Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB IX

Bab Sembilan

Upaya Peningkatan
Modal Sosial
Pengantar
Peningkatan modal sosial dapat dilakukan melalui kelembagaan formal
maupun informal. Peningkatan modal sosial melalui kelembagaan formal akan
diuraikan bagaimana pembentukan koperasi akan meningkatkan modal sosial,
khususnya dalam rangka untuk mewujutkan tercapainya kepentingan bersama.
Demikian pula peningkatan

modal sosial melalui kelembagaan non formal

akan diuraikan tentang bagaimana komitmen pengusaha terhadap permenuhan
kebutuhan pasar, serta harmonisasi antara bisnis dan hubungan sosial.
Upaya peningkatan modal sosial juga dapat dilakukan melalui fasilitasi
dari pemerintah. Selanjutnya akan diuraikan tentang bentuk-bentuk fasilitasi dari
pemerintah yang akan dapat meningkatkan modal sosial, yang antara lain perkuatan
pasar,sistem pemerintahan maupun dalam bentuk kebijakan (peraturan).
249


Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

Demikian juga diuraikan tentang bagaimana kondisi yang mempengaruhi
peningkatan modal sosial yang antara lain tentang pertumbuhan ekonomi maupun
perubahan teknologi
Peningkatan Modal Sosial melalui Kelembagaan Formal
Dinamika klaster pada periode awal pertumbuhan/embrio, tumbuh
dan dewasa, serta penurunan dan transformasi menunjukkan bahwa
peranan kelembagaan sangat penting yang berfungsi dalam peningkatan
modal sosial. Seperti halnya di klaster cor logam, dimana pada awal
pertumbuhan/embrio tahun 1954 mula pertama dibentuk kelembagaan
koperasi yang berfungsi sebagai peningkatan modal sosial. Dengan adanya
koperasi maka tumbuh nilai-nilai kepercayaan dan kebersamaan dalam
melakukan kegiatan usaha. Misalnya dalam pengadaan bahan baku dan
pemasaran. Demikian pula ditunjukkan

pada saat lembaga koperasi

diintervensi oleh kepentingan politik sehingga kelembagaan tidak
transparan menyebabkan modal sosial mengalami penurunan secara dratis

yang ditandai dengan dibubarkannya koperasi tersebut.
Pada tahun 1976 juga dibentuk kelembagaan koperasi Batur Jaya
untuk mengatasi modal sosial yang mulai menurun sebagai dampak dari
politik. Pada saat sekarang, peranan kelembagaan melalui koperasi Batur
Jaya yang dikelola secara lebih transparan dan demokratis. Dalam kondisi
tingkat persaingan yang ketat para pelaku usaha klaster yang merupakan
anggota koperasi masih menunjukkan loyalitas kepada koperasi dan
menunjukkan kecenderungan jumlah anggota yang semakin bertambah
dari tahun ke tahun. Kenyataan tersebut diatas, sebenarnya mematahkan
pendapat Bourdieu yang mengatakan bahwa modal sosial digunakan
250

Upaya Peningkatan Modal Sosial

untuk membentuk suatu kelas sosial tertentu dalam rangka untuk
mempertahankan suatu status quo. Namun dalam kenyataannya bahwa
modal sosial yang dikelola secara transparan dan mempunyai manfaat
terhadap para pengrajin melalui suatu kelembagaan justru dapat lebih
memupuk modal sosial secara keseluruhan tanpa adanya suatu kelas.
Namun perlu diperhatikan seperti pendapat Coleman yang

mengatakan bahwa individu dalam mencapai sesuatu tujuan perlu suatu
kerjasama. Dalam kenyataannya apa yang ditemukan pada klaster logam
Ceper apabila dalam suatu kerja sama sudah tidak dapat memberikan suatu
manfaat lagi, ada kecendrungan akan meninggalkan komitmen yang ada di
dalam kelembagaan tersebut dan akan bekerja sendiri serta membangun
modal sosial dengan kerja sama dengan pihak lain.
Untuk memupuk modal sosial peranan kelembagaan sangat
penting, karena untuk mencapai suatu keberhasilan perlu adanya suatu
kebersamaan yang diikat melalui kelembagaan. Fungsi kelembagaan
koperasi yang dikelola secara transparan dapat menciptakan modal sosial
yang cukup tinggi bagi para anggotanya, karena dengan pengelolaan
secara transparan maka para anggotanya merasa memperoleh manfaat
dengan adanya kelembagaan koperasi tersebut. Pengelolaan kelembagaan
secara transparan menjadikan modal sosial bukan sebagai sarana untuk
mempertahankan status quo, namun justru dapat melayani seluruh
anggotanya, seperti yang diungkapkan oleh Yuli.
”Koperasi Batur Jaya secara kelembagaan bagus, bahkan di
Indonesia menduduki peringkat pertama atau kedua. Keberhasilan
koperasi ditunjang oleh komitmen yang kuat dari para pengurus
untuk melaksanakan visi dan misi koperasi, disamping juga adanya

251

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

transparansi baik dalam memulai suatu order, penentuan harga,
maupun penentuan kontrak dengan para anggotanya. Semuanya
dilaksanakan dengan transparan. Model pembagian fee juga
dilakukan secara bersama-sama dengan anggota. Pembagiannya
adalah bagi anggota yang mendapatkan order maka akan dibeli
dengan harga yang sudah disepakati oleh koperasi, sedangkan bagi
anggota yang tidak mendapatkan order tetap mendapatkan fee
dari laba penjualan koperasi”.
Modal sosial akan tumbuh melalui kelembagaan apabila anggota
merasa bahwa untuk mencapai suatu keberhasilan perlu adanya
kebersamaan di dalam organisasi, namun pada waktu tujuan tercapai dan
anggota merasa sudah berhasil, dimungkinkan anggota akan melepaskan
diri dari kelembagaan tersebut, sehingga modal sosial dalam kelembagaan
dipandang tidak perlu sebagaimana disampaikan oleh Anas Yusuf:
”Meskipun secara umum, peranan koperasi dan modal
sosial anggota sampai saat ini masih cukup bagus. Namun akhirakhir ini, koperasi mempunyai kendala dengan berkurangnya

para anggota yang sudah merasa maju untuk tidak terlibat
dalam kegiatan koperasi. Mula-mula para anggota tersebut,
belum mempunyai kemampuan yang cukup sehingga bergabung
dengan koperasi tetapi ketika sudah mapan, beberapa anggota
meninggalkan koperasi bahkan ada yang bersaing dalam ikut
order rem kereta api tahun 2009 dan ternyata dimenangkan oleh
orang tersebut. Sedangkan koperasi kalah bersaing”

252

Upaya Peningkatan Modal Sosial

Pelayanan kelembagaan dalam membangun modal sosial harus
mempunyai suatu strategi yang tepat. Sebagaimana yang disampaikan
Soeyitno sebagai berikut:
“Koperasi dalam memenuhi kepentingan anggotanya seharusnya
memberikan pelayanan khusus bagi kebutuhan para anggotanya,
diantaranya adalah kebutuhan mencari pasar dan pemenuhan
kebutuhan bahan baku yang diusahakan secara bersama. Apabila
koperasi memproduksi sendiri dan akhirnya juga bersaing dengan

anggotanya, maka akan melemahkan modal sosial di dalam Koperasi
itu sendiri”
Peningkatan Modal Sosial melalui Kelembagaan Non Formal
Selain lembaga formal sebagaimana tersebut diatas, maka
peningkatan modal sosial dapat dilakukan melalui lembaga non formal.
Bentuk kerjasama bisnis non formal (lembaga) di dalam klaster, berupa
kerjasama bisnis melalui keluarga dan kegiatan (pertemuan) sosial.
Dalam kerjasama bisnis tersebut, melibatkan banyak pihak yang
tidak homogen sehingga untuk meningkatkan modal sosial perlu adanya
penyamaan persepsi yang dilakukan melalui beberapa cara, antara lain:
dialog dan komunikasi secara intens, transparansi dan bersikap adil serta
menujunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Menurut para pelaku usaha
(Didik, Husain, Yahya, dll) bahwa modal sosial di masyarakat dapat
ditingkatkan melalui:

253

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

a)


Komitmen Untuk Memenuhi Tuntutan Pasar Eksternal
Adanya tuntutan pasar terhadap kualias produk yang tinggi
menyebabkan pelaku usaha yang merasa kualitasnya rendah,
memberikan order kepada pelaku usaha lain yang kualitasnya
dianggap bisa memenuhi permintaan pasar tersebut. Pada kondisi
seperti ini, modal sosial dapat meningkat karena kepentingan
masing-masing individu terpenuhi dalam kegiatan bisnis. Artinya
pelaku usaha yang melimpahkan order mendapatkan fee atas jasa
informasinya sedangkan pelaku usaha yang melaksanakan order akan
mendapatkan keuntungan.
Demikian pula harga pembelian produk yang transparan
dan semua orang bisa menghitung produk tersebut, menyebabkan
persaingan menjadi lebih transparan, karena pelaku usaha yang
merasa tidak mampu memberikan harga yang sesuai akan mundur.
Perihal adanya syarat jadwal waktu penyelesaian produk secara ketat
dan banyaknya perusahaan pesaing, mendorong pengusaha untuk
mematuhi komitmen terhadap peyelesaiannya. Hal tersebut, untuk
membangun modal sosial kepercayaan kepada pelanggan dan pihakpihak lainnya.
Faktor lainnya yang mendorong masyarakat pelaku usaha

lebih berkomitmen yaitu adanya on line system pada Bank Indoneia
mengakibatkan para pelaku usaha untuk berusaha mentaati
pembayaran kredit bank. Apabila pelaku usaha menunggak
pembayaran kredit, maka akan diketahui oleh seluruh bank yang ada
di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan modal sosial kepercayaan
kepada eksternal menjadi terbangun.

254

Upaya Peningkatan Modal Sosial

b) Menjaga Harmonisasi Antara Bisnis Dengan Hubungan Sosial
Ada beberapa hal keharmonisasian di dalam klaster Ceper
tetap terjaga diantaranya adanya sikap para pengusaha besar walaupun
sudah tidak membutuhkan keberadaan order dari koperasi, namun
tetap menjaga koperasi agar tetap eksis dalam rangka memberikan
kesempatan pengusaha kecil untuk berusaha dan membangun modal
sosial kebersamaan. Demikian pula pelaku usaha di Ceper dalam
melakukan bisnis masih mengedepankan etika bisnis karena hampir
sebagaian besar pengusaha adalah keluarga. Dengan etika bisnis

tersebut, membuat modal sosial menjadi tinggi. Keberadaan latar
belakang budaya santri di Ceper, menyebabkan nilai-nilai agama
djunjung tinggi oleh pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya.
Nilai-nila agama tersebut, mendorong peningkatan modal sosial
berupa kebersamaan, kepercayaan dan resiprositas (saling memberi).
Peningkatan Modal Sosial melalui Fasilitasi Pemerintah
Pelaku usaha didalam klaster mempunyai keterbatasan baik aspek
pasar, produksi, pengembangan teknologi serta pendanaan. Keterbatasan
tersebut dikarenakan skala usahanya relatif kecil. Adapun fasilitasi
Pemerintah yang diperlukan untuk terciptanya peningkatan modal sosial,
diantaranya:
a)

Stimulasi Pemerintah Dalam Perkuatan Pasar, Kualitas Produk, dan
Pendanaan.
Seperti halnya pada fase tumbuh dan dewasa, tahun 1970-

255

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster


1990, dimana Pemerintah Pusat memfasilitasi berbagai macam
diantaranya mendorong para BUMN untuk memberikan akses pasar
dan pengadaan bahan baku, bantuan peralatan yang memungkinkan
para pelaku usaha secara bersama-sama menggunakan alat tersebut
serta pengembangan teknologi. Fasilitasi tersebut berdampak pada
kebersaman para pelaku usaha.
b) Perkuatan Sistem Pemerintahan Dalam Era Desentralisasi.
Pada era sentralisasi, para pelaku usaha dalam klaster merasa
begitu banyak pendampingan baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi
maupun Pemerintah Kabupaten yang semuanya didukung oleh
tenaga profesional yang mengetahui tentang kondisi klaster tersebut.
Namun dalam kenyataan pada era desentralisasi seperti saat ini,
ditemui berbagai kelemahan yang menyebabkan klaster cor logam
Ceper merasa diperlakukan “pembiaran” oleh pemerintah.
Kelemahan

tersebut, diantaranya keengganan Pemerintah

Pusat untuk memfasilitasi program di Ceper secara langsung karena

merasa kewenangan tersebut lebih banyak di Tingkat Daerah.
Demikian pula, di tingkat provinsi maupun daerah dalam era
desentralisasi menganut sistem kelembagaan miskin struktur kaya
fungsi yang mengakibatkan kelembagaan-kelembagaan di bidang
pengembangan industri djadikan satu dengan lembaga lainnya.
Dengan kata lain, saat ini tidak ada lembaga pemerintah yang
menangani khusus klaster industri secara lebih fokus, termasuk Ceper.
Sehingga pada era desentralisasi diperlukan perkuatan
kerjasama baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten
untuk lebih fokus dalam pengembangan industri khususnya pada
256

Upaya Peningkatan Modal Sosial

klaster-klaster industri. Sedangkan perkuatan kelembagaan di Tingkat
Provinsi dan kabupaten kota lebih difokuskan pada pengembangan
industri melalui model pengembangan alastis.
c)

Fasilitasi Peraturan yang Mendukung UMKM Dalam Era Globalisasi.
Adanya tekanan globalisasi mendorong adanya kompetisi
yang lebih terbuka, transparan dan kemudahan dalam prosedur
sistem pelelangan. Kondisi tersebut dalam kenyataannya, dengan
kemudahan sistem prosedur pelelangan yang sangat sederhana dan
mudah justru berdampak negatif, karena peserta lelang banyak diikuti
oleh perusahaan bukan produsen barang yang tentunya lebih eisien
dibanding koperasi produsen seperti halnya koperasi Batur Jaya.
Dampak negatif dari pelelangan terbuka tersebut, mengakibatkan
pemenang tender yang bukan produsen mengajak beberapa anggota
koperasi untuk bekerjasama dalam penyelesaian order tersebut.
Kondisi tersebut berdampak pada perusakan terhadap usaha-usaha
pemupukan modal sosial. Oleh karena itu, perlu adanya suatu aturan
yang lebih ketat dalam pelelangan dan juga aturan-aturan yang
menunjukkan keberpihakan kepada koperasi.
Kebjakan pemerintah pada tataran mikro yang tepat akan
dapat meningkatkan modal sosial, hal ini dapat dilihat dari sejarah
dimana klaster logam yang tidak mempunyai peralatan permesinan,
dan diberikan bantuan permesinan yang dikelola secara bersama
melalui koperasi dirasakan mempunyai manfaat yang besar. Namun
akhir-akhir ini kebjakan pemerintah secara makro yang sangat
diilhami adanya pasar bebas telah meruntuhkan keberadaan modal
sosial, seperti yang diungkapkan oleh Yuli.
257

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

”Permasalahan klaster saat ini adalah dengan adanya Kepres
No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/jasa Pemerintah yang mempermudah usaha dalam
melakukan tender. Dengan tidak adanya perlakuan khusus
bagi koperasi akhirnya berdampak pada penuruan order
untuk koperasi. Saat ini memang sistem di Indonesia
benar-benar liberal, Pemerintah membiarkan pengusaha
bersaing bebas di pasar. Dengan adanya kemudahan dalam
melaksanakan tender dan syarat yang lunak, menyebabkan
banyak perusahaan yang hanya mempunyai ijin tapi tidak
mempunyai fabrikan akhirnya dapat memenangkan suatu
tender dengan harga yang sangat rendah yang akhirnya dapat
mengalahkan koperasi. Demikian juga anggota koperasi yang
merasa sudah kuat dan tidak mempunyai komitmen terhadap
koperasi, akhirnya juga dengan mudahnya mengikuti tender
dan akirnya dapat memenangkan tender walaupun harus
melakukan persaingan dengan koperasi”
Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi Modal Sosial
Modal sosial akan lebih dapat tumbuh pada kondisi perekonomian
yang tumbuh, karena pada perekonomian yang tumbuh dan potensi
pasar yang berkembang mengakibatkan adanya suatu kerjasama yang
baik diantara UMKM. Namun sebaliknya pada perekonomian yang
menurun dan dibarengi dengan potensi pasar yang juga menurun maka
mengakibatkan persaingan yang tajam dan seringnya terjadi persaingan
yang tidak benar. Kenyataan tersebut seperti apa yang terjadi pada kondisi
258

Upaya Peningkatan Modal Sosial

klaster tumbuh dan dewasa (1970-1998), dimana pertumbuhan ekonomi
dan pasar untuk produk cor yang meningkat, yang mendorong adanya
kerjasama yang baik diantara pelaku usaha sehingga dapat dikatakan bahwa
pada periode tersebut modal sosial mengalami peningkatan. Sebaliknya
pada era setelah tahun 1998, setelah terjadi krisis ekonomi dimana tingkat
persaingan antar pelaku usaha didalam klaster semakin meningkat dan
mengakibatkan klaster mengalami trasformasi telah menunjukan bahwa
modal sosial pada era tersebut mengalami penurunan.
Demikian pula perubahan teknologi yang lebih canggih dan lebih
kompleks yang diupayakan oleh masing-masing anggota berdampak
negatif pada modal sosial. Hal ini dikarenakan anggota yang memproduksi
suatu produk dengan teknologi lebih canggih dapat mengerjakan produk
secara mandiri tanpa melibatkan dukungan industri lainnya (subcontract).
Dengan demikian usaha yang sebelumnya dapat dilakukan secara
bersama, kemudian dikerjakan secara mandiri. Hal tersebut berdampak
pada penurunan pemupukan modal sosial. Kondisi ini akan berbeda,
apabila teknologi yang canggih dengan investasi yang besar disediakan
oleh koperasi, sehingga anggota tidak perlu melakukan investasi sendiri,
namun cukup menggunakan secara bersama. Dengan demikian modal
sosial akan meningkat.
Kesimpulan
Keberadaan modal sosial sangat penting bagi perkembangan klaster,
sehingga perlu terus didorong dan dikembangkan. Peningkatan modal
sosial dapat diupayakan melalui kelembagaan formal maupun informal,
serta fasilitasi pemerintah.
259

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

Keberadaan lembaga formal, seperti koperasi, yang dikelola secara
bersama dan transparan memiliki peranan yang sangat penting bagi
upaya menciptakan dan meningkatkan keberadaan dan fungsi modal
sosial. Pengelolaan kelembagaan secara transparan menjadikan modal
sosial bukan sebagai sarana untuk mempertahankan status quo, namun
justru dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak. Sedang
peningkatan modal sosial juga dapat dilakukan melalui lembaga non
formal berupa kerja sama bisnis keluarga melalui keluarga dan kegiatan
(pertemuan) sosial yaitu dengan cara mempunyai komitmen terhadap
pemenuhan tuntutan pasar maupun menjaga harmonisasi antara bisnis
dan hubungan sosial
Fasilitasi pemerintah dalam meningkatkan modal sosial pada klaster
dapat diupayakan melalui stimulasi dalam perkuatan pasar, kualitas produk
dan pendanaan, demikian pula pemerintah perlu mengadakan perkuatan
sistem pemerintahan dalam era desentralisasi, sehingga perhatian dalam
pengembangan industri UMKM melalui klaster akan lebih terfokus. Tidak
kalah pentingnya dalam peningkatan modal sosial di dalam klaster adalah
perlu adanya fasilitasi peraturan yang mendukung UMKM.
Namun demikian, dewasa ini peranan dan keberadaan modal sosial
dalam mendukung perkembangan klaster semakin menghadapi tantangan
yang berat, baik dari kondisi perekonomian global maupun teknologi yang
berubah dengan cepat.

260

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB I

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB II

1 2 72

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB III

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB IV

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB V

0 2 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB VI

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB VII

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB X

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah

0 0 3