BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - DOCRPIJM 1503910453BAB 4 Isu isu strategis ok 13 Agustus 2016

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

4.1. Permasalahan Pembangunan

  1. Secara geologi, tingkat kemampuan tanah sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi, semakin banyak faktor penghambat yang dijumpai di suatu wilayah seperti lereng terjal, ketersediaan air kurang dan mudah terjadi erosi, maka dapat dikatakan kemampuan pada wilayah tersebut rendah. Bila ditinjau dari latar belakang geomorfologi dan geologinya, tanah di Kabupaten PEGAF sangat rawan erosi, rawan longsor, di samping itu tebing cenderung rawan gugur.

  2. Salah satu indikator kualitas kependudukan yang mencolok yang terdapat di Kabupaten PEGAF adalah kepadatan penduduk yang masih sangat

  2

  2 rendah yakni rata-rata 9.6 jiwa/km (Provinsi Papua Barat = 27 jiwa/km ).

  Dari permasalahan ini dapat dinilai sebagai besarnya peluang ekonomi, dari sisi lain rendahnya tingkat hunian suatu wilayah dapat pula dilihat sebagai wilayah yang kurang memiliki daya tarik.

  3. Dari segi sumberdaya alam, Kabupaten PEGAF memiliki kekayaan alam yang besar berupa hamparan hutan tropika humid yang sangat luas yang didalamnya terdapat kawasan lindung. Kawasan lindung dimana Cagar Alam Pegunungan Arfak (CAPA) berada merupakan modal dasar dalam perencanaan pembangunan pariwisata berbasis Agro-ekowisata. Di kawasan lindung ini pula terkandung sumberdaya andalan berupa batu bara dan mineral galian.

  4. Secara kultural penduduk Asli Kabupaten PEGAF masih terpisah oleh sekat-sekat nilai adat yang dalam beberapa hal sangat eksklusif. Dari segi pendidikan, pendatang cenderung memiliki pendidikan lebih tinggi. Orientasi Adat Asli dalam memanfaatkan sumber alam pada umumnya mengandung kebijakan ekologi yang tinggi.

  5. Jaringan jalan merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan dalam proses pemaduan potensi-potensi wilayah ke dalam satu sistem interaksi yang produktif. Melalui jaringan yang terangkai secara sistemik sinergi keruangan yang produktif antara sumberdaya, baik yang ada di dalam wilayah maupun yang ada di luar wilayah dapat dikembangkan di Kabupaten PEGAF. Dari segi fisik pembangunan jalan berhadapan dengan medan pegunungan yang dari segi geomorfologi sangat rawan. Ini berarti beban biaya konstruksi dan beban biaya perawatan sangat mahal. Pengembangan jaringan menerobos pegunungan yang sebagian berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan hutan produksi akan merangsang eksploitasi hutan dan tambang yang secara ekologis sulit dikendalikan keamanannya.

  6. Minimnya infrastruktur di suatu wilayah seperti kondisi jalan, alat transportasi, penerangan dan air bersih seringkali menjadi penyebab kemiskinan suatu wilayah. Meskipun di wilayah tersebut dihasilkan produk- produk pertanian atau lainnya, namun karena minimnya infrastruktur maka produk tersebut tidak dapat dipasarkan dengan baik. Hal ini akan menciptakan daerah-daerah Enclave (daerah-daerah tertutup akses sehingga tidak berkembang dan miskin) di PEGAF.

  7. Di bidang perlindungan dan pengamanan masyarakat, permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya sumberdaya manusia yang menangani perlindungan dan pengamanan serta minimnya prasarana dan sarana yang mendukung bidang tersebut, sementara di Kabupaten PEGAF merupakan wilayah yang rawan bencana alam terutama Gempa Bumi, Banjir, dan longsor.

  8. Permasalahan yang dihadapi di bidang kependudukan dan sumberdaya manusia Kabupaten PEGAF adalah kualitas dan kuantitas SDM yang masih rendah, SDM belum mampu bersaing dalam dunia global yang semakin menuntut kompetensi tinggi, jumlah penduduk tidak merata dan tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di daerah pedalaman.

  9. Permasalahan di bidang pendidikan yang terjadi di Kabupaten PEGAF antara lain perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat, pemerataan pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan di semua jenjang pendidikan, peningkatan pelayanan serta sarana dan pra sarana pendidikan.

  10. Sementara di bidang kebudayaan, sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten PEGAF memiliki masyarakat yang masih homogen etnis Arfak dan hanya sebagian kecil etnis Papua lain dan Non Papua yang berasal dari luar Papua. Besarnya jumlah migran yang masuk ke wilayah Provinsi Papua Barat telah menimbulkan berbagai persoalan budaya dalam interaksi antar etnik pendatang dengan penduduk setempat. Salah satu persoalan yang menonjol yang dialami oleh Suku Asli Papua Barat adalah peliknya masalah hak ulayat.

  2

  11. Kabupaten PEGAF mempunyai luas wilayah 2.773,74 Km , sebagian besar berupa daerah hutan.Dengan luas hutan yang sedemikian besar maka produksi hasil hutan merupakan andalan untuk memperoleh pendapatan bagi Kabupaten PEGAF. Pelanggaran lalu lintas hasil hutan, tebang liar serta perambahan hutan cenderung meningkat sementara jumlah personil pengamanan perlindungan hutan (JAGAWANA) terbatas dan belum didukung oleh sarana operasional yang memadai. Permasalahan lainnya adalah belum adanya data yang akurat tentang luas dan letak lahan kritis sehingga kurang membantu dalam penyusunan program. Pelaksanaan proyek reboisasi dan penghijauan di hutan lindung sering terhambat dengan masalah okupasi lahan/perambahan hutan oleh masyarakat yang status kepemilikannya belum jelas.

  12. Dalam setiap kegiatan pengembangan wilayah, salah satu bidang yang sangat penting untuk diperhatikan adalah bidang infrastruktur. Bila dilihat dari wilayah Kabupaten PEGAF yang sangat luas dengan jarak antar distrik yang relatif jauh menjadikan permasalahan infrastruktur terutama jalan menjadi hal yang sangat krusial dan urgent.

  13. Di bidang agroindustri berbasis rumah tangga, kendala yang dihadapi adalah pelaksanaan kegiatan yang belum terkoordinasi dengan baik dan dibutuhkan upaya untuk mengubah pola pikir petani terhadap pembaharuan dan penerimaan inovasi bidang agribisnis dan agro industry guna mendukung upaya pembangunan berbasis agrowisata di Kabupaten PEGAF.

  14. Di bidang pariwisata, realitas pembangunan kepariwisataan baik wisata alam maupun wisata buatan di Kabupaten PEGAF dianggap masih sebatas skenario/wacana, sehingga belum dikembangkan dan dikelola secara profesional.

4.1.1. Permasalahan Internal

  1. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten PEGAF belum maksimal (baru 72,60%).

  2. Budidaya tanaman perkebunan seperti pisang, jambu dan mangga telah dilaksanakan hanya pada beberapa distrik yaitu Distrik Minyambouw, Catubouw dan Hingk. Sebanyak 7 distrik yang lain belum mengusahakan sesuai potensi yang ada.

  3. Pada distrik Minyambouw dan Hingk, Anggi Gida telah diusahakan budidaya tanaman pangan padi ladang, palawija dan jagung. Pada distrik yang lain tidak sesuai potensi wilayah. Produktivitas tiga jenis tanaman pangan yang diidentifikasi yaitu padi ladang, palawija dan jagung berpotensi dikembangkan sebagai komoditas unggulan.

  4. Hanya Distrik Minyambouw, Hingk, Anggi, dan Anggi Gida yang mengusahakan jenis tanaman hortikultura seperti tanaman cabe, bawang merah, kentang, kunyit dan sayuran, sedangkan distrik yang lain produktivitasnya rendah. Diperlukan intervensi teknologi dan inovasi pertanian.

  5. Beberapa rumah tangga di distrik Taige dan distrik Testega yang telah melakukan budidaya perikanan darat. Terdapat dua distrik seperti Anggi dan Minyambouw belum maksimal mengusahakan potensi perikanan sesuai potensi yang ada.

  6. Rumah Tangga di Distrik Hingk dan di Distrik Catubouw yang melakukan upaya penangkapan satwa/tumbuhan liar dan pemungutan hasil hutan.

  7. Potensi pengembangan ternak lokal khususnya babi dan ayam kampung belum maksimal

  8. Potensi pengembangan sapi potong di Distrik Minyambouw, Catubouw dan Hingk belum maksimal

  9. Potensi sumber energi lainnya adalah PLTA yang telah dimanfaatkan terbatas oleh dan untuk masyarakat sebagai sumber listrik untuk penerangan selama 24 jam terutama di Distrik Menyambouw, Membey dan Testega.

  10. Serapan tenaga kerja lokal di sektor bangunan di Kabupaten PEGAF masih sangat rendah, hal ini disebabkan tenaga kerja lokal yang tersedia belum terampil/belum memiliki skill dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan kontruksi.

  11. Potensi pariwisata berbasis sumberdaya social budaya dan ekologi (agro- eko-wisata) di Kabupaten PEGAF belum dikembangkan secara maksimal.

  12. Hubungan antar wilayah distrik melalui jalur jalan darat, jalur penerbangan udara maupun membangun sistem komunikasi dengan provider yang dapat menyediakan jangkauan layanan yang lebih baik belum terwujud.

  13. Pembangunan sektor perbankan dan investasi belum maksimal.

  14. Kabupaten Pegaf merupakan daerah rawan bencana alam seperti longsor dan banjir dan daerah yang berpotensi gempa.

4.1.2. Permasalahan Eksternal

  1. Pelayanan umum masih mengalami kendala dengan belum memadainya layanan akses internet, telekomunikasi dan regulasi untuk rencana investasi daerah.

  2. Introduksi tanaman dan ternak dari luar dan persaingan dengan produk luar di pasar.

  3. Adanya kerusakan lingkungan akibat eksploitasi dari pemegang modal kuat dengan memanfaatkan aspek social-budaya dan ekonomi masyarakat yang rentan.

  4. Displin guru berkarya belum sesuai harapan karena pengaruh berbagai hal seperti terbatas jumlah dan kualitas rumah yang mendukung kinerja di daerah dingin ini.

  5. Belum tersedia semua kebutuhan hidup sehari- hari menyebabkan kinerja SDM aparatur pemerintah baik ditingkat SEKDA, SKPD, Distrik dan Kampung serta tenaga Pendidik (Guru) dan Kependidikan cenderung menjadi rendah.

  6. Belum dideskripsikannya obyek wisata yang tersebar di Pegunungan Arfak secara baik oleh para ahli sebagai modal dasar dan sektor pendorong atau penggerak (driven sector) pembangunan di Pegunungan Arfak.

  7. Kurangnya tenaga professional dan pendanaan untuk menunjang program kebudayaan dan pariwisata di Kabupaten PEGAF.

4.1.3. Analisis Lingkungan Internal

  1. Secara fisiografi, hampir semua distrik memiliki persentasi wilayah masuk dalam kategori moderate steep, steep dan extremly steep (sangat curam dengan kemiringan >40%).

  2. Terbentuknya Pegunungan Arfak banyak dipengaruhi oleh lipatan dan patahan/sesar, yakni Sesar Sorong (SFZ), Sesar Ransiki (RFZ), Sesar Lungguru (LFZ), dan Sesar Tarera-Aiduna (TAFZ). Sehingga termasuk kawasan rawan bencana.

  3. Curah hujan yang tinggi mencukupi ketersediaan air dan sumber air di Kabupaten Pegunungan Arfak. Selain, terdapat 2 danau, hal ini ditunjukkan pula oleh banyaknya sungai yang mengalir di setiap distrik. Hampir di setiap kampung terdapat sungai kecil untuk kepentingan minum, cuci, dan kakus.

  4. Merujuk pada kondisi curah hujan di wilayah Kabupaten Pegunungan Arfak, maka wilayah tersebut termasuk dalam tipe iklim A karena semua bulan merupakan bulan basah dengan curah hujan >100 mm. Secara spasial, sebaran curah hujan pada wilayah kabupaten Pegunungan Arfak dapat dikelompokkan atas 4 zona, maka Kabupaten Pegunungan Arfak termasuk dalam zona 1 kerena curah hujannya adalah 3.129,84 mm/thn.

  5. Berdasarkan kategori tipe tutupan lahan hutan, bahwa tutupan lahan di setiap distrik masuk dalam kategori Hutan Lahan Kering Primer dengan presentasi mulai dari 35,55% sampai dengan 97,41%.

  6. Lahan di Kabupaten Pegunungan Arfak sebagian besar tertutup hutan dataran tinggi (hutan primer dan sekunder), rumput, perdu, serta pada ketinggian di atas 2.000 mdpl sudah ditumbuhi jenis vegetasi berdaun jarum. Sebagian lahan di daerah ini digunakan untuk pemukiman dan sebagian lagi untuk areal pertanian—terutama pertanian ladang berpindah

  (shifting cultivation)—yang ditanami berbagai jenis tanaman pangan seperti ubi-ubian dan sayuran. 7. sebagian besar (80%) wilayahnya masuk dalam kawasan Hutan Lindung (HL) dan Cagar Alam, yakni Cagar Alam Pegunungan Arfak (CAPA).

  8. Sektor pertanian hingga saat ini masih memberikan kontribusi terbesar dalam pembangunan ekonomi wilayah di Kabupaten Pegunungan Arfak (PDRB kabupaten) sebesar 72,60%.

  9. Jumlah rumah tangga terbanyak yang mengupayakan tanaman pangan padi ladang, palawija dan jagung hanya berada di Distrik Minyambouw (27,63%) dan Distrik Hingk (23,85%). Rumah tangga petani yang mengusahakan pertanian sub sektor tanaman hortikultura terbanyak berada di Distrik Minyambouw (33,19%) dan Distrik Hingk (25,02%). Jenis tanaman hortikultura yang diusahakan oleh masyarakat di kedua distrik tersebut adalah tanaman cabe, bawang merah, kentang, kunyit, dan sayuran. Jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman perkebunan pisang, jambu, dan mangga adalah rumah tangga petani yang berasal dari Distrik Minyambouw (60,06%), Distrik Catubouw (20,13%) dan Distrik Hingk (19,81%). Jenis ternak yang diusahakan oleh masyarakat adalah sapi potong, kambing, babi, ayam lokal, itik, dan itik manila. Rumah tangga terbanyak yang mengusahakan ternak berada di Distrik Menyambouw (38,05%) disusul oleh Distrik Anggigida (11,15%), Distrik Membey (10,06%), Distrik Didohu (9,92%) dan Distrik Catubouw (8,13%), jumlah rumah tangga yang mengusahakan perikanan darat/budidaya terbanyak berada di Distrik Taige (40,18%), sedangkan jumlah rumah tangga yang paling sedikit mengusahakan sub sektor perikanan darat/budidaya terdapat di Distrik Testega (13,39%).

  10. Terdapat 3 jenis pengelompokan komoditas tanaman pangan yang diidentifikasi dari 10 wilayah distrik di Kabupaten PEGAF yaitu padi ladang, palawija dan jagung. untuk tanaman cabe dapat dikembangkan di Distrik Membey dan Anggi Gida, bawang merah dapat diupayakan pengembanganya di Distrik Sururey, Membey dan Anggigida, tanaman kentang dapat dikembangkan di Distrik Sururey, Anggi, Taige, Didohu dan Anggigida, tanaman kunyit dapat dikembangkan di Distrik Hingk, tanaman sayuran di Distrik Taige, Minyambouw, Catubouw, dan Hingk. Secara agro- ekologis wilayah distrik Minyambouw memiliki potensi untuk mengembangkan tanaman perkebunan khususnya jeruk dan mangga, distrik Catubouw dan distrik Anggigida berpotensi dikembangkan tanaman perkebunan pisang, distrik Hingk berpotensi bagi pengembangan tanaman pisang dan mangga. potensi pengembangan khususnya ternak lokal khususnya babi dan ayam kampung berpotensi dikembangkan pada semua distrik, sedangkan ternak introduksi seperti sapi potong berpotensi dikembangkan di Distrik Menyambouw, Catubouw, dan Hingk, ternak kambing berpotensi dikembangkan di Distrik Membey, Menyambouw, dan Hingk, ternak itik dan itik manila dapat dikembangkan di Distrik Menyambouw, Anggigida, dan Taige.

  11. Kontribusi sektor pertambangan terhadap pembangunan di Kabupaten PEGAF sebesar 0.18%. Potensi sumberdaya alam di sektor pertambangan dan galian meliputi seng, tembaga, uranium, timah, dan emas.

  12. Kontribusi sektor bangunan selama periode 2013-2015 terhadap PDRB Kabupaten PEGAF sebesar 3,63%. Kontribusi sektor ini akan terus meningkat seiring dengan berjalannya pembangunan terutama pembangunan fisik

  13. Kontribusi sektor ini masih sangat kecil (0.05%) terhadap PDRB Kabupaten PEGAF.

  14. Transportasi dan komunikasi merupakan urat nadi pembangunan ekonomi di Kabupaten PEGAF.

  15. Struktur penduduk Kabupaten Pegunungan Arfak termasuk dalam struktur penduduk muda, karena masing-masing kelompok umur pada selang 20 – 34 tahun memiliki proporsi terbanyak (>3.000 jiwa), diikuti kelompok umur antara 0 – 19 tahun (>2.000 jiwa); sedangkan pada kelompok 35 – 64 tahun hanya berksar 1.900 jiwa - 173 jiwa. 16. rasio ketergantungan penduduk untuk Kabupaten Pegunungan Arfak sebesar 47,86 atau 48. Artinya, setiap 100 penduduk yang produktif secara ekonomi di Kabupaten Pegunungan Arfak harus menanggung 48 penduduk tidak produktif.

  17. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk (population dencity) adalah 9,64

  2

  orang (10 jiwa) per km . Pertumbuhan penduduk alami yang cenderung menurun sebesar 1,19%/tahun dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk tahun 2012/2013 sebesar 3,37%/tahun pada tahun 2014.

  18. Jumlah penduduk tiap distrik tersebut apabila didistribusikan menurut luas wilayah yang produktif secara pertanian (arable land dencity), maka wilayah Kabupaten Pegunungan Arfak termasuk tingkat kepadatan tinggi, dimana distrik Membey merupakan yang terpadat, diikuti Minyambouw, dan Testega.

4.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal

  1. Belum berjalannya promosi dan informasi rencana pembangunan PEGAF dapat diakses secara online oleh stakeholder/shareholder pembangunan.

  Hal ini karena layanan akses internet belum memadai.

  2. Belum intensnya kerjasama dengan lembaga lain dalam penyusunan rencana pembangunan.

  3. Rencana investasi di PEGAF masih terkendala regulasi dan kebijakan pemerintah yang telah dan atau akan berlaku.

  4. Sistem administrasi berbasis on-line saat ini yang dilaksanakan oleh perintah menyebabkan daerah PEGAF yang notabene sebagai kabupaten baru masih sulit terjangaku fasilitas IT. Hal ini sangat menghambat segala urusan administrasi yang bersifat daring di PEGAF.

  5. Alokasi penerimaan CPNS rendah serta brain drain SDM kepegawaian PEGAF (negatif).

  6. Penggunaan narkoba dan minuman beralkohol masih digunakan oleh pihak aparatur pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan regulasi dan komitmen pimpinan daerah serta pihak keamanan untuk membantu mengatasi kecenderungan penggunaan obat-obatan terlarang.

  7. Perlu pembentukan Perda yang khusus mengatur mengenai bahaya narkoba, illegal logging dan illegal mining, serta ketertiban sosial yang memungkinkan terciptanya solidaritas masyarakat yang tinggi.

  8. Perlu Dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang bertugas untuk melakukan pemetaan mengenai daerah-daerah rawan bencana.

  9. Sosialisasi APBD dari provinsi dan kabupaten kepada publik jarang dilakukan.

  10. Dana transfer dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat seringkali terlambat.

  11. Pelayanan publik kepada masyarakat dari lembaga-lembaga pemerintah/ SKPD biasanya lama dan terlambat.

  12. Jalan poros utama dan jembatan Manokwari-Anggi dan Anggi-Ransiki sedang dalam proses pengerjaan.

  13. Mobilitas faktor produksi pembangunan namun rawan kecelakaan lalulintas darat.

  13. Pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada setiap pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan. Pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan UKM. Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan dalam berinvestasi dan penjelasan tentang kepastian hukum yang menunjang investasi.

  14. Rencana pengembangan koperasi/UKM belum terlaksana dan Dana pengembangan masih kurang.

  15. Belum ada wadah/media dalam hal pemberdayaan perempuan dan masyarakat untuk aktualisasi diri di Kabupaten PEGAF.

  16. Program pembangunan yang dilaksanakan oleh pihak-pihak luar di PEGAF seringkali Bias Gender, artinya hanya melibatkan kaum Bapak/laki-laki.

  17. Brain drain SDM kepegawaian PEGAF (negatif).

4.2. Isu-isu Strategis

  Isu-isu strategis dirumuskan dengan memperhatikan identifikasi permasalahan Kabupaten Pegaf, Provinsi Papua Barat, isu dunia internasional, serta penelaahan kebijakan pembangunan nasional dan daerah lain di sekitar kabupaten Pegaf. Isu strategis merupakan dasar dalam perumusan visi dan misi pembangunan Kabupaten Pegaf 5 tahun ke depan.

4.2.1. Penelaahan Isu-isu Strategis Global, Nasional, dan Provinsi Papua Barat

  Meningkatkan peranan perempuan dalam pembangunan

  No Isu Strategis

  Menurunkan degradasi kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup

  Mengelola sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara tepat

  7 Menjamin kelestarian lingkungan hidup dan ketersediaan energi

  Menurunkan angka kesakitan dan kematian

  6 Mengendalikan HIV, Malaria, dan penyakit meluar lainnya.

  Menurunkan angka kematian ibu melahirkan

  5 Menurunkan angka kematian ibu akibat melahirkan

  4 Menurunkan angka kematian bayi Menurunkan angka kematian bayi

  Perumusan isu strategis Kabupaten Pegaf dilaksanakan dengan memperhatikan kebijakan pembangunan jangka menengah nasional agar tercipta suatu keserasian dan keterpaduan dalam pembangunan. Analisis isu- isu strategis dilakukan untuk meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan sehingga dapat dioperasionalkan dan secara moral dan etika birokrasi dapat dipertanggung jawabkan. Dalam mengidentifikasi isu-isu strategis bukan hanya mempertimbangkan isu-isu strategis daerah lain tetapi juga kesesuaian dan dinkronisasi dengan arah kebijakan pembangunan jangka menengah nasional dan kebijakan pembangunan jangka menengah Provinsi Papua Barat. Isu-isu strategis Internasional, kebijakan nasional, dan reginonal (Provinsi Papua Barat), disajikan pada tabel berikut:

  Tabel IV-1 Identifikasi Isu-isu Strategis

  3 Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

  Meningkatkan kualitas sekaligus kuantitas sumberdaya manusia

  Meningkatkan kualitas penduduk seperti pendidikan, kesehatan, dan lingkungan

  dasar untuk semua (education for all)

  2 Mencapai pendidikan

  Mengurangi jumlah penduduk miskin

  1 Mengurangi jumlah penduduk miskin dan kelaparan

  Dinamika Regional (RPJM Provinsi Papua Barat)

  No Isu Strategis Dinamika Internasional (MDGs)

Dinamika Nasional

(RPJM Nasional)

  Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak

  Dinamika Internasional Dinamika Nasional Dinamika Regional

(MDGs) (RPJM Nasional) (RPJM Provinsi

Papua Barat)

  8 Mengembangkan kemitraan untuk pembangunan

  9 Menurunkan pertumbuhan penduduk

  10 Pembangunan jati diri bangsa seperti penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa, nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, dan rasa cinta tanah air.

  11 Peningkatan efisiensi dan perbaikan tata kelola kelembagaan ekonomi serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

  12 Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap saran dan prasarana baik kualitas maupun cakupan pelayan.

  13 Pemerataan Meningkatkan pembangunan. kegiatan perekonomiian wilayah dan pengembangan ekonomi kerakyatan.

  14 Mendukung ketahanan Meningkatkan pangan di daerah, kualitas dan mendorong sektor kontinuitas produksi produksi serta pertanian mendukung pengembangan wilayah.

  15 Meningkatkan profesionalisme birokrasi.

  16 Rendahnya ketaatan terhadap rencana tata ruang.

  17 Belum efektifnya implementasi Otonomi Khusus Papua.

  18 Belum terpenuhinya infrastruktur dasar

4.2.2. Penelaahan RPJM Daerah Lain

  Dalam menentukan isu-isu strategis di Kabupaten Pegaf, perlu diperhatikan pula isu-isu strategis daerah lain. Penelaahan RPJMD diperlukan karena adanya persamaan kepentingan/tujuan atau upaya-upaya strategis yang harus disinergikan dan adanya persamaan permasalahan pembangunan yang memerlukan upaya pemecahan dan adanya agenda pembangunan kewilasayahan yang menentukan kewenangan bersama (khususnya pada daerah-daerah yang letaknya di daerah perbatasan dua wilayah) serta adanya kebijakan pemerintah yang menetapkan suatu daerah sebagai bagian dari kesatuan wilayah/kawasan pembangunan.

  Tabel IV-2. Identifikasi RPJMD Daerah Lain

  Daerah Periode No.

  Kebijakan Terkait Lain RPJMD

  1 Kabupaten 2011-2015 Peningkatan kualitas pendidikan Manokwari Peningkatan kualitas kesehatan Peningkatan jumlah rumah dan permukiman layak huni

Pemenuhan kebutuhan pangan

Meningkatnya investasi pemanfaatan SDA Meningkatnya pengembangan (peran) Koperasi dan UKM dan tersedianya fasilitas yang layak dan ramah lingkungan dalam menunjang perekomian daerah Meningkatnya peran perempuan dalam pembangunan Meningkatnya pelayan transportasi Meningkatnya pelayan akses informasi dan telekomunikasi. Meningkatnya kualitas air permukaan (sungai dan danau) dan kualitas air tanah disertai meningkatnya pengelolaan lingkungan.

Berkurangnya resiko bencana

Menurunnya Penyimpangan Tata Ruang (Kasus Pelanggaran)

2 Kabupaten 2011-2015 Peningkatan sumberdaya manusia yang berkualitas, Teluk bertaqwa, mandiri, dan berdaya saing.

  Bintuni

Peningkatan kualitas pendidikan

Peningkatan kualitas kesehatan

Menurunnya laju pertumbuhan penduduk dan

meratanya persebaran penduduk

Meningkatnya kualitas perlindungan dan kesejahteraan sosial. Meningkatkan infrastruktur pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta infrastruktur pelayanan publik yang kokoh dan adaptif. Terbangunnya infrastruktur dasar daerah yang berkualitas untuk mendukung percepatan pembangunan daerah

dan regional yang berdaya saing.

  Daerah Periode No.

  Kebijakan Terkait Lain RPJMD Tersedianya infrastruktur dasar, sarana, dan prasarana perdagangan serta perekonomian yang berkualitas, seperti pasar tradisional,pusat perbelanjaan, pertokoan, serta penguatan lembaga‐lembaga

ekonomi dan keuangan mikro

Tersedianya infrastruktur permukiman dan perumahan yang layak Mewujudkan perekonomian daerah yang berbasis pada potensi sumber daya alam dan ekonomi kerakyatan yang mandiri, tangguh, dan berdaya saing bagi terciptanya iklim usaha dan investasi yang mendorong tumbuhnya kesempatan kerja dan berkembangnya perekonomian daerah Menurunnya secara nyata tingkat pengangguran terbuka, meningkatnya produktivitas dan

kesejahteraan tenaga kerja, serta

  3 tumbuhnya iklim

ketenagakerjaan yang kondusif

Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam (natural resources) dan lingkungan hidup secara bijaksana dan bertanggung jawab yang memberi manfaat sebesar‐besarnya bagi masyarakat dan pemerintahan daerah. Tersedianya perencanaan penataan ruang secara komprehensif dan lengkap sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan pembangunan sehingga dapat mewujudkan pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung wilayah dan daya tampung lingkungan.

  Meningkatnya kelestarian SDA dan lingkungan yang tercermin dari menurunnya kerusakan dan pencemaran lingkungan, meningkatnya kelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung serta cagar alam Terwujudnya iklim demokrasi, kedamaian, harmonisasi, ketertiban, keamanan, dan menegakkan supremasi hukum.

  3 Kabupaten 2012-2016 Peningkatan kualitas pendidikan Tambrauw

Peningkatan kualitas kesehatan.

Peningkatan jumlah rumah dan permukiman layak huni

Pemenuhan kebutuhan pangan.

  Pengembangan pertanian dalam arti luas berbasis lingkungan. Pengembangan peternakan sebagai salah satu komoditas unggulan berbasis lingkungan. resources) dan lingkungan hidup secara bijaksana dan bertanggung jawab yang memberi manfaat sebesar‐besarnya bagi masyarakat dan pemerintahan daerah. Meningkatnya investasi pemanfaatan SDA

  Daerah Periode No.

  Kebijakan Terkait Lain RPJMD Meningkatnya pengembangan (peran) Koperasi dan UKM dan tersedianya fasilitas yang layak dan ramah lingkungan dalam menunjang perekomian daerah Meningkatnya peran perempuan dalam pembangunan Meningkatnya pelayan transportasi Meningkatnya pelayan akses informasi dan telekomunikasi. Meningkatnya kualitas air permukaan (sungai) dan kualitas air tanah disertai meningkatnya pengelolaan lingkungan.

Berkurangnya resiko bencana.

Menurunnya Penyimpangan Tata Ruang (Kasus Pelanggaran).

  Terwujudnya iklim demokrasi, kedamaian, harmonisasi, ketertiban, keamanan, dan menegakkan supremasi hukum.

  4 Kabupaten 2016-2021 Pada saat penyusunan RPJMD Kabupaten Pegaf, Manokwari Kabupaten Manokwari Selatan juga sedang Selatan menyiapkan Dokumen RPJMD Periode 2016-2021 sama dengan Kabupaten Pegaf, dan belum ada data dan informasi yang bisa dimasukkan sebagai Kebijakan Kabupaten Manokwari Selatan sebagai Kabupaten yang Berbatasan dengan Kabupaten Pegaf.

4.2.3. Isu-isu Strategis Kabupaten Pegunungan Arfak

  Dengan memperhatikan kebijakan pembangunan di daerah sekitar Kabupaten Pegaf serta isu-isu jangka menengah internasional, nasional, dan regional serta aspek lainnya, maka isu-isu strategis pembangunan Kabupaten Pegaf Tahun 2016-2021, adalah sebagai berikut:

  1. Rendahnya profesionalisme aparatur birokrasi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

  2. Rendahnya kualitas dan cakupan infrastruktur wilayah (perhubungan/ transportasi, listrik, air, komunikasi dan telekomunikasi).

  3. Rendahnya kualitas SDM yang ditandai dengan rendahnya kualitas dan kuantitas pendidikan.

  4. Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

  5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong ekonomi lokal.

  6. Degradasi kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup, dan sering terjadinya bencana alam (banjir dan longsor).

  Untuk penentuan data atau informasi menjadi isu-isu strategis, sekurang- kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:

  1. Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan nasional;

  2. Merupakan tugas dan tanggungjawab Pemerintah Daerah; 3. Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan masyarakat.

  4. Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan daerah;

  5. Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola;

  6. Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan; Selanjutnya, agar isu strategis dapat dilakukan penilaian secara objektif, maka dilakukan pembobotan dengan kriteria sebagai berikut:

  Tabel IV-3 Skor Kriteria Penentuan Isu Strategis

  No Kriteria Bobot

  1 Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian

  20 sasaran pembangunan nasional

  2 Merupakan tugas dan tanggungjawab Pemerintah Daerah

  10

  3 Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan

  20 masyarakat.

  4 Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan daerah

  10

  5 Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola

  15

  6 Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan

  25 Total 100 Berdasarkan kritedia dan skor kriteria penentuan isu-isu strategis di atas, berikut adalah pembobotan (hasil skoring) isu strategis Kabupaten Pegunungan

  Arfak, seperti pada tabel berikut: Tabel IV-4

  Pembobotan Isu Strategis Kabupaten Pegunungan Arfak

  No. Isu Strategis Nilai Skala Kriteria Total

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  1

  20

  10

  10

  15

  25

  80 Rendahnya profesionalisme aparatur

  birokrasi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

  2

  20

  10

  20

  10

  15 25 100

  Rendahnya kualitas dan cakupan infrastruktur wilayah (perhubungan/ transportasi, listrik, air, komunikasi dan telekomunikasi).

  Nilai Skala Kriteria Total No. Isu Strategis

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  3

  20

  10

  20

  10

  15 25 100

  Rendahnya kualitas SDM yang ditandai dengan rendahnya kualitas pendidikan.

  4

  20

  10

  20

  10

  15 25 100

  Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

  5

  20

  10

  20

  10

  15 25 100

  Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong ekonomi lokal.

  6

  20

  10

  20

  10

  15 25 100

  Degradasi kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup, dan sering terjadinya bencana alam (banjir dan longsor).