ANALISIS DATA SPASIAL NERACA SUMBER DAYA

ANALISIS DATA SPASIAL NERACA SUMBER DAYA LAHAN DAN
HUTAN KABUPATEN CIANJUR DENGAN METODE ON SCREEN
DIGITIZING
Aditya Zhangra Eloran1), Reksa Manggala1), Rikki Herno Saragih1), Sakinah Karimatunnisa1),
Sheila Faiha Namada1)
1)
Program Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Institut Teknologi Bandung
Jl. Let. Jen. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1 45363, Jatinangor, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak: Neraca sumber daya hutan merupakan informasi yang menggambarkan kondisi
stok ketersediaan sumberdaya hutan dalam proses, penambahan dan pengurangannya sehingga pada
kurun waktu tertentu dapat diketahui kecenderungan surplus atau defisit jika dibandingkan dengan
pada waktu sebelumnya. Perhitungan dan analisis Neraca Sumber Daya Hutan sangat penting dan
perlu dilakukan karena dengan mengetahui neraca sumber daya alam daerah dalam kurun waktu
tertentu dapat menjelaskan cadangan, perubahan, serta saldo dari sumber daya lahan dan hutan
tersebut. Proses perhitungan dan analisis tersebut dapat dibantu dengan menggunakan Sistem
Informasi Geografis yang dapat memberikan informasi spasial untuk dapat menyajikan data dalam
bentuk peta yakni peta status kawasan hutan, peta fungsi kawasan hutan, peta tutupan lahan tahun
2014 dan 2017 serta peta neraca sumber daya hutan di Kabupaten Cianjur yang mampu memberikan
informasi lebih akurat dibandingkan dengan bentuk data lainnya. Selain itu melalui Sistem Informasi

Geografis dapat juga ditentukan data kualitatif hasil neraca sumber daya lahan dan hutan berupa
luasan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pada daerah kawasan hutan di Kabupaten Cianjur, terdapat
lima klasifikasi penutupan lahan yaitu daerah bervegetasi, lahan terbangun, lahan terbuka, sawah
dan perairan. Kelima jenis klasifikasi penutupan lahan tersebut mengalami perubahan lahan dari
tahun 2014 sampai 2017 yang diakibatkan adanya alih fungsi lahan.
Kata kunci: NSDH, kawasan hutan, penutupan lahan.
Abstract: Neraca Sumber Daya Hutan is an information containing the conditions in a
certain period of time that can be known as excess or deficit when being compared with the previous
time. The calculation and analysis of Neraca Sumber Daya Hutan is very important and needs to be
done because it can explain the stocks, changes, and balance of the land and forest resources. This
calculation and analysis process can be helped by using Geographic Information System which can
provide spatial information in the form of forest areas map, forest function map, land cover map in
2014 and 2017 and Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH) in Cianjur District that provide more
accurate information than other forms of data. In addition, by using Geographic Information System
we can also determined the qualitative data of the Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH) in Cianjur
District, West Java. In the forest area of Cianjur District, there are five types of land cover
classification that is vegetation area, development area, open field, rice field and the body of water.
The five types of land cover are being changed from 2014 to 2017 caused by change of land function.
Keywords: NSDH, forest area, land cover.


PENDAHULUAN
Hutan merupakan sumber daya
alam yang dapat diperbaharui (renewable
resources). Sebagai sumber daya alam,
hutan merupakan sumber berbagai benda
hayati, non hayati serta jasa yang
mempunyai
nilai
strategis
guna
mendukung kepentingan pembangunan
nasional, sektoral dan daerah. Sebagai
sumberdaya
alam
yang
dapat
diperbaharui ketersediaannya tidak tak
terbatas, pengelolaan dan pemanfaatan

hutan harus dilaksanakan secara optimal

dan lestari (Arief, 2011). Pengelolaan
yang
demikian
akan
menjamin
keberadaan
peranan
dan
fungsi
sumberdaya hutan. Dasar pengelolaan
hutan tersebut diperlukan adanya
perencanaan hutan yang mantap dan
dilandasi data informasi yang dituangkan
dalam Neraca Sumber Daya Hutan
(NSDH). NSDH merupakan informasi
yang menggambarkan kondisi stok

ketersediaan sumberdaya hutan dalam
proses,
penambahan

dan
pengurangannya sehingga pada kurun
waktu
tertentu
dapat
diketahui
kecenderungan surplus atau defisit jika
dibandingkan dengan pada waktu
sebelumnya. Dengan perkataan lain
NSDH ini dapat memberikan gambaran
informasi mengenai persediaan awal,
penambahan,
pengurangan
dan
persediaan akhir yang terjadi terhadap
sumberdaya hutan terutama kondisi
hutannya dari waktu ke waktu. Selain itu
NSDH juga merupakan indikator tingkat
pemanfaatan hutan (output) dan tingkat
pembinaan hutan (input) sehingga dapat

pula berfungsi sebagai salah satu alat
pengendalian
dan
pengelolaan
sulmberdaya hutan yang lestari. Selain
hal tersebut di atas, para pengambil
kebijakan dapat mengambil keputusan
atau kebijakan tentang hutan setelah
merujuk pada NSDH.
Sementara itu, mengingat jumlah
penduduk di Indonesia yang akan
semakin
bertambah,
maka
akan
berdampak pada kebutuhan sumberdaya
alam yang semakin besar pula. Hal ini
akan cenderung menimbulkan terjadinya
peristiwa alih fungsi lahan dan hutan
serta peningkatan eksploitasi sumber

daya hutan. Peran Sistem Informasi
Geografis yaitu berupa analisis informasi
geospasial dinamika sumberdaya yang
merupakan salah satu bagian penting
bagi perencanaan pembangunan wilayah.
Unsur dinamika mengandung pengertian
luas baik dari dimensi waktu dan skala
kedetailan yang akan menentukan
proyeksi kedepan dari setiap jenis
sumberdaya. Perhitungan dan analisis
NSDH (Neraca Sumber Daya Hutan)
sangat penting dan perlu dilakukan
karena dengan mengetahui neraca
sumber daya alam daerah dalam kurun
waktu tertentu dapat menjelaskan

cadangan, perubahan, serta saldo dari
sumber daya lahan dan hutan tersebut.
Selain itu data dari neraca sumber daya
lahan dan hutan ini akan membantu

dalam pengelolaan terhadap sumber daya
alam sehingga dapat dilakukan secara
efektif, efisien dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, percobaan kali ini
bertujuan untuk menentukan dan
menyusun data spasial neraca sumber
daya lahan dan hutan di Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat pada tahun 2014 dan
pada tahun 2017 yang meliputi peta
status kawasan hutan, peta kawasan
hutan, peta tutupan lahan tahun 2014 dan
tahun 2017 serta peta neraca sumber daya
hutan. Selain itu percobaan ini juga
bertujuan dalam menentukan data
kualitatif hasil NSDH berupa luasan di
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk
melakukan penelitian analisis dan

klasifikasi citra serta menentukan neraca
sumber daya hutan (NSDH) di
Kabupaten Cianjur adalah Software
ArcMap 10.4.1, Software Google Earth,
Software Microsoft Excel, dan Software
ENVI. Bahan data spasial yang akan
diolah pada praktikum ini adalah data
dari Citra Landsat 8 OLI TIRS dimana t0
(2014) diambil pada tanggal 9 Juni 2014
dan t1 (2017) diambil pada tanggal 9 Juli
2017,
yang
bersumber
dari
earthexplorer.usgs.gov.us,
Digital
Elevation Model resolusi 30 meter, peta
administrasi Jawa Barat (.shp), peta
kawasan jawa barat (.shp), peta kawasan
Kabupaten

Cianjur(.shp),
peta
administrasi kawasan Cianjur (.shp), SNI
7645 tahun 2019 tentang klasifikasi
penitup lahan, SNI 8033 tahun 2014
tentang perubahan tutupan lahan, SNI
6728,3 tahun 2015 tentang neraca lahan

dan SNI 6728,2 tahun 2015 tentang
neraca hutan.
Waktu dan Deskripsi Lokasi
Pengolahan data praktikum
Sistem
Informasi
Geografis
ini
dilaksanakan pada tanggal 6 November
2017 sampai 18 November 2017. Lokasi
dalam pengolahan data dilakukan di
kawasan kampus ITB Jatinangor, di

laboratorium komputer ITB Jatinangor
dan gedung Asrama ITB Jatinangor TB 1
yang terletak di Jl. Let. Jen. Purn. Dr.
(HC)
Mashudi
no.1
Jatinangor,
Sumedang, Jawa Barat. Letak lokasi
penelitian secara astronomis adalah
Lintang 6°55'48"S Bujur 107°45'57.6"E.
Lokasi praktikum dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi praktikum SIG
(Sumber: google maps, 2017)

Langkah Kerja
Langkah umum yang dilakukan
dalam untuk melakukan penelitian
analisis dan klasifikasi citra serta

menentukan neraca sumber daya hutan

(NSDH)
di
Kabupaten
Cianjur
ditunjukkan pada gambar 2. Langkah
pertama dalam melakukan analisis ini
adalah dengan menentukan metode yang
akan digunakan dalam pengklasifikasian
tutupan lahan yaitu metode Unsupervised
Classification, Supervised Classification
dan On screen digitizing Classification.
Metode yang digunakan adalah On
screen digitizing Classification karena
memiliki nilai Overall dan nilai Kappa
yang lebih tinggi yaitu pada tahun 2014
sebesar 81% dan 76% serta pada tahun
2017
sebesar
57%
dan
45%
dibandingkan metode klasifikasi yang
lain yakni unsupervised classification
dan unsupervised classification. Dalam
analisis ini dilakukan dua jenis
pengolahan data yakni pengolahan data
secara vector dan secara raster. Data
dapat dibentuk dengan bentuk titik, garis,
dan poligon. Data raster dibentuk dengan
grid-grid berupa pixel yang mengandung
nilai spesifik tiap pixelnya. Dalam
pengelolaan data, data raster mudah
dilakukan dalam overlay dan kombinasi
data spasial raster dengan data inderaja
sangat mudah dilakukan. Sedangkan
overlay pada beberapa jenis layer vektor
secara simultan berpotensi untuk
memakan waktu yang lama (Prahasta,
2009).

Gambar 2. Langkah kerja umum

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Peta Status Kawasan Kabupaten
Cianjur
Status kawasan di Kabupaten
Cianjur terdiri dari dua jenis kawasan,
yaitu kawasan hutan dan kawasan bukan
hutan. Peta hasil klasifikasi status
kawasan di Kabupaten Cianjur dapat

dilihat pada gambar 3. Berdasarkan
analisis yang dilakukan, didapatkan hasil
bahwa, luas kawasan hutan dan kawasan
bukan hutan di Kabupaten Cianjur
masing-masing seluas 94682,81 ha dan
266.200,14 ha dengan total keseluruhan
seluas 360.882,95 ha (Tabel 1).

Tabel 1 Luas Kawasan Hutan dan Kawasan Bukan Hutan di Kabupaten Cianjur

Status Kawasan
Kawasan Bukan Hutan
Kawasan Hutan

Luas (ha)
266200.14
94682.81

Gambar 3. Peta Status Kawasan di Kabupaten Cianjur
Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik Kabupaten Cianjur
(2015), diketahui bahwa luas wilayah
Kabupaten Cianjur adalah sebesar
361.434,98 ha dengan luas kawasan
hutan sebesar 138.877,720 ha dan
sisanya merupakan kawasan bukan
hutan. Dari data tersebut dapat diketahui
terjadi perbedaan luas total status
kawasan dengan luas daerah administrasi
Kabupaten Cianjur yaitu sebesar 552,03
ha. Perbedaan luas total status kawasan
hasil interpretasi dalam kegiatan
praktikum dengan data yang diperoleh
dari BPS Kabupaten Cianjur dapat terjadi
karena beberapa hal, diantaranya adalah
data BPS merupakan data hasil survey

dan sampling langsung di lapangan
sedangkan data yang diperoleh dari
kegiatan praktikum merupakan data hasil
interpretasi secara digital yang berasal
dari citra penginderaan jauh sehingga
bergantung pada keahlian operator dalam
menginterpretasi dan mengolah data.
Walaupun citra penginderaan jauh
memiliki keterbatasan dalam menangkap
wujud objek dan ketelitian, disisi lain
data
yang
diperoleh
melalui
penginderaan
jauh
dapat
menggambarkan daerah kajian secara
luas, menghemat waktu dan biaya, serta
memiliki tingkat ketelitian yang relatif
baik pada wilayah daratan (Siswapedia,
2014).

2. Peta Fungsi Kawasan Hutan
Kabupaten Cianjur
Fungsi kawasan hutan di
Kabupaten Cianjur terbagi menjadi 4
bagian, yaitu Hutan Lindung (HL), Hutan
Produksi (HP), Hutan Produksi Terbatas

(HPT) dan Hutan Suaka Alam dan
Wisata Darat. Besar luasan dan peta hasil
klasifikasi fungsi kawasan hutan di
Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada
tabel 2 dan gambar 4.

Tabel 2. Luas Masing-Masing Fungsi Kawasan Hutan

Fungsi Kawasan Hutan
Hutan Lindung (HL)
Hutan Produksi (HP)
Hutan Produksi Terbatas (HPT)
Hutan Suaka Alam dan Wisata Darat

Luas (ha)
30597.40
23931.80
19440.40
20713.10

Gambar 4. Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Cianjur

Hutan Lindung memiliki luasan
terbesar di Kabupaten Cianjur dengan
luas 30.597,4 ha. diikuti oleh Hutan
Produksi seluas 23.931,8 ha, Hutan
Suaka Alam dan Wisata Darat seluas
20.713,1 ha dan terakhir adalah Hutan
Produksi Terbatas seluas 19.440,4 ha.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Cianjur (2015), beberapa
kawasan hutan di Cianjur memiliki
beberapa fungsi/status sebagai Cagar
Alam dan Taman Nasional, diantaranya
taman Nasional Gunung Gede –
Pangrango (3 wilayah, Bogor, Cianjur
dan Sukabumi), Cagar Alam Takokak,
Cagar Alam Cadas Malang, Cagar Alam
Bojonglarang Jayanti dan Cagar Alam
Gunung Simpang.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik
Kbupaten Cianjur, pada periode tahun
2000 hingga 2016, tren penggunaan
lahan hutan di Kabupaten Cianjur terus

menurun hingga mencapai 10,3%.
Penurunan luas hutan mengindikasikan
adanya kerusakan lahan hutan terutama
hutan pada kawasan lindung, yaitu hutan
lindung dan hutan konservasi. Hutan
memiliki fungsi yang sangat penting
dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Perkebunan memberikan nilai ekonomi
yang lebih tinggi dibandingkan lahan
pertanian lainnya seperti sawah atau
lahan
kering
terhadap
ekonomi
masyarakat sekitar.
3. Peta Tutupan Lahan 2014 dan 2017
Kabupaten Cianjur
Hasil peta tutupan lahan di
Kabupaten Cianjur pada tahun 2014 dan
tahun 2017 dapat dilihat pada gambar 5
dan gambar 6. Pengolahan dan analisis
data tutupan lahan di Kabupaten Cianjur
pada tahun 2014 dan 2017 menggunakan

metode klasifikasi on screen digitazing .
Metode klasifikai ini dipilih karena
memiliki nilai data overall dan nilai
kappa yang lebih tinggi dibandingkan
metode klasifikasi lainnya yakni
unsupervised
classiffication
dan
supervised classiffication. Pada peta
tutupan lahan kabupaten Cianjur terdapat
5 jenis klasifikasi lahan yaitu daerah
bervegetasi, lahan terbangun, lahan
terbuka, perairan dan sawah. Kelima
jenis
klasifikasi
lahan
tersebut
mengalami perubahan luas dari tahun
2014 sampai tahun 2017 (tabel 3).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Kabupaten Cianjur, luas lahan sawah

pada tahun 2017 sebesar 65.782 ha
mengalami penurunan dari tahun 2014
yaitu 65.909 ha. Penurunan tersebut
disebabkan oleh adanya penurunan luas
lahan sawah di Kecamatan Gekbrong dan
Sukaluyu. Sementara itu, luas lahan
bukan sawah sebesar 284.336 ha
mengalami kenaikan dari tahun 2014
yaitu 284.239 ha. Kenaikan tersebut
disebabkan oleh adanya kenaikan luas
lahan bukan sawah di kecamtan
Cempakamulya dan Cikadu. Lahan
sawah terbesar ada di wilayah
Kecamatan Kadupandak, Pagelaran,
Agrabinta dan Cibeber.

Gambar 5. Peta tutupan lahan Kabupaten Cianjur pada tahun 2014

Gambar 6. Peta tutupan lahan Kabupaten Cianjur pada tahun 2017

4. Peta Neraca Sumber Daya Hutan
Kabupaten Cianjur pada tahun 2014
sampai tahun 2017
Hasil neraca sumber daya hutan
Kabupaten Cianjur dari tahun 2014

sampai pada tahun 2017 dapat dilihat
pada tabel 3. Tabel 3 menunjukkan
bahwa lahan di dalam kawasan hutan
yang mengalami penurunan luas adalah
penutupan lahan daerah bervegetasi dan

penutupan lahan perairan. Sementara itu
penutupan lahan yang mengalami
peningkatan luasan adalah penutupan
lahan terbuka, lahan terbangun dan lahan
persawahan. Luasan tutupan lahan
daerah bervegetasi dan perairan yang
berkurang terkonversi menjadi tutupan

lahan klasifikasi yang lain seperti lahan
terbuka, sawah dan lahan terbangun.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik,
kawasan terbangun di Kabupaten Cianjur
mengalami peningkatan sebesar 2,8%.
Perubahan penggunaan lahan menjadi
kawasan.

Tabel 3. Neraca sumber daya hutan di Kabupaten Cianjur tahun 2014-2017

(Sumber: Hasil pengolahan data (2017))

Perubahan Luas (Ha)

terbangun dominan terjadi di bagian
utara. Hal ini dikarenakan di bagian
Utara Cianjur terdapat kawasan wisata
Puncak yang menjadi destinasi baik
wisatawan lokal dan mancanegara.
Kawasan Puncak saat ini juga menjadi
bagian dari Kawasan Strategis Nasional
(KSN) yang diharapkan dapat menjaga
kelestarian lingkungan sehingga dapat
4000
3000
2000
1000
0
-1000
-2000
-3000
-4000
-5000

Daerah
Bervege
tasi

Lahan
Terbuka

melindungi wilayah yang berada
dibawahnya. Namun faktanya adalah
pembangunan kawasan terbangun seperti
rumah perisitirahatan atau vila semakin
marak terjadi. Dinamika perubahan
penutupan lahan kawasan hutan di
Kabupaten Cianjur dari tahun 2014
sampai tahun 2017 ditunjukkan dalam
tabel 4.

Sawah

Lahan
Terbang
un

Perairan

Series1 -3925.68 252.75474 3383.408 297.13895 -7.62195

Gambar 7. Grafik perubahan penutupan lahan dalam kawasan hutan Kabupaten Cianjur
(Sumber: Hasil pengolahan data (2017))

Tabel 4. Dinamika perubahan penutupan lahan dari 2014 sampai 2017

Peta neraca perubahan penutupan
lahan di Kabupaten Cianjur dari tahun
2014 sampai tahun 2017 dapat dilihat
pada gambar 8. Ruang yang diperlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan
aktivitas manusia akan terus meningkat
seiring dengan semakin besar desakan
ekonomi
dan
sosial.
Hal
ini

mengakibatkan perubahan yang terjadi
tidak lagi memperhatikan kesesuaian
lahan sehingga banyak lahan yang
seharusnya di pertahankan namun
berubah menjadi penggunaan lahan
tertentu yang dapat mengakibatkan
kerusakan lingkungan.

Gambar 8. Peta perubahan lahan Kabupaten Cianjur dari 2014 sampai 2017
Berdasarkan tabel 4, ditunjukkan
bahwa luas daerah bervegetasi pada
tahun 2017 adalah sebesar 87703,99 Ha
dimana luasan ini mengalami penurunan
dari tahun 2014 akibat adanya alih fungsi
lahan. Dari tahun 2014 sampai 2017 luas
daerah bervegetasi yang bertahan adalah

sebesar 85464 Ha, sementara sisa luasan
daerah bervegetasi yaitu sebesar 6345,68
Ha terkonversi menjadi tipe penutupan
lahan yang lain yaitu seluas 236,93 Ha
menjadi lahan terbangun, seluas 4680,92
menjadi persawahan dan seluas 1247,83
Ha menjadi lahan terbuka. Sementara itu

pada tipe penutupan lahan terbuka, dari
tahun 2014 sampai 2017 mengalami
kenaikan luasan yaitu sebesar 252,75 Ha
dimana pada tahun 2014 lahan terbuka
memiliki luas sebesar 1150,2 Ha.
Meskipun demikian luas lahan terbuka
yang sebesar 1150,2 Ha tersebut tetap
mengalami konversi ke tipe penutupan
lahan yang lain yaitu sebesar 779,16 Ha
menjadi lahan bervegetasi, 7,57 Ha
menjadi lahan terbangun dan sebesar
242,93 Ha menjadi lahan persawahan.
Luas lahan terbuka yang bertahan dari
tahun 2014 sampai 2017 adalah sebesar
120,51 Ha. Penutupan lahan terbuka
mengalami kenaikan dari tahun 2014
sampai tahun 2017 diakibatkan konversi
tipe penutupan lahan yang lain menjadi
lahan terbuka sehingga luas lahan
terbuka menjadi bertambah.
Sementara itu pada tipe penutupan
lahan persawahan, dari tahun 2014
sampai 2017 mengalami kenaikan luasan
yaitu sebesar 3383,4 Ha dimana pada
tahun 2014 lahan persawahan memiliki
luas sebesar 1824,26 Ha. Meskipun
demikian luas lahan persawahan yang
sebesar 1824,26 Ha tersebut tetap
mengalami konversi ke tipe penutupan
lahan yang lain yaitu sebesar 1423,96 Ha
menjadi lahan bervegetasi, 122,01 Ha
menjadi lahan terbangun dan luas lahan
persawahan yang bertahan dari tahun
2014 sampai 2017 adalah sebesar 278,3
Ha. Penutupan lahan persawahan
mengalami kenaikan dari tahun 2014
sampai tahun 2017 diakibatkan konversi
tipe penutupan lahan yang lain menjadi
lahan persawahan sehingga luas lahan
persawahan menjadi bertambah.
Sementara itu pada tipe penutupan
lahan terbangun, dari tahun 2014 sampai
2017 mengalami kenaikan luasan yaitu
sebesar 297,13 Ha dimana pada tahun
2014 lahan terbangun memiliki luas
sebesar 71,06 Ha. Meskipun demikian
luas lahan terbangun yang sebesar 71,06
Ha tersebut tetap mengalami konversi ke
tipe penutupan lahan yang lain yaitu
sebesar 33,08 Ha menjadi lahan
bervegetasi, 1,84 Ha menjadi lahan
persawahan dan sebesar 34,45 Ha
menjadi lahan terbuka. Luas lahan

terbangun yang bertahan dari tahun 2014
sampai 2017 adalah sebesar 1,70 Ha.
Penutupan lahan terbangun mengalami
kenaikan dari tahun 2014 sampai tahun
2017
diakibatkan
konversi
tipe
penutupan lain menjadi lahan terbangun
sehingga luas lahan terbangun menjadi
bertambah. Jenis penutupan yang
terakhir yakni lahan perairan memilki
luas sebesar 0 Ha pada tahun 2017
dimana luasan ini mengalami penurunan
seluruh luasan dari tahun 2014 yaitu
sebesar 7,62 Ha. Dari tahun 2014 sampai
2017 luas daerah perairan yang pada
awalnya terdapat 7.62 Ha terkonversi
sebesar 3,8 Ha menjadi daerah
bervegetasi, seluas 3,69 Ha menjadi
persawahan dan seluas 0,13 Ha menjadi
lahan terbuka.
Dari perubahan yang terjadi dari
tahun 2014 sampai tahun 2017 dapat
disimpulkan
bahwa
perubahan
penggunaan lahan yang paling besar
adalah dari daerah bervegetasi menjadi
lahan persawahan yakni seluas 4680,92
Ha, disusul oleh perubahan lahan
persawahan menjadi daerah bervegetasi
seluas 1423 Ha dan disusul oleh daerah
bervegetasi menjadi lahan terbuka yakni
seluas 1247,83 Ha. Berdasarkan arahan
tata ruang wilayah di Kabupaten Cianjur,
fokus pengembangan di kabupaten
Cianjur adalah pertanian lahan kering,
pertanian lahan basah dan perkebunan,
sehingga terlihat dari pola perubahan di
Kabupaten Cianjur yang dominan
perubahannya adalah menjadi kawasan
pertanian. Berdasarkan hasil analisis,
penggunaan lahan hutan di kabupaten
Cianjur sangat dipengaruhi oleh variabel
kemiringan lereng dan elevasi. Korelasi
antara
kedua
variabel
terhadap
keberadaan hutan memiliki hubungan
yang positif, hal ini mengindikasikan
hutan akan semakin luas di daerah yang
memiliki kemiringan lereng dengan
persentase besar dan elevasi yang tinggi,
sementara itu, luasan hutan akan semakin
berkurang di wilayah yang sudah
terdapat
aksesibilitas,
kepadatan
penduduk tinggi dan dekat dengan pusat
kegiatan
ekonomi.
Pertambahan
penduduk yang terjadi di Kabupaten

Cianjur
memiliki
konsekuensi
peningkatan kebutuhan penduduk akan
ruang aktifitasnya, sehingga membuat
lahan bervegetasi terkonversi menjadi
penggunaan lahan lain yang memiliki
nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Rekomendasi
Untuk mengurangi pembukaan
lahan besar-besaran, perlu dilakukan
usaha meningkatkan peraturan seputar
alih fungsi lahan dan konsekuensi bagi
pelaku
deforestrasi
hutan
oleh
pemerintah
Kabupaten
Cianjur.
Mayoritas perubahan penutupan lahan di
Kabupaten Cianjur terkonversi menjadi
lahan persawahan atau lahan pertanian,
sehingga direkomendasikan dilakukan
pertanian
secara
vertikal
untuk
mengifisienkan lahan dan mengurangi
lahan hutan yang akan dipakai. Selain itu
direkomendasikan juga menggunakan
tumbuhan-tumbuhan pertanian yang
unggul secara morfologi dan genetik
sehingga
akan
meningkatkan
produktivitas
lahan
tanpa
harus
melakukan alih fungsi kawasan hutan.
Kesimpulan
Peta, neraca sumber daya hutan
dan dinamika perubahan lahan pada
kawasan hutan Kabupaten Cianjur dalam
rentang waktu dari 2014 sampai 2017
dapat dilihat pada gambar 8, tabel 3 dan
tabel 4. Luas wilayah kawasan hutan
sebesar 94682,81 Ha dengan daerah
bervegetasi sebesar 87703,99 Ha. Pada
kurun waktu 3 tahun dari 2014 sampai
2017, Kabupaten Cianjur mengalami
defisit sumber daya hutan sebesar
3925,68 Ha. Mayoritas perubahan lahan
pada kawasan hutan di Kabupaten
Cianjur paling banyak terkonversi
menjadi lahan persawahan atau lahan
pertanian, sehingga direkomendasikan
dilakukan pertanian secara vertikal untuk
mengifisienkan lahan dan mengurangi
lahan hutan yang akan dipakai.
Saran
Sebaiknya perlu adanya distribusi
atau peta dinamika perubahan tutupan
lahan pada fungsi kawasan hutan seperti

hutan produksi, hutan produksi terbatas,
hutan lindung, hutan suaka alam dan
wisata darat agar dalam menganalisis
NSDH lebih spesifik berdasarkan
karakterisitik fungsi kawasan hutan
masing-masing.
Dalam
penelitian
selanjutnya tetap direkomendasikan
memakai metode klasifikasi on screen
digitizang dikarenakan lebih memiliki
keakuratan data yang lebih tinggi
dibandingkan metode klasifikasi yang
lainnya.
Daftar Pustaka
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan.
Buku. Kanisius. Yogyakarta. 177 p.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur,
2016.
Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi
Geografis : Konsep-konsep Dasar
(Perspektif Geodesi
dan
Geomatika). Penerbit Informatika,
Bandung
Siswapedia. 2014. Keunggulan dan
Keterbatasan Citra Penginderaan
Jauh.
https://www.siswapedia.com/keu
nggulan-dan-keterbatasan-citrapenginderaan
jauh/
[Online] (Diakses pada 19
November 2017

LAMPIRAN
Lampiran 1. Langkah kerja dalam menentukan peta status kawasan hutan
Kabupaten Cianjur
Peta kawasan hutan provinsi Jawa Barat

Export wilayah kajian kelompok (Kabupaten
Cianjur)

Dilakukan query untuk mengubah kodefikasi kawasan
hutan nasional bedasarkan kamus data spasial
kehutanan 2014.

Dilakukan penentuan luasan kawasan hutan pada wilayah
kajian kelompok (Kabupaten Cianjur)

Peta Satus Kawasan Hutan Kabupaten
Cianjur

Lampiran 2. Langkah kerja dalam peta penutupan lahan Kabupaten Cianjur

Peta Tutupan
Lahan

Landsat 8

Band 4

Band 3

Band 2

Composite Band dari
natural color masingmasing tahun (t0=2014
dan t1=2017)

Klasifikasi On Screen
Digitizing atau OSD
masing-masing tahun
(t0=2014 dan t1=2017)

Dilakukan operasi Raster to Polygon
untuk mengubah jenis data dari raster ke
vektor masing-masing tahun (t0=2014
dan t1=2017)

Lampiran 3. Langkah kerja dalam menetukan Necara Sumber Daya Hutan
Kabupaten Cianjur

Peta Kawasan

Peta Status
Kawasan Cianjur

Poligon
tutupan lahan
wilayah
Cianjur
t0=2014

Disatukan
(Intersect)

Dilakukan query
untuk menentukan
konversi lahan yang
terjadi

Dilakukan analisis
Necara Sumber Daya
Hutan

Layouting

Poligon tutupan
lahan wilayah
Cianjur t1=2017

Lampiran 4. Peta Necara Sumber Daya Hutan Kabupaten Cianjur

Lampiran 5. Peta Status Kawasan Kabupaten Cianjur

Lampiran 6. Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Cianjur

Lampiran 7. Peta Penutupan Lahan Kawasan Hutan Kabupaten Cianjur
2017

Lampiran 8. Peta Penutupan Lahan Kawasan Hutan Kabupaten Cianjur
2014

Lampiran 10. Perbandingan Nilai Kappa dan Overall Metode Klasifikasi
Citra