DISTRIBUSI SARAF PADA EPITEL OLFAKTORIUS KALONG KAPATUK (Pteropus vampyrus) DAN LASIWEN DEIGNAN (Myotis horsfieldii) BERDASARKAN EKSPRESI NEURON-SPECIFIC ENOLASE (NSE) | Nicolory Paula | Jurnal Sain Veteriner 277 137 1 PB

DISTRIBUSI SARAF PADA EPITEL OLFAKTORIUS KALONG KAPAT]K
(Pteropusvampyrus)DAN LASIWEN DEIGNAN (Myotis horsJieldii)
BERDASARKAN EKSPRESINEURON-SPECI FI C
ENOLASE (NSE)
THE NEURON DISTRIBUTIONIN THE OLFACTORYEPITHELIUM OF THE COMMON
FLYING-FOX(Pteropusvampyrus)AND THE DEIGNAN BAT (Myotis horsfieldii)
BASEDON NEURON-SPECIFIC
ENOLASE(NSE)EXPRESSION
Tri WahyuPangestiningsiha,
TeguhBudipitojos
Yosephine
NicoloryPaular,Soehartini
Jatman2,
Ariana3,
t''J/'5Bagian
Hewan,Universitas
GadjahMada,Yogyakarta
AnatomilFakultasKedokteran

ABSTRAK
Kelelawar merupakan salah satu keanekaragaman

dan kekayaan satwa di Indonesia.Adanya
jenis makananmaupunhabitatkelelawarmenyebabkan
keanekaragaman
terjadinyaperbedaandalammencari
jenis
dancaramakandari berbagai
kelelawar.Keterkaitanantarastrukturindrapenciumandenganjenis dancara
makankelelawarsangatmenarikuntuk dieksplorasi,karenasampaisaatini sangatsedikit data mengenaihal
tersebut.Penelitianini menggunakan
3 ekor kalongbetinadewasadan 3 ekor lasiwenbetinadewasa,sebagai
sampel.Hidung sebagaisampel,kemudiandibuat preparathistologi denganmetodeparafin dan pewarnaan
imunohistokimia terhadap ekspresi NSE. Hasil pewarnaan imunohistokimia menunjukkan bahwa
imunoreaktivitas
NSE padalasiwenterindentifikasidalamepitelolfaktoriusdi keduasisi septumnasalis,konka
fila olfaktoria.Padakalongtidakterindentifikasiadanyaimunoreaktivitas
dorsalisdanbeberapa
NSE.
Kata kunci: saraf,epitelolfaktorius,kalong,lasiwen,Neuron-Specific
Enolase(NSE)
ABSTRACT

Bat is onekind of Indonesianbiodiversity.Variouskind of food andthe environmentaffectthe technic
to obtainfood. Sincethereis lack informationabouttherelationshipbetweenthe structureof the olfactoryorgan
and feedingbehaviorof bat, the studywill exploresomedataaboutthis interestedmatter.The samplesof nose
weretakenfrom 3 maturefemaledeignanbat and3 maturefemalecommonflying-fox. It madefor histological
slidesand stainedwith ABC methodof immunohistochemistry
for Neuron-SpecificEnolase(NSE) expression.
The resultsshowedthat the NSE immunoreactivityin the deignanbatswere localizedin the both side of the
nasalseptum,the dorsalchoncaandthe somefila olfactoria,but it did not showin the commonflying-fox.
Key words: neuron,olfactoryepithelium,commonflying-fox, deignanbat,Neuron-SpecificEnolase(NSE)

35

J. Sain VeLVoL25 No.I Th. 2007

PENDAHULUAN
Kelelawar merupakan salah satu
keanekaragaman dan kekayaan satwa di
Indonesia. Penelitian dan tulisan ilmiah
mengenai spesies ini terutama yang berkaitan
dengan struktur anatomi berbagai macam

organ, baik secara makroskopis maupun
mikroskopis relatif sangatsulit ditemukan.
Adanya keanekaragamanjenis makanan
maupun habitat kelelawar menyebabkan
terjadinya perbedaan dalam mencari dan cara
makan di antara berbagai jenis kelelarvar.
Kelelawar pemakan serangga menggunakan
ekolongasi untuk mendeteksi keberadaan
mangsanya, sedangkan kelelawar pemakan
buah menggunakan indra penciuman untuk
menemukan buah yang masak. Kalong kapauk
(Pteropus vampyrus) adalah kelelawar
pemakan buah dan lasiwen deignan (Myotis
pemakan
horsfieldii)
adalah kelelawar
serangga.
Kelelawar atau Chiroptera merupakan
ordo terbesar kedua setelah rodensia dalam
kelas mammalia. Chiroptera mencakup l8

famili atau sekitar 192 genus dan 977 spesies
kelelawar (Suyanto, 2001). Ordo Chiroptera
dibagi menjadi dua subordo megachiroptera
atau kelelawar besar yang memakan nektar,
polen atau buah yang meliputi 170 spesies.
Subordo microchiroptera yarlg memakan
seranggameliputi sekitar 760 spesies(Cleave,
1999). Pembagian ini dilakukan berdasarkan
jenis makanannya sehingga megachiroptera
lebih dikenal sebagai kelelawar buah dan
microchiroptera
lebih
dikenal
sebagai
kelelawarinsektivora(Eisentraut,1975).
Untuk kalong, indra yang paling utama
digunakan untuk navigasi adalah daya
penciumannya yang tajam (Anonim, 2005).
Kelelawar pemakan serangga menggunakan
ekolongasi yaitu dengan cara mengeluarkan

suara berfrekuensi sangat tinggi
yang
diproduksi laring, dan dipantulkan kembali
oleh benda-benda disekitamya dan akhirnya
diterima telinga kelelawar untuk memandu
gerakannya (Eisentraut, 1975). Berdasarkan
jaringan mukosanya,permukaanrongga hidung
dapat dibedakanmenjadi dua macam yaitu area

36

olfaktori dan non olfaktori atau area respirasi
(Banks, 1981). Secara mikroskopik, mukosa
olfaktorius dapat dikenali atau dibedakan dari
daerah non olfaktorius karena epitelnya lebih
tebal dan banyak kelenjar terorientasi vertikal,
serta banyak berkas serabut saraf tanpa mielin
dalam lamina propria (Plopper dan Adams,
I 987).
Menurut Vinores et al. (1984) yang

disitasi oleh Iwanaga et al. (1989) Neuron
Specific Enolase (NSE) adalah protein yang
dapat larut, terdistribusi secara merata dalam
sitoplasma (perikarion, akson dan dendrit) sel
saraf, akan tetapi tidak terdapat dalam nukleus.
Imunoreaktivitas NSE terdistribusi dalam
semua tipe sel saraf baik sistem saraf pusat
maupuntepi (Marangosdan Schmechel,1980).
Imunoreaktivitas positif NSE berlokasi pada
perikarion, dendrit dan axon (Yoshie et al.,
1988). Imunoreaktivitas NSE dari sel
olfaktorius ditemukan pertama kali pada fetus
manusia dan kemudian pada manusia dewasa
sertamarmut (Yamagishiet al., 1987).Deteksi
NSE secara imunohistokimia ditemukan pada
paraneuron sensoristermasuk sel olfaktori, sel
gustatori dan badan karotid dari sel chief
(Kondo et al., 1982 ; Fujita et al., 1983 ;
Takahashi et al., 1984). Laporan mengenai
data struktur mikroskopik sistim saraf di

epitelium olfaktorius tunika mukosa hidung
kelelawar masih sangat.sedikit.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui perbedaan distribusi saraf pada
epitel olfaktorius tunika mukosa hidung
kelelawar pemakan buah dan kelelawar
pemakan serangga secara mikroskopis.
Penelitian ini akan menghasilkan data tentang
peta drstribusi sistim saraf pada epitelium
olfaktorius tunika mukosa hidung kalong dan
lasiwen deignan .berdasarkan ekspresi NSE
sebagaimarker. Hasil penelitian ini akan dapat
digunakan sebagai pembanding penelitian
lanjutan tentang saraf pada spesieslainnya.
MATERI DAN METODE
Penelitian
dilakukan

dengan
menggunakan3 ekor kalong dan 3 ekor lasiwen
betina umur dewasa sebagai sampel. Pada

TeguhBudipitojo,DistribusiSarafPada
Yosephine
Nicolory Paula,SoehartiniJatman,Ariana,Tri Wahyu Pangestiningsih,
Epitelium Olfaktorius Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus) Dan Lasiwen Deignan (Myotis horsfieldi) Berdasarkan
EkspresiNeuron-Sp
ecific Enolase (NSE)

dan lasiwen
keadaan terbius kalong
dikorbankan, selanjutnya kepala kelelawar
dipisahkan dari tubuhnya, dan rahang
bawahnyadipisahkan dari kepala. Padakalong,
pengambilan organ nasal dilakukan dengan
memotong moncong di antara kedua mata,
sedangkan untuk lasiwen otak dan rahang
bawahnya dihilangkan. Hidung yang akan

diproses untuk pembuatan preparat histologi,
terlebih dahulu dimasukkan dalam larutan
dekalsifikasi aci d for mi c-sodium acetat sampai
tulang menjadi lunak, baru kemudian disimpan
dalam alkohol 70% untuk penggunaanjangka
panjang.
Moncong kalong dipotong menjadi 6
bagian secaratransversaldan moncong lasiwen
dipotong menjadi 2 bagian secara transversal.
Masing-masing potongan didehidrasi dalam
serial alkohol, dijernihkan dalam xilol dan
diblok dalam parafin. Blok parafin kemudian
disayat secara serial dengan ketebalan 4 Frm
menggunakanrotary microtome YamatoKohki.
Pewarnaan yang dilakukan adalah pewarnaan
imunohistokimia terhadap ekspresi NSE.
Sampelterlebih dahulu dideparafinisasidengan
menggunakan xilol 3 kali masing-masing
selama 20 menit dan rehidrasi dengan
menggunakanetanol konsentrasi menurun dari

l00oh, 90oh, 80yo, 70o/omasing-masingselama
20 menit, kemudian sampel dicuci dengan
phosphate-buffered saline (PBS), diinkubasi
dengan 0,3%oHz}z dalam metanol selama 15
menit untuk menghambat aktivitas endogen
peroksidase. Setelah dicuci dengan PBS,
selanjutnya diinkubasi pada 4oC dengan
antibodi primer yaitu monoclonal rabbit antineuron specific enolase (1:1000 Cobas@,Core
NSE, Roche, Germany) selama 12 jam, dan
dilanjutkan dengan inkubasi dalam biotyniled
anti-rabbit IgG raised in goat (1:2C0, BA1,000, Vektor Laboratories Inc., Burlingame,
U.S.A) sebagai antibodi sekunder selama 45
menit pada suhu kamar. Setelah dicuci PBS,
sampel kemudian diinkubasi dengan larutan
ABC (Vectastin Elite- ABC Kit, PK-6100,
Vektor LaboratoriesInc), selama30 menit pada
suhu kamar. Unfuk mencegahpewarnaanyang
tidak spesifik, sampel terlebih dahulu
diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar


dengan serum normal kambing sebelum
diinkubasidenganantibodi pertama.Jaringan
yang imunoreaktifterhadapNSE divisualisasi
denganmenggunakanTris-HCI buffer (l,H 7,4).
yang
mengandung
0,02Yo
3,3
Diaminobenzidine tetrahydrochloride dan
0,03oAHzOz.
positif
pewarnium
Kontrol
imunohistokimiaterhadapNSE digunakanselsel otot skeletpadaorganyang sama.Menurut
Haimoto et al. (1985) sel-sel otot skelet
bereaksipositif terhadapNSE denganteknik
imunohistokimia.
Hasil pewirnaan jaringan diamati di
bawahmikroskopcahayaOlympusDX15 dan
diambil gambamya dengan kamera digital
Olympus DP l2-2. Gambar jaringan yang
dihasilkan diolah menggunakan perangkat
lunakAdobePhotoshop7.0. Jaringandianalisis
secaradeskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pewarnaan imunohistokimia
menunjukkankeberadaan
NSE dalamsel saraf
di epitel olfaktorius pada kedua sisi septum
nasalis, konka dorsalis, dan beberapa fila
olfaktoria (Gambar I dan 2) lasiwen,namun
tidak teridentifikasipadakalong(Gambar3).
KeberadaanNSE pada sel saraf di
epitelium olfaktorius lasiwen sejalan dengan
p:ndapat Takahashi et al. (1984) yang
nrenyatakan bahwa deteksi NSE pada
paraneuronsensoris,dalamhal ini sel olfaktori,
dapat dilakukan denganmenggunakanteknik
imunohistokimia.Ditambahkanoleh Yoshi e/
a/. (1988) bahwa imunoreaktivitasNSE dapat
teridentifikasi pada perikarion, dendrit, dan
akson. Sebaliknya, pada kalong tidak
teridentifikasikeberadaan
NSE dalamsel saraf
di epitel olfaktoriusnya.Perbedaanini diduga
terkaitdenganperbedaantipe sel sarafdi epitel
olfaktorius lasiwen dan kalong. Meskipun
menurut Marangos dan Schmechel (1980)
imunoreaktivitasNSE dapat terdeteksipada
semuatipe sel saraf, baik pada sistem saraf
pusatmaupunsaraftepi, tetapi hasil penelitian
ini memberikanbukti bahwatidak semuatipe
sel sarafdapatterdeteksiolehNSE.Didugatipe

37

J. Sain Vet VoL25 No.I Th. 2007

Gambar 1. Distribusi imunoreaktivitas NSE pada lasiwen. Imunoreaktivitas NSE ditandai dengan
garis tebal di keduasisi septumnasalis(1) dan konka dorsalis(2). ImunoreaktivitasNSE
ditandai dengan titik-titik padz, beberapa fila olfaktoria (3). Tanda kepala panah
menunjukkan otot skelet yang imunoreaktif terhadapNSE sebagaikontrol positif.

sel sarafolfaktoriuskalongyangmengandalkan
penciuman untuk mencari makanannya
berkembangdan terdistribusisecaralebih luas
(Pauladan Budipitoio,2007),berbedadengan
tipe sel saraf olfaktorius lasiwen yang tidak
mengandalkan penciuman untuk mencari
makan sehinggaperkembangandan distribusi
sel olfaktoriusnya terbatas. Diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

perbedaantipe sel sarafolfaktoriuspadakedua
spesies
tersebut.
Hasil penelitian ini juga membuka
kemungkinan penggunaan NSE untuk
mendeteksitingkat ketajamanmembau pada
hewan-hewan yang imunoreaktif positif
terhadap NSE. Menurut Marangos dan
Schmechel(1980), meskipunimunoreaktivitas
NSE dapatterdeteksipadasemuatipe sel saraf,

Gambar2. ImunoreaktivitasNSE di epitel olfaktoriuspada daerahseptumnasalislasiwenyaitu
pada fila olfaktoria (tanda kepala panah) dan permukaan epitel (tanda panah).
ImunoreaktivitasNSE di epitel olfaktoriuspadadaerah septumnasalislasiwenyaitu
padaserabutsaraf(a) danfila olfaktoria(b).
38

Yosephine
Nicolory Paula,SoehartiniJatman,Ariana,Tri wahy u Pangestiningsih,
TeguhBudipitojo,DistribusiSarafpada
Epitelium olfaktorius K{ong Ka-pauk(Pteropus uo*pyr^) Dan Lasiwen
Deignan (fuIyotis horsfietdii) Berdasarkan
EkspresiNeuron-Sp
ecific Enolase (NSE)

Gambar 3. Tidak terindentifikasi adanyaimunoreaktivitasNSE di epitel
olfaktorius kalong (a) dan
(b).

baik pada sistem saraf pusat maupun sistem
,saraf tepi, tetapi level imunoreaktivitasnya
sesuai dengan tingkat diferensiasinya.pada
masa embrional, tingkat intensitas dari
imunoreaktifitasNSE dalam saraf-sarafotak
terdeteksiringan,namunkemudianmengalami
peningkatan seiring dengan pertumbuhan
frewan. Dalam penelitian ini, digunakan
lasiwen
dewasa,
dan
ditemukan
imunoreaktivitas NSE pada sel-sel saraf
olfaktoriusdi keduasisi septumnasalis,konka
dorsalis,dan beberapafila olfaktoria dengan
intensitaskuat.Padahewanlebih mudadengan
tingkat diferensiasisarafolfaktoriusnyabelum
sempunu, diduga akan ditemukan intensitas
imunoreaktifyang lebih rendah.Berdasarkan
hal-hal tersebutdi atas, sel saraf olfaktorius
yang memiliki imunoreaktivitasNSE positif
dengan intensitas kuat menunjukkan daya
penciumanyang lebih tinggi dibandingyang
imunoreaktivitas
NSE positif denganintensitas
lemah.
Berdasarkanhasil penelitian ini dapat
disimpulkanbahwa ekspresiNSE pada ,pitrl
olfaktoriuslasiwen terlokalisasidaiam sel-sel
saraf di kedua sisi septum nasalis, konka
dorsalis, dan beberapa fila olfaktoria.
sedangkanpada epitel olfaktorius kalong
ekspresiNSE tidak terindentifikasi.Diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk ,nembuktikan

adanya perbedaantipe sel saraf olfaktorius
padalasiwendankalong.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapanterimakasihpenulis sampaikan
kepada Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada yang telah
memberikandana hibah penelitian Fakultas
melalui Anggaran Dana Masyarakat,dengan
Surat Perjanjian pelaksanaan penelitian.
Nomor: 1280NJ.01.t.22/LW2006.Ucapan
terimakasih disampaikan kepada Saudari
MargaretaAnik Diyan Andriyani dan Saudara
Fajar Shodiq Permatayang telah membantu
penelitianini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Bats.http://www.serebella.
com/
encyclopedia/article-Bat.html.
Diakses
tanggal27 Mei2005.
Banks, W.J. 1981. Apptied Veterinary
Histologt. William and Mlkini.
Baltimore.p. 390.
Cleave,A.1999. Bats:a portrait of theAnimal
World. Todtri Book publishers.New
York.p. 6.

39

J. Sain VeLYoL25 No.I Th. 2007

Eisentraut,M. 1975.The Bats. ln:. Grzimek's
Animal Life Encyclopedia. 1997
Volume11: MammalsIII, Grzimek,B.
(ed.), Van Nostrand Reinhold
Company,
New York.pp. 93, 111.

and Lagnado,J.R. (eds.). John Wiley
andSons,New York.pp.2ll-247.

Fujita, T., Iwanaga,T. and Nakajima,T.1983.
Immunohistochemical detection of
nervous system-specific proteins in
in the
normal& neoplasticparaneurons
gut and pancreas.In Gut Peptidesand
Ulcer. A. Miyoshi (ed.) Biomedical
Research
Foundation
Tokyo.pp. 81-88.

Paula, Y.N. dan Budipitojo, T. 2007. Peta
Distribusi Syaraf Pada Epitelium
Olfaktorius Tunika Mulcosa Hidung
Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus)
dan
Lasiwen deignan (Myotis
horsfieldii) Berdasarkan El