Stres dan Koping Pasien Karsinoma Nasofaring Stadium III dan IV di RA3 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan suatu keganasan epitelial yang
merupakan neoplasma dengan insiden tersering pada traktus aerodigestif bagian
atas. KNF merupakan salah satu keganasan di bidang Ilmu kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok (THT) yang banyak mendapatkan perhatian, karena angka
kematiannya yang masih relatif tinggi. Secara global kira-kira 65.000 kasus baru
dan 38.000 kematian per tahun (Chan J.K.C. dkk., 2005).
Pada daerah Barat (Amerika dan Eropa) kejadian KNF jarang dengan
insiden sekitar 0,5/100.000, dengan angka 1-2% dari seluruh kanker kepala dan
leher. Di Selatan Cina dan Hongkong penyakit ini endemik dengan angka insiden
meningkat hingga 50/100.000. Perbedaan ini berhubungan dengan subtipe
patologis, di Amerika Utara terdapat keratinizing squamous cell carcinoma pada
68% kasus, sementara di Timur Jauh lebih 95% merupakan WHO tipe 2-3.
Insidensi WHO tipe 3 juga tinggi di Eskimo dan Alaska, dan juga meningkat di
Malaysia, Afrika Utara, dan Eropa Selatan (Cottrill, 2003).
Insiden KNF yang paling tinggi adalah pada ras Mongoloid di Asia dan
China Selatan, dengan frekuensi 100 kali dibanding frekuensi KNF pada ras
Kaukasia. Prevalensi KNF pada populasi Jepang dan Indian dilaporkan sangat

rendah. Sedangkan prevalensi yang sedang, dijumpai di Malaysia, Singapura,
Israel, Alaska dan pada penduduk emigran China selatan di Amerika Serikat.


 
Universitas Sumatera Utara


 

Prevalensi KNF di Provinsi Guangdong China Selatan adalah 39,84/ 100.000
penduduk (Munir, 2010).
Di Serawak prevalensi Karsinoma nasofaring (KNF) adalah 13,5 per
100,000 pada laki-laki dan 6,2 per 100,000 penduduk pada wanita. Sebagian besar
penderita KNF berumur diatas 20 tahun, dengan umur paling banyak antara 50-70
tahun. Insiden KNF meningkat setelah umur 20 tahun dan tidak ada lagi
peningkatan insiden setelah umur 60 tahun. Sebesar 2% dari kasus KNF adalah
penderita anak dan di Guangzhou ditemukan 1% karsinoma nasofaring (KNF)
berumur dibawah 14 tahun (Munir, 2010).
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak

ditemukan pada daerah kepala dan leher di Indonesia. Hampir 60% tumor ganas
kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring. KNF menduduki urutan
keempat dari seluruh keganasan setelah kanker mulut rahim, payudara, dan kulit
(Munir, 2010).
Penyebab pasti karsinoma nasofaring (KNF) sampai saat ini masih belum
diketahui, namun beberapa faktor intrinsik sebagai pendukung utama dan
ekstrintik diyakini sebagai penyebab. Dari beberapa penelitian in vitro maupun in
vivo mendukung peran VEB (Virus Epstein-Barr). Disamping itu dengan adanya
karsinoma nasofaring (KNF) yang tinggi pada kelompok ras dan lokalisasi
geografik tertentu, memberi petunjuk adanya faktor lingkungan dan genetik
sebagai faktor penting pada karsinoma nasofaring (KNF) (Punagi, 2007).
Penanggulangan yang dapat dilakukan pada karsinoma nasofaring (KNF)
adalah Radiotrapi, Brakhiterapi, Kemoterapi, Pembedahan, dan Imunoterapi.
Radiotrapi merupakan pengobatan utama pada karsinoma nasofaring (KNF).

Universitas Sumatera Utara


 


Tumor ini sangat radio-sensitif dengan five-year survikal 84% pada stadium I dan
II 68% angka kesembuhan akan berkurang pada stadium lanjut (stadium III dan
IV), Secara keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun adalah 45%. Prognosis
diperburuk oleh beberapa faktor seperti stadium yang lebih lanjut, usia lebih dari
40 tahun, laki-laki lebih dari perempuan, adanya pembesaran kelenjar leher,
kelumpuhan saraf otak dan kerusakan tulang tengkorak (Roezin, 2007).
Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 1998-2000 ditemukan 130
penderita KNF dari 1370 pasien baru onkologi kepala dan leher. Sementara pada
periode 1 Juli 2005–30 Juni 2006 ditemukan 79 orang penderita baru KNF
(Aliandri, 2007).
Diagnosa dini sangat menentukan prognosis penderita. Hal ini sukar
dicapai karena nasofaring tersembunyi di belakang tabir langit-langit dan terletak
di bawah dasar tengkorak serta berhubungan dengan banyak daerah penting di
dalam tengkorak maupun leher. Diagnosis dini yaitu menemukan kasus KNF pada
stadium I dan II, dimana belum terjadi metastase regional. Keadaan ini sangat
sulit dicapai baik di Indonesia maupun di luar negeri. Dari beberapa penyelidikan
di Indonesia dan di luar negeri, kasus dini hanya ditemukan antara 3,8%-13,9%,
dibandingkan dengan kasus lanjut (stadium III dan IV) sekitar 88,1%-96,2%. Di
RSUP HAM periode Juli 2005-Juni 2006 dari 79 penderita KNF seluruhnya
berada pada stadium lanjut, tidak dijumpai penderita dengan stadium dini

(Aliandri, 2007).
Stres merupakan stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan
menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan koping
dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau teori Selye, menggambarkan stres

Universitas Sumatera Utara


 

sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab
stres tersebut positif atau negatif. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa
memerhatikan stresor atau penyebab tertentu (Isaacs, 2004)
Mekanisme koping merupakan cara yang dilakukan oleh individu dalam
menyelesaiakan masalah, menyesuaikan diri terhadap perubahan, respon terhadap
situasi yang mengancam. Upaya individu ini dapat berupa kognitif , perubahan
perilaku dan perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stress
yang dihadapi. Kemampuan koping diperlukan manusia untuk mampu bertahan
hidup di lingkungannya yang selalu berubah dengan cepat. Koping merupakan
pemecahan masalah dimana seseorang menggunakannya untuk mengelola kondisi

stress. Dengan adanya penyebab stress / stressor maka orang akan sadar dan tidak
sadar untuk bereaksi untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam keperawatan
konsep koping sangat perlu karena semua pasien mengalami stress, sehingga
sangat perlu kemampuan untuk mengatasinya dan kemampuan koping untuk
adaptasi terhadap stress yang merupakan faktor penentu yang terpenting dalam
kesejahteraan manusia ( Keliat, 2005).
Fungsi mekanisme pertahanan ego yang adaptif mampu mengurangi
munculnya gejala stres dan memperpanjang usia harapan hidup pasien kanker.
Pertahanan ego disebut koping. Cara yang digunakan individu dalam pertahanan
ego untuk menyelesaikan masalah dan mengatasi perubahan yang terjadi dan
situasi yang mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku disebut
mekanisme koping (Kelliat, 2005).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan 3 pasien, didapati bahwa
mereka mengalami stres semenjak ditetapkannya diagnosa kanker nasofaring

Universitas Sumatera Utara


 


terhadap mereka. Dampak dari stres yang mereka alami adalah selera makan yang
berkurang, merasa bosan/ suntuk, menarik diri dari lingkungan, sering menangis
dan khawatir akan kehidupan mereka selanjutnyna.
Berdasarkan uraian diatas ditemukan bahwa banyak dampak bagi pasien
karsinoma nasofaring yang menyebabkan mereka stres dan berdampak kepada
gangguan kesehatan fisik maupun mental, serta cara (koping) yang mereka
lakukan juga beraneka ragam dari perilaku yang menarik diri dari lingkungan,
murung, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran
stres dan koping pasien karsinoma nasofaring di RA3 RSUP H. Adam Malik
Medan.

1.2 Perumusan masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah stres dan
koping pasien karsinoma nasofaring Stadium III dan IV di RA3 RSUP H. Adam
Malik Medan.

1.3 Tujuan Penelitian
- Mengidentifikasi stres pasien karsinoma nasofaring Stadium III dan IV di
RA3 RSUP H. Adam Malik Medan.
- Mengidentifikasi koping pasien karsinoma nasofaring Stadium III dan IV

di RA3 RSUP H. Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara


 

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Institusi Pendidikan Keperawatan
Sebagai tambahan dan referensi ilmu pengetahuan di perpustakaan
Universitas Sumatera Utara dan sebagai penambah pengetahuan tentang
stres dan koping pasien karsinoma nasofaring Stadium III dan IV di RA3
RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4.2 Bagi Semua Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
para petugas kesehatan, intervensi dalam melakukan asuhan keperawatan
terutama pada pasien karsinoma nasofaring Stadium III dan IV pada
penanganan stres dan koping pasien.
1.4.3


Penelitian Keperawatan
Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
atau sumber data dalam melaksanakan penelitian lanjutan, sehingga dapat
memperbaiki kekurangan-kekurangan dari penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara