Partai Politik dan Sistem Pemilu Makalah

Partai Politik dan Sistem Pemilu
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Tata Negara

Disusun oleh
NPM

: Abdurakhman Yusuf
: AP 316178

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MENARASISWA
2018

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Partai politik adalah sebuah organisasi yang terstruktur yang menjadi salah satu pilar
demokrasi sedangkan pemilihan umum menjadi salah satu kunci demokratisasi dalam sebuah
Negara. Masyarakat diberikan kebebasan untuk berperan serta aktif menentukan pilihan

pemimpin yang layak menjadi kepala pemerintahan.
Partai politik dan sistem pemilihan umum memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dalam
pemilihan seperti presiden, wakil presiden, wakil rakyat DPR/DPRD diperlukannya
kelembagaan sebagai mesin politik. Peserta pemilihan umum walaupun bersifat pribadi bukan
kelompok tetaplah memerlukan partai politik. Partai politik yaitu organisasi yang bersifat
kelembagaan secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan yang bersifat politiik, seperti untuk
requitmenn politik, komunikasi politik dan sebagainya. Lembaga yang menyelenggarakan
sistem pemilihan umum di Indonesia disebut Komisi Pemilihan Umum (disingkat KPU).
Ibarat sebuah bangunan partai politik adalah wadah atau pondasi sedangkan sistem pemilihan
umum sebagai tiang dalam suatu demokrasi. Demokrasi suatu Negara tidak akan berjalan jika
tidak ada kedua sistem atau lembaga tersebut. Hukum Tata Negara mengatur struktur Negara,
mengatur struktur organisasi publik, mengatur tugas dan wewenang serta mengatur lembaga
Negara. partai politik dan sistem pemilihan umum adalah bagian dari kajian ilmu hukum tata
Negara, untuk itu tugas, wewenang serta fungsi dari suatu organisasi Negara dan lembaga
Negara harus dikaji terlebih dahulu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Partai politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia?
2. Apakah tugas, wewenang dan fungsi dari partai politik dan lembaga penyelenggra sistem
pemilihan?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Partai politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia

2. Untuk mengetahui tugas, wewenang dan fungsi dari partai politik dan lembaga penyelenggra
sistem pemilihan
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini untuk lebih memahami tentang partai politik dan sistem
pemilihan umum yang dapat membantu

proses pembelajaran mata kuliah Hukum Tata

Negara.
1.5 Metode Penyajian
Makalah ini membahas mengenai isu publik yang tengah hangat diperbincangkan,
oleh karena itu metode yang digunakan yaitu metode normatif yang diperoleh berdasarkan
data-data dan sumber yang mendukung pembahasan materi dalam makalah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Partai Politik
MENURUT PARA AHLI

Carl. J. Friedrich
Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan
yang bersifat idiil maupun materiil.
R.H. Soltau
Partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit banyak terorganisir, yang
bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk
memilih bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.
Sigmund Neumann

Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan
dengan suatu golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.
Maurice Duverger
Partai politik adalah sekelompok manusia yang mempunyai doktrin politik yang sama.
Edmund Burke
Politik adalah suatu kumpulan manusia untuk memajukan keinginan-keinginan bersamanya,
yaitu kepentingan nasional melalui prinsip-prinsip khusus yang sudah disepakati.
MENURUT UNDANG-UNDANG

Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008. Partai politik adalah
organisasi yang bersifat nasional dan di bentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia
secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan
membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan Negara, serta memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pengertian Partai Politik Secara Umum yaitu : Suatu kelompok yang terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.
2.2 Fungsi Partai Politik
FUNGSI PARTAI POLITIK MENURUT MIRIAM BUDIARDJO


Partai sebagai sarana komunikasi politik
Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam
masyarakat berkurang.



Partai sebagai sarana sosialisasi politik

Dalam usaha menguasai pemerintahan melalui kemenangan dan pemilihan umum, partai
politik harus memperoleh dukungan seluas mungkin. Untuk itu partai berusaha menciptakan
“image” bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Di samping menanamkan solidarias

dengan partai, partai politik juga mendidik anggota-anggotanya menjadi manusia yang sadar
akan tanggung jawabnya sebagai warga Negara dan menempatkan kepentingan sendiri di
bawah kepentingan nasional.


Partai sebagai sarana rekruitmen politik
Rekruitmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau
sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sisem politik pada umumnya
dan politik pada khususnya. Fungsi ini semakin besar porsinya manakala partai politik itu
merupakan partai tunggal seperti dalam sistem politik totaliter, atau manakala partai itu
merupakan partai mayoritas dalam badan perwakilan rakyat sehingga berwenang membentuk
pemerintahan dalam sistem politik demokrasi. Fungsi rekruitmen politik dilakukan dengan
cara kontak pribadi, persuasi dan lain-lain. Juga kader diusahakan untuk menarik golongan




muda untuk dididik menjadi kader yang di masa mendatang akan mengganti pimpinan lama.
Partai sebagai sarana pengatur konflik
Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan
soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha mengatasinya.
FUNGSI PARTAI POLITIK MENURUT UNDANG-UNDANG
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pasal 11
Partai Politik berfungsi sebagai sarana:



Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara Indonesia
yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.
 Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk


kesejahteraan masyarakat.
Penyerap, penghimpun, penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan





menetapkan kebijakan Negara.
Partisipasi politik warga Negara Indonesia.
Rekruitmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi
dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

FUNGSI PARTAI POLITIK SECARA UMUM

 Sebagai sarana komunikasi politik (penyalur aspirasi dan pendapat rakyat kepada pihak
pemerintah)
 Sebagai sarana sosialisasi politik (penanaman nilai dan norma terhadap masalah-masalah
politik)
 Sebagai sarana rekruitmen politik (mencari dan mengajak untuk turut aktif dalam kegiatan
politik sebagai anggota partai)
 Sebagai sarana pengatur konflik (turut mengatasi kesalahpahaman yang terjadi pemerintahan
maupun masyarakat)
2.3 Kelemahan Partai Politik
Menurut Pof.Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H dalam bukunya yang berjudul Pengantar

Ilmu Hukum Tata Negara, adanya organisai itu,, tentu dapat dikataakan juga mengandung
beberapa kelemahan diantaranya :
1. Bersifat oligarkis
Organisasi dan termasuk juga organisasi partai politik, kadang-kadang bertindak dengan
lantang untuk dan nama kepentingan rakyat, tetapi dalam kenyataannya dilapangan justru
berjuang untuk kepentingan pengurusnya sendiri.
Maka untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan beberapa mekanisme penunjang yaitu :
1. Mekanisme internal yang menjamin demokrastisassi melalui pertisipasi anggota partai politik
itu sendiri dalam proses pengambilan keputusan. Anggaran dasar dan rumah tangga ,, sesuai
tuntutan perkembangan, perlu diperkenalkan pula sistem kode etika positif.

Dengan

demikian, norma hukum, norma moral, dan norma etika diharapkan dapat berfungsi efektif
membangun kultur internal setiap partai politik
2. Mekanisme keterbukaan partai dimana warga masyarakat diluar partai

dapat ikut

serta


berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang hendak diperjuangkan melalui oleh partai
politik
3. Penyelenggaraan Negara yang baik dengan makin meningkatnya kualitas pelayanan public
serta keterbukaan dan akuntabilitas organisasi kekuasaan dalam kegiatan penyelenggaraan
Negara.
4. Berkembangnya pers bebas yang semakin professional dan mendidik. Media pers merupakan
saluran komunikasi massa yang menjangkau sasaran yang sangat luas, peranannya dalam
demokrasi sangat menentukan.
2.4 Pengertian SitemPemilihan Umum
Sistem Pemilihan umum ialah suatu proses pemilihan orang-orang yang diselenggrakan
dalam suatu lembaga yang terstruktur untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu, seperti

presiden, wakil presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai yang paling
sederhana atau paling kecil yaitu kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, pemilihan umum
juga dapat berarti proses mengisi jabatan-jabatan tertentu. Pemilihan umum harus dilakukan
secara demokratis.
Menurut Austin Ranney, Pemilu dikatakan demokratis apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:









Penyelenggaraan secara periodik (regular election),
Pilihan yang bermakna (meaningful choices),
Kebebasan untuk mengusulkan calon (freedom to put forth candidate),
Hak pilih umum bagi kaum dewasa (universal adult suffrage),
Kesetaraan bobot suara (equal weighting votes),
Kebebasan untuk memilih (free registration oh choice),
Kejujuran dalam perhitungan suara dan pelaporan hasil (accurate counting of choices and
reporting of results)
2.5 Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum
Komisi

Pemilihan


Umum

(disingkat

KPU)

adalah

lembaga

negara

yang

menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia.
Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan
Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan
Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan
Umum, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas
kewenangan sebagai berikut :



Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum
Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak sebagai peserta



Pemilihan Umum
Membentuk Panitia

Pemilihan

Indonesia

yang

selanjutnya

disebut

PPI

dan

mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat



Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS
Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah pemilihan
Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk DPR,




DPRD I dan DPRD II
Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan Umum
Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.
Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat tambahan huruf:

1. Tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999
tentang Pemilihan Umum.

Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga ditambahkan,
bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam Pasal 10, selambatlambatnya 3 (tiga) tahun setelah Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem
Pemilihan Umum
2.6 Tujuan Pemilihan Umum
Menurut Pof.Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Ilmu Hukum Tata Negara, tujuan penyelenggaraan pemilihan umum itu ada empat yaitu :
1. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib
2. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat
dilembaga perwakilan
3. Untuk melakasanakan prinsip kedaulatan rakyat
4. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga Negara
2.7 Macam-Macam Sistem Pemilihan Umum
a. Sistem pemilu mekanis dan organis
Sistem pemilu mekanis yang melihat rakyat sebagai massa individu yang sama. Individu
tetap dilihat sebagai penyandang hak pilih yang bersifat aktif dan memandang korps pemilih
sebagai massa individu-individu, yang masing-masing memiliki satu suara dalam setiap
pemilihan
Sistem organis, pandangannya menempatkan rakyat sebagai sejumlah individu-individu
yang hhidup bersama dalam berbagai macam persekutuan hidup berdasarkan genologis,
lapisan-lapisan sosial, dan lembaga-lembaga sosial. Kelompok-kelompok dalam masyarakat
dilihat sebagai suatu organism yang terdiri atas organ-organ yang mempunyai kedudukan dan
fungsitertentu dalam totalitas organisme, dengan pandangan demikian, persekutuanpersekutuan hidup itulah yang diutamakan sebagai penyandang dan pengendali hak pilih.
Dengan kata lain persekutuan itulah yang mempunyai hak pilih untuk mengutus wakilwakilnya kepada badan-badan perwakilan masyarakat.
b. Sistem Distrik dan Proporsional
1) Sistem Perwakilan Distrik/Mayoritas
Wilayah negara dibagi dalam distrik atau daerah-daerah pemilihan yang jumlahnya
sama dengan jumlah anggota lembaga perwakilan rakyat yang diperlukan untuk dipilih.
Misalnya, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditentukan 500 orang maka wilayah
negara dibagi menjadi 500 distrik atau daerah pemilihan. negara dibagi dalam sejumlah besar
distrik dan jumlah wakil rakyat dalam dewan perwakilan rakyat ditentukan oleh jumlah

distrik. Calon yang dalam satu distrik memperoleh suara yang terbanyak menang, sedangkan
suara-suara yang ditujukan kepada calon-calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan
tidak diperhitungkan lagi, bagaimana kecil pun selisih kekalahannya. Sistem ini sering
digunakan di Negara yang memiliki sistem dwi-partai seperti Inggris dan bekas jajahannya
(Amerika, India dan Malaysia).
KELEBIHAN SISTEM DISTRIK


Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk distrik,
sehingga hubungannya dengan penduduk distrik lebih erat. Dengan demikian dia akan lebih
terdorong untuk memperjuangkan kepentingan distrik. Lagipula, kedudukannya terhadap
partainya akan lebih bebas, oleh karena dalam pemilihan semacam ini faktor personalitas dan



kepribadian seseorang merupakan faktor yang penting.
Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi yang
diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini akan mendorong partai-partai
untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan yang ada dan mengadakan kerja sama. Disamping
kecenderungan untuk membentuk partai baru dapat sekedar dibendung, sistem ini mendorong
ke arah penyederhanaan partai tanpa diadakan paksaan. Maurice Du verger berpendapat
bahwa dalam negara seperti Inggris dan Amerika sistem ini telah memperkuat berlangsungnya



sistem dwi partai.
Berkurangnya partai dan meningkatnya kerjasama antara partai-partai mempermudah



terbentuknya pemerintah yang stabil dan mempertingkat stabilitas nasional.
Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.

KELEMAHAN SISTEM DISTRIK


Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai kecil dan golongan minoritas,



apalagi jika golongan ini terpencar dalam beberapa distrik.
Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa calon yang kalah dalam suatu distrik,
kehilangan suara-suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti bahwa ada sejumlah suara
yang tidak diperhitungkan sama sekali; dan kalau ada beberapa partai yang mengadu
kekuatan, maka jumlah suara yang hilang dapat men capai jumlah yang besar. Hal ini akan

dianggap tidak adil oleh golongan-golongan yang merasa dirugikan.
 Muncul kemungkinan wakil terpilih cenderung lebih mementingkan kepentingan distriknya


dibandingkan kepentingan nasional.
Umumnya kurang efektif bagi suatu masyarakat heterogen.

2) Sistem Perwakilan Berimbang/Proporsional
Persentase kursi di lembaga perwakilan rakyat dibagikan kepada setiap partai politik,
sesuai dengan persentase jumlah suara yang diperoleh setiap partai politik. Umpamanya,
jumlah pemilih yang sah pada suatu Pemilihan Umum mencapai 1.000.000 orang. Jumlah
kursi di lembaga perwakilan rakyat 100 kursi, berarti untuk satu orang wakil rakyat
dibutuhkan suara 10.000 suara.
Dasar pemikiran Proporsional adalah kesadaran untuk menerjemahkan penyebaran suara
pemilih bagi setiap partai menurut proporsi kursi yang ada di legislatif. Dalam sistem ini, satu
wilayah danggap sebagai satu kesatuan, dan dalam wilayah itu jumlah kursi dibagi sesuai
jumlah suara yang diperoleh oleh para kontestan, secara nasional, tanpa menghiraukan
distribusi suara itu.
Dalam sistem ini setiap suara dihitung, dalam arti bahwa suara lebih yang diperoleh oleh
sesuatu partai atau golongan dalam suatu daerah pemilihan dapat ditambahkan pada jumlah
suara yang diterima oleh partai atau golongan itu dalam daerah pemilihan lain. untuk
menggenapkan jumlah suara yang diperlukan guna memperoleh kursi tambahan.
Jika sistem distrik sering digunakan di negara yang menganut sistem dwi-partai, maka
sistem proposional banyak digunakan di negara yang menganut sistem banyak partai seperti
Belanda, Italia, Swedia, Belgia dll

KELEBIHAN SISTEM PROPORSIONAL
 Secara konsisten mengubah setiap suara menjadi kursi yang dimenangkan, dan sebab itu
menghilangkan “ketidakadilan” seperti sistem yang didasarkan pada mayoritas yang


“membuang” suara kalah.
Mewujudkan formasi calon dari partai-partai politik atau yang kelompok yang “satu ide”
untuk dicantumkan di daftar calon, dan ini mengurangi perbedaan kebijakan, ideologi, atau

kepemimpinan dalam masyarakat.
 Mampu mengangkat suara yang kalah (bergantung Threshold).
 Memfasilitasi partai-partai minoritas untuk punya wakil di parlemen.
 Membuat partai-partai politik berkampanye di luar “basis wilayahnya.”
 Memungkinkan tumbuh dan stabilnya kebijakan, oleh sebab Proporsional menuntun pada


kesinambungan pemerintahan, partisipasi pemilih, dan penampilan ekonomi.
Memungkinkan partai-partai politik dan kelompok kepentingan saling berbagi kekuasaan.

KEKURANGAN SISTEM PROPORSIONAL


Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai-partai baru. Sistem ini
tidak menjurus ke arah integrasi bermacam-macam golongan dalam masyarakat; mereka lebih
cenderung untuk mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada dan kurang terdorong untuk
mencari dan memanfaatkan persamaan-persamaan. Umumnya dianggap bahwa sistem ini



mempunyai akibat memperbanyak jumlah partai.
Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan kurang merasakan loyalitas
kepada daerah yang telah memilihnya. Hal ini disebabkan oleh karena dianggap bahwa dalam
pemilihan semacam ini partai lebih menonjol peranannya daripada kepribadian seseorang. Hal

ini memperkuat kedudukan pimpinan partai
 Banyaknya partai mempersukar terbentuknya pemerintah yang stabil, oleh karena umumnya
harus mendasarkan diri atas koalisi dari dua partai atau lebih.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian Partai Politik Secara Umum yaitu : Suatu kelompok yang terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Fungsi partai
politik yaitu : Partai sebagai sarana komunikasi politik, Partai sebagai sarana sosialisasi
politik, Partai sebagai sarana rekruitmen politik, Partai sebagai sarana pengatur konflik.
Sistem Pemilihan umum ialah suatu proses pemilihan orang-orang yang diselenggrakan dalam
suatu lembaga yang terstruktur untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu, seperti
presiden, wakil presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai yang paling
sederhana atau paling kecil yaitu kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, pemilihan umum
juga dapat berarti proses mengisi jabatan-jabatan tertentu. Komisi Pemilihan Umum
(disingkat KPU) adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di
Indonesia. KPU mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut : Merencanakan dan

mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum; Menerima, meneliti dan menetapkan Partaipartai Politik yang berhak sebagai peserta Pemilihan Umum, Membentuk Panitia Pemilihan
Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum
mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;
Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah pemilihan;
Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk DPR,
DPRD I dan DPRD II; Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil
Pemilihan Umum; Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum. Macam-Macam Sistem
Pemilihan Umum : a.Sistem pemilu mekanis dan organis b.Sistem Distrik dan Proporsional
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Mirriam, 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Asshiddiqie, Jimly, 2013. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta. RajaGrafindo Persada

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2