Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB IV

Bab Empat

Gambaran Umum Klaster
Cor Logam Ceper-Klaten
Pengantar
Klaster cor logam di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten berdiri sejak jaman
penjajahan Belanda, Jepang, masa Kemerdekaan hingga saat ini. Keberadaannya
berdampak bagi perkembangan perekonomian di Kabupaten Klaten khususnya dan
Jawa Tengah pada umumnya. Guna mengetahui kondisi klaster, potensi klaster,
permasalahan klaster dan upaya perbaikan yang telah dilakukan, diperlukan adanya
gambaran umum klaster cor logam di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten.
Bab ini menggambarkan kondisi umum klaster cor logam di Kecamatan
Ceper, Kabupaten Klaten, yang meliputi : proil klaster cor logam Ceper, jenis industri
yang ada di klaster cor logam Ceper, pihak-pihak yang terkait dengan cor logam,
permasalahan yang berkaitan dengan klaster cor logam dan upaya perbaikannya.
Proil klaster merupakan gambaran umum tentang klaster yang meliputi lokasi
geograis klaster, sumber dan jenis bahan baku, kapasitas produksi, perkembangan

117

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster


teknologi, pemasaran, jumlah perusahaan dan penyerapan tenaga kerja serta
rantai nilai klaster. Sedangkan permasalahan klaster dibagi dalam: permasalahan
tenaga kerja, modal, ketersediaan bahan baku, proses produksi dan tuntutan sisi
permintaan. Guna mengatasi permasalahan tersebut, juga ditampilkan tentang
upaya perbaikan yang telah dilakukan oleh klaster.
Kondisi Geograis Kecamatan Ceper
Kecamatan Ceper merupakan salah satu kecamatan dari 26
kecamatan di Kabupaten Klaten. Luas total wilayah kecamatan Ceper
sebesar 24,45 km2. Jumlah penduduk total di Kecamatan Ceper tahun
2008 adalah 63.830 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 2.610
jiwa/km2 (Klaten Dalam Angka, 2009). Batas-batas Wilayah Kecamatan
Ceper yaitu:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Delanggu.
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Karanganom dan
Kecamatan Ngawen.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Trucuk dan Kecamatan
Klaten Utara.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pedan.


Gambar 4.1. Peta lokasi klaster cor logam Ceper

Gambar 4.1. Peta lokasi klaster cor logam Ceper

118

Gambaran Umum Klaster Cor Logam Ceper-Klaten

Kegiatan perekonomian di Kecamatan Ceper didominasi oleh
sektor perdagangan, industri dan pertanian yakni sejumlah 5.220, 4.265
dan 4.264 rumah tangga, sedangkan sektor pertambangan, bangunan
dan listrik, gas dan air, angkutan/ transportasi, jasa dan sektor lainnya
masing-masing secara berurutan sebesar 213, 512, 2.607, 3.084, 2.687
rumah tangga. Data PDRB kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dimana
penyumbang pendapatan terbesar adalah di sektor industri pengolahan,
perdagangan, hotel dan restoran dan diikuti oleh sektor pertanian. Klaster
cor logam berada di 3 desa di Kecamatan Ceper yaitu Desa Tegalrejo, Desa
Ngawonggo, dan Desa Batur. Beberapa industri juga ada yang berada di
sekitar ketiga desa tersebut, diantaranya Desa Klepu, Desa Kurung dan
Desa Dlimas.

Tabel 4.1
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Kecamatan Ceper Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

No
01
02
03
04
05
06
07
08
09

RINCIAN
Pertanian
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik dan air minum

Bangunan / Kontruksi
Perdagangan, hotel dan restoran
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
Jasa-jasa
Jumlah

NILAI
(juta rupiah)
72.357,91
39,49
369.954,72
9.011,82
22.807,54
170.768,17
10.848,85
13.195,36
17.292,64
686.276,50


Sumber : Klaten Dalam Angka, tahun 2009

119

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

Bahan baku dan Jenis Produk
Bahan baku cor logam adalah besi cor yaitu paduan besi-karbon
dengan kandungan karbon diatas 2 % (pada umumnya sampai dengan
4 %). Paduan ini memiliki sifat mampu cor yang sangat baik namun
memiliki elongasi yang relatif rendah. Jenis-jenis produk yang dihasilkan
(dengan mengambil sample dari 30 perusahaan) dapat dilihat pada tabel
4.2.
Tabel 4.2.
Jenis-jenis Produk cor Logam yang Dihasilkan
No
1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Jenis Produk

Perlengkapan PDAM (klem, pipa, pintu air, spare
part hydrant)
Lampu Jalan, Lampu antik
Anak Timbangan dan Pemberat
Meja, Kursi Antik / Taman
Teralis
Peralatan/perlengkapan PT.KAI
Komponen Mesin Industri
(Otomotif, Tenun, Genteng, dll)
Pompa Air
Peralatan Teknologi Tepat Guna
Spare part Dinamo / Diesel
Pagar, Roda Pintu
Dek Kapal
Ornamen / Asesoris Logam
Peralatan Rumah Tangga
Peralatan Kompor, Sarangan
Peralatan Listrik, Jaringan, Tegangan, Komponen
PLN
Rubber Roll

Peralatan Mesin Penggergajian Kayu
Teralis
Street Box
Peralatan Pertanian
Spare Part Molen
Jumlah

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2010

120

Jumlah

Prosentase (%)

10

11,49

5

5
6
2
4

5,75
5,75
6,89
2,29
4,59

9

10,34

6
2
8
6
1

2

6,89
2,29
9,19
6,89
1,15
2,29

1
2

1,15
2,29

1

1,15

1

2
2
1
8
1
87

1,15
2,29
2,29
1,15
9,19
1,15
100

Gambaran Umum Klaster Cor Logam Ceper-Klaten

Jenis produk yang dibuat di Ceper cukup bervariasi, mulai dari
alat-alat pertanian tradisional (mata bajak sawah), alat-alat rumah tangga
(ornamen pagar, kursi taman, dan sebagainya), hingga kini beralih ke
produk mesin (spare part permesinan) seperti: pompa air, huller cylinder
rubber roll, tractor, dan sebagainya. Akhir-akhir ini yang banyak diproduksi
adalah produk spare part otomotif.
Jenis produk cor logam yang paling banyak diproduksi adalah
perlengkapan PDAM (klem, pipa, pintu air, dan spare part hydrant) dengan
prosentase sebesar 11,49%; komponen mesin industri (otomotif, tenun,
genteng, dll) dengan prosentase sebesar 10,34 %; spare part dinamo /
diesel dan peralatan pertanian, dengan prosentase masing-masing sebesar
9.19%; pompa air, meja kursi antik / taman, pagar, roda pintu dengan
prosentase masing-masing sebesar 6,89% (Widiastuti, 2010).
Kapasitas Produksi
Potensi ekonomi klaster cor logam sangat besar. Kapasitas produksi
per tahun sebesar + 50.000 ton. Nilai uang yang beredar + 400 Milyar/
tahun (harga jual besi cor Rp 8.000,00/kg). Sementara kapasitas terpasang
sebesar 150.000 ton/tahun, sehingga masih dapat ditingkatkan produksinya
sampai 3 kali produksi sekarang. Kegiatan produksi utama cor logam dan
permesinan membawa multiplier efect sebagai penggerak sektor ekonomi
yang lain.
Dibalik potensi nilai perdagangan yang besar, pelaku usaha dengan
modal sendiri dan terbatas banyak tersedot untuk pembelian bahan baku
(hampir 70% dari HPP) dan penjualan dengan tempo waktu tertentu,
biasanya 1 s.d. 3 bulan. Sementara harga bahan baku yang belum stabil/

121

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

cenderung naik, membuat pelaku usaha cor logam mulai menurunkan
produksinya. Hal ini disebabkan nilai uang menjadi rendah untuk
pembelian bahan baku. Padahal untuk proses pengecoran besi cor minimal
dibutuhkan 5 ton bahan baku sekali pengecoran.
Perkembangan Teknologi
Klaster cor logam mengalami perkembangan teknologi, meskipun
dapat dikatakan cukup lambat. Bila dilihat ke belakang, teknologi klaster
cor logam pada awalnya menggunakan teknologi besalen kemudian dapur
tungkik meningkat dengan teknologi dapur kupola dan meningkat lagi
dengan menggunakan teknologi dapur induksi. Melihat perkembangan
tersebut, dapat dikatakan bahwa masyarakat di Kabupaten Klaten,
khususnya klaster cor logam, sedang mengalami reformasi industri dari
proses sederhana hingga proses yang lebih modern/canggih. Ketiga
tingkat gradasi teknologi pengecoran logam tersebut hingga saat ini masih
beroperasi di lokasi industri pengecoran logam di Ceper.
Pemasaran
Sistem produksi produk industri cor logam dapat dibagi menjadi
2 cara, yaitu produk pasaran/pasar bebas (mass production) dan produk
berdasarkan job order. Produk pasaran diproduksi setiap hari meskipun
belum ada permintaan. Biasanya produk ini harganya relatif murah dan
nilai tambahnya kecil dengan kuantitas yang banyak. Sedangkan produk job
order nilai tambahnya besar tetapi kuantitasnya sedikit. Pola job order bila
ditingkatkan menjadi sub-kontraktor akan lebih aman keberlangsungan
produksinya dan memberikan nilai tambah yang lebih besar, sehingga
122

Gambaran Umum Klaster Cor Logam Ceper-Klaten

juga akan meningkatkan keuntungan yang lebih besar.
Pemasaran produk industri cor logam Ceper hampir semuanya
dilakukan untuk pasar dalam negeri (lokal) dan kurang dari 10% untuk
pasar ekspor. Kebutuhan lokal sebenarnya sangat besar nilai tambahnya,
terutama bila produk Ceper ini dapat ditingkatkan dengan memproduksi
besi dan baja paduan. Produk ini bisa dikatakan sudah berkualitas ekspor
karena dapat menjadi substitusi impor, terutama untuk spare part mesin
presisi.
Jumlah perusahaan cor logam
Pada tahun 90-an Ceper pernah dimahkotai sebagai ibu kota
pengecoran logam di Indonesia karena saat itu jumlah industrinya
mencapai lebih dari 325 industri, bahkan kapasitas terpasang mencapai
150.000 ton atau sekitar 40% kapasitas nasional (Baharuddin, 2010). Pada
tahun 2009 jumlah perusahaan pengecoran di Klaten sebanyak 295 usaha,
dengan jumlah tenaga kerja 4.822 orang (Klaten Dalam Angka, 2009).
Adapun daftar industri pengolahan di Klaten, dapat dilihat dalam Tabel
4.3.

123

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

Tabel 4.3
Jumlah Unit Usaha Menurut Bidang Usaha Indutri Logam,
Mesin Kimia dan Aneka Tahun 2009
No.

Bidang Usaha Industri

Jumlah Usaha (Unit)

Jumlah tenaga kerja
(orang)

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15

Pengecoran logam
Pandai besi
Rekayasa Teknik Bengkel
Percetakan, penerbitan dan foto copy
Farmasi, kimia produk
Kapas Kecantikan
Vulkanisir ban, tambal ban
Pembuatan Arang
Gerabah
Barang dari Bebatuan
Tegel, Produksi dan Semen
Bata Merah
Genteng
Keramik
Perbaikan benang/ tali temali

295
294

4.872
985

0
0
30
0
15
390
8
0
1.073
842
19
160

0
0
225
0
60
1.175
34
0
3.900
4.258
62
825

Sumber : Klaten Dalam Angka (2009)

Semenjak diberlakukannya perdagangan bebas dan otonomi
daerah, aktivitas klaster cor logam lambat-laun berkurang. Bahkan
menurut informasi dari PEMDA Klaten, saat ini jumlah usaha yang masih
berproduksi secara aktif tinggal 80 unit usaha saja (25%), 144 unit usaha
(45%) bekerja di bawah normal dan 96 unit usaha (30%) sudah tutup/mati.
Pada umumnya industri yang sudah dikatakan mati sebenarnya hanya
menghentikan produksi di pabriknya sendiri karena sudah tidak eisien
lagi dengan menggunakan dapur tungkik namun usaha mereka tetap jalan
dengan cara menjadi subkontraktor ke industri yang sudah menggunakan
dapur induksi. Mereka yang menggunakan dapur kupola pada umumnya
masih dapat bertahan. (Suara Merdeka, 2008).

124

Gambaran Umum Klaster Cor Logam Ceper-Klaten

Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja di klaster cor logam Ceper sekitar 4.000
orang. Selain berasal dari wilayah sekitar Ceper-Klaten, tenaga kerja
tersebut juga berasal dari daerah lain seperti Gunung Kidul-DIY,
Purwodadi-Jateng dan Pacitan-Jatim. Keberadaan aktiitas industri juga
medorong kegiatan-kegiatan usaha selain industri pengecoran logam.
Misalnya usaha perdagangan, mulai dari usaha warung makanan,
pemondokan dan lain-lain. Keberadaan perguruan tinggi Polman Ceper
juga menambah penduduk dari daerah lain masuk ke Ceper, sehingga
terjadi interaksi sosial antara penduduk asli, tenaga kerja pendatang dan
mahasiswa.
Rantai Nilai Klaster
Kegiatan utama klaster cor logam adalah pengecoran, permesinan dan
perakitan alat-alat/mesin tepat guna. Untuk mendukung proses tersebut
maka munculah kegiatan-kegiatan usaha ekonomi pendukungnya. Dalam
pengadaan bahan baku (besi dan kokas) ada suplier/pemasok utama. Bagi
pelaku usaha yang sudah besar dan mempunyai cukup modal biasanya
langsung dipasok oleh suplier utama, sedangkan bagi pelaku usaha yang
masih kecil masih mengandalkan peran broker/makelar sehingga harga beli
menjadi tinggi. Pemilihan supplier terutama broker/makelar didasarkan
pada kepercayaan pelaku usaha terhadap broker tersebut. Perbankan di
Ceper (BPR dan Kospin) saat ini berperan dalam pembiayaan dengan cara
meminjamkan uang dengan kompensasi bunga tertentu dalam pembelian

125

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

bahan baku tersebut. Bank-bank umum (terutama di Klaten) biasanya
untuk pembiayaan yang besar seperti untuk investasi dan modal kerja.
Bahan-bahan produksi selain besi dan kokas masih banyak
macamnya, seperti FeSi (silikon), FeMn (mangaan), pasir cetak, gamping
dan sebagainya. Dengan adanya bahan-bahan tambahan tersebut
akhirnya muncul toko-toko penyedia bahan-bahan tambahan untuk
pengecoran, permesinan dan perakitan. Mobilisasi di klaster cor logam
sangat tinggi sehingga menuntut transportasi yang mudah, cepat dan
murah, selain juga harus kuat karena kuantitas yang besar. Ada model
angkutan sampai dengan 500 kg dengan menggunakan gerobak yang
ditarik oleh kendaraan bermotor roda 2. Ini merupakan inovasi karena
sebelumnya menggunakan becak. Untuk angkutan di atas 500 kg biasanya
menggunakan kendaraan roda 4 model pick up kecil (s.d 3.000kg). Karena
banyaknya tenaga kerja selain dari daerah Ceper dan sekitarnya, banyak
dari luar daerah menuntut tempat tinggal bagi mereka, sehingga banyak
penduduk yang menyewakan rumahnya.
Sektor perdagangan di Ceper terutama didominasi hubungan antara
pemasok bahan baku pengecoran dengan pengrajin kecil cor logam. Disini
ada distributor besar dan broker/makelar. Pelaku usaha yang mempunyai
kapasitas produksi besar biasanya langsung ke distributor sedangkan
pengrajin kecil akan berhubungan dengan makelar.
Jenis Industri
Berdasarkan skala industrinya, industri klaster cor logam Ceper
terbagi menjadi empat yaitu industri rumah tangga dengan jumlah pekerja
1 – 4 orang dari keluarga, industri kecil dengan jumlah pekerja 5 – 19

126

Gambaran Umum Klaster Cor Logam Ceper-Klaten

orang dari luar keluarga, industri menengah dengan jumlah pekerja 20 –
99 orang dari luar keluarga dan industri besar dengan jumlah pekerja diatas
100 orang dari luar keluarga. Tabel jenis industri berdasarkan teknologi
dan jumlah pekerja dapat dilihat pada Tabel 4.4 (Kutanegara, 1994).
Tabel 4.4
Jenis Industri Berdasarkan Teknologi dan Jumlah Pekerja
Skala Industri

Teknologi

Jumlah pekerja

Industri rumah tangga

Alat sederhana
Tanpa alat cor

Keluarga
1-4 orang

Industri kecil

Alat sederhana
Alat cor (tungkik)

Luar keluarga
5 – 19 orang

Industri menengah

Alat modern
Tungkik/ kupola,
Mesin inishing (7 unit)

Luar keluarta
> 100 orang

Sumber: Kutanegara, 1994

Dilihat dari sisi manajemen dapat dibagi dalam 3 (tiga) perusahaan,
pertama perusahaan keluarga adalah perusahaan yang tidak menggunakan
tenaga administratif, tidak memiliki nama ataupun kalau ada tidak
dicantumkan (seperti PT atau CV). Kedua, apabila sudah menggunakan 2
(dua) atau 3 (tiga) tenaga administrasi disertai nama perusahaan menjadi
CV maka perusahaan termasuk perusahaan semi modern. Ketiga, ketika
perusahaan berkembang dan menggunakan tenaga administrasi lebih dari
3 (tiga), ada manager, dan nama perusahaan berubah menjadi PT maka
perusahaan tersebut termasuk dalam klasiikasi perusahaan modern (Ratih
dalam Kutanegara, 1994).

127

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

Tabel 4.5
Klasiikasi Perusahaan Cor logam
Manajemen perusahaa
Perusahaan keluarga
Perusahaan semi modern
Perusahaan modern

Penggunaan tenaga kerja
Tanpa tenaga adminstrasi
Tenaga administrasi
(2-3 orang)
Tenaga administrasi
(>3 orang)
Manager (1-4 orang)

Bentuk perusahaan
Tidak jelas
CV
CV dan PT

Sumber: Kutanegara, 1994

Sedang dilihat dari Jenis industri dapat diklasiikasikan menjadi
dua, pertama adalah jenis industri tradisional (craftmanship) dengan cara
produksi yang sederhana dan dilakukan para pelaku industri untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Jenis tradisional ini memiliki porsi lebih
banyak di klaster pengecoran di Kecamatan Ceper, yakni sebesar 65%.
Kemudian jenis yang kedua adalah jenis industri yang difokuskan menjadi
LERD (Local Economic Resource Development). Jenis produk dari industri ini
lebih modern dan berpotensi untuk tumbuh. Industri jenis kedua ini
mempunyai porsi dalam pengecoran logam di Kecamatan Ceper sebesar
35%. Jenis industri yang kedua tersebut juga lebih memfokuskan pada
pengembangan besi dan baja campuran.
Pihak-pihak yang Terkait dengan Cor Logam
Membicarakan industri pengecoran logam, selalu mencakup suatu
rangkaian aktivitas yang sangat panjang. Untuk dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan klaster cor logam diperlukan peranan aktif
dari berbagi pihak/stakeholder dalam membantu menggairahkan sektor
pengecoran logam sebagai sektor yang handal.
128

Dukungan terhadap

Gambaran Umum Klaster Cor Logam Ceper-Klaten

klaster cor logam sudah dilakukan oleh beberapa lembaga baik pemerintah
maupun swasta, tetapi biasanya hanya bersifat insidentil dan sepotongsepotong tanpa ada keberlanjutannya.
Beberapa lembaga pembinaan sebenarnya telah berdiri di Ceper
dan mempunyai misi memberikan bimbingan, baik dalam hal teknik dan
manajemen ataupun dalam hal informasi pasar. Beberapa lembaga tersebut
antara lain Lembaga Pendidikan Polman-Ceper, Koperasi Industri Batur
Jaya (KBJ), Perusahaan Daerah (Perusda), Unit Informasi Usaha Kecil dan
Koperasi (UIUKK), serta Institut Logam (IL). Kedua lembaga yang disebutkan
terakhir, sekarang sudah tidak berjalan lagi. Selain itu ada beberapa
lembaga di luar Ceper yang aktif mengadakan pembinaan baik berupa
bimbingan, pelatihan dan pendampingan dalam rangka pemberdayaan
klaster, misalnya: Balai Besar Pengembangan Industri Logam dan Mesin
(MIDC), Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA), Politeknik Manufaktur
(Polman) Bandung, Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Surakarta,
dan lain-lain. Untuk mendukung perkembangan yang lebih pesat, pada
tahun 2003 didirikan Politeknik Manufaktur Ceper (Polman Ceper) untuk
memenuhi sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dalam
bidang pengecoran. Pendirian Polman memanfaatkan kelembagaan yang
sudah ada yaitu Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang telah berdiri sejak
tahun 1982 dan Laboratorium Logam Ceper yang berdiri sejak tahun
1997.
Untuk mendukung produksi dan pemasaran yang lebih berkembang,
pada tahun 1976 didirikan organisasi yang berfungsi sebagai fasilitator
dan berbadan usaha yaitu Koperasi Industri “Batur Jaya” (KBJ). Pendirian
koperasi ini difasilitasi oleh Departemen Koperasi dan Departemen
Peridustrian. Pada awal pendiriannya, KBJ mewadahi 94 anggota, dan
129

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

berkembang sampai sekarang menjadi 224 anggota (Koperasi Batur Jaya,
2004).
Dalam perannya sebagai fasilitator, koperasi sudah melakukan
beberapa pembinaan terhadap anggotanya, antara lain berupa pembinaan
SDM dan usaha bisnisnya, seperti penyaluran kredit dari lembaga
keuangan baik dari perbankan maupun dari BUMN. Salah satu kegiatan
pembinaan organisasi dan SDM yang sudah dilakukan adalah melalui
pembentukan Forum Rembug Klaster yang dinamakan “Kerabat Cinta
Prestasi”, meskipun saat ini kegiatan tersebut sudah tidak berjalan lagi.
Penguatan Kapasitas (Capacity Building) terhadap kelembagaan yang sudah
ada perlu ditingkatkan, sehingga kelembagaan yang sudah ada dapat
menjadi suporting terhadap klaster cor logam Ceper.
Permasalahan Pengembangan Klaster Cor Logam
Permasalahan yang dihadapi oleh klaster cor logam Ceper-Klaten
diantaranya meliputi masalah Tenaga kerja, permodalan, ketersediaan
bahan baku, proses produksi dan tuntutan sisi permintaan. Tenaga kerja
klaster cor logam sebagian besar hanya berpendidikan SD atau bahkan
tidak tamat SD, sebagian kecil saja tamatan SLTP, SMU/SMK, dan hampirhampir tidak ada yang berpendidikan diploma atau sarjana yang sesuai
dengan bidang usahanya. Peningkatan dalam pengetahuan, ketrampilan
dan etos kerja sesuai norma dan standard industri yang kompetitif menjadi
kendala utama. Kendala ini juga membatasi industri pengecoran logam
Ceper dalam kemampuannya untuk melakukan inovasi dan kreasi.
Demikian pula kemampuan klaster cor logam untuk melakukan
investasi bagi teknologi baru dan pengadaan modal kerja untuk bahan

130

Gambaran Umum Klaster Cor Logam Ceper-Klaten

baku, energi dan faktor-faktor sekunder lain semakin rendah, meskipun
sebagian industri masih mampu melakukannya dengan modalnya sendiri.
Sekalipun sering terdengar ada kebjakan-kebjakan pemerintah yang
memberikan kemudahan yang berpihak pada industri kecil, kenyataannya
di lapangan tidaklah demikian. Bahkan kenaikan harga kokas, BBM,
bahan baku (besi dan baja) dan rencana kenaikan TDL, bakal mengurangi
kemampuan permodalan bagi pelaku usaha klaster cor logam. Di satu sisi
peralatan dan mesin mereka bila dikembangkan dengan teknologi yang
lebih baru untuk menghasilkan efesiensi tinggi membutuhkan modal
investasi yang besar. Perbankan saat ini masih sulit untuk memberikan
kredit yang berkaitan dengan investasi mesin-mesin dengan teknologi
baru. Disamping, pemerintah kurang berpihak kepada industri pengeceron
Klaten dan lebih memperhatikan bantuan permodalan untuk sektorsektor yang lain, seperti batik dan lurik.
Saat ini proses produksi yang sesuai dengan standar mutu dan harga
produk yang kompetitif sulit didapat. Karena skala produksi menjadi
sedikit/ kecil maka pembelian bahan bakupun menjadi sedikit sehingga
harganya menjadi mahal. Akibat kondisi pasar yang menurun maka
bahan baku yang digunakan pun bukan dari jenis dan kualitas yang
bagus. Akibatnya hasil produksinya menjadi rendah kualitasnya. Karena
kualitas produknya rendah maka kemampuan tawar juga menjadi rendah
dan cenderung hanya memperhatikan harga murah. Karena kemampuan
penjualannya rendah, bahan baku yang digunakan hampir 100 %
menggunakan scrap/besi bekas yang ketersediaannya juga terbatas. Untuk
dapat mengembangkan produk yang berkualitas, diperlukan juga bahan
baku berkualitas yang diolah dari alam (pig iron).

131

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

Klaster cor logam sebagai industri hulu yang produknya untuk
mamasok industri hilir (rakitan), pada kenyataannya belum eisien dalam
memanfaatkan aset dan sumber-sumber daya produksi, nilai tambah
penggunaan bahan baku masih rendah, dan daya saing dalam merebut
pasar masih rendah, sehingga kegiatan usahanya belum mencapai skala
ekonomi sesuai kapasitas atau ukuran sarana produksinya.
Pertambahan nilai, umumnya dimulai dari pengembangan produk
melalui rekayasa dan rancang bangun, yang kemudian dilanjutkan
dengan perencanaan proses, penyediaan bahan baku, proses produksi dan
pengawasan mutu. Parameter utama dalam proses produksi dan proses
teknologi ini adalah eisiensi yang bersifat produktif, alokatif maupun
teknikal, dan skala ekonomi. Masalah utama dalam proses produksi adalah
kemampuan, kapasitas dan sistem mutu, yang semuanya berkaitan erat
dengan pemilihan teknologi dan organisasi.
Dalam proses pertambahan nilai, keseluruhan faktor yang berkaitan
dengan produktiitas dari sebuah industri adalah selisih antara laju
pertumbuhan nilai luaran (output) dan laju kenaikan rata-rata masukan
(input). Kedua faktor ini menentukan kelangsungan hidup industri
tersebut. Ini berarti perbaikan atau penyempurnaan yang berkelanjutan
(continous improvement) harus selalu dilakukan oleh suatu industri sehingga
faktor produksi selalu positip. Namun pada kenyataannya industri
pengecoran logam Ceper masih belum banyak melakukan efisiensi yang
bersifat produktif dikarenakan keterbatasan teknologi dan manajemen
perusahaan.
Dari sisi tuntutan permintaan proses produksi cenderung mengikuti

132

Gambaran Umum Klaster Cor Logam Ceper-Klaten

tren persaingan pasar bebas dan selera pelanggan yang semakin berorientasi
pada mutu, harga, ketepatan waktu kirim dan layanan purna jual. Sayangnya
klaster cor logam pada umumnya lemah dalam posisi tawar-menawar,
kurang memiliki kemampuan dan kesempatan lobi seperti industri besar
sehingga secara umum mereka tidak menguasai pasar. Akibatnya, dalam
melakukan penjualan sering melalui perantara, yang bahkan bisa berlapislapis, yang tentu saja motivasinya hanya mencari untung sebesar-besarnya
dengan menekan produsen. Akibat kurangnya perbaikan mutu, dan akibat
yang lain seperti adanya perantara, pengrajin kecil sebagai produsen
seringkali tidak pernah mengenal konsumen maupun standar mutu
dan spesiikasi produk yang dikehendaki konsumen. Kondisinya akan
berbeda bila perantara juga berfungsi sebagai perusahaan yang mempunyai
kompetensi untuk menjaga kualitas, maka pelaku usaha klaster cor logam
akan lebih mudah untuk mejaga kualitas hasil produksinya.
Model subkontraktor dengan perusahaan/industri besar sangat
cocok diterapkan. Saat ini belum banyak klaster cor logam yang dapat
menjadi subkontraktor industri besar.
Pengrajin kecil sebagai produsen tidak bisa mengevaluasi produknya
di konsumen, apakah diterima atau ada kekurangan yang perlu
disempurnakan. Karena tidak berhubungan langsung dengan konsumen,
maka usaha perbaikan mutu secara berkesinambungan sulit dilakukan
oleh pelaku usaha, khususnya pengrajin kecil. Pengrajin kecil juga tidak
mampu mengembangkan produk-produk lain untuk segmen pasar yang
baru, sehingga umumnya mereka saling meniru dan saling berebut segmen
pasar yang sudah jenuh. Produk mereka hampir 90 % adalah besi cor/
besi tuang kelabu dan 10 % besi dan baja paduan (besi cor ductile dan baja

133

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

paduan: baja karbon, baja low mangan, stainless steel, dan sebagainya).
Upaya Perbaikan
Upaya perbaikan yang selama ini sudah dilakukan untuk
mengembangkan IKM cor logam baik yang kecil dan menengah antara
lain (Yuli, 2008): a) melakukan pelatihan eco-eisiensi/ eisiensi produksi
dalam rangka mempertahankan kualitas produksi di pasaran, b) dengan
berdasarkan fokus pengembangan cor logam yang telah disusun oleh
team LERD perlu dikembangkan produk yang mempunyai nilai tambah,
c) melakukan pengadaan bahan baku secara bersama melalui koperasi, d)
perkuatan lembaga pendidikan Polman sebagai lembaga untuk uji kualitas
produk, e) melakukan kerjasama pelatihan-pelatihan dengan berbagai
pihak yang dikoordinir oleh Koperasi Batur Jaya, f) melakukan kerjasama
dengan perusahaan besar, sepeti Kubota, Astra dan yang baru-baru ini
dengan Panasonik, g) pengadaan bantuan-bantuan peralatan dan teknologi
dari BPPT dan Departement Perindustrian, h) penyediaan prototype/desain
peralatan, i) penyediaan sarana promosi dan informasi melalui Koperasi
Batur Jaya, j) pelatihan dan magang bekerjasama dengan PT. Astra, PT.
United Tractor (UT), Kubota dan Panasonik.
Kesimpulan
Keberadaan klaster cor logam di Klaten memiliki peranan yang
penting bagi perekonomian daerah. Kapasitas produksi per tahun sebesar
+ 50.000 ton. Nilai uang yang beredar + 400 Milyar/tahun (dengan asumsi
harga jual besi cor Rp 8.000,00/kg). Sementara kapasitas terpasang sebesar

134

Gambaran Umum Klaster Cor Logam Ceper-Klaten

150.000 ton/tahun,
Klaster cor logam berada di 3 desa di Kecamatan Ceper yaitu Desa
Tegalrejo, Desa Ngawonggo, dan Desa Batur. Produksi utama adalah
besi cor putih, besi cor merah dan besi cor kelabu dalam bentuk alat-alat
pertanian, alat rumah tangga, produk mesin dan otomotif.
Proses produksi sudah berubah dari dapur tungkik, dapur kupola
dan dapur induksi. Tapi ketiga proses produksi tersebut masih tetap ada.
Sebagian besar masih untuk memenuhi pasar dalam negeri, dengan sistem
pemasaran berdasarkan job-order. Pernah mengalami masa keemasan di
tahun 90-an dengan lebih dari 325 industri. Sekarang tinggal 25% yang
aktif, 45% bekerja di bawah kapasitas dan 30% tutup/mati.
Bersama dengan industri sejenis, industri pendukung dan jasa
pendukung sudah menjadi klaster, meskipun belum berfungsi optimal.
Manajemen klaster dilaksanakan dalam bentuk koperasi Industri Batur
Jaya.

135

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

136

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB I

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB II

1 2 72

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB III

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB V

0 2 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB VI

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB VII

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB IX

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB X

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah

0 0 3