Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kota Binjai Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menganalisis bagaimana prospek pengembangan industri
kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat yang berada
di Kota Binjai dan merupakan jenis penelitian analisis deskriptif kualitatif dengan
menggunakan metode tabel matriks.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Binjai dengan alasan pemilihan lokasi
sebagai berikut :
1. Untuk melihat prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu yang
berada di kota binjai
2. Belum adanya penelitian yang menganalisis tentang prospek pengembangan
industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di
Kota Binjai
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 2 bulan yaitu Februari 2016
sampai dengan Maret 2016.

3.3 Batasan Operasional

Universitas Sumatera Utara

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalah pahaman dalam pembahasan
hasil penelitian, maka beberapa batasan operasional yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pengembangan industri kecil adalah cara atau perbuatan yang dilakukan untuk
memajukan atau memperluas industri kecil dengan mengandalkan ide dan
pngetahuan dari sumber daya manusia di Kota Binjai. Indikator untuk mengukur
variabel pengembangan industri kecil adalah modal, tenaga kerja dan lama
usaha.
2. Sebagai objek dari penelitian ini terdiri dari pengembangan industri kecil
kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Binjai.
3. Penelitian ini menggunakan data yang di publikasikan oleh BPS, Kantor Dinas
Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan.

3.4 Defenisi Operasional
Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :

1. Modal
Modal merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha industri kerajinan
bambu dalam pembuatan kerajinan bambu. Biaya tersebut meliputi biaya
pembelian bahan dasar dan bahan penolong serta biaya pembayaran upah
pekerja dalam jangka waktu satu bulan dan diukur dalam satuan rupiah.
2. Tenaga Kerja

Universitas Sumatera Utara

Tenaga kerja adalah banyaknya pekerja yang digunakan atau turut serta dalam
proses pembuatan kerajinan bambu.
3. Lama Usaha
Lama usaha merupakan lamanya pengusaha industri kerajinan bambu telah
menjalankan usahanya yang diukur dalam satuan tahun.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi
Populasi menunjukkan keadaan dan jumlah objek penelitian secara
keseluruhan yang memiliki karakteristik tertentu (Teguh, 2005:125). Populasi
penelitian ini adalah pengusaha industri kerajinan bambu di Kota Binjai yang

memiliki 112 industri yang terletak di lima kecamatan yaitu: Kecamatan Binjai
Timur, Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Barat, Kecamatan Utara dan
Binjai Kota.
Tabel 3.1
Data-data IKM Berdasarkan Jenis Produk dan Jumlah Pemilik Usaha
No.
Jenis Produk
Jumlah Pengusaha (Org)
1.
Anyaman Bambu
108
2.
Sulaman Bordir
15
3.
Meubel Bambu
4
4.
Barang-barang Tekstil
60

5.
Kerupuk/Opak
100
6.
Air Minum Isi Ulang
79
7.
Roti/Kue Kering
24
8.
Bahan Bangunan
19
9.
Sabun Cair
1
10. Alas Kaki
29
11. Ulos/Tenun Ikat
18
12. Es Krim

1

Universitas Sumatera Utara

13. Alat Musik
2
14. Keu Basah
13
15. Aneka Manisan
5
16. Tanaman
9
17. Aneka Patung
1
18. Pandai Besi
4
19. Bengkel
13
20. Pepeh
2

21. Otomotif
1
22. Fotocopy
1
23. Keroseri Kendaraan
9
24. Meubel Rotan
3
25. Ijuk
8
26. Sabut
2
27. Gula Aren
3
28. Logam
15
29. Molding Peti
1
30. Tahu
22

31. Tempe
19
32. Plastik Pembungkus
3
33. Pakan Ternak
2
34. Meubel Kayu
11
35. Batu Akik
2
Sumber: Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Perdagangan (2015)

3.5.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono 2006:91). Dalam pengambilan sampel sebaiknya
menggunakan cara - cara yang lebih dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik random sampling atau
pengambilan sampel secara acak. Untuk menentukan besarnya jumlah responden
atau sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin (Bambang Prasetyo, 2005 : 36)
yaitu sebagai berikut :


Universitas Sumatera Utara


+ �� 2

�=
Keterangan :
N : Populasi
n : Sampel

e : Tingkat kesalahan penarikan sampel 10% dan tingkat kepercayaan 90%.

Sehingga berdasarkan rumus Slovin, maka jumlah sampel, yaitu:
�=

+

�=


,

2

,

� = 5 ,8

Dari perhitungan di atas maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
sebanyak 53 orang.

3.6 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung melalui peninjauan
langsung kepada objek penelitian dalam hal ini adalah pengusaha kecil industri
kerajinan bambu di Kota Binjai. Dalam penelitian ini pengambilan data primer
menggunakan teknik wawancara, observasi, dan di bantu dengan kuisioner.
2. Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh


Universitas Sumatera Utara

pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun
non komersial. Data yang diperoleh dari sumber data yang terkait dengan
penelitian ini yaitu Kantor Badan Pusat Statistik (BPS), Kantor Dinas
Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Binjai, serta dari sumber
lainnya.

3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui
literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, yang dapat
diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet dan lain-lain.
2. Observasi, merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara
sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun
nonpartispatif. Maksudnya, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan
yang melibatkan penelitian dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran
penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang
bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya
selaku peneliti (Idrus, 2009:101).

3. Metode Wawancara, adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya
atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Nazir, 2003)

Universitas Sumatera Utara

3.8 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisa deskriptif
kualitatif. Analisa ini merupakan pendekatan yang akan mengambarkan
karakteristik suatu permasalahan yang berasal dari data pengolahan data kualitatif.
Untuk mengetahui prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu penulis
menggunakan metode deskriptif yaitu metode analisis dengan mengumpulkan
data secara sistematis, menganalisis, dan menginterpretasikan data sehingga
memberikan gambaran yang jelas mengenai prospek pengembangan industri kecil
kerajinan bambu di Kota Binjai. Ada beberapa alasan peneliti menggunakan
metode deskriptif, salah satu di antaranya adalah bahwa metode ini telah
digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih banyak segi dibanding dengan
metode-metode penyelidikan lain.

Menurut Umar (2003), teknik ini

menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian
dilakukan dan merumuskan sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Sementara
menurut Consuelo (1993:71-72) penelitian dengan metode deskriptif dirancang
untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang
(sementara berlangsung). Adapun tahapan dalam melakukan analisis data sebagai
berikut :
a. Tabulasi Data, hasil kuesioner yang telah dilakukan akan diterjemahkan dalam
bentuk angka, tabel-tabel yang

terdiri dari masing-masing jawaban setiap

responden terhadap aspek yang ingin diketahui.
b. Reduksi Data, merupakan tahapan dalam melakukan analisa dari hasil proses
pentabulasian data yang akan lebih menajamkan, menggolongkan dan

Universitas Sumatera Utara

memperluas data yang telah dikumpulkan yang pada akhirnya nanti akan
memberi kemudahan untuk melakukan penarikan kesimpulan dari aspek yang
diinginkan.
c. Analisis Deskriptif, diartikan sebagai proses dalam mengungkap gambaran
permasalahan yang diteliti melalui proses pengintrepertasian hasil data yang
telah ditabulasikan yang berguna untuk mendukung analisis atas penelitian
yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Binjai
4.1.1 Kondisi Geografis
Secara geografis Kota Binjai berada pada 3’31’40’’-3’40’2”Lintang Utara
dan 98’27’3’’-98’32’32’’ Bujur Timur dan terletak 28 m diatas permukaan
laut.Wilayah Kota Binjai seluas 90.23km2, terletak 28 M diatas permukaan laut
dan dikelilingi oleh Kab. Deli Serdang, Batas area di sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan Sunggal Kab. Deli Serdang di sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Sei Bingei Kab. Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.
Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab.
Langkat.
Binjai adalah salah satu kota,dahulu daerah tingkat IIberstatuskotamadya,
dalam wilayah provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Binjai terletak 22 km di
sebelah barat ibukota provinsi Sumatera Utara,Medan. Sebelum berstatus
kotamadya, Binjai adalah ibukota Kabupaten Langkat

yang kemudian

dipindahkan keStabat. Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di
sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdangdi sebelah timur dan selatan.
Saat ini, Binjai dan Medan dihubungkan oleh jalan raya Lintas Sumatera yang
menghubungkan antara Medan danBanda Aceh. Oleh karena ini, Binjai terletak di
daerah strategis di mana merupakan pintu gerbang Kota Medan ditinjau dari
Provinsi Aceh. Binjai sejak lama dijuluki sebagai kota rambutan karena rambutan

Universitas Sumatera Utara

Binjai memang sangat terkenal. Bibit rambutan asal Binjai ini telah tersebar dan
dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa Timur menjadi
komoditi unggulan daerah tersebut.Kota Binjai terbagi atas 5kecamatanyang
kemudian dibagi lagi menjadi 37 kelurahandan desa. Lima kecamatan tersebut
masing-masing adalah:
1. Binjai Kota
2. Binjai Utara
3. BinjaiSelatan
4. Binjai Barat
5. Binjai Timur
Kota Binjai yang memiliki luas 9.023,62 Ha ( ± 90,23 Km2) terdiri dari 5
(lima) Kecamatan dan 37 (tiga puluh tujuh) Kelurahan serta mempunyai
penduduk sebanyak 232.236 jiwa yang terdiri dari berbagai Etnis antara lain
Melayu, Batak Toba, Batak Mandailing, BatakKaro, Batak Simalungun , Jawa,
Banten, Minang, Aceh, China dan India dengan pemeluk agama mayoritas Islam
dan yang mempunyai kesadaran Politik dan Keamanan yang cukup tinggi,
sehingga mendukung kondisi keamanan yang sangat konduktif. Kota Binjai
sebagai kota Jasa, Perindustrian, Perdagangan dan Pemukiman telah berupaya
memacu laju pertumbuhan Pembangunan yang mendukung Pertumbuhan
Ekonomi Kota Binjai.

Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Kondisi Iklim
Kota Binjai adalah daerah yang teriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Musim hujan dan musim kemarau biasanya ditandai
dengan jumlah hari hujan pada tiap bulan terjadinya musim. Kecamatan Binjai
Timur dan Binjai Kota curah hujannya cukup besar dibanding dengan kecamatan
lainnya di Kota Binjai yaitu 266mm/11hari hujan, diikuti dengan Kecamatan
Binjai Utara 249mm/11hari hujan.

4.2 Tenaga Kerja Di Kota Binjai
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Binjai tahun 2015 pada survei angkatan
kerja nasional 2014, menjelaskan bahwa jumlah angkatan kerja yang terdapat di
kota Binjai sebanyak 111.172 orang, yang terdiri dari 72.273 laki-laki dan 38.899
perempuan.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kota Binjai Berumur 15 Tahun
Ke atas yang Bekerja Selama Seminggu
Menurut Lapangan Pekerjaan dan
Jenis Kelamin Tahun 2014
No. Lapangan Pekerjaan Utama
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
4.800
914
5.714
Perburuan, dan Perikanan
2.
Pertambangan dan Penggalian
508
508
3.
Industri
6.209
3.752
9.961
4.
Listrik, Gas dan Air Minum
602
602
5.
Konstruksi
15.494
323
15.817
6.
Perdagangan Besar, Rumah Makan,
18.579
17.369
35.975
dan Akomodasi
7.
Transportasi, Pergudangan, dan
9.959
528
10.487
Komunikasi
8.
Lembaga Keuangan, Usaha
3.402
798
4.200
Persewaan Bangunan

Universitas Sumatera Utara

9.

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
Perorangan
Jumlah

12.720

15.188

27.908

72.273

38.899

111.17
2

Sumber: BPS Kota Binjai 2015

Berdasarkan Binjai pada kurun waktu 2014 yang bekerja menurut
lapangan usaha utama. Jumlah seluruhnya tenaga kerja bekerja pada semua sektor
yang ada di Kota Binjai adalah 111.172 dengan tenaga kerja laki-laki yang
berjumlah 72.273 dan tenaga kerja perempuang yang berjumlah 38.899. lapangan
usaha yang paling besar dalam memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja
adalah pada sektor perdagangan besar, rumah makan dan jasa akomodasi yaitu
sebanyak 35.975. Ini di karenakan besarnya permintaan atas produk usaha yang
bergerak dibidang tersebut dan juga mudahnya membuka usaha dalam bidang
tersebut menyebabkan tingginya jumlah usaha yang bergerak pada sektor tersebut.
Selanjutnya lapangan pekerjaan yang berasal dari sektor jasa kemasyarakatan,
sosial dan perorangan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 27.908 orang,
yang kemudian di susul pada sektor konstruksi sebanyak 15.817 tenaga kerja.

Sedangkan pada sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi
lapangan pekerjaan yang mampu memberikan kontribusi terhadap penyerapan
tenaga kerja sebanyak 10.487 orang. Pada sektor berikutnya, lapangan pekerjaan
yang bergerak pada sektor indutri sebanyak 9.961 tenaga kerja. Kemudian
lapangan pekerjaan pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan
perikanan memberikan 5.714 tenaga kerja. Lapangan pekerjaan pada sektor
lembaga keuangan, usaha persewaan bangunan memberikan kontribusi tenaga

Universitas Sumatera Utara

kerja sebanyak 4200. Kondisi penyerapan tenaga kerja yang berasal dari listrik,
gas, dan air minum sebanyak 602 dan pertambangan dan penggalian sebanyak 508
tenaga kerja.

4.3 Perkembangan Industri di Kota Binjai
Selama periode 2012-2014 jumlah perusahaan industri di Binjai mengalami
penurunan. Dibanding tahun 2014 jumlah perusahaan industri meningkat sampai
dengan tahun 2013, dan tahun 2014 perusahaan industri meningkat bila
dibandingkan tahun 2013. Sektor industri pada tahun 2014 menjadi sektor yang
paling besar peranannya dalam struktur perekonomian di Binjai. Potensi produk
unggulan di kota Binjai berupa industri pengolahan lainnya.

Tabel 4.2
Statistik Industri di Kota Binjai Tahun 2012 - 2014
No. Kelompok Industri
2012
2013
1. Makanan dan Minuman
7
1
2. Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit
0
0
3. Kayu dan Barang-barang dari Kayu
0
1
4. Kertas, Barang-barang dari kertas,
0
1
percetakan, penerbitan
5. Kimia, Barang-barang dari kimia,
0
0
Minyak bumi, Batu bara, Karet dan
Plastik
6. Barang galian bukan logam
0
0
7. Logam Dasar
0
1
8. Baramg-barang dari logam, mesin dan
1
0
perlengkapannya
9. Pengelolaan lainnya
1
1
Sumber: Statistik Kota Binjai (2015)

2014
1
0
1
1
0

0
1
0
2

Universitas Sumatera Utara

4.4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.4.1 Karakteristik Industri Kecil Kerajinan Bambu
4.4.1.1 Profil Industri Kecil Kerajinan Bambu di Kota Binjai
Industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai tersebar di 5 Kecamatan
antara lain Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan Binjai Barat, Kecamatan Binjai
Kota, Kecamatan Binjai Selatan, dan Kecamatan Binjai Utara.Terdapat sekitar
112 industri kecil kerajinan bambu.Dalam penelitian ini, peneliti mengambil
sampel sebanyak 53 industri kecil kerajinan bambu. Pada penelitian ini
mengungkapkan profil usaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah
latar belakang mendirikan usaha, modal awal, daerah pemasaran, bahan baku,
umur pengusaha, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok pengusaha dan status
kepemilikan usaha.

4.4.1.2 Latar Belakang Mendirikan Usaha
Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkanbahwa latar belakang
pemilik mendirikan usaha kerajinan bambu di Kota Binjai sebagai berikut :
Tabel 4.3
Latar Belakang Mendirikan Usaha Kerajinan Bambu
di Kota Binjai
No.
Latar Belakang Mendirikan Usaha
Jumlah Usaha Persen (%)
1.
Mata Pencaharian Utama
53
100
2.
Mata Pencaharian Tambahan
0
0
Jumlah
53
100
Sumber: diperoleh dari data primer
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa latar belakang pengusaha mendirikan
industri kecil kerajinan bambu yaitu sebagai mata pencaharian utama sebesar

Universitas Sumatera Utara

100% atau 53 pengusaha,.Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil kerajinan
bambu di Kota Binjai adalah sebagai mata pencaharian utama bagi pemiliknya.

4.4.1.3 Modal Awal Pengusaha
Modal merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendirikan usaha,
tanpa modal yang mencukupi maka usaha yang dibangun tidak akan berjalan
dengan normal. Untuk mengetahui besarnya modal awal yang digunakan oleh
pengusaha pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.4
Modal Awal Pada Industri Kecil Kerajinan Bambu di Kota Binjai
No.
Modal Awal
Jumlah Usaha
Persen (%)
1.
≤ Rp. 5.000.000,00
47
88,68
2.
Rp. 5.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00
6
11,32
3.
≥ Rp. 30.000.000,00
Jumlah
53
100
Sumber: dioler dari data primer
Dari tabel 4.4 diketahui bahwa modal awal yang digunakan oleh para
pemilik industri kecil kerajinan bambu adalah pengusaha yang menggunakan
modal awal dibawah Rp. 5.000.000,00 sebanyak 88,68% atau 47 pengusaha, yang
menggunakan modal sebesar Rp. 5.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00 sebanyak
11,32% atau 6 pengusaha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
pengguna modal awal dalam industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai
dibawah Rp. 5.000.000,00 karena sebagian besar pengusaha memulai usaha dari
skala kecil.

Universitas Sumatera Utara

4.4.1.4 Daerah Pemasaran
Daerah pemasaran yang dimaksud dalam hal ini adalah daerah pemasaran
hasil industri kecil ini ditujukan.Untuk lebih jelasnya mengenai pemasaran yang
dilakukan oleh para pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5
Pemasaran Hasil Industri Kecil Kerajinan Bambu
di Tujukan
No.
Pemasaran
Jumlah Usaha
Persen (%)
1.
Hanya Dalam Negeri
53
100
2.
Ekspor Keluar Negeri
Jumlah
53
100
Sumber: diolah dari data primer
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa daerah pemasaran kerajinan bambu
yaitu hanya dalam negeri saja.Pemasaran industri kecil kerajinan bambu di Kota
Binjai hanya berpusat pada daerah yang berada di dalam negeri.

4.4.1.5 Bahan Baku
Bahan bakuuntuk industri kecil kerajinan ini adalah bambu. Bahan baku
diperoleh bukan hanya dari daerah Kota Binjai, tetapi ada beberapa industri yang
mendapatkan bahan baku di luar dari daerah Kota Binjai. Untuk lebih jelasnya
mengenai bahan baku yang didapat oleh para pengusaha industri kecil kerajinan
bambu di Kota Binjai dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6
Sumber Bahan Baku yang Diperoleh untuk
Kerajinan Bambu di Kota Binjai
No. Sumber Bahan Baku
Jumlah Usaha Persen (%)
1.
Daerah Kota Binjai
24
45,28
2.
Luar daerah Kota Binjai
23
43,40
3.
Campuran daerah Binjai dan Luar daerah
6
11,32
Jumlah
53
100
Sumber: diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa bahan baku yang diperoleh pada
industri kerajinan bambu berasal dari daerah Kota Binjai sebanyak 45,28 % atau
24 usaha dan bahan baku yang diperoleh dari luar daerah Kota Binjai sebanyak
43,40 % atau 23 usaha, sedangkan bahan baku yang diperoleh dari kedua daerah
luar dan dalam Kota Binjai sebanyak 11,32 % atau 6 usaha. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa bahan baku yang diperoleh industri kecil kerajinan bambu di
Kota Binjai tidak hanya diperoleh dari daerah Kota Binjai saja. Ini di karenakan di
Kota Binjai bahan baku tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
pengusaha kerajinan bambu. Beberapa pengusaha memperoleh sumber bahan
baku dari luar daerah Kota Binjai seperti Deli Serdang dan Stabat.

4.4.1.6 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil peneltian dapat diterangkan bahwa jenis kelamin pengusaha
pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai sebagai berikut.
Tabel 4.7
Data Responden Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persen (%)
Laki-laki
31
58
Perempuan
22
42
Total
53
100
Sumber: diolah oleh data primer

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pengusaha pada industri kecil
kerajinan bambu di Kota Binjai lebih banyak pengusaha laki-lakinya yaitu sebesar
58 orang atau 58% dari total pengusaha. Sedangkan responden perempuan sebesar
42 % atau 22 orang dari total responden.Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar dari sampel responden industri kecil kerajinan bambu yang di ambil berjenis
kelamin laki-laki dan tenaga maupun fisiknya lebih kuat dibandingkan dengan
perempuan, disamping itu laki-laki sebagai kepala rumah tangga yang
bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.

4.4.1.7 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Usia
Dalam penelitian ini usia responden yang menjadi sampel dalam penelitian
ini berkisar 31-55 tahun, hal ini ditunjukkan melalui pendistribusian sampel
penelitian sebagai berikut ini.
Tabel 4.8
Data Responden Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu
Berdasarkan Usia Responden
No.
Usia (Tahun)
Orang
Persen (%)
1.
31 – 35
2
4
2.
36 – 40
15
28
3.
41 – 45
19
36
4.
46 – 50
13
24
5.
51 – 55
4
8
Jumlah
53
100
Sumber : Diolah oleh dari data primer
Dilihat dari segi usia responden, usia diantara 41 – 45 tahun paling
dominan dalam penelitian ini, dengan persentase 36%, sedikit lebih banyak jika
dibandingkan dengan usia antara 36 – 40 tahun dengan responden sebanyak 15
responden atau 28% dan usia 36 – 40 tahun dengan responden sebanyak 24

Universitas Sumatera Utara

responden atau 24% dari keseluruhan total responden yang di teliti. Kemudian
usia diantara 31 – 35 tahun dengan responden sebanyak 2 responden atau 4% dan
usia diantara 51 – 55 tahun dengan responden sebanyak 4 responden atau 8% dari
total sampel secara keseluruhan.

4.4.1.8 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden merupakan bagian dari penentuan sampel
penelitian sebagai acuanmengetahui hubungan jenis usaha yang dijalankan dengan
tingkat pendidikan terakhir yang dilalui oleh responden. Hal ini ditunjukkan
melalui tabel distribusi sampel responden berikut ini.
Tabel 4.9
Data Responden Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No.
Tingkat Pendidikan
Orang
Persen(%)
1. Tidak Bersekolah
2. SD
7
13
3. SMP/MTs
27
51
4. SMA/SMK/MAN
18
34
5. Akademi (DII/DIII)
6. Strata (S1, S2, S3)
1
2
Jumlah
53
100
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah tingkat
pendidikan SMP paling dominan dalam penelitian ini dengan persentase 51%
sebanyak 27 orang, sedikit lebih banyak jika dibandingkan dengan tingkat
pendidikan SMA dengan responden sebanyak 18 responden atau 34% dan tingkat
pendidikan SD

dengan responden sebanyak 7 responden atau 13% dari

keseluruhan total responden yang di teliti. Kemudian tingkat pendidikan Strata 1

Universitas Sumatera Utara

dengan responden sebanyak 1 atau 2 % dari total keseluruhan sampel yang di
teliti. Diketahui bahwa tingkat pendidikan pengusaha industri kecil kerajinan
bambu di Kota Binjai sebagian besar pengusahanya berpendidikan SMP.

4.4.1.9 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Status Kepemilikan
Usaha
Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa status kepemilikan
usaha pada industri kerajinan bambu di Kota Binjai sebagai berikut.
Tabel 4.10
Status Kepemilikan Usaha Pada Industri
Kerajinan Bambu di Kota Binjai
No.
Status Kepemilikan
Jumlah Usaha
Usaha
1. Sendiri
53
2. Kelompok
Jumlah
53
Sumber: Diolah dari data primer

Persen (%)
100
100

Berdasarkan pada tabel 4.10dapat diketahui bahwa status kepemilikan
usaha pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai yaitu sebesar 53 unit
usaha atau 100% merupakan usaha milik sendiri. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai merupakan usaha pribadi dan
tidak terdapat usaha kelompok. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap cara
pengelolaan usaha serta keberlangsungan usaha bagi setiap industri kecil kerajinan
bambu di daerah tersebut.

Universitas Sumatera Utara

4.4.1.10 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa rata-rata
penggunaan tenaga kerja pada industri kecil kerajinan bambu adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.11
Penggunaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil
Kerajinan Bambu di Kota Binjai
No.
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Usaha
1.
0–5
43
2.
6 – 10
8
3.
11 – 15
1
4.
16 – 20
1
Jumlah
53
Sumber : Diolah dari data primer
Dari tabel 4.11 dapat menunjukkan bahwa data responden menurut
jumlah tenaga kerja yang dimiliki memberikan gambaran bahwa 43 unit usaha
industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai mampu menyerap tenaga kerja pada
kisaran 0 – 5 orang dalam setiap usaha yang dijalankan. bahkan, pada unit usaha
tertentu mampu menyerap sebanyak 8 responden dari 6 – 10 tenaga kerja.
Selebihnya pada tenaga kerja 11 – 15 dan 16 – 20 hanya beberapa usaha yang
memiliki yaitu masing-masing 1 responden industri kecil kerajinan bambu. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar penggunaan tenaga kerja pada industri kecil
kerajinan bambu di Kota Binjai adalah diantara 0 – 5 orang.

Universitas Sumatera Utara

4.4.1.11 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Rata-Rata Produksi
yang Dihasilkan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa rata-rata produksi
yang dihasilkan pada industri kecil kerajinan bambu tiap harinya adalah sebagai
berikut.

Tabel 4.12
Rata-Rata Produksi yang Dihasilkan Tiap Hari
No. Rata-rata produksi (Unit)
Jumlah Usaha
Persen (%)
1.
1–5
45
84,90
2.
6 – 10
6
11,32
3.
≥ 10
2
3,78
Jumlah
53
100
Sumber: diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa rata-rata unit per hari yang
di hasilkan pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah 1 – 5
unit sebesar 45 usaha atau 84,90%, dan pada unit 6 – 10 sebesar 6 usaha atau
11,32 %. Yang terendah berada pada unit diatas 10 sebesar 2 usaha atau 3,78 %.
Dapat disimpulkan bahwa rata-rata industri kecil kerajinan bambu paling dominan
dapat menghasilkan 1 – 5 unit per hari.Hal ini berpengaruh pada jumlah tenaga
kerja yang bekerja pada industri tersebut, semakin banyak tenaga kerja maka
semakin banyak unit yang dihasilkan.Hal ini juga berpengaruh pada modal yang
di miliki oleh pengusaha tersebut.

Universitas Sumatera Utara

4.4.2 Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu
4.4.2.1 Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu dari Aspek
Tenaga Kerja
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar pada keberlangsungan
kegiatan industri kecil. Dalam prakteknya, tenaga kerja banyak dijadikan sebagai
alat pengukur

kondisi

perkembangan usaha

yang secara mikro

akan

mempengaruhi produktivitas industri. Secara teori, ketenagakerjaan memiliki
peranan penting sebagai salah satu faktor produksi atau dengan kata lain tenaga
kerja sebagai motor penggerak produksi unit usaha yang memainkan peran
penting dalam proses kegiatan ekonomi.
Perekonomian Kota Binjai sejatinya mempunyai potensi yang sangat dari
penyediaan jumlah tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi
penduduk Kota Binjai yang cukup memadai untuk menyediakan tenaga kerja bagi
industri. Dari sektor industri kecil di Kota Binjai secara umum menunjukkan tren
yang sangat baik terutama yang berasal dari penyerapan dan penyediaan tenaga
kerja baru. Hal ini ditunjukkan melalui tabel berikut ini tentang potensi industri
kecil kerajinan bambu yang dilihat dari aspek tenaga kerja.
Sehingga berapa temuan dalam penelitianyang tertuang pada tabel 4.9
membuktikan bahwa industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai memiliki
potensi sangat baik untuk penyerapan tenaga kerja. Dari keseluruhan responden
yang di wawancarai mengungkapkan bahwa usaha yang mereka jalankan
membutuhkan tenaga kerja pada kisaran tertentu sesuai dengan kondisi usaha
yang mereka jalankan.Dengan demikian usaha kerajinan bambu di Kota Binjai

Universitas Sumatera Utara

dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengurangi lonjakkan pencari kerja yang
berada di Kota Binjai.
Pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai ini dapat menyerap
tenaga kerja atau menciptakan lapangan pekerjaan dengan tidak memperhatikan
tingkat pendidikan dari tenaga kerjanya.Peningkatan industri kecil kerajinan
bambu di Kota Binjai pada dasarnya membantu dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

4.4.2.2 Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu dari Aspek
Pendapatan Perhari
Pendapatan diperoleh dari omset yang dihasilkan dari aktivitas penjualan
atas barang dan jasa.Sumber pendapatan yang diperoleh oleh usaha biasanya
berasal dari nilai transaksi yang dilakukan oleh para pelanggan terhadap barang
atau jasa.Pendapatan yang diperoleh dari usaha kerajinan bamboo di Kota Binjai
sangat dipengaruhi oleh jumlah nilai transaksi dan jenis barang atau jasa yang
memiliki inovasi terbaru. Permintaan tersebut tersebut mempengaruhi pendapatan
pengusaha dari jenis barang atau jasa yang disebabkan adanya inovasi yang lebih
menarik dari jenis barang atau jasa yang disebabkan adanya inovasi yang lebih
menarik dari sebelumnya, sehingga pelanggan mempunyai banyak pilihan untuk
melakukan proses transaksi atas barang atau jasa yang diinginkannya. Pendapatan
yang diterima oleh seorang pengusaha dengan pengusaha lainnya dalam penelitian
ini tidaklah sama, sangat bergantung dengan kebutuhan dan kreatifitas yang
diciptakan oleh pengusaha itu sendiri. Selain itu, pengaruh jualan yang tidak

Universitas Sumatera Utara

menentu dan biaya yang dikeluarkan sangat mempengaruhi kondisi penerimaan
suatu usaha.
Tabel 4.13
Data Responden Menurut Jumlah Pendapatan Perhari
No. Jumlah Pendapatan
Jumlah Usaha Persen (%)
1.
≤ Rp. 100.000,00
39
73,58
2.
Rp. 100.000,00 – Rp. 500.000,00
12
22,64
3.
Rp. 500.001,00 – Rp. 1.000.000,00
2
3,78
4.
≥ Rp. 1.000.000,00
Jumlah
53
100
Sumber: Diolah data data primer
Berdasarkan data yang telah diperoleh diungkapkan bahwa sebesar 73.58%
atau sekitar 39 unit usaha industri kerajinan bambu mampu memperoleh
pendapatan dibawah Rp. 100.000,00 per hari, sedangkan pada pendapatan yang
berkisar Rp. 100.000,00 – Rp. 500.000,00 per hari yang dihasilkan 12 unit usaha
industri kecil kerajinan bambu atau berkisar 22,64 %. Ada sebagian kecilindustri
kerajinan bambuyang memiliki pendapatan Rp. 500.001,00 – Rp. 1.000.000,00
per hari yang di peroleh 2 unit usaha industri kecil kerajinan bambu atau sebesar
3,78%. Dapat disimpulkan dari data pada tabel 4.10 bahwa pendapatan pada
industri kecil kerajianan bambu yang berada di Kota Binjai sebagian besar
berpendapatan kurang dari Rp. 100.000,00 per hari, hal ini disebabkan usaha
tersebut bergerak dalam skala kecil dengan permodalan yang tidak terlalu besar.
Tetapi ada sebagian usaha yang mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 100.000,00
– Rp. 500.000,00 per hari bahkan ada yang menghasilkan sebesar Rp. 500.001,00
– Rp. 1.000.000,00. Dalam penelitian ini penulis melihat berdasarkan kuesioner
yang telah di isi responden perbedaan pendapatan yang dihasilkan oleh industri
kerajinan bambu disebabkan beberapa faktor yaitu: jenis-jenis kerajianan,

Universitas Sumatera Utara

produksi yang dihasilkan setiap harinya dan jumlah tenaga kerja yang bekerja
pada industri kecil kerajinan bambu.
Dengan kondisi demikian, potensi pendapatan dari usaha kerajinan
bambu sangat bisa diandalkan bagi masyarakat yang ingin memulai usaha, namun
dalam memulai usaha tersebut harus memiliki kreatifitas dan inovasi yang baik
agar mampu bersaing dengan usaha-usaha lainnya.Dalam memulai industri kecil
kerajinan bambu seorang pengusaha tidak harus mengeluarkan modal yang cukup
besar, tetapi cukup dengan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
dalam berinovasi. Sebab suatu hal yang baru dan unik akan dengan mudah
menarik perhatian masyarakat untuk mendapatkan barang-barang tersebut.

4.4.3 Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Bambu di Kota Binjai
Dalam menentukan strategi pengembangan industri kerajinan bambu di
Kota Binjai, ada beberapa hal yang dapat diketahui dan sebagai acuan untuk
melihat kondisi usaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai seperti
gambaran usaha, potensi, permasalahan yang saat ini menjadi tantangan, jenis
pelatihan dan upaya dalam perkembangan industri kecil kerajinan bambu di Kota
Binjai.
Secara umum total 53 responden mengungkapkan bahwa kegiatan usaha
yang mereka jalani bersumber dari modal sendiri atau modal campuran.Hal ini
diketahui pada tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.14
Sumber Modal Pelaku Usaha
No.
Sumber Modal
Jumlah Usaha
Persen (%)
1.
Sendiri
35
66,04
2.
Campuran
18
33,96
Jumlah
53
100
Sumber: dioalah dari data primer
Dari tabel 4.14 diketahui bahwa sebagian besar industri kecil kerajinan
bambu di Kota Binjai bersumber dari modal sendiri sebanyak 35 usaha atau 66,04
% dan sebanyak 18 usaha atau 33,96 % mengungkapkan bahwa modal yang
mereka dalam memulai usaha berasal dari modal pinjaman (koperasi atau
pinjaman keluarga) dan modal pribadi.
Selain itu terkait kondisi industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai,
terdapat juga beberapa kendala yang ditemukan, hal ini di pertegas melalui dari
hasil wawancara kepada 53 responden kerajinan bambu yang mengemukakan
beberapa kendala dalam menjalankan usahanyaa, hal tersebut dijelaskan pada
tabel berikut.
Tabel 4.15
Kendala yang Dihadapi oleh Responden
No.
Kendala
Jumlah
1.
Kurangnya Modal Usaha
25
2.
Ketersediaan Bahan Baku
11
3.
Tenaga Kerja Terampil
1
4.
Kurangnya pemasaran
9
5.
Tingginya Harga Bahan Baku Produksi
7
Jumlah
53

Persen (%)
47,17
20,75
1,89
16,98
13,21
100

Sumber: diolah dari data primer

Dari hasil tabel 4.15 menunjukkan bahwa sebagian besar industri kecil
kerajinan bambu memiliki permasalahan pada kurangnya modal usaha. Hal ini
ditemukan pada 25 responden atau 47,17% yang mengatakan bahwa modal masih

Universitas Sumatera Utara

menjadi masalah utama dalam pengembangan usaha yang mereka miliki.
Responden menjadikan modal sebagai kendala utamanya beralasan bahwa
tingginya permintaan atas barang hasil produksi sehingga disatu sisi tidak mampu
dipenuhi kebutuhannya atas permintaan produksi barang tersebut.

Terdapat 11 responden atau 20,75% mengatakan bahwa ketersediaan bahan
baku di Kota Binjai sangat minim, ini menyebabkan sulitnya para pengusaha
dalam mencari bahan baku di luar daeraah dan memakan biaya tambahan lainnya
dalam proses pengangkutan bahan baku dari luar daerah. Kemudian, pada 9
responden atau 16,98% mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan atas
pemasaran produk yang mereka miliki menjadikan permasalahan utama dalam
menjalankan usahanya. Dalam hal ini penulis menemukan bahwa keterbatasan
akses informasi atas pemasaran produk yang mereka milikis menjadi alasan
kurangnya pemasaran produk yang mereka produksi.Sebagian besar responden
tersebut menginginkan adamya perhatian khusus terkait pemasaran produk yang
mereka miliki secara lebih luas lagi.

Di samping itu adapula responden yang mengungkapkan bahwa tingginya
harga bahan-bahan produksitelah menyebabkan adanya kendala utama terhadap
keberlangsungan usaha. Bahan-bahan produksi yang menjadi kendala dalam
berusaha lebih ditekankan oleh responden pada penyediaan bahan baku dan alatalat produksi yang sering mengalami pergeseran harga secara tidak menentu, hal
ini dikemukakan oleh 7 responden atau 13,21%.

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya yang terakhir adalah sebanyak 1 responden atau 1,89% dari
total keseluruhan responden mengungkapkan bahwa kurangnya tenaga kerja
terampil menjadi permasalahan utama dalam menjalankan usaha yang
dimilikinya. Responden yang mengungkapkan permasalahan tersebut beralasan
bahwa kurangnya tenaga kerja terampil menghambat perkembangan kreatifitas
dan inovasi-inovasi dalam pengembangan industri kerajinan bambu di Kota
Binjai.

Indutri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai memerlukan berbagai pelatihan
untuk menunjang industri mereka.Dalam penelitian ini penulis telah mendapatkan
beberapa jenis penelitian yang diharapkan oleh para pengusaha. Ada pun jenis
penelitian tersebut yaitu: keterampilan produksi, pelatihan pengembangan usaha,
dan pemasaran. Berikut ini akan dijelaskan pada jenis pelatihan mana yang
diharapkan oleh para pengusaha.

Tabel 4.16
Jenis Pelatihan yang Diharapkan untuk Pengembangan Usaha
Jenis Pelatihan
Jumlah Usaha
Keterampilan Produksi
15
Pelatihan Pengembangan Usaha
34
Pemasaran
4
Jumlah
53

No.
1.
2.
3.

Sumber: diolah dari data primer

Berdasarkan pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa industri kecil kerajinan
bambu

di

Kota

Binjai

memerlukan

pelatihan

untuk

mengembangkan

usahanya.Jenis pelatihan terbanyak yang di inginkan pengusaha adalah pelatihan

Universitas Sumatera Utara

pengembangan usaha sebanyak 34 usaha.Selanjutnya pelatihan ketrampilan
produksi sebanyak 15 usaha dan jenis pelatihan pemasaran sebanyak 4
orang.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas industri kecil
kerajinan bambu di Kota Binjai menginginkan pelatihan pengembangan usaha
mereka.Hal ini bertujuan untuk memajukan usaha yang mereka miliki agar
mampu bersaing dengan industri lainnya.Diharapkan agar pemerintah dapat
membuat pelatihan-pelatihan yang di inginkan oleh para pengusaha agar dapat
memajukan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.

Begitu pula para pengusaha juga mengharapakan adanya bantuan untuk
peningkatan dari aspek nonfinansial industri kecil kerajinan bambu di Kota
Binjai.Berikut ini data para pengusaha yang mengharapkan adanya bantuan untuk
peningkatan dari aspek nonfinansial.

Tabel 4.17
Upaya yang Diperlukan Untuk Peningkatan Usaha dari Aspek Nonfinansial
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Upaya yang Diharapkan
Penyediaan Tempat Usaha
Peningkatan Kualitas Produk
Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja
Perluasan Pemasaran Produk
Menjalin Kemitraan
Jumlah

Jumlah Usaha
13
14
8
12
6
53

Sumber: diolah dari data primer

Dari data tabel 4.17 diketahui bahwa upaya yang diperlukan untuk
peningkatan usaha dari aspek nonfinansial industri.kecil kerajinan bambu di Kota

Universitas Sumatera Utara

Binjai adalah peningkatan kualitas produk sebanyak 14 usaha dan penyediaan
tempat usaha sebanyak 13 usaha. Kemudian perluasan pemasaran produk
sebanyak 12 orang serta peningkatan kualitas tenaga kerja sebanyak 8 usaha.Dan
juga upaya dalam menjalin kemitraan juga dibutuhkan beberapa pengusaha
sebanyak 6 usaha.Hal ini dapat disimpulkan bahwa upaya yang dominan
diharapkan adalah peningkatan kualitas produk, ini sesuai dengan jenis pelatihan
yang ingin

didapatkan para pengusaha

yaitu pelatihan pengembangan

produk.Dengan begitu pengembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai
dapat berjalan dengan baik karena diikut oleh pelatihan-pelatihan yang menunjang
industri kecil ini.Para pengusaha mengharapkan agar dapat terealisasi dengan
benar program-program yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kota Binjai.Karena
industri kecil kerajinan bambu sangat berpengaruh kepada perekonomian di Kota
Binjai.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan
bahwa pelatihan menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas produk
yang dihasilkan. Pelatihan tersebut dapat berupa program padat karya bagi
masyarakat yang secara umum mampu diberdayakan melalui pelatihan disektor
informal, tentu hal ini secara tidak langsung akan member efek yang sangat baik
bagi masyarakat yang secara pendidikan formal kurang mampu bersaing, namun
secara keterampilan mampu diberdayakan melalui program pelatihan kerajinan
bambu.

Universitas Sumatera Utara

Pemasaran juga merupakan hal yang paling mendasar dalam pengembangan
industri kecil kerajinan bambu yang ada di Kota Binjai. Kegiatan yang berupa
pameran produk tentu sangat member manfaat yang sangat besar bagi para pelaku
usaha terutama untuk memperkenalkan produk

yang lebih berinovasi lagi.

Dengan adanya kegiatan tersebut bukan tidak mungkin akan memberikan pangsa
pasar yang lebih luas lagi bagi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.

Selain itu, adapun faktor berupa ketersediaan informasi yang baik akan
memberikan kemudahan bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk mengetahui
perkembangan kreativitas yang saat ini menjadi ketertarikan bagi masyarakat
secara umum. Sehingga kreativitas dan inovasi tersebut dapat diterima dengan
mudah apabila memiliki pengaruh yang baik bagi masyarakat. Sesuai dengan hasil
wawancara penulis dengan para pelaku usaha yang tertuang pada tabel 4.16,
sebanyak 34 para pelaku usaha mengingingkan adanya jenis pelatihan untuk
pengembangan usaha agar dapat bersaing dengan produk yang berada di pasaran.
Dan juga sebanyak 15 para pelaku usaha menginginkan pelatihan berupa
keterampilan produksi untuk meningkatkan jenis-jenis produk yang dihasilkan
agar lebih berinovasi lagi.

Dengan melihat kondisi industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai tidak
hanya pelatihan dan pemasaran yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha namun
kemudahan dalam hal pembiayaan modal, kestabilan harga barang bahan baku
dan peningkatan tenaga kerja terampil secara berkelanjutan harus dijadikan

Universitas Sumatera Utara

sebagai strategi dalam membangun perkembangan industri kecil kerajinan bambu
di Kota Binjai.

Disamping itu, yang menjadi masalah yang paling banyak dihadapi oleh
pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah kurangnya modal
untuk mengembangkan usahanya, seperti pada tabel 4.15 kendala yang dihadapi
oleh para pelaku usaha adalah kurangnya modal usaha yang mereka dapatkan.
Sesungguhnya kemudahan dalam pemberian modal menjadi harapan besar bagi
para pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya. Kendala pembiayaan
menjadi momok tersendiri bagi para pelaku usaha dalam melakukan proses
peminjaman. Dalam hal ini, pemerintah hanya membantu modal dalam bentuk
perkakas, sepetii gergaji, palu, paku dan alat untuk membantu produksi kerajinan
bambu.

Dilihat dari segi modal usaha yang digunakan oleh para pelaku usaha
industri kerajinan bambu di Kota Binjai untuk melakukan kegiatan produksinya
dapat dikatakan masih sangat kecil, karena modal yang didapat hanya dari hasil
penjualan dari hasil sisa produksi sebelumnya. Hal ini menyebabkan industri kecil
kerajinans bambu di Kota binjai sulit untuk maju dan berkembang.Modal yang
dipakai oleh para pelaku usaha sebagian besar merupakan modal sendiri tertuang
pada tabel 4.14.hal ini akan berpengaruh bagi perkembangan industri kecil
tersebut. Hal ini akan berpengaruh pada pengembangan industri kecil tersebut.
Para pelaku usaha masih membutuhkan bantuan modal yang lebih besar untuk
meningkatkan kapasitas produksi.

Universitas Sumatera Utara

Perkembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai juga memberikan
dampak yang baik pagi pendapatan masyarakat sekitar.Hal ini dibuktikan dengan
tenaga kerja yang di tampung dalam industri ini cukup banyak.Ini dapat
membantu perekonomian masyarakat sekita industri tersbut dan juga dapat
membantu para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran tentang prospek pengembangan industri kecil
kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Binjai yang
telah di analisis secara deskriptif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu
a. Dilihat dari aspek tenaga kerja rata-rata mampu menyerap sebanyak 1 – 20
tenaga kerja pada setiap pengusaha kerajinan bambu. Dengan total tenaga
kerja yang paling banyak diserap adalah 20 tenaga kerja pada satu
pengusaha kerajinan bambu di Kota Binjai.
b. Dilihat dari aspek pendapatan perhari, rata-rata unit usaha mampu
mengumpulkan pendapatan sebesar Rp. 1 – Rp. 1.000.000,00 per harinya.
Pendapatan pengusaha berbeda dikarenakan jumlah tenaga kerja dan jenis
produk yang dihasilkan dalan setiap unit usaha.

2. Strategi pembangunan industri kecil kerajinan bambu dapat dilihat dari kondisi
usaha kerajinan bambu yang berada di Kota Binjai berupa gambaran usaha,
potensi, permasalahan yang saat ini menjadi tantangan, jenis pelatihan dan
upaya dalam perkembangan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.

Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis tuangkan dalam
pembahasan serta dengan memperhatikan kesimpulan atas temuan yang terjadi di
lapangan maka penulis memberikan saran-saran terkait dengan perkembangan
industri kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, adapun
saran-saran tersebut yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian yang bersifat
deskriptif, sehingga penambahan variabel-variabel lainnya berupa modal,
tenaga kerja, lama usaha, pendapatan, pemasaran dan lain-lain untuk
mengetahui prospek perkembangan industri kecil kerajinan bambu sangatlah
bermanfaat dalam penelitian ini.
2. Bagi pengusaha kemudahan yang bersifat membangun seperti dari segi
pembiayaan modal, pemasaran, pelatihan dan ketersediaan bahan baku beriring
secara baik agar kegiatan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai mampu
berjalan dan memiliki daya saing dengan usaha-usaha lainnya. Tentu hal imi
sangat diharapkan oleh para pelaku usaha dalam mengembangkan industri
kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.
3. Sebagai bagian dari industri yang menampung banyak tenaga kerja, diharapkan
agar tenaga kerja yang membantu dalam proses produksi agar lebih di
sejahterakan lagi dalam segi pembayaran upah, dan juga para tenaga kerja
diberikan keterampilan agar dapat memajukan industry kerajinan bambu di
Kota Binjai

Universitas Sumatera Utara

4. Sebagai bagian dari industri yang mendukung perekonomian daerah,
pemerintah sebaiknya memberi perhatian lebih terhadap perkembangan
industri kecil kerajinan bambu melalui pemberian bantuan modal khusus bagi
usaha, pemasaran produk yang lebih meluas, serta fasilitas seperti penyediaan
lahan untuk bahan baku produksi agar para pelaku usaha tidak mengalami
kesulitan dalam menemukan bahan baku produksi sehingga biaya produksi
kerajinan tidak berfluktuasi, dan juga pelatihan terhadap para pelaku usaha
agar dapat mengembangkan produk yang lebih berinovasi dalam segi desain
yang lebih modern serta meningkatkan kegiatan promosi-promosi yang lebih
banyak tentang keberadaan industri kerajinan bambu di Kota Binjai.

Universitas Sumatera Utara