27
67,5
13
32,5
0
0
60.
Palu-palu
25
62,5
15
37,5
0
0
61.
Bawal
33
82,5
7
17,5
0
0
62.
Cakalang
19
47,5
21
52,5
0
0
63.
Sisik
40
100
0
0
0
0
64.
Sumpit-sumpit
29
72,5
11
27,5
0
0
65.
Tenggiri
21
52,5
0
0
19
47,5
66.
Todak
21
52,5
0
0
19
47,5
67.
Ula lawik
40
100
0
0
0
0
68.
Walet
40
100
0
0
0
0
69.
Gambolo
30
75
10
25
0
0
70.
Sumedang
38
95
2
5
0
0
71.
Strimin
23
57,5
17
42,5
0
0
72.
Samuk
40
100
0
0
0
0
73.
Nyamuk
40
100
0
0
0
0
Universitas Sumatera Utara
74.
Mancik
40
100
0
0
0
0
75.
Lidah-lidah
10
25
30
75
0
0
76.
Lokan
40
100
0
0
0
0
77.
Sepatu-sepatu
25
62,5
15
37,5
0
0
78.
Pato-pato
19
47,5
21
52,5
0
0
79.
Simarhuruan
40
100
0
0
0
0
80.
Siput
40
100
0
0
0
0
81.
Biduan
40
100
0
0
0
0
82.
Rimis
40
100
0
0
0
0
83.
Beliung
31
77,5
0
0
9
22,5
84.
Udang bingkarung
40
100
0
0
0
0
85.
Udang kancing
40
100
0
0
0
0
86.
Udang gostan
40
100
0
0
0
0
87.
Udang windu
40
100
0
0
0
0
88.
Udang baring
40
100
0
0
0
0
89.
Bangao
40
100
0
0
0
0
90.
Buayo
40
100
0
0
0
0
91.
Kalilawar
40
100
0
0
0
0
92.
Ubur-ubur
40
100
0
0
0
0
93.
Bajan
40
100
2
5
0
0
94.
Lulupoang
40
100
0
0
4
10
95.
Bulu babi
40
100
0
0
0
0
96.
Kura-kura
40
100
0
0
0
0
603
1.572
221
592
TOTAL
RATA-RATA
3.011 7.456,6
77,6
16,3
6,16
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Pemahaman Leksikon Nomina Fauna Dalam Lingkungan Kelautan
Generasi Usia ≥ 46 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada
generasi usia ≥ 46 Tahun terhadap leksikon nomina terdiri atas 96 leksikon yang
diujikan kepada 125 informan. Dari uraian tabel 4.7, leksikon nomina yang
dikelompokkan menjadi 45 kelompok. Pemahaman leksikon kelautan dalam
bahasa Pesisir Sibolga khususnya dalam kelautan dalam kelompok usia tersebut
diperoleh jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 3.654 (85,2%)
kategori II jumlah pemahamn 1.015 (10,39%), kategori III jumlah pemahaman
137 (2,221%). Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon Fauna dalam
lingkungan kelautan jumlah pemahaman 0 (0%). Dengan demikian secara
keseluruhan pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir
Sibolga untuk generasi≥ 45 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan
kelautan yang paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat,
pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 3.654 (85,2%) dan kategori II
(pernah mendengar) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah
pemahaman 1.015 (10,39%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina
fauna dalam lingkungan kelautan pada usia ≥46 tahun masih bertahan dalam
aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.7
Deskripsi Pemahaman Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan Nomina
Generasi ≥ 46 Tahun
NO
LEKSIKON
KATEGORI
I
II
III
JP
%
JP
%
JP
%
1.
Gambolo
45
100
0
0
0
0
2.
Aso-aso
40
88,88
5
11,11
0
0
3.
Balautauce
38
84,44
7
15,55
0
0
4.
Timpik
42
93,33
3
6,66
0
0
Universitas Sumatera Utara
5.
Karamojo
41
91,11
4
8,88
0
0
6.
Sisik
45
100
0
0
0
0
7.
Gurapu
45
100
0
0
0
0
8.
Turisi
39
86,66
6
13,33
0
0
9.
Teter
45
100
0
0
0
0
10. Baledang
45
100
0
0
0
0
11. Kapur – kapur
45
100
0
0
0
0
12. Balanak
43
95,55
0
0
2
4,44
13. Marang
27
60
0
0
18
40
14. Pari
45
100
0
0
0
0
15. Iyu
45
100
0
0
0
0
16. Gaguk
45
100
0
0
0
0
17. Jabung
40
88,88
5
11,11
0
0
18. Kampi-kampi
40
88,88
5
11,11
0
0
19. Bada
45
100
0
0
0
0
20. Selar
28
62,22
17
37,77
0
0
21. Todak
43
95,55
2
4,44
0
0
22. Mangsi-mangsi
45
100
0
0
0
0
23. Kapur-kapur
26
57,55
19
42,22
0
0
24. Baracun
31
68,88
0
0
14
31,11
25. Taba bibi
29
64,44
16
35,55
0
0
26. Tando
18
40
27
60
0
0
27. Kakap
24
53,33
21
46,66
0
0
28. Tuan deman
45
100
0
0
0
0
29. Balotokuning
41
91,11
4
8,88
0
0
30. Kaling-kaling
43
95,55
0
0
2
4,44
31. Kape-kape
45
100
0
0
0
0
32. Gabu
45
100
0
0
0
0
33. Sumbu-sumbu
45
100
0
0
0
0
34. Buttal
27
60
0
0
18
40
Universitas Sumatera Utara
35. Maning
45
100
0
0
0
0
36. Bada
45
100
0
0
0
0
37. Todak
24
53,33
21
46,66
0
0
38. Cabe-cabe
45
100
0
0
0
0
39.
Selar
21
46,66
24
53,33
0
0
40.
Stermin
19
42,22
26
57,77
0
0
41.
Sambala
15
33,33
30
66,66
0
0
42.
Lidah-lidah
11
24,44
34
75,55
0
0
43.
Udang
45
100
0
0
0
0
44.
Kapiting
45
100
0
0
0
0
45.
Sotong
45
100
0
0
0
0
46.
Gurita
45
100
0
0
0
0
47.
Bajan
23
51,11
0
0
22
48,88
48.
Bona
28
62,22
0
0
17
37,77
49.
Jarang gigi
40
88,88
5
11,11
0
0
50.
Lumba-lumba
45
100
0
0
0
0
51.
Marlin
31
68,88
14
31,11
0
0
52.
Sumbelang
23
51,11
22
48,88
0
0
53.
Maco aji
40
88,88
5
11,11
0
0
54.
Gaguk
24
53,33
21
46,66
0
0
55.
Jumbo
11
24,44
34
75,55
0
0
56.
Bonta
15
33,33
0
0
30
66,66
57.
Aji-aji
27
60
18
40
0
0
58.
Jubaak
21
46,66
24
53,33
0
0
59.
Bulan-bulan
25
55,55
20
44,44
0
0
60.
Palu-palu
34
75,55
11
24,44
0
0
61.
Bawal
37
82,22
8
17,77
0
0
62.
Cakalang
41
91,11
4
8,88
0
0
63.
Sisik
45
100
0
0
0
0
64.
Sumpit-sumpit
31
68,88
0
0
14
31,11
65.
Tenggiri
45
100
0
0
0
0
Universitas Sumatera Utara
66.
Todak
23
51,11
22
48,88
0
0
67.
Ula lawik
45
100
0
0
0
0
68.
Walet
45
100
0
0
0
0
69.
Gambolo
45
100
0
0
0
0
70.
Sumedang
45
100
0
0
0
0
71.
Strimin
45
100
0
0
0
0
72.
Samuk
45
100
0
0
0
0
73.
Nyamuk
45
100
0
0
0
0
74.
Mancik
45
100
0
0
0
0
75.
Lidah-lidah
45
100
0
0
0
0
76.
Lokan
45
100
0
0
0
0
77.
Sepatu-sepatu
45
100
0
0
0
0
78.
Pato-pato
45
100
0
0
0
0
79.
Simarhuruan
45
100
0
0
0
0
80.
Siput
45
100
0
0
0
0
81.
Biduan
45
100
0
0
0
0
82.
Rimis
45
100
0
0
0
0
83.
Beliung
45
100
0
0
0
0
84.
Udang bingkarung
45
100
0
0
0
0
85.
Udang kancing
45
100
0
0
0
0
86.
Udang gostan
45
100
0
0
0
0
87.
Udang windu
45
100
0
0
0
0
88.
Udang baring
45
100
0
0
0
0
89.
Bangao
45
100
0
0
0
0
90.
Buayo
45
100
0
0
0
0
91.
Kalilawar
45
100
0
0
0
0
92.
Ubur-ubur
45
100
0
0
0
0
93.
Bajan
45
100
0
0
0
0
94.
Lulupoang
45
100
0
0
0
0
95.
Bulu babi
45
100
0
0
0
0
96.
Kura-kura
45
100
0
0
0
0
Universitas Sumatera Utara
TOTAL
3.654
RATA-RATA
8.186
1.015
85,2
4.2.4 Pemahaman Leksikon Nomina Flora
997,6
10,39
137
304,4
3,27
Dalam Lingkungan Kelautan
Generasi Usia 15-20 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada
generasi usia 15-20 Tahun terhadap leksikon nomina terdiri atas 6 leksikon yang
diujikan kepada 125 informan. Dari uraian tabel 4.8, leksikon nomina yang
dikelompokkan menjadi 40 kelompok. Pemahaman leksikon kelautan dalam
bahasa Pesisir Sibolga khususnya dalam kelautan dalam kelompok usia tersebut
diperoleh jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 217 (90,41%)
,kategori II jumlah pemahamn12 (5%) , kategori III jumlah pemahaman 11
(4,58%). Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon flora dalam lingkungan
kelautan jumlah pemahaman 11 (4,58%) Dengan demikian secara keseluruhan
pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk
generasi 15-20 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan kelautan yang
paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah
mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 217 (90,41%) dan kategori III (tidak
pernah tahu) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah
pemahaman 11 (4,58%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina fauna
dalam lingkungan kelautan pada usia 15-20 tahun masih bertahan dalam aktifitas
sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8
Deskripsi Pemahaman Leksikon Flora Lingkungan Kelautan Nomina
Generasi Usia 15-20 Tahun
NO
LEKSIKON
KATEGORI
I
II
III
JP
%
JP
%
JP
%
1.
Bako (mangrove)
40
100
0
0
0
0
2.
Pandan
37
92,5
0
0
3
7,5
3.
Terumbu karang
40
100
0
0
0
0
4.
Karambi
32
80
0
0
8
20
5.
Ketapang
29
72,5
11
27,5
0
0
6.
Rumput laut
39
97,5
1
2,5
0
0
217
542,5
12
30
11
27,5
TOTAL
RATA-RATA
90,41
5
4,58
4.2.5 Pemahaman Leksikon Nomina Flora Dalam Lingkungan Kelautan
Generasi Usia 21-45 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada
generasi usia 21-45 Tahun terhadap leksikon nomina terdiri atas 6 leksikon yang
diujikan kepada 125 informan. Dari uraian tabel 4.9, leksikon nomina yang
dikelompokkan menjadi 40 kelompok. Pemahaman leksikon kelautan dalam
bahasa Pesisir Sibolga khususnya dalam kelautan dalam kelompok usia tersebut
diperoleh jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 227 (81,25%)
kategori II jumlah pemahamn 4 (3%) kategori III jumlah pemahaman 21 (0,41%)
Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon Flora dalam lingkungan kelautan
jumlah pemahaman 0 (0%). Dengan demikian secara keseluruhan pemahaman
leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk generasi 21-45
tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan kelautan yang paling tinggi adalah
Universitas Sumatera Utara
pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan) dengan jumlah
pemahaman 227 (81,25%) dan kategori II (pernah mendengar) memperoleh
persentase pemahaman terendah dengan jumlah pemahaman 4 (3%) Hal ini
membuktikan pemahaman leksikon nomina fauna dalam lingkungan kelautan
pada usia 21-45 tahun tidak bertahan dalam aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.9
Deskripsi Pemahaman Leksikon Flora Lingkungan Kelautan Nomina
Generasi 21-45 Tahun
NO
LEKSIKON
KATEGORI
I
II
III
JP
%
JP
%
JP
%
1.
Bako (mangrove)
40
100
0
0
0
0
2.
Pandan
39
97,5
1
2,5
0
0
3.
Terumbu karang
39
97,5
0
0
1
2,5
4.
Karambi
40
100
0
0
0
0
5.
Ketapang
37
92,5
3
7,5
0
0
6.
Rumput laut
32
0
0
8
20
0
TOTAL
227
487,5
4
18
21
2,5
RATA-RATA
81,25
4.2.6 Pemahaman Leksikon Nomina Flora
3
0,41
Dalam Lingkungan Kelautan
Generasi Usia ≥ 46 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada
generasi usia ≥
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik . Desa
Pondok Batu ini memiliki areal-areal kelautan yang luas dan masyarakat yang
tinggal dan menetap di sana menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi
sehari-hari.
Peta Lokasi Penelitian Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik
Universitas Sumatera Utara
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu dalam melakukan penelitian ini direncanakan selama satu bulan
setelah proposal disetujui.
3.2 Sumber Data
Penentuan sumber data penelitian ini menggunakan data primer. Data
primernya yaitu kata-kata yang didapat dari informan guyub tutur bahasa Pesisir
Sibolga Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik. Data dalam penelitian ini berupa
kosakata-kosakata yang terdapat pada lingkungan kelautan di Desa Pondok Batu.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitif. Metode
kuantitatif lebih dominan digunakan pada penelitian ini. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Moleong 2006:6). Metode penelitian kuantitatif yaitu
pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu diklasifikasikan , konkrit,
teramati dan terukur, hubungan variabelnya bersifat sebab akibat dimana data
penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.
(Sugiyono, 2008).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang secara langsung turun
ke lapangan untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian. Datadata leksikon kelautan bahasa Pesisir Sibolga diperoleh dengan metode cakap,
observasi, wawancara mendalam, serta memberikan kuesioner kepada informan.
Metode cakap terdiri atas cakap semuka, rekam, dan catat. Peneliti akan
menggunakan metode cakap semuka dan catat. Peneliti juga akan melakukan
wawancara mendalam kepada informan tentang lesikon yang terdapat dalam
kelautan. Leksikon tersebut dicatat untuk dijadikan data dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Proses wawancara akan dilengkapi dengan teknik catat. Wawancara
dipandu dengan sejumlah daftar tanyaan yang berhubungan dengan leksikon
lingkungan kelautan. Ketika melakukan wawancara dengan informan digunakan
bahasa Indonesia dan bahasa Pesisir Sibolga.
Informan berjumlah 3 orang. Informan harus memenuhi syarat yang telah
ditentukan. Syarat-syarat dari informan menurut (Mahsun, 2005:134), yaitu:
1. Berjenis kelamin pria dan wanita.
2. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun).
3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa
tersebut serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya.
4. Berpendidika (minimal tamatan SD).
5. Berstatus sosial menengah (tidak rendah atau tidak tinggi ) dengan
harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya.
6. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya.
7. Pekerjaannya nelayan.
8. Dapat berbahasa Indonesia.
9. Sehat jasmani dan rohani. Sehat jasmani maksudnya tidak cacat
berbahasa dan memiliki pendengaran yang tajam untuk menangkap
pertayaan-pertayaan dengan tepat dan sehat rohani maksudnya sedang
tidak gila atau pikun.(Mahsun,2005:141-142).
Dalam penelitian ini informan minimal 3 orang. Wawancara dilakukan
berdasarkan daftar pertayaan yang terdiri atas:
1. Leksikon lingkungan kelautan yang terdiri dari nomina.
2. Istilah-istilah tradisional dan modren alat kelautan.
Proses wawancara itu dilengkapi dengan teknik rekam dan teknik catat.
Dalam berinteraksi dengan informan digunakan bahasa Indonesia. Hal ini
berdasarkan temuan di lapangan bahwa semua penutur bahasa Pesisir Sibolga
fasih berbicara dalam bahasa Indonesia. Data yang sudah terkumpul kemudian
direduksi dan dikategorikan berdasarkan perangkat kelas katanya. Setelah data
leksikon nomina kelautan terkumpul, peneliti mendaftarkannya menjadi kuisioner
Universitas Sumatera Utara
untuk ditanya kepada sejumlah responden. Peneliti bertanya untuk mengetahui
bagaimana pemahaman mereka terhadap leksikon tersebut.
Kuisoner yang diajukan kepada responden untuk mengetahui tingkat
pengetahuan informan tentang kegiatan, alat dan bahan diajukan empat pilihan
jawaban pada tiap responden, yaitu:
a. Mengenal, pernah melihat, dan Pernah mendengarkan
b. Pernah mendengar , dan melihat
c. Tidak tau (tidak pernah melihat).
Syarat-syarat responden menurut Mubin dan Cahyadi (2006:115):
Responden dibagi atas 3 kelompok usia, yaitu:
1. Usia 15-20 tahun,
2. Usia 21-45 tahun, dan
3. Usia di atas 46 tahun.
4. Laki-laki dan perempuan
Adapun alasan pembagian kelompok usia tersebut adalah sebagai berikut:
a. kelompok usia remaja (15-20 tahun).
b. kelompok usia dewasa, yaitu awal masa dewasa (21-45 tahun).
c. kelompok pertengahan masa dewasa dan masa dewasa lanjut atau
masa tua (di atas 46 tahun).
Kuisoner yang diajukan kepada responden untuk mengetahui tingkat
pengetahuan informan tentang kegiatan, alat dan bahan diajukan tiga pilihan
jawaban pada tiap responden, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan.
2. Pernah mendengar dan melihat.
3. Tidak tau ( tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengarkan )
Jumlah penduduk yang memenuhi criteria responden berjumlah 1.250
orang. Responden yang berusia remaja berjumlah 400 orang, dewasa berjumlah
400 orang, dan tua berjumlah 450 orang. Jumlah responden diambil dari tiap usia
adalah 10%. Jadi, responden berusia remaja berjumlah 40 orang, dewasa
berjumlah 40 orang, dan tua 45 orang. Jumlah keseluruhan responden adalah 125
orang.
3.5 Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu wawancara, data yang sudah ditulis dalam catatan
lapangan, hasil kuesioner, dokumen-dokumen, dan sebagainya. Untuk menjawab
permasalahan pertama yaitu mendeskripsikan leksikon kelautan dalam bahasa
Pesisir Sibolga digunakan dalam metode padan. Metode padan adalah metode
yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa
(langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 19993:13). Metode padan yang
digunakan adalah metode padan referensial. Teknik yang digunakan dalam
metode ini yaitu teknik pilah unsur penentu. Adapun alatnya adalah daya pilah
yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitiannya untuk mencari
pengelompokkan kata benda dan kata kerja (Sudaryanto, 1993:21).
Dalam menjawab permasalahan kedua dan ketiga menggunakan metode
kuantitatif. Untuk melihat pemertahanan leksikon kelautan digunakan variabel
kelompok usia yang berbeda. Dengan menggunakan rumus:
Universitas Sumatera Utara
�
P=� × 100%
Ket :
p: Angka persentase
f: Jumlah temuan
n : total informan
Rumus di atas dimodifikasi dari Arikunto : 246 (Lihat juga Rizkyansyah 2015)
Sebelum dihitung dengan rumus, data yang diuji dengan menggunakan
teknik berikut ini :
Ket :
No Lek
Remaja
Dewasa
Tua
Sikon
1
2
3
1
2
3
1
2
3
L p l
p
l
p
l
p
l
p
l
p
l
p
lk p
lk p
k r
r
k
r
k
r
k
r
k
r
k
r
r
r
k
1. Mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan,pernah menggunakan.
2. Tidak mengenal, tidak pernah melihat, pernah mendengar, dan tidak
pernah menggunakan.
3. Tidak mengenal , tidak pernah melihat, tidak pernah mendengar, dan tidak
pernah menggunakan. Simanjuntak (2014); Kesuma(2014); Rizkyansyah
(2015).
Analisis data akan dimulai sejak pengumpulan data dilakukan dan
sesudah meninggalkan lapangan. Dalam menganalisis data, jawaban dari setiap
Universitas Sumatera Utara
informan disimbolkan dalam bentuk angka. Angka-angka tersebut kemudian
dijumlahkan dan diubah ke dalam bentuk persen kemudian ditabulasikan untuk
Desa Pondok Batu menurut kriteria usianya.
3.6 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan infomal.
Metode informal digunakan untuk menyajikan hasil analisis data dengan kata-kata
biasa. Metode tersebut digunakan untuk menyajikan hasil analisis leksikon
lingkungan kelautan. Metode formal digunakan untuk menyajikan hasil penelitin
dengan rumusan dan angka seperti singkatan , rumus (%), (×) dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk menyajikan hasil analisis masalah yang kedua dan
ketiga (Sudaryanto 1993:145).
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Ekoleksikon Lingkungan Kelautan
Leksikon-leksikon yang terdapat di dalam penelitian ini merupakan hasil proses
interaksi dan interelasi masyarakat Pesisir Sibolga dengan lingkungan
kelautannya. Sebagai masyarakat yang bergantung dengan laut, bentuk interaksi
dan interelasi berupa pemanfaatan lingkungan, seperti kegiatan menangkap
sumber daya laut, kegiatan penjemuran ikan, kegiatan mengasinkan ikan, dan
kegiatan jual-beli hasil laut.
Dari kegiatan kelautan tersebut ,Pesisir Sibolga secara umum memang
bermatapencaharian sebagai nelayan. Dilihat dari dimensi lingkungan sosial,
masyarakat Pesisir Sibolga yang plural dan heterogen. Sejak dahulu masyarakat
Pesisir Sibolga merupakan jalur perdagangan yang ramai, terutama di
pelabuhannya.
Berdasarkan
parameter
ekolinguistik,
lingkungan
memiliki
keberagaman atau diservitas.keberagaman dalam suatu lingkungan dapat berupa
unsur-unsur hayati (biotik) dan unsur nonhayati (abiotik). Adanya proses interaksi
dan interelasi yang berjalin secara intensif antara masyarakat dengan
lingkungannya,
membentuk
seperangkat
pemahaman
di
dalam
kognisi
masyarakatnya. Pemahaman-pemahaman inilah yang termanifestasi ke dalam
bentuk-bentuk bahasa lingkungan (ekoleksikon atau ekowacana). Dalam konteks
ini, bahasa adalah milik manusia dan berada di dalam sistem kognisi manusia.
Dilihat dari dimensi lingkungan fisik, masyarakat Pesisir Sibolga yang
berada di Kabupaten Tapanuli Tengah (tapteng). Sebagian daerah yang berada di
Wilayah Pesisir (dekat dengan laut), masyarakat Pesisir Sibolga menyimpan
potensi kelautan yang baik, sehingga menjadi sumber pemasokan ikan laut
terbesar di Tapanuli Tengah (tapteng). Bahkan di antara pulau Poncan , pulau
Kalinatung dan pulau Mursala terdapat potensi kelautan berupa ikan
Tanggiri(ikan tenggiri)dan ikan Turisi (Kakap Merah) yang cukup menggiurkan,
Universitas Sumatera Utara
dipasarkan hingga ke luar negeri. Di lain pihak, penangkapan sumber daya
kelautan yang dilakukan oleh masyarakat Pesisir Sibolga juga digunakan untuk
konsumsi diri sendiri, atau dijadikan umpan atau memeroleh tangkapan yang lebih
besar. Pemanfaatan kekayaan alam (laut) yang dimiliki perairan pulau Sumatera,
menjadikan masyarakat Pesisir Sibolga akrab dengan biota-biota laut tertentu
Gambar 1 : Bentuk-Bentuk Interaksi dan Interelasi Masyarakat Pesisir Sibolga
Desa Pondok Batu, Kecamatan Sarudik , Kabupaten Tapanuli Tengah dengan
Lingkungan Kelautan (dokumentasi Pribadi)
Salah satu lingkungan ekonomi di masyarakat Pesisir Sibolga yang
berhubungan dengan kelautan, yaitu Tempat Pendaratan Ikan (TPI) merupakan
salah satu fasilitas pendukung ekonomi masyarakat. Tempat ini berfungsi sebagai
tempat pengumpulan, penyimpanan, serta pemasaran hasil tangkapan nelayan.
Selain itu, di masyarakat Pesisir Sibolga juga biasa dilakukan setiap hari para
pedagang dari berbagai daerah yang berada di Tapanuli Tengah (tapteng)
berkumpul untuk melakukan kegiatan jual-beli yang menjadi salah satu bentuk
Universitas Sumatera Utara
interaksi dan interelasi merupakan hal yang cukup penting. Melalui proses atau
kegiatan inilah masyarakat yang tidak secara langsung memeroleh ikan di laut
(sebagai nelayan) dapat mengenal sejumlah biota-biota laut yang ada (tuntunan
pemenuhan kebutuhan hidup. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Masyarakat Pesisir Sibolga, Desa Pondok Batu, Kecamatan Sarudik , Kabupaten
Tapanuli Tengah, leksikon nomina terdiri atas 125 leksikon yang ditemukan
dalam lingkungan kelautan dibedakan atas empat kelompok leksikon , yaitu : (1)
Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan (96 Leksikon) ; (2) Leksikon Flora
Lingkungan Kelautan (6 Leksikon), (3) Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas
Lingkungan Kelautan (12 Leksikon); dan (4) Leksikon Nomina Lingkungan
Kepantaian (6 Leksikon). Sementara itu, leksikon verba merupakan aktivitas atau
kegiatan kelautan masyarakat.
4.1.1 Leksikon Nomina
Nomina merupakan salah satu kategori atau kelas kata. Secara
struktural nomina disebut juga dengan kata benda. Secara sintaksis, nomina tidak
berpotensi untuk bergabung dengan partikel tidak dan berpotensi untuk di dahului
partikel (Kridaklasana,2007 :68). Dalam penelitian ini kategori yang dimiliki oleh
leksikon-leksikon lingkungan kelautan Masyarakat Pesisir Sibolga.
4.1.1.1 Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan
Fauna didefinisikan lingkungan hewan yang mencakup semua jenis
hewan dan kehidupan yang berada suatu habitat, daerah,atau strata geologi
tertentu. Leksikon fauna lingkungan kelautan adalah kelompok leksikon yang
referensinya mengacu pada hewan-hewan (animalia) yang memiliki hubungan
tentang hewan yang menyakup ke segala jenis serta juga macam hewan dan
kehidupannya yang berada pada wilayah serta pada masa tertentu. keeretan
terhadap lingkungan laut karena hidup atau berada di daerah sekitar laut/pesisir.
Dari penelitian yang dilakukan , terkumpul 96 leksikon fauna lingkungan
kelautan. Berikut ini adalah leksikon fauna lingkungan kelautan yang dipahami
oleh masyarakat Pesisir Sibolga.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4 1.
Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan
No.
LEKSIKON
GLOS/DESKRIPSI SINGKAT
1.
Gambolo
Sejenis ikan kembung kuning
2.
Aso-aso
Sejenis ikan kembung
3.
Balautauce
Sejenis ikan selayang
4.
Timpik
Ikan tongkol/umang-umang
5.
Karamojo
Ikan cakalang
6.
Sisik
Ikan madihang
7.
Gurapu
Ikan gurapu
8.
Turisi
Sejenis ikan kakap merah
9.
Teter
Baracuda ekor panjang
10.
Baledang
Ikan layar dengan bentuk tubuh panjang
11.
Kapur – kapur
Ikan timah-timah
12.
Balanak
Ikan balanak
13.
Marang
Ikan marang
14.
Pari
Ikan pari
15.
Iyu
Hiyu
16.
Gaguk
Ikan berkumis seperti lele/ ikan mayung
17.
Jabung
Ikan ayam-ayam
18.
Kampi-kampi
Ikan lubin kapas
19.
Bada
Ikan teri
20.
Selar
Ikan selar
21.
Todak
Ikan todak
22.
Mangsi-mangsi
Cumi-cumi
23.
Kapur-kapur
Timah-timah
24.
Baracun
Sejenis ikan kakap hijau
25.
Taba bibi
Seperti ikan kakap hijau berbibir agak tebal
Universitas Sumatera Utara
26.
Tando
Ikan jinaha
27.
Kakap
Ikan kakap
28.
Tuan deman
Sejenis ikan kembung halus
29.
Balotokuning
Ikan selar kuning / selar gelek
30.
Kaling-kaling
Sejenis ikan yang mempunyai ekor tegang /
cincaru
31.
Kape-kape
Ikan kapas-kapas
32.
Gabu
Ikan kue
33.
Sumbu-sumbu
Sejenis ikan baracuda halus
34.
Buttal
Ikan buttal
35.
Maning
Ikan tamban
36.
Bada
Ikan teri
37.
Todak
Ikan todak
38.
Cabe-cabe
Sejenis ikan marang/partapus
39.
Selar
Ikan selar
40.
Stermin
Ikan dencis
41.
Sambala
Ikan sembela
42.
Lidah-lidah
Ikan lidah-lidah
43.
Udang
Udang
44.
Kapiting
Kepiting
45.
Sotong
Sejenis cumi-cumi besar
46.
Gurita
Gurita
47.
Bajan
Ikan moa
48.
Bona
Sejenis ikan bawal gajah
49.
Jarang gigi
Sejenis kakap kuning
50.
Lumba-lumba
Lumba-lumba
51.
Marlin
Ikan layaran
52.
Sumbelang
Ikan sumbelang
53.
Maco aji
Ikan berbentuk pipih agak lebar seperti bawal
54.
Gaguk
Ikan melayang
55.
Jumbo
Ikan jumbo
Universitas Sumatera Utara
56.
Bonta
Ikan bonta
57.
Aji-aji
Sejenis ikan kerong bali
58.
Jubaak
Sejenis ikan kurapu
59.
Bulan-bulan
Ikan bulan-bulan
60.
Palu-palu
Palu-palu
61.
Bawal
Bawal
62.
Cakalang
Ikan cakalang
63.
Sisik
Seperti ikan tongkol (daging dalam lebih
putih )
64.
Sumpit-sumpit
Ikan sumpit
65.
Tenggiri
Ikan tenggiri
66.
Todak
Ikan cendro
67.
Ula lawik
Ular laut
68.
Walet
Burung wallet
69.
Gambolo
Ikan gambolo
70.
Sumedang
Ikan sumedang
71.
Strimin
Ikan strimin
72.
Samuk
Semut
73.
Nyamuk
Nyamuk
74.
Mancik
Tikus
75.
Lidah-lidah
Ikan lidah
76.
Lokan
Kepah/kerang
77.
Sepatu-sepatu
Seperti kerang hijau
78.
Pato-pato
Sejenis kerang hijau
79.
Simarhuruan
Kerang
80.
Siput
Siput
81.
Biduan
Kepah/ kerang yang berwarna hijau
82.
Rimis
Kepah / kerang yang berwarna putih
83.
Beliung
Sejenis kerang hitam
84.
Udang bingkarung
Udang lopster
85.
Udang kancing
Udang lopster
Universitas Sumatera Utara
86.
Udang gostan
Udang gostan
87.
Udang windu
Udang windu
88.
Udang baring
Sejenis udang yang bentuknya kecil
89.
Bangao
Burung bangau
90.
Buayo
Buaya
91.
Kalilawar
Kalilawar
92.
Ubur-ubur
Ubur-ubur
93.
Bajan
Sejenis ikan kerondong
94.
Lulupoang
Umang-umang
95.
Bulu babi
Bulu babi (berduri keras)
96.
Kura-kura
Kura- kura
Dari khazanah leksikon fauna lingkungan kelautan yang didaftarkan di
atas, secara biologis hewan-hewan tersebur masuk ke dalam kelompok ikan,
kelompok udang, kelompok kepiting, kelompok kerang, kelompok burung,
kelompok serangga, dan kelompok reptil. Sebagai contoh , berikut ini dipaparkan
beberapa fauna lingkungan kelautan. Leksikon-leksikon tersebut dipilih karena
keeratannya , terhadap tingkat interaksi dan interelasi Masyarakat Pesisir Sibolga.
a) Timpik ‘ikan tongkol’
Leksikon timpik dalam bahasa Indonesia memiliki makna ‘ ikan
tongkol’. Secara konseptual ikan timpik merupakan salah satu jenis ikan basah
yang berukuran besar, memiliki banyak daging, ikan yang hidup di laut, bersisik.
Pemahaman secara biologis ini dikodekan ke dalam bentuk lingual lainnya , yaitu
sejenis ikan kembung mengacu pada timpik yang memiliki warna kehitam-hitaman.
Timpik merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi dibandingkan
dengan jenis ikan lainnya. Hal ini menyebabkan timpik merupakan yang cukup berkelas
di masyarakat dengan rasa yang paling enak (dimensi ideologis). Oleh sebagian
masyarakat, timpik biasa disajikan di dalam hidangan gulai, seperti pada bentuk lingual
manggule timpik ‘menggulai timpik ‘ atau gulai timpik ‘ (dimensi sosiologis).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.Timpik ‘ikan tongkol’ (dokumentasi pribadi)
b) Bada ‘ikan teri’
Leksikon bada dalam bahasa Indonesia nemiliki makna ‘ikan teri’
secara konseptual bada merupakan salah satu jenis ikan basah dan kering yang
diasinkan , memiliki sedikit daging,berbentuk pipih dengan ukuran yang relatif
kecil.
Selain itu, terdapat bentuk lingual lain berupa bada jaring, bada nasi
yang dapat ditelisik dari dimensi biologisnya. Bada jaring memiliki badan yang
silindris, kepala pendek , berwarna pucat dengan ukuran sedikit lebih besar dari
bada yang lain. Bada nasi merupakan larva teri yang masih halus dengan ukuran
yang paling kecil. Dilihat dari dimensi sosiologis , bada banyak ditangkap karena
memiliki arti penting sebagai bahan makanan , baik sebagai ikan segar maupun
dikeringkan. Bada nasi cukup digemari oleh para penikmat kuliner laut, karena
memiliki aroma yang khas.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2 bada/ikan teri yang basah (dokumentasi pribadi)
Gambar 3 bada/ikan teri yang diasinkan (dokumentasi pribadi)
c) Mangsi-mangsi ‘cumi-cumi’
Leksikon mangsi-mangsi dalam bahasa Indonesia memiliki makna
‘cumi-cumi’. Secara konseptual , adalah sejenis ikan laut yang memiliki bentuk
tubuh yang agak aneh dari ikan laut pada umumnya, bentuk tubuh ikan cumi-
Universitas Sumatera Utara
cumiadalah silinder kerucut memanjang dengan warna dasar bening kaca
transparan disertai warna-warna lainnya sesuai kamuflase pada area tempat cumicumi itu berada. Habitat cumi-cumi ada pada perairan dangkal maupun perairan
dalam.
Gambar 4 mangsi-mangsi/cumi-cumi (dokumentasi pribadi)
d) Teter ‘ baracuda’
Leksikon
teter
dalam
bahasa
Indonesia
memiliki
makna
‘ikanbaracuda’(Actinopterygii). Secara konseptual , ikan ini merupakan ikan
yang memiliki mulut yang panjang berisi gigi besar tajam seperti pisau.
Tubuhnya yang ramping dan kuat membantu mereka berenang dengan cepat.
Mereka memiliki dua sirip di bagian belakang dan sisik kecil pada tubuh. Ikan
ini memiliki habitat hidup pada daerah pantai yang berkarang.
e) Udang ‘udang’
Leksikon ini memiliki bentuk dan makna yang sama dalam bahasa
Indonesia (penaeidae). Di lihat dari KBBI, secara konseptual udang merupakan
binatang tidak
bertulang , hidup dalam air, berkulit keras, berkaki sepuluh,
berekor pendek, dan bersepit dua pada kaki depannya, binatang yang hidup
diperairairan, khususnya kelautan Pesisir Sibolga. Pemahaman secara biologis ini
dikodekan ke dalam bentuk udang bingkarung, udang kancing, udang baring,
udang kelong, udang windu. Udang merupakan salah satu makanan protein bagi
Universitas Sumatera Utara
tubuh. Namun, oleh sebagian kalangan sajian udang dianggap makanan pantangan
salah satu bagi penderita alergi makanan laut. Gambar- gambar jenis udang :
Gambar 5 Udang bingkarung (dokumentasi pribadi)
Gambar 6 Udang kancing (dokumentasi pribadi)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7 Udang baring (dokumentasi pribadi)
Gambar 8 Udang kelong (dokumentasi pribadi)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9 Udang windu (dokumentasi pribadi)
f)
kapiting ‘kepiting’
Leksikon kapiting bermakna ‘kepiting’ dalam bahasa Indonesia. Di lihat
dari KBBI ,secara konseptual , kepiting merupakan ketam yang hidup di
pantai,binatang anggota krustasea, berkaki sepuluh, mempunyai ekor yang sangat
pendek, tubuh kepiting dilindungi oleh cangkang yang sangat keras, tersusun dari
kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam adalah nama lain dari
kepiting.
Gambar 10 . Kapiting ‘kepiting’ (dokumentasi pribadi)
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.2 Leksikon Flora Lingkungan Kelautan
Leksikon flora lingkungan kelautan adalah kelompok leksikon yang
referensinya mengacu sebagai alam
tumbuhan-tumbuhan
yang memiliki
hubungan keeratan terhadap lingkungan laut karena hidup atau berada di daerah
sekitar laut/pesisir. Masyarakat Pesisir Sibolga. Leksikon-leksikon tersebut
merupakan leksikon yang tergolong kepada kategori lingkungan biotik (makhluk
hidup). Dari penelitian yang di lakukan terkumpul 6 leksikon flora lingkungan
kelautan . berikut ini adalah leksikon flora lingkungan kelautan secara kolektif
dipahami oleh masyarakatnya.
Tabe 4 2.
Leksikon Flora Lingkungan Kelautan
NO LEKSIKON
GLOS/DESKRIPSI SINGKAT
1.
Tumbuhan bakau (mangrove)Tumbuhan ini
Bako (mangrove)
memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar
tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang
tertutup daun penumpu yang meruncing.
2.
Pandan
Pohon pandan merupakan tumbuh liar di tepi
sungai, tepi rawa, dan di tempat-tempat yang
agak lembab, tumbuh subur dari daerah laut.
3.
Terumbu karang
Terumbu karang merupakan habitat hidup
sejumlah
spesies
bintang
laut,
tempat
pemijahan, peneluran dan pembesaran anakanak ikan.
4.
Karambi
Pohon kelapa merupakan tumbuhan palem
yang berbatang tinggi, buahnya tertutup sabut
dan tempurung yang keras, di dalamnya
terdapat daging yang mengandung santan dan
air.
Universitas Sumatera Utara
5.
Ketapang
Ketapang (Terminalia catappa) adalah nama
sejenis pohon tepi laut yang rindang. Lekas
tumbuh
dan
membentuk
tajuk
indah
bertingkat-tingkat, ketapang kerap dijadikan
pohon peneduh di taman-taman dan tepi laut.
6.
Rumput laut
Rumput laut merupakan salah satu sumber
daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir
dan laut.
a) Bako ‘bakau’
Leksikon bako dalam bahasa Indonesia bermakna ‘bakau’. Secara
konseptual bakau adalah tumbuhan yang memiliki ciri-ciri yang mencolok berupa
akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang
meruncing. Khusus tumbuhan bakau ini hidupnya di pinggir pantai, tumbuhan
bakau ini memiliki akar tunjang yang menyolok bercabang-cabang, akar tunjang
merupakan bentuk adaptasi tumbuhan bakau di daerah lingkungan pantai, daun
tunggal terletak berhadapan terkumpul di ujung ranting dengan kuncup tertutup,
daun penumpu yang menggulung runcing, daun helai eliptis tebal dan licin serupa
kulit hijau atau hijau muda kekuning-kuningan, berujung runcing dan bertangkai.
Kayu bakau memiliki kegunaan yang baik sebagai bahan bangunan,dan kayu
bakar (dimensi sosiologis).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11 bako ‘bakau’ (dokumentasi pribadi)
b) Terumbu karang ‘terumbu karang ‘
Leksikon terumbu karang dalam bahasa Indonesia bermakna ‘terumbu
karang’. Secara konseptual terumbu karang adalah (coral reef) bukan sekedar
menjadi tempat hidup dan berkembang biota laut belaka. Namun terumbu
karang mempunyai fungsi dan peran yang tidak bisa diremehkan bagi
lingkungan secara keseluruhan (baik di laut, pesisir, maupun darat), dan bagi
kehidupan manusia. Secara garis besar, fungsi dan manfaat terumbu karang
bagi lingkungan dan manusia dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok,
yakni manfaat secara ekologi, ekonomi, dan sosial.
c) Karambi ‘pohon kelapa’
Leksikon karambi dalam bahasa Indonesia bermakna ‘pohon kelapa’.Di
lihat dari KBBI kelapa secara konseptual merupakan tumbuhan palem yang
Universitas Sumatera Utara
berbatang tinggi, buahnya tertutup sabut dan tempurung yang keras, di dalamnya
terdapat daging yang mengandung santan dan air.
Karambi atau pohon kelapa merupakan salah satu tanaman yang memiliki
nilai kegunaan yang cukup besar. Hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan
untuk segala kebutuhan. Dari dimensi biologis tanaman karambi terdapat
ungkapan yang merujuk pada bagian-bagian tanaman tersebut, seperti buah
karambi’ buah kelapa’, daun karambi’daun kelapa’ ai karambi’air karambi’,
sabuk karambi’sabut kelapa’, batok karambi’batok kelapa’. Dari dimensi
sosiologis, daun karambi biasa digunakan sebagai salah satu komponen untuk
membuat janur kuning dalam pesta pernikahan.
Gambar 12 karambi ‘pohon kelapa’ (dokumentasi pribadi)
4.1.1.3 Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas Lingkungan Kelautan
Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud dan tujuan. Prasana merupakan segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Leksikon sarana dan prasana
aktivitas lingkungan kelautan adalah kelompok leksikon yang referensinya
Universitas Sumatera Utara
merujuk kepada alat atau segala sesuatu yang menjadi penunjang dalam kegiatan
lingkungan kelautan.
Tabel 4.3
Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas Lingkungan Kelautan
No LEKSIKON
GLOS/DESKRIPSI
KETERANGAN FUNGSI
SINGKAT
1.
Pukek
ENTITAS
Pukat adalah semacam jaring Alat penangkap ikan yang
besar dan panjang untuk besar dan panjang untuk
menangkap ikan.
2.
Jaring
Jaring
adalah
menangkap ikan
alat
yang Alat tangkap ikan yang
digunakan untuk menangkap berupa tali atau benang
ikan yang biasanya dibentuk yang membentuk mata jala.
oleh benang jahitan yang
relatif tipis mengikat.
3.
Tanggok
Tangguk
merupakan Keranjang dari rotan untuk
peralatan tangkap tradisional menangkap
Pesisir
yang
ikan,
udang
digunakan atau hewan air lainnya.
untuk
menangkap
udang
atau
hewan
ikan,
air
lainnya.
4.
Jala
Jaladisebut (jaring lempar) Alat untuk penangkap ikan
adalah
jaring
ikan
yang yang
berbentuk lingkaran
kecil bulat
merupakan
jaring
(penggunaannya
dengan pemberat pada tepi- dengan cara dilempar atau
tepinya yang dilempar atau ditebar ke air).
ditebar oleh nelayan.
Universitas Sumatera Utara
5.
Bagan
Bagan adalah salah satu Pangkalan tiang dan kayu
jenis
alat
tangkap
yang untuk menangkap ikan
digunakan
nelayan
untuk
menangkap
ikan
pelagis
kecil.
6.
Sampan
Sampan
adalah
transportasi
alat Perahu
air,
kecil
yang
yang digunakan
untuk
digunakan untuk menangkap menangkap ikan
ikan
7.
Kai
Kail adalah salah satu alat Kawat yang ujungnya
untuk menangkap ikan yang berkait dan tajam, yang
digunakan untuk memancing
digunakan
untuk
menangkap ikan.
8.
Pelabuhan
Pelabuhan
adalah
tempat tempat
kapal
yang terdiri dari dataran dan berlabuh
perairan disekitarnya dengan penumpang
batas-batas
tertentu
bersandar,
naik
dan
turun
atau
yang bongkar muat barang
dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh
naik turun penumpang dan
atau bongkar muat barang
yang
dilengkapi
fasilitas
dengan
keselamatan
pelayaran
dan
kegiatan
penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan
intra
dan
antar
moda
transportasi
9.
Jaring banam
Jaring benam adalah alat yang Alat yang digunakan untuk
digunakan
untuk
menangkap ikan
menangkap ikan Jaring benam
biasanya dibentuk oleh benang
Universitas Sumatera Utara
jahitan
yang
relatif
tipis
mengikat.
Dari data leksikon di atas, leksikon sarana dan prasana aktivitas
lingkungan kelautan dapat berupa alat-alat tangkap sumber daya kelautan yang
biasa digunakan oleh masyarakat, alat-alat transportasi, tempat atau bangunan ,
serta bahan atau alat penjemuran ikan. Alat-alat transportasi berupa bagan dan
sampan, bangunan atau tempat pengolahan ikan berupa pelabuhan.
4.1.1.4 Leksikon Nomina Lingkungan Kelautan
Leksikon nomina lingkungan kelautan adalah leksikon nomina berupa halhal yang berkaitan erat dengan daerah laut. Dari penelitian yang dilakukan,
terkumpul enam leksikon nomina leksikon kelautan. Leksikon kelautan tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Leksikon Nomina Lingkungan Kelautan
No. LEKSIKON
GLOS/ KETERANGAN
1.
Badai merupakan angin kencang
Bade
yang menyertai cuaca buruk (yang
datang secara tiba-tiba)
2.
Suruk
Surut merupakan pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara
berkala
3.
Kasik
Pasir merupakan butir-butir batu
yang halus atau timbunan pasir halus
4.
Karang
Karang merupakan batu kapur di laut
yang
terjadi
dari
zat
yang
dikeluarkan oleh binatang kecil di
laut
5.
Pasang
Pasang laut merupakan
naik atau
Universitas Sumatera Utara
turunnya posisi permukaan perairan
oleh pengaruh oleh gaya gravitasi
bulan dan matahari
6.
Luluk
Lumpur merupakan tanah lunak dan
berair (tanah becek)
4.2 Pemahaman Masyarakat Desa Pondok Batu terhadap Leksikon
Nomina dalam Bahasa Pesisir Sibolga
Untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat Desa Pondok Batu
terhadap leksikon nomina yang telah dikumpulkan, Jumlah penduduk yang
memenuhi criteria responden berjumlah 1.250 orang. Responden yang berusia
remaja berjumlah 400 orang, dewasa berjumlah 400 orang, dan tua berjumlah 450
orang. Jumlah responden diambil dari tiap usia adalah 10%. Jadi, responden
berusia remaja berjumlah 40 orang, dewasa berjumlah 40 orang, dan tua 45 orang.
Jumlah keseluruhan responden adalah 125 orang. dilakukan pengujian kepada 125
orang responden yang telah dibagi menjadi tiga kelompok. Daftar leksikon ini
diujikan kepada 125 orang responden tersebut dengan memberikan tiga pilihan
jawaban yaitu: (a) Mengenal, pernah melihat, dan Pernah mendengarkan, (b)
Pernah mendengar , dan melihat , (c) Tidak tau (tidak pernah melihat).
4.2.1
Pemahaman Leksikon Nomina Fauna Dalam Lingkungan
Kelautan Generasi Usia 15-20 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada generasi
usia 15-20 Tahun terhadap leksikon nomina terdiri atas 96 leksikon yang diujikan
kepada 125 informan. Dari uraian tabel 4.5 ,leksikon nomina yang dikelompokkan
menjadi 40 kelompok. Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir
Sibolga khususnya dalam kelautan dalam kelompok usia tersebut diperoleh
jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 2,975 (77,4%), kategori II
jumlah pemahamn 626 (16,5%) , kategori III jumlah pemahaman 245 (6,5%).
Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon Fauna dalam lingkungan kelautan
jumlah pemahaman (JP) 245 (6,5%) Dengan demikian secara keseluruhan
Universitas Sumatera Utara
pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk
generasi 15-20 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan kelautan yang
paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah
mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 2,975 (77,4) dan kategori III (tidak
pernah tahu) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah
pemahaman 245 (6,5%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina fauna
dalam lingkungan kelautan pada usia 15-20 tahun tidak bertahan dalam aktifitas
sehari-hari.
Tabel 4.5
Deskripsi Pemahaman Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan Nomina
Generasi Usia 15-20 Tahun
NO
LEKSIKON
KATEGORI
I
II
III
JP
%
JP
%
JP
%
1.
Gambolo
40
100
0
0
0
0
2.
Aso-aso
35
87,5
5
12,5
0
0
3.
Balautauce
37
92,5
0
0
3
7,5
4.
Timpik
21
52,5
19
47,5
0
0
5.
Karamojo
30
75
30
75
0
0
6.
Sisik
27
67,5
13
32,5
0
0
7.
Gurapu
24
60
16
40
0
0
8.
Turisi
25
62,5
0
0
15
37,5
9.
Teter
20
50
20
50
0
0
10. Baledang
39
97,5
1
2,5
0
0
11. Kapur – kapur
33
82,5
7
17,5
0
0
12. Balanak
22
55
0
0
18
45
13. Marang
19
47,5
21
52,5
0
0
14. Pari
15
37,5
25
62,5
0
0
15. Iyu
12
30
0
0
28
70
16. Gaguk
18
45
22
55
0
0
Universitas Sumatera Utara
17. Jabung
34
85
6
15
0
0
18. Kampi-kampi
16
40
24
60
0
0
19. Bada
33
82,5
0
0
7
17,5
20. Selar
14
35
26
65
0
0
21. Todak
32
80
8
20
0
0
22. Mangsi-mangsi
23
57,5
0
0
17
42,5
23. Kapur-kapur
13
32,5
27
67,5
0
0
24. Baracun
26
65
14
35
0
0
25. Taba bibi
17
42,5
0
0
23
57,5
26. Tando
10
25
30
75
0
0
27. Kakap
36
90
4
10
0
0
28.
11
27,5
0
0
29
72,5
29. Balotokuning
28
70
0
0
12
30
30. Kaling-kaling
31
77,5
9
22,5
0
0
31. Kape-kape
29
72,5
11
27,5
0
0
32. Gabu
33
82,5
7
17,5
0
0
33. Sumbu-sumbu
38
95
0
0
2
5
34.
40
100
0
0
0
0
35. Maning
40
100
0
0
0
0
36. Bada
40
100
0
0
0
0
37. Todak
40
100
0
0
0
0
38.
Cabe-cabe
40
100
0
0
0
0
39.
Selar
40
100
0
0
0
0
40.
Stermin
40
100
0
0
0
0
41.
Sambala
40
100
0
0
0
0
42.
Lidah-lidah
40
100
0
0
0
0
43.
Udang
40
100
0
0
0
0
44.
Kapiting
40
100
0
0
0
0
45.
Sotong
40
100
0
0
0
0
46.
Gurita
40
100
0
0
0
0
Tuan deman
Buttal
Universitas Sumatera Utara
47.
Bajan
40
100
0
0
0
0
48.
Bona
40
100
0
0
0
0
49.
Jarang gigi
40
100
0
0
0
0
50.
Lumba-lumba
40
100
0
0
0
0
51.
Marlin
9
22,5
31
77,5
0
0
52.
Sumbelang
22
55
18
45
0
0
53.
Maco aji
14
35
0
0
26
65
54.
Gaguk
31
77,5
9
22,5
0
0
55.
Jumbo
28
70
12
30
0
0
56.
Bonta
8
20
0
0
32
80
57.
Aji-aji
17
42,5
23
57,5
0
0
58.
Jubaak
24
60
16
40
0
0
59.
Bulan-bulan
27
67,5
13
32,5
0
0
60.
Palu-palu
33
82,5
7
17,5
0
0
61.
Bawal
19
47,5
21
52,5
0
0
62.
Cakalang
25
62,5
15
37,5
0
0
63.
Sisik
40
100
0
0
0
0
64.
Sumpit-sumpit
21
52,5
0
0
19
47,5
65.
Tenggiri
21
52,5
19
47,5
0
0
66.
Todak
29
72,5
11
27,5
0
0
67.
Ula lawik
40
100
0
0
0
0
68.
Walet
40
100
0
0
0
0
69.
Gambolo
38
95
2
5
0
0
70.
Sumedang
30
75
10
25
0
0
71.
Strimin
23
57,5
17
42,5
0
0
72.
Samuk
40
100
0
0
0
0
73.
Nyamuk
40
100
0
0
0
0
74.
Mancik
40
100
0
0
0
0
75.
Lidah-lidah
25
62,5
15
37,5
0
0
76.
Lokan
40
100
0
0
0
0
77.
Sepatu-sepatu
19
47,5
21
52,5
0
0
Universitas Sumatera Utara
78.
Pato-pato
10
25
30
75
0
0
79.
Simarhuruan
40
100
0
0
0
0
80.
Siput
40
100
0
0
0
0
81.
Biduan
40
100
0
0
0
0
82.
Rimis
40
100
0
0
0
0
83.
Beliung
31
77,5
0
0
9
22,5
84.
Udang bingkarung
40
100
0
0
0
0
85.
Udang kancing
40
100
0
0
0
0
86.
Udang gostan
40
100
0
0
0
0
87.
Udang windu
40
100
0
0
0
0
88.
Udang baring
40
100
0
0
0
0
89.
Bangao
40
100
0
0
0
0
90.
Buayo
40
100
0
0
0
0
91.
Kalilawar
40
100
0
0
0
0
92.
Ubur-ubur
40
100
0
0
0
0
93.
Bajan
35
87,5
0
0
5
12,5
94.
Lulupoang
35
87,5
0
0
5
12,5
95.
Bulu babi
40
100
0
0
0
0
96.
Kura-kura
40
100
0
0
0
0
2.975
7.437,5 626
1.587
245
625
77,4
16,5
Total
Rata-rata
6,5
4.2.2 Pemahaman Leksikon Nomina Fauna Dalam Lingkungan Kelautan
Generasi Usia 21-45 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada
generasi usia 21-45 Tahun terhadap leksikon nomina terdiri atas 96 leksikon yang
diujikan kepada 125 informan. Dari uraian tabel 4.6 , leksikon nomina yang
dikelompokkan menjadi 40 kelompok. Pemahaman leksikon kelautan dalam
bahasa Pesisir Sibolga khususnya dalam kelautan dalam kelompok usia tersebut
diperoleh jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 3.011 (77,6%)
kategori II jumlah pemahamn 603 (16,3) , kategori III jumlah pemahaman 221
Universitas Sumatera Utara
(6,16%). Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon Fauna dalam
lingkungan kelautan jumlah pemahaman 0 (0%). Dengan demikian secara
keseluruhan pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir
Sibolga untuk generasi 21-45 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan
kelautan yang paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat,
pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 3.011 (77,6%) dan kategori II
(pernah mendengar) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah
pemahaman 603 (16,3%) Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina
fauna dalam lingkungan kelautan pada usia 21-45 tahun masih bertahan dalam
aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.6
Deskripsi Pemahaman Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan Nomina
Generasi 21-45 Tahun
NO
LEKSIKON
KATEGORI
I
JP
II
%
III
JP
%
JP
%
1.
Gambolo
37
92,6
0
0
3
7,5
2.
Aso-aso
35
87,5
5
12,5
0
0
3.
Balautauce
40
100
0
0
0
0
4.
Timpik
30
75
30
75
0
0
5.
Karamojo
24
60
16
40
0
0
6.
Sisik
27
67,5
13
32,5
0
0
7.
Gurapu
39
97,5
1
2,5
0
0
8.
Turisi
20
50
20
50
0
0
9.
Teter
25
62,5
0
0
15
37,5
10. Baledang
33
82,5
7
17,5
0
0
11. Kapur – kapur
21
52,5
19
47,5
0
0
12. Balanak
15
37,5
25
62,5
0
0
Universitas Sumatera Utara
13. Marang
22
55
0
0
18
45
14. Pari
19
47,5
21
52,5
0
0
15. Iyu
34
85
6
15
0
0
16. Gaguk
18
45
22
55
0
0
17. Jabung
12
30
0
0
28
70
18. Kampi-kampi
14
35
26
65
0
0
19. Bada
33
82,5
0
0
7
17,5
20. Selar
16
40
24
60
0
0
21. Todak
26
65
14
35
0
0
22. Mangsi-mangsi
23
57,5
0
0
17
42,5
23. Kapur-kapur
32
80
8
20
0
0
24. Baracun
13
32,5
27
67,5
0
0
25. Taba bibi
10
25
30
75
0
0
26. Tando
17
42,5
0
0
23
57,5
27. Kakap
28
70
0
0
12
30
28. Tuan deman
11
27,5
0
0
29
72,5
29. Balotokuning
33
82,5
7
17,5
0
0
30. Kaling-kaling
29
72,5
11
27,5
0
0
31. Kape-kape
31
77,5
9
22,5
0
0
32. Gabu
36
90
4
10
0
0
33. Sumbu-sumbu
40
100
0
0
0
0
34. Buttal
38
95
0
0
2
5
35. Maning
40
100
0
0
0
0
36. Bada
40
100
0
0
0
0
37. Todak
40
100
0
0
0
0
38. Cabe-cabe
40
100
0
0
0
0
39. Selar
40
100
0
0
0
0
40. Stermin
40
100
0
0
0
0
41. Sambala
40
100
0
0
0
0
42.
40
100
0
0
0
0
Lidah-lidah
Universitas Sumatera Utara
43.
Udang
40
100
0
0
0
0
44.
Kapiting
40
100
0
0
0
0
45.
Sotong
40
100
0
0
0
0
46.
Gurita
40
100
0
0
0
0
47.
Bajan
40
100
0
0
0
0
48.
Bona
40
100
0
0
0
0
49.
Jarang gigi
9
22,5
31
77,5
0
0
50.
Lumba-lumba
40
100
0
0
0
0
51.
Marlin
40
100
0
0
0
0
52.
Sumbelang
31
77,5
9
22,5
0
0
53.
Maco aji
40
100
0
0
0
0
54.
Gaguk
22
55
18
45
0
0
55.
Jumbo
8
20
0
0
32
80
56.
Bonta
28
70
12
30
0
0
57.
Aji-aji
24
60
16
40
0
0
58.
Jubaak
17
42,5
23
57,5
0
0
59.
Bulan-bulan
27
67,5
13
32,5
0
0
60.
Palu-palu
25
62,5
15
37,5
0
0
61.
Bawal
33
82,5
7
17,5
0
0
62.
Cakalang
19
47,5
21
52,5
0
0
63.
Sisik
40
100
0
0
0
0
64.
Sumpit-sumpit
29
72,5
11
27,5
0
0
65.
Tenggiri
21
52,5
0
0
19
47,5
66.
Todak
21
52,5
0
0
19
47,5
67.
Ula lawik
40
100
0
0
0
0
68.
Walet
40
100
0
0
0
0
69.
Gambolo
30
75
10
25
0
0
70.
Sumedang
38
95
2
5
0
0
71.
Strimin
23
57,5
17
42,5
0
0
72.
Samuk
40
100
0
0
0
0
73.
Nyamuk
40
100
0
0
0
0
Universitas Sumatera Utara
74.
Mancik
40
100
0
0
0
0
75.
Lidah-lidah
10
25
30
75
0
0
76.
Lokan
40
100
0
0
0
0
77.
Sepatu-sepatu
25
62,5
15
37,5
0
0
78.
Pato-pato
19
47,5
21
52,5
0
0
79.
Simarhuruan
40
100
0
0
0
0
80.
Siput
40
100
0
0
0
0
81.
Biduan
40
100
0
0
0
0
82.
Rimis
40
100
0
0
0
0
83.
Beliung
31
77,5
0
0
9
22,5
84.
Udang bingkarung
40
100
0
0
0
0
85.
Udang kancing
40
100
0
0
0
0
86.
Udang gostan
40
100
0
0
0
0
87.
Udang windu
40
100
0
0
0
0
88.
Udang baring
40
100
0
0
0
0
89.
Bangao
40
100
0
0
0
0
90.
Buayo
40
100
0
0
0
0
91.
Kalilawar
40
100
0
0
0
0
92.
Ubur-ubur
40
100
0
0
0
0
93.
Bajan
40
100
2
5
0
0
94.
Lulupoang
40
100
0
0
4
10
95.
Bulu babi
40
100
0
0
0
0
96.
Kura-kura
40
100
0
0
0
0
603
1.572
221
592
TOTAL
RATA-RATA
3.011 7.456,6
77,6
16,3
6,16
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Pemahaman Leksikon Nomina Fauna Dalam Lingkungan Kelautan
Generasi Usia ≥ 46 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada
generasi usia ≥ 46 Tahun terhadap leksikon nomina terdiri atas 96 leksikon yang
diujikan kepada 125 informan. Dari uraian tabel 4.7, leksikon nomina yang
dikelompokkan menjadi 45 kelompok. Pemahaman leksikon kelautan dalam
bahasa Pesisir Sibolga khususnya dalam kelautan dalam kelompok usia tersebut
diperoleh jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 3.654 (85,2%)
kategori II jumlah pemahamn 1.015 (10,39%), kategori III jumlah pemahaman
137 (2,221%). Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon Fauna dalam
lingkungan kelautan jumlah pemahaman 0 (0%). Dengan demikian secara
keseluruhan pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir
Sibolga untuk generasi≥ 45 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan
kelautan yang paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat,
pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 3.654 (85,2%) dan kategori II
(pernah mendengar) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah
pemahaman 1.015 (10,39%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina
fauna dalam lingkungan kelautan pada usia ≥46 tahun masih bertahan dalam
aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.7
Deskripsi Pemahaman Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan Nomina
Generasi ≥ 46 Tahun
NO
LEKSIKON
KATEGORI
I
II
III
JP
%
JP
%
JP
%
1.
Gambolo
45
100
0
0
0
0
2.
Aso-aso
40
88,88
5
11,11
0
0
3.
Balautauce
38
84,44
7
15,55
0
0
4.
Timpik
42
93,33
3
6,66
0
0
Universitas Sumatera Utara
5.
Karamojo
41
91,11
4
8,88
0
0
6.
Sisik
45
100
0
0
0
0
7.
Gurapu
45
100
0
0
0
0
8.
Turisi
39
86,66
6
13,33
0
0
9.
Teter
45
100
0
0
0
0
10. Baledang
45
100
0
0
0
0
11. Kapur – kapur
45
100
0
0
0
0
12. Balanak
43
95,55
0
0
2
4,44
13. Marang
27
60
0
0
18
40
14. Pari
45
100
0
0
0
0
15. Iyu
45
100
0
0
0
0
16. Gaguk
45
100
0
0
0
0
17. Jabung
40
88,88
5
11,11
0
0
18. Kampi-kampi
40
88,88
5
11,11
0
0
19. Bada
45
100
0
0
0
0
20. Selar
28
62,22
17
37,77
0
0
21. Todak
43
95,55
2
4,44
0
0
22. Mangsi-mangsi
45
100
0
0
0
0
23. Kapur-kapur
26
57,55
19
42,22
0
0
24. Baracun
31
68,88
0
0
14
31,11
25. Taba bibi
29
64,44
16
35,55
0
0
26. Tando
18
40
27
60
0
0
27. Kakap
24
53,33
21
46,66
0
0
28. Tuan deman
45
100
0
0
0
0
29. Balotokuning
41
91,11
4
8,88
0
0
30. Kaling-kaling
43
95,55
0
0
2
4,44
31. Kape-kape
45
100
0
0
0
0
32. Gabu
45
100
0
0
0
0
33. Sumbu-sumbu
45
100
0
0
0
0
34. Buttal
27
60
0
0
18
40
Universitas Sumatera Utara
35. Maning
45
100
0
0
0
0
36. Bada
45
100
0
0
0
0
37. Todak
24
53,33
21
46,66
0
0
38. Cabe-cabe
45
100
0
0
0
0
39.
Selar
21
46,66
24
53,33
0
0
40.
Stermin
19
42,22
26
57,77
0
0
41.
Sambala
15
33,33
30
66,66
0
0
42.
Lidah-lidah
11
24,44
34
75,55
0
0
43.
Udang
45
100
0
0
0
0
44.
Kapiting
45
100
0
0
0
0
45.
Sotong
45
100
0
0
0
0
46.
Gurita
45
100
0
0
0
0
47.
Bajan
23
51,11
0
0
22
48,88
48.
Bona
28
62,22
0
0
17
37,77
49.
Jarang gigi
40
88,88
5
11,11
0
0
50.
Lumba-lumba
45
100
0
0
0
0
51.
Marlin
31
68,88
14
31,11
0
0
52.
Sumbelang
23
51,11
22
48,88
0
0
53.
Maco aji
40
88,88
5
11,11
0
0
54.
Gaguk
24
53,33
21
46,66
0
0
55.
Jumbo
11
24,44
34
75,55
0
0
56.
Bonta
15
33,33
0
0
30
66,66
57.
Aji-aji
27
60
18
40
0
0
58.
Jubaak
21
46,66
24
53,33
0
0
59.
Bulan-bulan
25
55,55
20
44,44
0
0
60.
Palu-palu
34
75,55
11
24,44
0
0
61.
Bawal
37
82,22
8
17,77
0
0
62.
Cakalang
41
91,11
4
8,88
0
0
63.
Sisik
45
100
0
0
0
0
64.
Sumpit-sumpit
31
68,88
0
0
14
31,11
65.
Tenggiri
45
100
0
0
0
0
Universitas Sumatera Utara
66.
Todak
23
51,11
22
48,88
0
0
67.
Ula lawik
45
100
0
0
0
0
68.
Walet
45
100
0
0
0
0
69.
Gambolo
45
100
0
0
0
0
70.
Sumedang
45
100
0
0
0
0
71.
Strimin
45
100
0
0
0
0
72.
Samuk
45
100
0
0
0
0
73.
Nyamuk
45
100
0
0
0
0
74.
Mancik
45
100
0
0
0
0
75.
Lidah-lidah
45
100
0
0
0
0
76.
Lokan
45
100
0
0
0
0
77.
Sepatu-sepatu
45
100
0
0
0
0
78.
Pato-pato
45
100
0
0
0
0
79.
Simarhuruan
45
100
0
0
0
0
80.
Siput
45
100
0
0
0
0
81.
Biduan
45
100
0
0
0
0
82.
Rimis
45
100
0
0
0
0
83.
Beliung
45
100
0
0
0
0
84.
Udang bingkarung
45
100
0
0
0
0
85.
Udang kancing
45
100
0
0
0
0
86.
Udang gostan
45
100
0
0
0
0
87.
Udang windu
45
100
0
0
0
0
88.
Udang baring
45
100
0
0
0
0
89.
Bangao
45
100
0
0
0
0
90.
Buayo
45
100
0
0
0
0
91.
Kalilawar
45
100
0
0
0
0
92.
Ubur-ubur
45
100
0
0
0
0
93.
Bajan
45
100
0
0
0
0
94.
Lulupoang
45
100
0
0
0
0
95.
Bulu babi
45
100
0
0
0
0
96.
Kura-kura
45
100
0
0
0
0
Universitas Sumatera Utara
TOTAL
3.654
RATA-RATA
8.186
1.015
85,2
4.2.4 Pemahaman Leksikon Nomina Flora
997,6
10,39
137
304,4
3,27
Dalam Lingkungan Kelautan
Generasi Usia 15-20 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada
generasi usia 15-20 Tahun terhadap leksikon nomina terdiri atas 6 leksikon yang
diujikan kepada 125 informan. Dari uraian tabel 4.8, leksikon nomina yang
dikelompokkan menjadi 40 kelompok. Pemahaman leksikon kelautan dalam
bahasa Pesisir Sibolga khususnya dalam kelautan dalam kelompok usia tersebut
diperoleh jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 217 (90,41%)
,kategori II jumlah pemahamn12 (5%) , kategori III jumlah pemahaman 11
(4,58%). Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon flora dalam lingkungan
kelautan jumlah pemahaman 11 (4,58%) Dengan demikian secara keseluruhan
pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk
generasi 15-20 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan kelautan yang
paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah
mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 217 (90,41%) dan kategori III (tidak
pernah tahu) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah
pemahaman 11 (4,58%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina fauna
dalam lingkungan kelautan pada usia 15-20 tahun masih bertahan dalam aktifitas
sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8
Deskripsi Pemahaman Leksikon Flora Lingkungan Kelautan Nomina
Generasi Usia 15-20 Tahun
NO
LEKSIKON
KATEGORI
I
II
III
JP
%
JP
%
JP
%
1.
Bako (mangrove)
40
100
0
0
0
0
2.
Pandan
37
92,5
0
0
3
7,5
3.
Terumbu karang
40
100
0
0
0
0
4.
Karambi
32
80
0
0
8
20
5.
Ketapang
29
72,5
11
27,5
0
0
6.
Rumput laut
39
97,5
1
2,5
0
0
217
542,5
12
30
11
27,5
TOTAL
RATA-RATA
90,41
5
4,58
4.2.5 Pemahaman Leksikon Nomina Flora Dalam Lingkungan Kelautan
Generasi Usia 21-45 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada
generasi usia 21-45 Tahun terhadap leksikon nomina terdiri atas 6 leksikon yang
diujikan kepada 125 informan. Dari uraian tabel 4.9, leksikon nomina yang
dikelompokkan menjadi 40 kelompok. Pemahaman leksikon kelautan dalam
bahasa Pesisir Sibolga khususnya dalam kelautan dalam kelompok usia tersebut
diperoleh jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 227 (81,25%)
kategori II jumlah pemahamn 4 (3%) kategori III jumlah pemahaman 21 (0,41%)
Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon Flora dalam lingkungan kelautan
jumlah pemahaman 0 (0%). Dengan demikian secara keseluruhan pemahaman
leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk generasi 21-45
tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan kelautan yang paling tinggi adalah
Universitas Sumatera Utara
pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan) dengan jumlah
pemahaman 227 (81,25%) dan kategori II (pernah mendengar) memperoleh
persentase pemahaman terendah dengan jumlah pemahaman 4 (3%) Hal ini
membuktikan pemahaman leksikon nomina fauna dalam lingkungan kelautan
pada usia 21-45 tahun tidak bertahan dalam aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.9
Deskripsi Pemahaman Leksikon Flora Lingkungan Kelautan Nomina
Generasi 21-45 Tahun
NO
LEKSIKON
KATEGORI
I
II
III
JP
%
JP
%
JP
%
1.
Bako (mangrove)
40
100
0
0
0
0
2.
Pandan
39
97,5
1
2,5
0
0
3.
Terumbu karang
39
97,5
0
0
1
2,5
4.
Karambi
40
100
0
0
0
0
5.
Ketapang
37
92,5
3
7,5
0
0
6.
Rumput laut
32
0
0
8
20
0
TOTAL
227
487,5
4
18
21
2,5
RATA-RATA
81,25
4.2.6 Pemahaman Leksikon Nomina Flora
3
0,41
Dalam Lingkungan Kelautan
Generasi Usia ≥ 46 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada
generasi usia ≥