Laporan Edisi 17 Desember 2017 Mongol

F. IRAWAN

Edisi 17 / Desember 2017

SYAMINA

Invasi Mongol
dan Keruntuhan Baghdad (1258)
F. Irawan

Laporan
Edisi 17 / Desember 2017

ABOUT US
Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah
lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala
bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh
semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak
media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk
menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas
dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada

metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini
merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.

Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami,
kirimkan e-mail ke:
lk.syamina@gmail.com
Seluruh laporan kami bisa didownload di website:

www.syamina.org

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI — 3
EXECUTIVE SUMMARY — 4
Latar Belakang: Kondisi Dunia Islam pada Abad Ke-7 — 8
Bagaimana Kondisi Khilafah Abbasiyah Sebelum Dihancurkan Mongol? — 10

Siapa Bangsa Mongol? — 12
a. Asal-usul dan karakteristik — 12
b. Latar Belakang Invasi: Faktor politik dan faktor ekonomi — 15
Bagaimana Bangsa Mongol Melakukan Invasi hingga Menghancurkan Baghdad? — 15
Detik-Detik Keruntuhan Baghdad — 15
Dampak Serangan Bangsa Mongol terhadap Dunia Islam — 26
Mengapa Banyak Bangsa Mongol yang Kemudian Memeluk Islam? — 28
Penutup — 29
Daftar Pustaka — 31

3

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

EXECUTIVE SUMMARY

D


inasti Abbasiyah adalah salah satu Dinasti Islam yang berdiri sejak tahun
750 M sampai dengan 1258 M. Pada masa kemundurannya, Khalifah
Abbasiyah hanya berkuasa di Baghdad dan sekitarnya. Hal ini disebabkan
oleh berdirinya dinasti-dinasti kecil yang telah melepaskan diri dari kekuasaan atau
kontrol langsung Khilafah Abbasiyah.
Menyempitnya wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah menandakan lemahnya
sistem pemerintahan pusat dan politiknya. Dalam kondisi seperti ini, para khalifah
mengalami kemerosotan moral, hidup bermewah-mewah dan berfoya-foya sehingga
mereka tidak menyadari bahaya dari musuh luar,yakni serangan Bangsa Mongol.
Secara garis besar ada empat faktor yang menyebabkan kemunduran Bani
Abbasiyah, yaitu:
1. Lemahnya khalifah
Setelah kekuasaan Bani Saljuk berakhir, Khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di
bawah kekuasaan dinasti tertentu. Para khalifah yang sudah merdeka dan berkuasa
kembali wilayah kekuasaan mereka sangat sempit dan terbatas, yaitu hanya di
Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit menunjukkan
kelemahan politiknya.

4


SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

2. Persaingan antarbangsa
Khilafah Bani Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan
orang-orang Persia. Setelah berkuasa, persekutuan itu tetap dipertahankan. Orangorang Persia masih belum puas dan mereka menginginkan sebuah dinasti dengan
raja dan pegawai dari Persia pula.
Selain fanatisme karaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang
melahirkan gerakan syu’ubiyyah. Sementara itu, khalifah mengangkat budak-budak
dari Persia dan Turki untuk menjadi tentara atau pegawai. Hal ini mempertinggi
pengaruh mereka terhadap kekhalifahan. Ketika pada masa Al-Mutawakkil, seorang
khalifah yang dianggap lemah, kekuasaan dikendalikan oleh orang-orang Turki dan
khalifah hanya dijadikan sebagai boneka. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani
Buwaih, bangsa Persia, selanjutnya beralih ke tangan Dinasti Turki Saljuk.
3. Kemerosotan ekonomi
Bersamaan dengan kemunduran di bidang politik, Khilafah Abbasiyah juga
mengalami kemunduran di bidang ekonomi. Penerimaan negara menurun disebabkan
makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyak kerusuhan yang mengganggu
perekonomian, dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri.

Sementara pengeluaran membengkak dikarenakan kehidupan para khalifah dan
pejabat yang bermewah-mewahan. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan
perekonomian khilafah morat-marit.
4. Konflik sektarian
Munculnya gerakan Zindiq, yang dilatar belakangi kekecewaan orang-orang
Persia, membuat khalifah merasa perlu mendirikan jawatan untuk mengawasi kegiatan
orang-orang tersebut dan memberantasnya. Gerakan ini mempropagandakan
ajaran Maniisme, Zoroasterisme, dan Mazdakisme. Ketika mulai terpojok, mereka
berlindung di balik ajaran Syiah sehingga banyak aliran Syiah yang dianggap ekstrem
dan menyimpang. Syiah merupakan aliran teologis yang juga dikenal sebagai aliran
politik yang berseberangan dengan Ahlussunnah. Keduanya, sering terjadi konflik
yang kadang melibatkan penguasa. Selain itu juga terjadi konflik antaraliran dalam
Islam, seperti konflik antara Mu’tazilah dengan gologan Salafi.
Dalam situasi seperti inilah Bangsa Mongol memanfaatkan momentum untuk
melakukan serangan. Mereka melakukan persiapan yang matang; bukan hanya
secara militer, tetapi juga melalui jalur diplomasi sehingga berhasil menanam
kolaborator dari kalangan elite pejabat Khilafah Abbasiyah.
Pada akhirnya Bangsa Mongol berhasil menghancurkan Baghdad yang
merupakan pusat peradaban Islam pada waktu itu dan melakukan pembantaian
terhadap penduduknya. Akibat dari penghancuran ini, kota Baghdad menjadi

reruntuhan dan penduduknya menjadi tersisa sedikit selama beberapa abad, dan
peristiwa ini disebut-sebut sebagai akhir Zaman Kejayaan Islam.
Permasalahan lain dalam kajian ini adalah apa yang melatarbelakangi
penyerangan Bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan ke Baghdad, yang

5

Edisi 17 / Desember 2017

SYAMINA
mana di kemudian hari mereka justru memeluk Islam dan membangun kembali
peradaban Islam yang pernah mereka hancurkan. Kajian ini menggunakan metode
pendekatan sejarah yang sumbernya diambil dari literatur atau pustaka (library
research) dengan menggunakan pendekatan politik untuk mengetahui kondisi
Dinasti Abbasiyah masa akhir, latar belakang invasi-invasi yang dilakukan oleh
Bangsa Mongol dan dampak dari pengaruh yang ditimbulkan dari serangan Mongol
ke Baghdad bagi Dunia Islam selanjutnya.
Dari hasil kajian dapat diketahui bahwa latar belakang invasi yang dilakukan oleh
Bangsa Mongol terhadap wilayah-wilayah Islam termasuk Baghdad adalah untuk
menguasai dunia di bawah kekuasaan mereka tanpa membawa misi menyebarkan

agama yang mereka anut sehingga ketika mereka berhasil menguasai wilayah Islam
dan bersentuhan dengan umat Islam di wilayah tersebut justru banyak dari mereka
yang memeluk Islam.

6

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

Invasi Mongol
dan Keruntuhan Baghdad
(1258)

Latar Belakang: Kondisi Dunia Islam pada Abad Ke-7 H
Menengok realitas sejarah pada waktu itu, akan terlihat negara-negara yang ada
berada pada dua kelompok utama: Umat Islam dan Bangsa Kristen.

Kelompok Pertama: Umat Islam
Luas negara Islam pada masa ini mencapai hampir separuh luas dunia. Batas

negara Islam di mulai dari China Barat, melalui Asia, Afrika sampai ke Eropa Barat,
di mana ada negeri Andalusia.
Wilayah yang sangat luas. Namun kondisi dunia Islam—sayangnya—sangat
menyedihkan. Meski luas wilayah umat Islam, jumlah penduduk yang dahsyat,
potensi finansial, kekayaan alam, persenjataan, dan keilmuan, meski semua yang
dimiliknya ini, namun di tubuh dunia Islam terjadi perpecahan hebat. Kondisi politik
mayoritas negeri Islam menurun drastis. Anehnya, kondisi menyedihkan ini terjadi
hanya beberapa tahun dari akhir abad ke-6 H, di mana umat Islam dalam kondisi
kuat, menang, bersatu dan berada di depan.
1- Khilafah Abbasiyah. Negara ini berusia sangat lama; ia berdiri pasca runtuhnya
negara besar Umawiyah tahun 132 H. Negara ini –pada awal abad ke-7 H- sangat
lemah. Di lapangan, ia hanya menguasai Iraq saja. Ibukotanya adalah Baghdad sejak
tahun 132 H. Di sekitar Iraq ada puluhan emirat (kerajaan kecil) yang independen
lepas dari khilafah, meski tidak mendeklarasikan diri sebagai khilafah tandingan
bagi Abbasiyah. Boleh dikata, Khilafah Abbasiyah hanya sekedar “potret khilafah”,
dan bukan khilafah real. Ia hanyalah simbol di mana muslimin ingin berteduh di
bawahnya meski tidak punya peran berarti. Persis seperti Inggris sekarang yang
masih mempertahankan ratu sebagai simbol sejarah saja, tanpa punya peran berarti
dalam kekuasaan. Bedanya, Khilafah Abbasiyah masih mempunyai kekuasaan real di
daerah Iraq, minus beberapa daerah di utara.


7

Edisi 17 / Desember 2017

SYAMINA
Pemerintahan muslimin di Iraq silih berganti dipegang oleh para khalifah dari
Bani Abbasiyah. Mereka bergelar dengan julukan agung “khalifah”. Namun mereka
(pada masa abad ke-7 H ini) sama sekali tidak layak menyandang gelar ini. Mereka
sebenarnya tidak ingin bergelar dengannya. Obsesi mereka hanya mengumpulkan
harta, memperkuat kuku-kuku kekuasaan di bagian wilayah yang sempit itu.
Mereka tidak melihat fungsi mereka sebagai penguasa dengan benar. Tidak
mengerti bahwa tanggung jawab seorang penguasa adalah mewujudkan keamanan
bagi negara, memperkuat tentara, meningkatkan tingkat kehidupan rakyat,
menghukumi kezaliman, mengembalikan hak-hak kepada pemiliknya, menolong
orang-orang yang tertindas, menjatuhi hukuman terhadap para penindas, mendirikan
kewajiban Allah atas hamba-Nya, amar makruf nahi mungkar, membela segala hal
yang terkait dengan Islam, mempersatukan barisan dan hati dan seterusnya.
Mereka tidak mengerti tugas-tugas mulia sebagai penguasa muslim. Apa yang
diinginkan mereka hanya ingin tetap bertengger di kursi kekuasaan sepanjang waktu

yang dimungkinkan, mewariskan kekuasaan kepada keturunan mereka, memberi
jalan bagi anggota keluarganya untuk menindas rakyat. Demikian juga, mereka
sangat rakus untuk mengumpulkan harta, koleksi barang langka, menggelar pestapesta malam, mendengar pertunjukan lagu dan musik, dan berlebih-lebihan dalam
foya-foya dan senang-senang.
Kehidupan yang demikian tidaklah pantas dilakukan oleh seorang rakyat biasa
dari umat Islam, apalagi dilakukan oleh penguasa umat Islam. Wibawa khilafah sirna,
ambisi Khalifah pun mengempis. Inilah “khilafah” Abbasiyah pada awal abad ke-7 H.
2- Mesir, Syam, Hijaz dan Yaman. Daerah-daerah ini pada awal abad ke-7 H
berada di tangan bani Ayyub anak cucu dari Shalahuddin Al-Ayyubi. Namun –sayangmereka tidaklah seperti sang kakek yang agung itu. Mereka saling berebut kekuasaan.
Mereka bagi negara kesatuan bani Ayyub (yang mengalahkan tentara Salib dalam
pertempuran Hittin) ke dalam kerajaan-kerajaan kecil yang saling bertikai! Syam
memisahkan diri dari Mesir.
Hijaz dan Yaman juga pisah dari Syam dan Mesir. Bahkan Syam sendiri terbagi
ke dalam emirat-emirat yang saling berperang! Emirat Homs (Emesa), Aleppo,
Damaskus terpisah-pisah, juga Palestina dan Yordania. Setelah perseteruan ini,
tanah-tanah yang dulu dibebaskan Shalahuddin Al-Ayyubi dari tangan kaum Salib,
kini jatuh kembali ke cengkeraman mereka.
3- Negeri Maghrib dan Andalusia. Keduanya ada dalam kekuasaan Daulah
Muwahhidin. Negeri ini dulunya kuat dan luas, membentang dari Libia di sebelah
timur sampai ke Maroko di sebelah Barat. Dari Andalusia di sebelah utara sampai

ke Afrika Tengah di sebelah selatan. Meski begitu, pada awal abad ke-7 H negara ini
mulai sekarat. Lebih-lebih setelah pertempuran bersejarah “Al-‘Iqab” tahun 609 H.
Perang ini boleh dikatakan sebagai pukulan telak terhadap Daulah Muwahhidin.
4- Khawarizmi. Khawarizmi adalah negara berwilayah luas. Mayoritas negerinegeri Islam di benua Asia masuk ke dalam wilayah negara ini. Batas-batasnya

8

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

membentang dari China Barat di sebelah timur menuju berbagai daerah di Iran
sebelah barat. Negara ini mempunyai perseteruan besar dengan khilafah Abbasiyah.
Kedua belah pihak saling membuat tipu daya dan konspirasi. Dalam beberapa
fasenya negara Khawarizmi ini cenderung untuk bermazhab Syi’ah. Sering terjadi
fitnah dan kudeta. Banyak terjadi perang dengan suku Saljuk, Ghuri, Abbasiyah, dan
kelompok muslimin lainnya.
5- India. Pada waktu itu negara ini di bawah kekuasaan Sultan Bani Ghuri.
Perang berulang kali terjadi antara negara ini dengan negara Khawarizmi.
6- Persia atau Iran sekarang. Beberapa daerahnya ada di bawah kekuasaan
sultan negara Khawarizmi. Bagian barat –yang berdampingan dengan Khilafah
Abbasiyah– berada di bawah kekuasaan kelompok Ismailiah, sebuah kelompok
Syiah yang sesat. Akidahnya banyak menyimpang sehingga banyak ulama yang
memurtadkannya dari Islam yang benar. Kelompok Ismailiah banyak mencampur
adukkan agama dengan filsafat. Mereka dulunya adalah pengikut agama Majusi.
Secara lahir mereka Islam, namun ayat-ayat Al-Qur’an mereka takwil seenak
hawa nafsunya. Mereka termasuk salah satu kelompok Bathiniah yang mempercayai
bahwa setiap hal yang nampak dalam agama juga mempunyai sisi kebatinan yang
tidak diketahui kecuali oleh beberapa orang (mereka termasuk di antaranya).
Seorang pun tidak bisa menakwil sisi kebatinan ini kecuali yang ikut agama mereka.
Mereka mengingkari para Rasul dan syariat. Salah satu tuntutan terpenting mereka
adalah “kerajaan dan kekuasaan”. Karenanya, mereka sangat peduli dengan masalah
persenjataan dan perang.
Boleh dibilang, Ismailiah adalah kelompok kebatinan paling berbahaya. Ia selalu
berada di balik penyimpangan akidah dan agama, kudeta rezim penguasa Islam
dan pembunuhan tokoh-tokoh terkemuka Islam, baik khalifah, emir, ulama atau
panglima.
7- Anatolia (Turki). Daerah ini dikuasai oleh suku Saljuk Rum. Asal-usul suku
Saljuk adalah dari Turki. Dulu mereka punya sejarah dan jihad yang besar, yaitu pada
zaman pemimpin muslim Saljuk terkenal bernama Alp Arslan. Sayangnya, anakcucunya yang menguasai daerah penting yang berdampingan dengan Imperium
Bizantium begitu lemah sehingga sikap mereka begitu rendah dan lemah.

Kelompok Kedua: Bangsa Kristen
Pusat utama mereka adalah di Eropa Barat. Di sini mereka punya banyak basis.
Mereka sibuk dengan perang berkepanjangan dengan muslimin. Negara-negara
Kristen Inggris, Perancis, Jerman dan Italia bertubi-tubi melakukan invasi militer
terhadap negeri Syam dan Mesir. Kristen Spanyol, Portugal –dan juga Perancis- selalu
berperang dengan muslimin di Andalusia.
Selain kelompok besar Salib di Eropa Barat, ada kelompok Salib lain di dunia.
Kelompok ini juga mempunyai kebencian besar terhadap ummat Islam. Perang
antara kelompok ini dengan dunia Islam berkali-kali terjadi. Kelompok yang terkenal
adalah:

9

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

1- Imperium Bizantium: Peperangan mereka dengan umat Islam terjadi
hebat dan bersejarah. Namun, mereka pada waktu itu relatif lemah, kekuatan dan
kebesaran mereka menurun. Tidak ada ancaman berarti dari mereka, meski semua
pihak tahu bobot Imperium Bizantium.
2- Kerajaan Armenia: Terletak di utara Persia dan barat Antalia. Mereka juga
seringkali berperang melawan muslimin, khususnya suku Saljuk.
3- Kerajaan Kurj, negara Georgia sekarang. Peperangan tidak pernah redam
antara negara ini dengan ummat Islam, khususnya dengan negara Khawarizmi.
4- Kerajaan-kerajaan kecil Salib di Syam, Palestina dan Turki: kerajaankerajaan ini menduduki daerah-daerah Islam sejak akhir abad ke-5 H (mulai tahun
491 H). Meski kemenangan Shalahuddin Al Ayyubi atas tentara Salib dalam Perang
Hittin, Baitul Maqdis dan lain sebagainya, tetapi kerajaan-kerajaan ini masih tetap
eksis. Bahkan, dari waktu ke waktu masih menyerang wilayah-wilayah Islam sekitar
yang belum diduduki. Wilayah-wilayah itu yang terkenal adalah: Antakia, Akka,
Tripoli, Sidon, dan Beirut.
Demikianlah, perang di hampir seluruh penjuru Dunia Islam berlangsung.
Perang-perang itu menambah kebencian kaum Salib terhadap ummat Islam. Akhir
abad ke-6 H menjadi happy ending bagi muslimin, kesedihan bagi kaum Salib. Pada
akhir abad ke-6 H memberikan dua kemenangan agung bagi ummat Islam atas tentara
Salib. Shalahuddin Al-Ayyubi menang atas kaum Salib dalam Perang Hittin di Syam
pada tahun 583 H. Delapan tahun kemudian pahlawan agung Islam Al-Manshur AlMuwahhidi dari Daulah Muwahhidin menang atas kaum Nasrani di Andalusia dalam
Perang Arak pada tahun 591 H.
Meski dua kemenangan agung ini namun muslimin pada awal abad ke-7 H
keadaannya sangat lemah, yaitu setelah keluarga Ayyubiyah pecah menyusul
meninggalnya Shalahuddin Al-Ayyubi. Demikian pula halnya, benang penali
keluarga Muwahhidin lepas dengan meninggalnya Al-Manshur Al-Muwahhidi. Sama
halnya kaum Salib juga sangat lemah, mereka tidak mampu menguasai negeri-negeri
muslimin, meski nafsu mereka meningkat.
Inilah kondisi dunia pada awal abad ke-7 H. Sementara keadaan dunia demikian
adanya, muncul kekuatan baru yang mengguncang keseimbangan kekuatan dan
mengubah peta dunia. Kekuatan itu menempatkan dirinya sebagai kekuatan ketiga
dunia, atau bisa dikatakan kekuatan dominan pertama dunia pada setengah abad
pertama dari abad ke-7 H. Kekuatan ini adalah Tartar atau Mongol!

Bagaimana Kondisi Khilafah Abbasiyah Sebelum Dihancurkan Mongol?
Pusat Dunia Islam

10

Kota Baghdad adalah ibu kota khilafah islamiyah pada masa pemerintahan Bani
Abbasiyah. Pada masa kejayaannya, kota Baghdad menjadi pusat peradaban dan
kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Masa keemasan kota Baghdad terjadi

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

pada masa khalifah ketiga, al-Mahdi, hingga khalifah kesembilan, al-Watsiq. Namun
lebih khusus lagi pada masa Harun Al-Rasyid dan Al-Makmun anaknya.1
Khalifah al-Ma’mun membangun perpustakaan yang dipenuhi dengan ribuan
buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan tersebut dinamakan dengan Baitul Hikmah.
Selain itu, banyak berdiri akademi, sekolah tinggi, dan sekolah biasa. Dua di antaranya
yang paling penting adalah perguruan Nizhamiyah dan Muntashiriyah.2
Mengutip dari Ahmad Syalabi, secara umum membagi perkembangan Bani
Abbasiyah dalam tiga periode. Periode pertama dari Abul Abbas sampai Al-Watsiq,
yaitu periode di mana kekuasaan berada di tangan khalifah. Para khalifah pada
periode ini adalah ulama yang berijtihad dan mengeluarkan fatwa, pahlawan dan
pemimpin militer yang perkasa serta memiliki kecintaan terhadap intelektual.3
Periode kedua dimulai masa pemerintahan Abu Fadhl Al-Mutawakkil sampai
pertengahan Khalifah An-Nashir. Pada masa ini khalifah hanya sebagai simbol,
kekuasaan politik mlai berpindah dari khalifah ke tangan orang-orang Turki,
kemudian beralih ke tangan golongan Buwaihi, dan kemudian berpindah ke tangan
Bani Saljuk. Sultan–sultan kecil sudah memiliki kedaulatan sosial-politik, sedangkan
khalifah hanya sebagai jabatan keagamaan yang sakral.
Periode ketiga dimulai sejak pertengahan An-Nashir hingga akhir Bani
Abbasiyah. Periode ini merupakan masa runtuhnya sultan-sultan kecil dan khalifah
sudah memiliki kekuatan kembali hingga akhirnya diserang pasukan Hulagu Khan
dari Mongol di era Khalifah Abu Ahmad Abdullah Al-Musta’shim.
Bani Abbasiyah mulai mengalami kemunduran ketika pada masa periode kedua,
yaitu dimulai ketika masa Khalifah Al-Mutawakkil. Ada banyak hal yang menyebabkan
kemunduran Bani Abbasiyah, di antaranya adalah:
1. Lemahnya khalifah
Setelah kekuasaan Bani Saljuk berakhir, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di
bawah kekuasaan dinasti tertentu. Para khalifah yang sudah merdeka dan berkuasa
kembali wilayah kekuasaan mereka sangat sempit dan terbatas, yaitu hanya di
Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit menunjukkan
kelemahan politiknya.
2. Persaingan antarbangsa
Khilafah Bani Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan
orang-orang Persia. Setelah berkuasa, persekutuan itu tetap dipertahankan. Orangorang Persia masih belum puas dan mereka menginginkan sebuah dinasti dengan
raja dan pegawai dari Persia pula.
Selain fanatisme karaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang
melahirkan gerakan syu’ubiyah. Sementara itu, khalifah mengangkat budak-budak
dari Persia dan Turki untuk menjadi tentara atau pegawai. Hal ini mempertinggi
pengaruh mereka terhadap kekhalifahan. Ketika pada masa Al-Mutawakkil, seorang
1
2
3

Badri Yaim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 281.
Philip. K. Hii, History of the Arabs, hlm. 369.
Ahmad Syalabi, Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wa Al-Hadharah Al-Islamiyah, Juz VII, Kairo: Maktabah AnNahdhah Al-Mishriyah, 1979, hlm 745.

11

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

khalifah yang dianggap lemah, kekuasaan dikendalikan oleh orang-orang Turki dan
khalifah hanya dijadikan sebagai boneka. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani
Buwaih, bangsa Persia , selanjutnya beralih ke tangan dinasti Saljuk.
3. Kemerosotan ekonomi
Bersamaan dengan kemunduran dibidang politik, dinasti Bani Abbasiyah juga
mengalami kemunduran dibidang ekonomi. Penerimaan negara menurun disebabkan
makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyak kerusuhan yang mengganggu
perekonomian, dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri.
Sementara pengeluaran membengkak dikarenakan kehidupan para khalifah dan
pejabat yang bermewah-mewahan. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan
perekonomian khilafah morat-marit.
4. Konflik sektarian
Munculnya gerakan Zindiq, yang dilatar belakangi kekecewaan orang-orang
Persia, membuat khalifah merasa perlu mendirikan jawatan untuk mengawasi kegiatan
orang-orang tersebut dan memberantasnya. Gerakan ini mempropagandakan
ajaran Maniisme, Zoroasterisme, dan Mazdakisme. Ketika mulai terpojok, mereka
berlindung di balik ajaran Syi’ah. Sehingga banyak aliran Syi’ah yang dianggap
ekstrem dan menyimpang.
Syi’ah adalah aliran yang dikenal sebagai aliran politik yang berhadapan dengan
paham Ahlussunnah. Keduanya, sering terjadi konflik yang kadang melibatkan
penguasa. Selain itu juga terjadi konflik antar aliran dalam Islam. Seperti konflik
antara Mu’tazilah dengan gologan Salafiyah.
Akibat dari kemunduran dinasti Bani Abbasiyah ini, membuat mereka sangat
rentan terhadap serangan dari luar. Lemahnya para khalifah dan tidak adanya
persatuan di antara umat, mengakibatkan pertahanan negara mudah ditembus.
Sehingga ketika Mongol menyerang Baghdad, mereka dapat dengan mudah
menguasainya tanpa perlawanan yang berarti.

Siapa Bangsa Mongol?
A. Asal-usul dan Karakteristik Bangsa Mongol
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan (Mongolia) yang membentang
dari Asia Tengah sampai Siberia Utara, Tibet Selatan, dan Mancuria Barat serta
Turkistan Timur, bukannya bangsa nomad stepa. Mereka merupakan salah satu
anak rumpun dari bangsa Tartar.
Nama Mongol diambil dari nama tempat asal mereka di Mongolia di mana mulamula mereka tinggal. Sejarawan Cina beranggapan bahwa nama Mongol berasal
dari bahasa Cina “Mong” (pemberani).4 Ahmad Syalabi menjelaskan bahwa nenek
moyang bangsa Mongol bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putra kembar,

12
4

Muhammad Abdul Karim, Islam di Asia Tengah, hlm. 28.

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

Tartar dan Mongol. Mongol mempunyai anak bernama Il-khan, yang melahirkan
keturunan pemimpin bangsa Mongol pada kemudian hari.5
Orang Mongol, sebagaimana bangsa nomad lain, hidup mengembara berpindahpindah tempat dan tinggal di tenda-tenda. Kehidupan mereka sangat sederhana,
mereka hidup dengan berburu, menggembala domba, dan budaya perampokan
sudah umum dikalangan mereka.
Mereka menyembah matahari dan bintang-bintang, sebagian ada yang menganut
agama Shamanisme dan Nestoria. Orang-orang Mongol mempunyai watak yang
kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut untuk mencapai keinginannya.
Mereka tidak beradab, pejuang, sabar, ahli perang, tahan sakit dari tekanan musuh
yang sangat kuat. Akan tetapi, mereka sangat patuh dengan pemimpin atau kepala
suku mereka.
Pemimpin Mongol yang paling terkenal adalah Chengis Khan. Ia lahir pada tahun
1162 M di Daeyliun Buldagha, yang terletak di tepi sungai Onon (Unan), Mongolia.
Ayahnya bernama Ishujayi dan ibunya bernama Helena Khatun. Ishujayi berhasil
menyatukan 13 kelompok suku yang ada pada saat itu. Nama asli dari Jenghis adalah
Temujin. Pada usia yang masih dini ia telah dinikahkan oleh ayahnya dengan gadis
dari Deshai Chan, dari suku Unghir. Ayah Temujin meninggal karena diracun oleh
musuhnya dari suku Tartar yang pernah ia bantai dalam perang.
Temujin yang saat itu berusia 13 tahun menggantikan ayahnya sebagai pemimpin
suku. Temujin melatih pasukannya dengan pelatihan yang keras, disiplin ketat, dan
penuh semangat. Ia dibantu oleh temannya yang bernama Tugril, yang seterusnya
bekerja sama dengan baik untuk menumpas musuh-musuh yang kuat. Dengan
bantuan Tugril, Temujin berhasil mengalahkan bangsa Tartar. Kemudian ia dapat
mengalahkan suku-suku lainnya. Dengan kemenangan yang bertubi-tubi, akhirnya
tidak ada suku-suku Mongol lain yang berani menentang.
Pada tahun 1206 M, ia mendapatkan gelar Jenghis Khan, Raja Yang Perkasa,
sebagai pemimpin tertinggi bangsa Mongol. Ia menetapkan undang-undang yang
dinamakan Ilyasiq untuk mengatur kehidupan rakyatnya. Dalam bidang militer ia
mulai menata pasukannya dengan baik. Ia membagi pasukannya dalam beberapa
kelompok besar-kecil, seribu, dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok
dipimpin oleh seorang komandan.
Setelah pasukannya teroganisir dengan baik, Jenghis Khan mulai memperluah
daerah kekuasaanya dengan menakhlukkan daerah-daerah lain. Peking dapat ia
kuasai pada tahun 1215 M. Kemudian ia mengincar negeri-negei Islam. Pada tahun
1209 M ia membawa pasukannya dengan tujuan Turki, Farghana, dan kemudian
Samarkand. Mereka mendapat perlawanan yang keras dari penguasa Khawarizm,
Sultan Ala’uddin. Karena seimbang, akhirnya masing-masing kembali ke Negerinya.
Sepuluh tahun kemudian mereka masuk Bukhara, Samarkand, Khurasan,
Hamadan, sampai ke perbatasaan Irak. Di Bukhara, ibu kota Khawarizm, mereka
kembali mendapatkan perlawanan dari Sultan Ala’uddin, namun mereka berhasil

13
5

Ahmad Syalabi dalam Badri Yaim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 9.

Edisi 17 / Desember 2017

SYAMINA
mengalahkannya. Di setiap daerah yang mereka lewati, terjadi pembunuhan besarbesaran. Bangunan-bangunan mereka hancurkan dan sekolah-sekolah dibakar.
Jenghis Khan menginvasi banyak wilayah hingga kerajaannya memiliki wilayah
yang sangat luas. Setelah meninggal ia membagi-bagi wilayah kekuasaannya kepada
anak-anaknya dari istri pertama. yaitu Jochi, Chaghtai, Oghtai, dan Touly. Rinciannya
sebagai berikut:
Putra tertua, Jochi, menguasai wilayah Rusia, Khawarizm, Kaukasus, dan
Bulgaria.
Chagatai menguasai wilayah-wilayah Uygur, Turkmenistan barat, dan negerinegeri seberang sungai.
Tolui menguasai wilayah Khurasan, Persia, wilayah-wlayah Asia Kecil, dan
sebagian wilayah Arab.
Ogedei menguasai wilayah Mongol, Tiongkok, Turkmenistan timur, dan wilayahwilayah kekuasaan Jenghis Khan di sebelah timur.

Pembagian Wilayah Kekuasaan Mongol
Changtai berusaha menguasai kembali daerah-daerah Islam yang pernah
ditakhlukkan dan berhasil menguasai Khawarizm setelah mengalahkan Sultan
Jalaluddin. Saudara Chagtai, Touly menguasai Khurasan. Karena kerajaan Islam
sudah terpecah belah, maka dapat dengan mudah ia mengusai Irak. Ia meninggal
tahun 654 H/1256 M dan digantikan putranya Hulagu Khan. Hulagu Khan inilah
yang nantinya akan menghancurkan Baghdad.

14

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

B. Latar belakang invasi Mongol
Latar belakang invasi Mongol secara garis besar didorong oleh dua faktor: politik
dan ekonomi.
1. Faktor Politik
Pada tahun 615 H, sekitar 400 orang pedagang bangsa Tartar dibunuh atas
persetujuan wali (gubernur) Utrar. Barang dagangan mereka dirampas dan
dijual kepada saudagar Bukhara dan Samarkand dengan tuduhan mata-mata
Mongol. Tentu saja hal ini menimbulkan kemarahan Jenghis Khan. Jenghis Khan
mengirimkan pasukan kepada Sultan Khawarizmi untuk meminta agar wali Utrar
diserahkan sebagai ganti rugi kepadanya. Utusan ini juga dibunuh oleh Khawarizmi
Syah sehingga Jenghis Khan dengan pasukannya melakukan penyerangan terhadap
wilayah Khawarizmi.6
2.

Motif Ekonomi

Motif ini diperkuat oleh ucapan Jenghis Khan sendiri, bahwa penaklukanpenaklukan dilakukannya adalah semata-mata untuk memperbaiki nasib bangsanya,
menambah penduduk yang masih sedikit, membantu orang-orang miskin dan
yang belum berpakaian. Sementara di wilayah Islam rakyatnya makmur, sudah
berperadaban maju, tetapi kekuatan militernya sudah rapuh.7

Bagaimana Bangsa Mongol Melakukan Invasi hingga Menghancurkan Baghdad?
A. Detik-detik keruntuhan Baghdad
Pada peristiwa penyerbuan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu, cucu
Jenghis Khan di Baghdad, selain motivasi invasi dan penaklukan wilayah, penyerbuan
ini adalah puncak dari sengketa yang telah dimulai sejak tahun 1212 M. Pada bulan
Shafar 656 H/1253 M, Hulagu bersama ribuan tentaranya membasmi kelompok
pembunuh Hasyasyin dan menyerang Khilafah Abbasiyah. Hulagu mengundang
Khalifah Al-Musta’shim (1242-1258) untuk bekerja sama menghancurkan kelompok
Hasyasyin Ismailiyah. Tetapi, undangan itu tidak mendapat jawaban. Pada tahun
1256, sejumlah besar benteng Hasyasyin, termasuk “kastil induk” di Alamut, telah
direbut.
Dr. Raghib As-Sirjani, di dalam bukunya Qishshah At-Tatar min Al-Bidayah ila
‘Ain Jalut. (Kairo: Mu’assasah Iqra’, 2006) mendetilkan berbagai persiapan, usaha,
dan operasi yang dilakukan oleh Hulagu pada sebelum hingga penyerangan Baghdad.
Upaya politis dan diplomatis Hulagu juga merambah ke ranah tokoh-tokoh
penting di istana Abbasiyah. Ia bisa menggandeng Perdana Menteri Khilafah
Abbasiyah. Ia adalah orang kedua setelah khalifah di tubuh pemerintahan. Dialah
Menteri Muayyiduddin Ibnu Al-‘Alqami. Muayyiduddin adalah orang yang rusak,
keji dan pengikut Syiah Rafidhah (sekte syiah yang menolak khilafah Abu Bakar Ash6
7

Lihat: Ensiklopedi Islam, 2005, Ichiar Baru van Hoeve, hlm. 242.
Philip. K. Hii, History of the Arabs, hlm. 616.

15

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

Shiddiq dan Umar bin Al-Khatthab). Ia sangat fanatik dengan syiahnya, sangat benci
dengan Sunnah dan Ahlussunnah. Sungguh aneh, ia bisa memperoleh pangkat tinggi
ini dengan karakternya seperti itu, di sebuah negara Sunni dengan nama khilafah.
Tentu saja penyebabnya karena kebodohan, ketiadaan visi dan perencanaan dari
Khalifah Al-Mus’tashim Billah yang menyerahkan posisi yang begitu penting kepada
menteri yang busuk.
Menteri seperti itulah yang disebut dengan bithanah su’ (pembisik, kabinet yang
busuk). Dan semua orang berakal tahu bagaimana bithana su’ itu berperan dalam
merusak negara dan menghancurkan rakyat. Lebih parahnya lagi, menteri itu berada
di posisinya tidak cuma sebulan, dua bulan, atau setahun dua tahun, tetapi ia berada
dalam jabatannya selama 14 tahun penuh, dari tahun 642 H –tahun 656 H, yaitu ketika
Baghdad jatuh. Jika selama masa itu khalifah tidak mengetahui kebusukannya, maka
jelas ini bukti kebodohan khalifah.
Hulagu menghubungi Muayyidduddin Al-‘Alqami, dengan memanfaatkan
kebusukan, fanatik syiah, dan kebenciannya terhadap sunni. Ia bersepakat dengannya
untuk mempermudah masuknya tentara Tartar ke Baghdad dan membantu Tartar
dengan memberi pendapat-pendapat dan usulan-usulan menyesatkan kepada
Khalifah Abbasiyah Al-Musta'shim Billah. Sebagai imbalannya, ia akan memperoleh
posisi strategis dalam “dewan penguasa” yang akan menyetir urusan Baghdad setelah
runtuhnya khilafah dan dihabisinya khalifah. Menteri busuk itu melakukan tugasnya
dengan sebaik-baiknya.
Kesimpulan dari upaya-upaya diplomatik Tartar adalah mereka melakukan
kerjasama yang erat dan penting dengan para raja Nasrani dari Armenia, Kurj dan
Anthiokia. Membuat para emir Nasrani di Syam sedikit banyak berbuat netral.
Membangun koalisi rahasia dengan kaum Nasrani di Syam dan Iraq. Juga membuat
koalisi dengan emir-emir muslimin dan Perdana Menteri Muayyidduddin Al‘Alqami.
Ia mempunyai pengaruh yang kentara dalam keputusan-keputusan khalifah,
juga berada di balik peristiwa-peristiwa yang terjadi di kawasan pada masa-masa itu.
Melihat upaya-upaya diplomatik yang dilakukan Minko Khan dan Hulagu, nampak
keduanya telah melakukan upaya besar bagi mempersiapkan serangan hebat, yang
tujuannya untuk mewujudkan hal yang sangat penting dan belum pernah terjadi di
dunia, walau sekalipun, yaitu menumbangkan ibukota khilafah Islam.
Tentu, semua upaya-upaya diplomatik ini mempunyai peran yang besar dalam
mensukseskan rencana Tartar untuk menjatuhkan khilafah Islam.Patut disebutkan
di sini, muslimin secara umum –kecuali sedikit- mengawasi situasi ini dari jauh,
seolah-olah hal itu bukan urusannya. Atau mereka merasa sangat terpukul sehingga
membuat seorang yang punya semangat bergerak menjadi mandek.

B. Perang urat saraf terhadap muslimin
16

Di samping membuat jalan-jalan, mempersiapkan sarana-sarana yang diperlukan
untuk menjamin pasokan dan logistik bagi serangan Tartar. Selain juga upaya-upaya
diplomatik ulet yang dilakukan Tartar demi mensukseskan rencana menjatuhkan

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

khilafah Islam, Hulagu juga menggunakan senjata yang hebat yaitu perang urat saraf
terhadap muslimin.
Hulagu memiliki banyak cara untuk melancarkan perang yang menakutkan
muslimin.
Di antara cara-cara itu adalah:
1. Melakukan berbagai kampanye teror di kawasan-kawasan sekitar Iraq.
Tujuan aksi itu untuk menebar ketakutan dan menghidupkan ingatan
serangan Tartar menakutkan yang dulu dilakukan pada masa Jenghis
Khan dan Ogedei.
Serangan Tartar pertama yang dilakukan pada zaman Jenghis Khan sudah
berlalu 30 tahun yang silam, ada generasi muslim yang tidak melihat kejadian ini,
mereka hanya mendengar saja dari bapak dan kakek mereka. Mendengar tentu tidak
seperti menyaksikan. Serangan Tartar kedua pada zaman Ogedei dilakukan bukan
untuk menghancurkan dan membantai negeri-negeri muslimin, namun serangan
itu ditujukan untuk menggebuk Rusia dan Eropa Timur. Karenanya muslimin tidak
merasakan dampak yang begitu besar.
Karenanya, Hulagu ingin melakukan berbagai aksi meliter teror dan
menghancurkan, dengan tujuan untuk mengkabarkan kepada muslimin bahwa
perang Tartar masih belum dapat ditandingi. Tentara Tartar masih kuat dan
menyebar.Di antara aksi itu adalah yang terjadi tahun 650 H ketika sekelompok
pasukan Tartar menyerang daerah-daerah Al-Jazirah, Suruj, dan Sinjar, daerahdaerah di Iraq utara. Mereka membunuh, menjarah, dan memperbudak. Di antara
yang mereka lakukan dalam aksi tersebut adalah menjarah barang niaga yang banyak
dalam kafilah dagang. Barang niaga itu jumlahnya mencapai lebih dari 600 ribu dinar
(hal ini mirip yang terjadi saat ini dengan istilah seperti: pembekuan dana).
Penjarahan ini tentu adalah kerugian besar bagi Khilafah Abbasiyah. Dalam
waktu yang sama hal itu adalah bagian dari persiapan tentara Tartar baik dengan
harta maupun persenjataan. Di samping itu, serangan ini juga berfungsi sebagai
aksi mata-mata, pengawasan, dan studi terhadap jalan-jalan di Iraq dan kondisi
geografisnya. Selain semua ini, juga berfungsi menebar rasa takut di hati muslimin.
Bisa dibilang perang ini adalah perang kuras tenaga.
Ia banyak melemahkan kekuatan khilafah dan muslimin. Dan juga berfungsi
mengkondisikan situasi bagi perang besar yang akan tiba. Perang seperti ini seringkali
terulang dalam sejarah. Pembantaian Deir Al-Yasin –dan dampak-dampak yang
ditimbulkannya- tidaklah jauh dari ingatan kita.
2. Di antara cara-cara perang urat syaraf Tartar terhadap muslimin adalah
perang media yang kotor.
Perang ini diprakarsai oleh para pengikut Tartar di negeri-negeri muslimin.
Mereka berbicara tentang kemampuan hebat Tartar, persiapan yang tiada duanya.
Mereka melebih-lebihkan bahwa kemampuan muslimin jika disejajarkan dengan
kemampuan Tartar adalah tiada artinya. Semua opini ini merembes masuk ke media
massa yang ada pada waktu itu. Media massa yang ada pada waktu itu adalah para

17

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

penyair, sastrawan, juru kisah, dan sejarawan. Muslimin (yang membaca) tulisantulisan mereka bisa merasa down untuk mampu menghadapi Tartar.
Di antara berita-berita yang termuat di media massa waktu itu adalah seperti:


Info-info dari berbagai bangsa bisa diakses dengan mudah oleh Tartar,
sedang info tentang mereka tidak bisa diakses oleh bangsa lain..(sebuah
kiasan akan kekuatan dan kehebatan intelijen Tartar, dan tingkat kamuflase
dan bersembunyi Tartar, selain menunjukkan kelemahan intelijen Islam).



Jika Tartar ingin menuju suatu daerah mereka simpan berita itu, dan dengan
sekaligus mereka bergerak, sehingga penduduk daerah itu tiada yang tahu,
sampai mereka masuk.



Perempuan Tartar bertempur sama kuatnya dengan kaum lelakinya
(sehingga kaum lelaki muslimin merasa takut dengan wanita Tartar!)



Kuda-kuda milik Tartar bisa menggali tanah dengan tapal-tapalnya, mereka
makan embun pepohonan dan tidak perlu gandum.



Tartar tidak perlu pasokan pangan dan logistik; karena mereka bergerak
dengan kambing, sapi dan kuda. Mereka tidak perlu bantuan.



Tartar bisa makan semua daging, termasuk daging manusia!

Tentu tulisan-tulisan seperti ini bisa membuat bulu kuduk kaum awam berdiri.
Bahkan kadang kala kaum bukan awam pun ikut terpengaruh. Ini adalah sekam yang
ditanam sendiri oleh umat atas dirinya. Bukan orang lain pelakunya.
3. Cara Tartar yang terkenal untuk melancarkan perang urat syaraf lainnya
terhadap muslimin adalah menulis surat-surat ancaman.
Mereka kirimkan surat ini kepada para raja muslimin. Kebodohan para raja itu
mereka ungkapkan isi surat itu kepada rakyat, sehingga terjadi ketakutan terhadap
Tartar. Dan pandainya Tartar mereka memakai para sastrawan muslim yang
oportunis dan munafik untuk menulis surat-surat itu. Yaitu agar muslimin bisa
memahami dengan bahasa mereka pada waktu itu, bahkan memakai gaya sajak yang
masyhur pada waktu itu. Tentu surat seperti itu mudah mempengaruhi hati orang,
dari pada surat terjemahan yang bisa mengandung lebih dari satu makna.
Tartar dengan surat-suratnya itu juga ingin mengecoh orang bahwa mereka
adalah kaum muslimin, bukan kafir, mereka mukmin dengan Kitabullah Al-Quran.
Asal usul mereka adalah Islam. Mereka datang ke negeri ini hanya untuk menghapus
kezaliman para penguasa muslimin terhadap rakyat miskin yang sederhana.
Meski kekejaman dan kezaliman Tartar telah dikenal dan menyebar, namun
propaganda itu masuk juga ke dalam hati orang yang sakit dan penakut. Sehingga
orang-orang seperti ini memiliki justifikasi menerima serangan Tartar, membuang
senjata dan menerima Tartar dengan sambutan pahlawan dan pembebas, bukan
penjajah dan agresor.

18

Surat-surat Tartar ini sungguh tidak sesuai dengan kenyataan, namun jika surat
ini diterima oleh orang yang bermental kalah dan down, surat semacam itu akan

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

menjadi sihir tersendiri.Salah satu contoh surat ini, adalah surat yang dikirim Hulagu
kepada salah satu emir muslim, ia berkata:

“Kami adalah tentara Allah.
Dengan sebab kami, orang yang durjana, pemaksa, diktator dan takabur akan
dibalas, dengan perintah Allah yang tidak terelakkan.
Kami telah hancurkan banyak negeri, kami musnahkan banyak orang, kami
bunuh wanita dan anak-anak..
Wahai orang-orang yang masih tersisa, kalian akan menyusul mereka yang mati
itu..
Wahai orang-orang yang lalai, kalian akan mengikuti mereka..
Maksud tujuan kami adalah balas dendam, raja kami tidaklah puas, pendatang
kami tidaklah tertindas.
Keadilan kami di kerajaan kami masyhur, dari pedang-pedang kami manakah
ada tempat berlari?
Kami hancurkan negeri-negeri, kami yatimkan anak-anak, kami hancurkan
rakyat, kami turunkan mereka azab..
Kami jadikan pembesar mereka kecil dan raja mereka tawanan..
Kalian kira akan selamat atau bisa lolos dari kami, sedikit apa yang kalian tahu
(dari kami) dari pada yang tidak..
Sungguh beruntunglah orang yang mengingat..”

Tentu, surat seperti ini jika jatuh ke tangan penakut atau pengecut, ia tidak akan
kuat bergerak setelah membacanya. Dan inilah hal yang diharapkan dari surat ini!
Di antara cara Tartar dalam perang urat syarat terhadap muslimin adalah
mengumumkan koalisi yang dilakukan Tartar dengan Armenia, Kurj dan negara
lain. Juga mengangkat berita keinginan raja-raja Salib di Eropa untuk bekerja sama

19

Edisi 17 / Desember 2017

SYAMINA
dengan raja Tartar dan membesar-besar koalisi-koalisi ini sehingga muslimin
meyakini bahwa mereka bertempur dengan seluruh penduduk bumi ini, mereka
tidak ada kemampuan melawan mereka. Padahal masa lampau sejarah muslimin
mengandung banyak kemenangan terhadap mereka dan berbagai bangsa kelipatan
mereka, namun muslimin lupa sejarah mereka, mereka terpesona dengan kekuatan
musuh dan koalisinya.
Di antara cara Tartar lainnya adalah kerja sama dengan para emir muslim seperti
kami sebutkan di atas. Tentu saja rakyat muslim jika mendapati pemimpin yang
seharusnya mengurus permasalahan ummat, membela, dan menggadai jiwanya
untuk mengamankan negerinya, malahan mereka itu berdamai dengan Tartar dan
bekerja sama dengan mereka, bahkan menganggap hal itu sebagai prestasi dari
sekian prestasinya, tentu rakyat muslim yang melihat hal itu akan menjadi sangat
shock dan hilang segala semangatnya untuk membelah tanah air dan negaranya.
Dengan cara-cara di atas dan cara lainnya, Tartar berhasil menebarkan rasa takut
dan panik di hati muslimin. Dengan begitu, situasi menjadi kondusif bagi masuknya
tentara penjajah Tartar.

C. Melemahkan tentara khilafah Abbasiyah
Hulagu sengaja meminta menteri Muayyiduddin Al-‘Alqami agar ia meyakinkan
Khalifah Abbasiyah Al-Musta’shim Billah agar menurunkan budget militer,
menurunkan jumlah tentara, agar negara tidak mempunyai perhatian masalahmasalah persenjataan dan perang, tetapi tentara hendaknya bekerja di sektorsektor sipil seperti pertanian, industri dan lain-lain. Semua orang melihat sekarang,
tentara di beberapa negara Islam menanam sayur-sayuran, membangun jembatan,
membangun pabrik roti dan lain-lain. Tanpa menaruh perhatian dengan masalahmasalah: latihan tempur, senjata dan jihad..!
Menteri antek Tartar Muayyiduddin Al-‘Alqami itu benar-benar melakukan
permintaan Tartar itu. Ini tidaklah aneh bagi orang seperti dirinya, yang benar-benar
aneh adalah kenapa khalifah mau menerima ide-ide memalukan itu. Hal itu sudah
seharusnya dilakukan, sebagaimana dinyatakan oleh menteri busuk itu agar tidak
menimbulkan keberatan Tartar, dan untuk membuktikan kepada mereka bahwa
khalifah adalah tokoh perdamaian dan tidak ingin perang!

20

Dan khalifah benar-benar menurunkan budget persenjataan. Ia juga menurunkan
jumlah tentara, sampai-sampai tentara Abbasiyah yang dulu jumlahnya mencapai
100 ribu tentara kuda di akhir masa Al-Mustanshir Billah, ayahanda Al-Musta’shim
Billah tahun 640 H, kini jumlah tentara itu tidak lebih dari 10 ribu tentara kuda saja
tahun 654 H! Ini berarti penurunan drastis dalam kemampuan militer Abbasiyah.
Tidak itu saja, bahkan para tentara itu kehidupannya fakir dan tersia-siakan, sampaisampai mereka mengemis di pasar-pasar! Latihan-latihan militer juga diabaikan.
Para perwira militer juga kehilangan posisi mereka. Di antara mereka tidak ada lagi
yang memiliki kemampuan dalam bidang perencanaan, adminstrasi dan leadership.
Muslimin lupa seni bertempur dan berkelahi. Benak mereka benar-benar kosong
akan makna jihad!

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

Ibnu Katsir sepenuhnya menyalahkan Muayyiduddin Al-‘Alqami dengan
nasehat-nasehatnya kepada khalifah Al-Musta’shim Billah. Namun, Dr. Raghib
As-Sirjani lebih menyalahkan khalifah yang mau menerima kehinaan ini dan rela
dengan kerendahan. Dalam benak khalifah telah hilang bahwa kewajiban terpenting
sebagai penguasa adalah menjamin keamanan dan rasa aman bagi rakyat. Ia
harus mempertahankan tanah dan wilayahnya dari serangan setiap serangan atau
pendudukan musuh. Ia harus melakukan upaya sekuat tenaga untuk memperkuat
tentara, mempersenjatai prajuritnya. Ia harus mendidik rakyat seluruhnya –bukan
tentara saja- untuk cinta jihad dan mati di jalan Allah.
Khalifah Al-Musta’shim Billah tidak melakukan itu semua. Sebenarnya, ia tidak
punya alasan. Sebab ia memiliki kekuasaan sepenuhnya yang menjadikannya mampu
mengambil keputusan. Namun, mentalnya lemah, tidak kuat untuk mengambil
keputusan-keputusan yang menentukan.
Kini kita harus melihat sejenak kondisi Hulagu tahun 654 H, lima tahun setelah
persiapan perang besar yang akan tiba:
Pertama: Semua jalan yang menghubungkan antara China dan Iraq kini bisa
menampung jumlah tentara Tartar yang sangat besar. Kereta-kereta yang diperlukan
untuk mengangkut alat-alat berat telah dibuat. Semua dataran dan jalan telah
dikosongkan dari hewan ternak, agar rerumputan yang tumbuh bisa dimakan oleh
kuda-kuda Tartar.
Kedua: Tartar kini menguasai seluruh koridor-koridor penting di daerah-daerah
yang terletak antara China dan Iraq. Dengan begitu, pengamanan tentara Tartar
tatkala lewat dan menembus wilayah-wilayah tersebut terjamin.
Ketiga: Hulagu kini mempunyai info yang cukup tentang tanah Iraq, perbentengan
Baghdad, jumlah tentara Abbasiyah dan kondisinya. Ia juga mengetahui secara
lengkap rahasia sisi ekonomi negara Abbasiyah. Ia juga memiliki info soal anasiranasir kekuatan dan kelemahan khilafah Abbasiyah. Punya daftar nama orang-orang
yang bisa berperan dalam merubah jalannya situasi. Demikian juga Hulagu juga
mengumpulkan berbagai info tentang kondisi mental rakyat, keinginan dan ambisi
mereka.
Semua info-info ini diperoleh melalui mata-mata Hulagu yang banyak, badan
inteljennya yang lihai dan kontaknya dengan beberapa tokoh penting di negeri Islam,
di mana kadang kala kontak ini bisa mencapai para emir dan menteri, seperti yang
telah kami jelaskan.
Keempat: Tartar telah menggelar perjanjian dan koalisi dengan Nasrani dari
Armenia, Kurj dan Antakia. Mereka telah berjanji untuk membantu Tartar secara
militer dan inteljen dalam perang mendatang.
Kelima: Raja-raja Eropa barat berhasil dinetralkan. Sikap netral mereka pertamatama bukanlah karena sikap politik, melainkan tercapai melalui pendekatan
kekuasan, desakan dengan pendapat dan senjata.
Keenam: Kesepakatan telah dibuat dengan mayoritas kerajaan Islam di sebelah
utara dan barat khilafah Abbasiyah (Turki dan Suria) agar mereka mau memberi

21

Edisi 17 / Desember 2017

SYAMINA
kesetiaan penuh dan memberi bantuan tanpa syarat kepada Hulagu. Yaitu jika terjadi
perang dengan khilafah Abbasiyah. Sangat disayangkan, kebanyakan para emir itu
adalah dari suku Kurdi, cucu dari Shalahuddin Al-Ayyubi –rahimahullah-.
Ketujuh: Hulagu telah yakin akan hancurnya semangat mentalitas muslimin di
Iraq dan sekitarnya, baik di kalangan penguasa maupun rakyat.
Kedelapan: Hulagu membuat hubungan erat dengan menteri negara senior
Muayyiduddin Al-‘Alqami Asy-Syi’i dan mendapat jaminan kesetiaan darinya.
Kesembilan: Hulagu juga yakin akan lemah dan kurangnya siasat tentara
khilafah Abbasiyah. Ia tahu tentara Abbasiyah sama sekali tidak mampu membela
dirinya, apalagi mempertahankan Baghdad.
Kesepuluh: Hulagu mengetahui segala hal tentang khalifah Al-Musta’shim Billah,
khalifah muslimin, tahu tentang segala potensinya, kadar kemampuan, dan titiktitik lemahnya.
Semua ini tercapai oleh Hulagu pada tahun 654 H.
Di sini –setelah lima tahun persiapan- Hulagu berkesimpulan bahwa situasi
umum kini sangat pas untuk serangan langsung terhadap khilafah Abbasiyah dan
menjatuhkan Baghdad. Maka mulailah pengerahan tentara besar-besaran; sehingga
dengan demikian tentara terbesar Tartar terkumpul sejak berdirinya negara oleh
Jenghis Khan. Sekira tentara yang ditugasi mengepung Baghdad saja jumlahnya
mencapai lebih dari 200 ribu orang. Belum lagi, sejumlah besar tentara yang
bertebaran di utara dan timur Iraq, juga tentara yang bertugas menjaga jalan dan
mengamankan pasokan dan logistik. Di samping ada kelompok pembantu tentara,
baik tim pasokan dan logistik ataupun tim mata-mata dan monitoring.
Bisa dijelaskan susunan tentara Tartar sebagai berikut:
Pertama: Tentara inti Tartar, di mana sudah bermarkas di kawasan Persia dan
Azerbaijan sebelah timur Iraq sejak beberapa tahun sebelumnya.
Kedua: Hulagu memanggil kelompok tentara yang berpusat di sekitar sungai
Volga Rusia. Mereka adalah tentara di bawah pimpinan komandan Bato yang terkenal
itu (penakluk Eropa). Namun Bato tidak datang, ia kirimkan tiga putra saudaranya
(keponakan). Bato dan keluarganya membentuk negara di daerah sekitar sungai
Volga. Mereka menamakan dirinya dengan “suku emas” (Golden Horde). Meski
mereka semi independen dalam mengatur pemerintahan, namun pada akhirnya
mereka tetap ikut pemimpin pusat Minko Khan.

22

Ketiga: Hulagu juga meminta sekelompok tentara Tartar yang ditugaskan
menaklukkan Eropa. Di mana mereka bermarkas di bagian Anatolia (utara Turki).
Maka sekelompok tentara datang dipimpin langsung oleh komandan besar Bijo.
Pasukan ini datang dengan menerobos Anatolia dan utara Iraq, menuju Baghdad.
Selama perjalanannya yang panjang mereka tidak mendapati perlawanan apapun.
Karena penguasa daerah-daerah muslim ini telah mengosongkan jalan untuk tentara
Tartar. Mereka lewat dengan tenangnya di tengah-tengah kerajaan Anatolia, Mosul,
Aleppo, dan Homs (Emesa).

SYAMINA

Edisi 17 / Desember 2017

Keempat: Hulagu memanggil seribu pasukan panah China mahir yang terkenal
mampu membidik anak panah bermuatan api.
Kelima: Hulagu menempatkan komandan terbaiknya di garis terdepan
tentaranya, yaitu Katibgha Noin. Di samping kemampuan kepemimpinan dan
kemahirannya yang bagus, ia adalah seorang Nasrani, karenanya ia bisa beinteraksi
dengan sejumlah besar tentara Tartar yang Nasrani. Dus, tentara Tartar memiliki tiga
panglima militer termahir dalam sejarah Tartar, yaitu Hulagu, Katibgha dan Bijo.
Keenam: Hulagu juga berkirim surat kepada penguasa Antakia Buhmand.
Namun ia tidak bisa memasuki Syam seluruhnya untuk pergi ke Iraq. Meski begitu,
ia dalam kondisi siaga penuh untuk perang. Jika Iraq jatuh ia akan ikut serta untuk
menjatuhkan Syam.
Ketujuh: Nashir Yusuf emir Damaskus mengirim anaknya Aziz untuk bergabung
pada tentara Hulagu.
Kedelapan: Emir Mosul Badruddin Lu’lu’ mengirim sekelompok pasukan
pembantu tentara Tartar. Kedua golongan ini meski kecil jumlahnya namun
mengandung banyak makna. Yaitu: di tub