T ADPEN 1404508 Chapter1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan
bangsa. Sejarah menunjukkan bahwa kunci keberhasilan negara-negara maju
adalah tersedianya penduduk yang terdidik dalam jumlah, jenis, dan tingkat yang
memadai. Karena itu, hampir semua bangsa menempatkan pembangunan
pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan nasional
mereka. Sumber daya manusia yang bermutu merupakan produk pendidikan yang
menjadi kunci keberhasilan suatu negara.
Menyadari hal tersebut di atas, sebagaimana ditegaskan dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan bertujuan untuk menciptakan
sumber daya manusia Indonesia yang utuh dan berkualitas, yang dipersiapkan
untuk menghadapi persaingan global yang semakin kuat, dan mampu merespon
berbagai tantangan. Oleh sebab itu, kualitas atau mutu adalah inti dari makna
pendidikan.
Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu tersebut, Pemerintah
telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 (i) bahwa “Standar
Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Lingkup Standar Nasional
Pendidikan tersebut meliputi: standar kompetensi lulusan, isi/kurikulum, pendidik
dan tenaga kependidikan, proses, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan,
dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara terencana dan berkala.
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Dengan terpenuhinya delapan Standar Nasional Pendidikan tersebut, maka mutu
pendidikan nasional yang bertujuan dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dapat
terjamin.
Namun demikian, permasalahan pendidikan saat ini masih menjadi
polemik dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia di tingkat dasar. Hal ini
dapat dilihat dari belum optimalnya mutu pendidikan sekarang ini. Sementara itu,
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
masyarakat.” Karena itu, penjaminan mutu menjadi tanggung jawab bersama
ketiga unsur tersebut. Mutu berkenaan dengan penilaian bagaimana suatu produk
memenuhi kriteria, standar atau rujukan tertentu. Dengan demikian, pengelolaan
pendidikan dasar dilaksanakan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap satuan pendidikan, termasuk pada
tingkat sekolah dasar berkewajiban melaksanakan proses pembelajaran dan
pendidikan yang bermutu sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Karena itu,
sekolah sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan di tingkat
mikro, merupakan suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang berinteraksi
dan bersinergi dalam menjalankan peran dan fungsinya guna mencapai tujuantujuan pendidikan. Sebagaimana menurut Hoy dan Miskel (2014, hlm. 46)
menyatakan bahwa “Unsur-unsur dari suatu sistem sekolah berinteraksi dalam
suatu proses transformasi input menjadi output dalam suatu lingkungan tertentu.”
Hal ini menempatkan sekolah berada pada satu tatanan yang kompleks dan saling
terkait. Karena itu, sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang
membutuhkan pengelolaan yang baik dan profesional serta mandiri.
Untuk dapat mencapai dan mempertahankan kualitas pendidikan, paling
tidak sekolah harus mempertahankan faktor input, proses, output dan outcome.
Faktor input mencakup unsur guru, kurikulum, siswa, buku, dan fasilitas belajar,
serta peran masyarakat. Faktor proses mencakup unsur kesehatan, keamanan,
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
disiplin, keakraban, saling menghormati, kepuasan, dan lain-lain. Faktor output
mencakup unsur nilai yang dicapai oleh peserta didik, dan aneka jenis
keterampilan
yang
diperoleh
peserta
didik
selama
mengikuti
program
ekstrakurikuler. Faktor outcome mencakup unsur lulusan cepat terserap di dunia
kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas. Tiap
faktor saling berkaitan satu dan yang lain sehingga saling berpengaruh. Sekolah
yang mengalami kelemahan salah satu faktor dalam sistem tersebut akan
mempengaruhi sistem pendidikan itu. Karena itu, dalam usaha mengembangkan
sistem pendidikan, setiap faktor harus mendapatkan perhatian dan prioritas utama.
Sebagaimana di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah Pasal 11 Ayat (4) dinyatakan bahwa “Penyelenggaraan urusan
pemerintah yang bersifat wajib berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal,
dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah.” Namun demikian,
permasalahan yang menarik untuk dikaji dari penyelenggaraan pendidikan
berkenaan dengan Standar Pelayanan Minimal pada tingkat mikro adalah mutu
sekolah. Saat ini, mutu telah menjadi tuntutan oleh berbagai kalangan atau
kepentingan baik itu untuk jenis barang maupun jenis jasa. Sekolah sebagai
penghasil jasa pendidikan harus memenuhi standar mutu.
Pemerintah Kota Bandung sebagaimana di dalam Peraturan Wali Kota
Bandung Nomor 15 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4
Ayat (1) menyatakan bahwa “Misi pendidikan daerah adalah mengupayakan
perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi
seluruh warga kota.” Selain itu, di dalam Pasal 9 Ayat (1) juga dinyatakan bahwa
“Setiap warga kota mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu.” Karena itu, Pemerintah Kota Bandung terus berupaya
meningkatkan mutu pendidikannya.
Akan tetapi pada kenyataannya, kebijakan tersebut belum tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki. Hal ini ditunjukkan dengan masih terdapatnya Sekolah
Dasar Negeri di Kota Bandung yang belum memenuhi Standar Pelayanan
Minimal, sebagaimana di dalam lampiran 2 Permendikbud No. 23 Tahun 2013
tentang Perhitungan Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal tingkat
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Kabupaten/Kota pasal 2 Ayat 2.a2 dinyatakan bahwa “Jumlah peserta didik dalam
setiap rombongan belajar untuk SD dan MI tidak melebihi 32 orang.” Namun
berdasarkan data yang diperoleh, beberapa Sekolah Dasar Negeri di Kota
Bandung menunjukkan rata-rata jumlah siswa pada Tahun Pelajaran 2015/2016
mencapai 36 peserta didik dalam setiap rombongan belajar. Dengan demikian, hal
ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pasal 2 Ayat 2.a.4 juga menyatakan bahwa “Di setiap SD dan MI tersedia
satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru.”
Namun di lapangan menunjukkan bahwa, jumlah meja dan kursi untuk setiap guru
belum memenuhi standar, bahkan ada yang dalam keadaan rusak ringan sampai
berat. Belum terpenuhinya sarana prasarana sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan ini terjadi pada sekolah-sekolah dasar negeri di Sub Rayon 11 Kota
Bandung. Hal inilah yang dapat menyebabkan mutu sekolah belum optimal.
Oleh karena mutu sekolah merupakan tingkat capaian target-target sekolah
yang telah ditetapkan sesuai dengan standar tertentu, maka akreditasi merupakan
salah satu alat untuk mengukur mutu sekolah berkenaan dengan standar
pengelolaan nasional pendidikan. Tabel 1.1. berikut ini adalah data akreditasi
Sekolah Dasar Negeri di Sub Rayon 11 Kota Bandung yang meliputi tiga
kecamatan, yaitu Kecamatan Sumur Bandung, Kecamatan Andir, dan Kecamatan
Bandung Wetan.
Tabel 1.1. Data Akreditasi Sekolah Dasar Negeri
di Sub Rayon 11 Kota Bandung
Akreditasi
Nomor
Kecamatan
A
B
C
TT
1.
Sumur Bandung
18
0
0
0
2.
Andir
10
8
1
0
3.
Bandung Wetan
5
0
0
0
Jumlah
33
8
1
0
Persentase
78,57
19,05
2,38
0
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung, 2016
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Berdasarkan tabel 1.1 di atas diketahui bahwa, belum seluruhnya Sekolah
Dasar Negeri di Sub Rayon 11 Kota Bandung mendapat peringkat akreditasi A.
Hal ini menunjukkan bahwa standar pengelolaan sekolah belum memenuhi sesuai
dengan yang ditetapkan. Sekolah yang bermutu adalah sekolah yang dikelola
dengan baik sehingga memperoleh peringkat akreditasi terbaik sesuai dengan
standar mutu yang telah ditetapkan.
Berkenaan dengan standar kompetensi lulusan, yang dapat dilihat dari
kapasitas atau daya serap hasil karya atau perolehan belajar peserta didik. Maka,
perolehan hasil Ujian Nasional (UN) Sekolah Dasar Negeri di Sub Rayon 11 Kota
Bandung pada tahun pelajaran 2013-2014 disajikan pada tabel 1.2. berikut ini:
Tabel. 1.2. Perolehan Hasil UN Sekolah Dasar Negeri
di Sub Rayon 11 Kota Bandung
Nilai Ujian
No.
Mata Pelajaran
Rata-rata
Terendah
Tertinggi
1.
Bahasa Indonesia
8,27
4,40
9,40
2.
Matematika
8,11
3,00
9,75
3.
IPA
7,88
3,00
10,00
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung, 2016
Berdasarkan tabel 1.2. di atas dapat diketahui bahwa dari ketiga mata
pelajaran yang diujiankan, masih terdapat nilai ujian terendah jauh di bawah nilai
rata-rata ujian. Hal ini menunjukkan bahwa mutu sekolah belum tercapai dengan
optimal. Karena, hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan
keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan
lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran
tertentu (Danim, 2010 hlm. 146).
Sekolah yang baik tentu saja sekolah yang bermutu. Mutu di bidang
pendidikan meliputi mutu input, proses, output dan outcome. Input pendidikan
dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,
menyenangkan, dan bermakna. Output dikatakan bermutu jika hasil belajar
peserta didik baik akademik maupun non akademik tinggi. Outcome dinyatakan
bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, semua pihak mengakui
keberhasilan lulusan dan merasa puas (Usman, 2010, hlm. 513). Mutu bermanfaat
bagi dunia pendidikan karena: (1) Meningkatkan pertanggung jawaban
(akuntabilitas) sekolah kepada masyarakat dan atau pemerintah yang telah
memberikan biaya penyelenggaraan pendidikan kepada sekolah, (2) Menjamin
mutu lulusannya, (3) Bekerja lebih profesional, serta (4) Meningkatkan persaingan
yang sehat.
Sallis (2012, hlm. 7) menyatakan bahwa “Salah satu faktor yang
menentukan institusi dapat dikatakan bermutu apabila terpenuhinya spesifikasi
yang telah ditentukan sebelumnya.” Dalam penyelenggaraannya merupakan profil
lulusan institusi pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi tujuan pendidikan,
yang berbentuk standar kemampuan dasar berupa kualifikasi akademik minimal
yang dikuasai oleh peserta didik. Sebagaimana dalam Permendiknas Nomor 63
Tahun 2009 Pasal 4 dinyatakan bahwa:
Tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) mengacu pada mutu kehidupan manusia
dan bangsa Indonesia yang komprehensif dan seimbang yang mencakup
sekurang-kurangnya: mutu keimanan, ketakwaan, akhlak, budi pekerti, dan
kepribadian; kompetensi intelektual, estetik, psikomotorik, kinestetik;
profesional, serta kompetensi kemanusiaan lainnya sesuai dengan bakat,
potensi, dan minat masing-masing; muatan dan tingkat kecanggihan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang mewarnai dan memfasilitasi
kehidupan; kreativitas dan inovasi dalam menjalani kehidupan; tingkat
kemandirian serta daya saing, dan kemampuan untuk menjamin
keberlanjutan diri dan lingkungannya.
Kaitannya dengan dunia persekolahan yang tujuan utamanya adalah
meneruskan kebudayaan kepada generasi muda melalui proses sosialisasi, banyak
faktor yang mempengaruhi mutu sekolah. Karena itu, penelitian ini mengkaji
faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sekolah. Sehingga, hal ini menuntut
sekolah untuk memiliki kemampuan dalam membuat rencana pengembangan
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
sumber daya manusia, baik personel sekolah maupun peserta didiknya, agar
sekolah memiliki kinerja yang dapat menunjukkan keberhasilan sekolah dalam
mencapai tujuan secara keseluruhan.
Mutu menurut Phillip B. Crosby (dalam Usman, 2010 hlm. 511) adalah
“Kesesuaian dengan apa yang disyaratkan.” Sebuah produk dapat dikatakan
bermutu atau berkualitas apabila sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kepemimpinan, iklim
organisasi, kualifikasi guru, anggaran, kecukupan fasilitas belajar, dan sebagainya
(Suharsaputra, 2010 hlm. 231).
Mengingat kepala sekolah adalah salah satu variabel yang sangat dominan
dalam mempercepat terjadinya perubahan menuju kemajuan di sekolah, maka
peran dan fungsinya harus benar-benar optimal. Sebagaimana menurut Sutarjo
(2014, hlm. 107) bahwa “Kepala sekolah harus dapat mengembangkan fungsifungsi kepemimpinannya secara optimal dalam kaitan dengan unsur pengelolaan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.” Fungsi kepala sekolah tersebut dapat
dilihat dari kinerja manajerialnya. Hasil penelitian Soma Mukherjee (2013, hlm.
86) menunjukkan bahwa “Terdapat hubungan yang kuat antara kinerja sekolah
denga efektivitas kemampuan manajerial kepala sekolah yang salah satunya
ditunjukkan dengan hasil akademik siswa yang tinggi.”
Dengan demikian, mutu sekolah akan tercapai dengan optimal salah
satunya apabila didukung oleh kinerja kepala sekolah. Terutama kinerja kepala
sekolah yang berkenaan dengan salah satu fungsi kepala sekolah yang sangat
berpengaruh terhadap peningkatan mutu sekolah, yaitu sebagai manajer. Kinerja
manajerial kepala sekolah dapat dilihat dari kemampuan kepala sekolah dalam
memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di sekolah dengan optimal untuk
meningkatkan mutu sekolah. Karena itu, kepala sekolah harus mempunyai
kemampuan yang baik dalam mengelola sekolah agar target-target sekolah yang
telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan standar.
Selain kinerja manajerial kepala sekolah, banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi mutu sekolah, beberapa faktor tersebut antara lain kebijakan,
kurikulum, kinerja para guru dan staf di sekolah, komite sekolah, iklim sekolah,
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
dan sarana prasana yang terdapat di sekolah. Sallis (2012, hlm. 30-31)
menyatakan bahwa:
Sesungguhnya ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya
sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi,
hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan
orangtua, bisnis dan komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi
teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian
terhadap pelajar dan anak didik, kurikulum yang memadai, atau kombinasi
dari faktor-faktor tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi mutu sekolah. Faktor iklim sekolah diduga paling
berpengaruh terhadap mutu sekolah selain kinerja manajerial kepala sekolah.
Iklim sekolah yang masih tertutup, tidak sehat, dan kurangnya keakraban dan
keramahan dari setiap personel sekolah akan mempengaruhi mutu sekolah
menjadi kurang baik/rendah. Sebaliknya, iklim sekolah yang terbuka, sehat, akrab
dan ramah akan berdampak pada peningkatan sekolah. Sebagaimana menurut
Huang, Xiao, dan Huang (2013, hlm. 25) menyatakan bahwa “Iklim sekolah tidak
statis, kadang-kadang berubah seiring dengan kebijakan, opini publik, sekolah itu
sendiri, serta kualitas guru dan siswa. Jika sekolah ingin mempertahankan tradisi
baik atau reputasi yang baik, maka para staf dan siswa perlu melakukan upaya
besar.” Di samping itu, Komariah (2014, hlm. 119) juga menyatakan bahwa
“Mewujudkan iklim sekolah untuk menciptakan sekolah sehat sebagai organisasi
pembelajar sejati menjadi nilai inti manajemen sekolah bermutu.”
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramlan (2014, hlm. 108) pada
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung menunjukkan bahwa
“Kinerja manajerial kepala sekolah memiliki kontribusi yang signifikan pada
kategori kuat terhadap mutu sekolah sebesar 46,1%.” Artinya peran manajerial
kepala sekolah dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengontrolan memiliki kontribusi terhadap pencapaian mutu sekolah dalam hal
input, proses, dan output. Di samping itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti (2015, hlm. 129) pada Sekolah Dasar di Kecamatan Ngamprah
Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa “Iklim sekolah berpengaruh dan
signifikan terhadap mutu sekolah sebesar 57,5%, sehingga menegaskan bahwa
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
iklim sekolah dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mutu
sekolah.” Dengan kata lain, bahwa menciptakan iklim sekolah berarti
melaksanakan sebagian dari upaya peningkatan mutu sekolah.
Berdasarkan kedua hasil penelitian di atas yang menunjukkan bahwa
baik kinerja manajerial kepala sekolah maupun iklim sekolah keduanya
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap mutu sekolah. Fullan (dalam
Anuna, Mbonu, dan Amanchukwu, 2013, hlm. 162) menyatakan bahwa
“Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif memiliki kunci untuk mencapai
reformasi besar dalam pendidikan secara berkelanjutan seperti dalam hal
akuntabilitas, standar, tes, meningkatkan hak-hak siswa, manajemen, iklim
sekolah, dan mengubah sekolah menjadi komunitas belajar profesional.”
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
secara mendalam dan lebih lanjut mengenai pengaruh kinerja manajerial kepala
sekolah dan iklim sekolah terhadap mutu Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di
Sub Rayon 11 Kota Bandung.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
perlu untuk mempelajari dan mencermati mengenai mutu sekolah yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, berbicara mengenai mutu
sekolah tidak terlepas dari beberapa variabel yang dimungkinkan mempengaruhi
seperti yang diperjelas pada gambar 1.1. berikut ini:
Kinerja
Manajerial
Kepala
Sekolah
Perencanaan
Pengorganisasian
Kepemimpinan
Pengendalian
Kebijakan
Kinerja Guru
Kurikulum
Mutu
Sekolah
Sarana
Prasarana
Resti Sarifah Ningsih, Kinerja
2016
Iklim Sekolah
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL
KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
Staf
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Stakeholders/
Masyarakat
10
Iklm keterbukaan
Iklim kesehatan
Iklim kewarganegaraan
Gambar 1.1.
Identifikasi Masalah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Sekolah
Sumber: Diadaptasi dari Suharsaputra (2010, hlm. 231), Sallis (2012, hlm. 30-31)
Dari faktor-faktor sebagaimana tersebut di atas, faktor kinerja manajerial
kepala sekolah dan iklim sekolah diduga lebih banyak berpengaruh terhadap
keberhasilan pencapaian mutu sekolah pada Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A
di Sub Rayon 11 Kota Bandung. Alasan yang menyebabkan kedua faktor tersebut
sangat berpengaruh terhadap mutu sekolah yaitu:
Pertama, kepala sekolah sebagai seorang manajer dalam memimpin
bawahannya yakni guru dan personel lainnya di sekolah selayaknya melaksanakan
fungsi-fungsi manajerial dengan baik di sekolah, agar para guru dan personel
lainnya di sekolah memiliki araha dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga
tujuan sekolah tercapai. Berdasarkan paparan tersebut, apakah dengan kinerja
manajerial kepala sekolah yang baik dapat berpengaruh terhadap mutu sekolah?
Kedua, penciptaaan iklim sekolah yang baik dan kondusif masih luput
dari perhatian para pelakun personel sekolah (kepala sekolah, guru, staf, dan
siswa). Berdasarkan paparan tersebut, apakah terdapat pengaruh iklim sekolah
terhadap mutu sekolah?
Dari latar belakang sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka
penulis tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja
Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Mutu Sekolah Dasar
Negeri Terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung.”
C. Rumusan Masalah Penelitian
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan dalam latar belakang, yang
berhubungan dengan tiga variabel berupa dua variabel bebas yaitu kinerja
manajerial kepala sekolah dan iklim sekolah, serta satu variabel terikat yaitu mutu
sekolah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah kinerja
manajerial kepala sekolah dan iklim sekolah berpengaruh terhadap mutu Sekolah
Dasar Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung?” Secara rinci,
peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana mutu Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11
Kota Bandung?
2.
Bagaimana kinerja manajerial Kepala Sekolah Dasar Negeri terakreditasi
A di Sub Rayon 11 Kota Bandung?
3.
Bagaimana iklim Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11
Kota Bandung?
4.
Seberapa besar pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah terhadap
mutu Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota
Bandung?
5.
Seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap mutu Sekolah Dasar
Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung?
6.
Seberapa besar pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim
sekolah secara bersama-sama terhadap mutu Sekolah Dasar Negeri
terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disusun, maka penelitian ini
memiliki tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai. Adapun tujuan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara keseluruhan bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis mengenai pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
sekolah terhadap mutu Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11
Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dilaksanakan penelitian ini antara lain:
a. Terdeskripsikannya mutu Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di
Sub Rayon 11 Kota Bandung.
b. Terdeskripsikannya kinerja manajerial Kepala Sekolah Dasar Negeri
terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung.
c. Terdeskripsikannya iklim Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di
Sub Rayon 11 Kota Bandung.
d. Teranalisanya pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah terhadap
mutu Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota
Bandung.
e. Teranalisanya pengaruh iklim sekolah terhadap mutu Sekolah Dasar
Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung.
f. Teranalisanya pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim
sekolah secara bersama-sama terhadap mutu Sekolah Dasar Negeri
terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung.
E. Manfaat Penelitian
Apabila tujuan penelitian ini tercapai, maka hasil penelitian ini akan
memberikan manfaat. Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
kajian untuk mengklarifikasi temuan-temuan atau hasil-hasil penelitian pada
penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya terutama penelitianpenelitain mengenai mutu sekolah, kinerja manajerial kepala sekolah, dan iklim
sekolah.
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti maupun pembaca
lainnya untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan
dalam mendeskripsikan dan menganalisis mutu sekolah, kinerja
manajerial kepala sekolah, dan iklim sekolah.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai bahan
rujukan bagi para peneliti pada penelitian selanjutnya yang tertarik
dengan mutu sekolah, kinerja manajerial kepala sekolah, dan iklim
sekolah.
c. Hasil penelitian ini juga kirannya dapat dimanfaatkan bagi Dinas
Pendidikan Kota Bandung khususnya Sub Rayon 11 Kota Bandung
sebagai landasan kebijakan lebih lanjut dalam hal pengembangan
kebijakan berkenaan dengan mutu sekolah.
F. Struktur Organisasi Tesis
Struktur penulisan tesis ini terdiri dari lima bab, diantaranya: (1)
Pendahuluan; (2) Kajian Pustaka; (3) Metode Penelitian; (4) Temuan dan
Pembahasan; (5) Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi.
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi uraian tentang pendahuluan dan
merupakan bagian awal dari tesis yang didalamnya terdapat latar belakang
penelitian yang menjelaskan alasan mengapa masalah tersebut diteliti, pentingnya
masalah tersebut diteliti, identifikasi masalah penelitian berisi tentang pengenalan
masalah atau inventarisasi variabel penelitian, rumusan masalah penelitian dibuat
dalam bentuk pertanyaan yang membahas mengenai rumusan dan analisis
masalah penelitian, tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah
penelitian selesai dilakukan, manfaat penelitian disajikan secara praktis dan
teoritis, dan struktur organisasi penulisan tesis disajikan dari setiap bab, dan
bagian bab dalam tesis mulai dari Bab I hingga Bab V.
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14
Bab II Kajian Pustaka. Pada bab ini membahas konteks yang jelas
terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Bagian ini
memiliki peran yang sangat penting. Melalui kajian pustaka, disajikan konsep
yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang
sedang diteliti. Selain itu, pada bagian ini juga terdapat kerangka penelitian dan
hipotesis penelitian.
Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini disajikan tentang desain
penelitian; lokasi, objek dan subjek penelitian; populasi dan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini; definisi operasional; teknik pengumpulan data;
instrumen penelitian yang berawal dari perumusan instrumen kemudian uji coba
instrumen yang menerangkan tentang validitas dan reliabilitas instrumen; dan
analisis data pada penelitian ini. Bab ini merupakan bagian yang prosedural, yakni
bagian yang mengarahkan pembaca tentang bagaimana peneliti menyusun alur
pemikiran mulai dari pendekatan penelitian yang diterapkan, instrumen yang
digunakan, tahap pengumpulan data yang dilakukan, penjelasan tentang temuan
atau hasil penelitian dengan menggunakan pengolahan dan langkah-langkah
analisis data yang dijalankan.
Bab IV Temuan dan Pembahasan. Menyampaikan dua hal utama, yakni:
(1) Temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan
berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan
penelitian; dan (2) Pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.
Bab V Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi. Pada bab ini berisi tentang
simpulan, implikasi, dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan
pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, konsekuensi logis
dari temuan dan hasil penelitian, sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat
diambil manfaatnya dari hasil penelitian.
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan
bangsa. Sejarah menunjukkan bahwa kunci keberhasilan negara-negara maju
adalah tersedianya penduduk yang terdidik dalam jumlah, jenis, dan tingkat yang
memadai. Karena itu, hampir semua bangsa menempatkan pembangunan
pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan nasional
mereka. Sumber daya manusia yang bermutu merupakan produk pendidikan yang
menjadi kunci keberhasilan suatu negara.
Menyadari hal tersebut di atas, sebagaimana ditegaskan dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan bertujuan untuk menciptakan
sumber daya manusia Indonesia yang utuh dan berkualitas, yang dipersiapkan
untuk menghadapi persaingan global yang semakin kuat, dan mampu merespon
berbagai tantangan. Oleh sebab itu, kualitas atau mutu adalah inti dari makna
pendidikan.
Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu tersebut, Pemerintah
telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 (i) bahwa “Standar
Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Lingkup Standar Nasional
Pendidikan tersebut meliputi: standar kompetensi lulusan, isi/kurikulum, pendidik
dan tenaga kependidikan, proses, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan,
dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara terencana dan berkala.
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Dengan terpenuhinya delapan Standar Nasional Pendidikan tersebut, maka mutu
pendidikan nasional yang bertujuan dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dapat
terjamin.
Namun demikian, permasalahan pendidikan saat ini masih menjadi
polemik dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia di tingkat dasar. Hal ini
dapat dilihat dari belum optimalnya mutu pendidikan sekarang ini. Sementara itu,
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
masyarakat.” Karena itu, penjaminan mutu menjadi tanggung jawab bersama
ketiga unsur tersebut. Mutu berkenaan dengan penilaian bagaimana suatu produk
memenuhi kriteria, standar atau rujukan tertentu. Dengan demikian, pengelolaan
pendidikan dasar dilaksanakan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap satuan pendidikan, termasuk pada
tingkat sekolah dasar berkewajiban melaksanakan proses pembelajaran dan
pendidikan yang bermutu sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Karena itu,
sekolah sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan di tingkat
mikro, merupakan suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang berinteraksi
dan bersinergi dalam menjalankan peran dan fungsinya guna mencapai tujuantujuan pendidikan. Sebagaimana menurut Hoy dan Miskel (2014, hlm. 46)
menyatakan bahwa “Unsur-unsur dari suatu sistem sekolah berinteraksi dalam
suatu proses transformasi input menjadi output dalam suatu lingkungan tertentu.”
Hal ini menempatkan sekolah berada pada satu tatanan yang kompleks dan saling
terkait. Karena itu, sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang
membutuhkan pengelolaan yang baik dan profesional serta mandiri.
Untuk dapat mencapai dan mempertahankan kualitas pendidikan, paling
tidak sekolah harus mempertahankan faktor input, proses, output dan outcome.
Faktor input mencakup unsur guru, kurikulum, siswa, buku, dan fasilitas belajar,
serta peran masyarakat. Faktor proses mencakup unsur kesehatan, keamanan,
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
disiplin, keakraban, saling menghormati, kepuasan, dan lain-lain. Faktor output
mencakup unsur nilai yang dicapai oleh peserta didik, dan aneka jenis
keterampilan
yang
diperoleh
peserta
didik
selama
mengikuti
program
ekstrakurikuler. Faktor outcome mencakup unsur lulusan cepat terserap di dunia
kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas. Tiap
faktor saling berkaitan satu dan yang lain sehingga saling berpengaruh. Sekolah
yang mengalami kelemahan salah satu faktor dalam sistem tersebut akan
mempengaruhi sistem pendidikan itu. Karena itu, dalam usaha mengembangkan
sistem pendidikan, setiap faktor harus mendapatkan perhatian dan prioritas utama.
Sebagaimana di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah Pasal 11 Ayat (4) dinyatakan bahwa “Penyelenggaraan urusan
pemerintah yang bersifat wajib berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal,
dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah.” Namun demikian,
permasalahan yang menarik untuk dikaji dari penyelenggaraan pendidikan
berkenaan dengan Standar Pelayanan Minimal pada tingkat mikro adalah mutu
sekolah. Saat ini, mutu telah menjadi tuntutan oleh berbagai kalangan atau
kepentingan baik itu untuk jenis barang maupun jenis jasa. Sekolah sebagai
penghasil jasa pendidikan harus memenuhi standar mutu.
Pemerintah Kota Bandung sebagaimana di dalam Peraturan Wali Kota
Bandung Nomor 15 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4
Ayat (1) menyatakan bahwa “Misi pendidikan daerah adalah mengupayakan
perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi
seluruh warga kota.” Selain itu, di dalam Pasal 9 Ayat (1) juga dinyatakan bahwa
“Setiap warga kota mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu.” Karena itu, Pemerintah Kota Bandung terus berupaya
meningkatkan mutu pendidikannya.
Akan tetapi pada kenyataannya, kebijakan tersebut belum tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki. Hal ini ditunjukkan dengan masih terdapatnya Sekolah
Dasar Negeri di Kota Bandung yang belum memenuhi Standar Pelayanan
Minimal, sebagaimana di dalam lampiran 2 Permendikbud No. 23 Tahun 2013
tentang Perhitungan Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal tingkat
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Kabupaten/Kota pasal 2 Ayat 2.a2 dinyatakan bahwa “Jumlah peserta didik dalam
setiap rombongan belajar untuk SD dan MI tidak melebihi 32 orang.” Namun
berdasarkan data yang diperoleh, beberapa Sekolah Dasar Negeri di Kota
Bandung menunjukkan rata-rata jumlah siswa pada Tahun Pelajaran 2015/2016
mencapai 36 peserta didik dalam setiap rombongan belajar. Dengan demikian, hal
ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pasal 2 Ayat 2.a.4 juga menyatakan bahwa “Di setiap SD dan MI tersedia
satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru.”
Namun di lapangan menunjukkan bahwa, jumlah meja dan kursi untuk setiap guru
belum memenuhi standar, bahkan ada yang dalam keadaan rusak ringan sampai
berat. Belum terpenuhinya sarana prasarana sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan ini terjadi pada sekolah-sekolah dasar negeri di Sub Rayon 11 Kota
Bandung. Hal inilah yang dapat menyebabkan mutu sekolah belum optimal.
Oleh karena mutu sekolah merupakan tingkat capaian target-target sekolah
yang telah ditetapkan sesuai dengan standar tertentu, maka akreditasi merupakan
salah satu alat untuk mengukur mutu sekolah berkenaan dengan standar
pengelolaan nasional pendidikan. Tabel 1.1. berikut ini adalah data akreditasi
Sekolah Dasar Negeri di Sub Rayon 11 Kota Bandung yang meliputi tiga
kecamatan, yaitu Kecamatan Sumur Bandung, Kecamatan Andir, dan Kecamatan
Bandung Wetan.
Tabel 1.1. Data Akreditasi Sekolah Dasar Negeri
di Sub Rayon 11 Kota Bandung
Akreditasi
Nomor
Kecamatan
A
B
C
TT
1.
Sumur Bandung
18
0
0
0
2.
Andir
10
8
1
0
3.
Bandung Wetan
5
0
0
0
Jumlah
33
8
1
0
Persentase
78,57
19,05
2,38
0
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung, 2016
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Berdasarkan tabel 1.1 di atas diketahui bahwa, belum seluruhnya Sekolah
Dasar Negeri di Sub Rayon 11 Kota Bandung mendapat peringkat akreditasi A.
Hal ini menunjukkan bahwa standar pengelolaan sekolah belum memenuhi sesuai
dengan yang ditetapkan. Sekolah yang bermutu adalah sekolah yang dikelola
dengan baik sehingga memperoleh peringkat akreditasi terbaik sesuai dengan
standar mutu yang telah ditetapkan.
Berkenaan dengan standar kompetensi lulusan, yang dapat dilihat dari
kapasitas atau daya serap hasil karya atau perolehan belajar peserta didik. Maka,
perolehan hasil Ujian Nasional (UN) Sekolah Dasar Negeri di Sub Rayon 11 Kota
Bandung pada tahun pelajaran 2013-2014 disajikan pada tabel 1.2. berikut ini:
Tabel. 1.2. Perolehan Hasil UN Sekolah Dasar Negeri
di Sub Rayon 11 Kota Bandung
Nilai Ujian
No.
Mata Pelajaran
Rata-rata
Terendah
Tertinggi
1.
Bahasa Indonesia
8,27
4,40
9,40
2.
Matematika
8,11
3,00
9,75
3.
IPA
7,88
3,00
10,00
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung, 2016
Berdasarkan tabel 1.2. di atas dapat diketahui bahwa dari ketiga mata
pelajaran yang diujiankan, masih terdapat nilai ujian terendah jauh di bawah nilai
rata-rata ujian. Hal ini menunjukkan bahwa mutu sekolah belum tercapai dengan
optimal. Karena, hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan
keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan
lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran
tertentu (Danim, 2010 hlm. 146).
Sekolah yang baik tentu saja sekolah yang bermutu. Mutu di bidang
pendidikan meliputi mutu input, proses, output dan outcome. Input pendidikan
dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,
menyenangkan, dan bermakna. Output dikatakan bermutu jika hasil belajar
peserta didik baik akademik maupun non akademik tinggi. Outcome dinyatakan
bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, semua pihak mengakui
keberhasilan lulusan dan merasa puas (Usman, 2010, hlm. 513). Mutu bermanfaat
bagi dunia pendidikan karena: (1) Meningkatkan pertanggung jawaban
(akuntabilitas) sekolah kepada masyarakat dan atau pemerintah yang telah
memberikan biaya penyelenggaraan pendidikan kepada sekolah, (2) Menjamin
mutu lulusannya, (3) Bekerja lebih profesional, serta (4) Meningkatkan persaingan
yang sehat.
Sallis (2012, hlm. 7) menyatakan bahwa “Salah satu faktor yang
menentukan institusi dapat dikatakan bermutu apabila terpenuhinya spesifikasi
yang telah ditentukan sebelumnya.” Dalam penyelenggaraannya merupakan profil
lulusan institusi pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi tujuan pendidikan,
yang berbentuk standar kemampuan dasar berupa kualifikasi akademik minimal
yang dikuasai oleh peserta didik. Sebagaimana dalam Permendiknas Nomor 63
Tahun 2009 Pasal 4 dinyatakan bahwa:
Tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) mengacu pada mutu kehidupan manusia
dan bangsa Indonesia yang komprehensif dan seimbang yang mencakup
sekurang-kurangnya: mutu keimanan, ketakwaan, akhlak, budi pekerti, dan
kepribadian; kompetensi intelektual, estetik, psikomotorik, kinestetik;
profesional, serta kompetensi kemanusiaan lainnya sesuai dengan bakat,
potensi, dan minat masing-masing; muatan dan tingkat kecanggihan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang mewarnai dan memfasilitasi
kehidupan; kreativitas dan inovasi dalam menjalani kehidupan; tingkat
kemandirian serta daya saing, dan kemampuan untuk menjamin
keberlanjutan diri dan lingkungannya.
Kaitannya dengan dunia persekolahan yang tujuan utamanya adalah
meneruskan kebudayaan kepada generasi muda melalui proses sosialisasi, banyak
faktor yang mempengaruhi mutu sekolah. Karena itu, penelitian ini mengkaji
faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sekolah. Sehingga, hal ini menuntut
sekolah untuk memiliki kemampuan dalam membuat rencana pengembangan
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
sumber daya manusia, baik personel sekolah maupun peserta didiknya, agar
sekolah memiliki kinerja yang dapat menunjukkan keberhasilan sekolah dalam
mencapai tujuan secara keseluruhan.
Mutu menurut Phillip B. Crosby (dalam Usman, 2010 hlm. 511) adalah
“Kesesuaian dengan apa yang disyaratkan.” Sebuah produk dapat dikatakan
bermutu atau berkualitas apabila sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kepemimpinan, iklim
organisasi, kualifikasi guru, anggaran, kecukupan fasilitas belajar, dan sebagainya
(Suharsaputra, 2010 hlm. 231).
Mengingat kepala sekolah adalah salah satu variabel yang sangat dominan
dalam mempercepat terjadinya perubahan menuju kemajuan di sekolah, maka
peran dan fungsinya harus benar-benar optimal. Sebagaimana menurut Sutarjo
(2014, hlm. 107) bahwa “Kepala sekolah harus dapat mengembangkan fungsifungsi kepemimpinannya secara optimal dalam kaitan dengan unsur pengelolaan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.” Fungsi kepala sekolah tersebut dapat
dilihat dari kinerja manajerialnya. Hasil penelitian Soma Mukherjee (2013, hlm.
86) menunjukkan bahwa “Terdapat hubungan yang kuat antara kinerja sekolah
denga efektivitas kemampuan manajerial kepala sekolah yang salah satunya
ditunjukkan dengan hasil akademik siswa yang tinggi.”
Dengan demikian, mutu sekolah akan tercapai dengan optimal salah
satunya apabila didukung oleh kinerja kepala sekolah. Terutama kinerja kepala
sekolah yang berkenaan dengan salah satu fungsi kepala sekolah yang sangat
berpengaruh terhadap peningkatan mutu sekolah, yaitu sebagai manajer. Kinerja
manajerial kepala sekolah dapat dilihat dari kemampuan kepala sekolah dalam
memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di sekolah dengan optimal untuk
meningkatkan mutu sekolah. Karena itu, kepala sekolah harus mempunyai
kemampuan yang baik dalam mengelola sekolah agar target-target sekolah yang
telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan standar.
Selain kinerja manajerial kepala sekolah, banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi mutu sekolah, beberapa faktor tersebut antara lain kebijakan,
kurikulum, kinerja para guru dan staf di sekolah, komite sekolah, iklim sekolah,
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
dan sarana prasana yang terdapat di sekolah. Sallis (2012, hlm. 30-31)
menyatakan bahwa:
Sesungguhnya ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya
sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi,
hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan
orangtua, bisnis dan komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi
teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian
terhadap pelajar dan anak didik, kurikulum yang memadai, atau kombinasi
dari faktor-faktor tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi mutu sekolah. Faktor iklim sekolah diduga paling
berpengaruh terhadap mutu sekolah selain kinerja manajerial kepala sekolah.
Iklim sekolah yang masih tertutup, tidak sehat, dan kurangnya keakraban dan
keramahan dari setiap personel sekolah akan mempengaruhi mutu sekolah
menjadi kurang baik/rendah. Sebaliknya, iklim sekolah yang terbuka, sehat, akrab
dan ramah akan berdampak pada peningkatan sekolah. Sebagaimana menurut
Huang, Xiao, dan Huang (2013, hlm. 25) menyatakan bahwa “Iklim sekolah tidak
statis, kadang-kadang berubah seiring dengan kebijakan, opini publik, sekolah itu
sendiri, serta kualitas guru dan siswa. Jika sekolah ingin mempertahankan tradisi
baik atau reputasi yang baik, maka para staf dan siswa perlu melakukan upaya
besar.” Di samping itu, Komariah (2014, hlm. 119) juga menyatakan bahwa
“Mewujudkan iklim sekolah untuk menciptakan sekolah sehat sebagai organisasi
pembelajar sejati menjadi nilai inti manajemen sekolah bermutu.”
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramlan (2014, hlm. 108) pada
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung menunjukkan bahwa
“Kinerja manajerial kepala sekolah memiliki kontribusi yang signifikan pada
kategori kuat terhadap mutu sekolah sebesar 46,1%.” Artinya peran manajerial
kepala sekolah dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengontrolan memiliki kontribusi terhadap pencapaian mutu sekolah dalam hal
input, proses, dan output. Di samping itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti (2015, hlm. 129) pada Sekolah Dasar di Kecamatan Ngamprah
Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa “Iklim sekolah berpengaruh dan
signifikan terhadap mutu sekolah sebesar 57,5%, sehingga menegaskan bahwa
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
iklim sekolah dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mutu
sekolah.” Dengan kata lain, bahwa menciptakan iklim sekolah berarti
melaksanakan sebagian dari upaya peningkatan mutu sekolah.
Berdasarkan kedua hasil penelitian di atas yang menunjukkan bahwa
baik kinerja manajerial kepala sekolah maupun iklim sekolah keduanya
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap mutu sekolah. Fullan (dalam
Anuna, Mbonu, dan Amanchukwu, 2013, hlm. 162) menyatakan bahwa
“Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif memiliki kunci untuk mencapai
reformasi besar dalam pendidikan secara berkelanjutan seperti dalam hal
akuntabilitas, standar, tes, meningkatkan hak-hak siswa, manajemen, iklim
sekolah, dan mengubah sekolah menjadi komunitas belajar profesional.”
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
secara mendalam dan lebih lanjut mengenai pengaruh kinerja manajerial kepala
sekolah dan iklim sekolah terhadap mutu Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di
Sub Rayon 11 Kota Bandung.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
perlu untuk mempelajari dan mencermati mengenai mutu sekolah yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, berbicara mengenai mutu
sekolah tidak terlepas dari beberapa variabel yang dimungkinkan mempengaruhi
seperti yang diperjelas pada gambar 1.1. berikut ini:
Kinerja
Manajerial
Kepala
Sekolah
Perencanaan
Pengorganisasian
Kepemimpinan
Pengendalian
Kebijakan
Kinerja Guru
Kurikulum
Mutu
Sekolah
Sarana
Prasarana
Resti Sarifah Ningsih, Kinerja
2016
Iklim Sekolah
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL
KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
Staf
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Stakeholders/
Masyarakat
10
Iklm keterbukaan
Iklim kesehatan
Iklim kewarganegaraan
Gambar 1.1.
Identifikasi Masalah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Sekolah
Sumber: Diadaptasi dari Suharsaputra (2010, hlm. 231), Sallis (2012, hlm. 30-31)
Dari faktor-faktor sebagaimana tersebut di atas, faktor kinerja manajerial
kepala sekolah dan iklim sekolah diduga lebih banyak berpengaruh terhadap
keberhasilan pencapaian mutu sekolah pada Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A
di Sub Rayon 11 Kota Bandung. Alasan yang menyebabkan kedua faktor tersebut
sangat berpengaruh terhadap mutu sekolah yaitu:
Pertama, kepala sekolah sebagai seorang manajer dalam memimpin
bawahannya yakni guru dan personel lainnya di sekolah selayaknya melaksanakan
fungsi-fungsi manajerial dengan baik di sekolah, agar para guru dan personel
lainnya di sekolah memiliki araha dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga
tujuan sekolah tercapai. Berdasarkan paparan tersebut, apakah dengan kinerja
manajerial kepala sekolah yang baik dapat berpengaruh terhadap mutu sekolah?
Kedua, penciptaaan iklim sekolah yang baik dan kondusif masih luput
dari perhatian para pelakun personel sekolah (kepala sekolah, guru, staf, dan
siswa). Berdasarkan paparan tersebut, apakah terdapat pengaruh iklim sekolah
terhadap mutu sekolah?
Dari latar belakang sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka
penulis tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja
Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Mutu Sekolah Dasar
Negeri Terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung.”
C. Rumusan Masalah Penelitian
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan dalam latar belakang, yang
berhubungan dengan tiga variabel berupa dua variabel bebas yaitu kinerja
manajerial kepala sekolah dan iklim sekolah, serta satu variabel terikat yaitu mutu
sekolah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah kinerja
manajerial kepala sekolah dan iklim sekolah berpengaruh terhadap mutu Sekolah
Dasar Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung?” Secara rinci,
peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana mutu Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11
Kota Bandung?
2.
Bagaimana kinerja manajerial Kepala Sekolah Dasar Negeri terakreditasi
A di Sub Rayon 11 Kota Bandung?
3.
Bagaimana iklim Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11
Kota Bandung?
4.
Seberapa besar pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah terhadap
mutu Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota
Bandung?
5.
Seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap mutu Sekolah Dasar
Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung?
6.
Seberapa besar pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim
sekolah secara bersama-sama terhadap mutu Sekolah Dasar Negeri
terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disusun, maka penelitian ini
memiliki tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai. Adapun tujuan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara keseluruhan bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis mengenai pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
sekolah terhadap mutu Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11
Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dilaksanakan penelitian ini antara lain:
a. Terdeskripsikannya mutu Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di
Sub Rayon 11 Kota Bandung.
b. Terdeskripsikannya kinerja manajerial Kepala Sekolah Dasar Negeri
terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung.
c. Terdeskripsikannya iklim Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di
Sub Rayon 11 Kota Bandung.
d. Teranalisanya pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah terhadap
mutu Sekolah Dasar Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota
Bandung.
e. Teranalisanya pengaruh iklim sekolah terhadap mutu Sekolah Dasar
Negeri terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung.
f. Teranalisanya pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim
sekolah secara bersama-sama terhadap mutu Sekolah Dasar Negeri
terakreditasi A di Sub Rayon 11 Kota Bandung.
E. Manfaat Penelitian
Apabila tujuan penelitian ini tercapai, maka hasil penelitian ini akan
memberikan manfaat. Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
kajian untuk mengklarifikasi temuan-temuan atau hasil-hasil penelitian pada
penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya terutama penelitianpenelitain mengenai mutu sekolah, kinerja manajerial kepala sekolah, dan iklim
sekolah.
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti maupun pembaca
lainnya untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan
dalam mendeskripsikan dan menganalisis mutu sekolah, kinerja
manajerial kepala sekolah, dan iklim sekolah.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai bahan
rujukan bagi para peneliti pada penelitian selanjutnya yang tertarik
dengan mutu sekolah, kinerja manajerial kepala sekolah, dan iklim
sekolah.
c. Hasil penelitian ini juga kirannya dapat dimanfaatkan bagi Dinas
Pendidikan Kota Bandung khususnya Sub Rayon 11 Kota Bandung
sebagai landasan kebijakan lebih lanjut dalam hal pengembangan
kebijakan berkenaan dengan mutu sekolah.
F. Struktur Organisasi Tesis
Struktur penulisan tesis ini terdiri dari lima bab, diantaranya: (1)
Pendahuluan; (2) Kajian Pustaka; (3) Metode Penelitian; (4) Temuan dan
Pembahasan; (5) Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi.
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi uraian tentang pendahuluan dan
merupakan bagian awal dari tesis yang didalamnya terdapat latar belakang
penelitian yang menjelaskan alasan mengapa masalah tersebut diteliti, pentingnya
masalah tersebut diteliti, identifikasi masalah penelitian berisi tentang pengenalan
masalah atau inventarisasi variabel penelitian, rumusan masalah penelitian dibuat
dalam bentuk pertanyaan yang membahas mengenai rumusan dan analisis
masalah penelitian, tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah
penelitian selesai dilakukan, manfaat penelitian disajikan secara praktis dan
teoritis, dan struktur organisasi penulisan tesis disajikan dari setiap bab, dan
bagian bab dalam tesis mulai dari Bab I hingga Bab V.
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14
Bab II Kajian Pustaka. Pada bab ini membahas konteks yang jelas
terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Bagian ini
memiliki peran yang sangat penting. Melalui kajian pustaka, disajikan konsep
yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang
sedang diteliti. Selain itu, pada bagian ini juga terdapat kerangka penelitian dan
hipotesis penelitian.
Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini disajikan tentang desain
penelitian; lokasi, objek dan subjek penelitian; populasi dan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini; definisi operasional; teknik pengumpulan data;
instrumen penelitian yang berawal dari perumusan instrumen kemudian uji coba
instrumen yang menerangkan tentang validitas dan reliabilitas instrumen; dan
analisis data pada penelitian ini. Bab ini merupakan bagian yang prosedural, yakni
bagian yang mengarahkan pembaca tentang bagaimana peneliti menyusun alur
pemikiran mulai dari pendekatan penelitian yang diterapkan, instrumen yang
digunakan, tahap pengumpulan data yang dilakukan, penjelasan tentang temuan
atau hasil penelitian dengan menggunakan pengolahan dan langkah-langkah
analisis data yang dijalankan.
Bab IV Temuan dan Pembahasan. Menyampaikan dua hal utama, yakni:
(1) Temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan
berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan
penelitian; dan (2) Pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.
Bab V Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi. Pada bab ini berisi tentang
simpulan, implikasi, dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan
pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, konsekuensi logis
dari temuan dan hasil penelitian, sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat
diambil manfaatnya dari hasil penelitian.
Resti Sarifah Ningsih, 2016
PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU
SEKOLAH DASAR NEGERITERAKREDITASI A DI SUB RAYON 11 KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu