SATMA IPK USU (Studi Etnografi Mahasiswa di Organisasi Masyarakat Ikatan Pemuda Karya)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pemuda sebagai aset bangsa yang harus diutamakan oleh bangsa
kita, karena dipundak pemudalah harapan bangsa ini dititipkan. Kata
pepatah, banyak jalan menuju roma. Banyak cara bisa digunakan untuk
meraih cita-cita bangsa ini. Menghadapi era globalisasi yang syarat dengan
kompetisi, setiap bangsa pasti memiliki cara sendiri untuk meraih mimpi,
terutama demi mewujudkan harapan sebagai bangsa yang maju, makmur
dan sejahtera.
Masa muda adalah suatu fase dalam siklus kehidupan manusia yang
berproses kearah perkembangan dan perubahan yang bersifat tradisional
kebentuk-bentuk atau fase-fase berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Koentjaraningrat (1997:120) yang menyebutnya sebagai “daur hidup” yang
memiliki makna sebagai beberapa bentuk kehidupan yang akan dilalui oleh
setiap individu. Contohnya masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja,
masa puber, masa sesudah menikah, masa kehamilan, masa lanjut usia dan
lain-lain. Sebagaimana dikatakan oleh Taufik Abdullah (1974) bahwa
kehadiran generasi muda bukan semata-mata gejala demografis, tetapi juga
gejala sosiologis dan histories yang memandang generasi muda tidak hanya
mengisi sebuah episode generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
tetapi merupakan subjek potensial bagi sebuah perubahan pada komunitas
itu sendiri.
Menurut teori gejala masalah akil balig Margareth Mead, (dalam
Danandjaja, 1994:38) perbedaan sifat-sifat kepribadian atau tempramen
antara laki-laki dan perempuan tidak bersifat biologis universal, melainkan
suatu perbedaan yang ditentukan oleh kebudayaan, oleh sejarah, dan
struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Perkembangan kepribadian
seorang individu menurut beliau terjadi pada usia remaja, yaitu masa dari
anak-anak menuju dewasa, dimana perkembangan kepribadian dan
emosinya tergantung dari lingkungan dan kebudayaan sekitarnya baik itu
laki-laki maupun perempuan.
Setiap negara harus berjuang habis-habisan agar tidak tertinggal di
belakang, alias menjadi pecundang. Agar tidak tergilas roda zaman, setiap
negara harus mengantisipasi segala tantangan. Password keberhasilan dan
kesuksesan menjawab tantangan zaman tak lepas dari peran generasi muda.
Namun peran kaum muda dalam menggawangi perubahan zaman sering kali
di abaikan dan di lupakan.
India merupakan raksasa ekonomi nomor dua asia setelah cina
memiliki strategi yang unik. Seorang pemuda miskin berkisah tentang
bagaimana resepnya untuk menjadi sukses. Dia menggunakan 3 cara untuk
meraih sukses. Ia ingin belajar dan menguasai sistem operasi windows,
menulis nota faktur pembukuan dan belajar 400 kata dalam bahasa inggris.
400 kata itu adalah kunci untuk lolos dari test of english as foreign language
Universitas Sumatera Utara
(TOEFL), syarat utama pendaftaran universitas di amerika utara memang,
tidak seketika dengan meguasai itu ia lantas bisa masuk ke universitas
amerika serikat, tapi cara berpikir semacam ini telah menjangkiti generasi di
daratan india.
Ketiga resep sukses itu sejatinya merupakan prasyarat untuk
menjawab tantangan globalisasi, yakni menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, memahami seluk beluk dunia bisnis dan pergaulan internasional.
Dengan menguasai tiga kunci globalisasi, mereka tidak perlu canggung lagi
untuk bersaing dalam zaman kompetisi. Terobosan itu sangat di butuhkan
oleh bangsa ini.
Tapi lain ladang lain belalang. Lain india lain pula dengan afrika.
Kendati senantiasa diremehkan banyak orang, afrika sejatinya menyimpan
geliat spirit perubahan yang sangat dahsyat dan kuat. Setidaknya, hal ini
dapat di simak pada New African, majalah berbasis di London dan Paris
yang dikomandani oleh pemuda-pemudi kulit hitam lulusan universitas
prestisius di Amerika Serikat, Inggris dan Eropa.
Majalah Pan-Afrika paling laris ini menjadi corong siar perubahan.
Sebagai bangsa poskolonial, mereka menyadari pahit getir penjajahan dan
perbudakan. Mereka secara kritis menggugat penjajah kolonial sembari
membakar spirit perubahan untuk memperjuangkan kemajuan bangsabangsa Afrika. Analisa-analisa yang keluar dari New African sarat berisi
Universitas Sumatera Utara
kritik, transformasi ilmu dan gagasan yang tak mampu dibantah oleh bangsa
Barat sendiri.
Bagi kaum mudanya, Afrika bukan kawasan yang miskin. Afrika
merupakan mutiara hitam yang berserakan. Tercerai berai akibat rasisme,
terjerat utang dan konflik kepentingan berkepanjangan. Karenanya, mereka
berbondong-bondong berjuang sekuat tenaga untuk membangun kembali
tanah kelahirannya dengan penuh keyakinan. Afrika harus bangkit dan
maju. Mereka tidak ingin menjadi kacung seumur hidup dengan merebut
kembali harga diri yang sekian lama terinjak-injak.
Kolomnis muda Stella Orakwue misalnya, selalu hadir dalam kolomkolomnya yang memukau. Dalam esainya bertajuk What could we have
done in Africa for Africa?, Stella mengajak kaum muda Afrika perantauan
yang belajar di barat untuk kembali membangun Afrika dengan berbagi
pengetahuan dan keahlian.
Stella menulis, “I know everything I need to know about Europe:
everything that 40 years of hard-won knowledge can bestow about
European culture, English people, British attitude. And I know this:
Europeans do not deserve African. We are too good for them. But hear this,
get this: Without us they would be unable, incapable, of running their own
countries! How’s that for you. We work, they play. But they treat us like we
Universitas Sumatera Utara
are nothing, nobodies, dirt. And now they want to destroy our minds so that
wecan continue to “work” for them like 21st century plantation slaves.”1
Lantas bagaimana dengan bangsa Indonesia? Pasca kemerdekaan
Republik 1945, negeri jiran tanpa malu mengais ilmu ke Indonesia.
Malaysia dengan rendah hati mengirimkaum mudanya untuk belajar, sadar
bahwa mereka masih tertinggal. Bayangkan sebelum 1970, Sumatera Utara
mengirim ribuan guru ke Malaysia. Tidak sedikit warga negara Indonesia
berbondong-bondong hijrah ke negeri jiran untuk mencari kerja sebagai kuli
rendahan. Menjadi kuli saja tak pantas.
Kita tidak perlu malu mengahadapi fakta. Kenyataan pahit harus
menjadi cambuk untuk maju. Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan
kita harus yakin bahwa mempersiapkan generasi muda dengan sebaikbaiknya
merupakan
strategi
penting
menghadapi
perubahan
dan
transformasi sosial di masa depan. Jangan seperti katak dalam tempurung!.
Negara tanpa kaum muda ibarat rumah kertas. Peran pemuda sangat
penting yakni sebagai tulang punggung bangsa. Sumber daya riil, motor
penggerak perubahan dan kunci kemajuan. Mereka harus dipersiapkan
untuk meneriam tongkat estafet kepemimpinan dari generasi tua yang
sebentar lagi pensiun. Mereka harus digembleng, diberi ruang dan
difasilitasi untuk kemajuan.
1
Nababan, Ir Leo. 2013. Mahasiswa Pejuang Pejuang Mahasiswa. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Universitas Sumatera Utara
Tantangan yang harus dihadapi pemuda Indonesia tidak terletak pada
level kultur, tapi pada tingkatan struktur. Etos kerja dan semangat belajar
tidak perlu diragukan. Tapi sejauh mana mereka diberi ruang dan
kesempatan untuk menggali potensi diri agar berkembang. Sangat
disayangkan para pemuda dibiarkan berkembang dengan naluri alam.Rezim
penguasa datang dan pergi silih berganti tapi tidak ada gebrakan berarti
untuk kaum pemuda. Belum nampak upaya serius dari pemerintah untuk
menggarap generasi muda sebagai aset bangsa, menggembleng pemuda
sebagai ujung tombak dalam menghadapi tantangan zaman. Meski berbagai
kebijakan di keluarkan seperti manusia unggul namun tidak ada perumusan
yang jelas. Pelaksanaannya pun nihil bukan hal aneh jika berbagai kompetisi
dan the best of ten universitas di dunia senantiasa didominasi kaum muda
dari Cina, India, Afrika.
Populasi penduduk Indonesia sangat besar seharusnya diolah dan
dipersiapkan secara serius sebagai aset bangsa. Potensi kaum muda tidak
boeh disia-siakan, tapi harus digodok sampai matang untuk membantu
mengatasi berbagai persoalan bangsa. Predikat Indonesia sebagai bangsa
kacung, bangsa kuli, dan kuli diantara bangsa-bangsa, sehingga sebutan
yang terstigma di badan pemuda indonesia ini harus bisa di rubah untuk
masa yang akan datang.
Mahasiswa berasal dari 2 (dua) suku kata, yaitu Maha dan Siswa
yang berarti Maha adalah sesuatu yang mempunyai makna derajat tertinggi
dan siswa adalah pelajar ataupun manusia yang sedang menuntut ilmu di
Universitas Sumatera Utara
dunia pendidikan, dengan kata lain Mahasiswa adalah seseorang yang
mempunyai derajat tertinggi di dalam dunia pendidikan yang berhubungan
dengan perguruan tinggi.
Menurut Suwono(1978)2 mahasiswa adalah merupakan insan-insan
calon sarjana yang dalam keterlibatannnya dengan perguruan tinggi (yang
makin menyatu dengan masyarakat), di didik dan diharapkan menjadi caloncalon intelektual.
Mahasiswa di dalam dunia pendidikan tidak hanya berfokus pada
pendidikan itu sendiri, melainkan banyak juga mahasiswa yang bergabung
dengan dunia organisasi di dalam lingkup perguruan tinggi tersebut. Banyak
mahasiswa yang menuangkan ide pemikiran dan juga harapan kedepan
untuk bangsanya di dalam ruang lingkup organisasi.
Pada umumnya keberadaan mahasiswa telah menjadi sorotan di mata
masyarakat. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa merupakan puncak status
bagi para pelajar yang nanti akan dapat memperbaiki kehidupan
perekonomian keluarga. Selain itu mahasiswa di Indonesia khususnya juga
telah mengambil arti penting dalam sejarah perkembangan bangsa. Peran
mahasiswa dalam perubahan di Indonesia tidaklah terlepas dari peristiwaperistiwa besar yang pernah terjadi. Peran tersebut ditunjukkan melalui
berbagai rangkaian aktifitas yang dilakukan mahasiswa, atau dengan kata
2
Suwono.2011.Definisi Mahasiswa. Available online at
http://definisipengertian.com/2011/pengertian-mahasiswa/ (diakses tanggal 12 Januari
2012).
Universitas Sumatera Utara
lain rangkaian kegiatan mahasiswa tersebut dapat disebut dengan kata
gerakan mahasiwa.
Perjuangan mahasiswa juga tidaklah lepas dari peran dan fungsi
organisasi mahasiswa. Hal itu dikarenakan organisasi dapat menjadi wadah
untuk
berinteraksi
mahasiswa
dengan
sesama
untuk
memperluas
pengetahuan dan pemahamannya. Selain itu organisasi mahasiswa secara
khusus dapat menjadi kekuatan pemersatu di tataran mahasiswa untuk
mempermudah mencapai tujuan. Kembali merujuk sejarah Indonesia, maka
dapat disaksikan bahwa perjuangan mahasiswa saat itu diwujudkan melalui
organisasi mahasiswa.
Pengertian organisasi3 itu sendiri adalah tempat orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sitematis, terorganisasi,
terencana, terkendali, dan terpimpin dalam memanfaatkan sumber daya
yang digunakan secara efektif daan efisien dalam mencapai tujuan
organisasi secara bersama-sama.
Organisasi adalah sekumpulan individu yang tergabung dalam satu
wadah. Bisa dipastikan sekumpulan orang ini memiliki kesamaan ide,
keinginan dan kebutuhan, serta tujuan yang diwujudkan dengan melakukan
kegiatan-kegiatan bersama. Sesuai dengan definisi organisasi menurut
Robbins (2001:4) bahwa organisasi diartikan sebagai suatu unit (satuan)
sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, organisasi terdiri dari 2(dua)
3
http://isma-ismi.com/pengertianorganisasi.html diakses 1/12/2014
Universitas Sumatera Utara
orang atau lebih yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama.
Tujuan organisasi terdiri dari kumpulan nilai-nilai, nilai yang dapat
diartikan sebagai sesuatu yang menjadi acuan ideal bagi individu-individu
dalam
menentukan
aturan
hidupnya.
Seperti
halnya
menurut
Koentjaraningrat (1974), nilai merupakan konsepsi-konsepsi yang ada
dalam pikiran masyarakat dan organisasi mengenai hal-hal yang berarti
dalam hidup. Dalam konteks nilai budaya organisasi, hal ini berarti
pedoman atau kepercayaan yang dijadikan acuan dalam menjalankan tugas
organisasi.
Menurut Stephen P. Robbinss organisasi adalah merupakan kesatuan
social yang dikordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan berasama atau sekelompok tujuan. Masyarakat
berasal dari kata Arab “Syaraka” yang berarti ikut serta (berpartisipasi) , dan
dalam bahasa Inggris dipakai istilah Society yang berasal dari kata latin
Socius yang berarti kawan.
Di dalam ilmu antropologi masyarakat itu adalah sekelompok orang
yang berkumpul dan memiliki kebudayaan yang dimana manusia tersebut
tidak akan dapat hidup tanpa ada manusia lainnya, dengan kata lain manusia
itu akan dapat hidup dengan saling bergantung dengan manusia lain.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat menurut beberapa ahli4:
1. Koentjaraningrat Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatusistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
2. Selo Soemardjan mengatakan masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
3. J.L Gillin dan J.P Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah
kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi
dan perasaan persatuan yang sama.
Penelitian tentang Organisasi kepemudaan5 sudah banyak di teliti
oleh beberapa kawan-kawan baik yang sudah tamat maupun belum, akan
tetapi kebanyakan dari mereka berbicara mengenai Organisasi Kepemudaan
Pemuda Pancasila seperti yang di teliti oleh Okta Vina Saragih yang
membahas
tentang
Resistensi
Masyarakat
Terhadap
Organisasi
Kepemudaan (Studi Kasus Tentang Keberadaan Organisasi Pemuda
Pancasila di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok). Hal ini
terjadi karena pergeseran nilai dan orientasi pada organisasi kepemudaan di
4
http://kesmas-unsoed.com/2011/10/definis-masyarakat-menurut-para-ahli.html akses
1/12/2014
Universitas Sumatera Utara
Desa Perkebunan Bukit Lawang, sehingga masyarakat mempunyai
prasangka yang buruk tentang organisasi kepemudaan tersebut.
Pada dasarnya organisasi kepemudaan6 merupakan salah satu wadah
untuk meningkatkan kualitas diri, kelompok, dan juga masyarakat serta
mengamalkan
kemampuannya
untuk
kesejahteraan
kelompok
dan
masyarakat sekaligus membangun masa depan yang lebih baik bagi diri
anggota serta lingkungannya.
Perlawanan yang dilakukan masyarakat Bukit Lawang terhadap
Organisasi Pemuda Pancasila adalah perlawanan terbuka. Munculnya
perlawanan ini karena masyarakat mulai merasa resah dan tidak nyaman
akan keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila. Anggota Organisasi Pemuda
Pancasila pada saat itu melakukan hal-hal yang merugikan masyarakat dan
juga pengunjung yang datang ke Bukit Lawang, seperti adanya rencana
membuat tarif parif dihitung perjamnya, pungutan liar, pemberian kong
(pajak getah), anggota organisasi PP yang terkesan premanisme, sering
terjadi bentrokan, juga bentrokan yang terjadi antara anggota organisasi PP
dengan anggota organisasi kepemudaan yang lainnya.
Namun hal yang fatal adalah saat anggota Organisasi Pemuda
Pancasila
melakukan
penyerangan
tiba-tiba
terhadap
masyarakat,
masyarakat saat itu sangat terkejut dan untungnya tidak ada korban.
6
Organisasi Kepemudaan sudah beralih fungsi menjadi Organisasi Masyarakat sesuai
dengan Undang undang ormas tahun 2013, sehingga setiap Organisasi Kepemudaan
menjadi Organisasi Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Puncaknya adalah saat anggota Organisasi Pemuda Pancasila melakukan
pertemuan di salah satu penginapan Bukit Lawang, masyarakat yang
mendengar hal tersebut berkumpul dan langsung menyerang anggota
organisasi PP bermaksud untuk mengusir mereka dari Bukit Lawang.
Anggota Organisasi Pemuda Pancasila bersembunyi di penginapan tersebut
dan tidak berani keluar mengingat jumlah mereka yang tidak seimbang
dengan masyarakat.
Beberapa jam kemudian akhirnya bantuan dari aparat pun datang
untuk meredakan masyarakat ini. Penyelesaian konflik dilakukan dengan
kesepakatan antara masyarakat Bukit Lawang dengan anggota organisasi PP
yang saat itu juga diikuti oleh aparat sebagai orang ketiga. Kesepakatan
bersama tersebut adalah Organisasi Pemuda Pancasila tidak diijinkan lagi
berdiri di Bukit Lawang Anggota organisasi Pemuda Pancasila (PP) bisa
menerima keputusan itu karena memang anggota organisasi Pemuda
Pancasila lah yang memulai konflik dengan masyarakat.7
Dinamika Organisasi Kepemudaan yang ada di masyarakat jika
diamati dari skripsi di atas menimbulkan stigma negative. Karena adanya
stigma negative pastilah ada stigma positif tersebut maka penulis mencoba
menggali lebih dalam tentang keberadaan Organisasi Kepemudaan seperti
7
Saragih, Okta Vina. 2014. Skripsi : Resistensi Masyarakat Terhadap Organisasi
Kepemudaan (Studi Kasus Tentang Keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila di Desa
Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok). Fisip USU: Okta Vina Saragih Departemen
Sosiologi Fisip USU.NIM 080901035. Abstrak.
Universitas Sumatera Utara
Ikatan Pemuda Karya yang berada di Perguruan Tinggi Universitas
Sumatera Utara.
Sebagian mahasiswa bergabung ke dalam organisasi yang dimana
organisasi tersebut adalah bagian dari ekstrakulikuler8 perguruan tinggi
tersebut, disini penulis membahas organisasi SATMA IPK di lingkungan
Universitas Sumatera Utara (USU), penulis tertarik untuk mengambil judul
ini dikarenakan penulis ingin menuangkan tujuan dari Organisasi
masyarakat dimana tujuan dari organisasi ini adalah guna memajukan
bangsa dan negara Indonesia, juga penulis ingin merubah paradigma
ataupun pandangan masyarakat yang menganggap bahwa organisai IPK
(ikatan Pemuda Karya) adalah organisasi yang hanya mengandalkan
kekerasan di dalam kegiatan organisasi tersebut, maka dari itu penulis ingin
menuangkan pemikiran penulis dimana IPK (ikatan Pemuda Karya) tidak
hanya semata-mata bertindak dengan kekerasan melainkan organisasi ini
juga melayani masyarakat dengan kegiatan-kegiatan social seperti kegiatan
peduli mayarakat, dan disini penulis meyakinkan bahwa organisasi ini
adalah sekumpulan orang yang dimana mereka bekerja dengan KARYA
NYATA bukan KARYA KATA.
IPK adalah singkatan dari Ikatan Pemuda Karya dimana dulunya
organisasi ini dibentuk pada zaman Soeharto dan organisasi ini berkembang
sampai pada hari ini dengan tujuan sebagai wadah guna mewujudkan visi
8
Ekstrakulikuler adalah kegiatan diluar materi pelajaran(http://kafeilmu.comakses
1/12/2014
Universitas Sumatera Utara
misi dimana visi misi organisasi ini mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia
dikarenakan organisasi IPK (Ikatan Pemuda Karya) ini berideologi
Pancasila dan dimana Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik
Indonesia.
SATMA IPK itu sendiri adalah singkatan dari Satuan Mahasiswa
yang dimana didalamnya terdapat sekelompok Mahasiswa yang mempunyai
satu pemikiran untuk bersama-sama berkarya guna memajukan bangsa dan
dimulai dari mahasiswa itu sendiri. Pandangan masyarakat yang buruk
terhadap organisasi IPK dapat diubah dengan munculnya organisasi
SATMA IPK dimana keseluruhan anggotanya berisikan mahasiswa yang
masih aktif di Perguruan Tinggi.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara organisasi masyarakat
IPK dengan SATMA IPK, dimana organisasi masyarakat IPK lebih
mengutamakan otot dalam kegiatan organisasinya sedangkan SATMA IPK
lebih mengutamakan otak atau pemikirannya dalan kegiatan organisasinya.
Ini dikarenakan seluruh anggota SATMA IPK berisikan mahasiswa yang
aktif di Perguruan Tinggi yang berada di ruang lingkup USU (Universitas
Sumatera Utara).
Universitas Sumatera Utara
1.2
Tinjauan Pustaka
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.9 Antropologi adalah bahasa Yunani yang
berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos
berarti ilmu. Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat
suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi
memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku
bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu
sendiri. Jika diamati lebih dalam maka Antropologi dapat mengkaji apapun
yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan manusia.
Kita sering menggunakan istilah pemuda atau generasi muda dalam
kehidupan kita sehari-hari. Untuk mengetahui pengertian dari istilah
pemuda/generasi muda ini penulis berpedoman pada pendapat para ahli.
Menurut Muhammad Ali (1989:258): ”Muda diartikan belum sampai
setengah umur, belum cukup umur”. Maka dari pengertian ini dapat
disimpulkan bahwa pengertian muda itu difokuskan pada usia dengan batas
tertentu penggolongannya seperti pada anak-anak dan remaja.
Sedangkan menurut N. Daldjoni (1974:35) Generasi adalah:
”Keseluruhan individu dalam bermasyarakat yang sebenarnya sebagai
9
Koentjaraningrat (1990).Pengantar Ilmu Antropologi Cetakan ke delapan. Jakarta : Rineka
Cipta
Universitas Sumatera Utara
akibat pengalaman yang mirip dan keterikatan yang sama, bersikap kritis
terhadap generasi atasnya”. Dari pengertian ini dapat di simpulkan bahwa
generasi menunjukkan tempat atau kedudukan mereka bersama sebagai
kelompok usia. Generasi muda adalah keseluruhan orang yang mempunyai
usia belum setengah umur dan mempunyai kesamaan dalam masa hidupnya
akibat pengalaman yang mirip dan keterikatan yang sama bersikap kritis
terhadap generasi.
Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga seperti ruang
lingkup tempat pemuda berada diperoleh 3 kategori yaitu :
1. Siswa usia 6-18 tahun, masih ada dibangku sekolah.
2. Mahasiswa di Universitas perguruan tinggi usia antara 18-25
tahun.
3. Pemuda diluar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi
usia antara 15-30 tahun.
Dengan melihat batasan-batasan unsur generasi muda yang diuraikan
diatas, maka untuk mempermudah pengertian dalam uraian-uraian
selanjutnya mengenai umur generasi muda pada umumnya, khususnya
dalam tulisan ini diambil kesimpulan bahwa batas usia pemuda itu adalah
antara 15-30 tahun.
Mahasiswa merupakan sekelompok generasi muda yang terdaftar
secara administratif di perguruan tinggi. Keterikatan generasi muda tersebut
Universitas Sumatera Utara
terhadap perguruan tinggi telah mengharuskan generasi muda itu untuk
dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai akademisi (menuntut
pengetahuan serta menggali dan mengembangkan khasanah keilmuan atau
belajar). Konsumsi pengetahuan yang didapatkan secara terus menerus
memunculkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir secara sistematis dan
komprehensif dalam melihat sesuatunya. Hal ini menjadikan mahasiswa
orang-orang yang memiliki kemampuan
intelektulitas. Terdapatnya
kemampuan tersebut akan menjadikan mahasiswa semakin kritis ketika ada
pandangan yang tidak lazim menurut pemikirannya (idealisme).
Implementasi dari sikap kritis tersebut akan menuju pada pola-pola
tindakan mahasiswa yang berusaha mengembalikan suatu kondisi pada
kondisi yang ideal. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Syari‟ ati (1998:42)
bahwa orang yang memiliki intelektualitas adalah orang mempunyai
tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab yang dimaksud seperti
mencari
sebab-sebab
yang
sesungguhnya
dari
keterbelakangan
masyarakatnya, dan menemukan penyebab sebenarnya dari kemandegan dan
kebobrokan rakyat dalam lingkungannya.
Sejarah perkembangan Indonesia telah membuktikan bahwasannya
mahasiswa ikut mengambil peran dalam perubahan. Seperti apa yang
dipaparkan Suharsih & Kusuma (2007:37-38), mahasiswa merupakan salah
satu elemen penting dalam setiap episode panjang perjalanan bangsa
Indonesia. Hal ini dikarenakan mahasiswa merupakan kelompok generasi
muda yang kritis dan memiliki intelektualitas. Mahasiswa sering dianggap
Universitas Sumatera Utara
sebagai agent of change dan agent of sosial control karena mahasiswa
merupakan kelompok yang mampu mengenyam pendidikan sampai taraf
tinggi.
Kemampuan intelektualitas yang dimiliki mahasiswa mengarahkan
mahasiswa untuk peka dengan kondisi. Kemampuan intelektualitas pada
dasarnya berbasis pada teori-teori untuk menemukan suatu kebenaran dari
pengetahuan, sehingga dengan teori-teori yang dimiliki mahasiswa dapat
menilai suatu kondisi. Berdasarkan penilaian dari kondisi tersebut
mahasiswa dapat menyimpulkan tepat atau tidaknya suatu keadaan dengan
ide yang dimiliki. Ketika kondisi yang diketahui tidak sesuai dengan ide
yang dimiliki, maka mahasiswa berusaha untuk menyesuaikan ide tersebut
dengan kondisi. Dalam kaitannya dengan kondisi masyarakat, penyesuaian
ide tersebut telah menagarahkan mahasiswa untuk melakukan aksi-aksi
dalam berbagai tindakan yang dapat merubah kondisi atau lebih dikenal
dengan gerakan mahasiswa.
Menurut Harapan & Basril (2000:3-4), gerakan mahasiswa
merupakan seperangkat kegiatan mahasiswa yang bergerak menentang dan
mempersoalkan realitas objektif yang dianggap bertentangan dengan realitas
subyektif mereka. Acapkali gerakan mahasiswa dimulai dari tuntutantuntutan menentang kebijakan pendidikan, terutama otoritas perguruan
tinggi, kemudian bergerak menuju kebijakan nasional, kemudian kekuasaan
pemerintah yang sedang berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sanit (1999:32), ada lima faktor yang menjadikan
mahasiswa peka dengan masalah kemasyarakatan, sehingga mendorong
mereka untuk melakukan perubahan.
1. Sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan
yang terbaik, mahasiswa mempunyai pandangan luas untuk
dapat bergerak di antara semua lapisan masyarakat.
2. Sebagai kelompok masyarakat yang paling lama mengalami
pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi
politik terpanjang di antara angkatan muda.
3. Kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik
melalui akulturasi sosial budaya yang tinggi di antara
mereka.
4. Mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan
atas susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan
memiliki kelebihan tertentu dalam masyarakat.
5. Seringnya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan
dan penelitian berbagai masalah di masyarakat.
Oleh sebab itu, sudah sewajarnya jika mahasiswa mampu melakukan
gerakan-gerakan yang solid untuk menciptakan suatu perubahan kearah
yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
Gerakan yang diperankan mahasiswa saat menyuarakan aspirasinya
bukanlah merupakan gerakan individualis, melainkan gerakan kolektif.
Sesuai dengan apa yang dikatakan Sunarto (2004:203) bahwa gerakan yang
diperankan mahasiswa diklasifikasikan sebagai bentuk perilaku kolektif,
maka dapat disebut sebagai gerakan sosial (social Movement). Gerakan
sosial ditandai dengan adanya tujuan kepentingan bersama. Gerakan sosial
dilain pihak ditandai dengan adanya tujuan jangka panjang yaitu untuk
mengubah atau mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di
dalamnya.
Sejarah perlawanan mahasiswa di Indonesia khususnya merupakan
gerakan kolektif. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat beberapa
peristiwa sejarah Bangsa Indonesia yang telah dilalui. Seperti yang
diketahui pada saat itu, keterlibatan organisasi mahasiswa telah menjadi
faktor penentu dengan membawa wacana bersama untuk menolak rezim
yang berkuasa.
Proses organisasi dalam rangka mencapai tujuan telah mewujudkan
pada karakteristik organisasi sebagai identitas dari organisasi atau dapat
disebut dengan budaya organisasi. Hal inilah yang membedakan antara
setiap organisasi yang ada. Menurut Schein (dalam Sobirin, 2007:132),
budaya organisasi adalah pola asumsi dasar yang dianut bersama oleh
sekelompok orang. Setelah sebelumnya mereka mempelajari dan meyakini
kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrasi internal,
Universitas Sumatera Utara
sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada anggota-anggota
baru
sebagai
cara
yang
benar
untuk
berpersepsi,
berpikir
dan
mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan
organisasi. Interaksi komisariat dengan setiap individunya mengharuskan
individu tersebut berubah sesuai dengan inginnya komisariat. Sesuai dengan
yang dikatakan oleh H Bonner (dalam Santoso, 1999:15) bahwa dalam
interaksi sosial, kelakuan individu yang satu akan mempengaruhi,
mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
Interaksi yang dimaksud adalah hubungan antara dua atau lebih individu
manusia.
Perbedaan kelompok dan kualitas individu yang ada dalam
masyarakat tersebut, mengakibatkan munculnya ketertiban, keselarasan dan
rasa solidaritas diantara sesama. Solidaritas dalam konteks penelitian ini
adalah keterikatan erat antara individu yang satu dengan individu yang lain
pada situasi sosial tertentu.
Solidaritas yang muncul dalam setiap kelompok masyarakat
disebabkan adanya beberapa persamaan, seperti persamaan kebutuhan,
keturunan, dan tempat tinggal. Oleh karena itu solidaritas menurut Doyle
(1986:181) menunjuk pada suatu hubungan antara individu atau kelompok
berdasarkan perasaan moral dan kepercayaan yang dianut dan di perkuat
oleh pengalaman emosional bersama, ikatan ini lebih mendasar daripada
hubungan kontraktual yang dibuat atas persetujuan rasional.
Universitas Sumatera Utara
Setiap individu yang terikat dalam suatu ikatan solidaritas kelompok
masyarakat, memiliki kesadaran kolektif yang sama. Kesadaran kolektif
adalah keseluruhan keyakinan dan perasaan yang membentuk sistem
tertentu dan dimiliki bersama. Kesadaran kolektif memiliki sifat sakral
karena mengharuskan rasa hormat dan ketaatan, hal tersebut dapat tercipta
dengan baik apabila prilaku individu dalam kelompok masyarakat telah
sesuai dengan sistem yang ada. Khaldun (dalam Soekanto. 1990:26).
Solidaritas dalam bentuk keterkaitannya sering muncul dalam
aktivitas gotong royong, menurut Koentjaraningrat (1961: 2), gotong royong
adalah kerjasama diantara anggota-anggota suatu komunitas. Lebih lanjut
gotong royong dapat di golongkan kedalam tujuh jenis, yakni:
1. Gotong royong yang timbul bila ada kematian atau beberapa
kesengsaraan lain yang menimpa penghuni desa.
2. Gotong royong yang dilakukan oleh seluruh penduduk desa.
3. Gotong royong
yang
terjadi
bila
seorang
penduduk
desa
menyelenggarakan suatu pesta.
4. Sistem gotong royong yang dipraktekkan untuk memelihara dan
membersihkan kuburan nenek moyang.
5. Gotong royong dalam membangun rumah.
6. Gotong royong dalam pertanian.
7. Gotong royong yang berdasarkan pada kewajiban kuli dalam
menyumbangkan tenaga manusia untuk kepentingan masyarakat
(Koentjaraningrat, 1997: 32-33).
Universitas Sumatera Utara
Dalam pergerakannya SATMA IPK USU mencoba membangun
hubungan interaksi sosial antar mahasiswa tersebut dengan cara
menanamkan rasa solidaritas di antara individu serta memberikan arahan
dan pendidikan yang berlandaskan kepada budaya organisasi yang dimiliki.
Sesuai
dengan
penjelasan
di
atas,
penelitian
ini
akan
mendeskripsikan dan menjelaskan eksistensi SATMA IPK USU untuk
melihat sejauh mana organisasi mahasiswa ini berperan dalam akademika
kampus dan masyarakat. Budaya organisasi yang dimiliki tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap pardigma berpikir yang tercermin dari setiap
bentuk tindakan dan perilaku anggota sebuah organisasi.
Seperti yang diketahui sejauh ini IPK merupakan organisasi yang
terkesan militan dan anarkis dalam pandangan masyarakat. Pada saat massa
kepemimpinan Olo Pangebangean sebagai ketua umum nasional organisasi
masyarakat IPK merupakan puncak kejayaan organisasi tersebut dan pada
saat itu muncullah berbagai persepsi tentang IPK yang terkesan organisasi
negatif seperti maraknya perjudian berupa toto gelap ( togel ) di Sumatera
Utara.
Pada penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan hal yang berbeda
dari pandangan masyarakat terhadap organisasi ini. Peneliti akan
menjelaskan berbagai peran SATMA IPK USU dalam kegiatan akedimisi
serta gerakan yang dilakukan kepada masyarakat dalam bentuk yang
beragam.
Universitas Sumatera Utara
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
membahas pokok permasalahan yang menjelaskan secara terperinci tentang
SATMA IPK USU sebagai salah satu organisasi mahasiswa di Universitas
Sumatera Utara, dengan hal ini maka digunakan pertanyaan kunci yang akan
menjawab permasalahan tersebut antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan SATMA IPK USU ?
2. Bagaimana eksistensi SATMA IPK di Universitas Sumatera Utara
(USU) ?
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian tentunya memliki tujuan dan manfaat yang sangat
penting, karena melalui tujuan dan manfaat itulah suatu penelitian menjadi
dapat lebih dimengerti oleh di penulis.
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan kuliah S1 pada
Departemen Antropologi FISIP USU.
2. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya SATMA IPK dapat berdiri
dan dapat membuka cabang di Lingkungan Perguruan Tinggi
Universitas Sumatera Utara (USU)
Sebenarnya manfaat penelitian ini tidak hanya dirasakan oleh si
penulis saja, tetapi juga bermanfaat bagi para pembaca. Karena dalam
penelitian yang telah dilakukan ini, kita jadi mengetahui bagaimana
Universitas Sumatera Utara
berdirinya dan berkembangnya SATMA IPK di Universitas Sumatera Utara
(USU).
1.5.
Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab. Bab pertama adalah pembahasan
mengenai latar belakang masalah dari penelitian ini. Kemudian tinjauan
pustaka yang berisi teori dan konsep yang mendukung penelitian ini.
Selanjutnya pembahasan rumusan masalah yang disusul dengan tujuan dan
manfaat dari penelitian ini. Dua bagian terakhir adalah pembahasan
mengenai sistematika penulisan dan metode penelitian yang berisi tentang
pengalaman penelitian.
Pada bab kedua berisi hal-hal yang menyangkut kondisi lokasi
penelitian yaitu SATMA IPK Universitas Sumatera Utara (USU)
Pada bab ketiga berisi tentang sejarah Organisasi IPK baik secara
umum maupun Organisasi SATMA IPK USU. Selain itu bab ini juga berisi
tentang struktur organisasi IPK maupun SATMA IPK USU dan juga
membahas tentang internal IPK dan SATMA IPK USU.
Pada bab keempat akan dibahas hal-hal mengenai pola SATMA IPK
USU di ranah pengkaderan sehingga menghasilkan kader-kader yang
berkarakter serta menghasilkan kader-kader yang loyal dan militan terhadap
organisasi IPK dan juga alasan mengapa mahasiswa tersebut memilih
menjadi anggota SATMA IPK USU.
Universitas Sumatera Utara
Bab terakhir atau bab kelima berisi tentang kesimpulan yang bisa
diambil dari bab-bab sebelumnya mengenaiOrganisasi SATMA IPK USU.
Bab ini juga berisi saran-saran yang diperlukan dan diharapkan bisa menjadi
masukan bagi para pihak yang berkepentingan terhadap penulisan skripsi
ini.
1.6.
Metode Penelitian
1.6.1. Sifat dan Pendekatan Penelitian
Penelitian adalah suatu tindakan seseorang yang dilakukan sistematis
dan mengikuti aturan-aturan metodologi, misalnya: observasi, dikontrol dan
berdasarkan pada teori yang dapat diperkuat dengan gejala yang ada.
Penelitian yang akan dilakukan ini tentunya mempunyai metode
yang akan digunakan. Metode penelitian adalah cara-cara dan prosedur yang
dilakukan untuk mengumpulkan data secara bertanggung-jawab sesuai
dengan masalah yang diteliti dan disiplin ilmu pengetahuan yang
bersangkutan. Menurut Gunnar Myrdal: “etos ilmu pengetahuan sosial
adalah mencari kebenaran „objektif‟.
Penelitian ini bersifat deksriptif dengan menggunakan metode
kualitatif untuk menggambarkan bagaimana eksistensi Satma IPK USU?
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, penelitian yang
bersifat deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat
individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan
frekuensi atau penyebaran suatu gejala hubungan tertentu antar suatu gejala
dengan gejala lain dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, tentunya akan bersifat etnografi pula, karena
untuk mendeskripsikan fenomena di lapangan, pastinya banyak hal yang
dapat harus dipahami dalam proses mendeskripsikannya. Etnografi
merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama
aktifitas ini adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang
penduduk asli. Sebagaimana dikemukakan oleh Malinowski, tujuan
etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya
dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya.
Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktifitas belajar mengenai
dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berfikir, dan
bertindak dengan cara yang berbeda. Tidak hanya mempelajari masyarakat,
etnografi berarti lebih daripada belajar dari masyarakat.
Di dalam penelitian ini, ada 2 jenis data yang digunakan yaitu data
primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari
lapangan melalui observasi dan juga melalui wawancara. Sedangkan pada
data sekunder, hanyalah sebagai pelengkap untuk melengkapi data primer
yaitu data yang diperoleh dari karangan-karangan ilimiah ataupun dokumendokumen yang berasal dari media massa internet, data dari pemerintahan,
organisasi masyarakat dan sebagainya.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan strukturasi yang
memiliki arti suatu metode yang mengambil kehidupan sosial adalah lebih
dari sekadar tindakan-tindakan individual. Namun, kehidupan sosial itu juga
tidak semata-mata ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Giddens, human agency dan struktur sosial berhubungan
satu sama lain. Tindakan-tindakan yang berulang-ulang (repetisi) dari agenagen individual-lah yang mereproduksi struktur tersebut. Tindakan seharihari seseorang memperkuat dan mereproduksi seperangkat ekspektasi.
Perangkat ekspektasi orang-orang lainlah yang membentuk apa yang oleh
sosiolog disebut sebagai “kekuatan sosial” dan “struktur sosial.”
Hal ini berarti, terdapat struktur sosial seperti, tradisi, institusi,
aturan moral serta cara-cara mapan untuk melakukan sesuatu. Namun, ini
juga berarti bahwa semua struktur itu bisa diubah, ketika orang mulai
mengabaikan, menggantikan, atau mereproduksinya secara berbeda.
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data yang valid dan objektif
sehingga dibutuhkan suatu teknik pengumpulan data yang tepat. Pada
kesempatan ini peneliti menggunakan kombinasi tiga teknik pengumpulan
data, yaitu :
a. Observasi Partisipasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui
pengamatan terhadap gejala yang terjadi pada objek yang diteliti. Panca
indera manusia adalah alat utama yang digunakan untuk menangkap segala
gejala yang diamati. Hasil dari gejala yang ditangkap oleh panca indera
tersebut dapat dicatat untuk kemudian dianalisis oleh peneliti untuk
menjawab masalah penelitian. Tujuan utama pengamatan adalah untuk
mencatatkan atau mendeskripsikan prilaku objek serta memahaminya dan
Universitas Sumatera Utara
akhirnya menjadi sebuah kesimpulan awal.Informasi dan data pada
penelitian ini salah satunya didapat dari
observasi partisipasi yang
dilakukan untuk melihat secara langsung proses dinamika SATMA IPK,
Tidak hanya itu selama proses pengumpulan data melalui observasi, saya
juga terlibat dan ikut serta dengan aktivitas satma. Secara operasional teknik
pengumpulan data yang berupa observasi partisipasi tidak bisa dipisahkan
dengan teknik pengumpulan data yang berupa wawancara mendalam.
b. Wawancara Mendalam
Didalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulkan data
melalui teknik wawancara. Wawancara ataupun interview adalah suatu
percakapan yang memiliki pertanyaan yang sudah terstruktur (formal) dan
dengan maksud tertentu antara pewawancara atau yang sering disebut
dengan interviewer dengan informan yaitu orang yang memberikan jawaban
atas pertanyaan yang diberikan. Wawancara yang dilakukan yakni
melakukan Tanya jawab secara langsung dan terbuka dengan individu
ataupun kelompok yang akan diteliti.
Tujuan melakukan wawancara dalam penelitian adalah guna
mendapatkan keterangan secara lisan dari informan atau sering juga disebut
dengan responden.Responden adalah seseorang yang diwawancarai dan
diharapkan memberikan respon atas pertanyaan terstruktur yang diajukan.
Sedangkan informan adalah seseorang yang diwawancarai dan diharapkan
memberikan keterangan ataupun informasi mengenai hal-hal yang ingin
Universitas Sumatera Utara
diketahui oleh si peneliti. Ada beberapa tipe informan seperti informan
pangkal, informan kunci, dan juga informan biasa. Dalam penelitian
antropologi, biasanya menggunakan istilah informan ini kepada orang-orang
yang memberikan keterangan ataupun informasi.
Wawancara yang dilakukan peneliti melalui percakapan-percakapan
biasa dan sederhana. Meskipun percakapan biasa yang dilakukan, peneliti
tetap mengarahkan percakapan pada fokus pertanyaan penelitian. Teknik
wawancara ini dilakukan dalam usaha menciptakan komunikasi yang
baikantara subjek peneliti dengan peneliti, sehingga tidak membuat subjek
peneliti itu merasa bosan. Selain itu, teknik ini dilakukan bertujuan untuk
memperkuat data yang sebelumnya didapat dari hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti.10
Dalam penelitian ini nantinya peneliti menggunakan beberapa alat
pendukung guna mengumpulkan data. Selain pedoman wawancara, yang
mana peneliti juga menggunakan alat perekam serta kamera digital untuk
mempermudah saat mengumpulkan data. Penggunaan alat ini bertujuan
untuk mencegah tidak terangkumnya data sewaktu melakukan wawancara,
yang disebabkan oleh kurang jelasnya informasi yang ditangkap oleh panca
indera.
10
Irawan,prasetya (1999). Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. ReproInternational
Universitas Sumatera Utara
c. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan teknik mengumpulkan data-data tertulis
yang berkaitan dengan masalah penelitian. Yaitu mencari data mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan judul penelitian ini di antaranya artikel
ilmiah, buku, jurnal, berita dari media massa dan media elektronik, dan
sebagainya.
1.6.3. Teknik Analisa Data
Untuk menjawab rumusan masalah dipergunakan analisis data
deskriptif dengan pendekatan etnografis. Pada dasarnya seluruh analisis
melibatkan suatu cara berfikir yang berujung pada pengujian sistematis
terhadap sesuatu untuk menentukan bagian-bagianya, serta hubungan
bagian-bagian itu dengan keseluruhannya. Data yang diperoleh dalam
proses penggalian data dianalisis secara kualitatif. Ini artinya setiap
perkembangan data diperoleh ditampilkan dalam laporan
penelitian
menurut kronologis waktu secara naratif. Dengan model ini, maka kegiatan
analisis data sudah mulai dilakukan pada saat–saat awal pengumpulan data
lapangan.
Data
yang
sudah
dikumpulkan
diatur
secara
berurutan,
diorganisasikan ke dalam satu pola, atau dikatagorikan dan diuraikan ke
dalam satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema budaya dan dapat
dirumuskan dalam narasi yang menjelaskan fenomena yang dikaji.
Selanjutnya, data yang diperoleh tersebut dikonfirmasi menurut validitas,
sumber dan temanya yang kemudian diinterpretasikan. Pengkonfirmasikan
Universitas Sumatera Utara
data dimaksudkan untuk menentukan data-data yang dirasa kurang valid
terhadap hal demikian data tersebut akan direduksikan. Sedangkan
keseluruhan data yang dimiliki akandiinterpretasikan dan dinarasikan sebaik
mungkin, dengan harapan dapat memahami dengan sebaik-baiknya data
yang diperoleh, sehingga pada gilirannya dapat menjawab permasalahan
dalam perekrutan dan etnografi SATMA IPK USU.
1.7.
Pengalaman Peneliti
Ketika pertama kali mengajukan judul skripsi saya tertarik dengan
penelitian tentangSatma IPK USU bertepatan saya juga merupakan
Sekretaris Jendral Satma IPK USU. Pada awal mengajukan judul
menghadap Ketua Departemen Antropologi FISIP USU, saya mendapatkan
banyak pertanyaan tentang referensi buku. Akan tetapi saya tidak mampu
menjawabnya sehingga saya disarankan oleh Ketua Departemen untuk
membaca buku tentang Kemajemukan Hukum. Ketika buku sudah saya baca
maka saya datang kejurusan untuk melaporkan buku yang sudah saya baca.
Akan tetapi Ketua Departemen tidak ada di tempat. Ternyata Beliau
mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit Malaysia.
Akhirnya saya
mengajukan judul kepada sekretaris jurusan yaitu Bapak Agustrisno sebagai
Sekretaris Jurusan dan judul saya pun diterima.
Pada saat penentuan siapa yang menjadi dosen pembimbing, saya
memilih Bu Nita untuk menjadi dosen pembimbing skripsi saya. Karena
beliau banyak membimbing skripsi maka saya diajukan ke Bang Nurman
Universitas Sumatera Utara
Achmad untuk menjadi doping saya. Pada saat saya mengantar surat dosen
pembimbing, dengan senang bang Nurman menerima sebagai dosen
pembimbing saya.
Sebenarnya penelitian saya mengenai SatmaIPK USU bukanlah hal
yang susah mendapatkan informasinya, hal ini disebabkan karena saya
adalah Sekjen Satma tersebut. Posisi inilah yang menguntungkan saya
mendapatkan informasi yang sangat akurat.
Selaku saya menjabat sebagai Sekjen IPK USU, posisi inilah yang
memudahkan saya menggali informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini.
Terlebih dahulu saya sudah sharing dengan Ketua Satma IPK USU yaitu
Leonard Sihombing dan dia pun membantu saya untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
Selain daripada itu informan yang dibutuhkan dapat diajak
bekerjasama dalam menceritakan segala informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti. Dalam proses pembuatan skripsi, banyak Ketua-Ketua baik dari
PAC maupun ranting-ranting menyarankan saya cepat selesai sehingga
mereka bersedia meluangkan waktu untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti. Peniliti merasa bersyukur dengan rekan sesama
Satma maupun orang tua bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pemuda sebagai aset bangsa yang harus diutamakan oleh bangsa
kita, karena dipundak pemudalah harapan bangsa ini dititipkan. Kata
pepatah, banyak jalan menuju roma. Banyak cara bisa digunakan untuk
meraih cita-cita bangsa ini. Menghadapi era globalisasi yang syarat dengan
kompetisi, setiap bangsa pasti memiliki cara sendiri untuk meraih mimpi,
terutama demi mewujudkan harapan sebagai bangsa yang maju, makmur
dan sejahtera.
Masa muda adalah suatu fase dalam siklus kehidupan manusia yang
berproses kearah perkembangan dan perubahan yang bersifat tradisional
kebentuk-bentuk atau fase-fase berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Koentjaraningrat (1997:120) yang menyebutnya sebagai “daur hidup” yang
memiliki makna sebagai beberapa bentuk kehidupan yang akan dilalui oleh
setiap individu. Contohnya masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja,
masa puber, masa sesudah menikah, masa kehamilan, masa lanjut usia dan
lain-lain. Sebagaimana dikatakan oleh Taufik Abdullah (1974) bahwa
kehadiran generasi muda bukan semata-mata gejala demografis, tetapi juga
gejala sosiologis dan histories yang memandang generasi muda tidak hanya
mengisi sebuah episode generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
tetapi merupakan subjek potensial bagi sebuah perubahan pada komunitas
itu sendiri.
Menurut teori gejala masalah akil balig Margareth Mead, (dalam
Danandjaja, 1994:38) perbedaan sifat-sifat kepribadian atau tempramen
antara laki-laki dan perempuan tidak bersifat biologis universal, melainkan
suatu perbedaan yang ditentukan oleh kebudayaan, oleh sejarah, dan
struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Perkembangan kepribadian
seorang individu menurut beliau terjadi pada usia remaja, yaitu masa dari
anak-anak menuju dewasa, dimana perkembangan kepribadian dan
emosinya tergantung dari lingkungan dan kebudayaan sekitarnya baik itu
laki-laki maupun perempuan.
Setiap negara harus berjuang habis-habisan agar tidak tertinggal di
belakang, alias menjadi pecundang. Agar tidak tergilas roda zaman, setiap
negara harus mengantisipasi segala tantangan. Password keberhasilan dan
kesuksesan menjawab tantangan zaman tak lepas dari peran generasi muda.
Namun peran kaum muda dalam menggawangi perubahan zaman sering kali
di abaikan dan di lupakan.
India merupakan raksasa ekonomi nomor dua asia setelah cina
memiliki strategi yang unik. Seorang pemuda miskin berkisah tentang
bagaimana resepnya untuk menjadi sukses. Dia menggunakan 3 cara untuk
meraih sukses. Ia ingin belajar dan menguasai sistem operasi windows,
menulis nota faktur pembukuan dan belajar 400 kata dalam bahasa inggris.
400 kata itu adalah kunci untuk lolos dari test of english as foreign language
Universitas Sumatera Utara
(TOEFL), syarat utama pendaftaran universitas di amerika utara memang,
tidak seketika dengan meguasai itu ia lantas bisa masuk ke universitas
amerika serikat, tapi cara berpikir semacam ini telah menjangkiti generasi di
daratan india.
Ketiga resep sukses itu sejatinya merupakan prasyarat untuk
menjawab tantangan globalisasi, yakni menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, memahami seluk beluk dunia bisnis dan pergaulan internasional.
Dengan menguasai tiga kunci globalisasi, mereka tidak perlu canggung lagi
untuk bersaing dalam zaman kompetisi. Terobosan itu sangat di butuhkan
oleh bangsa ini.
Tapi lain ladang lain belalang. Lain india lain pula dengan afrika.
Kendati senantiasa diremehkan banyak orang, afrika sejatinya menyimpan
geliat spirit perubahan yang sangat dahsyat dan kuat. Setidaknya, hal ini
dapat di simak pada New African, majalah berbasis di London dan Paris
yang dikomandani oleh pemuda-pemudi kulit hitam lulusan universitas
prestisius di Amerika Serikat, Inggris dan Eropa.
Majalah Pan-Afrika paling laris ini menjadi corong siar perubahan.
Sebagai bangsa poskolonial, mereka menyadari pahit getir penjajahan dan
perbudakan. Mereka secara kritis menggugat penjajah kolonial sembari
membakar spirit perubahan untuk memperjuangkan kemajuan bangsabangsa Afrika. Analisa-analisa yang keluar dari New African sarat berisi
Universitas Sumatera Utara
kritik, transformasi ilmu dan gagasan yang tak mampu dibantah oleh bangsa
Barat sendiri.
Bagi kaum mudanya, Afrika bukan kawasan yang miskin. Afrika
merupakan mutiara hitam yang berserakan. Tercerai berai akibat rasisme,
terjerat utang dan konflik kepentingan berkepanjangan. Karenanya, mereka
berbondong-bondong berjuang sekuat tenaga untuk membangun kembali
tanah kelahirannya dengan penuh keyakinan. Afrika harus bangkit dan
maju. Mereka tidak ingin menjadi kacung seumur hidup dengan merebut
kembali harga diri yang sekian lama terinjak-injak.
Kolomnis muda Stella Orakwue misalnya, selalu hadir dalam kolomkolomnya yang memukau. Dalam esainya bertajuk What could we have
done in Africa for Africa?, Stella mengajak kaum muda Afrika perantauan
yang belajar di barat untuk kembali membangun Afrika dengan berbagi
pengetahuan dan keahlian.
Stella menulis, “I know everything I need to know about Europe:
everything that 40 years of hard-won knowledge can bestow about
European culture, English people, British attitude. And I know this:
Europeans do not deserve African. We are too good for them. But hear this,
get this: Without us they would be unable, incapable, of running their own
countries! How’s that for you. We work, they play. But they treat us like we
Universitas Sumatera Utara
are nothing, nobodies, dirt. And now they want to destroy our minds so that
wecan continue to “work” for them like 21st century plantation slaves.”1
Lantas bagaimana dengan bangsa Indonesia? Pasca kemerdekaan
Republik 1945, negeri jiran tanpa malu mengais ilmu ke Indonesia.
Malaysia dengan rendah hati mengirimkaum mudanya untuk belajar, sadar
bahwa mereka masih tertinggal. Bayangkan sebelum 1970, Sumatera Utara
mengirim ribuan guru ke Malaysia. Tidak sedikit warga negara Indonesia
berbondong-bondong hijrah ke negeri jiran untuk mencari kerja sebagai kuli
rendahan. Menjadi kuli saja tak pantas.
Kita tidak perlu malu mengahadapi fakta. Kenyataan pahit harus
menjadi cambuk untuk maju. Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan
kita harus yakin bahwa mempersiapkan generasi muda dengan sebaikbaiknya
merupakan
strategi
penting
menghadapi
perubahan
dan
transformasi sosial di masa depan. Jangan seperti katak dalam tempurung!.
Negara tanpa kaum muda ibarat rumah kertas. Peran pemuda sangat
penting yakni sebagai tulang punggung bangsa. Sumber daya riil, motor
penggerak perubahan dan kunci kemajuan. Mereka harus dipersiapkan
untuk meneriam tongkat estafet kepemimpinan dari generasi tua yang
sebentar lagi pensiun. Mereka harus digembleng, diberi ruang dan
difasilitasi untuk kemajuan.
1
Nababan, Ir Leo. 2013. Mahasiswa Pejuang Pejuang Mahasiswa. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Universitas Sumatera Utara
Tantangan yang harus dihadapi pemuda Indonesia tidak terletak pada
level kultur, tapi pada tingkatan struktur. Etos kerja dan semangat belajar
tidak perlu diragukan. Tapi sejauh mana mereka diberi ruang dan
kesempatan untuk menggali potensi diri agar berkembang. Sangat
disayangkan para pemuda dibiarkan berkembang dengan naluri alam.Rezim
penguasa datang dan pergi silih berganti tapi tidak ada gebrakan berarti
untuk kaum pemuda. Belum nampak upaya serius dari pemerintah untuk
menggarap generasi muda sebagai aset bangsa, menggembleng pemuda
sebagai ujung tombak dalam menghadapi tantangan zaman. Meski berbagai
kebijakan di keluarkan seperti manusia unggul namun tidak ada perumusan
yang jelas. Pelaksanaannya pun nihil bukan hal aneh jika berbagai kompetisi
dan the best of ten universitas di dunia senantiasa didominasi kaum muda
dari Cina, India, Afrika.
Populasi penduduk Indonesia sangat besar seharusnya diolah dan
dipersiapkan secara serius sebagai aset bangsa. Potensi kaum muda tidak
boeh disia-siakan, tapi harus digodok sampai matang untuk membantu
mengatasi berbagai persoalan bangsa. Predikat Indonesia sebagai bangsa
kacung, bangsa kuli, dan kuli diantara bangsa-bangsa, sehingga sebutan
yang terstigma di badan pemuda indonesia ini harus bisa di rubah untuk
masa yang akan datang.
Mahasiswa berasal dari 2 (dua) suku kata, yaitu Maha dan Siswa
yang berarti Maha adalah sesuatu yang mempunyai makna derajat tertinggi
dan siswa adalah pelajar ataupun manusia yang sedang menuntut ilmu di
Universitas Sumatera Utara
dunia pendidikan, dengan kata lain Mahasiswa adalah seseorang yang
mempunyai derajat tertinggi di dalam dunia pendidikan yang berhubungan
dengan perguruan tinggi.
Menurut Suwono(1978)2 mahasiswa adalah merupakan insan-insan
calon sarjana yang dalam keterlibatannnya dengan perguruan tinggi (yang
makin menyatu dengan masyarakat), di didik dan diharapkan menjadi caloncalon intelektual.
Mahasiswa di dalam dunia pendidikan tidak hanya berfokus pada
pendidikan itu sendiri, melainkan banyak juga mahasiswa yang bergabung
dengan dunia organisasi di dalam lingkup perguruan tinggi tersebut. Banyak
mahasiswa yang menuangkan ide pemikiran dan juga harapan kedepan
untuk bangsanya di dalam ruang lingkup organisasi.
Pada umumnya keberadaan mahasiswa telah menjadi sorotan di mata
masyarakat. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa merupakan puncak status
bagi para pelajar yang nanti akan dapat memperbaiki kehidupan
perekonomian keluarga. Selain itu mahasiswa di Indonesia khususnya juga
telah mengambil arti penting dalam sejarah perkembangan bangsa. Peran
mahasiswa dalam perubahan di Indonesia tidaklah terlepas dari peristiwaperistiwa besar yang pernah terjadi. Peran tersebut ditunjukkan melalui
berbagai rangkaian aktifitas yang dilakukan mahasiswa, atau dengan kata
2
Suwono.2011.Definisi Mahasiswa. Available online at
http://definisipengertian.com/2011/pengertian-mahasiswa/ (diakses tanggal 12 Januari
2012).
Universitas Sumatera Utara
lain rangkaian kegiatan mahasiswa tersebut dapat disebut dengan kata
gerakan mahasiwa.
Perjuangan mahasiswa juga tidaklah lepas dari peran dan fungsi
organisasi mahasiswa. Hal itu dikarenakan organisasi dapat menjadi wadah
untuk
berinteraksi
mahasiswa
dengan
sesama
untuk
memperluas
pengetahuan dan pemahamannya. Selain itu organisasi mahasiswa secara
khusus dapat menjadi kekuatan pemersatu di tataran mahasiswa untuk
mempermudah mencapai tujuan. Kembali merujuk sejarah Indonesia, maka
dapat disaksikan bahwa perjuangan mahasiswa saat itu diwujudkan melalui
organisasi mahasiswa.
Pengertian organisasi3 itu sendiri adalah tempat orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sitematis, terorganisasi,
terencana, terkendali, dan terpimpin dalam memanfaatkan sumber daya
yang digunakan secara efektif daan efisien dalam mencapai tujuan
organisasi secara bersama-sama.
Organisasi adalah sekumpulan individu yang tergabung dalam satu
wadah. Bisa dipastikan sekumpulan orang ini memiliki kesamaan ide,
keinginan dan kebutuhan, serta tujuan yang diwujudkan dengan melakukan
kegiatan-kegiatan bersama. Sesuai dengan definisi organisasi menurut
Robbins (2001:4) bahwa organisasi diartikan sebagai suatu unit (satuan)
sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, organisasi terdiri dari 2(dua)
3
http://isma-ismi.com/pengertianorganisasi.html diakses 1/12/2014
Universitas Sumatera Utara
orang atau lebih yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama.
Tujuan organisasi terdiri dari kumpulan nilai-nilai, nilai yang dapat
diartikan sebagai sesuatu yang menjadi acuan ideal bagi individu-individu
dalam
menentukan
aturan
hidupnya.
Seperti
halnya
menurut
Koentjaraningrat (1974), nilai merupakan konsepsi-konsepsi yang ada
dalam pikiran masyarakat dan organisasi mengenai hal-hal yang berarti
dalam hidup. Dalam konteks nilai budaya organisasi, hal ini berarti
pedoman atau kepercayaan yang dijadikan acuan dalam menjalankan tugas
organisasi.
Menurut Stephen P. Robbinss organisasi adalah merupakan kesatuan
social yang dikordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan berasama atau sekelompok tujuan. Masyarakat
berasal dari kata Arab “Syaraka” yang berarti ikut serta (berpartisipasi) , dan
dalam bahasa Inggris dipakai istilah Society yang berasal dari kata latin
Socius yang berarti kawan.
Di dalam ilmu antropologi masyarakat itu adalah sekelompok orang
yang berkumpul dan memiliki kebudayaan yang dimana manusia tersebut
tidak akan dapat hidup tanpa ada manusia lainnya, dengan kata lain manusia
itu akan dapat hidup dengan saling bergantung dengan manusia lain.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat menurut beberapa ahli4:
1. Koentjaraningrat Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatusistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
2. Selo Soemardjan mengatakan masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
3. J.L Gillin dan J.P Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah
kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi
dan perasaan persatuan yang sama.
Penelitian tentang Organisasi kepemudaan5 sudah banyak di teliti
oleh beberapa kawan-kawan baik yang sudah tamat maupun belum, akan
tetapi kebanyakan dari mereka berbicara mengenai Organisasi Kepemudaan
Pemuda Pancasila seperti yang di teliti oleh Okta Vina Saragih yang
membahas
tentang
Resistensi
Masyarakat
Terhadap
Organisasi
Kepemudaan (Studi Kasus Tentang Keberadaan Organisasi Pemuda
Pancasila di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok). Hal ini
terjadi karena pergeseran nilai dan orientasi pada organisasi kepemudaan di
4
http://kesmas-unsoed.com/2011/10/definis-masyarakat-menurut-para-ahli.html akses
1/12/2014
Universitas Sumatera Utara
Desa Perkebunan Bukit Lawang, sehingga masyarakat mempunyai
prasangka yang buruk tentang organisasi kepemudaan tersebut.
Pada dasarnya organisasi kepemudaan6 merupakan salah satu wadah
untuk meningkatkan kualitas diri, kelompok, dan juga masyarakat serta
mengamalkan
kemampuannya
untuk
kesejahteraan
kelompok
dan
masyarakat sekaligus membangun masa depan yang lebih baik bagi diri
anggota serta lingkungannya.
Perlawanan yang dilakukan masyarakat Bukit Lawang terhadap
Organisasi Pemuda Pancasila adalah perlawanan terbuka. Munculnya
perlawanan ini karena masyarakat mulai merasa resah dan tidak nyaman
akan keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila. Anggota Organisasi Pemuda
Pancasila pada saat itu melakukan hal-hal yang merugikan masyarakat dan
juga pengunjung yang datang ke Bukit Lawang, seperti adanya rencana
membuat tarif parif dihitung perjamnya, pungutan liar, pemberian kong
(pajak getah), anggota organisasi PP yang terkesan premanisme, sering
terjadi bentrokan, juga bentrokan yang terjadi antara anggota organisasi PP
dengan anggota organisasi kepemudaan yang lainnya.
Namun hal yang fatal adalah saat anggota Organisasi Pemuda
Pancasila
melakukan
penyerangan
tiba-tiba
terhadap
masyarakat,
masyarakat saat itu sangat terkejut dan untungnya tidak ada korban.
6
Organisasi Kepemudaan sudah beralih fungsi menjadi Organisasi Masyarakat sesuai
dengan Undang undang ormas tahun 2013, sehingga setiap Organisasi Kepemudaan
menjadi Organisasi Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Puncaknya adalah saat anggota Organisasi Pemuda Pancasila melakukan
pertemuan di salah satu penginapan Bukit Lawang, masyarakat yang
mendengar hal tersebut berkumpul dan langsung menyerang anggota
organisasi PP bermaksud untuk mengusir mereka dari Bukit Lawang.
Anggota Organisasi Pemuda Pancasila bersembunyi di penginapan tersebut
dan tidak berani keluar mengingat jumlah mereka yang tidak seimbang
dengan masyarakat.
Beberapa jam kemudian akhirnya bantuan dari aparat pun datang
untuk meredakan masyarakat ini. Penyelesaian konflik dilakukan dengan
kesepakatan antara masyarakat Bukit Lawang dengan anggota organisasi PP
yang saat itu juga diikuti oleh aparat sebagai orang ketiga. Kesepakatan
bersama tersebut adalah Organisasi Pemuda Pancasila tidak diijinkan lagi
berdiri di Bukit Lawang Anggota organisasi Pemuda Pancasila (PP) bisa
menerima keputusan itu karena memang anggota organisasi Pemuda
Pancasila lah yang memulai konflik dengan masyarakat.7
Dinamika Organisasi Kepemudaan yang ada di masyarakat jika
diamati dari skripsi di atas menimbulkan stigma negative. Karena adanya
stigma negative pastilah ada stigma positif tersebut maka penulis mencoba
menggali lebih dalam tentang keberadaan Organisasi Kepemudaan seperti
7
Saragih, Okta Vina. 2014. Skripsi : Resistensi Masyarakat Terhadap Organisasi
Kepemudaan (Studi Kasus Tentang Keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila di Desa
Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok). Fisip USU: Okta Vina Saragih Departemen
Sosiologi Fisip USU.NIM 080901035. Abstrak.
Universitas Sumatera Utara
Ikatan Pemuda Karya yang berada di Perguruan Tinggi Universitas
Sumatera Utara.
Sebagian mahasiswa bergabung ke dalam organisasi yang dimana
organisasi tersebut adalah bagian dari ekstrakulikuler8 perguruan tinggi
tersebut, disini penulis membahas organisasi SATMA IPK di lingkungan
Universitas Sumatera Utara (USU), penulis tertarik untuk mengambil judul
ini dikarenakan penulis ingin menuangkan tujuan dari Organisasi
masyarakat dimana tujuan dari organisasi ini adalah guna memajukan
bangsa dan negara Indonesia, juga penulis ingin merubah paradigma
ataupun pandangan masyarakat yang menganggap bahwa organisai IPK
(ikatan Pemuda Karya) adalah organisasi yang hanya mengandalkan
kekerasan di dalam kegiatan organisasi tersebut, maka dari itu penulis ingin
menuangkan pemikiran penulis dimana IPK (ikatan Pemuda Karya) tidak
hanya semata-mata bertindak dengan kekerasan melainkan organisasi ini
juga melayani masyarakat dengan kegiatan-kegiatan social seperti kegiatan
peduli mayarakat, dan disini penulis meyakinkan bahwa organisasi ini
adalah sekumpulan orang yang dimana mereka bekerja dengan KARYA
NYATA bukan KARYA KATA.
IPK adalah singkatan dari Ikatan Pemuda Karya dimana dulunya
organisasi ini dibentuk pada zaman Soeharto dan organisasi ini berkembang
sampai pada hari ini dengan tujuan sebagai wadah guna mewujudkan visi
8
Ekstrakulikuler adalah kegiatan diluar materi pelajaran(http://kafeilmu.comakses
1/12/2014
Universitas Sumatera Utara
misi dimana visi misi organisasi ini mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia
dikarenakan organisasi IPK (Ikatan Pemuda Karya) ini berideologi
Pancasila dan dimana Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik
Indonesia.
SATMA IPK itu sendiri adalah singkatan dari Satuan Mahasiswa
yang dimana didalamnya terdapat sekelompok Mahasiswa yang mempunyai
satu pemikiran untuk bersama-sama berkarya guna memajukan bangsa dan
dimulai dari mahasiswa itu sendiri. Pandangan masyarakat yang buruk
terhadap organisasi IPK dapat diubah dengan munculnya organisasi
SATMA IPK dimana keseluruhan anggotanya berisikan mahasiswa yang
masih aktif di Perguruan Tinggi.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara organisasi masyarakat
IPK dengan SATMA IPK, dimana organisasi masyarakat IPK lebih
mengutamakan otot dalam kegiatan organisasinya sedangkan SATMA IPK
lebih mengutamakan otak atau pemikirannya dalan kegiatan organisasinya.
Ini dikarenakan seluruh anggota SATMA IPK berisikan mahasiswa yang
aktif di Perguruan Tinggi yang berada di ruang lingkup USU (Universitas
Sumatera Utara).
Universitas Sumatera Utara
1.2
Tinjauan Pustaka
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.9 Antropologi adalah bahasa Yunani yang
berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos
berarti ilmu. Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat
suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi
memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku
bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu
sendiri. Jika diamati lebih dalam maka Antropologi dapat mengkaji apapun
yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan manusia.
Kita sering menggunakan istilah pemuda atau generasi muda dalam
kehidupan kita sehari-hari. Untuk mengetahui pengertian dari istilah
pemuda/generasi muda ini penulis berpedoman pada pendapat para ahli.
Menurut Muhammad Ali (1989:258): ”Muda diartikan belum sampai
setengah umur, belum cukup umur”. Maka dari pengertian ini dapat
disimpulkan bahwa pengertian muda itu difokuskan pada usia dengan batas
tertentu penggolongannya seperti pada anak-anak dan remaja.
Sedangkan menurut N. Daldjoni (1974:35) Generasi adalah:
”Keseluruhan individu dalam bermasyarakat yang sebenarnya sebagai
9
Koentjaraningrat (1990).Pengantar Ilmu Antropologi Cetakan ke delapan. Jakarta : Rineka
Cipta
Universitas Sumatera Utara
akibat pengalaman yang mirip dan keterikatan yang sama, bersikap kritis
terhadap generasi atasnya”. Dari pengertian ini dapat di simpulkan bahwa
generasi menunjukkan tempat atau kedudukan mereka bersama sebagai
kelompok usia. Generasi muda adalah keseluruhan orang yang mempunyai
usia belum setengah umur dan mempunyai kesamaan dalam masa hidupnya
akibat pengalaman yang mirip dan keterikatan yang sama bersikap kritis
terhadap generasi.
Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga seperti ruang
lingkup tempat pemuda berada diperoleh 3 kategori yaitu :
1. Siswa usia 6-18 tahun, masih ada dibangku sekolah.
2. Mahasiswa di Universitas perguruan tinggi usia antara 18-25
tahun.
3. Pemuda diluar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi
usia antara 15-30 tahun.
Dengan melihat batasan-batasan unsur generasi muda yang diuraikan
diatas, maka untuk mempermudah pengertian dalam uraian-uraian
selanjutnya mengenai umur generasi muda pada umumnya, khususnya
dalam tulisan ini diambil kesimpulan bahwa batas usia pemuda itu adalah
antara 15-30 tahun.
Mahasiswa merupakan sekelompok generasi muda yang terdaftar
secara administratif di perguruan tinggi. Keterikatan generasi muda tersebut
Universitas Sumatera Utara
terhadap perguruan tinggi telah mengharuskan generasi muda itu untuk
dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai akademisi (menuntut
pengetahuan serta menggali dan mengembangkan khasanah keilmuan atau
belajar). Konsumsi pengetahuan yang didapatkan secara terus menerus
memunculkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir secara sistematis dan
komprehensif dalam melihat sesuatunya. Hal ini menjadikan mahasiswa
orang-orang yang memiliki kemampuan
intelektulitas. Terdapatnya
kemampuan tersebut akan menjadikan mahasiswa semakin kritis ketika ada
pandangan yang tidak lazim menurut pemikirannya (idealisme).
Implementasi dari sikap kritis tersebut akan menuju pada pola-pola
tindakan mahasiswa yang berusaha mengembalikan suatu kondisi pada
kondisi yang ideal. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Syari‟ ati (1998:42)
bahwa orang yang memiliki intelektualitas adalah orang mempunyai
tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab yang dimaksud seperti
mencari
sebab-sebab
yang
sesungguhnya
dari
keterbelakangan
masyarakatnya, dan menemukan penyebab sebenarnya dari kemandegan dan
kebobrokan rakyat dalam lingkungannya.
Sejarah perkembangan Indonesia telah membuktikan bahwasannya
mahasiswa ikut mengambil peran dalam perubahan. Seperti apa yang
dipaparkan Suharsih & Kusuma (2007:37-38), mahasiswa merupakan salah
satu elemen penting dalam setiap episode panjang perjalanan bangsa
Indonesia. Hal ini dikarenakan mahasiswa merupakan kelompok generasi
muda yang kritis dan memiliki intelektualitas. Mahasiswa sering dianggap
Universitas Sumatera Utara
sebagai agent of change dan agent of sosial control karena mahasiswa
merupakan kelompok yang mampu mengenyam pendidikan sampai taraf
tinggi.
Kemampuan intelektualitas yang dimiliki mahasiswa mengarahkan
mahasiswa untuk peka dengan kondisi. Kemampuan intelektualitas pada
dasarnya berbasis pada teori-teori untuk menemukan suatu kebenaran dari
pengetahuan, sehingga dengan teori-teori yang dimiliki mahasiswa dapat
menilai suatu kondisi. Berdasarkan penilaian dari kondisi tersebut
mahasiswa dapat menyimpulkan tepat atau tidaknya suatu keadaan dengan
ide yang dimiliki. Ketika kondisi yang diketahui tidak sesuai dengan ide
yang dimiliki, maka mahasiswa berusaha untuk menyesuaikan ide tersebut
dengan kondisi. Dalam kaitannya dengan kondisi masyarakat, penyesuaian
ide tersebut telah menagarahkan mahasiswa untuk melakukan aksi-aksi
dalam berbagai tindakan yang dapat merubah kondisi atau lebih dikenal
dengan gerakan mahasiswa.
Menurut Harapan & Basril (2000:3-4), gerakan mahasiswa
merupakan seperangkat kegiatan mahasiswa yang bergerak menentang dan
mempersoalkan realitas objektif yang dianggap bertentangan dengan realitas
subyektif mereka. Acapkali gerakan mahasiswa dimulai dari tuntutantuntutan menentang kebijakan pendidikan, terutama otoritas perguruan
tinggi, kemudian bergerak menuju kebijakan nasional, kemudian kekuasaan
pemerintah yang sedang berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sanit (1999:32), ada lima faktor yang menjadikan
mahasiswa peka dengan masalah kemasyarakatan, sehingga mendorong
mereka untuk melakukan perubahan.
1. Sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan
yang terbaik, mahasiswa mempunyai pandangan luas untuk
dapat bergerak di antara semua lapisan masyarakat.
2. Sebagai kelompok masyarakat yang paling lama mengalami
pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi
politik terpanjang di antara angkatan muda.
3. Kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik
melalui akulturasi sosial budaya yang tinggi di antara
mereka.
4. Mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan
atas susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan
memiliki kelebihan tertentu dalam masyarakat.
5. Seringnya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan
dan penelitian berbagai masalah di masyarakat.
Oleh sebab itu, sudah sewajarnya jika mahasiswa mampu melakukan
gerakan-gerakan yang solid untuk menciptakan suatu perubahan kearah
yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
Gerakan yang diperankan mahasiswa saat menyuarakan aspirasinya
bukanlah merupakan gerakan individualis, melainkan gerakan kolektif.
Sesuai dengan apa yang dikatakan Sunarto (2004:203) bahwa gerakan yang
diperankan mahasiswa diklasifikasikan sebagai bentuk perilaku kolektif,
maka dapat disebut sebagai gerakan sosial (social Movement). Gerakan
sosial ditandai dengan adanya tujuan kepentingan bersama. Gerakan sosial
dilain pihak ditandai dengan adanya tujuan jangka panjang yaitu untuk
mengubah atau mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di
dalamnya.
Sejarah perlawanan mahasiswa di Indonesia khususnya merupakan
gerakan kolektif. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat beberapa
peristiwa sejarah Bangsa Indonesia yang telah dilalui. Seperti yang
diketahui pada saat itu, keterlibatan organisasi mahasiswa telah menjadi
faktor penentu dengan membawa wacana bersama untuk menolak rezim
yang berkuasa.
Proses organisasi dalam rangka mencapai tujuan telah mewujudkan
pada karakteristik organisasi sebagai identitas dari organisasi atau dapat
disebut dengan budaya organisasi. Hal inilah yang membedakan antara
setiap organisasi yang ada. Menurut Schein (dalam Sobirin, 2007:132),
budaya organisasi adalah pola asumsi dasar yang dianut bersama oleh
sekelompok orang. Setelah sebelumnya mereka mempelajari dan meyakini
kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrasi internal,
Universitas Sumatera Utara
sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada anggota-anggota
baru
sebagai
cara
yang
benar
untuk
berpersepsi,
berpikir
dan
mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan
organisasi. Interaksi komisariat dengan setiap individunya mengharuskan
individu tersebut berubah sesuai dengan inginnya komisariat. Sesuai dengan
yang dikatakan oleh H Bonner (dalam Santoso, 1999:15) bahwa dalam
interaksi sosial, kelakuan individu yang satu akan mempengaruhi,
mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
Interaksi yang dimaksud adalah hubungan antara dua atau lebih individu
manusia.
Perbedaan kelompok dan kualitas individu yang ada dalam
masyarakat tersebut, mengakibatkan munculnya ketertiban, keselarasan dan
rasa solidaritas diantara sesama. Solidaritas dalam konteks penelitian ini
adalah keterikatan erat antara individu yang satu dengan individu yang lain
pada situasi sosial tertentu.
Solidaritas yang muncul dalam setiap kelompok masyarakat
disebabkan adanya beberapa persamaan, seperti persamaan kebutuhan,
keturunan, dan tempat tinggal. Oleh karena itu solidaritas menurut Doyle
(1986:181) menunjuk pada suatu hubungan antara individu atau kelompok
berdasarkan perasaan moral dan kepercayaan yang dianut dan di perkuat
oleh pengalaman emosional bersama, ikatan ini lebih mendasar daripada
hubungan kontraktual yang dibuat atas persetujuan rasional.
Universitas Sumatera Utara
Setiap individu yang terikat dalam suatu ikatan solidaritas kelompok
masyarakat, memiliki kesadaran kolektif yang sama. Kesadaran kolektif
adalah keseluruhan keyakinan dan perasaan yang membentuk sistem
tertentu dan dimiliki bersama. Kesadaran kolektif memiliki sifat sakral
karena mengharuskan rasa hormat dan ketaatan, hal tersebut dapat tercipta
dengan baik apabila prilaku individu dalam kelompok masyarakat telah
sesuai dengan sistem yang ada. Khaldun (dalam Soekanto. 1990:26).
Solidaritas dalam bentuk keterkaitannya sering muncul dalam
aktivitas gotong royong, menurut Koentjaraningrat (1961: 2), gotong royong
adalah kerjasama diantara anggota-anggota suatu komunitas. Lebih lanjut
gotong royong dapat di golongkan kedalam tujuh jenis, yakni:
1. Gotong royong yang timbul bila ada kematian atau beberapa
kesengsaraan lain yang menimpa penghuni desa.
2. Gotong royong yang dilakukan oleh seluruh penduduk desa.
3. Gotong royong
yang
terjadi
bila
seorang
penduduk
desa
menyelenggarakan suatu pesta.
4. Sistem gotong royong yang dipraktekkan untuk memelihara dan
membersihkan kuburan nenek moyang.
5. Gotong royong dalam membangun rumah.
6. Gotong royong dalam pertanian.
7. Gotong royong yang berdasarkan pada kewajiban kuli dalam
menyumbangkan tenaga manusia untuk kepentingan masyarakat
(Koentjaraningrat, 1997: 32-33).
Universitas Sumatera Utara
Dalam pergerakannya SATMA IPK USU mencoba membangun
hubungan interaksi sosial antar mahasiswa tersebut dengan cara
menanamkan rasa solidaritas di antara individu serta memberikan arahan
dan pendidikan yang berlandaskan kepada budaya organisasi yang dimiliki.
Sesuai
dengan
penjelasan
di
atas,
penelitian
ini
akan
mendeskripsikan dan menjelaskan eksistensi SATMA IPK USU untuk
melihat sejauh mana organisasi mahasiswa ini berperan dalam akademika
kampus dan masyarakat. Budaya organisasi yang dimiliki tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap pardigma berpikir yang tercermin dari setiap
bentuk tindakan dan perilaku anggota sebuah organisasi.
Seperti yang diketahui sejauh ini IPK merupakan organisasi yang
terkesan militan dan anarkis dalam pandangan masyarakat. Pada saat massa
kepemimpinan Olo Pangebangean sebagai ketua umum nasional organisasi
masyarakat IPK merupakan puncak kejayaan organisasi tersebut dan pada
saat itu muncullah berbagai persepsi tentang IPK yang terkesan organisasi
negatif seperti maraknya perjudian berupa toto gelap ( togel ) di Sumatera
Utara.
Pada penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan hal yang berbeda
dari pandangan masyarakat terhadap organisasi ini. Peneliti akan
menjelaskan berbagai peran SATMA IPK USU dalam kegiatan akedimisi
serta gerakan yang dilakukan kepada masyarakat dalam bentuk yang
beragam.
Universitas Sumatera Utara
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
membahas pokok permasalahan yang menjelaskan secara terperinci tentang
SATMA IPK USU sebagai salah satu organisasi mahasiswa di Universitas
Sumatera Utara, dengan hal ini maka digunakan pertanyaan kunci yang akan
menjawab permasalahan tersebut antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan SATMA IPK USU ?
2. Bagaimana eksistensi SATMA IPK di Universitas Sumatera Utara
(USU) ?
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian tentunya memliki tujuan dan manfaat yang sangat
penting, karena melalui tujuan dan manfaat itulah suatu penelitian menjadi
dapat lebih dimengerti oleh di penulis.
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan kuliah S1 pada
Departemen Antropologi FISIP USU.
2. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya SATMA IPK dapat berdiri
dan dapat membuka cabang di Lingkungan Perguruan Tinggi
Universitas Sumatera Utara (USU)
Sebenarnya manfaat penelitian ini tidak hanya dirasakan oleh si
penulis saja, tetapi juga bermanfaat bagi para pembaca. Karena dalam
penelitian yang telah dilakukan ini, kita jadi mengetahui bagaimana
Universitas Sumatera Utara
berdirinya dan berkembangnya SATMA IPK di Universitas Sumatera Utara
(USU).
1.5.
Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab. Bab pertama adalah pembahasan
mengenai latar belakang masalah dari penelitian ini. Kemudian tinjauan
pustaka yang berisi teori dan konsep yang mendukung penelitian ini.
Selanjutnya pembahasan rumusan masalah yang disusul dengan tujuan dan
manfaat dari penelitian ini. Dua bagian terakhir adalah pembahasan
mengenai sistematika penulisan dan metode penelitian yang berisi tentang
pengalaman penelitian.
Pada bab kedua berisi hal-hal yang menyangkut kondisi lokasi
penelitian yaitu SATMA IPK Universitas Sumatera Utara (USU)
Pada bab ketiga berisi tentang sejarah Organisasi IPK baik secara
umum maupun Organisasi SATMA IPK USU. Selain itu bab ini juga berisi
tentang struktur organisasi IPK maupun SATMA IPK USU dan juga
membahas tentang internal IPK dan SATMA IPK USU.
Pada bab keempat akan dibahas hal-hal mengenai pola SATMA IPK
USU di ranah pengkaderan sehingga menghasilkan kader-kader yang
berkarakter serta menghasilkan kader-kader yang loyal dan militan terhadap
organisasi IPK dan juga alasan mengapa mahasiswa tersebut memilih
menjadi anggota SATMA IPK USU.
Universitas Sumatera Utara
Bab terakhir atau bab kelima berisi tentang kesimpulan yang bisa
diambil dari bab-bab sebelumnya mengenaiOrganisasi SATMA IPK USU.
Bab ini juga berisi saran-saran yang diperlukan dan diharapkan bisa menjadi
masukan bagi para pihak yang berkepentingan terhadap penulisan skripsi
ini.
1.6.
Metode Penelitian
1.6.1. Sifat dan Pendekatan Penelitian
Penelitian adalah suatu tindakan seseorang yang dilakukan sistematis
dan mengikuti aturan-aturan metodologi, misalnya: observasi, dikontrol dan
berdasarkan pada teori yang dapat diperkuat dengan gejala yang ada.
Penelitian yang akan dilakukan ini tentunya mempunyai metode
yang akan digunakan. Metode penelitian adalah cara-cara dan prosedur yang
dilakukan untuk mengumpulkan data secara bertanggung-jawab sesuai
dengan masalah yang diteliti dan disiplin ilmu pengetahuan yang
bersangkutan. Menurut Gunnar Myrdal: “etos ilmu pengetahuan sosial
adalah mencari kebenaran „objektif‟.
Penelitian ini bersifat deksriptif dengan menggunakan metode
kualitatif untuk menggambarkan bagaimana eksistensi Satma IPK USU?
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, penelitian yang
bersifat deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat
individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan
frekuensi atau penyebaran suatu gejala hubungan tertentu antar suatu gejala
dengan gejala lain dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, tentunya akan bersifat etnografi pula, karena
untuk mendeskripsikan fenomena di lapangan, pastinya banyak hal yang
dapat harus dipahami dalam proses mendeskripsikannya. Etnografi
merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama
aktifitas ini adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang
penduduk asli. Sebagaimana dikemukakan oleh Malinowski, tujuan
etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya
dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya.
Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktifitas belajar mengenai
dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berfikir, dan
bertindak dengan cara yang berbeda. Tidak hanya mempelajari masyarakat,
etnografi berarti lebih daripada belajar dari masyarakat.
Di dalam penelitian ini, ada 2 jenis data yang digunakan yaitu data
primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari
lapangan melalui observasi dan juga melalui wawancara. Sedangkan pada
data sekunder, hanyalah sebagai pelengkap untuk melengkapi data primer
yaitu data yang diperoleh dari karangan-karangan ilimiah ataupun dokumendokumen yang berasal dari media massa internet, data dari pemerintahan,
organisasi masyarakat dan sebagainya.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan strukturasi yang
memiliki arti suatu metode yang mengambil kehidupan sosial adalah lebih
dari sekadar tindakan-tindakan individual. Namun, kehidupan sosial itu juga
tidak semata-mata ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Giddens, human agency dan struktur sosial berhubungan
satu sama lain. Tindakan-tindakan yang berulang-ulang (repetisi) dari agenagen individual-lah yang mereproduksi struktur tersebut. Tindakan seharihari seseorang memperkuat dan mereproduksi seperangkat ekspektasi.
Perangkat ekspektasi orang-orang lainlah yang membentuk apa yang oleh
sosiolog disebut sebagai “kekuatan sosial” dan “struktur sosial.”
Hal ini berarti, terdapat struktur sosial seperti, tradisi, institusi,
aturan moral serta cara-cara mapan untuk melakukan sesuatu. Namun, ini
juga berarti bahwa semua struktur itu bisa diubah, ketika orang mulai
mengabaikan, menggantikan, atau mereproduksinya secara berbeda.
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data yang valid dan objektif
sehingga dibutuhkan suatu teknik pengumpulan data yang tepat. Pada
kesempatan ini peneliti menggunakan kombinasi tiga teknik pengumpulan
data, yaitu :
a. Observasi Partisipasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui
pengamatan terhadap gejala yang terjadi pada objek yang diteliti. Panca
indera manusia adalah alat utama yang digunakan untuk menangkap segala
gejala yang diamati. Hasil dari gejala yang ditangkap oleh panca indera
tersebut dapat dicatat untuk kemudian dianalisis oleh peneliti untuk
menjawab masalah penelitian. Tujuan utama pengamatan adalah untuk
mencatatkan atau mendeskripsikan prilaku objek serta memahaminya dan
Universitas Sumatera Utara
akhirnya menjadi sebuah kesimpulan awal.Informasi dan data pada
penelitian ini salah satunya didapat dari
observasi partisipasi yang
dilakukan untuk melihat secara langsung proses dinamika SATMA IPK,
Tidak hanya itu selama proses pengumpulan data melalui observasi, saya
juga terlibat dan ikut serta dengan aktivitas satma. Secara operasional teknik
pengumpulan data yang berupa observasi partisipasi tidak bisa dipisahkan
dengan teknik pengumpulan data yang berupa wawancara mendalam.
b. Wawancara Mendalam
Didalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulkan data
melalui teknik wawancara. Wawancara ataupun interview adalah suatu
percakapan yang memiliki pertanyaan yang sudah terstruktur (formal) dan
dengan maksud tertentu antara pewawancara atau yang sering disebut
dengan interviewer dengan informan yaitu orang yang memberikan jawaban
atas pertanyaan yang diberikan. Wawancara yang dilakukan yakni
melakukan Tanya jawab secara langsung dan terbuka dengan individu
ataupun kelompok yang akan diteliti.
Tujuan melakukan wawancara dalam penelitian adalah guna
mendapatkan keterangan secara lisan dari informan atau sering juga disebut
dengan responden.Responden adalah seseorang yang diwawancarai dan
diharapkan memberikan respon atas pertanyaan terstruktur yang diajukan.
Sedangkan informan adalah seseorang yang diwawancarai dan diharapkan
memberikan keterangan ataupun informasi mengenai hal-hal yang ingin
Universitas Sumatera Utara
diketahui oleh si peneliti. Ada beberapa tipe informan seperti informan
pangkal, informan kunci, dan juga informan biasa. Dalam penelitian
antropologi, biasanya menggunakan istilah informan ini kepada orang-orang
yang memberikan keterangan ataupun informasi.
Wawancara yang dilakukan peneliti melalui percakapan-percakapan
biasa dan sederhana. Meskipun percakapan biasa yang dilakukan, peneliti
tetap mengarahkan percakapan pada fokus pertanyaan penelitian. Teknik
wawancara ini dilakukan dalam usaha menciptakan komunikasi yang
baikantara subjek peneliti dengan peneliti, sehingga tidak membuat subjek
peneliti itu merasa bosan. Selain itu, teknik ini dilakukan bertujuan untuk
memperkuat data yang sebelumnya didapat dari hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti.10
Dalam penelitian ini nantinya peneliti menggunakan beberapa alat
pendukung guna mengumpulkan data. Selain pedoman wawancara, yang
mana peneliti juga menggunakan alat perekam serta kamera digital untuk
mempermudah saat mengumpulkan data. Penggunaan alat ini bertujuan
untuk mencegah tidak terangkumnya data sewaktu melakukan wawancara,
yang disebabkan oleh kurang jelasnya informasi yang ditangkap oleh panca
indera.
10
Irawan,prasetya (1999). Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. ReproInternational
Universitas Sumatera Utara
c. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan teknik mengumpulkan data-data tertulis
yang berkaitan dengan masalah penelitian. Yaitu mencari data mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan judul penelitian ini di antaranya artikel
ilmiah, buku, jurnal, berita dari media massa dan media elektronik, dan
sebagainya.
1.6.3. Teknik Analisa Data
Untuk menjawab rumusan masalah dipergunakan analisis data
deskriptif dengan pendekatan etnografis. Pada dasarnya seluruh analisis
melibatkan suatu cara berfikir yang berujung pada pengujian sistematis
terhadap sesuatu untuk menentukan bagian-bagianya, serta hubungan
bagian-bagian itu dengan keseluruhannya. Data yang diperoleh dalam
proses penggalian data dianalisis secara kualitatif. Ini artinya setiap
perkembangan data diperoleh ditampilkan dalam laporan
penelitian
menurut kronologis waktu secara naratif. Dengan model ini, maka kegiatan
analisis data sudah mulai dilakukan pada saat–saat awal pengumpulan data
lapangan.
Data
yang
sudah
dikumpulkan
diatur
secara
berurutan,
diorganisasikan ke dalam satu pola, atau dikatagorikan dan diuraikan ke
dalam satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema budaya dan dapat
dirumuskan dalam narasi yang menjelaskan fenomena yang dikaji.
Selanjutnya, data yang diperoleh tersebut dikonfirmasi menurut validitas,
sumber dan temanya yang kemudian diinterpretasikan. Pengkonfirmasikan
Universitas Sumatera Utara
data dimaksudkan untuk menentukan data-data yang dirasa kurang valid
terhadap hal demikian data tersebut akan direduksikan. Sedangkan
keseluruhan data yang dimiliki akandiinterpretasikan dan dinarasikan sebaik
mungkin, dengan harapan dapat memahami dengan sebaik-baiknya data
yang diperoleh, sehingga pada gilirannya dapat menjawab permasalahan
dalam perekrutan dan etnografi SATMA IPK USU.
1.7.
Pengalaman Peneliti
Ketika pertama kali mengajukan judul skripsi saya tertarik dengan
penelitian tentangSatma IPK USU bertepatan saya juga merupakan
Sekretaris Jendral Satma IPK USU. Pada awal mengajukan judul
menghadap Ketua Departemen Antropologi FISIP USU, saya mendapatkan
banyak pertanyaan tentang referensi buku. Akan tetapi saya tidak mampu
menjawabnya sehingga saya disarankan oleh Ketua Departemen untuk
membaca buku tentang Kemajemukan Hukum. Ketika buku sudah saya baca
maka saya datang kejurusan untuk melaporkan buku yang sudah saya baca.
Akan tetapi Ketua Departemen tidak ada di tempat. Ternyata Beliau
mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit Malaysia.
Akhirnya saya
mengajukan judul kepada sekretaris jurusan yaitu Bapak Agustrisno sebagai
Sekretaris Jurusan dan judul saya pun diterima.
Pada saat penentuan siapa yang menjadi dosen pembimbing, saya
memilih Bu Nita untuk menjadi dosen pembimbing skripsi saya. Karena
beliau banyak membimbing skripsi maka saya diajukan ke Bang Nurman
Universitas Sumatera Utara
Achmad untuk menjadi doping saya. Pada saat saya mengantar surat dosen
pembimbing, dengan senang bang Nurman menerima sebagai dosen
pembimbing saya.
Sebenarnya penelitian saya mengenai SatmaIPK USU bukanlah hal
yang susah mendapatkan informasinya, hal ini disebabkan karena saya
adalah Sekjen Satma tersebut. Posisi inilah yang menguntungkan saya
mendapatkan informasi yang sangat akurat.
Selaku saya menjabat sebagai Sekjen IPK USU, posisi inilah yang
memudahkan saya menggali informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini.
Terlebih dahulu saya sudah sharing dengan Ketua Satma IPK USU yaitu
Leonard Sihombing dan dia pun membantu saya untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
Selain daripada itu informan yang dibutuhkan dapat diajak
bekerjasama dalam menceritakan segala informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti. Dalam proses pembuatan skripsi, banyak Ketua-Ketua baik dari
PAC maupun ranting-ranting menyarankan saya cepat selesai sehingga
mereka bersedia meluangkan waktu untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti. Peniliti merasa bersyukur dengan rekan sesama
Satma maupun orang tua bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara