T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Paguyuban Drumblek Salatiga dalam Mengembangkan Kesenian Drumblek sebagai Identitas Budaya Kota Salatiga T1 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kesenian erat kaitannya dengan kebudayaan, karena kesenian
merupakan salah satu unsur dari kebudayaan. Seni atau kesenian adalah
hasil atau proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan
terampil, kreatif, kepekaan indera, kepekaan hati dan pikir untuk
menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan indah, selaras, bernilai
seni, dan lainnya (Sumanto, 2006: 5). Seni terdiri dari berbagai macam
jenis, salah satunya adalah seni musik, unsur bunyi merupakan unsur
utama dari seni musik, sedangkan unsur lain adalah bentuk harmoni,
melodi, dan notasi musik merupakan wujud sarana yang diajarkan.
Menurut Syafiq (2003: 203) seni musik adalah seni pengungkapan
gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan
harmoni dengan unsur pendukung berupa bentuk gagasan, sifat dan warna
bunyi.
Drumblek merupakan kesenian kreatif kontemporer asli Salatiga.
Drumblek telah ada sejak pertengahan dekade tahun 80-an dari sebuah
kesederhanaan warga Pancuran Salatiga. Hanya dengan mengandalkan
perkusi dan barang-barang bekas, tong bekas, cakram bekas dan gagang
sapu bekas, drumblek bisa menghadirkan musik atraktif yang menarik
perhatian dalam acara peringatan hari proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia pada waktu itu. Dalam buku “Drumblek dari Salatiga untuk
Dunia” yang diterbitkan oleh komunitas Kampoeng Salatiga, kata “blek”
tersebut berasal dari bahasa Belanda yang disebut dengan “blik” dimana
mempunyai arti kaleng yang biasa digunakan untuk menyimpan roti atau
makan lainnya (Kampoeng Salatiga, 2013: 31).
Drumblek sebagai salah satu aset kesenian kota Salatiga, musik ini
sering dijumpai pada acara-acara yang ada di Salatiga. Bisa dikatakan
bahwa drumblek sudah menjadi ikon kota Salatiga, yang mulai
1
dikembangkan dan menjadi pusat perhatian1.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumblek Salatiga (PDS), yaitu
Muhammad Kurniawan:
“Drumblek itu kesenian, kesenian sejenis drumblek.. ee.. drum
band mungkin awalnya mungkin, mungkin waktu awal drumblek jaman
dulu itu dibuat karena keinginan, dibuat seperti versi drum band, buat
versi drum band mungkin karena modal ndak ada.. digunakan alat
seadanya mungkin dari recycle, barang-barang bekas waktu awal itu….
Blek-blek khong guan itu.. blek-blek roti awal jadi intinya emang
dibilang drum band kere waktu itu.” 2
Sejarah terciptanya kesenian drumblek tidak dapat terlepas dari
kreatifitas warga Pancuran, Salatiga. Menurut Widyaningtyas, (2016: 3),
Pancuran merupakan daerah pertama yang menjadi pelopor munculnya
drumblek di Kota Salatiga. Dalam wawancara dengan Bapak Didik
Subianto Marsyuri, awal mula terbentuknya drumblek Pancuran dilatar
belakangi oleh kewajiban Warga Pancuran untuk berpartisipasi dalam
Karnaval peringatan HUT RI yang dilaksanakan oleh Kota Salatiga pada
tahun 1987. Keterbatasan biaya yang dimiliki oleh warga Pancuran kala
itu, membuat Bapak Didik Subiantoro Marsyuri dan beberapa rekannya
memikirkan solusi dari masalah tersebut agar dapat ikut berpartisipasi
dalam kegiatan tahunan tersebut. Munculah ide untuk membuat drum band
dimana alat musik yang digunakan berasal dari barang bekas yang saat itu
banyak dan mudah di temukan di Pancuran.
Apabila dilihat dari sejarahnya, bentuk drumblek hampir mirip
dengan Marching Band. Marching Band (orkes barisan) merupakan musik
baris berbaris yang berbasis militer di Indonesia. Dalamnya terdapat
sekelompok barisan orang yang memainkan lagu dengan menggunakaan
sejumlah kombinasi alat musik dimana dalam penampilannya dipimpin
Website : www.kotasalatiga.com “Drumblek Salah Satu Aset Kesenian Kota Salatiga”. Diakses
pada Selasa, 28-2-2017, 13.58 WIB
2
Wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumbek Salatiga, Muhammad Kurniawan Pada 18
januari 2017 pukul 18.15 WIB di Terminal Tingkir.
1
2
oleh satu atau dua orang komandan lapangan, biasanya drum band diiringi
tarian bendera dan membentuk formasi dengan pola yang berubah-ubah
sesuai dengan alur koreografi dari lagu yang dimainkan. Drum Band
adalah bentuk sederhana dari Marching Band, dimana di dalamnya tidak
ada formasi baris berbaris dan tidak menggunakan alat musik yang
lengkap yaitu alat musik tiup yang menjadi ciri khas Marching Band
(Kampoeng Salatiga, 2013: 20-21).
Menurut Supangkat (2014), Drumblek memang bisa dikatakan
sebagai salah satu jenis kesenian baru. Namun sebenarnya cikal bakal
kesenian drumblek adalah Klothekan, yang sudah tergolong sebagai
budaya lokal yang sudah lama ada. Bila kehadiran drumblek bisa
dikatakan sebagai ”penyempurnaan” dari budaya klothekan yang sudah
diturunkan dari generasi ke generasi, maka drumblek sudah bisa
digolongkan sebagai seni budaya di Salatiga.
Kahadiran Drumblek mampu membawa animo baru tersendiri bagi
masyarakat. Antusiasme yang besar dari masyarakat memang terasa nyata
sejak awal kelahiran drumblek. Namun demikian barangkali tidak ada
yang mengira bahwa akhirnya drumblek bisa berkembang secara
fenomenal seperti sekarang ini, dimana “virus drumblek” yang cikal
bakalnya dari Pancuran bisa menyebar ke kampung-kampung lain, ke
kabupaten/ kota lain, bahkan hingga ke propinsi lain (Supangkat, 2014).
Benar saja, hingga saat ini banyak masyarakat yang berlombalomba membuat grup drumblek untuk sekedar mengisi waktu luang, ikut
dalam karnaval atau pawai budaya, hingga mengikuti sebuah perlombaan.
Namun karena belum adanya standarisasi penilaian dalam perlombaanperlombaan drumblek, maka hal ini menimbulkan permasalahan bagi
grup-grup drumblek, selain itu seiring menjamurnya grup-grup drumblek
di Salatiga dan sekitar yang membuat grup-grup drumblek tersebut tidak
terorganisir, maka dibuatlah sebuah Paguyuban Drumblek Salatiga (PDS)
yang memiliki tujuan sebagai wadah komunitas-komunitas Drumblek di
3
Salatiga dan daerah sekitar, serta tempat berdiskusi untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan seputar drumblek.
Hingga saat ini hampir ada 110 grup drumblek yang mendaftarkan
diri sebagai anggota Paguyuban Drumblek seperti pernyataan Muhammad
Eddi Kurniawan :
“… Hampir ada 110-an sekarang, baru 110-an.. sampai detik ini
110-an.. dari seluruh Salatiga dan sekitarnya, karena memang kita buat
Salatiga dan sekitarnya mas.” 3
Tingginya minat masyarakat terhadap kesenian drumblek di
Salatiga menjadi salah satu kebudayaan yang dikembangkan secara massif,
yang diharapkan mampu membangun identitas kota sebagai pencetus
kesenian drumblek, dalam hal ini PDS menjadi wadah untuk perkumpulan
grup-grup drumblek. PDS menjadi fokus penelitian peneliti karena PDS
berdiri secara independen tanpa campur tangan pemerintah, dalam
mengembangkan kelompok komunitas di Salatiga. PDS saat ini, mewadahi
permasalahan-permasalahan dan hambatan-hambatan seputar kelompok
drumblek, sehingga dapat mengangkat drumblek sebagai identitas kota
Salatiga. Dengan mengetahui strategi yang digunakan PDS, diharap
mampu meningkatkan efektifitas kinerja dari PDS.
Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian skripsi yang ada
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya
Wacana, terdapat penelitian skripsi atas nama Widyaningtyas K.D, (2016)
dengan judul Strategi Komunikasi Ketua Rukun Warga Dalam Menarik
Minat Warga Kampung Pancuran Untuk Bergabung Dalam Drumblek
Generasi Muda Pancuran (GEMPAR). Penelitian ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya, karena dalam penelitian ini berfokus pada strategi
Paguyuban Drumblek Salatiga dalam membangun identitas budaya kota
Salatiga, sedangkan pada penelitian sebelumnya berfokus pada strategi
komunikasi ketua Rukun Warga Pancuran dalam menarik minat generasi
3
Wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumbek Salatiga, Muhammad Kurniawan Pada 18
januari 2017 pukul 18.15 WIB di Terminal Tingkir.
4
muda Pancuran untuk bergabung dalam Drumblek Generasi Muda
Pancuran (GEMPAR). Maka dari itu, maka keaslian skripsi ini dapat
dipertanggungjawabkan dan sesuai asas-asas keilmuan yang harus di
junjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif serta terbuka.
1.2. Rumusan masalah
Bagaimana strategi Paguyuban Drumblek Salatiga (PDS) dalam
membangun kesenian drumblek sebagai identitas budaya Kota Salatiga?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk menggambarkan strategi
atau upaya yang digunakan Paguyuban Drumblek Salatiga dalam
membangun kesenian drumblek sebagai identitas budaya Kota Salatiga.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk
mengetahui
secara
praktis
strategi-strategi
PDS
dalam
mengembangkan kesenian drumblek di Salatiga. Sehingga mampu
menjadi referensi bagi drumblek-drumblek yang ada di luar kota Salatiga,
dalam memaksimalkan kinerjanya.
1.4.2. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah dapat
memberikan sumbangsih dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu
sosial, yang merupakan bentuk kajian organisasi dan strategi yang
dilakukan untuk membangun eksistensi supaya menjadi identitas.
1.5. Konsep yang Digunakan dan Batasan Masalah
Penelitian ini hanya akan membahas mengenai strategi Paguyuban
Drumblek Salatiga dalam mengembangkan kesenian drumblek sebagai
5
identitas kebudayaan kota Salatiga. Penelitian yang berjudul Strategi
Paguyuban
Drumblek
Salatiga
dalam
mengembangkan
kesenian
drumblek sebagai identitas kota salatiga menggunakan beberapa konsep
sebagai acuan kerangka analisis yaitu:
1. Strategi Kebudayaan : menurut Perseun (1976: 18), terdapat tiga tahap
dalam perkembangan kebudayaan, tahap mitis (manusia dalam
kepungan kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya), tahap ontologis
(manusia terlepas dari kepungan kekuasaan mitis, dan secara bebas
ingin meneliti segala hal ihwal) dan tahap fungsionil (Nampak pada
manusia modern, yang mulai menjalin relasi-relasi baru dengan
sesamanya).
2. Kesenian drumblek : Drumblek merupakan salah satu jenis kesenian
baru. Namun sebenarnya cikal bakal kesenian drumblek adalah
Klothekan, yang sudah tergolong sebagai budaya lokal yang sudah
lama ada. Bila kehadiran drumblek bisa dikatakan sebagai
”penyempurnaan” dari budaya klothekan yang sudah diturunkan dari
generasi ke generasi, maka drumblek sudah bisa digolongkan sebagai
seni budaya di Salatiga (Supangkat, 2014).
3. Paguyuban Drumblek Salatiga : merupakan perkumpulan dari
kelompok-kelompok drumblek Salatiga dan sekitar. Penelitian ini
hanya membahas mengenai strategi-strategi Paguyuban Drumblek
Salatiga dalam mengembangkan kesenian drumblek sebagai identitas
budaya kota Salatiga.
4. Interaksi Sosial : Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan proses
interaksi sosial (asosiatif dan disasosiatif) dalam Soekanto (2014),
untuk mengkaji strategi pengembangan kesenian drumblek yang
digunakan oleh PDS sebagai identitas Budaya kota Salatiga. Bentukbentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama (cooperation),
persaingan (competition), bahkan juga berbentuk pertentangan atau
pertikaian (conflict).
6
5. Identitas Budaya : Liliweri (2007: 87), Identitas budaya merupakan
ciri yang ditunjukkan seseorang karena orang itu merupakan anggota
dari sebuah kelompok etnik tertentu. Itu meliputi pembelajaran
tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama,
keturunan dari suatu kebudayaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
identitas budaya, Identitas Budaya Yang Tidak Disengaja, Pencarian
Identitas Budaya, Identitas Budaya Yang Diperoleh, Konformasi:
Internalisasi, Resistensi dan Separatisme, dan Integrasi.
7
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kesenian erat kaitannya dengan kebudayaan, karena kesenian
merupakan salah satu unsur dari kebudayaan. Seni atau kesenian adalah
hasil atau proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan
terampil, kreatif, kepekaan indera, kepekaan hati dan pikir untuk
menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan indah, selaras, bernilai
seni, dan lainnya (Sumanto, 2006: 5). Seni terdiri dari berbagai macam
jenis, salah satunya adalah seni musik, unsur bunyi merupakan unsur
utama dari seni musik, sedangkan unsur lain adalah bentuk harmoni,
melodi, dan notasi musik merupakan wujud sarana yang diajarkan.
Menurut Syafiq (2003: 203) seni musik adalah seni pengungkapan
gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan
harmoni dengan unsur pendukung berupa bentuk gagasan, sifat dan warna
bunyi.
Drumblek merupakan kesenian kreatif kontemporer asli Salatiga.
Drumblek telah ada sejak pertengahan dekade tahun 80-an dari sebuah
kesederhanaan warga Pancuran Salatiga. Hanya dengan mengandalkan
perkusi dan barang-barang bekas, tong bekas, cakram bekas dan gagang
sapu bekas, drumblek bisa menghadirkan musik atraktif yang menarik
perhatian dalam acara peringatan hari proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia pada waktu itu. Dalam buku “Drumblek dari Salatiga untuk
Dunia” yang diterbitkan oleh komunitas Kampoeng Salatiga, kata “blek”
tersebut berasal dari bahasa Belanda yang disebut dengan “blik” dimana
mempunyai arti kaleng yang biasa digunakan untuk menyimpan roti atau
makan lainnya (Kampoeng Salatiga, 2013: 31).
Drumblek sebagai salah satu aset kesenian kota Salatiga, musik ini
sering dijumpai pada acara-acara yang ada di Salatiga. Bisa dikatakan
bahwa drumblek sudah menjadi ikon kota Salatiga, yang mulai
1
dikembangkan dan menjadi pusat perhatian1.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumblek Salatiga (PDS), yaitu
Muhammad Kurniawan:
“Drumblek itu kesenian, kesenian sejenis drumblek.. ee.. drum
band mungkin awalnya mungkin, mungkin waktu awal drumblek jaman
dulu itu dibuat karena keinginan, dibuat seperti versi drum band, buat
versi drum band mungkin karena modal ndak ada.. digunakan alat
seadanya mungkin dari recycle, barang-barang bekas waktu awal itu….
Blek-blek khong guan itu.. blek-blek roti awal jadi intinya emang
dibilang drum band kere waktu itu.” 2
Sejarah terciptanya kesenian drumblek tidak dapat terlepas dari
kreatifitas warga Pancuran, Salatiga. Menurut Widyaningtyas, (2016: 3),
Pancuran merupakan daerah pertama yang menjadi pelopor munculnya
drumblek di Kota Salatiga. Dalam wawancara dengan Bapak Didik
Subianto Marsyuri, awal mula terbentuknya drumblek Pancuran dilatar
belakangi oleh kewajiban Warga Pancuran untuk berpartisipasi dalam
Karnaval peringatan HUT RI yang dilaksanakan oleh Kota Salatiga pada
tahun 1987. Keterbatasan biaya yang dimiliki oleh warga Pancuran kala
itu, membuat Bapak Didik Subiantoro Marsyuri dan beberapa rekannya
memikirkan solusi dari masalah tersebut agar dapat ikut berpartisipasi
dalam kegiatan tahunan tersebut. Munculah ide untuk membuat drum band
dimana alat musik yang digunakan berasal dari barang bekas yang saat itu
banyak dan mudah di temukan di Pancuran.
Apabila dilihat dari sejarahnya, bentuk drumblek hampir mirip
dengan Marching Band. Marching Band (orkes barisan) merupakan musik
baris berbaris yang berbasis militer di Indonesia. Dalamnya terdapat
sekelompok barisan orang yang memainkan lagu dengan menggunakaan
sejumlah kombinasi alat musik dimana dalam penampilannya dipimpin
Website : www.kotasalatiga.com “Drumblek Salah Satu Aset Kesenian Kota Salatiga”. Diakses
pada Selasa, 28-2-2017, 13.58 WIB
2
Wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumbek Salatiga, Muhammad Kurniawan Pada 18
januari 2017 pukul 18.15 WIB di Terminal Tingkir.
1
2
oleh satu atau dua orang komandan lapangan, biasanya drum band diiringi
tarian bendera dan membentuk formasi dengan pola yang berubah-ubah
sesuai dengan alur koreografi dari lagu yang dimainkan. Drum Band
adalah bentuk sederhana dari Marching Band, dimana di dalamnya tidak
ada formasi baris berbaris dan tidak menggunakan alat musik yang
lengkap yaitu alat musik tiup yang menjadi ciri khas Marching Band
(Kampoeng Salatiga, 2013: 20-21).
Menurut Supangkat (2014), Drumblek memang bisa dikatakan
sebagai salah satu jenis kesenian baru. Namun sebenarnya cikal bakal
kesenian drumblek adalah Klothekan, yang sudah tergolong sebagai
budaya lokal yang sudah lama ada. Bila kehadiran drumblek bisa
dikatakan sebagai ”penyempurnaan” dari budaya klothekan yang sudah
diturunkan dari generasi ke generasi, maka drumblek sudah bisa
digolongkan sebagai seni budaya di Salatiga.
Kahadiran Drumblek mampu membawa animo baru tersendiri bagi
masyarakat. Antusiasme yang besar dari masyarakat memang terasa nyata
sejak awal kelahiran drumblek. Namun demikian barangkali tidak ada
yang mengira bahwa akhirnya drumblek bisa berkembang secara
fenomenal seperti sekarang ini, dimana “virus drumblek” yang cikal
bakalnya dari Pancuran bisa menyebar ke kampung-kampung lain, ke
kabupaten/ kota lain, bahkan hingga ke propinsi lain (Supangkat, 2014).
Benar saja, hingga saat ini banyak masyarakat yang berlombalomba membuat grup drumblek untuk sekedar mengisi waktu luang, ikut
dalam karnaval atau pawai budaya, hingga mengikuti sebuah perlombaan.
Namun karena belum adanya standarisasi penilaian dalam perlombaanperlombaan drumblek, maka hal ini menimbulkan permasalahan bagi
grup-grup drumblek, selain itu seiring menjamurnya grup-grup drumblek
di Salatiga dan sekitar yang membuat grup-grup drumblek tersebut tidak
terorganisir, maka dibuatlah sebuah Paguyuban Drumblek Salatiga (PDS)
yang memiliki tujuan sebagai wadah komunitas-komunitas Drumblek di
3
Salatiga dan daerah sekitar, serta tempat berdiskusi untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan seputar drumblek.
Hingga saat ini hampir ada 110 grup drumblek yang mendaftarkan
diri sebagai anggota Paguyuban Drumblek seperti pernyataan Muhammad
Eddi Kurniawan :
“… Hampir ada 110-an sekarang, baru 110-an.. sampai detik ini
110-an.. dari seluruh Salatiga dan sekitarnya, karena memang kita buat
Salatiga dan sekitarnya mas.” 3
Tingginya minat masyarakat terhadap kesenian drumblek di
Salatiga menjadi salah satu kebudayaan yang dikembangkan secara massif,
yang diharapkan mampu membangun identitas kota sebagai pencetus
kesenian drumblek, dalam hal ini PDS menjadi wadah untuk perkumpulan
grup-grup drumblek. PDS menjadi fokus penelitian peneliti karena PDS
berdiri secara independen tanpa campur tangan pemerintah, dalam
mengembangkan kelompok komunitas di Salatiga. PDS saat ini, mewadahi
permasalahan-permasalahan dan hambatan-hambatan seputar kelompok
drumblek, sehingga dapat mengangkat drumblek sebagai identitas kota
Salatiga. Dengan mengetahui strategi yang digunakan PDS, diharap
mampu meningkatkan efektifitas kinerja dari PDS.
Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian skripsi yang ada
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya
Wacana, terdapat penelitian skripsi atas nama Widyaningtyas K.D, (2016)
dengan judul Strategi Komunikasi Ketua Rukun Warga Dalam Menarik
Minat Warga Kampung Pancuran Untuk Bergabung Dalam Drumblek
Generasi Muda Pancuran (GEMPAR). Penelitian ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya, karena dalam penelitian ini berfokus pada strategi
Paguyuban Drumblek Salatiga dalam membangun identitas budaya kota
Salatiga, sedangkan pada penelitian sebelumnya berfokus pada strategi
komunikasi ketua Rukun Warga Pancuran dalam menarik minat generasi
3
Wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumbek Salatiga, Muhammad Kurniawan Pada 18
januari 2017 pukul 18.15 WIB di Terminal Tingkir.
4
muda Pancuran untuk bergabung dalam Drumblek Generasi Muda
Pancuran (GEMPAR). Maka dari itu, maka keaslian skripsi ini dapat
dipertanggungjawabkan dan sesuai asas-asas keilmuan yang harus di
junjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif serta terbuka.
1.2. Rumusan masalah
Bagaimana strategi Paguyuban Drumblek Salatiga (PDS) dalam
membangun kesenian drumblek sebagai identitas budaya Kota Salatiga?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk menggambarkan strategi
atau upaya yang digunakan Paguyuban Drumblek Salatiga dalam
membangun kesenian drumblek sebagai identitas budaya Kota Salatiga.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk
mengetahui
secara
praktis
strategi-strategi
PDS
dalam
mengembangkan kesenian drumblek di Salatiga. Sehingga mampu
menjadi referensi bagi drumblek-drumblek yang ada di luar kota Salatiga,
dalam memaksimalkan kinerjanya.
1.4.2. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah dapat
memberikan sumbangsih dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu
sosial, yang merupakan bentuk kajian organisasi dan strategi yang
dilakukan untuk membangun eksistensi supaya menjadi identitas.
1.5. Konsep yang Digunakan dan Batasan Masalah
Penelitian ini hanya akan membahas mengenai strategi Paguyuban
Drumblek Salatiga dalam mengembangkan kesenian drumblek sebagai
5
identitas kebudayaan kota Salatiga. Penelitian yang berjudul Strategi
Paguyuban
Drumblek
Salatiga
dalam
mengembangkan
kesenian
drumblek sebagai identitas kota salatiga menggunakan beberapa konsep
sebagai acuan kerangka analisis yaitu:
1. Strategi Kebudayaan : menurut Perseun (1976: 18), terdapat tiga tahap
dalam perkembangan kebudayaan, tahap mitis (manusia dalam
kepungan kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya), tahap ontologis
(manusia terlepas dari kepungan kekuasaan mitis, dan secara bebas
ingin meneliti segala hal ihwal) dan tahap fungsionil (Nampak pada
manusia modern, yang mulai menjalin relasi-relasi baru dengan
sesamanya).
2. Kesenian drumblek : Drumblek merupakan salah satu jenis kesenian
baru. Namun sebenarnya cikal bakal kesenian drumblek adalah
Klothekan, yang sudah tergolong sebagai budaya lokal yang sudah
lama ada. Bila kehadiran drumblek bisa dikatakan sebagai
”penyempurnaan” dari budaya klothekan yang sudah diturunkan dari
generasi ke generasi, maka drumblek sudah bisa digolongkan sebagai
seni budaya di Salatiga (Supangkat, 2014).
3. Paguyuban Drumblek Salatiga : merupakan perkumpulan dari
kelompok-kelompok drumblek Salatiga dan sekitar. Penelitian ini
hanya membahas mengenai strategi-strategi Paguyuban Drumblek
Salatiga dalam mengembangkan kesenian drumblek sebagai identitas
budaya kota Salatiga.
4. Interaksi Sosial : Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan proses
interaksi sosial (asosiatif dan disasosiatif) dalam Soekanto (2014),
untuk mengkaji strategi pengembangan kesenian drumblek yang
digunakan oleh PDS sebagai identitas Budaya kota Salatiga. Bentukbentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama (cooperation),
persaingan (competition), bahkan juga berbentuk pertentangan atau
pertikaian (conflict).
6
5. Identitas Budaya : Liliweri (2007: 87), Identitas budaya merupakan
ciri yang ditunjukkan seseorang karena orang itu merupakan anggota
dari sebuah kelompok etnik tertentu. Itu meliputi pembelajaran
tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama,
keturunan dari suatu kebudayaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
identitas budaya, Identitas Budaya Yang Tidak Disengaja, Pencarian
Identitas Budaya, Identitas Budaya Yang Diperoleh, Konformasi:
Internalisasi, Resistensi dan Separatisme, dan Integrasi.
7