Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kota Binjai

(1)

Kepada Yth.

Bapak/Ibu Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu Di Tempat

Dengan hormat, mohon kesediaan Bapak/Ibu memberikan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan yang berguna semata-mata sebagai Karya Ilmiah dalam penulisan skripsi.

Demikian disampaikan, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

DAFTAR KUESIONER

INDUSTRI KECIL KERAJINAN BAMBU DI KOTA BINJAI

Nama Pengusaha :

Umur :

Pendidikan Terakhir : Jenis Usaha :

Alamat :

1. Berapa lama Industri Kecil ini telah berdiri : a. 1 – 3 Tahun

b. 4 – 7 Tahun c. ≥ 7 Tahun

2. Berapa jumlah tenaga kerja Industri Kecil ini : a. 1 – 3 orang

b. 4 – 10 orang c. ≥ 10 orang


(2)

3. Bahan baku diperoleh dari mana : a. Dari daerah Binjai

b. Dari luar daerah Binjai, sebutkan... 4. Mengapa Industri Kecil ini didirikan :

a. Sebagai mata pencaharian utama b. Sebagai mata pencaharian tambahan c. Lain-lain

5. Berapa modal yang dibutuhkan setiap bulan untuk Industri Kecil ini : a. ≤ 5 juta rupiah

b. 5 – 30 juta rupiah c. ≥ 30 juta rupiah

6. Sumber permodalan dalam menjalankan industri kecil : a. Dana sendiri

b. Pinjaman Keluarga c. Pinjaman Teman d. Kredit Bank

e. Pinjaman Mitra Usaha f. Koperasi

g. Lainnya, sebutkan... 7. Pendapatan industri ini perhari :

a. Dibawah Rp. 100.000,-

b. Rp. 100.000,- sampai Rp. 500.000,- c. Rp. 500.001,- sampai Rp. 1 juta d. ≥ Rp. 1 juta


(3)

8. Berapa unit rata-rata produksi yang di hasilkan tiap harinya : a. 1 – 5 unit

b. 6 – 10 unit c. ≥ 10 unit

9. Bagaimanakah cara pemasaran keraijnan bambu ini : a. Dipasarkan langsung ke konsumen

b. Pameran

c. Dipasarkan lewat agen

d. Lainnya, sebutkan...

10. Pemasaran hasil industri kecil ini di tujukan kemana? a. Ekspor ke luar negeri

b. Hanya dalam negeri

11. Hambatan apa saja yang sering dihadapi dalam menjalankan industri ini : a. Tingginya harga bahan baku produksi

b. Kurangnya modal usaha c. Ketersediaan Bahan Baku d. Tenaga Kerja Terampil e. Kurangnya pemasaran

f. Lainnya, sebutkan...

12. Selain jenis bantuan modal, jenis bantuan apa yang diharapkan dari pemerintah :

a. Kemudahan perizinan

b. Pelatihan pengembangan usaha c. Bantuan Teknologi

d. Penghapusan pungutan liar


(4)

13. Jenis pelatihan apa yang diharapkan untuk pengembangan usaha ini : a. Keterampilan produksi

b. Pelatihan pengembangan usaha c. Pemasaran

d. Lainnya, sebutkan...

14. Upaya apa yang diperlukan untuk peningkatan usaha dari aspek nonfinansial : a. Peningkatan kualitas tenaga kerja

b. Penyediaan tempat usaha

c. kemudahan dalam perizinan usaha d. Menjalin kemitraan

e. Peningkatan kualitas produk f. Perluasan pemasaran produk


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Hubies, Musa.2009.Prospek Usaha Kecil dalam Inkubator Bisnis. Ghalia Indonesia: Bogor

Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Nazir, Muhammad.2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE

Sugiyono.2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa beta

Simanjuntak, Payaman.1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit FEUI: Jakarta

Sianturi, Benny Pranata.2011. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pengusaha Industri Kecil Di Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Tenggara.

http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789c (29 Januari 2016) Teguh, Muhammad. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi. Penerbit Raja

Grafindo Persada, Jakarta

Tambunan, Tulus, T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta :PT Salemba Empat.

Tambunan, Tulus. 2009. Perekonomian Indonesia. Bogor: PT. Ghalia Indonesia. Wahyuni, Sri. 2000. Prospek Pengembangan Industri Kerajinan Tirai Rumbia Di

Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/10308 (24 Januari 2016) Harahap, Mikha Melina. 2011. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Produksi

Terhadap Pendapatan Pengrajin Bambu Di Kota Binjai. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/26638 ( 24 Januari 2016) Susanti, Deasy. 2000. Analisis Pendapatan dan Konsumsi Masyarakat Industri

Kerajinan Bambu di Kotamadya Binjai.


(6)

Badan Pusat Statistik. 2015. Binjai Dalam Angka 2015, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Binjai Dalam Angka 2015, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.


(7)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menganalisis bagaimana prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat yang berada di Kota Binjai dan merupakan jenis penelitian analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode tabel matriks.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Binjai dengan alasan pemilihan lokasi sebagai berikut :

1. Untuk melihat prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu yang berada di kota binjai

2. Belum adanya penelitian yang menganalisis tentang prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Binjai

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 2 bulan yaitu Februari 2016 sampai dengan Maret 2016.


(8)

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalah pahaman dalam pembahasan hasil penelitian, maka beberapa batasan operasional yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan industri kecil adalah cara atau perbuatan yang dilakukan untuk memajukan atau memperluas industri kecil dengan mengandalkan ide dan pngetahuan dari sumber daya manusia di Kota Binjai. Indikator untuk mengukur variabel pengembangan industri kecil adalah modal, tenaga kerja dan lama usaha.

2. Sebagai objek dari penelitian ini terdiri dari pengembangan industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Binjai. 3. Penelitian ini menggunakan data yang di publikasikan oleh BPS, Kantor Dinas

Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan.

3.4 Defenisi Operasional

Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Modal

Modal merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha industri kerajinan bambu dalam pembuatan kerajinan bambu. Biaya tersebut meliputi biaya pembelian bahan dasar dan bahan penolong serta biaya pembayaran upah pekerja dalam jangka waktu satu bulan dan diukur dalam satuan rupiah.


(9)

Tenaga kerja adalah banyaknya pekerja yang digunakan atau turut serta dalam proses pembuatan kerajinan bambu.

3. Lama Usaha

Lama usaha merupakan lamanya pengusaha industri kerajinan bambu telah menjalankan usahanya yang diukur dalam satuan tahun.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi

Populasi menunjukkan keadaan dan jumlah objek penelitian secara keseluruhan yang memiliki karakteristik tertentu (Teguh, 2005:125). Populasi penelitian ini adalah pengusaha industri kerajinan bambu di Kota Binjai yang memiliki 112 industri yang terletak di lima kecamatan yaitu: Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Barat, Kecamatan Utara dan Binjai Kota.

Tabel 3.1

Data-data IKM Berdasarkan Jenis Produk dan Jumlah Pemilik Usaha No. Jenis Produk Jumlah Pengusaha (Org)

1. Anyaman Bambu 108

2. Sulaman Bordir 15

3. Meubel Bambu 4

4. Barang-barang Tekstil 60

5. Kerupuk/Opak 100

6. Air Minum Isi Ulang 79

7. Roti/Kue Kering 24

8. Bahan Bangunan 19

9. Sabun Cair 1

10. Alas Kaki 29

11. Ulos/Tenun Ikat 18


(10)

13. Alat Musik 2

14. Keu Basah 13

15. Aneka Manisan 5

16. Tanaman 9

17. Aneka Patung 1

18. Pandai Besi 4

19. Bengkel 13

20. Pepeh 2

21. Otomotif 1

22. Fotocopy 1

23. Keroseri Kendaraan 9

24. Meubel Rotan 3

25. Ijuk 8

26. Sabut 2

27. Gula Aren 3

28. Logam 15

29. Molding Peti 1

30. Tahu 22

31. Tempe 19

32. Plastik Pembungkus 3

33. Pakan Ternak 2

34. Meubel Kayu 11

35. Batu Akik 2

Sumber: Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Perdagangan (2015)

3.5.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2006:91). Dalam pengambilan sampel sebaiknya menggunakan cara - cara yang lebih dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik random sampling atau pengambilan sampel secara acak. Untuk menentukan besarnya jumlah responden atau sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin (Bambang Prasetyo, 2005 : 36) yaitu sebagai berikut :


(11)

� = + ��2

Keterangan :

N : Populasi n : Sampel

e : Tingkat kesalahan penarikan sampel 10% dan tingkat kepercayaan 90%.

Sehingga berdasarkan rumus Slovin, maka jumlah sampel, yaitu:

� = + , 2

� = , � = 5 ,8

Dari perhitungan di atas maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 53 orang.

3.6 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung melalui peninjauan langsung kepada objek penelitian dalam hal ini adalah pengusaha kecil industri kerajinan bambu di Kota Binjai. Dalam penelitian ini pengambilan data primer menggunakan teknik wawancara, observasi, dan di bantu dengan kuisioner. 2. Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung dari objek


(12)

pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial. Data yang diperoleh dari sumber data yang terkait dengan penelitian ini yaitu Kantor Badan Pusat Statistik (BPS), Kantor Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Binjai, serta dari sumber lainnya.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, yang dapat diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet dan lain-lain.

2. Observasi, merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun nonpartispatif. Maksudnya, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan penelitian dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya selaku peneliti (Idrus, 2009:101).

3. Metode Wawancara, adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Nazir, 2003)


(13)

3.8 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif. Analisa ini merupakan pendekatan yang akan mengambarkan karakteristik suatu permasalahan yang berasal dari data pengolahan data kualitatif. Untuk mengetahui prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode analisis dengan mengumpulkan data secara sistematis, menganalisis, dan menginterpretasikan data sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai. Ada beberapa alasan peneliti menggunakan metode deskriptif, salah satu di antaranya adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih banyak segi dibanding dengan metode-metode penyelidikan lain. Menurut Umar (2003), teknik ini menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan merumuskan sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Sementara menurut Consuelo (1993:71-72) penelitian dengan metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Adapun tahapan dalam melakukan analisis data sebagai berikut :

a. Tabulasi Data, hasil kuesioner yang telah dilakukan akan diterjemahkan dalam bentuk angka, tabel-tabel yang terdiri dari masing-masing jawaban setiap responden terhadap aspek yang ingin diketahui.

b. Reduksi Data, merupakan tahapan dalam melakukan analisa dari hasil proses pentabulasian data yang akan lebih menajamkan, menggolongkan dan


(14)

memperluas data yang telah dikumpulkan yang pada akhirnya nanti akan memberi kemudahan untuk melakukan penarikan kesimpulan dari aspek yang diinginkan.

c. Analisis Deskriptif, diartikan sebagai proses dalam mengungkap gambaran permasalahan yang diteliti melalui proses pengintrepertasian hasil data yang telah ditabulasikan yang berguna untuk mendukung analisis atas penelitian yang telah dilakukan.


(15)

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Binjai 4.1.1 Kondisi Geografis

Secara geografis Kota Binjai berada pada 3’31’40’’-3’40’2”Lintang Utara dan 98’27’3’’-98’32’32’’ Bujur Timur dan terletak 28 m diatas permukaan laut.Wilayah Kota Binjai seluas 90.23km2, terletak 28 M diatas permukaan laut dan dikelilingi oleh Kab. Deli Serdang, Batas area di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab. Deli Serdang di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab. Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab. Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab. Langkat.

Binjai adalah salah satu kota,dahulu daerah tingkat IIberstatuskotamadya, dalam wilayah provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Binjai terletak 22 km di sebelah barat ibukota provinsi Sumatera Utara,Medan. Sebelum berstatus kotamadya, Binjai adalah ibukota Kabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan keStabat. Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdangdi sebelah timur dan selatan. Saat ini, Binjai dan Medan dihubungkan oleh jalan raya Lintas Sumatera yang menghubungkan antara Medan danBanda Aceh. Oleh karena ini, Binjai terletak di daerah strategis di mana merupakan pintu gerbang Kota Medan ditinjau dari Provinsi Aceh. Binjai sejak lama dijuluki sebagai kota rambutan karena rambutan


(16)

Binjai memang sangat terkenal. Bibit rambutan asal Binjai ini telah tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa Timur menjadi komoditi unggulan daerah tersebut.Kota Binjai terbagi atas 5kecamatanyang kemudian dibagi lagi menjadi 37 kelurahandan desa. Lima kecamatan tersebut masing-masing adalah:

1. Binjai Kota 2. Binjai Utara 3. BinjaiSelatan 4. Binjai Barat 5. Binjai Timur

Kota Binjai yang memiliki luas 9.023,62 Ha ( ± 90,23 Km2) terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 37 (tiga puluh tujuh) Kelurahan serta mempunyai penduduk sebanyak 232.236 jiwa yang terdiri dari berbagai Etnis antara lain Melayu, Batak Toba, Batak Mandailing, BatakKaro, Batak Simalungun , Jawa, Banten, Minang, Aceh, China dan India dengan pemeluk agama mayoritas Islam dan yang mempunyai kesadaran Politik dan Keamanan yang cukup tinggi, sehingga mendukung kondisi keamanan yang sangat konduktif. Kota Binjai sebagai kota Jasa, Perindustrian, Perdagangan dan Pemukiman telah berupaya memacu laju pertumbuhan Pembangunan yang mendukung Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai.


(17)

4.1.2 Kondisi Iklim

Kota Binjai adalah daerah yang teriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan dan musim kemarau biasanya ditandai dengan jumlah hari hujan pada tiap bulan terjadinya musim. Kecamatan Binjai Timur dan Binjai Kota curah hujannya cukup besar dibanding dengan kecamatan lainnya di Kota Binjai yaitu 266mm/11hari hujan, diikuti dengan Kecamatan Binjai Utara 249mm/11hari hujan.

4.2 Tenaga Kerja Di Kota Binjai

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Binjai tahun 2015 pada survei angkatan kerja nasional 2014, menjelaskan bahwa jumlah angkatan kerja yang terdapat di kota Binjai sebanyak 111.172 orang, yang terdiri dari 72.273 laki-laki dan 38.899 perempuan.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Kota Binjai Berumur 15 Tahun Ke atas yang Bekerja Selama Seminggu

Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin Tahun 2014

No. Lapangan Pekerjaan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,

Perburuan, dan Perikanan 4.800 914 5.714

2. Pertambangan dan Penggalian 508 - 508

3. Industri 6.209 3.752 9.961

4. Listrik, Gas dan Air Minum 602 - 602

5. Konstruksi 15.494 323 15.817

6. Perdagangan Besar, Rumah Makan,

dan Akomodasi 18.579 17.369 35.975

7. Transportasi, Pergudangan, dan

Komunikasi 9.959 528 10.487

8. Lembaga Keuangan, Usaha


(18)

9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan

Perorangan 12.720 15.188 27.908

Jumlah

72.273 38.899 111.17 2 Sumber: BPS Kota Binjai 2015

Berdasarkan Binjai pada kurun waktu 2014 yang bekerja menurut lapangan usaha utama. Jumlah seluruhnya tenaga kerja bekerja pada semua sektor yang ada di Kota Binjai adalah 111.172 dengan tenaga kerja laki-laki yang berjumlah 72.273 dan tenaga kerja perempuang yang berjumlah 38.899. lapangan usaha yang paling besar dalam memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja adalah pada sektor perdagangan besar, rumah makan dan jasa akomodasi yaitu sebanyak 35.975. Ini di karenakan besarnya permintaan atas produk usaha yang bergerak dibidang tersebut dan juga mudahnya membuka usaha dalam bidang tersebut menyebabkan tingginya jumlah usaha yang bergerak pada sektor tersebut. Selanjutnya lapangan pekerjaan yang berasal dari sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 27.908 orang, yang kemudian di susul pada sektor konstruksi sebanyak 15.817 tenaga kerja.

Sedangkan pada sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi lapangan pekerjaan yang mampu memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 10.487 orang. Pada sektor berikutnya, lapangan pekerjaan yang bergerak pada sektor indutri sebanyak 9.961 tenaga kerja. Kemudian lapangan pekerjaan pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan memberikan 5.714 tenaga kerja. Lapangan pekerjaan pada sektor lembaga keuangan, usaha persewaan bangunan memberikan kontribusi tenaga


(19)

kerja sebanyak 4200. Kondisi penyerapan tenaga kerja yang berasal dari listrik, gas, dan air minum sebanyak 602 dan pertambangan dan penggalian sebanyak 508 tenaga kerja.

4.3 Perkembangan Industri di Kota Binjai

Selama periode 2012-2014 jumlah perusahaan industri di Binjai mengalami penurunan. Dibanding tahun 2014 jumlah perusahaan industri meningkat sampai dengan tahun 2013, dan tahun 2014 perusahaan industri meningkat bila dibandingkan tahun 2013. Sektor industri pada tahun 2014 menjadi sektor yang paling besar peranannya dalam struktur perekonomian di Binjai. Potensi produk unggulan di kota Binjai berupa industri pengolahan lainnya.

Tabel 4.2

Statistik Industri di Kota Binjai Tahun 2012 - 2014

No. Kelompok Industri 2012 2013 2014

1. Makanan dan Minuman 7 1 1

2. Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit 0 0 0

3. Kayu dan Barang-barang dari Kayu 0 1 1

4. Kertas, Barang-barang dari kertas, percetakan, penerbitan

0 1 1

5. Kimia, Barang-barang dari kimia, Minyak bumi, Batu bara, Karet dan Plastik

0 0 0

6. Barang galian bukan logam 0 0 0

7. Logam Dasar 0 1 1

8. Baramg-barang dari logam, mesin dan perlengkapannya

1 0 0

9. Pengelolaan lainnya 1 1 2


(20)

4.4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.4.1 Karakteristik Industri Kecil Kerajinan Bambu

4.4.1.1 Profil Industri Kecil Kerajinan Bambu di Kota Binjai

Industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai tersebar di 5 Kecamatan antara lain Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan Binjai Barat, Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Selatan, dan Kecamatan Binjai Utara.Terdapat sekitar 112 industri kecil kerajinan bambu.Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 53 industri kecil kerajinan bambu. Pada penelitian ini mengungkapkan profil usaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah latar belakang mendirikan usaha, modal awal, daerah pemasaran, bahan baku, umur pengusaha, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok pengusaha dan status kepemilikan usaha.

4.4.1.2 Latar Belakang Mendirikan Usaha

Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkanbahwa latar belakang pemilik mendirikan usaha kerajinan bambu di Kota Binjai sebagai berikut :

Tabel 4.3

Latar Belakang Mendirikan Usaha Kerajinan Bambu di Kota Binjai

No. Latar Belakang Mendirikan Usaha Jumlah Usaha Persen (%)

1. Mata Pencaharian Utama 53 100

2. Mata Pencaharian Tambahan 0 0

Jumlah 53 100

Sumber: diperoleh dari data primer

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa latar belakang pengusaha mendirikan industri kecil kerajinan bambu yaitu sebagai mata pencaharian utama sebesar


(21)

100% atau 53 pengusaha,.Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah sebagai mata pencaharian utama bagi pemiliknya.

4.4.1.3 Modal Awal Pengusaha

Modal merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendirikan usaha, tanpa modal yang mencukupi maka usaha yang dibangun tidak akan berjalan dengan normal. Untuk mengetahui besarnya modal awal yang digunakan oleh pengusaha pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Modal Awal Pada Industri Kecil Kerajinan Bambu di Kota Binjai

No. Modal Awal Jumlah Usaha Persen (%)

1. ≤ Rp. 5.000.000,00 47 88,68

2. Rp. 5.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00 6 11,32

3. ≥ Rp. 30.000.000,00 - -

Jumlah 53 100

Sumber: dioler dari data primer

Dari tabel 4.4 diketahui bahwa modal awal yang digunakan oleh para pemilik industri kecil kerajinan bambu adalah pengusaha yang menggunakan modal awal dibawah Rp. 5.000.000,00 sebanyak 88,68% atau 47 pengusaha, yang menggunakan modal sebesar Rp. 5.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00 sebanyak 11,32% atau 6 pengusaha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengguna modal awal dalam industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai dibawah Rp. 5.000.000,00 karena sebagian besar pengusaha memulai usaha dari skala kecil.


(22)

4.4.1.4 Daerah Pemasaran

Daerah pemasaran yang dimaksud dalam hal ini adalah daerah pemasaran hasil industri kecil ini ditujukan.Untuk lebih jelasnya mengenai pemasaran yang dilakukan oleh para pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5

Pemasaran Hasil Industri Kecil Kerajinan Bambu di Tujukan

No. Pemasaran Jumlah Usaha Persen (%)

1. Hanya Dalam Negeri 53 100

2. Ekspor Keluar Negeri - -

Jumlah 53 100

Sumber: diolah dari data primer

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa daerah pemasaran kerajinan bambu yaitu hanya dalam negeri saja.Pemasaran industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai hanya berpusat pada daerah yang berada di dalam negeri.

4.4.1.5 Bahan Baku

Bahan bakuuntuk industri kecil kerajinan ini adalah bambu. Bahan baku diperoleh bukan hanya dari daerah Kota Binjai, tetapi ada beberapa industri yang mendapatkan bahan baku di luar dari daerah Kota Binjai. Untuk lebih jelasnya mengenai bahan baku yang didapat oleh para pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(23)

Tabel 4.6

Sumber Bahan Baku yang Diperoleh untuk Kerajinan Bambu di Kota Binjai

No. Sumber Bahan Baku Jumlah Usaha Persen (%)

1. Daerah Kota Binjai 24 45,28

2. Luar daerah Kota Binjai 23 43,40

3. Campuran daerah Binjai dan Luar daerah 6 11,32

Jumlah 53 100

Sumber: diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa bahan baku yang diperoleh pada industri kerajinan bambu berasal dari daerah Kota Binjai sebanyak 45,28 % atau 24 usaha dan bahan baku yang diperoleh dari luar daerah Kota Binjai sebanyak 43,40 % atau 23 usaha, sedangkan bahan baku yang diperoleh dari kedua daerah luar dan dalam Kota Binjai sebanyak 11,32 % atau 6 usaha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan baku yang diperoleh industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai tidak hanya diperoleh dari daerah Kota Binjai saja. Ini di karenakan di Kota Binjai bahan baku tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pengusaha kerajinan bambu. Beberapa pengusaha memperoleh sumber bahan baku dari luar daerah Kota Binjai seperti Deli Serdang dan Stabat.

4.4.1.6 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil peneltian dapat diterangkan bahwa jenis kelamin pengusaha pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai sebagai berikut.

Tabel 4.7

Data Responden Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)

Laki-laki 31 58

Perempuan 22 42

Total 53 100


(24)

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pengusaha pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai lebih banyak pengusaha laki-lakinya yaitu sebesar 58 orang atau 58% dari total pengusaha. Sedangkan responden perempuan sebesar 42 % atau 22 orang dari total responden.Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari sampel responden industri kecil kerajinan bambu yang di ambil berjenis kelamin laki-laki dan tenaga maupun fisiknya lebih kuat dibandingkan dengan perempuan, disamping itu laki-laki sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.

4.4.1.7 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Usia

Dalam penelitian ini usia responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini berkisar 31-55 tahun, hal ini ditunjukkan melalui pendistribusian sampel penelitian sebagai berikut ini.

Tabel 4.8

Data Responden Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Usia Responden

No. Usia (Tahun) Orang Persen (%)

1. 31 – 35 2 4

2. 36 – 40 15 28

3. 41 – 45 19 36

4. 46 – 50 13 24

5. 51 – 55 4 8

Jumlah 53 100

Sumber : Diolah oleh dari data primer

Dilihat dari segi usia responden, usia diantara 41 – 45 tahun paling dominan dalam penelitian ini, dengan persentase 36%, sedikit lebih banyak jika dibandingkan dengan usia antara 36 – 40 tahun dengan responden sebanyak 15 responden atau 28% dan usia 36 – 40 tahun dengan responden sebanyak 24


(25)

responden atau 24% dari keseluruhan total responden yang di teliti. Kemudian usia diantara 31 – 35 tahun dengan responden sebanyak 2 responden atau 4% dan usia diantara 51 – 55 tahun dengan responden sebanyak 4 responden atau 8% dari total sampel secara keseluruhan.

4.4.1.8 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden merupakan bagian dari penentuan sampel penelitian sebagai acuanmengetahui hubungan jenis usaha yang dijalankan dengan tingkat pendidikan terakhir yang dilalui oleh responden. Hal ini ditunjukkan melalui tabel distribusi sampel responden berikut ini.

Tabel 4.9

Data Responden Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Orang Persen(%)

1. Tidak Bersekolah - -

2. SD 7 13

3. SMP/MTs 27 51

4. SMA/SMK/MAN 18 34

5. Akademi (DII/DIII) - -

6. Strata (S1, S2, S3) 1 2

Jumlah 53 100

Sumber: Diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah tingkat pendidikan SMP paling dominan dalam penelitian ini dengan persentase 51% sebanyak 27 orang, sedikit lebih banyak jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan SMA dengan responden sebanyak 18 responden atau 34% dan tingkat pendidikan SD dengan responden sebanyak 7 responden atau 13% dari keseluruhan total responden yang di teliti. Kemudian tingkat pendidikan Strata 1


(26)

dengan responden sebanyak 1 atau 2 % dari total keseluruhan sampel yang di teliti. Diketahui bahwa tingkat pendidikan pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai sebagian besar pengusahanya berpendidikan SMP.

4.4.1.9 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Status Kepemilikan Usaha

Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa status kepemilikan usaha pada industri kerajinan bambu di Kota Binjai sebagai berikut.

Tabel 4.10

Status Kepemilikan Usaha Pada Industri Kerajinan Bambu di Kota Binjai No. Status Kepemilikan

Usaha

Jumlah Usaha Persen (%)

1. Sendiri 53 100

2. Kelompok - -

Jumlah 53 100

Sumber: Diolah dari data primer

Berdasarkan pada tabel 4.10dapat diketahui bahwa status kepemilikan usaha pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai yaitu sebesar 53 unit usaha atau 100% merupakan usaha milik sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai merupakan usaha pribadi dan tidak terdapat usaha kelompok. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap cara pengelolaan usaha serta keberlangsungan usaha bagi setiap industri kecil kerajinan bambu di daerah tersebut.


(27)

4.4.1.10 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja pada industri kecil kerajinan bambu adalah sebagai berikut.

Tabel 4.11

Penggunaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Kerajinan Bambu di Kota Binjai

No. Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Usaha

1. 0 – 5 43

2. 6 – 10 8

3. 11 – 15 1

4. 16 – 20 1

Jumlah 53

Sumber : Diolah dari data primer

Dari tabel 4.11 dapat menunjukkan bahwa data responden menurut jumlah tenaga kerja yang dimiliki memberikan gambaran bahwa 43 unit usaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai mampu menyerap tenaga kerja pada kisaran 0 – 5 orang dalam setiap usaha yang dijalankan. bahkan, pada unit usaha tertentu mampu menyerap sebanyak 8 responden dari 6 – 10 tenaga kerja. Selebihnya pada tenaga kerja 11 – 15 dan 16 – 20 hanya beberapa usaha yang memiliki yaitu masing-masing 1 responden industri kecil kerajinan bambu. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penggunaan tenaga kerja pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah diantara 0 – 5 orang.


(28)

4.4.1.11 Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Rata-Rata Produksi yang Dihasilkan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa rata-rata produksi yang dihasilkan pada industri kecil kerajinan bambu tiap harinya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.12

Rata-Rata Produksi yang Dihasilkan Tiap Hari

No. Rata-rata produksi (Unit) Jumlah Usaha Persen (%)

1. 1 – 5 45 84,90

2. 6 – 10 6 11,32

3. ≥ 10 2 3,78

Jumlah 53 100

Sumber: diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa rata-rata unit per hari yang di hasilkan pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah 1 – 5 unit sebesar 45 usaha atau 84,90%, dan pada unit 6 – 10 sebesar 6 usaha atau 11,32 %. Yang terendah berada pada unit diatas 10 sebesar 2 usaha atau 3,78 %. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata industri kecil kerajinan bambu paling dominan dapat menghasilkan 1 – 5 unit per hari.Hal ini berpengaruh pada jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri tersebut, semakin banyak tenaga kerja maka semakin banyak unit yang dihasilkan.Hal ini juga berpengaruh pada modal yang di miliki oleh pengusaha tersebut.


(29)

4.4.2 Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu

4.4.2.1 Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu dari Aspek Tenaga Kerja

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar pada keberlangsungan kegiatan industri kecil. Dalam prakteknya, tenaga kerja banyak dijadikan sebagai alat pengukur kondisi perkembangan usaha yang secara mikro akan mempengaruhi produktivitas industri. Secara teori, ketenagakerjaan memiliki peranan penting sebagai salah satu faktor produksi atau dengan kata lain tenaga kerja sebagai motor penggerak produksi unit usaha yang memainkan peran penting dalam proses kegiatan ekonomi.

Perekonomian Kota Binjai sejatinya mempunyai potensi yang sangat dari penyediaan jumlah tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi penduduk Kota Binjai yang cukup memadai untuk menyediakan tenaga kerja bagi industri. Dari sektor industri kecil di Kota Binjai secara umum menunjukkan tren yang sangat baik terutama yang berasal dari penyerapan dan penyediaan tenaga kerja baru. Hal ini ditunjukkan melalui tabel berikut ini tentang potensi industri kecil kerajinan bambu yang dilihat dari aspek tenaga kerja.

Sehingga berapa temuan dalam penelitianyang tertuang pada tabel 4.9 membuktikan bahwa industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai memiliki potensi sangat baik untuk penyerapan tenaga kerja. Dari keseluruhan responden yang di wawancarai mengungkapkan bahwa usaha yang mereka jalankan membutuhkan tenaga kerja pada kisaran tertentu sesuai dengan kondisi usaha yang mereka jalankan.Dengan demikian usaha kerajinan bambu di Kota Binjai


(30)

dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengurangi lonjakkan pencari kerja yang berada di Kota Binjai.

Pada industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai ini dapat menyerap tenaga kerja atau menciptakan lapangan pekerjaan dengan tidak memperhatikan tingkat pendidikan dari tenaga kerjanya.Peningkatan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai pada dasarnya membantu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4.4.2.2 Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu dari Aspek Pendapatan Perhari

Pendapatan diperoleh dari omset yang dihasilkan dari aktivitas penjualan atas barang dan jasa.Sumber pendapatan yang diperoleh oleh usaha biasanya berasal dari nilai transaksi yang dilakukan oleh para pelanggan terhadap barang atau jasa.Pendapatan yang diperoleh dari usaha kerajinan bamboo di Kota Binjai sangat dipengaruhi oleh jumlah nilai transaksi dan jenis barang atau jasa yang memiliki inovasi terbaru. Permintaan tersebut tersebut mempengaruhi pendapatan pengusaha dari jenis barang atau jasa yang disebabkan adanya inovasi yang lebih menarik dari jenis barang atau jasa yang disebabkan adanya inovasi yang lebih menarik dari sebelumnya, sehingga pelanggan mempunyai banyak pilihan untuk melakukan proses transaksi atas barang atau jasa yang diinginkannya. Pendapatan yang diterima oleh seorang pengusaha dengan pengusaha lainnya dalam penelitian ini tidaklah sama, sangat bergantung dengan kebutuhan dan kreatifitas yang diciptakan oleh pengusaha itu sendiri. Selain itu, pengaruh jualan yang tidak


(31)

menentu dan biaya yang dikeluarkan sangat mempengaruhi kondisi penerimaan suatu usaha.

Tabel 4.13

Data Responden Menurut Jumlah Pendapatan Perhari

No. Jumlah Pendapatan Jumlah Usaha Persen (%)

1. ≤ Rp. 100.000,00 39 73,58

2. Rp. 100.000,00 – Rp. 500.000,00 12 22,64

3. Rp. 500.001,00 – Rp. 1.000.000,00 2 3,78

4. ≥ Rp. 1.000.000,00 - -

Jumlah 53 100

Sumber: Diolah data data primer

Berdasarkan data yang telah diperoleh diungkapkan bahwa sebesar 73.58% atau sekitar 39 unit usaha industri kerajinan bambu mampu memperoleh pendapatan dibawah Rp. 100.000,00 per hari, sedangkan pada pendapatan yang berkisar Rp. 100.000,00 – Rp. 500.000,00 per hari yang dihasilkan 12 unit usaha industri kecil kerajinan bambu atau berkisar 22,64 %. Ada sebagian kecilindustri kerajinan bambuyang memiliki pendapatan Rp. 500.001,00 – Rp. 1.000.000,00 per hari yang di peroleh 2 unit usaha industri kecil kerajinan bambu atau sebesar 3,78%. Dapat disimpulkan dari data pada tabel 4.10 bahwa pendapatan pada industri kecil kerajianan bambu yang berada di Kota Binjai sebagian besar berpendapatan kurang dari Rp. 100.000,00 per hari, hal ini disebabkan usaha tersebut bergerak dalam skala kecil dengan permodalan yang tidak terlalu besar. Tetapi ada sebagian usaha yang mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 100.000,00 – Rp. 500.000,00 per hari bahkan ada yang menghasilkan sebesar Rp. 500.001,00 – Rp. 1.000.000,00. Dalam penelitian ini penulis melihat berdasarkan kuesioner yang telah di isi responden perbedaan pendapatan yang dihasilkan oleh industri kerajinan bambu disebabkan beberapa faktor yaitu: jenis-jenis kerajianan,


(32)

produksi yang dihasilkan setiap harinya dan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri kecil kerajinan bambu.

Dengan kondisi demikian, potensi pendapatan dari usaha kerajinan bambu sangat bisa diandalkan bagi masyarakat yang ingin memulai usaha, namun dalam memulai usaha tersebut harus memiliki kreatifitas dan inovasi yang baik agar mampu bersaing dengan usaha-usaha lainnya.Dalam memulai industri kecil kerajinan bambu seorang pengusaha tidak harus mengeluarkan modal yang cukup besar, tetapi cukup dengan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam berinovasi. Sebab suatu hal yang baru dan unik akan dengan mudah menarik perhatian masyarakat untuk mendapatkan barang-barang tersebut.

4.4.3 Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Bambu di Kota Binjai Dalam menentukan strategi pengembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai, ada beberapa hal yang dapat diketahui dan sebagai acuan untuk melihat kondisi usaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai seperti gambaran usaha, potensi, permasalahan yang saat ini menjadi tantangan, jenis pelatihan dan upaya dalam perkembangan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.

Secara umum total 53 responden mengungkapkan bahwa kegiatan usaha yang mereka jalani bersumber dari modal sendiri atau modal campuran.Hal ini diketahui pada tabel berikut.


(33)

Tabel 4.14

Sumber Modal Pelaku Usaha

No. Sumber Modal Jumlah Usaha Persen (%)

1. Sendiri 35 66,04

2. Campuran 18 33,96

Jumlah 53 100

Sumber: dioalah dari data primer

Dari tabel 4.14 diketahui bahwa sebagian besar industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai bersumber dari modal sendiri sebanyak 35 usaha atau 66,04 % dan sebanyak 18 usaha atau 33,96 % mengungkapkan bahwa modal yang mereka dalam memulai usaha berasal dari modal pinjaman (koperasi atau pinjaman keluarga) dan modal pribadi.

Selain itu terkait kondisi industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai, terdapat juga beberapa kendala yang ditemukan, hal ini di pertegas melalui dari hasil wawancara kepada 53 responden kerajinan bambu yang mengemukakan beberapa kendala dalam menjalankan usahanyaa, hal tersebut dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.15

Kendala yang Dihadapi oleh Responden

No. Kendala Jumlah Persen (%)

1. Kurangnya Modal Usaha 25 47,17

2. Ketersediaan Bahan Baku 11 20,75

3. Tenaga Kerja Terampil 1 1,89

4. Kurangnya pemasaran 9 16,98

5. Tingginya Harga Bahan Baku Produksi 7 13,21

Jumlah 53 100

Sumber: diolah dari data primer

Dari hasil tabel 4.15 menunjukkan bahwa sebagian besar industri kecil kerajinan bambu memiliki permasalahan pada kurangnya modal usaha. Hal ini ditemukan pada 25 responden atau 47,17% yang mengatakan bahwa modal masih


(34)

menjadi masalah utama dalam pengembangan usaha yang mereka miliki. Responden menjadikan modal sebagai kendala utamanya beralasan bahwa tingginya permintaan atas barang hasil produksi sehingga disatu sisi tidak mampu dipenuhi kebutuhannya atas permintaan produksi barang tersebut.

Terdapat 11 responden atau 20,75% mengatakan bahwa ketersediaan bahan baku di Kota Binjai sangat minim, ini menyebabkan sulitnya para pengusaha dalam mencari bahan baku di luar daeraah dan memakan biaya tambahan lainnya dalam proses pengangkutan bahan baku dari luar daerah. Kemudian, pada 9 responden atau 16,98% mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan atas pemasaran produk yang mereka miliki menjadikan permasalahan utama dalam menjalankan usahanya. Dalam hal ini penulis menemukan bahwa keterbatasan akses informasi atas pemasaran produk yang mereka milikis menjadi alasan kurangnya pemasaran produk yang mereka produksi.Sebagian besar responden tersebut menginginkan adamya perhatian khusus terkait pemasaran produk yang mereka miliki secara lebih luas lagi.

Di samping itu adapula responden yang mengungkapkan bahwa tingginya harga bahan-bahan produksitelah menyebabkan adanya kendala utama terhadap keberlangsungan usaha. Bahan-bahan produksi yang menjadi kendala dalam berusaha lebih ditekankan oleh responden pada penyediaan bahan baku dan alat-alat produksi yang sering mengalami pergeseran harga secara tidak menentu, hal ini dikemukakan oleh 7 responden atau 13,21%.


(35)

Selanjutnya yang terakhir adalah sebanyak 1 responden atau 1,89% dari total keseluruhan responden mengungkapkan bahwa kurangnya tenaga kerja terampil menjadi permasalahan utama dalam menjalankan usaha yang dimilikinya. Responden yang mengungkapkan permasalahan tersebut beralasan bahwa kurangnya tenaga kerja terampil menghambat perkembangan kreatifitas dan inovasi-inovasi dalam pengembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai.

Indutri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai memerlukan berbagai pelatihan untuk menunjang industri mereka.Dalam penelitian ini penulis telah mendapatkan beberapa jenis penelitian yang diharapkan oleh para pengusaha. Ada pun jenis penelitian tersebut yaitu: keterampilan produksi, pelatihan pengembangan usaha, dan pemasaran. Berikut ini akan dijelaskan pada jenis pelatihan mana yang diharapkan oleh para pengusaha.

Tabel 4.16

Jenis Pelatihan yang Diharapkan untuk Pengembangan Usaha

No. Jenis Pelatihan Jumlah Usaha

1. Keterampilan Produksi 15

2. Pelatihan Pengembangan Usaha 34

3. Pemasaran 4

Jumlah 53

Sumber: diolah dari data primer

Berdasarkan pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai memerlukan pelatihan untuk mengembangkan usahanya.Jenis pelatihan terbanyak yang di inginkan pengusaha adalah pelatihan


(36)

pengembangan usaha sebanyak 34 usaha.Selanjutnya pelatihan ketrampilan produksi sebanyak 15 usaha dan jenis pelatihan pemasaran sebanyak 4 orang.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai menginginkan pelatihan pengembangan usaha mereka.Hal ini bertujuan untuk memajukan usaha yang mereka miliki agar mampu bersaing dengan industri lainnya.Diharapkan agar pemerintah dapat membuat pelatihan-pelatihan yang di inginkan oleh para pengusaha agar dapat memajukan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.

Begitu pula para pengusaha juga mengharapakan adanya bantuan untuk peningkatan dari aspek nonfinansial industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.Berikut ini data para pengusaha yang mengharapkan adanya bantuan untuk peningkatan dari aspek nonfinansial.

Tabel 4.17

Upaya yang Diperlukan Untuk Peningkatan Usaha dari Aspek Nonfinansial No. Upaya yang Diharapkan Jumlah Usaha

1. Penyediaan Tempat Usaha 13

2. Peningkatan Kualitas Produk 14

3. Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja 8

4. Perluasan Pemasaran Produk 12

5. Menjalin Kemitraan 6

Jumlah 53

Sumber: diolah dari data primer

Dari data tabel 4.17 diketahui bahwa upaya yang diperlukan untuk peningkatan usaha dari aspek nonfinansial industri.kecil kerajinan bambu di Kota


(37)

Binjai adalah peningkatan kualitas produk sebanyak 14 usaha dan penyediaan tempat usaha sebanyak 13 usaha. Kemudian perluasan pemasaran produk sebanyak 12 orang serta peningkatan kualitas tenaga kerja sebanyak 8 usaha.Dan juga upaya dalam menjalin kemitraan juga dibutuhkan beberapa pengusaha sebanyak 6 usaha.Hal ini dapat disimpulkan bahwa upaya yang dominan diharapkan adalah peningkatan kualitas produk, ini sesuai dengan jenis pelatihan yang ingin didapatkan para pengusaha yaitu pelatihan pengembangan produk.Dengan begitu pengembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai dapat berjalan dengan baik karena diikut oleh pelatihan-pelatihan yang menunjang industri kecil ini.Para pengusaha mengharapkan agar dapat terealisasi dengan benar program-program yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kota Binjai.Karena industri kecil kerajinan bambu sangat berpengaruh kepada perekonomian di Kota Binjai.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa pelatihan menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Pelatihan tersebut dapat berupa program padat karya bagi masyarakat yang secara umum mampu diberdayakan melalui pelatihan disektor informal, tentu hal ini secara tidak langsung akan member efek yang sangat baik bagi masyarakat yang secara pendidikan formal kurang mampu bersaing, namun secara keterampilan mampu diberdayakan melalui program pelatihan kerajinan bambu.


(38)

Pemasaran juga merupakan hal yang paling mendasar dalam pengembangan industri kecil kerajinan bambu yang ada di Kota Binjai. Kegiatan yang berupa pameran produk tentu sangat member manfaat yang sangat besar bagi para pelaku usaha terutama untuk memperkenalkan produk yang lebih berinovasi lagi. Dengan adanya kegiatan tersebut bukan tidak mungkin akan memberikan pangsa pasar yang lebih luas lagi bagi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.

Selain itu, adapun faktor berupa ketersediaan informasi yang baik akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk mengetahui perkembangan kreativitas yang saat ini menjadi ketertarikan bagi masyarakat secara umum. Sehingga kreativitas dan inovasi tersebut dapat diterima dengan mudah apabila memiliki pengaruh yang baik bagi masyarakat. Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan para pelaku usaha yang tertuang pada tabel 4.16, sebanyak 34 para pelaku usaha mengingingkan adanya jenis pelatihan untuk pengembangan usaha agar dapat bersaing dengan produk yang berada di pasaran. Dan juga sebanyak 15 para pelaku usaha menginginkan pelatihan berupa keterampilan produksi untuk meningkatkan jenis-jenis produk yang dihasilkan agar lebih berinovasi lagi.

Dengan melihat kondisi industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai tidak hanya pelatihan dan pemasaran yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha namun kemudahan dalam hal pembiayaan modal, kestabilan harga barang bahan baku dan peningkatan tenaga kerja terampil secara berkelanjutan harus dijadikan


(39)

sebagai strategi dalam membangun perkembangan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.

Disamping itu, yang menjadi masalah yang paling banyak dihadapi oleh pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai adalah kurangnya modal untuk mengembangkan usahanya, seperti pada tabel 4.15 kendala yang dihadapi oleh para pelaku usaha adalah kurangnya modal usaha yang mereka dapatkan. Sesungguhnya kemudahan dalam pemberian modal menjadi harapan besar bagi para pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya. Kendala pembiayaan menjadi momok tersendiri bagi para pelaku usaha dalam melakukan proses peminjaman. Dalam hal ini, pemerintah hanya membantu modal dalam bentuk perkakas, sepetii gergaji, palu, paku dan alat untuk membantu produksi kerajinan bambu.

Dilihat dari segi modal usaha yang digunakan oleh para pelaku usaha industri kerajinan bambu di Kota Binjai untuk melakukan kegiatan produksinya dapat dikatakan masih sangat kecil, karena modal yang didapat hanya dari hasil penjualan dari hasil sisa produksi sebelumnya. Hal ini menyebabkan industri kecil kerajinans bambu di Kota binjai sulit untuk maju dan berkembang.Modal yang dipakai oleh para pelaku usaha sebagian besar merupakan modal sendiri tertuang pada tabel 4.14.hal ini akan berpengaruh bagi perkembangan industri kecil tersebut. Hal ini akan berpengaruh pada pengembangan industri kecil tersebut. Para pelaku usaha masih membutuhkan bantuan modal yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas produksi.


(40)

Perkembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai juga memberikan dampak yang baik pagi pendapatan masyarakat sekitar.Hal ini dibuktikan dengan tenaga kerja yang di tampung dalam industri ini cukup banyak.Ini dapat membantu perekonomian masyarakat sekita industri tersbut dan juga dapat membantu para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran tentang prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Binjai yang telah di analisis secara deskriptif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu

a. Dilihat dari aspek tenaga kerja rata-rata mampu menyerap sebanyak 1 – 20 tenaga kerja pada setiap pengusaha kerajinan bambu. Dengan total tenaga kerja yang paling banyak diserap adalah 20 tenaga kerja pada satu pengusaha kerajinan bambu di Kota Binjai.

b. Dilihat dari aspek pendapatan perhari, rata-rata unit usaha mampu mengumpulkan pendapatan sebesar Rp. 1 – Rp. 1.000.000,00 per harinya. Pendapatan pengusaha berbeda dikarenakan jumlah tenaga kerja dan jenis produk yang dihasilkan dalan setiap unit usaha.

2. Strategi pembangunan industri kecil kerajinan bambu dapat dilihat dari kondisi usaha kerajinan bambu yang berada di Kota Binjai berupa gambaran usaha, potensi, permasalahan yang saat ini menjadi tantangan, jenis pelatihan dan upaya dalam perkembangan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.


(42)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis tuangkan dalam pembahasan serta dengan memperhatikan kesimpulan atas temuan yang terjadi di lapangan maka penulis memberikan saran-saran terkait dengan perkembangan industri kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, adapun saran-saran tersebut yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, sehingga penambahan variabel-variabel lainnya berupa modal, tenaga kerja, lama usaha, pendapatan, pemasaran dan lain-lain untuk mengetahui prospek perkembangan industri kecil kerajinan bambu sangatlah bermanfaat dalam penelitian ini.

2. Bagi pengusaha kemudahan yang bersifat membangun seperti dari segi pembiayaan modal, pemasaran, pelatihan dan ketersediaan bahan baku beriring secara baik agar kegiatan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai mampu berjalan dan memiliki daya saing dengan usaha-usaha lainnya. Tentu hal imi sangat diharapkan oleh para pelaku usaha dalam mengembangkan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.

3. Sebagai bagian dari industri yang menampung banyak tenaga kerja, diharapkan agar tenaga kerja yang membantu dalam proses produksi agar lebih di sejahterakan lagi dalam segi pembayaran upah, dan juga para tenaga kerja diberikan keterampilan agar dapat memajukan industry kerajinan bambu di Kota Binjai


(43)

4. Sebagai bagian dari industri yang mendukung perekonomian daerah, pemerintah sebaiknya memberi perhatian lebih terhadap perkembangan industri kecil kerajinan bambu melalui pemberian bantuan modal khusus bagi usaha, pemasaran produk yang lebih meluas, serta fasilitas seperti penyediaan lahan untuk bahan baku produksi agar para pelaku usaha tidak mengalami kesulitan dalam menemukan bahan baku produksi sehingga biaya produksi kerajinan tidak berfluktuasi, dan juga pelatihan terhadap para pelaku usaha agar dapat mengembangkan produk yang lebih berinovasi dalam segi desain yang lebih modern serta meningkatkan kegiatan promosi-promosi yang lebih banyak tentang keberadaan industri kerajinan bambu di Kota Binjai.


(44)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM

Beberapa defenisi dari UMKM memiliki pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya (Hubeis, 2009; Tambunan, 2009) yakni sebagai berikut: 1. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang

UMKM, dalam Bab I (Ketentuan Umum), pasal 1 dari Undang-undang (UU) tersebut, dinyatakan bahwa Usaha Mikro (UMI) adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria UMI sebagai mana diatur dalam UU tersebut. Usaha Kecil (UK) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan ataubadan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah (UM) atau Usaha Besar (UB) yang memenuhi kriteria UK sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut. Usaha menengah (UM) merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsungdari UMI, UK atau UB

yang memenuhi kriteria UM sebagaimana yang dimaksud UU tersebut. Di dalam UU tersebut kriteria yang digunakan untuk mendefenisikan UMKM


(45)

seperti yang tercantum dalam pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai asset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan.

Kriterianya yakni:

a. UMI adalah unit usaha yang memiliki nilai asset paling banyak Rp 50 juta atau dengan hasil penjualan paling besar Rp 300 juta.

b. UK dengan nilai asset lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak 500 juta atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta, hingga maksimum 2,5 milyar.

c. UM adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari 500 juta hingga paling banyak Rp 10 miliar atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp 2,5 milyar sampai paling tinggi Rp 50 milyar.

2. Menurut Keppres RI No. 99 Tahun 1998 pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

3. Menurut Bank Indonesia, Usaha Kecil dan Menengah adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa:

a. Modalnya kurang dari 20 juta

b. Untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta c. Suatu perusahaan atau perseorangan yang mempunyai total asset maksimal

Rp 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati. d. Omset tahunan lebih besar dari 1 milyar.


(46)

4. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UMKM adalah kelompok industri kecil modern, industri tradisional, dan industri kerajinan yang mempunyai investasi modal untuk mesin-mesin dan peralatan sebesar Rp 70 juta ke bawah dan usahanya dimiliki oleh warga Negara Indonesia.

5. Menurut Badan Pusat Statistik, kriteria usaha adalah sebagai berikut : a. Usaha mikro: 1 -4 orang tenaga kerja

b. Usaha kecil: 5 - 19 orang tenaga kerja

c. Usaha menengah : 20 - 99 orang tenaga kerja d. Usaha besar : di atas 99 orang tenaga kerja. 2.1.2 Jenis UMKM

Menurut Tambunan (2009: 51) sektor UMKM meliputi berbagai sektor bisnis, seperti: (a) Pertanian, (b) Pertambangan dan penggalian, (c) Industri manufaktur, (d) Listrik,gas dan air bersih, (e) Bangunan, (f) Perdagangan, hotel dan restoran, (g) Transportasi dan Telekomunikasi, (h) Keuangan, penyewaan dan jasa, (i) serta jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa 21 bagian yakni makanan, minuman, dan tembakau, tekstil, pakaian jadi kulit dan alas kaki, kayu dan produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi, serta kimia (termasuk pupuk). Adapula produk dari karet, semen dan produk-produk mineral non logam, produk-produk-produk-produk dari besi dan baja, alat-alat transportasi, mesin dan peralatannya, serta olahan lainnya.


(47)

2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan UMKM

Menurut Hubeis (2009: 2), kelebihan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah dapat menjadi dasar pengembangan kewirausahaan, dikarenakan organisasi internal sederhana ini mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/ padat karya (lapangan usaha dan lapangan kerja) yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor (struktur industri dan perolehan devisa). Selain itu UMKM aman bagi perbankan dalam memberikan kredit karena bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. UMKM juga mampu memperpendek rantai distribusi,lebih fleksibel dan adaptabilitas dalam pengembangan usaha. Adapun kekurangan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah rendahnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial yang menyebabkan muculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha. Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam pengembangan berwirausaha. Ketidakmampuan aspek pasar, keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, prasarana dan sarana, dan ketidakmampuan mengusai informasi juga merupakan kekurangan yang sering dialami dalam usaha UMKM. UMKM juga tidak didukung kebijakan dan regulasi yang memadai, serta perlakuan dari pelaku usaha besar yang tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama, sehingga sering tidak memenuhi standar dan tidak memenuhi kelengkapan aspek legalitas.


(48)

2.1.4 Permasalahan UMKM

Menurut Hubeis (2009: 4-6) permasalahan umum yang biasanya terjadi pada UMKM yaitu :

a. Kesulitan Pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UMKM. Dari hasil studi yang dilakukan oleh James dan Akrasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN, menyimpulkan UMKM tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti peningkatan kualitas produk dan kegiatan promosi. Akibatnya, sulit sekali bagi UMKM untuk dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalah pemasaran yang dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk yang serupa buatan sendiri dan impor, maupun di pasar internasional, dan kekurangan informasi yang akurat serta up to date mengenai peluang pasar di dalam maupun luar negeri.

b. Keterbatasan Finansial

Terdapat dua masalah utama dalam kegiatan UMKM di Indonesia, yakni dalam aspek finansial (mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering tidak memadai dalam untuk kegiatan produksi maupun investasi. Walaupun begitu banyak skim-skim kredit dari perbankan dan bantuan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sumber pendanaan dari sektor


(49)

informal masih tetap dominan dalam pembiayaan kegiatan UMKM. Hal ini disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di daerah, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi yang rumit, dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta prosedurnya. Lagi pula, sistem pembukuan yang belum layak secara teknis perbankan menyebabkan UMKM juga sulit memperoleh kredit.

c. Keterbatasan SDM

Salah satu kendala serius bagi banyak UMKM di Indonesia adalah keterbatasan SDM terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.

d. Masalah Bahan Baku

Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun kelangsungan produksi bagi banyak UMKM di Indonesia. Hal ini dapat disebabkan harga yang relatif mahal. Banyak pengusaha yang terpaksa berhenti dari usaha dan berpindah profesi ke kegiatan ekonomi lainnya akibat masalah keterbatasan bahan baku.


(50)

e. Keterbatasan Teknologi

UMKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi yangtradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang bersifat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi menjadi kurang maksimal, dan kualitas produk relatif rendah.

f. Kemampuan Manajemen

Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya, membuat pengelolaan usaha menjadi terbatas. Dalam hal ini, manajemen merupakan seni yang dapat digunakan atau diterapkan alam penyelenggaraan kegiatan UMKM, baik unsur perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

g. Kemitraan

Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang setara (sebagai mitra kerja). 2.2 Modal

Dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta juga makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjadi besar, maka faktor produksi modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi. Sebenarnya masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan yang tak akan berakhir, mengingat bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai rupa aspek. Dalam hubungan ini perlu disayangkan bahwa


(51)

hingga kini di antara para ahli ekonomi sendiri belum terdapat “communis opinio” tentang apa yang disebut modal, sehingga karena begitu banyaknya pendapat-pendapat mengenai pengertian modal yang kadang-kadang bertentangan satu dengan lainnya, hal ini akan dapat membingungkan kita (Riyanto 2010:17).

Dalam hubungan ini dikemukakan beberapa pengertian modal menurut beberapa penulis. Modal merupakan hak yang dimiliki perusahaan, komponen modal yang terdiri dari: modal setor, agio saham, laba ditahan, cadangan laba, dan lainnya. (Kasmir 2010:311). Menurut Riyanto, pengertian modal dalam artian yang lebih luas, dimana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya.

2.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja (15 tahun ke atas) atau 15 sampai dengan 64 tahun yang secara potensial dapat bekerja. Tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang-barang dan jasa-jasa jika ada permintaan tenaga mereka. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi selain faktor produksi tanah dan modal yang memiliki peranan dalam mendukung kegiatan produksi dalam menghasilkan barang dan jasa. Pertambahan tenaga kerja disebut derivied demand (Simanjuntak, 1998:74).

Karena sebagai input perubahan permintaan tenaga kerja ditentukan oleh perubahan permintaan outputnya. Semakin besar permintaan outputnya semakin besar pula tenaga kerja yang diminta. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan


(52)

bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari: golongan yang bekerja; dan golongan yang menganggur atau mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari: golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga; dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan.Pengalaman empiris menunjukkan bahwa negara-negara berkembang secara menyeluruh dimana jumlah penduduknya dan angkatan kerja bertambah seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang pesat dibandingkan dengan perluasan lapangan kerja yang bersifat produktif penuh sehingga mengakibatkan masih meluasnya pengangguran secara terselubung.

2.4 Lama Usaha

Lama usaha dalam hal ini adalah lamanya suatu usaha industri kecil itu dilakukan atau umur dari usaha kecil tersebut semenjak industri kecil itu berdiri sampai pada saat penulis melakukan penelitian ini. Suatu pengertian dimana semakin lama usaha tersebut berjalan mengakibatkan adanya perkembangan usaha yang signifikan ke arah yang positif ataupun negatif. Perkembangan dari usaha tersebut tergantung dari iklim perdagangan dan persaingan yang terjadi di dunia usaha/pasar.

Dari segi pengalaman, maka industri kecil yang memiliki umur yang lebih lama tentunya lebih dapat berkembang dengan baik. Karena industri tersebut telah lebih dahulu mengenal kondisi pasar yang ada, serta selera dari konsumen. Industri yang memiliki umur yang bisa di bilang mapan, lebih dapat untuk bersaing dengan industri lain.


(53)

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan hasil-hasil dari penelitian sebelumnya yang terkait tentang prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Binjai. Beberapa penelitian tersebut antara lain :

1. Sri Wahyuni (2000) menganalisis prospek pengembangan industri kerajinan tirai rumbia di Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat. Dalam penelitian ini menganalisis pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, dan lama berusaha, terhadap penjualan kerajinan tirai rumbia. Variabel yang signifikan tersebut sebagai modal utama yang mengindikasikan adanya peningkatan pendapatan Pengusaha Industri Kecil. Keseluruhan variabel, signifikan mempengaruhi pendapatan Pengusaha Industri Kecil yaitu variabel modal, tenaga kerja, dan lama usaha.

2.

Deasy Susanti (2000) menganalisis pendapatan dan konsumsi masyarakat industri kerajinan bambu di Kotamadya Binjai. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi pada masyarakat industri kerajinan bambu di Kotamadya Binjai mempunyai pengaruh positif, dalam arti bahwa apabila pendapatan meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Tingkat hubungan antara pendapatan dengan konsumsi adalah sebesar 86%. Sedangkan tingkat pendapatan pada masyarakat industri kerajinan bambu di Kotamadya Binjai mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat tabungan. Tingkat hubungan antara pendapatan dan tabungan adalah sebesar 93%.


(54)

3.

Nirwana C Sinurat (2011) menganalisis Peranan Sektor Industri Kecil Kacang Sihobuk Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Sipoholon Tapanuli Utara. Dalam penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kacang sihobuk. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Jumlah Produksi, Lama Usaha, dan Modal Awal. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan sampel sebanyak 30 orang. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Squared (OLS), dengan menggunakan Eviews 5.1. Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel Jumlah Produksi dan Lama Usaha mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk, sedangkan Modal Usaha tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk.

2.6 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

INDUSTRI KECIL

PROSPEK STRATEGI

PENGEMBANGAN KERAJINAN BAMBU DI KOTA


(55)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam mencapai tujuan pembangunan secara menyeluruh diperlukan adanya keterkaitan antara sektor-sektor yang saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Dalam perekonomian, sektor industri memiliki potensi dan diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor lain menuju suatu kemajuan, maka dalam hal ini Pemerintah diperlukan untuk memberikan perhatian dan pembinaan lebih nyata terhadap industri-industri yang selama ini memberikan akses yang cukup bagi perekonomian nasional.

Indonesia merupakan negara yang memiliki keunggulan sebagai negara manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan menengah merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Industri kecil dan menengah telah mendapatkan perhatian lebih karena pertumbuhannya yang semakin pesat karena kinerja Industri Kecil Menengah (IKM) sangat efisien, produktif dan memiliki tingkat daya saing global yang tinggi (Tambunan, 2002:19).

Pembangunan sektor industri secara nasional diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek perubahan ekonomi. Fokus terhadap perhatian pembangunan ekonomi rasaanya perlu diberikan pada industri kecil dan kerajinan ini karena memilki potensi dan peranan yang penting. Peranan yang cukup penting dan strategi dari industri kecil


(56)

ini dalam perekonomian tentunya tidak dapat dipisahkan dan sangat erat kaitannya dengan sifat-sifat utama dari industri kecil itu sendiri.

Perhatian yang diberikan pemerintah terhadap perkembangan industri kecil ini dilakukan melalui berbagai kebijaksanaan yang disertai pembinaan yang menyangkut permodalan, bantuan teknologi dan informasi, pengembangan sumberdaya manusia serta pemasaran. Dalam pengembangan ekonomi lokal, keberadaan industri kecil memiliki peranan yang penting. Industri kecil umumnya berkembang karena adanya semangat kewirausahaan lokal. Disamping itu aktifitas ekonomi industri kecil lebih mengutamakan pemanfaatan sumberdaya lokal, terutama input bahan baku dan tenaga kerjanya. Dengan demikian dapat dikatakan keberaadaan industri kecil dapat berpotensi sebagai penggerak tumbuhnya kegiatan ekonomi lokal di suatu wilayah.

Sektor industri merupakan salah satu sektor usaha yang perlu dikembangkan khususnya di bidang perekonomian. Sektor industri ini memiliki prospek yang cerah di masa depan terutama yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Begitupula pada industri kecil di Kota Binjai diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dengan menyerap tenaga kerja yang ada, dengan adanya pembinaan dan pengembangaan yang dilakukan terhadap industri kecil diharapkan akan menunjang pembangunan di Kota Binjai.

Kegiatan industri kecil di Kota Binjai banyak menampung tenaga kerja yang memang tidak memiliki pekerjaan pokok lainnya. Hal ini dapat membantu pemerintah dalam penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Kota Binjai.


(57)

Dari beberapa industri kecil Kota Binjai pada umumnya merupakan industri kerajinan rumah tangga. Masalah yang sering dihadapi adalah terbatasnya modal, pemasaran, dan peralatan yang digunakan masih sederhana dan juga harga bahan baku yang tidak stabil.

Untuk mengetahui keadaan dan potensi industri kecil di Kota Binjai, penulis akan membahas industri kecil dalam bidang kerajinan anyaman bambu. Kerajinan anyaman salah satu usaha yang paling banyak di sektor UKM, baik kerajinan rotan ataupun kerajinan bambu telah mendominasi kegiatan UKM. Seperti halnya di Kota Binjai, salah satu kerajinan anyaman seperti kerajinan bambu menyebar di 5 (lima) kecamatan di Kota Binjai. Usaha mereka sudah berkembang lebih dari 15 tahun yang lalu, telah banyak pula mengikuti pameran atau workshop di luar kota hingga nasional. Secara fluktuatif berkembangnya kerajinan bambu dikarenakan masih banyaknya permintaan terhadap barang-barang yang terbuat dari bahan baku bambu. Pasar kerajian tersebut juga sudah banyak keluar kota seperti Medan, Langkat, Deli Serdang, dan daerah-daerah lain di Sumatera Utara. Meskipun hanya beberapa kerajinan yang telah menembus pasar ekspor seperti kerajinan meubel bambu yang memang masih sangat sedikit populasinya.

Dengan adanya sentra-sentra industri ini, jelas dapat membantu pemerintah daerah dalam mengatasi masalah lapangan tenaga kerja dan pengangguran, serta yang tidak kalah pentingnya dapat meningkatkan kesejahteraan warga didaerah tersebut. Namun sejauh ini belum banyak diketahui secara pasti mengenai industri kecil Kerajinan Bambu ini. Oleh karena itu, penulis


(58)

tertarik menganalisis mengenai Kerajinan Bambu tersebut dengan judul

“Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu Dalam

Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Kota Binjai.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang kajian penelitian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Seberapa besar kontribusi industri kecil kerajinan bambu terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di Kota Binjai.

2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Binjai.

3. Upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mengembangkan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.

4. Bagaimana prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu yang berada di Kota Binjai.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai terhadap peningkatan perndapatan masyarakat setempat.


(59)

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi industri kecil kerajinan bambu dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Binjai.

3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengembangkan industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai.

4. Untuk mengetahui bagaimana prospek pengembangan industri kecil kerajinan bambu yang berada di Kota Binjai.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam mempertimbangkan kebijaksanaan terutama yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan industri kecil kerajinan bambu.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti-peneliti lain dalam melaksanakan penelitian yang serupa di tempat lain di waktu yang akan datang.

3. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang penelitian bagi penulis.


(60)

Abstrak

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN BAMBU DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT

DI KOTA BINJAI

Sektor industri merupakan salah satu sektor usaha yang perlu dikembangkan khususnya di bidang perekonomian. Begitupula pada industri kecil di Kota Binjai diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dengan menyerap tenaga kerja yang ada, dengan adanya pembinaan dan pengembangaan yang dilakukan terhadap industri kecil diharapkan akan menunjang pembangunan di Kota Binjai. Penelitian ini menggunakan analisis deskritptif kualitatif yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai. Hasil penelitian menunjukkan adanya perkembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai memberikan dampak yang baik bagi pendapatan masyarakat sekitar, ini dapat terlihat dari prospek pengembangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dibuktikan dengan tenaga kerja yang di tampung dalam industri ini cukup banyak. Ini dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar industri tersebut dan juga dapat membantu para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.


(61)

Abstract

PROSPECT OF INDUSTRIAL DEVELOPMENT OF SMALL CRAFT BAMBOO SOCIETY IN INCREASING REVENUE IN BINJAI CITY

The industrial sector is one of the sectors that need to be developed, especially in the field of economy. Similarly, in the small industrial city of Binjai expected to increase the income of local communities to absorb the existing workforce, with their coaching and Pengembangaan conducted on small industries are expected to support development in Binjai. This study uses qualitative analysis deskritptif obtained from interviews with entrepreneurs of small bamboo craft industry in Binjai. Results showed that the development of bamboo handicraft industry in Kota Binjai leave a good impact on the income of the people around, it can be seen from the development prospects continue to increase from year to year. This is evidenced by labor at capacity in the industry quite a lot. This can help the economy of the community about the industry and can also help businesses to conduct business.


(62)

SKRIPSI

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN BAMBU DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT

DI KOTA BINJAI

OLEH

INDRIANI BR GINTING 120501146

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(63)

Abstrak

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN BAMBU DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT

DI KOTA BINJAI

Sektor industri merupakan salah satu sektor usaha yang perlu dikembangkan khususnya di bidang perekonomian. Begitupula pada industri kecil di Kota Binjai diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dengan menyerap tenaga kerja yang ada, dengan adanya pembinaan dan pengembangaan yang dilakukan terhadap industri kecil diharapkan akan menunjang pembangunan di Kota Binjai. Penelitian ini menggunakan analisis deskritptif kualitatif yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pengusaha industri kecil kerajinan bambu di Kota Binjai. Hasil penelitian menunjukkan adanya perkembangan industri kerajinan bambu di Kota Binjai memberikan dampak yang baik bagi pendapatan masyarakat sekitar, ini dapat terlihat dari prospek pengembangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dibuktikan dengan tenaga kerja yang di tampung dalam industri ini cukup banyak. Ini dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar industri tersebut dan juga dapat membantu para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 6

2.1.1 Pengertian UMKM ... 6

2.1.2 Jenis UMKM ... 8

2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan UMKM ... 9

2.1.4 Permasalahan UMKM ... 10

2.2 Modal ... 12

2.3 Tenaga Kerja ... 13

2.4 Lama Usaha ... 14

2.5 Penelitian Terdahulu ... 15

2.6 Kerangka Konseptual ... 16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 17

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.2.1 Tempat Penelitian ... 17

3.2.2 Waktu Penelitian ... 17

3.3 Batasan Operasional ... 17

3.4 Definisi Operasional ... 18

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

3.5.1 Populasi ... 19

3.5.2 Sampel Penelitian ... 20

3.6 Jenis Data ... 21

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.8 Metode Analisis Data ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Binjai ... 24

4.1.1 Letak Geografis ... 24


(2)

4.2 Tenaga Kerja di Kota Binjai ... 26

4.3 Perkembangan Industri di Kota Binjai ... 28

4.4 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 28

4.4.1 Karakteristik Industri Kecil Kerajinan Bambu... 28

4.4.2 Prospek Pengembangan Indsutri Kecil Kerajinan Bambu .. 38

4.4.3 Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Bambu di Kota Binjai ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Data-data IKM Berdasarkan Jenis Produk dan Jumlah

Pemilik Usaha……… 19

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Binjai Berumur 15 Tahun Ke atas yang Bekerja Selama Seminggu Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin Tahun 2004……… 26

Tabel 4.2 Statistik Industri Kota Binjai Tahun 2012-2014……… 28

Tabel 4.3 Latar Belakang Mendirikan Usaha Kerajinan Bambu di Kota Binjai 29 Tabel 4.4 Modal Awal Pada Industri Kecil Kerajinan Bambu di Kota Binjai ... .. 30

Tabel 4.5 Pemasaran Hasil Industri Kerajinan Bambu di Tujukan ... 31

Tabel 4.6 Sumber Bahan Baku yang Diperoleh untuk Kerajinan Bambu di Kota Binjai ... 32

Tabel 4.7 Data Responden Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Jenis Kelamin ... 33

Tabel 4.8 Data RespondenPengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Usia Responden ... 34

Tabel 4.9 Data RespondenPengusaha Industri Kecil Kerajinan Bambu Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 35

Tabel 4.10 Status Kepemilikan Usaha Industri Kerajinan Bambu di Kota Binjai ... 36

Tabel 4.11 Penggunaan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Bambu di Kota Binjai ... 36

Tabel 4.12 Rata-rata Produksi yang Dihasilkan Tiap Hari ... 37

Tabel 4.13 Data Responden Menurut Jumlah Pendapatan Perhari ... 40

Tabel 4.14 Sumber Modal Pelaku Usaha ... 42


(4)

Tabel 4.16 Jenis Pelatihan yang Diharapkan Untuk Pengembangan Usaha ... 44 Tabel 4.17 Upaya yang Dilakukan Untuk Peningkatan dari Aspek Nonfinansial 45


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Prospek Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Bambu dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Kota Binjai” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2016 Penulis,

Indriani Br Ginting NIM. 120501146