FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI WAHANA DEMOKRASI DI DESA LOPANA KECAMATAN AMURANG BARAT | JOSEPHUS | JURNAL EKSEKUTIF 2691 4967 1 SM
FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI WAHANA DEMOKRASI
DI DESA LOPANA KECAMATAN AMURANG BARAT
Oleh
JEINE JOSEPHUS
090813062
ABSTRAK
Posisi dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa, telah memungkinkan keterlibatan
langsung rakyat untuk turut mengambil bagian dalam proses pengambilan kebijakan-kebijakan
di Desa, namun demikian Badan Permusyawaratan Desa dipilih dari dan oleh penduduk Desa
yang memenuhi persyaratan. Anggota Badan Permusyawaratan Desa dipilih dari calon-calon
yang diajukan oleh kalangan adat, kalangan agama, kalangan organisasi, politik, golongan
profesi, dan unsur pemuka masyarakat lain yang memenuhi persyaratan.
Demikian halnya yang terjadi di desa Lopana Kecamatan Amurang Barat, dimana
demokrasi desa seharusnya adalah sebagai pengambilan atau pembuatan keputusan kolektif di
desa oleh seluruh elemen masyarakat di desa dan masing-masing elemen masyarakat yang ada
di desa tersebut seharusnya mempunyai jaminan hak dan kebebasan yang sama dalam
menyampaikan pendapat maupun aspirasinya
Disinilah penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah fungsi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) adalah sebagai penyalur aspirasi masyarakat desa Lopana, serta
faktor apa saja yang menjadi tugas dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
mekanisme penyelenggaraan pemerintahan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Badan Permusyawaratan Desa merupakan
lembaga Perwakilan rakyat yang ada di desa sekaligus sebagai salah satu sarana yang
melancarkan proses demokrasi di desa
Kata Kunci : Badan Permusyawaratan Desa,Wahana Demokrasi, Desa.
Latar belakang
Lahirnya Badan Permusyawaratan Desa ini tentu tidak terlepas dari kritikan dan
kekecewaan banyak pihak terhadap Lembaga Musyawarah Desa yang dulu dibentuk oleh Orde
Baru secara seragam. Oleh karena itu keberadaan Badan Permusyawaratan Desa (DPR-nya
Desa) ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk mengartikulasikan kepentingan masyarakat,
partisipasi politik, alat legislasi dan control terhadap Pemerintahan Desa, atau dengan kata lain
Badan Permusyawaratan Desa diharapkan dapat menjadi wahana demokrasi ditingkat desa.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang merupakan titik tolak pengembangan demokrasi
di Desa. Memisahkan secara tegas kedudukan Kepala Desa sebagai eksekutif dan Badan
Permusyawaratan Desa sebagai Legislatif. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa
Bertanggung jawab secara vertikal kepada Bupati tetapi secara horizontal kepada rakyat melalui
Badan Permusyawaratan Desa, karena Badan Permusyawaratan Desa dipilih langsung oleh
rakyat. Hadirnya Badan Permusyawaratan Desa ini telah memunculkan sesuatu kekuatan baru
yang lebih otonom dihadapan Kepala Desa, atau paling tidak telah menggantikan atau menggeser
kedudukan dan peran Lembaga Musyawarah desa yang dulu dikendalikan secara mutlak oleh
Kepala Desa. Sekarang kepala desa harus rela membagi kekuasaan dengan Badan
Permusyawaratan Desa baik dalam pembuatan keputusan maupun dalam hal pengelolaan
kauangan. Kepala desa tidak dapat bertindak semaunnya sendiri karena dikontrol oleh rakyat
melalui Badan Permusyawaratan Desa.
Perumusan Masalah
Apakah Badan Permusyawaratan Desa melaksanakan fungsinya sebagai wahana Demokrasi di
Desa Lopana Kecamatan Amurang Barat ?
Tinjauan Pustaka
BPD
Badan Permusyawaratan Desa merupakan lembaga Perwakilan rakyat yang ada di Desa
sebagai lembaga perwakilan maka Badan Permusyawatan Desa adalah salah satu sarana yang
melancarkan proses demokrasi di desa dengan demikian di satu sisi Badan Permusyawaratan
Desa harus mampu bertindak sebagai sarana yang melancarkan demokrasi di desa. Badan
Permusyawaratan Desa juga harus berperan sebagai wakil rakyat yang dipilih melalui pemilihan
umum yang bebas dan rahasia. Fungsi Badan Permusyawaratan Desa sebagai wakil rakyat tidak
akan berguna apabila fungsinya sebagai sarana pelancar pengambilan keputusan-keputusan di
desa yang diabaikan.
Dalam melaksanakan funsinya sebagai sarana yang melancarkan pengambilan keputusan-
keputusan kolektif di desa maka Badan Permusyawaratan Desa yang merupakan wakil dari
masyarakat tersebut, harus menjembatani masyarakat dengan pemerintah desa agar minimal
adanya kesamaan pendapat salam menentukan keputusan-keputusan kolektif di desa. Dan bila
tidak dijembatani maka setidaknya Badan Permusyawaratan Desa mampu menyalurkan aspirasi
masyarakat kepada pemerintah Desa agar nantinya setiap keputusan-keputusan yang diambil
merupakan kesepakatan bersama dan sesuai dengan harapan dan keinginan dari masyarakat.
Jadi kesimpulan mengenai arti dari fungsi Badan Permusyawaratan Desa sebagi wahana
demokrasi di desa sebagai alat atau sarana yang melancarkan proses pengambilan/pembuatan
keputusan-keputusan kolektif di desa dengan mengikutsertakan seluruh elemen masyarakat yang
ada di desa dan setiap elemen tersebut mempunyai jaminan hak dan kebebasan yang sama dalam
menyampaikan pendapat maupun aspirasinya.
Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Minahasa Selatan Kecamatan Amurang
Barat tepatnya di Desa Lopana
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
3. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah menyangkut Peran BPD
sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat desa, sebagai penyelenggara pertemuan
yang mengikutsertakan elemen-elemen masyarakat yang ada, sebagai pembuat peraturan Desa
dan dalam memberikan masukan/usulan kepada Kepala Desa
didalam menjalankan proses
Pemerintahan di desa, serta mengontrol/mengawasi keputusan-keputusan yang dibuat oleh
kepala desa.
4. Sasaran Penelitian/ Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi
dan kondisi latar penelitian, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian.
Oleh karena itu seorang informan harus benar-benar tahu atau pelaku yang terlibat langsung
dengan permasalahan penelitian.
5. Sumber Data
Untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat di dalam penelitian ini, maka jenis dan
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari para informan yang melalui
wawancara di dalam pertanyaan serta masalah yang diajukan terdiri dari: Pemerintah
Desa, BPD, Tokoh Agama, Tokoh Politik, dan Masyarakat umum
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain selain sumber data primer
terdiri dari:
1). Arsip atau dokumen resmi yang berkaitan dengan agenda Badan Permusyawaratan Desa
dalam melaksanakan tugasnya.
2). Data yang merupakan hasil pengumpulan orang atau instansi dalam bentuk publikasi,
laporan, dokumen, dan buku-buku lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah;
a. Teknik Dokumentasi
b. Teknik Wawancara (Interview)
c. Teknik Pengamatan (Opservasi)
7. Metode Analisa Data
Untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dalam penelitin ini maka akan
digunakan metode analisa kualitatif yaitu suatu penyajian data dalam bentuk keteranganketerangan, uraian-uraian dan analisa-analisa atas dokumen pribadi maupun dokumen resmi,
hasil pengamatan, hasil wawancara, catatan lapangan dan lain sebagainya yang sebelumnya telah
dikumpulkan. (Kartini Kartono, 1990;270).
HASIL PENELITIAN
1. Peran Badan Permusyawaratan Desa Sebagai Penyerap dan Penyalur Aspirasi
Masyarakat Desa.
Badan Permusyawaratan Desa secara teoritis, adalah kekuatan masyarakat politik yang menjadi
jembatan antara masyarakat sipil dari Negara yang ditingkat Desa diperankan oleh Pemerintah
Desa. Sebagai jembatan, dan sekaligus sebagai lembaga perwakilan masyarakat, Badan
Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi pembuatan keputusan atau dalam bentuk legislasi
dan juga melakukan kontrol terhadap Pemerintah Desa sebagai pembuat kebijakan Desa.
2. Peran Badan Permusyawaratan Desa Sebagai Penyelenggara Pertemuan Yang
Mengikutsertakan Elemen Masyarakat Yang Ada Di Desa.
Pelaksana demokrasi di desa pada dasarnya diartikan sebagai pengambil/pembuat keputusan
kolektif didesa oleh seluruh elemen masyarakat di desa dan masing-masing elemen masyarakat
di desatersebut mempunyai jaminan hak dan kebebasan yang sama dalam menyampaikan
pendapat maupun aspirasinya.
3. Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Membuat Peraturan Desa
Salah satu peranan penting yang harus dilakukan oleh badan permusyawaratan desa sebagai
wakilnya masyarakat desa adalah menyusun peraturan desa. Peraturan desa dimaksudkan adalah
ketentuan-ketentuan yang sifatnya mengatur atau segala sesuatu yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa Lopana sebelum dijadikan peraturan desa maka terlebih dahulu peraturan desa
yang disusun oleh pemerintah desa dan juga yang disusun oleh badan permusyawaratan desa.
4. Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam Memberi Masukan atau Usulan Kepada
Kepala Desa Dalam Menjalankan Proses Pemerintahan Di Desa
Lembaga perwakilan baru di desa yang dikenal dengan nama badan Permusyawaratan Desa
(BPD), selain sebagai pengayom adat istiadat dan penyalur aspirasi juga diharapkan sebagai
pengontrol jalannya proses pemerintahan di Desa. Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa diberi mandat untuk memimpin dan menjalankan proses pemerintahan di Desa, antara
institusi tersebut harus saling bekerja sama dan saling mendukung satu sama lain, atau dengan
kata lain Badan Permusyawaratan Desa merupakan mitra Pemerintahan Desa.
5. Peran Badan Permusyawaratan
Desa Dalam Mengontrol/Mengawasi Keputusan-
Keputusan Yang Dibuat Oleh Kepala Desa
Salah satu tugas yang tidak lebih penting dari Badan Perwakilan Desa adalah mengontrol
keputusan-keputusan yang dibuat atau dikeluarkan oleh pemerintah desa dalam hal ini Kepala
Desa. Bahwa Badan Permusyawaratan Desa mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan keputusan Kepala Desa.
Kesimpulan
Berdasarkan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, badan
permusyawaratan desa berfungsi sebagai pengayom adat istiadat, membuat peraturan desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengawasi penyelenggaraan proses
Pemerintahan Desa. Maka dengan melihat posisi dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa
mendukung terciptanya kehidupan demokrasi de desa
Desa Lopana merupakan salah satu desa yang telah memiliki Badan Permusyawaratan
Desa sebagai wakilnya masyarakat desa. Badan Permusyawaratan desa Lopana diharapkan dapat
dijadikan alat untuk pendukung terciptanya kehidupan demokrasi di desa Lopana. Hal ini bisa
dilihat dari aktifnya anggota Badan Permusyawaratan Desa didalam menangkap dan
menyalurkan aspirasi masyarakat desa kepada pemerintah desa, menyelenggarakan pertemuan
yang melibatkan setiap unsure masyarakat yang ada di desa, berperan membuat
keputusan/pereturan desa, memberi masukan dan usulan kepada lurah didalam proses
penyelenggara Pemerintah Desa dan dapat melakukan pengontrolan/pengawasan dari keputusankeputusan yang dibuat oleh kepala desa. Jadi Badan Permusyawaratan Desa Lopana dapat
melaksanakan tugasnya sebagai alat atau tempat untuk mendukung terciptanya kehidupan
demokrasi di desa Lopana
Saran
Kerjasama di antara para anggota Badan Permusyawaratan
Desa Lopana sangatlah
dibutuhkan, karena keputusan Badan Permusyawaratan Desa Lopana yang dibuat di kerjakan
secara tim, jadi perlu adanya dukungan dari setiap anggota Badan Permusyawaratan Desa
Lopana , berdasarkan tugas dan fungsinya masing-masing . Bila di dalam tubuh Badan
Permusyawaratan
Desa Lopana
sendiri telah tercipta kerjasama tim yang baik dan
kompak,maka hasil keputusan yang di buat akan baik juga.
Daftar Pustaka
Budiaharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu politik, Jakarta : Gramedia, 1999
Hadi, Sutrisno, Metedologi Research, Yogyakarta : Gadjah Mada University Pers 1975,jilid 1.
Julaintara, Dadang, Arus Bawah Demokrasi, Yogyakarta :Lapera Pustaka Utama, 2000
Kartono,Kartini, Pengantar Metodologi Research, Bandung : Manda Maju, 1990
Khoiran,M. Nur, Pendidikan Politik Bagi Warga Negara, Yogyakarta : LKIS, 1994
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1994
Lapera,Tim, Otonomi Versi Negara, Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama, 2000
Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Yogyakarta, Gama Media, 1999
Partanto, Pius. A, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola, 1994.
Poerwadaminta, W.J,S, Kamus Ilmiah Bahasa Indonesia, Jakarata : Balai Pstaka, 1984.
Ridwan, M. Deden, Demokrasi Kekuasaan, Jakarta : LSAF , 1999.
Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES, 1989.
Suhartono, Politik Lokal, Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama, 2000
Surachmad, Winarno, Dasar-Dasar Teknik Metodologi Research Ilmiah, Bandung : Transiti,
1984.
Perundang-Undangan :
Undang-Undang Nomor. 32 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintah Desa.
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005, Tentang Desa
Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 1999 tentang Petunjuk
pelaksanaan dan
Penyesuaian Peristilahan Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa dan Kelurahan.
Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor. 64 Tahun 1999 tentang Peraturan Umum Mengenai
Desa.
DI DESA LOPANA KECAMATAN AMURANG BARAT
Oleh
JEINE JOSEPHUS
090813062
ABSTRAK
Posisi dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa, telah memungkinkan keterlibatan
langsung rakyat untuk turut mengambil bagian dalam proses pengambilan kebijakan-kebijakan
di Desa, namun demikian Badan Permusyawaratan Desa dipilih dari dan oleh penduduk Desa
yang memenuhi persyaratan. Anggota Badan Permusyawaratan Desa dipilih dari calon-calon
yang diajukan oleh kalangan adat, kalangan agama, kalangan organisasi, politik, golongan
profesi, dan unsur pemuka masyarakat lain yang memenuhi persyaratan.
Demikian halnya yang terjadi di desa Lopana Kecamatan Amurang Barat, dimana
demokrasi desa seharusnya adalah sebagai pengambilan atau pembuatan keputusan kolektif di
desa oleh seluruh elemen masyarakat di desa dan masing-masing elemen masyarakat yang ada
di desa tersebut seharusnya mempunyai jaminan hak dan kebebasan yang sama dalam
menyampaikan pendapat maupun aspirasinya
Disinilah penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah fungsi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) adalah sebagai penyalur aspirasi masyarakat desa Lopana, serta
faktor apa saja yang menjadi tugas dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
mekanisme penyelenggaraan pemerintahan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Badan Permusyawaratan Desa merupakan
lembaga Perwakilan rakyat yang ada di desa sekaligus sebagai salah satu sarana yang
melancarkan proses demokrasi di desa
Kata Kunci : Badan Permusyawaratan Desa,Wahana Demokrasi, Desa.
Latar belakang
Lahirnya Badan Permusyawaratan Desa ini tentu tidak terlepas dari kritikan dan
kekecewaan banyak pihak terhadap Lembaga Musyawarah Desa yang dulu dibentuk oleh Orde
Baru secara seragam. Oleh karena itu keberadaan Badan Permusyawaratan Desa (DPR-nya
Desa) ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk mengartikulasikan kepentingan masyarakat,
partisipasi politik, alat legislasi dan control terhadap Pemerintahan Desa, atau dengan kata lain
Badan Permusyawaratan Desa diharapkan dapat menjadi wahana demokrasi ditingkat desa.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang merupakan titik tolak pengembangan demokrasi
di Desa. Memisahkan secara tegas kedudukan Kepala Desa sebagai eksekutif dan Badan
Permusyawaratan Desa sebagai Legislatif. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa
Bertanggung jawab secara vertikal kepada Bupati tetapi secara horizontal kepada rakyat melalui
Badan Permusyawaratan Desa, karena Badan Permusyawaratan Desa dipilih langsung oleh
rakyat. Hadirnya Badan Permusyawaratan Desa ini telah memunculkan sesuatu kekuatan baru
yang lebih otonom dihadapan Kepala Desa, atau paling tidak telah menggantikan atau menggeser
kedudukan dan peran Lembaga Musyawarah desa yang dulu dikendalikan secara mutlak oleh
Kepala Desa. Sekarang kepala desa harus rela membagi kekuasaan dengan Badan
Permusyawaratan Desa baik dalam pembuatan keputusan maupun dalam hal pengelolaan
kauangan. Kepala desa tidak dapat bertindak semaunnya sendiri karena dikontrol oleh rakyat
melalui Badan Permusyawaratan Desa.
Perumusan Masalah
Apakah Badan Permusyawaratan Desa melaksanakan fungsinya sebagai wahana Demokrasi di
Desa Lopana Kecamatan Amurang Barat ?
Tinjauan Pustaka
BPD
Badan Permusyawaratan Desa merupakan lembaga Perwakilan rakyat yang ada di Desa
sebagai lembaga perwakilan maka Badan Permusyawatan Desa adalah salah satu sarana yang
melancarkan proses demokrasi di desa dengan demikian di satu sisi Badan Permusyawaratan
Desa harus mampu bertindak sebagai sarana yang melancarkan demokrasi di desa. Badan
Permusyawaratan Desa juga harus berperan sebagai wakil rakyat yang dipilih melalui pemilihan
umum yang bebas dan rahasia. Fungsi Badan Permusyawaratan Desa sebagai wakil rakyat tidak
akan berguna apabila fungsinya sebagai sarana pelancar pengambilan keputusan-keputusan di
desa yang diabaikan.
Dalam melaksanakan funsinya sebagai sarana yang melancarkan pengambilan keputusan-
keputusan kolektif di desa maka Badan Permusyawaratan Desa yang merupakan wakil dari
masyarakat tersebut, harus menjembatani masyarakat dengan pemerintah desa agar minimal
adanya kesamaan pendapat salam menentukan keputusan-keputusan kolektif di desa. Dan bila
tidak dijembatani maka setidaknya Badan Permusyawaratan Desa mampu menyalurkan aspirasi
masyarakat kepada pemerintah Desa agar nantinya setiap keputusan-keputusan yang diambil
merupakan kesepakatan bersama dan sesuai dengan harapan dan keinginan dari masyarakat.
Jadi kesimpulan mengenai arti dari fungsi Badan Permusyawaratan Desa sebagi wahana
demokrasi di desa sebagai alat atau sarana yang melancarkan proses pengambilan/pembuatan
keputusan-keputusan kolektif di desa dengan mengikutsertakan seluruh elemen masyarakat yang
ada di desa dan setiap elemen tersebut mempunyai jaminan hak dan kebebasan yang sama dalam
menyampaikan pendapat maupun aspirasinya.
Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Minahasa Selatan Kecamatan Amurang
Barat tepatnya di Desa Lopana
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
3. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah menyangkut Peran BPD
sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat desa, sebagai penyelenggara pertemuan
yang mengikutsertakan elemen-elemen masyarakat yang ada, sebagai pembuat peraturan Desa
dan dalam memberikan masukan/usulan kepada Kepala Desa
didalam menjalankan proses
Pemerintahan di desa, serta mengontrol/mengawasi keputusan-keputusan yang dibuat oleh
kepala desa.
4. Sasaran Penelitian/ Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi
dan kondisi latar penelitian, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian.
Oleh karena itu seorang informan harus benar-benar tahu atau pelaku yang terlibat langsung
dengan permasalahan penelitian.
5. Sumber Data
Untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat di dalam penelitian ini, maka jenis dan
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari para informan yang melalui
wawancara di dalam pertanyaan serta masalah yang diajukan terdiri dari: Pemerintah
Desa, BPD, Tokoh Agama, Tokoh Politik, dan Masyarakat umum
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain selain sumber data primer
terdiri dari:
1). Arsip atau dokumen resmi yang berkaitan dengan agenda Badan Permusyawaratan Desa
dalam melaksanakan tugasnya.
2). Data yang merupakan hasil pengumpulan orang atau instansi dalam bentuk publikasi,
laporan, dokumen, dan buku-buku lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah;
a. Teknik Dokumentasi
b. Teknik Wawancara (Interview)
c. Teknik Pengamatan (Opservasi)
7. Metode Analisa Data
Untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dalam penelitin ini maka akan
digunakan metode analisa kualitatif yaitu suatu penyajian data dalam bentuk keteranganketerangan, uraian-uraian dan analisa-analisa atas dokumen pribadi maupun dokumen resmi,
hasil pengamatan, hasil wawancara, catatan lapangan dan lain sebagainya yang sebelumnya telah
dikumpulkan. (Kartini Kartono, 1990;270).
HASIL PENELITIAN
1. Peran Badan Permusyawaratan Desa Sebagai Penyerap dan Penyalur Aspirasi
Masyarakat Desa.
Badan Permusyawaratan Desa secara teoritis, adalah kekuatan masyarakat politik yang menjadi
jembatan antara masyarakat sipil dari Negara yang ditingkat Desa diperankan oleh Pemerintah
Desa. Sebagai jembatan, dan sekaligus sebagai lembaga perwakilan masyarakat, Badan
Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi pembuatan keputusan atau dalam bentuk legislasi
dan juga melakukan kontrol terhadap Pemerintah Desa sebagai pembuat kebijakan Desa.
2. Peran Badan Permusyawaratan Desa Sebagai Penyelenggara Pertemuan Yang
Mengikutsertakan Elemen Masyarakat Yang Ada Di Desa.
Pelaksana demokrasi di desa pada dasarnya diartikan sebagai pengambil/pembuat keputusan
kolektif didesa oleh seluruh elemen masyarakat di desa dan masing-masing elemen masyarakat
di desatersebut mempunyai jaminan hak dan kebebasan yang sama dalam menyampaikan
pendapat maupun aspirasinya.
3. Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Membuat Peraturan Desa
Salah satu peranan penting yang harus dilakukan oleh badan permusyawaratan desa sebagai
wakilnya masyarakat desa adalah menyusun peraturan desa. Peraturan desa dimaksudkan adalah
ketentuan-ketentuan yang sifatnya mengatur atau segala sesuatu yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa Lopana sebelum dijadikan peraturan desa maka terlebih dahulu peraturan desa
yang disusun oleh pemerintah desa dan juga yang disusun oleh badan permusyawaratan desa.
4. Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam Memberi Masukan atau Usulan Kepada
Kepala Desa Dalam Menjalankan Proses Pemerintahan Di Desa
Lembaga perwakilan baru di desa yang dikenal dengan nama badan Permusyawaratan Desa
(BPD), selain sebagai pengayom adat istiadat dan penyalur aspirasi juga diharapkan sebagai
pengontrol jalannya proses pemerintahan di Desa. Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa diberi mandat untuk memimpin dan menjalankan proses pemerintahan di Desa, antara
institusi tersebut harus saling bekerja sama dan saling mendukung satu sama lain, atau dengan
kata lain Badan Permusyawaratan Desa merupakan mitra Pemerintahan Desa.
5. Peran Badan Permusyawaratan
Desa Dalam Mengontrol/Mengawasi Keputusan-
Keputusan Yang Dibuat Oleh Kepala Desa
Salah satu tugas yang tidak lebih penting dari Badan Perwakilan Desa adalah mengontrol
keputusan-keputusan yang dibuat atau dikeluarkan oleh pemerintah desa dalam hal ini Kepala
Desa. Bahwa Badan Permusyawaratan Desa mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan keputusan Kepala Desa.
Kesimpulan
Berdasarkan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, badan
permusyawaratan desa berfungsi sebagai pengayom adat istiadat, membuat peraturan desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengawasi penyelenggaraan proses
Pemerintahan Desa. Maka dengan melihat posisi dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa
mendukung terciptanya kehidupan demokrasi de desa
Desa Lopana merupakan salah satu desa yang telah memiliki Badan Permusyawaratan
Desa sebagai wakilnya masyarakat desa. Badan Permusyawaratan desa Lopana diharapkan dapat
dijadikan alat untuk pendukung terciptanya kehidupan demokrasi di desa Lopana. Hal ini bisa
dilihat dari aktifnya anggota Badan Permusyawaratan Desa didalam menangkap dan
menyalurkan aspirasi masyarakat desa kepada pemerintah desa, menyelenggarakan pertemuan
yang melibatkan setiap unsure masyarakat yang ada di desa, berperan membuat
keputusan/pereturan desa, memberi masukan dan usulan kepada lurah didalam proses
penyelenggara Pemerintah Desa dan dapat melakukan pengontrolan/pengawasan dari keputusankeputusan yang dibuat oleh kepala desa. Jadi Badan Permusyawaratan Desa Lopana dapat
melaksanakan tugasnya sebagai alat atau tempat untuk mendukung terciptanya kehidupan
demokrasi di desa Lopana
Saran
Kerjasama di antara para anggota Badan Permusyawaratan
Desa Lopana sangatlah
dibutuhkan, karena keputusan Badan Permusyawaratan Desa Lopana yang dibuat di kerjakan
secara tim, jadi perlu adanya dukungan dari setiap anggota Badan Permusyawaratan Desa
Lopana , berdasarkan tugas dan fungsinya masing-masing . Bila di dalam tubuh Badan
Permusyawaratan
Desa Lopana
sendiri telah tercipta kerjasama tim yang baik dan
kompak,maka hasil keputusan yang di buat akan baik juga.
Daftar Pustaka
Budiaharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu politik, Jakarta : Gramedia, 1999
Hadi, Sutrisno, Metedologi Research, Yogyakarta : Gadjah Mada University Pers 1975,jilid 1.
Julaintara, Dadang, Arus Bawah Demokrasi, Yogyakarta :Lapera Pustaka Utama, 2000
Kartono,Kartini, Pengantar Metodologi Research, Bandung : Manda Maju, 1990
Khoiran,M. Nur, Pendidikan Politik Bagi Warga Negara, Yogyakarta : LKIS, 1994
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1994
Lapera,Tim, Otonomi Versi Negara, Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama, 2000
Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Yogyakarta, Gama Media, 1999
Partanto, Pius. A, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola, 1994.
Poerwadaminta, W.J,S, Kamus Ilmiah Bahasa Indonesia, Jakarata : Balai Pstaka, 1984.
Ridwan, M. Deden, Demokrasi Kekuasaan, Jakarta : LSAF , 1999.
Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES, 1989.
Suhartono, Politik Lokal, Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama, 2000
Surachmad, Winarno, Dasar-Dasar Teknik Metodologi Research Ilmiah, Bandung : Transiti,
1984.
Perundang-Undangan :
Undang-Undang Nomor. 32 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintah Desa.
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005, Tentang Desa
Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 1999 tentang Petunjuk
pelaksanaan dan
Penyesuaian Peristilahan Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa dan Kelurahan.
Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor. 64 Tahun 1999 tentang Peraturan Umum Mengenai
Desa.