Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

(1)

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

(Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik

Oleh:

MARIANCE MAGDALENA HASIBUAN 100903064

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

i ABSTRAKSI

OPTIMALISASI PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMERINTAHAN DESA

(studi pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan).

NAMA : Mariance M Hasibuan

NIM : 100903064

FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

DEPARTEMEN : Ilmu Administrasi Negara

PEMBIMBING : Hatta Ridho, S.Sos, M.SP

Otonomi daerah telah memberikan ruang yang luas pada setiap daerah untuk mengelola pemerintahannya berdasarkan lokal diskresi yang dimilikinya. Salah satunya yang memiliki otonomi adalah desa, penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Badan Permusyawaratan Desa merupakan mitra Kepala desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Peran BPD berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 adalah menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta menyusun dan menetapkan peraturan desa bersama kepala desa.

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pemerintahan Desa pada Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah sudah Optimal Peran BPD tersebut serta kendala–kendala yang dihadapi dalam menjalankan perannya.

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, lokasi penelitian berada pada Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Fokus penelitiannya adalah pada Peran BPD sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat desa, membantu pembuatan dan mengesahkan Peraturan Desa. Sumber data penelitian menggunakan data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan pembahasan, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian bahwa BPD Desa Aek Goti belum optimal dalam pelaksanaan perannya. Dalam menampung apirasi masyarakat, BPD tidak menyelenggarakan rapat resmi melainkan dengan cara perwiritan, kemudian sebagai pembuat dan pengesah peraturan desa, BPD hanya menetapkan satu perdes. Terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaan peran tersebut yaitu masalah SDM, sumber dana, dan sarana prasarana.

(Kata Kunci : Optimalisasi, Badan Permusyawaratan Desa, Penyelenggaraan


(3)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih setia dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)”.

Skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi dan melengkapi sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana pada Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Demi penyempurnaannya, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari semua pihak yang berkompeten dalam bidang ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua penulis yaitu Bapak Marlon Hasibuan dan Mami Repelita

Lumbantoruan terima kasih telah sabar dalam membimbing dan mengajari penulis, doa dan dukungan yang selalu diberikan memberi kekuatan dan semangat untuk penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada adek–adek ku terkasih, Maria Stefani Hasibuan, Tasya Venezsa Marito Hasibuan, Gilbert Philip Mark Hasibuan, terima kasih selalu mendukung dan mendoakan kakak.


(4)

iii Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dan dukungan baik melalui kata-kata penguatan, dukungan moril maupun materil. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Hatta Ridho, S.Sos, M.SP selaku dosen pembimbing yang telah

dengan sabar membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak M. Arifin Nasution, S.Sos, M.SP selaku dosen penguji yang juga

telah memberikan saran demi kebaikan skripsi ini.

6. Bapak Ahmad Rojali selaku Kepala Desa dan Bapak Ongku Muda

Sitompul selaku Sekretaris Desa beserta seluruh staf (kak Butet, kak melati, kak Zaitun) Kantor Kepala Desa Aek Goti yang telah menyambut baik kehadiran penulis untuk melakukan penelitian dan membantu dalam segala urusan Administrasi.

7. Bapak Iin Flourisman selaku Sekretaris dan seluruh staf Kantor

Kecamatan Silangkitang yang telah menerima dengan baik kedatangan penulis untuk melakukan penelitian.


(5)

iv

8. Untuk seluruh dosen dan staf pengajar Ilmu Administrasi Negara yang

telah mendidik dan mengajar penulis selama perkuliahan,

9. Untuk kak Dian dan kak Mega, yang telah membantu penulis dalam proses

administrasi selama penulis berkuliah sampai menyelesaikan studi.

10.Buat Tulang Feri Lumbantoruan, terima kasih telah membimbing penulis

selama SMA dan juga membantu penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini.

11.Untuk seluruh keluarga besar penulis juga mengucapkan terima kasih atas

doa dan dukungannya.

12.Buat keluarga baru saya di AN, keluarga “Batokers” Ade Auristha

Manurung, Zudika DM Manullang, Petra Rosjuwita Telaumbanua, Ira Ria Purba, Christine Anne Batubara, Susanti Lona Silalahi, Elfina Dewi Gulo, Bobby Trimart Gea, Maulana All Ravi Siregar, David Saputra. Terima kasih buat kebersamaan kita, banyak suka duka dan pengalaman yang telah kita lalui bersama, semoga semua itu dapat menjadi pelajaran dan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

13.Teman-teman magang kelompok VII Desa Sei Musam Kendit, terima

kasih buat kebersamaan selama 10 hari disana banyak kenangan lucu dan aneh yang kita lewati disana, semuanya bakalan jadi kenangan yang gak akan terlupakan.

14.Buat teman – teman AN 2010 terima kasih buat kenangan indah selama

perkuliahan kita dan semoga kita semua dapat mencapai cita-cita yang kita inginkan.


(6)

v

15.AN 2011, AN 2012 dan AN 2013, tetap semangat dalam perkuliahan dan

sukses buat kalian semua.

Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan baik dalam penulisan maupun bahasa, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Medan, 19 Mei 2014


(7)

vi DAFTAR ISI

Abstrak ……… i

Kata Pengantar ……… ii

Daftar Isi ……… vi

Daftar Tabel ……… ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 6

1.3 Fokus Penelitian ……… 6

1.4 Tujuan Penelitian ……… 7

1.5 Manfaat Penelitian ……… 7

1.6 Implementasi Metode Penelitian ……… 8

1.7 Sistematika penulisan ……… 10

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka ……… 12

2.2 Kerangka Teori ……… 21

2.2.1 Optimalisasi ……… 21

2.2.2 Badan Permusyawaratan Desa ……… 22

2.2.2.1 Tugas Badan Permusyawaratan Desa ………… 24

2.2.2.2 Hak dan Kewajiban BPD ……… 25

2.2.2.3 Peran Badan Permusyawaratan Desa ………… 27

2.2.3 Pemerintahan Desa ……… 28


(8)

vii BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian ……… 35

3.2 Lokasi Penelitian ……… 35

3.3 Informan Penelitian ……… 36

3.4 Teknik Pengumpulan data ……… 37

3.5 Teknik Analisis Data ……… 39

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 41

4.1.1 Keadaan Geografis ……… 41

4.1.2 Keadaan Penduduk ……… 43

4.1.3 Perekonomian Masyarakat ……… 47

4.1.4 Partisipasi Masyarakat ……… 49

4.2 Administrasi Desa ……… 50

4.2.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Aek Goti ……… 50

4.2.2 Lembaga – Lembaga Masyarakat Desa ……… 53

4.2.3 Gambaran Umum Tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Aek Goti ……… 53

BAB V PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyajian Data ……… 54


(9)

viii 5.1.1 Hasil wawancara langsung dengan

Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Desa Aek Goti ……… 55

5.1.2 Hasil wawancara langsung dengan

Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Desa Aek Goti ……… 60

5.1.3 Hasil wawancara langsung dengan

Kepala Desa Aek Goti ……… 68

5.1.4 Hasil wawancara langsung dengan

Sekretaris Desa Aek Goti ……… 72

5.1.5 Hasil wawancara dengan

beberapa masyarakat Desa Aek Goti ………… 76

5.2 Pembahasan ……… 83

5.2.1 Analisa Data Tentang Peran

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ………… 83

5.2.2 Analisis Peran Badan Permusyawaratan Desa

Di Desa Aek Goti ……… 91

5.2.3 Kendala – kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaan peran BPD ……… 99

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ……… 102

6.2 Saran ……… 103


(10)

ix DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang ………… 18

Tabel 2.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa ……… 33

Tabel 3.1 Analisis Interaktif ……… 41

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur ……… 43

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Gender ……… 44

Tabel 4.3. Sarana Tempat Beribadah ……… 44

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……… 45

Tabel 4.5. Sarana Pendidikan ……… 46

Tabel 4.6. Jumlah Guru dan Siswa ……… 47

Tabel 4.7. Perekonomian Masyarakat ……… 48

Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Yang Bekerja Dan Tidak Bekerja ……… 48

Tabel 4.9. Partisipasi Masyarakat ……… 49

Tabel 4.10. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Aek Goti ………… 51

Tabel 5.1. Perbandingan UU No.22 Tahun 1999, UU No.32 Tahun 2004, dan UU No. 6 Tahun 2014 Penjelasan Tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD) …… 88


(11)

i ABSTRAKSI

OPTIMALISASI PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMERINTAHAN DESA

(studi pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan).

NAMA : Mariance M Hasibuan

NIM : 100903064

FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

DEPARTEMEN : Ilmu Administrasi Negara

PEMBIMBING : Hatta Ridho, S.Sos, M.SP

Otonomi daerah telah memberikan ruang yang luas pada setiap daerah untuk mengelola pemerintahannya berdasarkan lokal diskresi yang dimilikinya. Salah satunya yang memiliki otonomi adalah desa, penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Badan Permusyawaratan Desa merupakan mitra Kepala desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Peran BPD berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 adalah menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta menyusun dan menetapkan peraturan desa bersama kepala desa.

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pemerintahan Desa pada Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah sudah Optimal Peran BPD tersebut serta kendala–kendala yang dihadapi dalam menjalankan perannya.

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, lokasi penelitian berada pada Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Fokus penelitiannya adalah pada Peran BPD sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat desa, membantu pembuatan dan mengesahkan Peraturan Desa. Sumber data penelitian menggunakan data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan pembahasan, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian bahwa BPD Desa Aek Goti belum optimal dalam pelaksanaan perannya. Dalam menampung apirasi masyarakat, BPD tidak menyelenggarakan rapat resmi melainkan dengan cara perwiritan, kemudian sebagai pembuat dan pengesah peraturan desa, BPD hanya menetapkan satu perdes. Terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaan peran tersebut yaitu masalah SDM, sumber dana, dan sarana prasarana.

(Kata Kunci : Optimalisasi, Badan Permusyawaratan Desa, Penyelenggaraan


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah negara Republik Indonesia sangat luas meliputi banyak

kepulauan yang besar dan kecil, maka tidak memungkinkan jika segalasesuatunya

akan diurus seluruhnya oleh Pemerintah yang berkedudukan di Ibukota Negara.

Untuk mengurus penyelenggaraan pemerintahan negara sampai kepada seluruh

pelosok daerah negara, maka perlu dibentuk suatu pemerintahan daerah.

Pemerintahan daerah menyelenggarakan pemerintahan yang secara langsung

berhubungan dengan masyarakat (Syaukani, 2005: 2).

Setelah Undang-Undang Dasar 1945 diamandemen hingga empat kali sejak 1999 sampai dengan 2002, konsep negara kesatuan yang selama orde baru dipraktekkan secara sentralistis berubah menjadi desentralistis. Otonomi daerah yang luas menjadi pilihan solusi diantara tarikan tuntutan mempertahankan negara kesatuan atau berubah menjadi Negara federal. Perubahan lain yang penting adalah pemberian hak kepada daerah untuk menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan (Ni’matul Huda, 2009:13).

Otonomi daerah berimplikasi luas terhadap tata pemerintahan di daerah. Penerapan otonomi daerah telah memberikan ruang kepada daerah untuk mengelola pemerintahan daerah berdasarkan lokal diskresi yang dimiliki. Pemerintahan daerah dan pemerintah desa telah beralih dari sistem pemerintahan


(13)

2 yang sentralistik menjadi desentralistik sehingga pemberian pelayanan kepada publik menjadi lebih dekat dan dapat dilakukan secara optimal. Penerapan ini membawa banyak harapan kepada perbaikan, dalam hal pengelolaan dan kualitas kinerja daerah.

Dengan dimulai dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan angin baru untuk kehidupan pemerintahan di Indonesia yang reformatif, transparan dan profesional dalam mengelola proses-proses pembangunan dan pemerintahan, bahkan telah memberikan harapan akan jaminan untuk melaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah yang optimal, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satunya yang memiliki otonomi adalah desa, penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala desa dalam hal ini bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada bupati.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Dalam pasal 200 ayat 1 diketahui bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa ada dua unsur pemerintahan penting yang berperan didalamnya, yaitu Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Kemudian pada Pasal 200 dan 216 menyatakan bahwa desa di kabupaten/kota memiliki kewenangan-kewenangan yang dapat diatur secara bersama antara pemerintah desa dan BPD


(14)

3 yang dimaksudkan untuk meningkatkan pelayananan kepada masyarakat. Sejalan dengan UU No 32 Tahun 2004, dalam pasal 34 Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang Desa juga disebutkan bahwa BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan disamping itu BPD mempunyai fungsi mengawasi pelaksanakan peraturan desa dalam rangka pemantapan pelaksanaan kinerja pemerintah Desa.

Kehadiran BPD telah memberikan harapan dengan keberlangsungan demokrasi desa. BPD berperan bukan sebagai tangan panjang dari pemerintah, tetapi lebih merupakan tangan panjang dari masyarakat sekaligus perantara antara masyarakat dengan pemerintah desa. Demi menjamin terwujudnya suatu pemerintahan desa yang demokratis, lebih baik dan berpihak pada masyarakat, perlu adanya check and balance dalam pelaksanaan pemerintahan. Masing-masing lembaga harus mempunyai fungsi yang jelas dan lebih independen.

BPD memiliki posisi yang strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, dimana BPD merupakan saluran aspirasi masyarakat, menjembatani apa yang menjadi kebutuhan masyarakat desa yang merupakan mitra kerja Kepala Desa dalam menyelenggarakan pemerintah desa. Selain itu BPD juga dapat digunakan masyarakat untuk melakukan kontrol atas pelaksanaan kebijakan desa yang dilakukan oleh Pemerintah Desa, adanya pemberian tempat bagi partisipasi oleh warga desa dengan demokratis. Dengan demikian dalam mewujudkan pemerintahan desa yang baik, yang perlu dibangun adalah sebuah mekanisme dialog atau komunikasi antar lembaga desa sehingga sama-sama merasa memiliki


(15)

4

tata peraturan tersebut (http://www.kabarindonesia.com /berita.php?pil=20&jd=

Optimalisasi +Peran +Strategis +BPD&dn

Berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2004, Badan Permusyawaratan Desa dikatakan melaksanakan peran nya apabila telah ikut dalam pembuatan kebijakan desa dan menampung aspirasi masyarakat. Kemudian dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005, disebutkan bahwa anggota BPD terdiri dari ketua RW, pemangku adat, pemuka agama, dan tokoh masyarakat lainnya. Karakterisitik desa dan fungsi lembaga merupakan dasar untuk mengoptimalkan peran anggota Badan Permusyawaratan Desa sesuai dengan harapan masyarakat yaitu mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Tugas yang diwujudkan dalam rincian fungsi lembaga pada hakekatnya merupakan mandat lembaga, oleh sebab itu BPD haruslah memiliki Sumber Daya manusia yang profesional, kapabel, dan dapat diandalkan kinerjanya sehingga dapat memberi respon yang cepat terhadap aspirasi masyarakat. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa dibentuknya BPD sebagai pilar demokrasi serta pendorong pembangunan di lingkungan desa perlu diikuti dengan upaya optimalisasi.

di akses pada 5 februari 2014 pukul 19.47).

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) pada dasarnya adalah penjelmaan dari segenap masyarakat dan merupakan lembaga tertinggi desa. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) juga merupakan pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan masyarakat desa. Lembaga ini memiliki urgensi yang tidak jauh berbeda dengan DPR. Sebagai elemen penting yang dianggap menjadi penggerak demokratisasi desa, kehadiran dan kinerja BPD ternyata masih dilingkupi sejumlah problem yang berpotensi menjadi bumerang bagi proses


(16)

5 demokratisasi. Dalam beberapa kasus, kehadiran BPD justru dianggap menimbulkan keruwetan pada kehidupan politik desa, dimana banyak BPD yang bergantung pada aparatur/birokrat Pemerintah Kabupaten, Kecamatan atau Desa. BPD dinilai hanya sebagai “pemberi stempel” untuk memberikan legitimasi kepada pemerintah desa. Umumnya, anggota Badan Permusyawaratan Desa belum berpengalaman dalam memahami dan merumuskan agenda-agenda yang diaharapkan secara efektif menciptakan pembaruan di desa, wajar bila kemudian dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Kepala Desa masih lebih dominan daripada Badan Permusyawaratan Desa.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang ada di Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah lama ada di desa tersebut. Sebagai badan yang memiliki posisi strategis dalam pemerintahan desa, BPD berperan dalam menampung dan menyampaikan aspirasi masyarakat untuk kemudian disampaikan kepada pemerintah desa, namun peran tersebut seperti tidak tampak dalam Pemerintahan Desa Aek Goti. Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh peneliti, diketahui bahwa masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa itu Badan Permusyawaratan Desa (BPD), padahal mereka adalah lembaga yang berperan dalam menampung dan menyampaikan aspirasi masyarakat bahkan masyarakat lebih mengenal kepala dusun sebagai perwakilan mereka di desa dan bukan BPD. Selain itu dalam melaksanakan perannya, BPD Desa Aek Goti tidak memiliki kantor tersendiri, melainkan masih menumpang pada kantor kepala desa. Untuk melakukan pertemuan antar anggota BPD juga dilakukan dalam kantor kepala desa, hal ini menyebabkan kurangnya kebebasan


(17)

6 BPD untuk terlepas dari intervensi pihak yang terkait dengan kinerja BPD. Keadaan seperti itu tentunya akan sulit bagi BPD dalam mengoptimalkan apa yang menjadi perannya sebagai lembaga yang ikut dalam pembuatan peraturan desa.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Optimalisasi Peran Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pemerintahan Desa” (studi pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut diatas,

maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah Bagaimana

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pemerintahan Desa (studi pada Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan) ?

1.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah pokok persoalan apa yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian, fokus penelitian membantu bagi peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif untuk membuat keputusan agar menabung dan menyimpan informasi yang diperolehnya (Margono, 2004 : 40).


(18)

7 Sedangkan menurut Moleong (2008) fokus penelitian adalah, masalah pokok yang bersumber dari pengalaman penelitian / pengetahuan yang diperolehnya melalui keputusan ilmiah.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah menyangkut tentang bagaimana “Peran BPD sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat desa serta membantu pembuatan dan mengesahkan Peraturan Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa”.

1.4 Tujuan Penelitian

Dari uraian tersebut adapun yang menjadi tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah sudah Optimal Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan pemerintahan di desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan serta kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan peran tersebut

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat mencakup hal – hal sebagai berikut :

1) Secara Ilmiah , sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan berfikir ilmiah dan sistematis dalam menulis karya ilmiah berdasarkan kajian ilmu Administrasi Negara.


(19)

8

2) Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan

bagi BPD desa tersebut dalam rangka pengoptimalisasian peran nya dalam pemerintahan desa.

3) Secara Akademis, penelitian ini sebagai salah satu syarat penyelesaian

program studi sarjana Ilmu Administrasi Negara, serta untuk menambah khasanah ilmiah dan memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian – penelitian sosial khususnya bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera.

1.6 Implementasi Metode Penelitian

Peneliti melakukan penelitian selama dua minggu. Pertama kali melakukan penelitian, peneliti langsung disambut baik oleh pegawai Kecamatan Silangkitang, hal itu dikarenakan peneliti memiliki ikatan saudara dengan salah satu pegawai kantor kecamatan silangkitang. Setelah peneliti ditanyakan ada urusan apa peneliti datang ke kantor kecamatan, peneliti kemudian dibawa untuk menemui sekretaris Kecamatan Silangkitang dan oleh sekretaris kecamatan kembali ditanyakan apa maksud kedatangan peneliti. Awalnya sekretaris kecamatan silangkitang tidak mengetahui bahwa peneliti memiliki ikatan saudara dengan salah satu pegawainya, sehingga percakapan antara peneliti dengan sekretaris sangat kaku. Setelah berbincang – bincang akhirnya sekretaris kecamatan pun mengetahui bahwa peneliti memiliki ikatan saudara dengan salah satu pegawainya sehingga percakapan pun menjadi lebih ringan dan santai, dalam bincang – bincang


(20)

9 sekretaris kecamatan mengatakan bahwa baru pertama kali ada mahasiswa yang meneliti dikecamatan tersebut sekaligus juga di desa yang akan peneliti lakukan penelitian. Setelah menyampaikan maksud kedatangan dan menyerahkan surat izin penelitian kepada sekretaris surat tersebut langsung diproses dan disposisikan kepada kepala desa.

Oleh salah satu pegawai kecamatan, peneliti diantar langsung ke kantor kepala desa dan langsung menemui sekretaris desa. Peneliti disambut baik oleh sekretaris desa, dan saat itu peneliti langsung melakukan wawancara dengan informan tersebut. Peneliti juga mendapatkan sedikit hal yang memalukan, yaitu saat makan siang di dekat kantor kepala desa, peneliti tidak menyadari bahwa kepala desa duduk di samping peneliti, saat itu peneliti sedikit acuh dan mengabaikan orang yang disamping peneliti. Sampai selesai makan siang barulah peneliti mengetahui bahwa orang tersebut adalah kepala desa, peneliti tidak menyadarinya karena kepala desa tersebut tidak mengenakan pakaian dinas. Peneliti pun akhirnya meminta maaf dan kepala desa memaklumi hal tersebut dan mengatakan bahwa hal tersebut hanyalah salah paham. Setelah mengatur jadwal wawancara, peneliti pun berkesempatan untuk mewawancarai kepala desa.

Dalam melakukan wawancara dengan informan – informan lain, peneliti tidak mendapatkan kesulitan yang berarti, semua informan dapat menjawab setiap pertanyaan peneliti dengan baik. Walaupun peneliti berhasil melakukan wawancara, peneliti mendapat kesulitan mendapatkan data – data sekunder yang dibutuhkan. Peneliti tidak tahu apa yang ditutupi, tetapi aparatur desa khususnya sekretaris desa hati – hati sekali dalam memberikan data sekunder. Bahkan untuk


(21)

10 peraturan daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan, peneliti mendapatkannya saat melakukan wawancara dengan Ketua Badan Permusyawaratan Desa.

Hal ini peneliti siasati dengan mengajukan lebih banyak pertanyaan ketika melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak. Namum,

peneliti menyadari masih harus banyak belajar strategi dalam melakukan In depth

interview karena wawancara yang peneliti lakukan masih kurang mendalam. Salah satu kelalaian peneliti lagi adalah, peneliti tidak mendokumentasikan saat wawancara dengan beberapa informan, sehingga peneliti hanya memiliki sedikit dokumentasi dengan informan penelitian.

1.7 Sistematika penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KERANGKA TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai tinjauan pustaka, teori – teori yang digunakan dalam penelitian dan defenisi konsep.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data .


(22)

11 Bab ini berisikan gambaran umum dan karakteristik mengenai lokasi penelitian

BAB V : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini membahas hasil data – data yang di peroleh dari lapangan dan hasil analisa yang di peroleh dari hasil penelitian dan melakukan pengujian dengan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil penelitian.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.


(23)

12 BAB II

KERANGKA TEORI

2.1Tinjauan Pustaka

Untuk memudahkan penulis dalam rangka penyusunan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan sebagai pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot.

Menurut Djuharie (2001: 55) mengatakan bahwa telaah kepustakaan berisi tentang hasil telaah terhadap teori dan hasil penelitian terdahulu yang terkait. Telaah ini bisa dalam arti membandingkan, mengkontraskan atau meletakkan tempat kedudukan masing–masing dalam masalah yang sedang diteliti, dan pada akhirnya menyatakan posisi/pendirian peneliti disertai dengan alasan-alasannya. Telaah ini diperlukan karena tidak ada penelitian empirik tanpa didahului telaah kepustakaan.

Penelitian ini mengangkat judul “Optimalisasi Peran Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa“. Penelitian yang dilakukan peneliti bertujuan untuk melihat apakah sudah optimal peran yang dijalankan oleh Badan Permusyawaratan Desa di Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan serta kendala-kendala yang dihadapi dalm pelaksanaan peran tersebut.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang memiliki tema yang sama dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Penelitian pertama berjudul “Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Mendukung Tata Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Tegalgondo Kec. Wonosari


(24)

13 Kab. Klaten” (Ridwan Nasrulloh, skripsi, 2008). Tema yang diangkat dalam skripsi ini mengenai BPD sebagai pelaksana demokrasi desa dalam mendukung pemerintahan desa di Desa Tegalgondo. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana perwujudan peran dan fungsi BPD serta faktor apa yang menjadi hambatan atau pendukung bagi BPD dalam menjalankan peran dan fungsi BPD dalam mendukung tata penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa Tegalgondo. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai perwujudan peran dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa dalam mendukung tata penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa Tegalgondo Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung bagi Badan Permusyawaratan Desa dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian yang dilakukan Ridwan Nasrulloh berupa penelitian lapangan namun penggunaan data sekunder yaitu penelitian kepustakaan lebih dominan digunakan. Penelitian lapangan dilakukan pada Kantor BPD Desa Tegalgondo, kemudian metode penelitian yang digunakan yaitu metode observasi dan wawancara. Dalam menganalisis permasalahan yang terjadi mengenai BPD dalam mendukung Pemerintahan Desa, Ridwan Nasrulloh mengacu pada UU No.22 Tahun 1999 dan UU No.32 Tahun 2004, perda Kabupaten Klaten Nomor 8 Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan Desa. Kemudian teori – teori mengenai Pemerintahan Desa menurut LAN dan prinsip– prinsip Governance yang dikeluarkan UNDP.


(25)

14 Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa BPD Desa Tegalgondo telah mampu menjadi lembaga sebagai wahana pelaksanaan demokrasi di desa. Hal itu ditunjukkan dengan pelaksanaan pemerintahan oleh Pemerintah Desa yang telah melibatkan unsur masyarakat yang ada melalui forum - forum komunikasi desa yang bersifat formal maupun informal sehingga kebijakan-kebijakan maupun dari Pemerintah Desa Tegalgondo sesuai dengan aspirasi yang diinginkan dari masyarakat. BPD Desa Tegalgondo juga telah melaksanakan fungsinya yaitu sebagai pengayoman adat, penyerapan aspirasi, Legislasi, dan pengawasan.

Selanjutnya penelitian kedua dilakukan oleh Eko Tri Utami (skripsi, 2007)

berjudul “Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Perencanaan

Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskrptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan)”. Adapun yang menjadi tema penelitian ini adalah peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan desa, yaitu untuk mengetahui bagaimana peranan Badan Permusywaratan Desa dalam perencanaan pembangunan desa dalam hal ini di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah bagaimanakan penanan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan. Adapun yang menjadi tujuan peneliti adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan. Dalam penelitian ini, Eko Tri Utami menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sedangkan metode


(26)

15 pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara wawancara, observasi dan penelitian kepustakaan. Dalam menganalisis permasalahan yang terjadi Eko Tri Utami menggunakan teori mengenai perencanaan pembangunan desa dan teori tentang rencana – rencana desa.

Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan adalah peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan yang berada di Desa Sampali sudah berjalan dengan baik, dimana mereka sangat aktif dalam menampung aspirasi masyarakat, cara yang dilakukan juga tidak hanya yang bersifat formal tetapi yang non formal juga dilakukan seperti bincang–bincang di kedai kopi. Selain itu fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan proyek desa juga telah dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Desa dengan baik. Namun masih ada kekurangan dimana perlunya diadakan perubahan format keanggotaan pada Badan Permusyawaratan Desa yang lebih mencerminkan perwakilan dari setiap dusun.

Selanjutnya penelitian ketiga yang dilakukan oleh Primuadi Hia (Tesis,

2006) dengan judul “Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) dalam Proses

Demokratisasi di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Studi Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)“. Dalam penelitian ini Primuadi ingin melihat sejauh mana peranan Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai lembaga baru yang dibentuk untuk menggantikan LMD memberi pola baru dalam membangun proses demokratisasi di desa.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ketiga ini adalah untuk mengetahui sampai dimana peran BPD sebagai lembaga baru pelaksanaan demokratisasi di


(27)

16 desa, faktor–faktor apa yang menyebabkan BPD di desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar tidak berjalan sebagaimana yang diatur melalui UU No. 22 Tahun 1999. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini menggunakan teori demokrasi, teori lembaga sosial, UUD 1945 bagian umum bab II tentang Pokok – Pokok Pikiran dalam alinea ke-3, kemudian UU No 22 Tahun 1999 dan UU no 32 Tahun 2004. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan tipe penelitian kualitatif serta teknik pengumpulan yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian Primuadi ini menunjukkan bahwa BPD pada kedua desa tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga legislatif desa untuk melaksanakan proses demokratisasi. BPD pada kedua desa tersebut hanya tampak pada saat ada pelantikan, setelah itu tidak ada lagi kegiatan yang di hadiri oleh BPD. Namun pada dua desa tersebut fungsi keterwakilan sudah dapat dipenuhi dengan adanya perwakilan dari setiap dusun.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berjudul, “Optimalisasi Peran

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan”. Penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dalam memaparkan peran yang dilakukan BPD di Desa Aek Goti, peneliti menggunakan teori dari Hurlock dan Ali mengenai Peran Badan Permusyawaratan Desa yaitu sebagai penampung aspirasi dan pembuat serta pengesah kebijakan desa. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah sudah optimal peran Badan


(28)

17 Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Penyelenggaraan pemerintahan di Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan serta kendala– kendala yang dihadapi dalam menjalankan peran tersebut.

Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti dari wawancara kepada Kepala BPD, Anggota BPD, Kepala Desa, Sekretaris desa, dan beberapa orang masyarakat, terungkap bahwa BPD Desa Aek Goti belum melaksanakan perannya dengan optimal. Dalam melaksanakan perannya sebagai penampung aspirasi, BPD Aek Goti tidak mengadakan pertemuan/rapat resmi dengan masyarakat, melainkan dengan cara perwiritan dan pertemuan non formal lainnya seperti di kedai dan warung, padahal sebagai lembaga resmi BPD Desa Aek Goti harusnya membuat pertemuan yang resmi. Kemudian dalam melaksanakan perannya sebagai pembuat dan pengesah kebijakan, BPD Desa Aek Goti telah mengesahkan satu kebijakan desa yaitu tentang Alokasi Dana Desa (ADD). Namun dalam hal pembuatan kebijakan, BPD merasa kurang dianggap keberadaannya di Desa Aek Goti, adanya anggapan Pemerintah Desa yang terlalu mendominasi seluruh kegiatan desa membuat hubungan keduanya cenderung dingin dan tertutup. BPD desa Aek Goti juga memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaan perannya yaitu masalah Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber dana, dan Sarana Prasarana pendukung kerja BPD.


(29)

18 Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang

Ridwan Nasrulloh Eko Tri Utami Primuadi Hia Mariance M Hasibuan Judul

Penelitian

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam

Mendukung Tata Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Tegalgondo Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten

Peran Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskrptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali

Kecamatan Percut Sei Tuan)

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) dalam Proses Demokratisasi di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Studi Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Permasalahan Penelitian Memfokuskan pada bagaimana perwujudan peran dan fungsi BPD serta faktor apa yang menjadi hambatan atau pendukung bagi BPD dalam menjalankan peran dan fungsi BPD dalam mendukung tata penyelenggaraan

pemerintahan desa di desa Tegalgondo

Memfokuskan pada bagaimana Peranan Badan Permusyawaratan Desa sebagai mitra pemerintahan desa dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan

Fokus pada bagaimana Badan Perwakilan Desa sebagai lembaga baru yang dibentuk pemerintah dalam proses

demokratisasi di desa.

Fokus pada bagaimana Peran BPD sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat desa, membantu pembuatan dan mengesahkan Peraturan Desa serta kendala yang ada pada BPD dalam


(30)

19 Pendekatan

Penelitian

Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif

Jenis Penelitian

Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif

Metode Pengumpulan Data Observasi, Wawancara, dan Penelitian Kepustakaan

Observasi, Wawancara, dan Penelitian Kepustakaan

Wawancara dan Dokumentasi

Observasi, Wawancara, Dokumentasi dan Penelitian Kepustakaan

Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai perwujudan peran dan fungsi Badan

Permusyawaratan Desa dalam mendukung tata penyelenggaraan

pemerintahan desa di desa Tegalgondo Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten dan untuk

Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung bagi Badan Permusyawaratan Desa dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Untuk mengetahui bagaimana peranan Badan

Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan

Untuk mengetahui sampai dimana peran BPD sebagai lembaga baru dalam pelaksanaan demokratisasi di desa, faktor – faktor apa yang menyebabkan BPD di desa Simalingkar A dan Desa Perumnas

Simalingkar tidak berjalan sebagaimana yang diatur melalui UU No. 22 Tahun 1999.

Untuk mengetahui dan menganalisa apakah sudah Optimal Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam

Penyelenggaraan

pemerintahan di desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan serta kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan peran tersebut.

Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa BPD desa Tegalgondo telah mampu menjadi

Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa BPD pada kedua desa tersebut tidak dapat menjalankan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa BPD Desa Aek Goti belum optimal dalam menjalankan perannya.


(31)

20 lembaga sebagai wahana

pelaksanaan demokrasi di Desa. Hal itu ditunjukkan

dengan pelaksanaan

pemerintahan oleh Pemerintah Desa yang telah melibatkan unsur

masyarakat yang ada

melalui forum - forum komunikasi desa yang bersifat formal maupun

informal sehingga

kebijakan-kebijakan

maupun dari pemerintah desa Tegalgondo sesuai

dengan aspirasi yang

diinginkan dari masyarakat. BPD Desa

Tegalgondo juga telah melaksanakan Fungsinya yaitu sebagai pengayoman adat, penyerapan aspirasi,

Legislasi, dan pengawasan.

pembangunan yang berada di Desa Sampali sudah berjalan dengan baik, dimana mereka sangat aktif dalam

menampung aspirasi masyarakat, cara yang dilakukan juga tidak hanya yang bersifat formal tetapi yang non formal juga dilakukan seperti bincang – bincang di kedai kopi. Selain itu fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan proyek desa juga telah dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Desa dengan baik. Namun masih ada kekurangan dimana perlunya diadakan perubahan format

keanggotaan pada Badan Permusyawaratan Desa yang lebih mencerminkan

perwakilan dari setiap dusun.

fungsinya sebagai lembaga legislatif desa untuk melaksanakan proses demokratisasi.

BPD pada kedua desa tersebut hanya tampak pada saat ada pelantikan, setelah itu tidak ada lagi kegiatan yang di hadiri oleh BPD. Namun pada dua desa tersebut fungsi keterwakilan sudah dapat dipenuhi dengan adanya perwakilan dari setiap dusun.

Dalam melaksanakan

perannya sebagai penampung aspirasi, BPD tidak

mengadakan pertemuan/rapat resmi dengan masyarakat, melainkan dengan cara

perwiritan dan pertemuan non formal lainnya, padahal sebagai lembaga resmi BPD harusnya membuat pertemuan yang resmi. Kemudian dalam melaksanakan perannya sebagai pembuat dan pengesah kebijakan, BPD merasa kurang dianggap keberadaannya, adanya anggapan Pemerintah Desa yang terlalu mendominasi seluruh kegiatan desa

membuat hubungan keduanya cenderung dingin dan

tertutup. BPD desa Aek Goti juga memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaan perannya, yaitu masalah (SDM), Sumber dana, dan Sarana Prasarana pendukung kerja BPD.


(32)

21 2.2Kerangka Teori

Menurut Sugiyono (2007) dalam bukunya Metode Penelitian Kuantitatif

dan Kualitatif, kerangka teori merupakan konsep tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefenisikan sebagai masalah yang penting. Teori adalah konsep – konsep dan generalisasi – generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.

Pada penelitian kualitatif, teori yang dikemukakan bersifat sementara, dan akan berkembang atau berubah setelah peneliti berada dilapangan. Selanjutnya dalam landasan teori, tidak perlu dibuat kerangka berfikir sebagai dasar untuk perumusan hipotesis, karena dalam penelitian kualitatif tidak akan menguji hipotesis, tetapi justru mengemukakan hipotesis (Sugiyono, 2010: 292).

2.2.1. Optimalisasi

Pengertian optimalisasi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. poerdwadarminta (1997 : 753) dikemukakan bahwa, “Optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan, optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Winardi dalam

bukunya Istilah ekonomi (1996: 363) Optimalisasi adalah ukuran yang

menyebabkan tercapainya tujuan. Optimalisasi hanya dapat diwujudkan apabila dalam perwujudannya secara efektif dan efisien. Dalam penyelenggaraan organisasi, senantiasa tujuan diarahkan untuk mencapai hasil secara efektif dan efisien agar optimal, dengan kata lain pencapaian tujuan diharapkan mampu berhasilguna dan berdayaguna.


(33)

22 Optimalisasi adalah suatu proses, cara atau perbuatan untuk menjadikan sesuatu paling baik dan paling tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996:705). Dalam hal ini, yang dijadikan untuk menjadi lebih baik dan paling tinggi adalah Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD merupakan sesuatu yang harus dioptimalkan keberadaannya karena merupakan unsur penyelenggara pemerintahan desa yang berperan sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat serta pembuat dan pengesah peraturan desa.

2.2.2. Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, dimana demokrasi yang dimaksud adalah bahwa agar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus memperhatikan aspirasi dari masyarakat yang diartikulasikan dan diagresiasikan oleh BPD dan lembaga masyarakat lainnya. Dalam Pemerintahan Desa BPD dapat dianggap sebagai "parlemen"-nya desa karena memiliki peran sebagai pembuat dan pengesah peraturan desa. BPD mempunyai kedudukan sejajar dengan pemerintah desa (kepala desa) dengan kata lain BPD dan Pemerintah Desa merupakan mitra yang saling bekerja sama dalam

mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa, maka disini terjadi mekanisme check

and balance system dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat (UU No. 32 Tahun 2004 pasal 209), oleh karenanya BPD sebagai badan


(34)

23 permusyawaratan yang berasal dari masyarakat desa disamping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara Kepala Desa dengan masyarakat desa, juga dapat menjadi lembaga yang berperan sebagai lembaga representasi dari masyarakat. Dalam melaksanakan perannya sebagai sarana yang melancarkan keputusan kolektif di desa maka BPD yang merupakan wakil dari masyarakat desa tersebut, harus menjembatani antara masyarakat dengan Pemerintah Desa agar minimal adanya kesamaan pendapat dalam menetukan keputusan–keputusan kolektif di desa dan apabila tidak dijembatani maka setidaknya BPD mampu menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah desa agar nantinya setiap keputusan–keputusan yang diambil merupakan kesepakatan bersama dan sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2005 tentang Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berkedudukan sebagai unsur penyelenggara dalam pemerintahan desa. Pada Pasal 30 ayat 1 (satu) disebutkan bahwa anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat, ayat 2 (dua) anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Ketua Rukun Warga, Pemangku Adat, Golongan Profesi, Pemuka Agama dan Tokoh atau Pemuka Masyarakat lainnya, ayat 3 (tiga) masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Kemudian dalam pasal 32 ayat 1(satu) disebutkan peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota, dan pada ayat 2 (dua) anggota


(35)

24 BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama di hadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/Walikota.

Dalam pencapaian tujuan mensejahterakan masayarakat desa, masing-masing unsur Pemerintah Desa dan BPD dapat menjalankan fungsinya dengan mendapat dukungan dari masyarakat setempat. Oleh karena itu hubungan yang bersifat kemitraan antara BPD dengan Pemerintah Desa harus didasari pada filosofi antara lain :

1. Adanya kedudukan yang sejajar diantara yang bermitra

2. Adanya kepentingan bersama yang ingin dicapai

3. Adanya niat baik untuk membantu dan saling mengingatkan

4. Adanya prinsip saling menghormati (Wasistiono 2006:36).

2.2.2.1 Tugas Badan Permusyawaratan Desa

Berdasarkan pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, diamanatkan bahwa tugas Badan Permusyawaratan Desa yaitu :

a. Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan

Peraturan Kepala Desa.

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa.

d. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa.

e. Menggali, menampung, menghimpun merumuskan dan menyalurkan aspirasi

masyarakat.


(36)

25 2.2.2.2 Hak dan Kewajiban BPD

Kemudian dalam Peraturan Pemerintah No 72 Tahun2005, BPD mempunyai hak yaitu :

a. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa.

b. Menyatakan pendapat.

Anggota BPD juga mempunyai hak yaitu :

a. mengajukan rancangan peraturan desa

b. mengajukan pertanyaan

c. menyampaikan usul dan pendapat

d. memilih dan dipilih

e. memperoleh tunjangan

selain hak, anggota BPD juga mempunyai kewajiban yaitu :

a. Mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan.

b. Melaksanakan kehidupan Demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan

Desa.

c. Mempertahankan dan memelihara hukum Nasional serta keutuhan Negara

Republik Indonesia.

d. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi


(37)

26 Adapun jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditentukan berdasarkan jumlah penduduk desa yang bersangkutan dengan ketentuan menurut Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang desa, sebagai berikut:

a. Jumlah penduduk desa sampai dengan 1.500 jiwa, jumlah anggota BPD

sebanyak 5 (lima) orang.

b. Jumlah penduduk desa antara 1.501 sampai dengan 2.000 jiwa, jumlah

anggota BPD sebanyak 7 (tujuh) orang.

c. Jumlah penduduk desa antara 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa, jumlah

anggota BPD sebanyak 9 (Sembilan) orang.

d. Jumlah penduduk desa antara 2.501 sampai dengan 3.000 jiwa, jumlah

anggota BPD sebanyak 11 (sebelas) orang.

e. Jumlah penduduk lebih dari 3.000 jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 13

(tiga belas) orang.

Jumlah anggota Badan Permusyaratan Desa ditentukan berdasarkan jumlah penduduk desa yang bersangkutan.Anggota BPD dipilih dari calon-calon yang diajukan oleh kalangan adat, agama, organisasi social-politik, golongan profesi dan unsur pemuka masyarakat lainnya yang memenuhi persyaratan :

a. Mengayomi, yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan

berkembang di desa yang bersangkutan, sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan.

b. Legalisis, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa


(38)

27

c. Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanana peraturan

desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) serta Keputusan Kepala Desa.

d. Menampung aspirasi yang diterima dari masyarakat dan menyalurkan

kepada pejabat instansi yang berwenang (Widjaja 2001:13).

2.2.2.3 Peran Badan Permusyawaratan Desa

Adapun peran BPD dalam penelitiaan ini dikelompokkan dalam 2 (dua) peran secara umum, yakni: pembuat kebijakan dan penampung aspirasi masyarakat (Hurlock,1979 dan Ali, 2007). Peran dari BPD ini selanjutnya akan dijelaskan pada uraian berikut:

a. Penampung aspirasi masyarakat, “aspirasi memiliki sasaran dan

melibatkan diri individu itu sendiri serta menimbulkan suatu usaha untuk mencapainya, sehinggatujuan yang telah dirancangnya akan mempunyai makna yang berarti bagi dirinya” (Hurlock, 1979:264). BPD sebagai aktor yang memobilisasi masyarakat harus mampu merangsang pikiran masyarakat untuk menggali potensi-potensi yang ada, untuk kemudian menyampaikan apa yang menjadi cita-cita dan keinginan masyarakat demi terciptanya kemajuan desa dan kesejahteraan masyarakat.

b. Pembuat Kebijakan, “Kebijakan merupakan keputusan-keputusan publik

yang diambil oleh negara dan dilaksanakan oleh aparat birokrasi” (Ali, 2007: 51). Kebijakan ini tentunya merupakan sebuah proses politik yang kompleks. Prosesnya meliputi tujuan-tujuan kebijakan dan cara


(39)

28 pengambilan keputusannya, orang-orang atau kelompok yang dilibatkan, dan bagaimana kebijakan ini dilaksanakan. BPD sebagai legislatif di desa mempunyai peran utama dalam membuat kebijakan di desa. Kebijakan yang dibuat oleh BPD ini berupa peraturan desa ataupun ketentuan desa yang diberlakukan bagi segenap warga desa yang berada di desa yang bersangkutan. Hal ini juga ditegaskan dalam Pasal 209 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan, “Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung, dan menyalurkan aspirasi masyarakat”. Dengan kata lain, BPD dalam menyusun peraturan desa harus melibatkan masyarakat mulai dari proses perencanaan hingga terlibat dalam evaluasi terhadap peraturan desa tersebut.

2.2.3 Pemerintahan Desa

Secara umum di Indonesia, desa (atau yang disebut dengan nama lain sesuai bahasa daerah setempat) dapat dikatakan sebagai suatu wilayah yang ditinggali oleh sejumlah orang yang saling mengenal, hidup bergotong royong, memiliki adatistiadatnya yang relatif sama, dan mempunyai tata-cara tersendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatannya. Sebagian besar mata pencahariannya adalah bertani atau nelayan. Pada desa daratan sebagian besar penduduknya mencari penghidupan sebagai petani baik sawah ataupun kebun, sedangkan pada desa pesisir sebagian besar penduduknya mencari penghidupan sebagai nelayan (Nurcholis, 2011: 2).


(40)

29 Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 209, urusan pemerintah yang menjadi kewenangan desa adalah, pertama urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa, kedua urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten atau kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, ketiga tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau pemerintah kabupaten/kota, keempat urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang–undangan diserahkan kepada desa.

Dengan dikeluarkannya UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas–batas yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asala – usul dan adat – istiadat setempat yang diakui dan atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Kabupaten atau kota. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Pengertian desa dari sudut pandang sosial budaya dapat diartikan sebagai komunitas dalam kesatuan geografis tertentu dan antar mereka saling mengenal dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung secara langsung dengan alam. Oleh karena itu, desa diasosiasikan sebagai masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor agraris, mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi yang kuat bersahaja serta tingkat pendidikan yang rendah (Juliantara, 2005: 18).


(41)

30 Pemerintahan desa sebagai penyelenggara pemerintahan yang terendah dan langsung berhadapan dengan rakyat mempunyai beban tugas yang cukup berat karena selain harus melaksanakan segala urusan yang datangnya dari pihak atasan juga harus mengurus berbagai urusan rumah tangga desa yang pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat (Misdiyanti, 1993: 47).

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ((PPRI No. 72 Tahun 2005 tentang Desa).

Selain itu, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah seluruh proses kegiatan manajemen pemerintahan dan pembangunan Desa berdasarkan kewenagan desa yang ada, meliputi perencanaan, penetapan kebijakkan,

pelaksanaan,pengorganisasian, pengawasan, pengendalian, pembiayaan,

koordinasi, pelestarian, penyempurnaan dan pengembagannya (PEMENDAGRI No. 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa).

Sebagai penyelenggara unsur pemerintahan desa, pemerintah desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Oleh sebab itu fungsi pemerintah desa adalah sebagai berikut :

A. Fungsi Pemerintahan Desa :


(42)

31

2) Melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan

3) Melaksanakan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong royong

masyarakat

4) Melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat

5) Melaksanakan musyawarah penyelesaian perselisihan

6) Melaksanakan pembinaan perekonomian desa (Solekhan, 2012:63).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.72 Tahun 2005 Tentang Desa, Pemerintah desa terdiri dari Pemerintah desa dan BPD. Dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD, Pemerintah Desa adalah organisasi Pemerintah Desa yang terdiri atas :

a. Unsur Pimpinan yaitu Kepala Desa

b. Unsur pembantu kepala desa yang terdiri atas :

1) Sekretaris desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai oleh

sekretaris desa

2) Unsur pelaksana teknis, yaitu unsur pembantu kepala desa yang

melaksanakan unsur teknis lapangan seperti unsur pengairan, keagamaan dan lain – lain.

3) Unsur kewilayahan, yaitu pembantu kepala desa diwilayah kerjanya


(43)

32

B. Aspek – Aspek Tata Pemerintahan Desa

Adapun yang menjadi aspek pemerintahan desa adalah sebagai berikut :

1. Administrasi Pemerintahan desa, yaitu proses penyelenggaraan dan

pencatatan serta pelaporan kegiatan – kegiatan pemerintahan, perkantoran desa, keuangan desa, ipeda, kependudukan, pertahanan, kantibmas, dan lain sebagainya

2. Administrasi pembangunan desa, yaitu proses penyelenggaraan dan

pencatatan serta pelaporan kegiatan – kegiatan bantuan pembangunan desa, pendapatan desa, perencanaan pembangunan desa, pengaturan bangunan – bangunan, lomba desa, LKMD dan sebagainya

3. Administrasi pembinaan masyarakat, proses penyelenggaraan dan

pencatatan serta pelaporan kegiatan – kegiatan pembinaan masyarakat desa, baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun instansi – instansi sektoral

4. Manajemen dan kepemimpinan desa,

Manajemen adalah suatu proses pencapaian tujuan desa yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, actuating dan pengawasan pembangunan desa. Sedangkan kepemimpinan desa adalah suatu kelompok orang yang menduduki posisi pimpinan formal maupun non formal dalam membangkitkan dan memotivasi warga desa untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa serta mengkoordisasikan kegiatan – kegiatan pembangunan desa sehingga tujuan pembangunan desa tercapai secara efektif dan efisien (Sudirwo, 1991: 62).


(44)

33 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

Sumber : (Nurcholis, 2011: 74)

2.3. Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (1995 :18) konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak menenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuan adanya konsep adalah untuk mendapatkan batasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti. Untuk lebih mengetahui konsep–konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Optimalisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memberikan yang terbaik

dan memaksimalkan sesuatu dan mencapai hasil yang diinginkan. Dalam penelitian ini Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan sesuatu yang harus dioptimalkan keberadaannya karena merupakan salah satu unsur penting dalam penyelenggara pemerintahan desa yang berperan sebagai

BPD Kepala desa

Sekretaris desa

Staf

Kepala Kewilayahan Pelaksana


(45)

34 penampung dan penyalur aspirasi masyarakat serta pembuat dan pengesah peraturan desa

2. Pemerintahan Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang seluruh proses

kegiatan pemerintahan berdasarkan kewenangan desa dan diselenggarakan oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa (BPD).


(46)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Metode penelitian Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif.Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu kegiatan secara objektif. Penelitian yang dimaksudkan untuk mengukur suatu fenomena sosial tertentu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun data tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.(Singarimbun dan Effendi, 1989 ; 17).

Peneliti memilih bentuk penelitian kualitatif karena peneliti ingin memaparkan/mendeskripsikan bagaimana optimalisasi peran Badan permusyawaratan Desa di desa aek Goti dalam pemerintahan Desa.

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi Penelitian bertempat di Kantor Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kantor Kepala desa Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sekretariat kantor Badan Permusyawaratan Desa (BPD) desa Aek Goti berada satu atap dengan Kantor Kepala desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.


(47)

36 Kantor Badan Permusyawaratan Desa dan Kantor Kepala Desa berada di Jalan Besar Pandan Sari desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

3.3. Informan Penelitian

Menurut Hendarso (dalam Usman, 2009:50) Dalam penelitian Kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja, oleh sebab itu tidak dikenal adanya populasi dan sample. Bahkan subjek penelitian seperti disebutkan akan menjadi informan yang akan memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan merupakan orang yang menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2007: 108).

Adapun Informan dalam penelitian ini adalah :

a. Informan Kunci yaitu : Ketua Badan Permusyawaratan Desa, Anggota

Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa

b. Informan Utama yaitu : Sekretaris Desa

c. Informan Tambahan yaitu : Beberapa orang masyarakat yang

berdomisili di Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.


(48)

37 3.4. Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Metode pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh secara

langsung pada saat kita melakukan penelitian, sumber data yang diperoleh secara langsung dari orang-orang atau responden yang secara sengaja dipilih untuk memperoleh data-data atau informasi yang ada relefansinya dengan permasalahan penelitian.

a. Wawancara

Menurut Sugiyono (2007:194), wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung pewawancara kepada responden dan jawaban responden dicatat atau direkam. Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara (Abdurrahmat, 2005,105). Sedangkan menurut Moleong (2005:186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara mendalam (indeep interview)

dengan cara tanya jawab secara langsung, dimana peneliti menggunakan teknik mengikat dan disesuaikan dengan keadaan saat itu guna mendapatkan data yang


(49)

38 sebanyak mungkin dari informan sebagai sumber data dengan cara mencatat atau merekam hasil wawancara tersebut.

b. Observasi

Menurut Abdurrahman (2006:104) observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan – pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Observasi diartikan sebagai pengamatan secara langsung dari dekat terhadap fenomena obyek yang terjadi atau diteliti, sehingga memungkinkan untuk memperoleh gambaran dari fenomena yang sulit diperoleh dari orang-orang yang dijadikan sember data. Teknik ini dilakukan karena untuk mencari dan mendapatkan “sesuatu” diluar atau tidak mungkin diperoleh dari sumber data langsung, sehingga dapat diharapkan nilai data yang diterima melalui pengamatan langsung akan memberikan kekuatan pandangan tentang nilai atau validalitas data tersebut, sebagai pembanding dari sumber data baku yang sudah ada. Dan dalam penelitian ini teknik observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan.

2. Metode pengumpulan data sekuner yaitu data yang dikutip dari sumber-sumber

tertentu yang digunakan sebagai pendukung data primer, sumber data sekunder ini merupakan sumber data yang melengkapi serta memperkaya sumber data primer atau sumber data sekunder ini diperoleh dari data pendukung.

Data sekunder yang merupakan sumber data yang akan melengkapi sumber data primer, yaitu :


(50)

39

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meneliti dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan penelitian. Dengan teknik ini akan terkumpul data yang diperoleh dari nara sumber tetapi terdapat pada berbagai sumber tertulis, seperti dokumen-dokumen yang dikeluarkan pemerintah, laporan-laporan dan arsip-arsip lainnya. Dokumentasi diperlukan untuk memperoleh data-data yang relevan dengan permasalahan penelitian yang tidak mungkin diperoleh dengan observasi dan interview. Dokumentasi dilakukan dengan cara memilih dokumen-dokumen yang ada dan diambil data yang relevan dengan permasalahan penelitian.

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku – buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti (Suyanto, 2005 :55-56).

3.5. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif. Data diperoleh kemudian diolah secara sistematis. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya dalam satu – satuan, yang dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan


(51)

40 analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian ( Moleong, 2006: 274).

Dalam melakukan analisis data, menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009: 246) ada langkah – langkah yang harus dilakukan yaitu :

a. Reduksi data (Data reduction) yang merupakan proses merangkum,

mengikhtisarkan atau menyeleksi data dari catatan lapangan yang kemudian dimasukkan dalam kategori tema yang mana, fokus atau permasalahan yang mana sesuai dengan fokus penelitian.

b. Penyajian data (Data display) merupakan proses penyajian data kedalam

sejumlah matrik yang sesuai yang berfungsi untuk memetakan data yang telah direduksi, juga untuk memudahkan mengkontruksi didalam rangka menuturkan, menyimpulkan dan mnginterprestasikan data sehingga memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

c. Penarikan kesimpulan, membuat suatu kesimpulan sementara yang dapat

dijadikan sebagai suatu pembekalan dalam melaksanakan penelitian untuk memberikan penafsiran dari data yang diperoleh terutama data yang berhubungan dengan fokus penelitian. Penarikan kesimpulan atau vertifikasi dilakukan dengan longgar, tetap terbuka, tetapi semakin lama lebih semakin rinci berdasarkan kumpulan-kumpulan data yang diperoleh dilapangan dan mengakar dengan kokoh. Data yang diperoleh dilapangan, disajikan sedemikian rupa, kemudian dianalisa terhadap data tersebut untuk memperoleh hasil yang sebenarnya.


(52)

41 Dari ketiga tahapan analisis ini dapat digambarkan dengan bentuk skema sebagai berikut :

Tabel 3.1 ANALISIS INTERAKTIF

Sumber : Miles dan Huberman (1984), (dalam bukunya Sugiono, 2008 : 147).

Pengumpulan data Penyajian data

Reduksi data Penarikan kesimpulan atau


(53)

42 BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Desa Aek Goti terletak di Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Desa ini merupakan Ibukota Kecamatan Silangkitang.

Adapun batas wilayah desa ini adalah sebagai berikut:

a. Batas wilayah

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rintis

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Binanga Dua

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ulumahuam

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Siram

b. Luas wilayah

Desa Aek Goti merupakan desa terkecil di Kecamatan Silangkitang,

dengan luas 31.00 KM2 dengan perbandingan terhadap jumlah penduduk per

1KM2 adalah 172 jiwa. Kemudian luas wilayah menurut penggunaan lahan nya

adalah untuk bangunan sebanyak 62Ha, untuk tanaman kelapa sawit yaitu seluas

476Ha dan untuk tanaman karet seluas 580Ha dan untuk keperluan lainnya 35Ha


(54)

43

4.1.2 Keadaan Penduduk

a. Jumlah penduduk berdasarkan umur

Berdasarkan data penelitian tahun 2014 adapun jumlah penduduk di desa Aek Goti berjumlah 5.330 jiwa, dengan usia produktif yaitu 15-56 tahun adalah yang terbanyak dengan jumlah 3.992 jiwa, kemudian terbanyak kedua adalah penduduk yang berusia lebih dari 56 tahun yaitu sebanyak 766 jiwa, ketiga adalah usia antara 7-15 tahun yaitu sebanyak 344 jiwa, adapun usia balita sebanyak 137 jiwa dan bayi sebanyak 27 jiwa. Berikut data disajikan dalam tabel :

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk berdasarkan umur

NO INDIKATOR JUMLAH

1 0-12 bulan 27 orang

2 > 1-<5 tahun 137 orang

3 >5-<7 tahun 64 orang

4 >7-<15 tahun 344 orang

5 >15-56 tahun 3992 orang

6 >56 tahun 766 orang

Jumlah 5330 orang

Sumber : Hasil Penelitian 2014

b. Jumlah penduduk berdasarkan gender

Dari jumlah penduduk tersebut terbagi atas 1.231 ribu kepala keluarga (KK). Dengan perbandingan antara jumlah laki – laki dengan perempuan hampir sama / cukup seimbang. Jumlah penduduk laki – laki adalah 2.653 jiwa dan jumlah penduduk perempuan adalah 2.677 jiwa.


(55)

44 Tabel 4.2. Jumlah Penduduk berdasarkan Gender

No INDIKATOR JUMLAH

1 Jumlah Penduduk 5.330 orang

2 Jumlah Laki – laki 2.653 orang

3 Jumlah Perempuan 2.677 orang

4 Jumlah Kepala keluarga 1.231 KK

Sumber : Hasil Penelitian 2014

c. Jumlah penduduk berdasarkan agama

Penduduk desa Aek Goti memeluk agama islam sebanyak 99% dan selebihnya beragama Kristen. Adapun sarana tempat ibadah di Desa Aek Goti berjumlah 14 dimana mesjid berjumlah 10 buah dan mushola berjumlah 4 buah. Berikut diperlihatkan dalam tabel :

Tabel 4.3. Sarana tempat beribadah

NO INDIKATOR JUMLAH

1 Masjid 10 buah

2 Musholla 4 buah

Jumlah 14 buah

Sumber : Hasil Penelitian 2014

d. Jumlah penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Penduduk desa Aek Goti sebagian besar telah mengenyam pendidikan wajib belajar 9 tahun, hal itu terlihat dari tidak adanya masyarakat yang putus sekolah selama wajib belajar 9 tahun. Namun di sisi lain masih ada warga nya yang buta huruf yaitu sebanyak 15 orang. Berdasarkan data yang ada, penduduk dengan usia 15 tahun keatas yang tamat SD/Sederajad berjumlah 879 jiwa dan yang tidak


(56)

45 tamat SD/Sederajad berjumlah 173 jiwa. Pada tingkat SLTP/sederajad, jumlah penduduk yang tamat berjumlah 564 jiwa dan untuk tingkat SLTA jumlah penduduk yang tamat adalah 246 jiwa, sedangkan penduduk yang tamat D-3 berjumlah 19 jiwa. Berikut disajikan tingkat pendidikan penduduk desa Aek Goti ada pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO INDIKATOR SUB INDIKATOR JUMLAH

1 Pendidikan

Penduduk Usia 15 Tahun keatas

1.Jumlah penduduk buta huruf 15 Orang

2.Jumlah Penduduk tidak tamat SD/Sederajat

173 Orang 3.Jumlah penduduk tamat

SD/Sederajat

879 Orang 4.Jumlah penduduk tamat

SLTP/Sederajat

564 Orang 5.Jumlah penduduk tamat

SLTA/Sederajat

246 Orang

6 Jumlah penduduk tamat D-1 - Orang

7.Jumlah penduduk tamat D-2 - Orang

8.Jumlah penduduk tamat D-3 19 Orang

9.Jumlah penduduk tamat sarjana

- Orang

2 Wajib belajar 9

tahun dan putus sekolah

1. Jumlah penduduk usia 7- 15 tahun masih sekolah

650 Orang

2. Jumlah penduduk usia 7-15 tahun putus sekolah

- orang

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Sarana pendidikan yang tersedia di Desa Aek Goti dapat dikatakan cukup memadai, tidak hanya sekolah negeri, sekolah swasta juga terdapat di Desa Aek Goti. Adapun jumlah gedung sekolah dasar berjumlah 5 buah, terdiri dari 4


(57)

46 sekolah dasar negeri dan 1 sekolah dasar swasta. Gedung SMP berjumlah 3 buah dan hanya merupakan sekolah swasta, dan gedung SMA berjumlah 3 buah, terdiri dari 1 sekolah SMA negeri dan 2 SMA swasta. Selain sarana pendidikan formal juga terdapat sarana pendidikan non formal/kursus yaitu berjumlah 5 buah dan lembaga pendidikan agama berjumlah 5 buah. Berikut disajikan dalam tabel sarana pendidikan :

Tabel 4.5. Sarana Pendidikan

No INDIKATOR SUB INDIKATOR JUMLAH

1 Prasarana

pendidikan

1.Jumlah SMA Negeri 1 Buah

2.Jumlah SMA Swasta 2 Buah

3.Jumlah SMP Swasta 3 Buah

4.Jumlah SD Negeri 4 Buah

5.Jumlah SD Swasta 1 Buah

6.Lembaga pendidikan agama 5 Buah

7.Lembaga pendidikan lain (Kursus sejenisnya )

5 Buah

Jumlah 20 Buah

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Adapun jumlah tenaga pendidik/guru di Desa Aek Goti masih dapat dikatakan belum cukup jumlah nya dibandingkan dengan jumlah siswa yang akan diajar, baik untuk sekolah negeri maupun untuk swasta. Jumlah guru yang ada di Desa Aek Goti adalah 146 orang dan jumlah siswa nya adalah 2232 orang. Berikut disajikan dalam tabel data perbandingan jumlah guru dengan siswa:


(58)

47 Tabel 4.6 Jumlah Guru dan Siswa

NO INDIKATOR SUB INDIKATOR JUMLAH GURU

JUMLAH SISWA

1.

Tenaga pendidik / Guru

1. Sekolah Dasar (SD)

Negeri 28 orang 956 orang

2. Sekolah Dasar (SD)

Swasta 8 orang 65 orang

3. Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Swasta 56 orang 586 orang

4. Sekolah Menengah

Atas (SMA) Negeri 19 orang 290 orang

5. Sekolah Menengah

Atas (SMA) Swasta 35 orang 335 orang

Jumlah 146 orang 2232 orang

Sumber : Hasil Penelitian 2014

4.1.3 Perekonomian Masyarakat

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di desa Aek Goti dapat dikatakan cukup baik. Banyaknya kegiatan ekonomi yang terjadi di desa Aek Goti membuat desa ini menjadi salah satu pusat perdagangan. Di Desa ini juga diadakan pekanan sekali seminggu yaitu pada hari selasa. Adapun yang menjadi mata pencaharian penduduk, umumnya bekerja sebagai petani, pedagang, dan peternak. Di Desa Aek Goti terdapat lembaga perekonomian yang mendukung kegiatan ekonomi mereka seperti pasar, lembaga koprasi, toko/kios, warung makan, dan angkutan umum. Berikut data disajikan dalam tabel :


(59)

48 Tabel 4.7. Perekonomian Masyarakat

NO INDIKATOR SUB INDIKATOR JUMLAH

1. Kelembagaan

Ekonomi

Pasar / Pekan 1 Buah

Industri Rumah Tangga 20 Buah

Toko/kios 22 Buah

Warung makan 14 Buah

Angkutan Umum 1 Buah

Jumlah 58 Buah

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Dari data kegiatan perekonomian masyarakat di atas, tidak sedikit juga masyarakat desa yang pengangguran, hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan jumlah penduduk usia kerja yaitu 2050 jiwa dengan jumlah penduduk yang berada pada usia kerja yaitu 3256 jiwa. Ada sekitar ±1000 jiwa yang menjadi pengangguran di Desa Aek Goti. Berikut data disajikan dalam tabel :

Tabel 4.8 Jumlah penduduk yang bekerja dan tidak bekerja

NO INDIKATOR SUB INDIKATOR JUMLAH

1. Pengangguran Jumlah penduduk usia

kerja 15-56 tahun

2050 orang Jumlah penduduk usia

15-56 orang

3256 orang Penduduk wanita usia

15-56 tahun menjadi ibu rumah tangga

1290 orang

Penduduk usia >15tahun cacat sehingga tidak dapat bekerja

2 orang


(60)

49

4.1.4 Partisipasi Masyarakat

Penduduk merupakan potensi utama dalam setiap pembangunan. Pengaruh penduduk dapat menjadi tolak ukur dalam setiap perencanaan pembangunan, efektif atau tidaknya pembangunan tersebut dapat dilihat dari pastisipasi masyarakat. Masyarakat Desa Aek Goti memiliki tingkat partisipasi yang cukup tinggi dalam setiap kegiatan yang ada di Desa Aek Goti. Hal tersebut dapat terlihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 4.9. Partisipasi Masyarakat

No INDIKATOR SUB INDIKATOR JUMLAH

1 Pemilihan

Umum

1.Legislatif

. Jumlah Penduduk memiliki hak pilih 5524 Orang

. Jumlah Penduduk Menggunakan hak pilih

3622 Orang

2.Presiden/Wakil Presiden 5396 Orang

. Jumlah Penduduk memiliki hak pilih 3303 Orang

. Jumlah PendudukMenggunakan hak pilih

2424 Orang

2 Pemilihan

Kepala Daerah

1.Gubernur/Wakil Gubernur 5390 Orang

. Jumlah Penduduk memiliki hak pilih 3531 Orang

. Jumlah Penduduk menggunakan hak pilih

2840 Orang

2.Bupati/Wakil Bupati 5196 Orang

. Jumlah Penduduk memiliki hak pilih 3335 Orang

. Jumlah Penduduk menggunakan hak pilih

2678 Orang Pemilihan

Kepala Desa

Cara penentuan Kepala Desa/Sebutan lain

Musyawarah /Dipilih

. Jumlah penduduk memiliki hak pilih 3575 Orang

. Jumlah penduduk menggunakan hak pilih 3016 Orang Musyawarah Rencana Pembangunan( MUSRENBA NG)

1.Jumlah penduduk yang ikut dalam musrenbang

59 Orang

2.Jumlah peserta laki – laki 38 Orang


(1)

101 BPD sendiri mendapatkan insentif sebesar ± Rp.500.000 per tahun dan diberikan kepada setiap anggota BPD. Uang tersebut lah yang digunakan untuk biaya oprasional anggota BPD, dari hasil wawancara dengan ketua BPD dan anggota BPD, mereka mengatakan uang tersebut dirasa masih kurang, untuk biaya oprasional tidak cukup untuk setahun bekerja, sehingga seringkali ketua BPD yang terpaksa harus menggunakan uang pribadi untuk keperluan kerja BPD. Pemerintah desa sendiri juga tidak dapat berbuat banyak, karena memang BPD tidak mendapatkan gaji yang tetap seperti perangkat desa lain nya.

c) Sarana dan prasarana yang kurang memadai

Sarana dan prasarana BPD Desa Aek Goti yang belum terpenuhi seperti fasilitas ruang kerja tersendiri untuk BPD. Gedung BPD tidak ada. Selain itu, BPD juga tidak memiliki peralatan kerja seperti komputer, meja, kursi, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan tidak adanya alokasi dana yang cukup untuk membuat sarana dan prasarana dan untuk memfasilitasi BPD dalam melakukan kegiatan. Perlunya juga perhatian dari pemerintah pusat dan kabupaten dalam mendukung kinerja anggota BPD, tidak hanya dengan memberi pelatihan/bimbingan saja untuk meningkatkan kapasitas anggota BPD, sarana dan prasarana pendukung kerja juga haruslah diperhatikan, namun hal tersebut belum menjadi perhatian pemerintah pusat dan kabupaten.


(2)

102 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan atas uraian bab – bab terdahulu maka penulis coba mengemukakan beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam menampung dan menyampaikan aspirasi masyarakat belum berjalan dengan baik. Sebagai lembaga formal BPD tidak melakukan rapat/pertemuan rutin dengan masyarakat. BPD melakukan perannya melalui perwiritan yang diadakan di tiap dusun, hal tersebut dikarenakan sikap masyarakat desa cenderung kurang peduli terhadap pemerintah desa.

2. Masih banyak juga masyarakat menyalurkan aspirasinya kepda kepala dusun, hal itu disebabkan ketidakpaham masyarakat Desa Aek Goti mengenai apa itu BPD serta peran mereka di desa.

3. BPD desa Aek Goti telah melakukan perannya sebagai fungsi legislasi. BPD desa Aek Goti telah menetapkan satu peraturan desa tentang Alokasi Dana Desa (ADD). Namun, Terdapat beberapa kendala dalam membuat Peraturan Desa. Pertama ketidakmampuan anggota BPD dalam menyusun Perdes yang sesuai dengan keadaan Desa Aek Goti, kedua, adanya komunikasi yang kurang baik antara pemerintah desa dengan anggota BPD menyebabkan kesalahpahaman dalam menyusun Perdes, dan ketiga kurangnya sosialisasi terhadap perdes tersebut membuat adanya penolakan dari masyarakat.


(3)

103 4. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung seperti kantor, meja, kursi,

komputer dan alat kantor lainnya membuat anggota BPD terkendala dalam melaksanakan tugasnya.

6.2 Saran

1. Peningkatan pola hubungan komunikasi antara anggota BPD dengan masyarakat di Desa Aek Goti. Rapat sebaiknya harus dilakukan secara intensif dan terkoordinasi, kemudian memperkenalkan diri dan tugasnya sebagai anggota BPD. Hal ini dilakukan supaya masyarakat lebih memahami lagi fungsi dan peranan BPD berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Pemerintah pusat dan Kabupaten diharapkan memperhatikan dengan sungguh-sungguh pendapatan/insentif yang diterima BPD, fasilitas operasional dan sarana prasarana seperti kantor permanen BPD dan balai pertemuan yang akan digunakan BPD dalam melakukan sosialisasi fungsi dan peranannya dengan masyarakat.

3. Perlunya peningkatan kapasitas anggota BPD sebagai mitra kerja pemerintah desa dengan cara memberi pelatihan dan pendidikan kepada anggota BPD. Pelatihan tersebut dapat dilakukan secara bertahap baik ditingkat kabupaten maupun ditingkat kecamatan. Harapan dari terlaksananya program pendidikan dan pelatihan tersebut adalah dapat meningkatkan kinerja anggota BPD dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai mitra kerja pemerintah desa, selain itu juga perlu memberi motivasi kepada setiap anggota BPD agar lebih bersemangat dalam bekerja.


(4)

104 DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat, Fathoni. 2005. Metodilogi Penelitian dan teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta. Rineka Cipta

Ali, Madekhan. 2007. Orang Desa Anak Tiri Perubahan.Malang. Averroes Press. Bungin, M.Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Kencana Prenada Media

Group

Djuharie, Setiawan. 2001. Pedoman Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung. Yrama Widya.

Hurlock, E.B. 1979. Personality Development. New Delhi. Tata McGraw-Hill Publishing Company ltd.

Huda, Ni’Matul. 2009. Otonomi Daerah (Filosofi,Sejarah Perkembangan dan Problematika. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Juliantara, Dadang.

Misdyanti, 1993. Fungsi Pemerintah Daerah Dalam Pembuatan Peraturan Daerah. Jakarta. Bumi Aksara

Moleong, J. Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

____________. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

Nurcholis.H, 2011,Pertumbuhan & Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta Erlangga.

Poerdwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Singarimbun, Masri.1995.Metode Penelitian Survay.Jakarta : PT.Pusaka LP3NS

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian (Editor). 1998. Metode Penelitian Survai (Edisi Revisi).Jakarta : LP3ES

Sudirwo, Daeng. 1991. Pembahasan pokok-pokok pemerintahan di daerah dan pemerintahan desa. Bandung. Angkasa


(5)

105 _______. 2010. Metode Penelitian Kulitatif Kuantitatif Bandung. Alfabeta

_______. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. CV.Alfabeta.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta. Prenada Media.

Solekhan, Moch. 2012. Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Malang. Setara Pers.

Syaukani, HR. 2005. Mengolah Data Pada Mysql server. Elex Media Komputerindo

Usman, Husaini. 2009. Metode Penelitian sosial (edisi Kedua).Jakarta. Bumi Aksara

Wasistiono Sadu dan Tahir Irwan. 2006. Prospek Pengembangan Desa. Bandung: Fokus Media.

Widjaja, AW.2001. Pemerintahan Desa/Marga,Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Winardi. 1996. Istilah Ekonomi. Bandung. Penerbit Mandar Maju.

Zakaria, Y.2004. Merebut Negara. Yogyakarta. Lapera Pustaka Utama.

_______, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996:705

Skripsi dan Tesis

Hia, Primuadi.2006. Tesis. Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) dalam Proses Demokratisasi di Kecamatan Pancurbatu Kabupaten Deliserdang. SEKOLAH PASCASARJANA USU.


(6)

106 Utami, Eko Tri.2007. Skripsi. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Perencanaan Pembangunan Desa. FISIP USU

Sumber Perundang – Undangan :

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Presiden No 72 Tahun 2005 tentang Desa

PEMENDAGRI No. 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Sumber Internet :

(http://www.kabarindonesia.com /berita.php?pil=20&jd= Optimalisasi +Peran +Strategis +BPD&dn di akses pada 5 februari 2014 pukul 19.47).


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (Studi Tentang Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Telaga Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

27 261 148

Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Otonomi Desa

3 68 100

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Tentang Proyek Desa Di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan)

35 350 77

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembangunan Pertanian Di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

1 71 103

Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria

0 40 88

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka - Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

1 16 11

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

1 1 10