Bab III Isu Isu Strategis OK

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS
BERDASARKAN TUGAS
POKOK DAN FUNGSI
0

rganisasi Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten

Garut dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 14
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut
(Lembaran Daerah kabupaten Garut Tahun 2008 Nomor 27) dan Peraturan
Daerah Kabupaten Garut Nomor 7 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Garut.
Untuk menetapkan tujuan dan sasaran pembangunan Peternakan,
Perikanan dan Kelautan dalam kurun waktu lima tahun ke depan, perlu
dilakukan analisa isu-isu strategis dengan mempertimbangkan seluruh faktor

lingkungan internal yang terdiri atas kekuatan dan kelemahan, serta faktor
lingkungan eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman yang dihadapi.
Analisa ini diperlukan sebagai media untuk memastikan pencapaian visi dan
misi yang telah ditetapkan melalui penetapan tujuan (goal) dan sasaran
(objective) pembangunan yang ingin dicapai serta strateginya dalam kurun
waktu lima tahun mendatang. Proses pengidentifikasian analisis isu-isu

42

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

lingkungan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh komponen terkait serta
dokumen perencanaan lainnya yang mendukung.

3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Identifikasi permasalahan terkait pembangunan bidang peternakan,
perikanan dan kelautan di Kabupaten Garut dapat digambarkan, sebagai
berikut:
3.1 Permasalahan Sektor Peternakan

Lingkup kerja bidang peternakan
meliputi

seluruh

wilayah

Kabupaten Garut yang terdiri dari
42

kecamatan.

Pembangunan

bidang peternakan masih tetap
ditujukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan
masyarakat,

pangan


dan

gizi

meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan para peternak serta memperluas kesempatan
kerja dan berusaha. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai usaha
tersebut adalah dengan mengutamakan penggunaan potensi lokal dan
teknologi tepat guna.
Dalam pelaksanaan pembangunan, kegiatan pembangunan bidang
Peternakan dibantu oleh 29 UPTD wilayah Kecamatan serta 7 UPTD
Kabupaten yang terdiri dari UPTD Rumah Potong Hewan sebanyak 4 unit (RPH
Tarogong, Cikajang, Limbangan dan Wanaraja), UPTD Pasar Hewan sebanyak
4 unit (RPH Cibodas, Andir, Limbangan dan Wanaraja), UPTD Bibit Ternak dan
Hijauan Makanan Ternak (BT-HMT), UPTD Penanganan Mutu Hasil Ternak
(PMHT), UPTD Laboratorium Peternakan, UPTD Pos Kesehatan Hewan dan
UPTD Klinik Hewan.
Selain terkait dengan pemenuhan pangan, bidang peternakan juga

memiliki tugas dalam meningkatnya pengetahuan dan peran serta
masyarakat terhadap pelaksanaan kesehatan hewan dan kesehatan

43

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

masyarakat veteriner.

Program yang dilaksanakan diantaranya dengan

mendorong pola hidup bersih dan sehat, meningkatkan pemetaan dan
pengawasan penyakit hewan menular dan zoonosis serta meningkatkan rasa
aman masyarakat terhadap konsumsi Bahan Asal Hwan (BAH) yang
memenuhi syarat kesehatan.
Beberapa permasalahan umum yang dihadapi dalam pembangunan
bidang peternakan selama ini antara lain :



Wilayah dan komoditi peternakan yang diusahakan masyarakat peternak
pada umumnya belum mengutamakan pada skala usaha ekonomis.



Tingkat propesionalisme, pengetahuan dan keterampilan peternak dan
petugas, baik dalam proses produksi maupun pasca produksi, serta
kemampuan manajemen usaha pemasarannya belum optimal.





Potensi lahan pengangonan belum dikelola secara intensif dan terpadu.
Ketersediaan sumber pakan hijauan ternak tidak merata diseluruh
wilayah serta belum berkesinambungan sepanjang tahun.



Kebutuhan permodalan ditingkat kelompok peternak masih sulit

terpenuhi, sehingga pengembangan volume usaha berjalan sangat
lambat.





Belum optimalnya program pembinaan dan pengembangan usaha.
Jumlah dan kualitas petugas teknis di lapangan masih kurang seimbang
dibandingkan dengan luasnya jangkauan wilayah kerja serta masih kurang
didukung oleh ketersediaan sarana transportasi dan fasilitas kerja yang
memadai.

3.2 Permasalahan Sektor Perikanan
Pembangunan bidang perikanan ditujukan untuk meningkatkan optimalisasi
pemanfaatan potensi lahan Perikanan melalui penerapan teknologi tepat
guna. Meningkatkan produktivitas

perikanan baik untuk memenuhi


kebutuhan konsumsi dan gizi masyarakat maupun untuk meningkatkan
devisa negara melalui pengembangan komoditi ekspor; meningkatkan

44

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

pendapatan dan kesejahteraan
para petani ikan dan nelayan,
memperluas kesempatan kerja
dan berusaha, serta memelihara
kelestarian
perikanan

sumber
dan

hayati


ekosistem

perairan.
Lingkup
perikanan

kerja

bidang

meliputi

seluruh

wilayah Kabupaten Garut yang terdiri dari 42 kecamatan. Dalam pelaksanaan
pembangunan, Bidang Perikanan dibantu oleh 29 UPTD Wilayah dan 3 UPTD
Kabupaten yang terdiri dari UPTD Balai Benih Ikan, UPTD Balai Benih Ikan
Hias, dan UPTD Pasar Ikan.
Beberapa permasalahan umum yang dihadapi dalam pembangunan
perikanan dan kelautan selama ini adalah sebagai berikut :



Usaha perikanan dan budidaya pada umumnya masih dikelola sebagai
usaha tani sampingan.



Potensi lahan perairan sawah dalam kegiatan instenfikasi budidaya mina
padi belum dikelola secara optimal karena terbatasnya penyediaan dan
distribusi benih ikan.



Masih sering terjadinya alih fungsi kepentingan penggunaan lahan dari
lahan usaha tani budidaya perikanan menjadi lahan untuk kepentingan
lainnya.



Semakin menurunnya kualitas perairan akibat sering terjadinya proses

perusakan lingkungan pesisir dan pada bagian hulu Daerah Aliran Sungai.



Kelembagaan kelompok tani ikan dan nelayan sebagai wadah belajar
bersama serta unit usaha bersama belum dapat berjalan secara optimal.



Proses pelaksanaan alih tehnologi dari hasil – hasil penelitian menjadi
teknologi terapan yang praktis, masih sering terkendala oleh terbatasnya
jumlah dan kualitas petugas dilapangan.

45

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT




Masih rendahnya kemampuan aksesibilitas petani ikan dan nelayan
terhadap sistem dan mekanisme pasar serta rantai tata niaga hasil
perikanan.

3.4 Permasalahan Sektor Kelautan
Pembangunan
kelautan

bidang

ditujukan

meningkatkan

untuk

pendapatan

dan kesejahteraan masyarakat
pesisir,

inventarisasi

optimalisasi
potensi

pemanfaatan

sumberdaya

laut,

teknologi

tepat

penerapan
guna

dan

serta

pelestarian

sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan. Tujuan tersebut dicapai
melalui pelaksanaan program-program yang berkaitan dengan pemberdayaan
ekonomi

masyarakat

pesisir,

pembinaan

kelompok

usaha

nelayan,

pengembangan armada penangkapan dan sarana prasarana PPI/TPI,
eksplorasi

dan

eksploitasi

sumberdaya

kelautan

secara

terkendali,

pengawasan dan pengamanan sumberdaya kelautan dan konservasi
ekosistem pesisir.
Lingkup

kerja

bidang

kelautan

meliputi

7

kecamatan

pantai

(Pameungpeuk, Cikelet, Cibalong, Pakenjeng, Mekarmukti, Bungbulang dan
Caringin) dan 4 PPI/TPI. Panjang pantai Kabupaten Garut ± 80 km. Pesisir
Kabupaten Garut memiliki ekosistem yang cukup lengkap terdiri dari
ekososistem estuaria seluas 24 ha, Terumbu karang 525 ha, Padang Lamun
75 ha dan Mangrove 50,9 ha. Di sektor penangkapan, pantai Kabupaten
Garut memiliki potensi berupa Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil laut
dengan luas areal penangkapan  28. 560 km2 dan diestimasi memiliki
potensi lestari (MSY) sebesar 166.667 ton/tahun.

Sementara untuk zona

teritorial (12 mil laut) memiliki potensi sebesar 10.000 ton/tahun.

46

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

Beberapa permasalahan umum yang dihadapi dalam pembangunan
perikanan dan kelautan selama ini adalah sebagai berikut :


Potensi dan pemanfaatan lahan wilayah pesisir belum dikelola secara
optimal.



Masih sering terjadinya alih fungsi kepentingan penggunaan lahan
sepadan pantai untuk dijadikan bangunan dan aktifitas bisnis non
perikanan tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan keamananan.



Terjadinya kerusakan ekosistem dan sumberdaya pesisir dan lautan
akibat keberadaan pemukiman, abrasi, dan eksploitasi yang kurang
terkendali.



kegiatan usaha perikanan tangkap di laut masih terbatas pada jalur
pantai (zona teritorial) karena keterbatasan kapasitas dan jumlah armada
penangkapan



Kelembagaan kelompok nelayan dan masyarakat pesisir sebagai wadah
belajar bersama serta unit usaha bersama belum dapat berjalan secara
optimal.



Masih rendahnya kesadaran masyarakat nelayan mengenai kewajiban
pembayaran retribusi dan lelang (PERDA Provinsi No. 5 Tahun 2005)



Belum memasyarakatnya budaya kesadaran masyarakat akan pentingnya
pelestarian sumberdaya alam sebagai daya dukung pembangunan sektor
perikanan dan kelautan di masa depan.



Masih lemahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai
hukum dan tata aturan pemanfaatan sumberdaya kelautan terutama yang
terkait dengan UU No. 27 Tahun 2007 mengenai pengelolaan sumberdaya
pesisir dan lautan.



Masih terbatasnya sarana prasarana penunjang aktifitas perekonomian di
sektor kelautan yang terkait keberadaan pelabuhan dan sarana
penangkapan.

47

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

3.4 Permasalahan Internal
Identifikasi permasalahan internal dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi potensi positif dan negatif dari internal organisasi Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan. Identifikasi ini dimaksudkan agar
pemerintah, dalam hal ini Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, dapat
memaksimalkan potensi dirinya dalam upaya mencapai visi dan misi.
Identifikasi permasalahan internal terdiri dari dua unsur yaitu kekuatan dan
kelemahan organisasi.
Kekuatan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut
yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:


Tersedianya aparatur dengan komitmen yang tinggi dan berorientasi pada
pencapaian visi dan misi



Adanya dukungan anggaran yang berbasis kinerja baik dari pemerintah
pusat, provinsi maupun daerah





Adanya kelembagaan yang sesuai dengan bidang kewenangan
Adanya program pendidikan dan pelatihan bagi peningkatan kapasitas
sumberdaya aparatur



Kondisi keamanan dan politik yang relatif stabil dengan terbentuknya
kepemimpinan yang baru sebagai hasil pilihan langsung masyarakat



Jumlah penduduk usia produktif yang bergerak di sektor usaha
peternakan, perikanan dan kelautan cukup tinggi



Adanya keinginan dan kesadaran masyarakat untuk meraih kemajuan dan
bangkit dari ketertinggalan ekonomi



Masih tumbuhnya jiwa gotong royong, kebersamaan dan kerukunan antar
warga masyarakat.



Sumber daya alam relatif cukup melimpah dan beragam sehingga bisa
dimanfaatkan dalam mendukung peningkatan pembangunan sektor
peternakan, perikanan dan kelautan

48

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

Kelemahan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Garut dalam pembangunan 5 (lima) tahun mendatang dapat diidentifikasi
sebagai berikut :






Belum semua aparatur memiliki profesionalisme tinggi
Rendahnya daya dukung fasilitas pendidikan dan pelatihan bagi aparatur
Belum optimalnya akses aparatur terhadap teknologi informasi dan
teknologi tepat guna





Belum optimalnya pencapaian target PAD
Terdapatnya kesenjangan antara kebutuhan pembangunan dengan
dukungan anggaran yang tersedia



Kurangnya jumlah aparatur dan petugas teknis bila dibandingkan cakupan
area kerja yang luas



Rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah dan sarana
prasarana SKPD dalam mendukung pelayanan masyarakat



Kondisi geografis beberapa daerah yang relatif sulit dijangkau dan rawan
bencana alam



Belum optimalnya kemampuan kelembagaan usaha masyarakat dalam
mengakses manajemen usaha, permodalan, teknologi tepat guna dan tata
niaga pasar
Upaya yang dilakukan secara internal dalam mengantisipasi kekuatan

dan kelemahan yang dimiliki organisasi Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan dilakukan dengan cara:
1. Melakukan perbaikan kinerja secara terus-menerus dalam meningkatkan
pelayanan

prima

pada

masyarakat

melalui

program

pelayanan

administrasi perkantoran yang efektif dan efisien;
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM melalui aktifitas
peningkatan disiplin aparatur dan peningkatan kapasitas sumberdaya
aparatur;

49

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

3. Melaksanakan program dan kegiatan pembangunan sesuai amanat
undang-undang secara efektif, efisien dan tepat sasaran dengan
mengedepankan prinsip good governance;
4. Meningkatkan fungsi perencanaan, evaluasi dan pelaporan melalui
peningkatan pengembangan pelaporan capaian kinerja dan keuangan
secara transparan dan akuntabel;
5. Peningkatan Sarana Prasarana aparatur dalam menunjang kinerja
organisasi secara efektif dan efisien.
6. Meningkatkan koordinasi dan sinergitas pelaksanaan pembangunan
dengan organisasi dan lembaga terkait serta stakeholder di sektor
peternakan, perikanan dan kelautan.

3.2. TELAAH VISI MISI BUPATI DAN WAKIL BUPATI TERPILIH
Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Peternakan, Perikanan
dan Kelautan disusun salah satunya dengan tujuan untuk mencapai visi dan
misi pembangunan sebagaimana janji politik pimpinan daerah yaitu Bupati
dan Wakil Bupati Garut. Visi dan misi Bupati dan Wakil bupati tersebut
kemudian menjadi bagian dari visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut periode tahun 2014 – 2019.
RPJMD 2014-2019 merupakan dokumen rencana pembangunan tahap
ketigadariRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005 2025 yaitu tahapyang diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan
daerah secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan
pencapaian daya saing perekonomian daerah yang ditopang oleh kuatnya
kemandirian dan keunggulan daerah. Pada Tahap Ketiga ini ditujukan untuk
mencapai kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Garut yang
lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kontribusi Kabupaten Garut
terhadap pencapaian pembangunan baik dalam konteks provinsi maupun
nasional. Pada tahapan ini, fokus pembangunan lebih diorientasikan
bagaimana mewujudkan Kabupaten Garut keluar dari status sebagai daerah
kantong kemiskinan.

50

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

Dalam

RPJMD

Kabupaten

Garut

Tahun

2014-2019,

dengan

mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang
serta isu-isu strategis, maka visi pembangunan Kabupaten Garut tahun 2014
-2019 adalah:
” Terwujudnya Kabupaten Garut yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera”
Makna yang terkandung dalam visi tersebut dijabarkan sebagai berikut:



Bermartabat :

Memiliki wibawa, harga diri serta diperhitungkan baik di
tingkat daerah, nasional maupun internasional.

Nyaman

:

Memiliki suasana yang tenang dan damai, sehingga
setiap program pembangunan bisa



dilaksanakan

dengan optimal dan kondusif
Sejahtera

:

Hasil pembangunan dapat dirasakan oleh semua
kalangan masyarakat, sehingga bisa meningkatkan
taraf

kehidupan

mereka

dalam

pemenuhan

kebutuhannya
Dalam rangkapencapaian visi yang telah ditetapkan dengan tetap
memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada, tantangan ke depan,
serta memperhitungkan peluangyang dimiliki, maka ditetapkan 4 (empat) misi
sebagai berikut:
1. Meningkatkan tata kelola pelayanan pendidikan dan kesehatan yang
berkualitas, terjangkau, prima untuk mewujudkan kehidupan masyarakat
bermartabat dan agamis;
2. Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal;
3. Mewujudkan kualitas infrastruktur yang memadai serta lingkungan yang
sehat, aman dan nyaman;
4. Mewujudkan pelayanan publik yang profesional dan amanah serta
membangun kehidupan sosial politik yang demokratis dan berbudaya
luhur.
Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Tahun 2014-2019 disusun dengan mengacu dan tidak bisa terlepas dari

51

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

RPJMD Kabupaten Garut periode 2014-2019 yang merupakan dokumen
perencanaan yang lebih tinggi. Dengan begitu, visi dan misi dari Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan disusun dalam rangka mendukung visi
dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih sebagaimana dituangkan dalam
RPJMD Kabupaten Garut Tahun 2014-2019. Visi dan misi Dinas Peternakan,
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut terutama disusun dalam rangka
mensukseskan visi Bupati yang kedua yaitu “Mewujudkan Kemandirian
Ekonomi Masyarakat Berbasis Potensi Lokal”.

3.3. TELAAH RENSTRA KEMENTERIAN/LEMBAGA TERKAIT
3.3.1 Renstra Kementerian Pertanian
Untuk melaksanakan tugas pembangunan pertanian selama periode
2010-2014, strategi yang ditempuh Kementerian Pertanian mengacu pada
penerapan tujuh Gema Revitalisasi, yaitu : (i) Revitalisasi Lahan; (ii)
Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan; (iii) Revitalisasi Infrastruktur dan
Sarana; (iv) Revitalisasi Sumber Daya Manusia; (v) Revitalisasi Pembiayaan
Petani; (vi) Revitalisasi Kelembagaan Petani, serta (vii) Revitalisasi Teknologi
dan Industri Hilir.
Arah kebijakan Kementerian Pertanian mencakup:
1. Penguatan kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat dan rekruitmen
tenaga pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri pertanian
di perdesaan.

2. Pemantapan swasembada beras, jagung, daging ayam, telur, dan gula melalui
peningkatan produksi secara berkelanjutan.

3. Pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, dan industri gula
4. Peningkatan produksi susu segar, buah lokal, dan produk-produk substitusi
komoditas impor.

5. Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional.
6. Pemberdayaan masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana, pelatihan, dan
pendampingan

7. Pembangunan kawasan komoditas terpadu secara vertikal dan/atau horizontal
melalui konsolidasi usaha tani produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat

52

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

yang berdaya saing tinggi di pasar lokal dan internasional

8. Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah nasional.
Kondisi umum pembangunan peternakan dan kesehatan hewan
yang dilakukan melalui berbagai kebijakan dan standarisasi sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan pada aspek
ekonomi, aspek teknis, dan aspek fungsional.

Telaah rencana strategis

pembangunan sektor peternakan terutama diarahkan pada rencana strategis
Kementrian Pertanian melalui Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan dalam periode tahun 2010-2014, tujuan pembangunan
peternakan adalah adalah merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis
bidang peternakan dan kesehatan hewan yang berbasis sumber daya lokal,
dalam rangka :
1. Meningkatkan produksi ternak dan produk peternakan dan kesehatan
hewan yang berdaya saing.
2. Mengendalikan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis.
3. Menyediakan pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal
(ASUH).
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak.
Sasaran utama program Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah
memfasilitasi meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging, telur,
susu), meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan
hewani, meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak dan
tersedianya daging sapi/kerbau domestik sebesar minimal 90 persen dari
total kebutuhan nasional. Secara lebih rinci, sasaran kegiatan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah:
a. Penerbitan kebijakan dan NSPK di bidang: perbibitan; budidaya ternak;
pakan ternak; pelayanan kesehatan hewan; pelayanan kesmavet dan
pascapanen; serta pelayanan publik.
b. Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan

53

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

mengoptimalkan sumber daya lokal.
c. Tercapainya peningkatan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber
daya lokal;
d. Tercapainya

peningkatan

produksi

pakan

ternak

melalui

upaya

pendayagunaan sumberdaya lokal;
e. Terkendali dan tertanggulanginya penyakit hewan menular strategis dan
penyakit zoonosis;
f. Terjaminnya pangan asal hewan yang ASUH dan pemenuhan persyaratan
produk hewan non pangan;
1. Terjaminnya dukungan manajemen dan teknis.
Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan merupakan bagian
integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional seperti
dituangkan dalam RPJMN 2010 – 2014 khususnya dalam hal pembangunan
Ketahanan Pangan sesuai hasil KTT Pangan 2009. Untuk itu, pemerintah
harus menjamin pelaksanaan langkah-langkah mendesak pada tingkat
nasional, regional, dan global untuk merealisasikan secara penuh komitmen
Millenium Developmet Goal (MDGs) yaitu: pro poor, pro growth, pro job; dan
pelestarian lingkungan hidup.
Dengan mengacu pada RPJMN, arah kebijakan umum pembangunan
peternakan dan kesehatan hewan adalah untuk: (i) menjamin ketersediaan
dan mutu benih dan bibit ternak; (ii) meningkatkan populasi dan produktifitas
ternak; (iii) meningkatkan produksi pakan ternak; (iv) meningkatkan status
kesehatan hewan; (v) menjamin produk hewan yang ASUH dan berdaya saing;
dan (vi) meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat.
Kebijakan ketersediaan dan mutu benih dan bibit ternak akan diarahkan
untuk: (i) mengoptimalkan kelembagaan perbibitan dan sertifikasi; (ii)
pemwilayahan sumber bibit berbasiskan potensi dan agroekosistemnya; (iii)
pengembangan kawasan/sentra sumber bibit; (iv) pelestarian sumber daya
genetik

secara

berkelanjutan;

(v)

peningkatan

penerapan

teknologi

perbibitan; dan (vi) pengembangan usaha dan investasi perbibitan
Dalam aspek populasi dan produktifitas ternak diarahkan untuk : (i)
meningkatkan populasi dan optimalisasi produksi ternak ruminansia dan non

54

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

ruminansia ; (ii) melaksanakan revitalisasi persusuan; (iii) melaksanakan
restrukturisasi perunggasan; dan (iv) pengembangan kelembagaan dan
usaha.
Pada aspek produksi pakan ternak diarahkan untuk: (i) menambah
penyediaan pakan dan air; (ii) mengembangkan teknologi dan industri pakan
ternak berbasiskan sumber daya lokal; (iii) meningkatkan pengawasan mutu
dan keamanan pakan; serta (iv) pengembangan dan pemanfaatan lahan
kehutanan.
Pada aspek kesehatan hewan diarahkan untuk : (i) meningkatkan perlind
ungan hewan, pengamatan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit
hewan; (ii) meningkatkan pelayanan kesehatan hewan; (iii) meningkatkan
kualitas dan kuantitas obat hewan; (iv) meningkatkan kualitas dan kuantitas
tenaga dokter hewan dan paramedik veteriner.
Pada aspek keamanan produk hewan akan diarahkan untuk ; (i)
menguatkan peran dan fungsi lembaga otoritas veteriner; (ii) meningkatkan
jaminan produk hewan yang ASUH dan daya saing produk hewan; (iii)
meningkatkan penerapan kesrawan; (iv) mengoptimalkan pengaturan stock
daging; dan (v) mengoptimalkan pengaturan dan pemasaran daging sapi.
Selanjutnya, pada aspek peningkatan peran dan fungsi kelembagaan
diarahkan untuk : (i) meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan serta SDM
peternakan; (ii) meningkatkan pelayanan prima pada masyarakat; (iii)
meningkatkan

kerjasama

internasional;

(iv)

meningkatkan

kualitas

perencanaan, evaluasi, data dan informasi; (v) meningkatkan pemberdayaan
dan peran serta masyarakat.
Strategi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam
melaksanakan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan diarahkan
untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam pembangunan peternakan sesuai
dengan target empat sukses Kementerian Pertanian yaitu Pencapaian
Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Dalam mencapai target
tersebut, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengacu
pada kesepakatan General Agreement on Tarif and Trade (GATT) yang

55

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

diwadahi oleh WTO, dengan salah satu kesepakatannya memuat agreement
on agriculture, termasuk didalamnya terkait perjanjian Sanitary and
Phytosanitary (SPS) dan Technical Barrier to Trade (TBT) seperti yang tertuang
dalam UU No 7 Tahun 2004. Prinsip perjanjian tersebut pada intinya adalah
bahwa produk dan jasa yang dihasilkan dari kegiatan sub sektor peternakan
dan kesehatan hewan harus memenuhi persayaratan keamanan (safety),
standard mutu (quality), kesejahteraan hewan (animal walfare), ramah
lingkungan dan berkelanjutan.
Memperhatikan target empat sukses Kementerian Pertanian, salah
satunya adalah Pencapaian Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau
dan perjanjian GATT tersebut di atas, strategi yang diterapkan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2010 – 2014 yaitu :
1. Memperlancar arus produk peternakan melalui peningkatan efisiensi
distribusi.
2. Meningkatkan daya saing produk peternakan dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya lokal.
3. Memperkuat regulasi untuk mendorong peran peternak dalam negeri
sehingga menjadi mandiri..
4. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar sektor terkait serta
networking antar daerah.
5. Meningkatkan promosi produk peternakan untuk ekspor.
6. Memperkuat kelembagaan peternakan di semua lapisan dan otoritas
veteriner.

3.3.2 Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki
luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia mencapai
95.181 km (World Resources Institute, 1998) dengan luas wilayah laut 5,4
juta km2, mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta km2.
Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai
sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman
hayati dan non hayati kelautan terbesar.

56

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

Klasifikasi potensi tersebut pada umumnya dibedakan menjad i su mber
daya terbaharu kan (renewable resources), seperti sumber daya perikanan
(perikanan tangkap dan budidaya), mangrove, terumbu karang, padang
lamun, energi gelombang, pasang surut, angin dan OTEC (Ocean Thermal
Energy Conversion); dan sumber daya tidak terbaharu kan (non-renewable
resources), seperti su mber daya minyak dan gas bumi dan berbagai jenis
mineral. Selain dua jenis sumber daya tersebut, juga terdapat berbagai
macam jasa lingkungan kelautan yang dapat dikembangkan untuk
pembangunan kelautan seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa
angkutan, dan sebagainya.
Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk (a) perikanan
tangkap di perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9
juta ton/tahun, (b) budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap,
kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan teripang),
dan budidaya rumput laut, (c) budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan
pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, (d) budidaya air tawar
terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar,
dan mina padi di sawah, serta (e) bioteknologi kelautan untuk pengembangan
industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan,
industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan
pangan. Selain itu juga terdapat potensi dan peluang pengembangan meliputi
(1) pengembangan pulau-pulau kecil, (2) pemanfaatan Benda Berharga Asal
Muatan Kapal Tenggelam, (3) pemanfaatan air laut dalam (deep sea water),
(4) industri garam rakyat, (5) pengelolaan pasir laut, (6) industri penunjang,
dan (7) keanekaragaman hayati laut.
Peluang pengembangan usaha kelautan dan perikanan Indonesia masih
memiliki prospek yang baik. Potensi ekonomi sumber daya kelautan dan
perikanan yang berada di bawah lingkup tugas KKP dan dapat dimanfaatkan
untuk mendorong pemulihan ekonomi diperkirakan sebesar US$82 miliar per
tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan tangkap sebesar US$15,1
miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$46,7 miliar per tahun,
potensi peraian umum sebesar US$1,1 miliar per tahun, potensi budidaya

57

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

tambak sebesar US$10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar
US$5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4
miliar per tah u n.
Untuk mengopti mal kan pemanfaatan potensi su mber daya kelautan
dan perikanan dan menjadikan sektor ini sebagai prime mover pembangunan
ekonomi nasional, diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam
pembangunan kelautan dan perikanan yang didukung dengan kebijakan
politik dan ekonomi serta iklim sosial yang kondusif. Dalam kaitan ini,
koordinasi dan dukungan lintas sektor serta stakeholders lainnya menjadi
salah satu prasyarat yang sangat penting.
Dalam

Renstra

Kementerian

Kelautan

dan

Perikanan

RI,

pembangunan kelautan dan perikanan dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan

tiga

kemiskinan),

pilar

pro-job

pembangunan,
(penyerapan

yaitu

tenaga

pro-poor
kerja),

(pengentasan

dan

pro-growth

(pertumbuhan).

Munculnya kesadaran untuk menjadikan pembangunan berbasis sumber
daya kelautan dan perikanan sebagai motor penggerak pembangunan
nasional, tercermin dalam keputusan politik nasional, sebagai mana
terimplementasi dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang salah satu misinya
menyatakan: Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. Langkah-langkah yang
harus

dilakukan

untuk

mewujudkan

misi

tersebut

adalah

dengan

menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar
pembangunan Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas
sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional
untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun
ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan
sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

58

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

Oleh karena itu, sesuai dengan fungsi pembangunan kelautan dan
perikanan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang
dilaksanakan oleh KKP diarahkan untuk mengoptimalkan segenap potensi
yang ada dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional
tersebut.
Vvisi, misi, tujuan, dan sasaran strategis pembangunan kelautan dan
perikanan sebagaimana dituangkan dalam Rencana Strategis Kementerian
Kelautan

dan

Perikanan

tahun

2010-2014

ditetapkan

bahwa

Visi

pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010-2014 adalah Indonesia
Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015. Untuk mewujudkan
visi pembangunan kelautan dan perikanan tersebut, maka misi yang diemban
adalah Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan.
Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah:
1. Memperkuat kelembagaan dan sumber daya manusia secara terintegrasi.
2. Mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.
3. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan.
4. Memperluas akses pasar domestik dan internasional.
Sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan berdasarkan tujuan
yang akan dicapai adalah:
1. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi:
a. Peraturan perundang-undangan di bidang kelautan dan perikanan
sesuai

kebutuhan

nasional

dan

tantangan

global

serta

diimplementasikan secara sinergis lintas sektor, pusat dan daerah.
b. Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan
terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini
dan akurat.
c. SDM kelautan dan perikanan memiliki kompetensi sesuai kebutu han.
2. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan:
a. Sumber daya kelautan dan perikanan dimanfaatkan secara optimal dan

59

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

berkelanjutan.
b. Konservasi kawasan dan jenis biota perairan yang dilindungi dikelola
secara berkelanjutan.
c. Pulau–pulau kecil dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi tinggi.
d. Indonesia bebas Illegal, Unreported & Unregulated (IUU) Fishing serta
kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan.
3. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan:
a. Seluruh kawasan potensi perikanan menjadi kawasan Minapolitan
dengan usaha yang bankable.
b. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan memiliki komoditas
unggulan yang menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan
mutu terjamin.
c. Sarana dan prasarana kelautan dan perikanan mampu memenuhi
kebutuhan serta diproduksi dalam negeri dan dibangun secara
terintegrasi.
4. Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional:
a. Seluruh desa memiliki pasar yang mampu memfasilitasi penjualan hasil
perikanan.
b. Indonesia menjadi market leader dunia dan tujuan utama investasi di
bidang kelautan dan perikanan.

3.4. TELAAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) DAN KLHS
Dalam perspektif paradigma keterkaitan antarwilayah, perencanaan
pembangunan wilayah dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu melalui
pendekatan

sektoral

dan

pendekatan

wilayah.

Pendekatan

sektoral

dilaksanakan dengan memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan
yang ada di wilayah tersebut, pendekatan ini mengelompokkan kegiatan
ekonomi atas sektor-sektor yang seragam atau dianggap seragam.
Sedangkan pendekatan wilayah dilakukan bertujuan melihat pemanfaatan

60

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah, sehingga
terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu dengan ruang yang lainnya.
Perbedaan fungsi tersebut terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan
potensi, dan perbedaan aktivitas utama pada masing-masing ruang yang
harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung penciptaan
pertumbuhan yang serasi dan seimbang.
Pendekatan wilayah merupakan cara pandang untuk memahami
kondisi, ciri, dan hubungan sebab-akibat dari unsur-unsur pembentuk ruang
wilayah seperti penduduk, sumber daya alam, sumber daya buatan, sosial,
ekonomi, budaya, fisik dan lingkungan serta merumuskan tujuan, sasaran,
target pengembangan wilayah. Pendekatan wilayah juga didasarkan pada
suatu pandangan bahwa keseluruhan unsur manusia (dan mahluk hidup
lainnya) dan kegiatannya beserta lingkungan berada dalam suatu sistem
wilayah. Sehingga perencanaan dengan pendekatan wilayah adalah suatu
upaya perencanaan agar interaksi manusia dengan lingkungannya dapat
berjalan serasi, selaras, seimbang untuk mengupayakan kesejahteraan
manusia dan kelestarian lingkungan.
Aspek penataan ruang menjadi sangat penting dimana rencana tata ruang
merupakan satu-satunya instrumen pengendalian terhadap pemanfaatan
ruang yang ada di daerah. Sesuai UU No 26 tahun 2007 tentang penataan
ruang, tujuan RTRW adalah untuk menjaga agar pemanfaatan ruang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan. Hal tersebut diperkuat dengan
dikeluarkannya UU Penataan ruang dan turunannya termasuk yaitu PP No 15
tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang.
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ruang
adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, ternpat
rnanusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya. Tata ruang adalah wujud struktus ruang dan pola
ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan

61

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

fungsional.

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu

wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budi daya. Penataan ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan

tata

ruang,

pemanfaatan

ruang,

dan

pengendalian

pemanfaatan ruang, Penyelenggaraan 'penataan ruang adalah kegiatan yang
meliputi pcngaturnn, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan
ruang.
Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten
meliputi (1) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem
perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan pedesan meliputi
kawasan lindung dan kawasan budidaya, (3) penetapan kawasan strategis
kabupaten, (4) arahan pemanfaatan ruang wilayah yang berisi indikasi
program utaman jangka menengah lima tahunan, (5) ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi,
ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif dan arahan sanksi.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten dapat ditinjau kembali dalam hal (1)
perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar, dan (2) perubahan batas terirorial.
Perencanaan pembangunan sektor peternakan, perikanan dan kelautan
kabupaten Garut harus selaras dengan rencana tata ruang wilayah
sebagaimana diatur oleh Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut Tahun
2011 – 2031. Dalam perda tersebut telah ditetapkan rencana tata ruang
kawasan bagi pengembangan sektor peternakan, perikanan dan kelautan.
3.4.1 Tata Ruang Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan adalah kawasan yang secara khusus diperuntukan
untuk kegiatan peternakan atau terpadu dengan komponen usaha tani
(berbasis tanaman pangan, perkebunan, hortikultura atau perikanan)
berorientasi ekonomi dan berakses dan hulu sampai hilir. Kawasan
peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa
kawasan untuk pengembangan peternakan dengan luas kurang lebih 42.000

62

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

(empat puluh dua ribu) hektar termasuk di dalamnya lahan pengangonan
seluas 2.084 (dua ribu delapan puluh empat) hektar meliputi:
a. kawasan sub sektor hulu (off farm);
b. kawasan sub sektor budidaya (on farm); dan
c. kawasan sub sektor hilir (off farm).
Kawasan sub sektor hulu (off farm) sebagaimana dimaksud meliputi:
(1) Kawasan hijauan makanan ternak (HMT) terletak di 28 kecamatan
meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong;
Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pamulihan;
Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk;
Kecamatan

Cibalong;

Peundeuy;Kecamatan
Cikajang;Kecamatan
Bayongbong;

Kecamatan

Cisompet;

Singajaya;Kecamatan
Banjarwangi;Kecamatan

Kecamatan

Sukaresmi;Kecamatan

Cigedug;Kecamatan

Samarang;Kecamatan

Kecamatan

Cihurip;Kecamatan
Cilawu;

Kecamatan

Cisurupan;Kecamatan
Pasirwangi:Kecamatan

Karangtengah;Kecamatan Balubur Limbangan;Kecamatan Selaawi; dan
Kecamatan Malangbong.
(2) Kawasan industri pengolahan pakan ternak terletak di 13 kecamatan
meliputi

Kecamatan Caringin; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan

Cikajang;Kecamatan
Karangpawitan;

Cilawu;

Kecamatan

Kecamatan

Bayongbong;

Wanaraja;

Kecamatan

Kecamatan
Banyuresmi;

Kecamatan Balubur Limbangan;Kecamatan Malangbong; Kecamatan
Cisurupan;Kecamatan Cibalong; dan Kecamatan Garut Kota.
Kawasan sub sektor budidaya (on farm) meliputi:
(1) Kawasan pengembangan Sapi potong pembibitan terletak di 13
kecamatan meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan
Talegong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan
Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan
Cibalong;

Kecamatan Cisompet; Kecamatan Peundeuy; Kecamatan

Singajaya; Kecamatan Cihurip; Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan
Balubur Limbangan; dan Kecamatan Selaawi.

63

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

(2) Kawasan pengembangan Sapi potong penggemukan terletak di 17
kecamatan meliputi Kecamatan Tarogong Kidul; Kecamatan Tarogong
Kaler; Kecamatan Garut Kota; Kecamatan Karangpawitan; Kecamatan
Wanaraja; Kecamatan Sucinaraja; Kecamatan Pangatikan; Kecamatan
Sukawening;
Kecamatan

Kecamatan
Leles;

Karangtengah;

Kecamatan

Kecamatan

Leuwigoong;

Banyuresmi;

Kecamatan

Cibatu;

Kecamatan Kersamanah; Kecamatan Cibiuk; Kecamatan Kadungora; dan
Kecamatan Malangbong.
(3) Kawasan pengembangan sapi perah terletak di 14 kecamatan meliputi
Kecamatan

Cisewu;

Kecamatan

Talegong;

Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cihurip;

Kecamatan

Cisompet;

Kecamatan Cikajang;

Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong;
Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Sukaresmi;
Kecamatan Samarang; dan Kecamatan Pasirwangi.
(4) Kawasan pengembangan kerbau pembibitan terletak di 23 Kecamatan
meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong;
Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pamulihan;
Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk;
Kecamatan Cibalong;

Kecamatan Cisompet; Kecamatan Peundeuy;

Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cihurip; Kecamatan Banjarwangi;
Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong;
Kecamatan

Cibatu;

Kecamatan

Kadungora;

Kecamatan Leles;
Kecamatan

Balubur

Limbangan; Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong.
(5) Kawasan

pengembangan

domba

pembibitan

terletak

di

seluruh

kecamatan
(6) Kawasan pengembangan domba pembesaran terletak di seluruh
kecamatan
(7) Kawasan pengembangan kambing pembibitan terletak di 23 kecamatan
meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong;
Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pamulihan;
Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk;
Kecamatan Cibalong;

Kecamatan Cisompet; Kecamatan Peundeuy;

Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cihurip; Kecamatan Banjarwangi;

64

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong;

Kecamatan Cigedug;

Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Sukaresmi, Kecamatan Samarang
dan Kecamatan Pasirwangi.
(8) Kawasan pengembangan kambing pembesaran terletak di seluruh
kecamatan
(9) Kawasan pengembangan kambing persusuan terletak di Kecamatan
Cisewu;

Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong; Kecamatan

Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pamulihan; Kecamatan
Pakenjeng; Kecamatan Cihurip; Kecamatan Cikajang; Kecamatan
Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan
Cigedug;

Kecamatan

Pameungpeuk;

Cisurupan;

Kecamatan

Kecamatan

Sukaresmi;

Cikelet;

Kecamatan

Kecamatan

Samarang;

Kecamatan Wanaraja; Kecamatan Sucinaraja; Kecamatan Pangatikan;
Kecamatan Kersamanah; dan Kecamatan Malangbong.
(10) Kawasan pengembangan ayam buras backyard farming terletak di
seluruh kecamatan
(11) Kawasan pengembangan ayam ras pembesaran terletak di 26
Kecamatan meliputi Kecamatan Cilawu;

Kecamatan Bayongbong;

Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Sukaresmi;
Kecamatan Samarang; Kecamatan Pasirwangi; Kecamatan Tarogong
Kidul; Kecamatan Tarogong Kaler; Kecamatan Garut Kota; Kecamatan
Karangpawitan;
Kecamatan

Kecamatan

Pangatikan;

Wanaraja;
Kecamatan

Kecamatan

Sucinaraja;

Sukawening;

Kecamatan

Karangtengah; Kecamatan Banyuresmi; Kecamatan Leles; Kecamatan
Leuwigoong; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kersamanah; Kecamatan
Cibiuk;

Kecamatan

Kadungora;

Kecamatan

Balubur

Limbangan;

Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong.
(12)Kawasan pengembangan ayam ras petelur terletak di 23 kecamatan
meliputi

Kecamatan

Cisewu;

Kecamatan

Caringin;

Kecamatan

Talegong;Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan
Pamulihan; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan
Pameungpeuk; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Cisompet; Kecamatan
Peundeuy; Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cihurip; Kecamatan

65

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

Cikajang; Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan
Bayongbong; Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan
Sukaresmi; Kecamatan Samarang; dan Kecamatan Pasirwangi.
(13) Kawasan pengembangan itik terletak di 10 kecamatan meliputi
Kecamatan Banyuresmi; Kecamatan Leles; Kecamatan Leuwigoong;.
Kecamatan Cibiuk;. Kecamatan Kadungora;. Kecamatan Bungbulang;.
Kecamatan Mekarmukti;. Kecamatan Balubur Limbangan;. Kecamatan
Selaawi; dan Kecamatan Malangbong.
(14) Kawasan pengembangan aneka ternak terletak di seluruh kecamatan.
(15) Kawasan aneka ternak terletak di seluruh kecamatan.
Kawasan sub sektor hilir (off farm) meliputi:
(1) Pasar hewan terletak di 10 kecamatan meliputi Kecamatan
Bayongbong; Kecamatan Tarogong Kidul; Kecamatan Cibalong;
Kecamatan
Talegong;

Bungbulang;
Kecamatan

Kecamatan

Garut

Pameungpeuk;

Kota;

Kecamatan

Kecamatan

Cikajang;

Kecamatan Wanaraja; dan Kecamatan Balubur Limbangan.
(2) Rumah Potong Hewan (RPH) terletak di 12 kecamatan meliputi
Kecamatan Caringin; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikajang;
Kecamatan Samarang; Kecamatan Tarogong Kidul; Kecamatan
Banyuresmi; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kadungora; Kecamatan
Karangpawitan; Kecamatan Wanaraja; Kecamatan Cibalong; dan
Kecamatan Balubur Limbangan.
(3) Industri pengolahan hasil ternak terletak di 8 kecamatan meliputi
Kecamatan Garut Kota; Kecamatan Karangpawitan;
Malangbong;

Kecamatan

Pameungpeuk;

Kecamatan

Kecamatan

Leles;

Kecamatan Cikajang; Kecamatan Banyuresmi; dan Kecamatan
Cikelet.
(4) Lahan pengangonan terletak di 20 kecamatan meliputi Kecamatan
Cisewu; Kecamatan Talegong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan
Pakenjeng;

Kecamatan

Kecamatan Cibalong;

Cikelet;

Kecamatan

Pameungpeuk;

Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cikajang;

Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan Cisurupan;

66

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

Kecamatan Tarogong Kaler;

Kecamatan Garut Kota; Kecamatan

Leles; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kadungora; Kecamatan Balubur
Limbangan; Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong.

3.4.2 Tata Ruang Kawasan Perikanan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut Tahun 2011 – 2031,
kawasan perikanan adalah kawasan yang memiliki fungsi perikanan.
Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud meliputi:
a. perikanan budidaya;
b. perikanan tangkap;
c. prasarana perikanan; dan
d. budidaya laut.
Kawasan Perikanan budidaya sebagaimana dimaksud memiliki luas kurang
lebih 26.645 (dua puluh enam ribu enam ratus empat puluh lima) hektar
terdiri atas (a) kawasan budidaya air tawar yang terletak di seluruh
kecamatan serta (b) kawasan budidaya payau yang terletak di enam
kecamatan meliputi Kecamatan Cibalong; Kecamatan Pameungpeuk;
Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Mekarmukti; dan
Kecamatan Caringin.
Kawasan Perikanan tangkap sebagaimana dimaksud meliputi(a) perikanan
tangkap di perairan umum yang terletak di 2 (dua) Kecamatan yaitu
Kecamatan Banyuresmi dan Kecamatan Leles.
Kawasan perikanan tangkap di perairan laut terletak di 7 (tujuh) kecamatan
meliputi Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Cibalong;
Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; dan
Kecamatan Caringin.
Kawasan pengembangan Prasarana perikanan meliputi pembangunan
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang berada di kecamatan Cikelet dan
Pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang terletak di 4 (empat)

67

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

Kecamatan yaitu Kecamatan Caringin; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan
Pakenjeng; dan Kecamatan Cibalong.
Kawasan Pengembangan Budidaya laut sebagaimana dimaksud meliputi:
(a) Pengembangan rumput laut dengan luas kurang lebih 340 (tiga ratus
empat puluh) hektar meliputi 5 (lima) kecamatan terletak di Kecamatan
Pameungpeuk dan Kecamatan Caringin; Kecamatan Cikelet; Kecamatan
Pakenjeng; dan Kecamatan Cibalong;
(b) pengembangan tambak udang dengan luas kurang lebih 1.000 (seribu)
hektar terletak di 3 (tiga) kecamatan meliputi Kecamatan Cibalong;
Kecamatan Pameungpeuk; dan Kecamatan Cikelet.
(c) Pengembangan kawasan hutan mangrove sepanjang kurang lebih 50
(lima puluh) kilometer terletak di (7) Kecamatan meliputi Kecamatan
Cibalong; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikelet; Kecamatan
Pakenjeng; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Bungbulang; dan
Kecamatan Caringin.

3.4.3 Tata Ruang Kelautan
pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang terpadu dan berkelanjutan
merupakan salah satu kebijakan penataan ruang Kabupaten Garut. Lingkup
wilayah RTRW Kabupaten adalah wilayah administrasi Kabupaten dengan
luas kurang lebih: ruang daratan dengan luas 307.407 (tiga ratus tujuh ribu
empat ratus tujuh) hektar; dan ruang pesisir dan laut, sepanjang 4 (empat)
mil dari garis pantai.
Pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang terpadu dan berkelanjutan
dilaksanakan dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan perikanan tangkap;
b. mengembangkan budidaya perikanan;
c. mengoptimalkan fungsi hutan bakau;
d. mengembangkan budidaya laut;

68

Rencana Strategis (RENSTRA) 2014-2019
DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN GARUT

e. mengendalikan pencemaran di kawasan pesisir dan laut; dan
f. merehabili