Kelainan Mukosa Oral pada masyarakat penyirih di Desa Bandar Seribu Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menyirih merupakan bagian yang melengkapi struktur kebudayaan suatu suku
bangsa dan biasanya berkaitan dengan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat
daerah tertentu, termasuk Indonesia.Kebiasaan ini biasanya dilakukan pada saat
upacara adat atau pada acara yang sifatnya ritual keagamaan.Usia masyarakat mulai
menyirih tergantung pada tradisi setempat. Kebiasaan menyirih dapat dimulai pada
masa anak-anak dan remaja, tetapi paling sering dijumpai pada kelompok orang
dewasa, baik pria maupun wanita.Sebagian masyarakat ada yang mengunyah sirih
setiap hari, sementara sebagian lainnya hanya sekali-kali.1,2Menyirih dilakukan untuk
berbagai alasan kebutuhan yang dilakukan terus-menerus, dan akhirnya menjadi suatu
kebiasaan.Menyirih juga dilakukan oleh orang-orang dari berbagai latar belakang
pendidikan dan pekerjaan.Situmorang dan Lim (2007) menyatakan menyirih dapat
ditemukan pada masyarakat dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Pada penelitian tersebut menyirih dilakukan oleh masyarakat yang
bertani, wirausaha, pegawai, maupun ibu rumah tangga.2
Menurut masyarakat menyirih dapat memberi pengaruh euforia, menstimulasi
air ludah, dan juga dapat menghilangkan rasa lapar. Penyirih juga mempunyai
kepercayaan bahwa menyirih dapat mencegah penyakit pada rongga mulut.3Banyak
juga anggapan masyarakat bahwa menyirih dapat menguatkan gigi geligi dan
menghambat
terjadinya
karies,
namun
demikian,
menyirih
dapat
menimbulkandampak negatif terhadap kesehatan, termasuk rongga mulut berupa
timbulnya lesi pada mukosa yang melapisi rongga mulut. Beberapa kelainan mukosa
oral yang umum ditemukan pada penyirih antara lain, mukosa penyirih, submukus
fibrosis oral, leukoplakia, dan kanker rongga mulut. Perubahan-perubahan pada
mukosa oral yang dihubungkan dengan kebiasaan menyirih telah banyak diteliti
dengan hasil berbeda-beda.4,5
Universitas Sumatera Utara
2
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan dkk, dari 98 subjek
penelitian yang tinggal di Tanah Karo yang menyirih, tidak memperlihatkan adanya
lesi di dalam rongga mulut 35 subjek (35,7%) dan menunjukkan adanya lesi dalam
rongga mulutnya63 subjek (64,3%), yaitusubmukus fibrosis oral, preleukloplakia dan
leukoplakia, sedangkan kanker mulut tidak ditemukan.6
Hasil penelitian Vonny dkk mengenai gambaran lesi mukosa mulut pada
mahasiswa Papua yang memiliki kebiasaan menyirih di kota Manado menunjukkan
bahwa submukus fibrosis oral merupakan kelainan rongga mulut yang paling banyak
ditemukan dalam rongga mulut, yakni sebanyak 90%, kemudian diikuti dengan
mukosa penyirih sebanyak 6,66%. Sementara itu, lokasi lesi yang ditemukan didalam
rongga mulut responden paling banyak pada mukosa bukal kemudian diikuti pada
palatum, lidah dan mukosa bibir.3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rima dkk dengan jumlah subyek
penelitian sebanyak 30 orang dengan kebiasaan menyirih, ditemukan prevalensi
kelainan mukosa oral sebanyak 13,3%.7
Menyirih dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari kebiasaan
yang sering dilakukan, meskipun begitu sebagian besar komposisi menyirih terdiri
dari daun sirih, biji buah pinang, dan kapur.Selain itu, daun sirih juga dapat
ditambahkan tembakau, cengkeh, kayu manis, dan rempah.8
Cara pengolahan dalam menyirih juga berbeda di beberapa negara dan
tempat.Di Indonesiamenyirih menggunakan daun sirih, kapur dan pinang, kemudian
tembakau
dimakan
dengan
tujuan
untuk
membersihkan
gigi
geligi
dan
gingiva.Sementara di India,menyirih dilakukan dengan biji buah pinang yang
dihancurkan, kapur dan rempah lalu dibungkus dengan daun sirih. diThailand, kulit
kayu merupakan bahan tambahan yang dicampurkan dalam daun sirih, di Malaysia
mayoritas komunitas India menambahkan tembakau dalam daunsirih.9
Desa Bandar Seribu Kecamatan Haranggaol Horison merupakan suatu daerah
yang terletak di provinsi Sumatera Utara yang masyarakatnya juga telah lama
memiliki kebiasaan menyirih.Kegiatan menyirih dapat dimulai pada usia remaja,
dewasa, sampai usia lanjut. Berdasarkan hal-hal diatas, penulis merasa tertarik untuk
Universitas Sumatera Utara
3
melakukan penelitian mengenai kelainan-kelainan mukosa oral pada masyarakat
penyirih. Penelitian mengenai kelainan mukosa oral pada masyarakat penyirih sudah
pernah dilakukan khususnya di Indonesia pada masyarakat batak karo di daerah
Pancur Batu Sumatera Utara, masyarakat di Desa Lopaikat Kalimantan. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang kelainan mukosa oral pada
penyirih pada masyarakat suku batak toba di Desa Bandar Seribu
Kecamatan
Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun Sumatera utara
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Masalah Umum
Berapakah prevalensi kelainan-kelainan mukosa oral yang ditemukan pada
masyarakat yang memiliki kebiasaan menyirih di Desa Bandar Seribu Kecamatan
Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun.
1.2.2 Masalah Khusus
1.Berapakah persentase subyek penelitian yang memiliki kebiasaan menyirih
menurut jenis kelamin.
2. Berapakah persentase subyek penelitian menurut umur yang memiliki
kebiasaan menyirih.
3. Berapakah persentase dari durasi menyirih pada subyek penelitian.
4. Berapakah persentase dari jumlah menyirih pada subyek penelitian.
5. Berapakah persentase dari lama papar menyirih yang dilakukan dalam
sehari pada subyek penelitian.
6. Berapakah persentase darikomponen sirih pada subyek penelitian.
7. Berapakah persentase dari lokasi menyirih pada subyek penelitian.
8. Berapakah persentase dari setiap cara menyirih pada subyek penelitian.
9. Berapakah persentase dari setiap alasan menyirih pada subyek penelitian.
10. Berapakah persentase dari masing- masing kelainan pada mukosa oral yang
dapat ditemukan pada subjek penelitian yang memiliki kebiasaan meyirih.
Universitas Sumatera Utara
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui prevalensi kelainan-kelainan mukosa oral yang ditemukan
pada masyarakat yang memiliki kebiasaan menyirih di Desa Bandar Seribu
Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui persentase jumlah penyirih menurut jenis kelamin pada
subyek penelitian.
2. Untuk mengetahui persentase tingkat umur yang memilki kebiasaan
menyirih pada subyek penelitian
3. Untuk mengetahui persentase dari durasi menyirih pada subyek penelitian
4. Untuk mengetahui persentase dari jumlah menyirih pada subyek penelitian
5. Untuk mengetahui persentase lama papar menyirih dalam pada subyek
penelitian
6. Untuk mengetahui persentase komponen pada subyek penelitian
7. Untuk mengetahui persentase lokasi penempatan sirih subyek penelitian
8. Untuk mengetahui persentase setiap cara menyirih jumlah pada subyek
penelitian
9. Untuk mengetahui persentase dari setiap alasan menyirih jumlah subyek
penelitian
10. Untuk mengetahui persentase dari gambaran kelainan-kelainan pada
mukosa oral terkait menyirih pada masyarakat Desa Bandar Seribu Kecamatan
Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan kedokteran gigi bahwa menyirih dapat menimbulkan kelainan pada
mukosa mulut.
Universitas Sumatera Utara
5
2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dalam segala aspek mengenai pola kebiasaan menyirih pada
masyarakat Desa Bandar Seribu Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten
Simalungun.
3. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi landasan untuk penelitian
selanjutnya mengenai hubungan menyirih dengan kelainan mukosa mulut.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang risiko terjadinya kelainan
mukosa mulut akibat menyirih.
2. Sebagai informasi tambahan bagi praktisi kesehatan tentang prevalensi dan
kelainan mukosa mulut akibat menyirih.
3. Sebagai informasi bagi pemerintah dalam menyusun perencanaan dan
pengembangan program kesehatan gigi dan mulut yang lebih menyuluruh dimasa
yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menyirih merupakan bagian yang melengkapi struktur kebudayaan suatu suku
bangsa dan biasanya berkaitan dengan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat
daerah tertentu, termasuk Indonesia.Kebiasaan ini biasanya dilakukan pada saat
upacara adat atau pada acara yang sifatnya ritual keagamaan.Usia masyarakat mulai
menyirih tergantung pada tradisi setempat. Kebiasaan menyirih dapat dimulai pada
masa anak-anak dan remaja, tetapi paling sering dijumpai pada kelompok orang
dewasa, baik pria maupun wanita.Sebagian masyarakat ada yang mengunyah sirih
setiap hari, sementara sebagian lainnya hanya sekali-kali.1,2Menyirih dilakukan untuk
berbagai alasan kebutuhan yang dilakukan terus-menerus, dan akhirnya menjadi suatu
kebiasaan.Menyirih juga dilakukan oleh orang-orang dari berbagai latar belakang
pendidikan dan pekerjaan.Situmorang dan Lim (2007) menyatakan menyirih dapat
ditemukan pada masyarakat dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Pada penelitian tersebut menyirih dilakukan oleh masyarakat yang
bertani, wirausaha, pegawai, maupun ibu rumah tangga.2
Menurut masyarakat menyirih dapat memberi pengaruh euforia, menstimulasi
air ludah, dan juga dapat menghilangkan rasa lapar. Penyirih juga mempunyai
kepercayaan bahwa menyirih dapat mencegah penyakit pada rongga mulut.3Banyak
juga anggapan masyarakat bahwa menyirih dapat menguatkan gigi geligi dan
menghambat
terjadinya
karies,
namun
demikian,
menyirih
dapat
menimbulkandampak negatif terhadap kesehatan, termasuk rongga mulut berupa
timbulnya lesi pada mukosa yang melapisi rongga mulut. Beberapa kelainan mukosa
oral yang umum ditemukan pada penyirih antara lain, mukosa penyirih, submukus
fibrosis oral, leukoplakia, dan kanker rongga mulut. Perubahan-perubahan pada
mukosa oral yang dihubungkan dengan kebiasaan menyirih telah banyak diteliti
dengan hasil berbeda-beda.4,5
Universitas Sumatera Utara
2
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan dkk, dari 98 subjek
penelitian yang tinggal di Tanah Karo yang menyirih, tidak memperlihatkan adanya
lesi di dalam rongga mulut 35 subjek (35,7%) dan menunjukkan adanya lesi dalam
rongga mulutnya63 subjek (64,3%), yaitusubmukus fibrosis oral, preleukloplakia dan
leukoplakia, sedangkan kanker mulut tidak ditemukan.6
Hasil penelitian Vonny dkk mengenai gambaran lesi mukosa mulut pada
mahasiswa Papua yang memiliki kebiasaan menyirih di kota Manado menunjukkan
bahwa submukus fibrosis oral merupakan kelainan rongga mulut yang paling banyak
ditemukan dalam rongga mulut, yakni sebanyak 90%, kemudian diikuti dengan
mukosa penyirih sebanyak 6,66%. Sementara itu, lokasi lesi yang ditemukan didalam
rongga mulut responden paling banyak pada mukosa bukal kemudian diikuti pada
palatum, lidah dan mukosa bibir.3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rima dkk dengan jumlah subyek
penelitian sebanyak 30 orang dengan kebiasaan menyirih, ditemukan prevalensi
kelainan mukosa oral sebanyak 13,3%.7
Menyirih dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari kebiasaan
yang sering dilakukan, meskipun begitu sebagian besar komposisi menyirih terdiri
dari daun sirih, biji buah pinang, dan kapur.Selain itu, daun sirih juga dapat
ditambahkan tembakau, cengkeh, kayu manis, dan rempah.8
Cara pengolahan dalam menyirih juga berbeda di beberapa negara dan
tempat.Di Indonesiamenyirih menggunakan daun sirih, kapur dan pinang, kemudian
tembakau
dimakan
dengan
tujuan
untuk
membersihkan
gigi
geligi
dan
gingiva.Sementara di India,menyirih dilakukan dengan biji buah pinang yang
dihancurkan, kapur dan rempah lalu dibungkus dengan daun sirih. diThailand, kulit
kayu merupakan bahan tambahan yang dicampurkan dalam daun sirih, di Malaysia
mayoritas komunitas India menambahkan tembakau dalam daunsirih.9
Desa Bandar Seribu Kecamatan Haranggaol Horison merupakan suatu daerah
yang terletak di provinsi Sumatera Utara yang masyarakatnya juga telah lama
memiliki kebiasaan menyirih.Kegiatan menyirih dapat dimulai pada usia remaja,
dewasa, sampai usia lanjut. Berdasarkan hal-hal diatas, penulis merasa tertarik untuk
Universitas Sumatera Utara
3
melakukan penelitian mengenai kelainan-kelainan mukosa oral pada masyarakat
penyirih. Penelitian mengenai kelainan mukosa oral pada masyarakat penyirih sudah
pernah dilakukan khususnya di Indonesia pada masyarakat batak karo di daerah
Pancur Batu Sumatera Utara, masyarakat di Desa Lopaikat Kalimantan. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang kelainan mukosa oral pada
penyirih pada masyarakat suku batak toba di Desa Bandar Seribu
Kecamatan
Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun Sumatera utara
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Masalah Umum
Berapakah prevalensi kelainan-kelainan mukosa oral yang ditemukan pada
masyarakat yang memiliki kebiasaan menyirih di Desa Bandar Seribu Kecamatan
Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun.
1.2.2 Masalah Khusus
1.Berapakah persentase subyek penelitian yang memiliki kebiasaan menyirih
menurut jenis kelamin.
2. Berapakah persentase subyek penelitian menurut umur yang memiliki
kebiasaan menyirih.
3. Berapakah persentase dari durasi menyirih pada subyek penelitian.
4. Berapakah persentase dari jumlah menyirih pada subyek penelitian.
5. Berapakah persentase dari lama papar menyirih yang dilakukan dalam
sehari pada subyek penelitian.
6. Berapakah persentase darikomponen sirih pada subyek penelitian.
7. Berapakah persentase dari lokasi menyirih pada subyek penelitian.
8. Berapakah persentase dari setiap cara menyirih pada subyek penelitian.
9. Berapakah persentase dari setiap alasan menyirih pada subyek penelitian.
10. Berapakah persentase dari masing- masing kelainan pada mukosa oral yang
dapat ditemukan pada subjek penelitian yang memiliki kebiasaan meyirih.
Universitas Sumatera Utara
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui prevalensi kelainan-kelainan mukosa oral yang ditemukan
pada masyarakat yang memiliki kebiasaan menyirih di Desa Bandar Seribu
Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui persentase jumlah penyirih menurut jenis kelamin pada
subyek penelitian.
2. Untuk mengetahui persentase tingkat umur yang memilki kebiasaan
menyirih pada subyek penelitian
3. Untuk mengetahui persentase dari durasi menyirih pada subyek penelitian
4. Untuk mengetahui persentase dari jumlah menyirih pada subyek penelitian
5. Untuk mengetahui persentase lama papar menyirih dalam pada subyek
penelitian
6. Untuk mengetahui persentase komponen pada subyek penelitian
7. Untuk mengetahui persentase lokasi penempatan sirih subyek penelitian
8. Untuk mengetahui persentase setiap cara menyirih jumlah pada subyek
penelitian
9. Untuk mengetahui persentase dari setiap alasan menyirih jumlah subyek
penelitian
10. Untuk mengetahui persentase dari gambaran kelainan-kelainan pada
mukosa oral terkait menyirih pada masyarakat Desa Bandar Seribu Kecamatan
Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan kedokteran gigi bahwa menyirih dapat menimbulkan kelainan pada
mukosa mulut.
Universitas Sumatera Utara
5
2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dalam segala aspek mengenai pola kebiasaan menyirih pada
masyarakat Desa Bandar Seribu Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten
Simalungun.
3. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi landasan untuk penelitian
selanjutnya mengenai hubungan menyirih dengan kelainan mukosa mulut.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang risiko terjadinya kelainan
mukosa mulut akibat menyirih.
2. Sebagai informasi tambahan bagi praktisi kesehatan tentang prevalensi dan
kelainan mukosa mulut akibat menyirih.
3. Sebagai informasi bagi pemerintah dalam menyusun perencanaan dan
pengembangan program kesehatan gigi dan mulut yang lebih menyuluruh dimasa
yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara