KOMUNIKASI ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI JAWA TIMUR (STUDI KASUS BONEK DAN AREMANIA).

KOMUNIKASI ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI
JAWA TIMUR
(Studi kasus Bonek dan Aremania)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi
Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi
(S.I.Kom.) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh :
M. Teguh Alimudin
NIM. B76208073

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2015

KOMUNIKASI ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI
JAWA TIMUR
(Studi kasus Bonek dan Aremania)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi
Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi
(S.I.Kom.) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh :
M. Teguh Alimudin
NIM. B76208073

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2015

ABSTRAK
M. Teguh alimudin, 2015. Komunikasi Antar Kelompok Suporter Sepakbola di
Jawa Timur. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata kunci : Komunikasi Antar Kelompok suporter, Proses Komunikasi antar

Kelompok suporter di Jawa Timur
Penelitian yang berjudul, Komunikasi Antar Kelompok Suporter di Jawa
Timur ada dua persoalan yang dikaji dalam penelitian ini,yaitu (1) Bagaimana
pola komunikasi antar suporter Bonek dan Aremania ? (2) Media apa saja yang
digunakan suporter Bonek dan Aremania dalam berkomunikasi ?
Untuk mengungkapkan persoalan tersebut secara menyeluruh dan
mendalam, dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan observasi dan
wawancara. Subjek dari penelitian ini merupakan elemen-elemen suporter yang
berada di kota Surabaya dan Malang, terutama yang memiliki aliansi besar di kota
masing-masing, data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan
dianalisis menggunakan teori “Paradigma Komunikatif” milik Jurgen Habernas.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dalam mengadakan suatu forum
suporter,suporter harus berkonsolidasi dengan suporter lain lintas elemen suporter
agar bisa berjalan dengan damai dan tidak terjadi bentrokan antar suporter di
forum,kajian-kajian dalam menganalisi isu yang berkembang juga menjadi point
penting dalam suksesnya forum yang dilakukan oleh suporter,hal yang paling
melatarbelakangi terjadinya forum ini adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh
PSSI yang tidak mempertimbangkan nasib klub sepakbola di indonesia mulai dari
perubahan jadwal,denda,sampai terakhir yakni mafia bola,hal ini yang

menyebabkan suporter merevolusi PSSI.

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ........................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B.

Fokus Penelitian ............................................................................................. 6


C.

Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 7
E.

Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................................ 7

F.

Definisi Konsep ............................................................................................... 8

G. Kerangka Pikir Penelitian dan Hipotesis ......................................................... 9
H. Metode Penelitian ............................................................................................ 10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................... 11
2. Pemilihan Subyek Penelitian .................................................................... 12
3. Tahap-Tahap Penelitian ............................................................................ 12


4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................. 17
5. Teknik Analisis Data ...................................................................................................... 18
6. Teknik Keabsahan Data .................................................................................................. 18
I. Sistematika Pembahasan..................................................................................... 19

BAB II KAJIAN TEORI
A.

Kajian Pustaka....................... .......................................................................... 21
1. Konsep Dasar Komunikasi dan Pengertian Komunikasi Kelompok ........ 21
2. Prinsip Dasar Kelompok ........................................................................... 22
3. Karakteristik Komunikasi Kelompok ....................................................... 30
4. Fungsi Komunikasi Kelompok ................................................................. 32
5. Dinamika Kelompok ................................................................................. 34

B.

Kajian teori ..................................................................................................... 46

BAB III PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian ............................................... 54
1. Deskripsi Subjek penelitian.................................................................. 54
2. Deskripsi Obyek Penelitian .................................................................. 52
3. Lokasi Penelitian .................................................................................. 57
B. Deskripsi Data Penelitaian ................................................................................ 59
1. Deskripsi Pola Komunikasi Antar Kelompok Suporter ....................... 66
2. Deskripsi Proses Komunikasi Antar Kelompok Suporter .................... 69

BAB IV ANALISIS DATA
A. Temuan Penelitian............................................................................................. 75
B. Analisis Data ..................................................................................................... 87

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 92
B. Saran ................................................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Rivalitas antara Bonek-Aremaia bermula sejak dekade 90-an,saat itu
Walikota malang menyebutkan di media bahawa Arek Surabaya (Bonek)
haram datang ke kota Malang pasca terjadi kerusuhan antara genk-genk
Surabaya dan genk-genk Malang pada konser kantana taqwa yang
dilaksanakan di Gelora 10 November. Yang mana setelah konser
tersebut,akan ada pertandingan antara Persema vs Persebaya. Pernyataan
Walikota tersebut langsung ditanggapi tokoh sepakbola Surabaya, M.
Barmen. Beliau menyebutkan, statement tersebut tidak pantas diucpkan oleh
orang yang merupakan representasi warga.

Ketika pertandingan antara Persema vs Persebaya tersebut, pemain dan
official Persebaya sudah mendapat terror dari Ngalamania (pendukung
persema) dan pemain Persema sejak memasuki stadion. Yang lebih
parahnya lagi Nukirman pemain Persebaya , diketapel pleh pendukung
persema dan mengenai matanya, sehingga mengakibatkan beliau buta

(sampai saat ini belum ada yang bertanggung jawab). Bahkan walikota

1

2

Surabaya pada saat itu yang ikut hadir di Gajayana pun tak luput dari teror
pendukung persema

Arema pada saat itu masih berumur 3 tahun, pada saat itu, Arema
memang sudah memiliki supporter yang banyak. Karena untuk mencari
dukungan, Arema menyewa jasa preman untuk menggerakan massa. Saat ini
rivalitas Bonek-Ngalamania berubah menjadi Bonek-Aremania karena pada
dasarnya persebaya adalah tim besar dan basis suporternya juga besar. Ini
merupakan strategi Arema,jika berani menjadi musuh sesuatu yang
besar,maka dia pun akan menjadi besar

Sebenarnya sudah ada perjanjian damai yang di fasilitasi oleh kapolda
jatim, perjanjian itu di teken di mapolda jatim yang di tandatangani oleh
perwakilan dari kedua supporter Bonek dan Aremania, didalam perjanjian

tersebut salah satunya tertulis dilarang melewati wilayah Surabaya atau
Malang dengan mengenakan atribut Bonek atau Aremania, tetapi apa yang
terjadi kemarin Aremania memakai atribut waktu melintas di Surabaya
waktu menuju Gresik

Meskipun sekarang Persebaya berlaga di kompetisi Indonesia Premier
League dan Arema berlaga di Indonesia Super League tidak menutup
kemungkinan untuk kedua supporter Bonek dan Aremania bentrok karena

3

di Jawa Timur banyak klub sepak bola yang ikut kompetisi di dua liga
tersebut,pada saat persebaya bertanding melawan persema malang ada
sebagian supporter dari Persebaya yang tidak memakai atribut Bonek datang
langsung mendukung langsung di stadion Gajayana Malang di serang oleh
supporter Arema Malang yang melakukan sweping KTP,selang beberapa
hari setelah kejadian penyerangan Aremania terhadap bonek di malang.
Arema bertanding melawan Persegres Gresik United di stadion petro kimia
Gresik, ribuan Aremania berangkat menuju Gresik melintasi daerah
Surabaya timbulah aksi balas dendam soal kejadian pengeroyokan supporter

bonek di Malang,ditambah aksi beberapa Aremania yang melempari rumah
warga di sekitar tol dengan batu sehingga terjadilah bentrok antara Bonek
dan Aremania. .
Dalam kesehariannya manuasia tidak lepas dari aktivitas komunikasi
begitu juga supporter sepakbola,sebelum mendukung tim kesayangan
masing-masing . Semula hanya satu dua orang yang terlihat namun di
sepanjang perjalannan mereka terus berkomunikasi dengan sesama anggota.
Hal tersebut terlihat ketika satu diantara pemuda tersebut menggunakan
media telepon seluler untuk saling bertukar pesan lewat pesan singkat, di
perjalanan mereka bertemu anggotanya dan menjadi sekumpulan suporter.
Disaat berkumpulnya secara terpisah-pisah dijalan raya supoter tersebut
melakukan komunikasi yang intens antar sesama

4

suporter. Tidak hanya itu saja yel-yel yang mereka teriakan di dalam stadion
dan berbagai atribut yang mereka gunakan merupakan bentuk dari
komunikasi baik verbal maupun nonverbal.
Komunikasi tersebut tidak hanya berlangsung saat menyaksikan
pertandingan di stadion, namun juga dilakukan diluar stadion. Dewasa ini

teknologi komunikasi yang cangih membantu suporter sepakbola tersebut
dalam berkomunikasi dengan anggota-anggotanya kordinator suporter
maupun komunikasi antar sesama anggota. Komunikasi yang dibangun
dengan baik dan dilakukan secara terus-menerus selain dapat meningkatkan
semangat kebersamaan antar anggota juga dapat mengontrol anggotaanggotanya baik yang berada di daerah Surabaya dan Malang maupun yang
di luar daerah.
Dengan media telekomunikasi seperti halnya telpon seluler maupun
dengan media internet antar supporter dapat bertukar informasi dengan cepat
pada anggota-anggota lainnya. Komunikasi didalam kelompok suporter
sangatlah penting, hal tersebut dapat dilihat dari setiap kali pertandingan
akan digelar, baik melalui media jejaring sosial seperti facebook,twitter dan
blackberry messenger maupun pesan singkat melalui telepon seluler
digunakan untuk mengumpulkan dan mengkordinir anggota-anggotanya
untuk berkumpul dan memberikan dukungan pada tim kesebelasan
kesayangannya.

5

Anggota suporter yang berasal dari berbagai latar belakang serta
pemikiran berbeda-beda, juga merupakan tantangan dalam berkomunikasi
antar sesama anggota. Komunikasi yang dilakukan antar kordinator dengan
anggota maupun antar sesama anggota suporter membuat peneliti ingin
meneliti pola komunikasi dalam kelompok tersebut. Apalagi bila melihat
kembali Image kekerasan dan rusuh yang terlanjur melekat dalam kelompok
tersebut serta keanekaragaman latar belakang membuat peneliti ingin
mengetahui proses komunikasi yang terjadi antar supporter bola khususnya
Bonek dan Aremania.
Kesan keras dan rusuh yang terlanjur melekat pada kelompok suporter
pendukung Persebaya dan Arema tersebut membuat siapapun yang
mendengar nama Bonek dan Aremania menjadi resah bahkan takut, namun
sekarang beberapa anggota Bonek dan Aremania yang mencoba
menampilkan sisi lain mereka dengan mengadakan kegiatan bakti sosial.
Berangkat dari latar belakang diatas kemudian penulis membuat judul
“komunikasi antar supporter sepakbola”. Dikarenakan dalam mendukung
klub kebanggaannya masing-masing elemen suporter biasanya mengadakan
masa konsolidasi terlebih dahulu, jadi hal inilah yang ingin penulis teliti
dimana mulai dari bangunan isu itu dibentuk sampai pada masa aksi itu
dilakukan

6

B.

Fokus Penelitian

Fokus penelitian bertujuan memberikan batasan pembahasan masalah
penelitian, dari uraian tersebut di tentukan rumusan masalah sebagai berikut

1. Bagaimana pola komunikasi antar supporter bonek dan aremania
2. Media apa saja yang digunakan supporter bonek dan aremania dalam
berkomunikasi ?

C. Tujuan Penelitian
1. Memahami proses komunikasi antar supporter sepak bola
2. Mengetahui bahasa verbal dan non verbal dalam komunikasi kelompok
dalam dunia supporter.

D. Manfaat Penelitian
1.

Teoritis
Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah dalam bidang ilmu komunikasi dan sebagai bahan pertimbangan
bagi prodi ilmu komunikasi untuk bahan bacaan dan referensi bagi semua
pihak.

7

2.

Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menegembangkan studi Ilmu
Komunikasi di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya itu sendiri.
Dan juga dapat menambah pemahaman masyarakat. Sedangkan untuk
peneliti sendiri diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan daya kritis
dan nalar serta mempertajam pengetahuan dan pengalaman bermasyarakat.

E. Kajian hasil penelitian terdahulu
Disini penulis mengambil skripsi karya Siswanto Pramujiono yang
berjudul Pola komunikasi Yasasan Suporter Surabaya. Dimana kesamaan
dengan skripsi ini adalah terletak pada analisis pola komunikasi
suporternya sedangkan kedua skripsi ini memiliki fokus yang sangat
berbeda,dimana skripsi milik siswanto ini lebih berfokus di yayasan
suporter surabaya saja sedangkan skripsi milik penulis disini berfokus pada
pola komunikasi antar yasasan suporter surabaya,elemen-elemen bonek
yang besar lainnya dan Aremania,dan dibedakan pula oleh faktor dan
waktu penelitian yang jelas juga akan memberikan hasil yang berbeda pada
kesimpulannya.
Persoalan yang diangkat pun lebih di titik beratkan pada
penggambaran sejara antar kedua elemen suporter serta analisis politis
tentang revolusi PSSI oleh suporter yang melibatkan kedua suporter

8

tersebut,jadi dapat dikatakan pula bahwa skripsi yang sedang dikerjakan
penulis sekarang adalah lanjutan dari analisis pola komunikasi antar
suporter yang ada di Indonesia
F . Definisi Konsep
1. Komunikasi Kelompok
Komunikasi Kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat,
pertemuan, konfrensi dan sebagainya.
2. Suporter Sepak Bola
Suporter adalah pribadi yang aktif secara fisik,politik dan sosial itu
tandas Daneil L . Wann, profesor psikologi dari Murray State University,
Kentucky, dan pengarang buku “sport fans : the psychology and social
impact of spectator “ fakta itu diberi garis bawah ilmuwan lainnya, bahwa
bila seseorang menjadi suporter akan memiliki pengaruh positif secara
emosional,psikologis dan kesehatan sosialnya.

9

G. Kerangka Pikir Penelitian
Teori Komunikasi
Interaksi Simbolik

Komunikasi Kelompok

Pola Komunikasi Antar
Kelompok

Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa pola komunikasi supporter
sepakbola melalui beberapa tahapan komunikasi. Komunikasi dilakukan antara
supporter sepak bola yang satu dengan supporter sepak bola yang lainnya.

Komunikasi antar suporter sepak bola ini dpadukan dengan teori
intraksi simbolik. Teori intraksi simbolik adalah segala hal yang saling
berhubungan dengan pembentukan makna dari satu benda atau simbol baik
benda mati maupun benda hidup melalui proses komunikasi baik sebagai pesan
verbal maupun prilaku non verbal dan tujuan akhir na adalah memaknai simbol
(objek) tersebut berdasarkan kesepakatan bersama yang berlaku di wilayah
suporter sepak bola tersebut. Jadi teori interaksi simbolik ini pada

10

intinya adalah sebuah kerangka acuan untuk memahami bagaimana manusia
bersama dengan orang lainnya menciptakan dunia simbolik dan menciptakan
perilaku manusia. Dari pesan verbal maupun prilaku non verbal sebagai
pemahaman satu sama lain melalui proses komunikasi antar suporter sepakbola
sehingga membentuk pola komunkasi

H. Metode Penelitian
Dalam penulisan ini penulis menguraikan tentang prosedur tentang
langka-langka yang dilaksanakan dalam mengadakan penelitian ilmiah secara
sistimatis dan berencana guna memperoleh masalah, melalui metode penelitian
ini dapat diperoleh petunjuk tentang cara kerja dan cara-cara pencerahan secara
sistimatis dalam melaksanakan penelitian sehingga diperoleh hasil yang dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Metode penelitian yang di pakai ialah metode penelitian kualitatif jenis
penelitian yang menghasilkan temuan-temuan data tanpa menggunakan
1

prosedur statistik atau dengan cara lain dari pengukuran (kuantifikasi). Sesuai
judul penelitian ini maka penulis menggunakan penulisan eksplorasif dimana
penelitian ini untuk dapatnya menggali data, tanpa perlu mengeoperasikan
konsep dalam menguji konsep dalam realitas yang diteliti dengan

1

Dr. Basrowi, Mpd. Dan Dr. Suwandi, M.Si, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT
Rinika Cipta, 2008). Hlm 1

11

mendiskripsikan secara terperinci fenomena social tertentu dengan
mengumpulkan data secara kualitatif.

2

1. Pendekatan dan jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
kualitatif. Menurut Botgar dan Tailor, penelitian kualitatif adalah adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Pendekatan

yangdilakukan

dalam

penelitian

komunikasi

3

kelompok

supporter bonek di Surabaya dan aremania di Malang ini adalah pendekatan
dengan jenis penelitian kualitatif Studi deskriptif.
Ada beberapa alasan mengapa penelitian kualitatif yang digunakan
oleh penulis, yaitu:
a. Peneliti akan mendapatkan informasi hasil data secara utuh, sebab
sumber data yang diharapkan berasal dari seluruh sumber yang
berkaitan dengan sasaran penelitian.
b. Karena yang akan diteliti bukanlah hanya individu akan tetapi
kelompok-kelompok suporter, maka pendekatan penelitian yang paling
tepat untuk mendapatkan hasil data secara valid adalah kualitatif.

2

113

3

Krisyanto Rahmad, Metode Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga Universiti Press, 2005),
Basrowi, Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 1

12

c. Selain itu, karena data yang dibutuhkan bukan hanya bersifat oral
(wawancara) tetapi juga berupa dokumen tertulis ataupun sumbersumber non-oral lainnya, yang membutuhkan interpretasi untuk
menganalisanya, maka penelitian kualitatiflah yang tepat untuk
dipergunakan.
2.

Pemilihan Subyek Penelitian
Subyek penelitian disini adalah elemen-elemen supporter di
Surabaya yaitu YSS,tribun Kidul,Green Nord dan di Malang yaitu arema
Transformer,Arema densus 87,Aremania Batavia,City of Arema

3.

Tahap-Tahap Penelitian
Tahap

penelitian

adalah

gambaran

perencanaan

keseluruhan

penelitian, pengumpulan data, analisis data, hingga pelaporan data.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu :
a. Tahap Pra Lapangan
Tahapan ini adalah langkah awal yang dilakukan oleh peneliti
sebelum turun langsung ke lapangan, diantaranya adalah:
1.

Membuat proposal penelitian
Dalam proposal ini peneliti pertama kali menyusun latar

belakang masalah yang menerangkan komunikasi kelompok supporter
di Surabaya dan di Malang, dan membuat rumusan

13

masalah serta marancang metode penelitian yang dapat mengarah
pada focus penelitian tersebut.
2.

Menyusun rancangan penelitian
Pada bagian ini peneliti merancang dan melakukan perencanaan
apa yang harus peneliti lakukan selama penelitian. Dengan rancangan
inilah peneliti bisa mengetahui dan bisa memprediksi kapan peneliti
turun ke lapangan, bagaimana peneliti dalam mencari informan, berapa
biaya yang dibutuhkan selama penelitian dan apa yang perlu peneliti
amati.

b. Tahap lapangan
Tahap ini adalah dimana seorang peneliti melakukan penelitian yaitu
berusaha mengetahui dan menggali data tentang komunikasi kelompok
supporter di Surabaya dan di Malang, dapat memahami dengan lebih mendalam
mengenai anngapan masyarakat terhadap aksi-aksi mahasiswa ini. Pada tahap
ini, peneliti melakukan proses penelitian dengan cara wawancara (interview),
observasi, dan menelusuri serta mengcopy (menulis kembali) dokumen tertulis
atau informasi lain terkait objek yang diteliti.

a. Jenis Dan Sumber Data

14

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan sumber sebagai
berikut. Dalam pembahasannya Menurut Lofland sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Selebihnya
4

adalah tambahan, seperti dokumen dan lain-lainnya. secara umum sumber
data penelitian kualitatif adalah tindakan dari pendekatan manusia dalam
suatu yang bersifat alamiah. Sumber data lain ialah bahan-bahan pustaka,
seperti dokumen, arsip, Koran, majalah, buku, laporan tahunan dan lain
5

sebagainya. jenis data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data dalam penelitian ini diperoleh secara lansung dari
masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan
6

alat lainnya. dari data primer, peneliti mengetahui bagaimana kegiatan
dakwah yang dilakukan, materi apa saja, dan metode apa yang
digunakan.
Dalam

teknik pengumpulan data

di lapangan, peneliti

menggunakan sumber data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak
yang dapat memberikan keterangan atau informasi.

4

Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek(Jakarta:Grafindo
Persada, 2002),h. 63
5
Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek(Jakarta:Grafindo
Persada, 2002),h. 63
6
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:Rineka Cipta,2004),h. 87

15

Untuk mempermudah proses di lapangan, maka peneliti akan
memilih informan yang represntatif yang akan mewakili dari
keseluruhan informan terkait. Sebelumnya peneliti memilih key
informan, yaitu informan pertama yang memberikan petunjuk dan
menunjukkan informan lain sehingga dapat dikethui jumlah informan
yang dikehendaki. Sedangkan teknik pengambilan data (informasi)
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan snow ball atau
snowballing sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan
bentuan key informan, dari key informan inilah akan berkembang
sesuai petunjuknya.

7

Snowballing dilakukan dengan maksud agar

informasi yang terkumpul memiliki variasi yang lengkap dengan
melibatkan pihak luar yang dianggap memahami fenomena yang ada.

8

Berikut ini nama-nama informan penelitian, sebagai berikut:

7

31

8

a. Abah Imron YSS

(Bonek)

b. Hamin Gimbal YSS

(Bonek)

c. Okto Tyson YSS

(Bonek)

d. Abah Rijal Tribun Kidul

(Bonek)

e. Fahmi Tribun Kidul

(Bonek)

f. Budi tyo Tribun Kidul

(Bonek)

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,2004),h.
Burhan Bungin, metodologi Penelitian Kualitatif, ( Jakarta:Grafindo Persada, 2001),h. 105

16

g. Angga Pradana Tribun kidul

(Bonek)

h. Andi Peci Green Nord

(Bonek)

i.

Bimo Tribun Kidul

(Bonek)

j.

Yuli Sumpil Ongisnade

(Aremania)

k. Dipo Ongisnade

(Aremania)

l.

Cendy AremaTransformer

(Aremania)

m. Rendra Arema Densus 87

(Aremania)

n. Alif City of Arema

(Aremania

2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan
kepustakaan. Data ini biasanya digunakan untuk melengkapi data
primer, mengingat bahwa data primer dapat dikatakan sebagai data
praktek yang ada secara langsung dalam praktek di lapangan karena
9

penerapan suatu teori. data sekunder juga bisa bermakna data yang
bersumber dari bahan bacaan.

10

Data ini digunakan untuk memperoleh

pengetahuan ilmiah yang baru dan berguna sebagai pelengkap
informasi yang telah dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Disamping itu
data ini juga dapat memperkuat penemuan atau pengetahuan yang
telah ada.
b. Teknik Pengumpulan Data
9

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,2004),h. 87-88

10

S. Nasution, Metodologi Reaserch: Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi aksara,1996),h. 143

17

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Observasi partisipan yaitu penulis langsung ke lapangan dengan
mengadakan pengamatan kepada obyek penelitian dengan mengambil
bagian dalam suatu kegiatan yaitu aktifitas supporter dalam kaitannya
dengan aksi-aksi yang akan mereka buat. Teknik ini digunakan untuk
menggali data tentang Elemen Suporter di Surabaya dan di Malang.
2. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara tanya
jawab langsung yang ditujukan kepada obyek yang di teliti, hal ini
digunakan untuk menggali data tentang Elemen Suporterdi Surabaya dan di
Malang.
c. Metode Pembahasan
✓ Induksi yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa
konkrit yang dilakukan oleh supporter mengenai aksinya yang mempunyai
sifat umum.
✓ Deduksi yaitu metode yang digunakan untuk mengambil kesimpulan dari
Elemen Suporter Bonek di Surabaya dan Elemen Suporter aremania di
Malang di dalamnya sangat berarti.
✓ Depkripsi adalah menggambarkan, melukiskan, memaparkan suatu obyek
sehingga muda diteliti.
d. Teknik Analisis Data

18

Teknik analisa data di sini dimulai dengan menghitung dan
menelaah seluruh data yang tersedia baik yang peroleh dari hasil Observasi dan
interview, kemudian data tersebut disederhanakan ke dalam table presentasi
yang mudah dipahami, dibaca dan interpretasikan yang pada intinya untuk
mencari jawaban atas jumlah permasalahan penelitian dengan menggunakan
metode observasi.
c. Teknik Keabsahan Data
Agar

data

dalam

penelitian

ini

valid

dan

dapat

dipertanggungjawabkan, maka diperlukan suatu teknik untuk mengecek atau
mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini, langkah
yang dilakukan peneliti adalah mengecek kembali keterangan-keterangan yang
diberi informan dan memastikan informan dengan keterangan yang dilakukan.

I. Sistematika Pembahasan
Agar penulisan skripsi ini tersusun secara rapi dan jelas sehingga
mudah dipahami, maka penulis susun sistematika pembahasan sebagai berikut:

19

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan terakhir
sistematika pembahasan.
BAB II : KERANGKA TEORITIK
Bab ini berisi tentang kajian pustaka. Dan di bab ini juga menjelaskn
teori apa yang digunakan untuk menganalisis sebuah penelitian.
Kerangka teoritik ini adalah suatu model konseptual tentang
bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pembahasan pada bab ini meliputi pendekatan dan jenis penelitian,
lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan terakhir teknik keabsahan
data.
BAB IV

: PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan tentang laporan hasil penelitian, meliputi keadaan
geografis, analisis data dan pembahasan.

20

BAB V

: KESIMPULAN
Bab ini merupakan bab akhir yang di dalamnya berisi tentang kesimpulan dan
saran-saran atau rekomendasi.

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
1. Konsep dasar Komunikasi dan Pengertian Komunikasi Kelompok
Dalam berkehidupan manusia saling membutuhkan antara satu dengan
yang lainnya. Hal ini tak lepas dari predikat manusia sebagai makhluk
sosial, yang cenderung akan membentuk suatu kelompok daripada hidup
secara soliter. Dalam kebersamaan itu sudah pasti sesama manusia harus
memiliki persamaan dalam mengartikan suatu makna yang ada di
sekitarnya, hal ini mutlak harus ada karena jika tidak akan terjadi
kesalahphaman diantara sesamanya. Maka dari itu ada yang namanya
bahasa yang mana masing-masing wilayah terkadang memiliki bahasa yang
berbeda, hal ini perlu untuk saling memahami diantara mereka dan proses
ini disebut sebagai proses komunikasi yang mana antara komunikator dan
komunikan bisa menerima pesan yang sama dan menimbulkan effect dan
feedback yang diinginkan.
Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau
tiga orang bahkan lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif
diantara mereka satu sama lainnya. Kelompok memiliki tujuan dan aturanaturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi
diantara mereka sehingga mampu mampu menciptakan atribut kelompok
21

22

sebagai bentuk karakteristik yang khas dan memiliki dan melekatkan pada
kelompok itu.

11

Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan
keseharian kita, seseorang sudah mulai bergabung dengan kelompok primer
yang

paling

dekat,

yaitu

keluarga.

Kemudian

seriring

dengan

perkembangan usia dan kemampuan intelektual, seseorang masuk dan
terlibat dalam kelompok-kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga
agama, dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan
12

ketertarikan .
Dalam organisasi Kelompok Supporter tentu merupakan kelompok
sekunder dimana mereka saling terikat karena selalu mengontrol terhadap
system-sistem yang sudah tidak berpihak pada rakyat. Dengan keterikatan
sebuah organisasi, mereka berkomunikasi, berkonsolidasi, bertukar pikiran,
belajar bersama, kajian isu, sehingga melakukan turun jalan untuk
melakukan aksi.
2. Prinsip Dasar Kelompok
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari
aktifitas kita sehari-hari. Kelompok bersifat primer maupun sekunder, ia
merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi
(keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana
11
12

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2009, halm. 270
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: UT, 1993) halm, 89

23

peningkatan pengetahuan para anggotanya (Kelompok Belajar), dan ia bisa
pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang
13

dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah) .
Jadi, kelompok dalam kontek komunkasi ini dibagi menjadi tiga
14

bagian, yaitu :
1) Kelompok Pertumbuhan (Groeth Group)
Kelompok Pertumbuhan memusatkan perhatiannya kepada
permasalahan pribadi yang dihadapi para anggotanya. Wujud nyata dari
kelompok ini adalah kelompok bimbingan perkawinan, kelompok
bimbingan
memusatkan

psikologi,

kelompok

aktivitasnya

kepada

terapi,

serta

kelompok

yang

penumbuhan

keyakinan

diri.

Karakteristik dari kelompok ini adalah tidak mempunyai tujuan kolektif
yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok diarahkan
kepada usaha membantu para anggotanya mengidentifikasi dan
mengarahkan mereka hadapi untuk perkembangan pribadi mereka.
2) Kelompok Belajar (Learning Group)
Maksut dari kata Belajar atau Learning, tidak tertuju pada
pengertian pendidikan sekolah, akan tetapi merupakan proses belajar
kelompok, seperti halnya kelompok kajian, kelompok keterampilan dan
juga kelompok Kelompok Supporter. Kelompok Supporter ini
13
14

Ibid. hlm. 91
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 276

24

merupakan sebuah kelompok belajar, karena memang Kelompok
Supporter ini merupakan suatu wadah untuk melakukan sebuah
konsolidasi, kajian – kajian terkait dengan isu yang kita angkat. Tujuan
dari Learning Group ini adalah mengingkatkan informasi, pengetahuan,
dan kemampuan diri para anggotanya.
3) Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)
Kelompok ini bertujuan untuk membantu anggota kelompok
lainnya dalam memecahkan masalahnya, seringkali seseorang tidak
mampu memecahkan masalahnya sendiri, karena itu ia menggunakan
kelompok sebagai sarana memecahkan masalahnya.
Cara lain untuk memahami tindak komunkasi dalam organisasi
adalah dengan melihat bagaimana suatu organisasi menggunakan
metode-metode tertentu untuk mengambil keputusan terhadap masalah
yang dihadapi. Dalam dataran teoritis, kita mengenal empat metode
pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule
without discussion), pendapat ahli (expert opinion), dan kesepakatan
(consensus).
a. Kewenangan Tanpa Diskusi (authority rule without discussion),
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh
para pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode
ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti

25

ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
memutuskan apa yang harus kita lakukan. Selain itu, metode ini
cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang
dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak
mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para
anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini
terlalu sering digunakan, ia akan mennimbulkan persoalan,
persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota
organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinanya, karena
mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang
lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan
melibatkan seluruh anggota kelompok, daripada keputusan yang
diambil secara individual.
b. Pendapat Ahli (expert opinion)
Seringkali anggota organisasi diberikan sebagai predikat ahli
oleh anggota lainnya, sehingga memungkinkannya memiliki
kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode
pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila
seorang anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang

26

benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu
oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan yang dianggap ahli tersebut
bukanlah masalah yang sederhana, karena sulit menentukan
indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli
(Superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah
orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan,
namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan
ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam
kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
c. Kewenangan setelah diskusi
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit
apabila dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode
Authority rule after discussion ini pertimbangkan pendapat atau
opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan
keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui
metode ini akan meningkatkan kualitas dan tanggung jawab para
anggotanya disamping juga munculnya aspe kecepatn (Quickness)
dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari
proses diskusi yang terlalu luas. Dengan perkataan lain, pendapat
anggota organisasi sangat diperhatikan

27

dalam proses pembatan keputusan, namun perilaku otokratik dai
pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan,
yaitu pada anggota kelompok akan bersaing untuk mempengaruhi
pengambil atau pembuat keputusan. Artinya sebagaimana para
anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses
pengambilan

keputusan,

berusaha

mempengaruhi

pimpinan

kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan.
d. Kesepakatan (consensus)
Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota
dari suatu kelompok mendukung dari suatu keputusan yang diambil.
Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni
partisipasi penuh dari seluruh anggota kelompok akan dapat
meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti
tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut.
Selain itu metode consensus sangat penting khususnya yang
berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.

Namun, metode pengambilan keputusan yang dilakukan melalui
kesepakatan ini, tidak lepas juga dari kekurangan-

28

kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu
yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak
cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler
dan Rodman, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuranukuran yang menjelaskan keputusan lainnya. Metode yang paling
efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, itu tergantung
pada factor-faktor dibawah ini :
-

Adanya waktu yang dapat dimanfaatkan

-

Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh
kelompok, dan

-

Kemamuan-kemampuan

yang

dimiliki

oleh

pemimpin

kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan
tersebut.
Dalam komunikasi kelompok ada empat elemen penting, yaitu
:
1) Interaksi tatap muka
Terminology tatap muka (face to face) dapat diartikan
bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan
mendengar anggota lainnya dan juga dapat mengatur umpan
balik secara verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya.

29

2) Jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi
Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok efektifnya
berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika
jumlah partisipan melebihi 20 orang, kurang memungkinkan
berlangsungnya

suatu

interaksi

dimana

setiap

anggota

kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnhya.
Dalam Kelompok Supporter ini sangatlah berbeda, karena
faktanya anggota Kelompok Supporter ini melebihi dari 20
anggota akan tetapi tetap saling mengenal satu sama lain dan
tetap melakukan komunikasi dan konsolidasi serta kajian terkait
dengan isu-isu yang akan mereka usung.
3) Maksut atau tujuan yang dikehendaki
Maksut atau tujuan akan memberikan beberapa tipe
identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah
berbagi

informasi,

maka

komunikasi

yang

dilakukan

dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan (to impart
knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan
pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan
perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari
kelompok itu sendiri. Dalam komunikasi antar kelompok ini,
tentulah maksut dan tujuannya adalah to impart knowledge.

30

4) Kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik
pribadi anggota lainnya.
Bagian terakhir adalah kemampuan anggota untuk dapat
menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya secara
akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok
secara tidak langsung berhubungan satu sama lain dan maksud
kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, disamping itu
identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil
dan permanen.
Setiap himpunan manusia belum tentu dapat disebut
sebagai kelompok social, baru dapat disebut kelompok social
apabila telah beberapa persyaratan tertentu, yaitu

15

:

a. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan
sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
b. Memberikan hubungan timbal balik antara anggota yang
satu dengan anggota yang lainnya.
c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggotaanggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka
bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang
sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama dalain
sebagainya.
15

Dewi Wulansari, Sosiologi (Konsep dan Teori), Bandung : Refika Aditama, 2009). Halm. 44

31

3. Karakteristik Komunikasi Kelompok
Karakteristik komunikasi dalam kelompok dapat ditentukan melalui dua
hal, yaitu norma dan peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian
tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berprilaku satu
16

sama lainnya .
Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan hokum (law) ataupun
“aturan” (rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak
pantas dilakukan dalam suatu kelompok. Ada tiga katagori norma
kelompok, yaitu norma sosial, procedural, dan tugas. Norma sosial
mengatur hubungan diantara para anggota kelompok. Sedangkan norma
procedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus
beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan,
apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai
tercapai kesepakatan. Dari norma tugas memusatkan perhatian bagaimana
17

suatu pekerjaan harus dilakukan .
Peran adalah aspek dinamis dari sebuah status atau kedudukan. Apabila
seseorang

melaksanakan

hak

dan

kewajibannya

sesuai

dengan

kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Peran dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu peran aktif, peran patisipatif, dan peran pasif. Peran aktif
adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya
16
17

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009). Hlm.273
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta : UT, 1993), hlm. 93

32

di dalam kelompok sebagai aktifis kelompok, seperti pengurus, pejabat,
penguasa dan sebagainya. Peran partisipatif adalah peran yang diberikan
oleh anggota kelompok pada umumnya kepada kelompoknya, partisipasi
anggota macam ini akan member sumbangan yang sangat berguna bagi
kelompok itu sendiri. Sedangkan peran pasif adalah sumbangan ide
kelompok yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok menahan diri agar
member kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok dapat
berjalan dengan baik dan tidak terjadi pertentangan dalam kelompok
18

karena adanya peran-peran yang kontradiktif .
4. Fungsi Komunikasi Kelompok
Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh
adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut
mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan persuasi, pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi. Semua fungsi ini
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para anggota
19

kelompok itu sendiri .
a. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti
bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan
hubungan sosial di antara para anggotanyua seperti bagaimana suatu

18
19

Burhan bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 274
Ibid, hal. 274-275

33

kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya
untuk melakukan aktifitas yang informal, santai dan menghibur.
b. Pendidikan adalah fungsi kedua dalam suatu kelompok, dalam artian
suatu kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk
mencapai

dan

mempertukarkan

pengetahuan.

Melalui

fungsih

pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok,
kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi.
Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok atau sesuai
dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu
jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam
kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok.
Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok
membawa pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing
anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.
c. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan
anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok,
membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya.
Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan
dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang
yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik,

34

dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam
kelompok.
d. Fungsi problem solving, kelompok jugan dicerminkan dengan kegiatankegiatanny untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusankeputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan
penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya;
sedangkan pembuatan keputusan (decisiomn making) berhubungan
dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah
menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.

e. Terapi adalah fungsi ke lima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki
perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak
tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi membantu setiap
individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya, individu tersebut
harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan
manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri,
bukan membantu kelompok penderita narkotika, kelompok perokok
berat dan sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok
terapi dikenal dengan nama pengungkapan cirri (self disclosure).
Artinya, dalam suasana yang mendukung, setiap anggota dianjurkan
akan berbicara secara terbuka

35

tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar
anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin
atau yang member terapi yang mengaturnya.
5. Dinamika Kelompok
Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam
buku Escape From Freedom untuk menunjukkan perlunya individu bekerja
sama dengan individu lain, hingga timbul rasa solidaritas dalam
kehidupannya. Hal ini disebabkan karena terdrong oleh adanya keinginan
individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat
kepastian ini hanya diperoleh apabila masing-masing individu memiliki
rasa solidaritas. Moreno mengemukakan bahwa perlunya kelompokkelompok kecil seperti keluarga, regu kerja, regu belajar, ketika di dalam
kelompok itu terdapat suasana saling menolong, ingga kohesi menjadi kuat,
dan kelompok yang semakin kuat kohesinya, makin kuat moralnya. Kurt
Lewin menyimpulkan bahwa tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh
kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan individu.
Dinamika adalah sesuatu yang mendukung arti tenaga kekuatan, selalu
bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri memadai terhadap
keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara
anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan

36

ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group
spirit) terus menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok
tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan
dapat berubah. Sedangkan kelompok adalah kumpulan orang-orang yang
merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan
mempunyai tujuan bersama.
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua
atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara
anggota satu dengan anggota yang lain yang dapat berlangsung dalam
situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat
didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang
selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa
tujuan, antara lain :
a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap
anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling
menghargai.
b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling
menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain.
c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama angggota
kelompok.

37

d. Menimbulkan adanya itikad yang baik diantara sesama anggota
kelompok.
Perjuangan menegakkan hak-hak aksi di negeri kita adalah hal yang
amat wajar sebagai kewajiban kita semua, hal ini disebabkan oleh tuntutan
dari nilai-nilai falsafah kenegaraan kita yang juga merupakan way of life
dari bangsa Indonesia yakni Pancasila, yang mana semua sila di dalamnya
melahirkan kewajiban bagi kita untuk senantiasa berusaha menegakkanhakhak asasi, khususnya sila kemanusiaan yang adil dan beradab.

Gerakan sosial merupakan bentuk aktivisme civil society yang
khas(Diani dan Bison,2004). Sebagai bentuk aktivisme yang khas, Diani
dan Bison mendefinisikan sebagai bentuk aksi kolektif dengan orientasi
konfliktual yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan
dalam konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang
diikat rasa solidaritas dan identitas kolektif yang kuat melebihi bentukbentuk ikatan dalam koalisi dan kampanye bersama. Dalam definisi
tersebut, gerakan sosial tidak hanya melibatkan aksi kolektif terhadap suatu
masalah bersama namun juga dengan jelas mengidentifikasi target aksi
tersebut dan mengartikulasikannya dalam konteks sosial maupun politik
tertentu. Aksi kolektif bisa berasosiasi dengan gerakan sosial selama
dianggap sebagai perlawanan terhadap perilaku atau legitimasi

38

aktor politik maupun sosial tertentu dan tidak ditujukan bagi masalahmasalah yang tidak disebabkan secara langsung oleh manusia.
Gerakan sosial juga tidak bisa di representasikan oleh satu organisasi
tertentu.