Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Cedera rongga mulut pada pasien dapat terjadi akibat kecelakaan seperti
kecelakaan jalan raya atau korban akibat tindak kejahatan.1 Pasien dengan trauma
maksilofasial yang tidak mampu memberikan respon pada pertanyaan yang diajukan
sehingga mempersulit bagi dokter gigi untuk mendapatkan riwayat yang adekuat.
Hambatan yang sering terjadi dalam berkomunikasi dengan pasien disebabkan akibat
pasien yang mungkin tidak sadar (koma), syok, amnesia dan sebagainya. Menjadi
suatu kebutuhan bagi dokter gigi
untuk melakukan pemeriksaan klinis sebelum
menegakkan suatu diagnosis.1
Pada umumnya pasien datang dengan pendarahan yang banyak serta
gangguan pada saluran penapasan . Penanganan awal pada pasien trauma
maksilofasial sedikit berbeda dengan penanganan kasus lainnya pada bidang
kedoktoran gigi. Sebelum melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, terlebih dahulu
harus diperhatikan pernapasan yang adekuat dan kontrol pendarahan eksternal.
Setelah pasien berada dalam keadaan yang stabil baru dapat dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital dan pemeriksaan neurologis untuk menentukan tahap kesadaran
pasien maupun tingkat kerusakan otak jika ada.1,2
Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan leher dan
kepala, pemeriksaan saraf kranial, pemeriksaan wajah bagian tengah, pemeriksaan
fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, intraoral, ekstraoral dan yang terakhir
dilanjutkan dengan pemeriksaan radiografi untuk mengetahui bagian-bagian yang
mungkin mengalami fraktur. Setiap luka pada wajah harus dicatat lokasi, panjang dan
kedalamannya. Bagian yang mengalami abrasi, kontusi serta edema harus diobservasi
dan dievaluasi.2
Dari data penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa insiden kasus trauma
maksilofasial pada tahun 1991-1995, di RSUD Dr. Soetomo Surabaya mencapai 102
14
Universitas Sumatera Utara
15
orang dan sejak tahun 2010 sampai dengan 2011, tampak adanya kecenderungan
meningkatnya insiden kasus trauma maksilofasial dibandingkan yang lalu, tercatat
sebanyak 180 orang pada tahun 2010 dan 160 orang pada tahun 2011 di Departemen
Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik RSUD Dr. Soetomo Surabaya.3
1.2 Rumusan Masalah
Menilai tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen
Bedah Mulut FKG USU tentang penanganan trauma maksilofasial.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik
Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah seperti berikut:
1.
Untuk mengetahui tentang tingkat pengetahuan mahasiswa
kepaniteraan klinik departemen bedah mulut FKG USU tentang
penanganan trauma maksilofasial.
2.
Untuk mendapat informasi tentang tingkat pengetahuab
mengenai permeriksaan-pemeriksaan klinis yang perlu dilakukan
dalam keadaan darurat bagi menegakkan diagnosis sebelum dilakukan
perawatan bagi pasien trauma.
3.
Untuk menjadi sumber data agar dapat memberikan masukan
pada bahan kuliah untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa.
4.
Untuk dijadikan pedoman kepada dokter gigi dan mahasiswa
kepaniteraan klinik dalam menangani pasien yang mengalami trauma
maksilofasial.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Cedera rongga mulut pada pasien dapat terjadi akibat kecelakaan seperti
kecelakaan jalan raya atau korban akibat tindak kejahatan.1 Pasien dengan trauma
maksilofasial yang tidak mampu memberikan respon pada pertanyaan yang diajukan
sehingga mempersulit bagi dokter gigi untuk mendapatkan riwayat yang adekuat.
Hambatan yang sering terjadi dalam berkomunikasi dengan pasien disebabkan akibat
pasien yang mungkin tidak sadar (koma), syok, amnesia dan sebagainya. Menjadi
suatu kebutuhan bagi dokter gigi
untuk melakukan pemeriksaan klinis sebelum
menegakkan suatu diagnosis.1
Pada umumnya pasien datang dengan pendarahan yang banyak serta
gangguan pada saluran penapasan . Penanganan awal pada pasien trauma
maksilofasial sedikit berbeda dengan penanganan kasus lainnya pada bidang
kedoktoran gigi. Sebelum melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, terlebih dahulu
harus diperhatikan pernapasan yang adekuat dan kontrol pendarahan eksternal.
Setelah pasien berada dalam keadaan yang stabil baru dapat dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital dan pemeriksaan neurologis untuk menentukan tahap kesadaran
pasien maupun tingkat kerusakan otak jika ada.1,2
Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan leher dan
kepala, pemeriksaan saraf kranial, pemeriksaan wajah bagian tengah, pemeriksaan
fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, intraoral, ekstraoral dan yang terakhir
dilanjutkan dengan pemeriksaan radiografi untuk mengetahui bagian-bagian yang
mungkin mengalami fraktur. Setiap luka pada wajah harus dicatat lokasi, panjang dan
kedalamannya. Bagian yang mengalami abrasi, kontusi serta edema harus diobservasi
dan dievaluasi.2
Dari data penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa insiden kasus trauma
maksilofasial pada tahun 1991-1995, di RSUD Dr. Soetomo Surabaya mencapai 102
14
Universitas Sumatera Utara
15
orang dan sejak tahun 2010 sampai dengan 2011, tampak adanya kecenderungan
meningkatnya insiden kasus trauma maksilofasial dibandingkan yang lalu, tercatat
sebanyak 180 orang pada tahun 2010 dan 160 orang pada tahun 2011 di Departemen
Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik RSUD Dr. Soetomo Surabaya.3
1.2 Rumusan Masalah
Menilai tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen
Bedah Mulut FKG USU tentang penanganan trauma maksilofasial.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik
Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah seperti berikut:
1.
Untuk mengetahui tentang tingkat pengetahuan mahasiswa
kepaniteraan klinik departemen bedah mulut FKG USU tentang
penanganan trauma maksilofasial.
2.
Untuk mendapat informasi tentang tingkat pengetahuab
mengenai permeriksaan-pemeriksaan klinis yang perlu dilakukan
dalam keadaan darurat bagi menegakkan diagnosis sebelum dilakukan
perawatan bagi pasien trauma.
3.
Untuk menjadi sumber data agar dapat memberikan masukan
pada bahan kuliah untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa.
4.
Untuk dijadikan pedoman kepada dokter gigi dan mahasiswa
kepaniteraan klinik dalam menangani pasien yang mengalami trauma
maksilofasial.
Universitas Sumatera Utara