Konflik antar kelompok suporter sepakbola di Yogyakarta : studi deskriptif kualitatif.
KONFLIK ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI YOGYAKARTA : STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF
Galih Pambudi ABSTRAK
Sepakbola dan suporter sepakbola tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan. Disisi lain, akhir-akhir ini suporter yang identik dengan memberi semangat kepada tim yang bertanding, saling berkonflik antar kelompok suporter hingga termanifestasikan dalam wujud bentrok antar suporter yang tak jarang menyebabkan kematian. Berangkat dari hal tersebut penelitian ini tertarik untuk membahas mengenai konflik yang terjadi. Konteks referensi yang diangkat adalah konflik antar kelompok suporter di Yogyakarta. Penelitian ini berusaha mengetahui bagaimana konflik antar kelompok suporter itu terjadi secara berulang saat kedua kelompok suporter tersebut bertemu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan lewat wawancara semi terstruktur dengan partisipan berjumlah empat orang. Pemilihan partisipan dilakukan berdasarkan keterlibatan partisipan menjadi suporter. Hasil penelitian menujukkan jika konflik antar kelompok suporter di Yogyakarta terjadi karena identitas kelompok yang melekat pada setiap individu, ingatan kelompok akan sejarah kekerasan yang pernah dialami oleh kelompok, dan adanya rasa tergabung dengan kelompok tertentu.
(2)
INTERGROUP CONFLICT OF SOCCER SUPPORTERS IN YOGYAKARTA : A QUALITATIVE DESCRIPTIVE STUDY
Galih Pambudi
ABSTRACT
Soccer and Soccer supporters could not be separated. Both are interrelated. On the other hand, supporters are lately, identical to give encouragement to the competing team, conflicting each others and manifested in the form of clashes between supporters who rarely causes death. By that’s point, this study is keen to discuss the supporters conflict. The reference context is conflict between groups of supporters in Yogyakarta. This study tried to determine how conflicts between groups of supporters that occur repeatedly while the two groups of supporters met. The method used is descriptive qualitative. Data collection is completed through semi-structured interviews with four people as participants. Participants were selected base on the involvement into groups of supporters. The result showed that the conflict between groups of supporters in Yogyakarta occurs by the group indentity which attached to any individual, group memory of violence history ever experienced by the group, and their sense of belonging with a particular group.
(3)
KONFLIK ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA
DI YOGYAKARTA : STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh Galih Pambudi NIM : 089114134
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
i
KONFLIK ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA
DI YOGYAKARTA : STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh Galih Pambudi NIM : 089114134
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pengkotbah 3: 11)
(8)
(9)
vi
KONFLIK ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI YOGYAKARTA : STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF
Galih Pambudi ABSTRAK
Sepakbola dan suporter sepakbola tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan. Disisi lain, akhir-akhir ini suporter yang identik dengan memberi semangat kepada tim yang bertanding, saling berkonflik antar kelompok suporter hingga termanifestasikan dalam wujud bentrok antar suporter yang tak jarang menyebabkan kematian. Berangkat dari hal tersebut penelitian ini tertarik untuk membahas mengenai konflik yang terjadi. Konteks referensi yang diangkat adalah konflik antar kelompok suporter di Yogyakarta. Penelitian ini berusaha mengetahui bagaimana konflik antar kelompok suporter itu terjadi secara berulang saat kedua kelompok suporter tersebut bertemu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan lewat wawancara semi terstruktur dengan partisipan berjumlah empat orang. Pemilihan partisipan dilakukan berdasarkan keterlibatan partisipan menjadi suporter. Hasil penelitian menujukkan jika konflik antar kelompok suporter di Yogyakarta terjadi karena identitas kelompok yang melekat pada setiap individu, ingatan kelompok akan sejarah kekerasan yang pernah dialami oleh kelompok, dan adanya rasa tergabung dengan kelompok tertentu.
(10)
vii
INTERGROUP CONFLICT OF SOCCER SUPPORTERS IN YOGYAKARTA : A QUALITATIVE DESCRIPTIVE STUDY
Galih Pambudi
ABSTRACT
Soccer and Soccer supporters could not be separated. Both are interrelated. On the other hand, supporters are lately, identical to give encouragement to the competing team, conflicting each others
and manifested in the form of clashes between supporters who rarely causes death. By that’s point, this
study is keen to discuss the supporters conflict. The reference context is conflict between groups of supporters in Yogyakarta. This study tried to determine how conflicts between groups of supporters that occur repeatedly while the two groups of supporters met. The method used is descriptive qualitative. Data collection is completed through semi-structured interviews with four people as participants. Participants were selected base on the involvement into groups of supporters. The result showed that the conflict between groups of supporters in Yogyakarta occurs by the group indentity which attached to any individual, group memory of violence history ever experienced by the group, and their sense of belonging with a particular group.
(11)
(12)
ix
KATA PENGANTAR
Sepakbola merupakan olahraga yang cukup populer dan memiliki banyak penggemar di Indonesia bahkan di Yogyakarta. Sepakbola seakan-akan memberikan hiburan yang murah meriah kepada seluruh lapisan masyarakat. “Suporter”, sebuah kata yang selalu terlintas ketika mendengar kata sepakbola. Suporter memang salah satu hal yang penting dalam sebuah pertandingan sepakbola. Pentingnya suporter dalam sebuah pertandingan sepakbola, sampai sampai memunculkan istilah jika suporter merupakan pemain keduabelas dalam sebuah tim sepakbola. Namun, banyak kita mendengar ketika dalam sebuah pertandingan sepakbola berlangsung sering terjadi kerusuhan yang melibatkan suporter pendukung sepakbola. tidak hanya sekali bahkan bentrok yang melibatkan suporter kerap terulang.
Berawal dari rasa prihatin dengan apa yang dilakukan oleh kelompok suporter yang secara tidak langsung membuat pertandingan sepakbola bukan lagi sebagai hiburan yang menyenangkan melainkan menjadi acara tontonan yang berakhir dengan kekerasan. Dengan adanya rasa prihatin tersebut, peneliti melakukan sebuah penelitian kecil dengan mengangkat tema konflik yang terjadi pada suporter sepakbola, penelitian in terlebih sebagai pelengkap salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi pada program studi Psikologi di Universitas Sanata Dharma.
(13)
x
Sebuah harapan akan manfaat dari hasil penelitian muncul bersamaan dengan dilakukannya penelitian ini, terutama bagi disiplin ilmu psikologi dan sevara umum bagi semua yang terkait dengan dunia sepakbola. Meskipun memang sulit untuk menghilangkan konflik yang terjadi antar suporter setidaknya penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk meminimalisir bentrokan yang terjadi antar suporter.
Puji dan syukur serta terima kasih peneliti haturkan kepada Sang Kuasa Penyelenggara Alam Semesta atas ijin yang telah diberikan kepada penulis untuk melaksanakan dan meyelesaikan penelitian ini hinga selesai. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran guna dapat memperbaiki penelitian ini. Penelitian ini terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Dalam kesempatan ini, dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang langsung maupun tidak langsung membantu penulis menyelesaikan penelitian ini. dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Terima kasih penilis haturkan kepada :
1. Albertus Bunadi, Theresia Sri Rahayu, Yuliana Wening Widiastusi, dan Natalia Kalis Dwi Riani, untuk pendidikan selama ini yang kalian berikan dalam sebuah wadah yang disebut keluarga.
(14)
xi
2. Bapak Drs. H. wahyudi selaku dosen pembimbing, terima kasih untuk kesabaran selama ini dalam membimbing penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.
3. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih untuk pengajaran, pelayanannya dan keramah tamahannya.
4. Monica Dhani Sayekti Yutti, terima kasih untuk semangatnya yang diberikan kepada penulis dengan tak henti-hentinya mengingatkan penulis.
5. Ibu Valentina Sri Sumardiyanti yang sudah penulis anggap sebagai ibu kedua, terimakasih untuk semua nasihat dan semua pembelajarannya. 6. Albertus Harimurti, terimakasih sudah mau direpotkan setiap malam
membatu penulis sekaligus teman diskusi.
7. Keluarga besar TN (Tumindak Ngiwo), Mas Broti, Mas Jaya, Mas Barjo, Mas Windra, Mas Dika, Mas Simin, Mas Iwil, Komenk, Eva, Sari, terima kasih untuk kekeluargaan dan persahabatan dengan canda tawaannya.
8. Keluarga besar P.A.T (Psychology Adventure Team) terima kasih untuk dinamika sampai saat ini, dan untuk semua jalan-jalannya menikmati indahnya alam “Alam Masih Luas Belum Lelah Kaki ini
(15)
xii
9. Keluarga besar LEDOK SAMBI, Pak Haryoko, Mas Idung, semua operator dan para fasilitator Ledok Sambi, terima kasih untuk semua pengalaman dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
10.Keluarga besar Nuri Adventuria, Mas Ernes, dan semua fasilitator Nuri adventuria terima kasih untuk pengalaman serta dinamika yang boleh peneliti alami.
11.Teman-temanku Aditya Hari Saputra, Antonius Wahyu, Bayu Mahendra, Indra Hermawan, Yohanes Wahyu Setya Jati, Paul, Budi, untuk semua canda gurau dan dinamika yang memberikan semangat kepada penulis. 12.Untuk semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu terima
kasih sekali lagi.
Akhirnya rasa syukur kuhaturkan pada seluruh alam semesta beserta seluruh isinya. Dan tetntunya, sebagai pengalaman pertama penulis karya ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih untuk segala kritik dan saran yang membangun yang tentunya akan semakin memperbaiki penulisan kaya tulis ini. Terima Kasih
Yogyakarta, 15 Juni 2015 Galih Pambudi
(16)
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Rumusan Masalah……….. 6
C. Tujuan Penelitian……… 6
D. Manfaat Penelitian………. 7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Konflik ……….………….. 8
1. Pengertian Konflik Antar Kelompok……… 8
(17)
xiv
3. Sebab terjadinya Konflik……… 11
B. Suporter Sepakbola... 17
C. Kerangka penelitian ......………... 20
BAB III : METODE PENELITIAN………. 23
A. Jenis Penelitian………... 23
B. Fokus Penelitian………. 24
C. Subjek Penelitian……….. 25
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data……….. 25
E. Prosedur Analisis Data………..……….. 27
1. Organisasi Data ………..……….. 27
2. Coding……….. 27
3. Interpretasi dan Pembahasan ……….. 28
F. Verifikasi Data……….……… 29
1. Kredibilitas……….. 29
2. Dependabilitas……… 30
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Proses Penelitian ... 31
1. Persiapan Penelitian ... 31
2. Pelaksanaan Penelitian ... 32
B. Analisis Data ... 40
1. Harga Diri Kelompok………... ... 40
(18)
xv
3. Nggak Tau tapi melu-melu………..47
C. Pembahasan ... ... 50
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 58
A. Kesimpulan ... .. .58
B. Saran ... ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... ... 61
(19)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Kerusuhan Suporter ... 3
Tabel 2 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 26
Tabel 3 Jadwal Wawancara Subjek I ... 37
Tabel 4 Jadwal Wawancara Subjek II ... 37
Tabel 5 Jadwal Wawancara Subjek III... 38
(20)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Inform concern subjek GL ……….. 65
2. Verbatim subjek GL……….………. 67
3. Tema subjek III ………... 77
4. Inform concern subjek GJ……….. 83
5. Verbatim Subjek GJ….………... 85
6. Tema Subjek GJ…….…...………... 97
7. Inform concern subjek GY……….……….………... 103
8. Verbatim Subjek GY………..… 105
9. Tema subjek GY……….……….. 117
10.Inform concern subjek KCK………..……. 121
11.Verbatim Subjek KCK…….………..... 123
(21)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Ketika kita bertanya olahraga apa yang paling banyak diminati oleh mayoritas orang Indonesia, maka sepakbola adalah salah satu jawabannya. Sepakbola di Indonesia memiliki penggemar yang dapat dikatakan paling banyak dari pada cabang-cabang olahraga lainnya yang ada di Indonesia. Dengan penggemar yang banyak, sepakbola juga memiliki suporter yang banyak pula, suporter tidak bisa lepas dari sebuah pertandingan sepakbola. Suporter seakan sudah seperti kacang dan kulit dalam olahraga ini, karena suporter merupakan orang yang memberikan dukungan pada tim yang dibela terutama saat tim yang dibelanya sedang bertanding (Suryanto, 2005).
Suporter mampu membuat pertandingan sepakbola menjadi lebih hidup. Lewat dukungan yang mewujud dalam gerakan, nyanyian, dan atribut yang selaras, tim sepakbola yang didukung akan menjadi lebih percaya diri dan semangat bermain akan menjadi lebih meningkat. Nyatanya, mereka tidak hanya mendukung, akhir-akhir ini, supporter justru menjadi permasalahan tersendiri dari sebuah tim maupun pertandingan sepakbola. Permasalahan ini dapat dicermati lewat adanya bentrokan atau konflik yang terjadi antara supporter tim yang bertanding.
Konflik merupakan bentuk pertentangan yang dihasilkan oleh individu atau kelompok Karena mereka memiliki perbedaan sikap,kepercayaan ataupun
(22)
perbedaan kebutuhan (Liliweri, 2005). Konflik atau bentrokan yang terjadi ini menimbulkan masalah yang serius dalam dunia persepakbolaan. Konflik yang terjadi antara kedua supporter tidak hanya merugikan kedua belah supporter, kedua tim yang bertanding pun juga dirugikan dengan adanya kerusuhan yang terjadi. Terkait dengan tindakan suporter yang mengarah pada kekerasan memang tindak menunjukkan sikap sportif dalam sepakbola, meskipun hal tersebut sudah diatur dalam Peraturan Organisasi PSSI tentang kode disiplin PSSI yang menjelaskan mengenai kedisiplinan suporter yang dituangkan dalam pasal 60 tentang tingkah laku buruk melakukan intimidasi dan penghinaan atau fitnah, pasal 75 yang berisi tentang tanggung jawab dan kewajiban tuan rumah karena kerusuhan yang dilakukan penonton.
Meskipun terdapat sanksi yang diberikan organisasi PSSI , konflik antar suporter yang terwujud dalam bentrokan masih saja terjadi. Akibat bentrokan yang dilakukan antar supporter banyak tim yang mendapat sanksi mulai dari denda berupa uang yang tidak sedikit jumlahnya dan sanksi yang melarang penonton masuk ke dalam stadion dalam jangka waktu tertentu. Selain banyak merugikan, kerusuhan juga mengakibatkan banyak kerusakan, banyak infrastruktur stadion rusak, kendaraan menjadi sasaran amukan supporter, bahkan sampai menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.
Konflik antar kelompok (intergroup conflict) dalam hal ini yang melibatkan suporter sepakbola banyak terjadi di negara negara yang memiliki kompetisi sepakbola. Sebagai contoh konflik antar suporter sepakbola di Serbia
(23)
yang mengakibatkan banyaknya korban luka-luka (http://bola.viva.co.id). selain di Serbia, masih banyak konflik antar suporter sepakbola yang terjadi diantaranya konflik suporter sepakbola yang terjadi di Perancis (http://bola.metrotvnews.com), konflik antar suporter yang terjadi di Warsawa Polandia (http://m.solopos.com). Banyaknya konflik antar suporter yang terjadi di negara negara yang memiliki kompetisi sepakbola tidak terkecuali di Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang memiliki klub sepakbola yang cukup banyak, yang berarti Indonesia juga memiliki jumlah suporter yang juga banyak. Dengan jumlah suporter sepakbola yang banyak tidak dapat dipungkiri jika banyak terjadi konflik yang melibatkan suporter sepakbola. Salah satunya konflik suporter yang melibatkan suporter Persis Solo yang mengakibatkan hilangnya nyawa salah satu suporter tim lawan (http://www.tribunnews.com). Konflik yang melibatkan antar suporter tidak hanya terjadi di kota solo saja, masih banyak konflik antar suporter yang terwujud dalam bentuk tawuran di daerah lain. Sebagai gambaran konflik secara kronologis, berikut adalah daftar konflik yang terjadi antara suporter sepakbola (Suyatna, 2007)
Tabel 1
Daftar konflik yang terjadi antar suporter Tanggal Konflik terjadi antar Suporter
25 April 2005 Persekabas Pasuruhan vs Arema Malang 1 Agustus 2005 Persekaba vs PSM Makassar
(24)
8 Agustus 2005 Persigo Gorontalo vs Persiwa Wamena 4 September 2005 Persija Jakarta vs Persib Bandung 25 September 2005 Persija Jakarta vs Persipura Jayapura 13 Maret 2006 Persijap Jepara vs PSIS Semarang 4 September 2006 Persebaya Surabaya vs Arema Malang 14 Maret 2007 Persikota Tangerang vs Persija Jakarta
Apabila keberadaan suporter juga memiliki konsekuensi akan terjadinya sebuah konflik, maka di Yogyakarta pun demikian. Yogyakarta sendiri memiliki beberapa basis suporter yang yang cukup besar, yaitu suporter pendukung PSS Sleman, suporter pendukung PSIM Yogyakarta, dan suporter pendukung Persiba Bantul. Banyak kasus bentokan antar suporter yang melibatkan kelompok suporter tersebut, salah satunya adalah bentrokan suporter yang melibatkan suporter PSS Sleman dengan suporter PSIM Jogja yang mengakibatkan banyak orang menderita luka-luka (http://www.timlo.net).
Bentrokan yang terjadi antara kedua suporter tidak hanya terjadi sekali waktu saja, sebelumnya juga pernah terjadi pada November 2007 yang mengakibatkan rusaknya infrastruktur dan beberapa suporter mengalami luka-luka. Bentrokan hampir pasti terjadi ketika kedua belah suporter bertemu, pada Oktober 2008 bentrokan kembali terjadi yang mengakibatkan beberapa suporter
(25)
mengalami luka-luka. Terulangnya kerusuhan yang melibatkan suporter yang sama dikarenakan ingatan akan kekerasan yang didapatkan kelompok dari kelompok lain akan terpelihara dan kelompok tersebut akan memiliki kecenderungan untuk melakukan pembalasan (Ashmore,..dkk., 2001).
Menanggapi banyaknya suporter yang terkadang tidak men-support tersebut, banyak pula penelitian yang dilakukan untuk menemukan solusi dan pembuatan kebijakan atas konflik yang terjadi. Misalnya saja Setyaji (2013) dengan judul “Konflik Suporter PSIS Semarang Antara Suporter Panser Biru dengan Snek’. Hasil penelitian yang diperoleh Setyaji mengungkapkan jika konflik yang melibatkan suporter panser biru dengan suporter Snex terjadi karena adanya perbedaan identitas kelompok dan masing masing kelompok menguatkan identitas kelompok nya masing-masing dan merasa lebih superior dan ingin lebih diakui oleh kelompok suporter lain.
Selain penelitian yang dilakukan oleh Setyaji penelitian mengenai kelompok suporter dilakukan juga oleh Sinatra & Darminto (2013) dengan judul “Agresifitas Suporter Sepakbola Persebaya Surabaya Pada Saat Pertandingan Berlangsung”. Penelitian tersebut menekankan perilaku agresif suporter yang muncul pada saat pertandingan berlangsung. Selain penelitian konflik yang melibatkan kelompok suporter terdapat penelitian penelitian lain yang membahas mengenai kelompok. Namun dalam penelitian ini terkhusus pada kelompok perguruan silat dengan judul “Konflik kekerasan Antar Kelompok Pencak Silat :
(26)
Proses Pembentukan Identitas Sosial Yang Terdistorsi” yang di teliti oleh Ali maksum (2009).
Menariknya dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, belum ada yang secara khusus membahas tentang terjadinya dan terulangnya koflik antar kelompok yang termanifestasikan dalam bentrokan dalam hal ini kelompok suporter. Dalam penelitian ini, penulis ingin mendeskripsikan konflik yang terjadi antara suporter sepakbola terutama yang berada di Yogyakarta dan sebab mengapa konflik itu selalu terulang dengan subjek yang telah bergabung selama lima tahun dengan kelompok suporter tertentu. Diharapkan melalui penelitian ini dapat membantu memahami bagaimana konflik yang melibatkan antar suporter selalu terulang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konflik antar suporter sepakbola selalu terjadi bahkan sampai terulang?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan terjadinya konflik yang melibatkan kelompok suporter sepakbola di Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan mengapa konflik yang terjadi antara suporter sepakbola di Yogyakarta bisa terulang.
(27)
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini: 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada ilmu psikologi yang bergerak dalam bidang sosial terutama dalam hubungannya dengan kelompok sosial kaitannya dengan konflik antar kelompok. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai konflik antar suporter yang terjadi dan terulangnya konflik tersebut.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran informasi yang berkaitan dengan konflik yang terjadi antar kelompok suporter dan diharapkan dapat menambah pemahaman masyarakat luas, suporter sendiri mengenai terjadinya konflik dan terulanganya konflik tersebut.
(28)
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konflik
1. Pengertian Konflik Antar Kelompok
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial masyarakat, sehingga konflik bersifat inheren yang artinya konflik akan senantiasa terjadi dalam setiap ruang dan waktu, bahkan konflik akan terjadi kapan saja dan dimana saja. Selain kapan saja dan dimana saja, Susan (2009) mengemukakan jika konflik juga bisa muncul pada skala yang berbeda seperti konflik antar individu (interpersonal conflict), konflik antar kelompok (intergroup conflict), konflik antar kelompok dengan negara (vertical conflict) dan konflik antar negara (interstate conflict) senada dengan apa yang dikemukakan oleh Ashmore dkk (2001), jika konflik juga dapat muncul pada setiap individu dan dapat terjadi hampir pada setiap jenis kelompok.
Dalam psikologi sosial konflik sering didefinisikan sebagai ketidakcocokan tujuan, keyakinan, sikap atau perilaku (Myers, 1999). Senada dengan Myers, Liliweri (2005) juga mengemukakan jika konflik merupakan bentuk pertentangan yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, kerena mereka memiliki perbedaan sikap, kepercayaan, nilai atau kebutuhan (Liliweri, 2005). Konflik sosial juga terjadi ketika anggota kelompok bersaing
(29)
atau melihat tujuan yang tidak sejalan (Preston dkk, dalam Putra & Pitaloka, 2012).
Konflik antar kelompok merupakan situasi dimana satu kelompok menilai bahwa tujuan dan kepentingannya terhalang oleh tujuan dan kepentingan kelompok lain . senada dengan hai itu Coser juga mengatakan bahwa konflik kelompok atau konflik sosial merupakan usaha yang tidak hanya untuk mendapatkan nilai tertentu melainkan juga untuk perubahan afeksi, tindakan melukai lawan (dalam putra & pitaloka, 2012). Seperti halnya yang dikemukakan oleh Soerjono (1992) yang menyebutkan jika konflik adalah sebuah pertentangan atau pertikaian yang dilakukan orang atau kelompok manusia guna menemui tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman maupun kekerasan. Oleh karena itu konflik antar kelompok (intergroup conflict) menurut Soerjono sering diidentikan dengan tindakan kekerasan.
Tajfel and Turner (dalam Hewstone & Caims, 2006) menjelaskan jika konflik antar kelompok dibedakan menjadi dua tipe, yaitu
a. Objective vs Subjective conflict
Konflik objective merupakan konflik yang memiliki sasaran atau tujuan yang jelas. Misalkan kekuasaan, kekeayaan dan wilayah. Faktor penyebab konflik objektif biasanya bukan berasal dari faktor psikologis, namun lebih mengarah kepada faktor sosial, ekonomi, politik dan struktur sejarah. Sedangkan konflik subjektif diartikan
(30)
sebagai konflik yang mengarah pada konflik yang berlatar psikologis, misalkann konflik yang didasari oleh prasangka maupun stereotype. Walaupun terdapat perbedaan antara konflik objektif dan subjektif, namun keduanya bisa saling berhubungan dan konflik yang didasaridari prasangka maupun stereotype dapat bertahan lebih lama. b. Explicit vs Implicit Conflict
Konflik eksplisit (terbuka) adalalah konflik legitimasi dan institusional berdasarakan peraturan atau norma (kompetisi antar group atau kompetisi world cup dalam sepakbola). Menurut Tajfel and Turner perilaku terhadap out-group dalam konflik ini dibagi menjadi dua,yaitu : Instrumental behavior (perilaku sebagai alat) mengacu pada tindakan yang diarahkan pada in-group untuk memenangkan kompetisi (perilaku seperti itu) dapat diterangkan dalam kaitan dengan alasan untuk memenangkan) dan Noninstrumental behavior ialah perilaku yang berkaitan dengan aspek psikologis. Hal ini berkaitan dengan bagaimana seseorang bersikap,dan berperilaku terhadap kelompok lain. Misalkan, Perilaku diskriminasi dan sikap prasangka terhadap out group. Konflik implicit (tersembunyi) adalah konflik yang mengacu pada perbedaan yang ada di dalam kelompok diakibatkan ketiadaan institusi yang jelas. Pembedaan di dalam kelompok sengaja dihembuskan oleh anggota kelompok tersendiri atau
(31)
dari luar. Padahal sebenarnya tidak ada sesuatu hal berbeda secara mendasar. Misalkan kasus suku Hutu dan Tutsi di Rwanda. Suku Hutu dan Tutsi memiliki banyak keasamaan, mulai dari bahasa, agama, budaya dan sejarah melalui pertukaran identitas dengan perkawinan antar suku tesebut. Tetapi karena perbedaan kecil (tinggi, warna kulit) dihembuskan oleh kaum kolonial, maka terjadilah konflik antara kedua suku tersebut.
Konflik antar kelompok (intergroup conflict) terjadi karena dipengaruhi beberapa hal. Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi munculnya konflik adalah:
1. Identitas Sosial
Identitas sosial adalah sebuah pengetahuan dari perseorangan selama individu tersebut berada di dalam sebuah kelompok tertentu (Abram dan Hogg, 1988). Identitas sosial mengasumsikan bahwa kita menunjukkan semua perilaku kelompok, contohnya solidaritas di dalam kelompok, dan diskriminasi terhadap kelompok lain dengan tujuan peningkatan diri dan penghargaan diri yang positif. (Abram & Hogg, 1988).
Menurut Tajfel dan Turner (dalam Abrams & Hogg, 1988) identitas sosial memberikan kontribusi yang besar terhadap kesalahpahaman dalam interaksi kelompok dalam skala besar, seperti halnya tindakan kelompok yang dapat menimbulkan konflik antar
(32)
kelompok. Menurut Tajfel dan Turner (dalam Hogg & Abram 1988) dikatakan bahwa identitas sosial dalam sebuah kelompok akan berpengaruh pada focus keyakinan kelompok dalam hal relasi maupun hubungan dengan kelompok lain. Identitas sosial di dalam kelompok juga memiliki peran untuk mengevaluasi kelompok. Selain untuk mengevaluasi kelompok, identitas sosial dalam kelompok juga berguna dalam bagaimana kelompok ini berpikir dan bagaimana kelompok ini akan bertindak.
Menurut Zillmann, Bryan, dan Sapolsky (dalam Beth Jacobson, 2003) identitas sosial juga memiliki perasan yang penting bagi individu. Manfaat yang dirsakan oleh individu membantu memberikan ikatan rasa antara individu di dalam kelompok. Identitas sosial dalam kelompok juga menjembatani fans atau kelompok menyatukan ketertarikan yang berbeda antara satu dengan yang lain di dalam kelompok, dengan kemampuan yang minimal dan dana yang rendah dari kelompok.
Menurut teori identita sosial, perilaku kelompok terjadi karena adanya dua proses penting yaitu proses kognitif dan proses motivasional (Turner, dkk., dalam Sarwono, 2009) dimana proses kognitif yang dilakukan oleh individu yaitu dengan melakukan kategorisasi pada berbagai stimulus yang dihadapi termasuk pada kelompok yang ditemui, sehingga individu cenderung untuk memandang orang lain sebagai anggota in-group atau sebagai anggota out-group
(33)
2. Kategorisasi sosial “Kita vs Mereka” (in-group vs out-group)
Konflik sosial yang melibatkan kelompok sosial akan mendorong individu dari masing-masing kelompok untuk memunculkan respon kognitif yang tercermin dari cara pandang mereka yang mengunggulkan kelompoknya sendiri dan merendahkan kelompok orang lain. Dari hal inilah pola pikir ‘kita’ dan ‘mereka’ terbentuk dalam sebuah kelompok (meek, dalam Madayaningrum, 2010). Senada dengan apa yang diutarakan Meek, Tajfel & Turner (dalam Nuraeini, 2005) mengutarakan hal yang tidak jauh berbeda. Ketika tergabung dalam sebuah kelompok manusia memiliki kecenderungan untuk membuat kategorisasi sosial atau mengklasifikasikan individu-individu dalam kategori-kategori atau kelompok-kelompok sosial tertentu.
Identitas sosial banyak berpengaruh terhadap pola pikir anggota dalam kelompok. Anggota dalam kelompok cenderung akan berpikir jika kelompok dimana individu tersebut berada (in-group) merasa lebih superior dibandingkan dengan kelompok lainnya (out-group). Pada umumnya individu-individu membagi dunia sosial kedalam dua kategori yang berbeda yakni “kita” dan “mereka”, “kita” adalah in-group yang merupakan kelompok dimana individu tersebut tergabung, sedangkan out-group adalah mereka. Dengan adanya kategorisasi yang dilakukan individu didalam kelompok ketika terjadi persaingan antar kelompok
(34)
maka kelompok lain yang yang merupakan out-group dipersepsikan sebagai musuh atau yang mengancam in-group (Sears,..dkk, 1994). 3. Ingatan akan kekerasan yang terjadi (sejarah)
Konflik yang melibatkan suporter sepakbola tidak terlepas dari sejarah dari suporter tersebut. ingatan akan sejarah merupakan salah satu sarana yang membuat kelompok semakin mempertahankan pandangan kelompoknya (in-group) semakin lebih favorit (Blight, dalam Sahdra, 2006).
Pengalaman-pengalaman historis juga melatar belakangi terjadinya konflik yang melibatkan kelompok. pengalaman historis dalam halini adalah pengalaman yang erat kaitannya dengan kekerasan yang diterima oleh kelompok suporter. Pengalaman tersebut akan memunculkan pandangan negatif kepada pihak yang melakukan kekerasan dan kelompok yang mendapatkan tindak kekerasan akan berusaha untuk memebalas (Walgito, 2003).
Ashmore dkk (2001) juga mengemukakan hal yang sama dengan Walgito, jika ada kelompok yang pernah mengalami korban penaklukan, perbudakan ataupun genosida memungkinkan kelompok tersebut rentan untuk melakukan kekejaman ataupun pembalasan terhadap kelompok lain kedepannya. Dalam konteks suporter seperti yang di kemukakan oleh Ashmore, kelompok yang pernah mendapat
(35)
perilaku kekerasan dari kelompok lain akan memiliki kecenderungan untuk membalas kelompok tersebut.
4. Stereotype, Prasangka, dan Diskriminasi
Menurut Sears dkk (2001) stereotype, prasangka dan diskriminasi merupakan tiga komponen yang berperan dalam antagonisme antar kelompok yang dapat menimbulkan konflik antar kelompok. Stereotype merupakan aspek kognitif dalam antagonisme antar kelompok, stereotype merupakan sebuah keyakinan tentang atribut personal yang dimiliki oleh orang-orang dalam suatu kelompok tertentu atau kategori sosial tertentu (sears dkk, 2010).
Prasangka menurut Baron & Byrne (1982) adalah suatu sikap negatif terhadap para anggota kelompok tertentu, yang semata mata didasarkan pada keanggotaannya di kelompok itu. Senada dengan Baron & Byrne, Ahmadi (1991) juga mengungkapkan jika prasangka merupakan sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu maupun terhadap kelompok lain. Sears (2010) juga mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda dengan Ahmadi jika prasangka adalah evaluasi negatif atas suatu kelompok atau seseorang berdasar pada keanggotaan orang tersebut dalam suatu kelompok. Sears (2010) juga mengemukakan jika prasangka akan membuat kelompok memiliki keyakinan jika in-group akan lebih unggul daripada semua out-group.
(36)
Muculnya prasangka dalam sebuah kelompok terhadap kelompok lain yang semakin kuat akan membuat kelompok memiliki keyakinan jika kelompok lain lebih rendah dari kelompok mereka sendiri. Prasangka yang melekat pada kelompok lain dan keadaan tersebut bertahan sukup lama pada sebuah kelompok lambat laun akan termanifestasikan dalam tindakan tindakan yang bersifat diskriminatif (Gerungan, 2004). Tindakan-tindakan yang bersifat diskriminatif tersebut berpotensi menimbulkan konflikyang lebih besar pada kedua belah kelompok.
5. Adanya Kepentingan yang sama
Bila pada dua kelompok atau lebih memiliki atau mempunyai kepentingan yang sama terhadap sesuatu, maka akan timbul persaingan untuk mendapatkannya. Persaingan yang melibatkan dua kelompok atau lebih, maka dari masing masing kelompok akan akan memunculkan upaya untuk mendapatkan atau mencapai sesuatu yang diinginkan.
Jelas terlihat dalam dunia sepakbola dapat kita lihat persaingan kelompok suporter untuk kepentingan yang sama. Persaingan tersebut untuk menunjukkan suporter mana yang paling kuat. Jika persaingan tersebut terus berlanjut demi kepentingan yang sama dan dalam waktu yang lama anggota di dalam kelompok akan memberikan label kepada anggota yang menjadi lawan kompetisisnya.
(37)
Demi tercapainya kepentingan yang diinginkan oleh salah satu suporter, terkadang kelompok menggunakan tindakan tindakan yang merugikan kelompok lain, akibatnya akan timbul konflik antar kelompok (Bomstein, 2003).
B. Suporter Sepakbola
Suporter salah satu begian penting dalam sebuah pertandingan sepakbola. Kehadiran suporter dalam sebuah pertandingan ikut menyemarakan pertandingan tersebut. Tidak jarang juga kehadiran suporter meningkatkan semangat bertanding sebuah klub sepakbola karena dukungan yang diberikan oleh suporter. Dengan dukungan yang diberikan oleh suporter kepada sebuah tim sepakbola ketika bertanding, suporter juga sering disebut pemain ke duabelas dari sebuah tim sepakbola.
Terdapat perbedaan antara suporter sepakbola dengan penonton sepakbola. Penontonn adalah orang yang menyaksikan suatu pertunjukkan atau sebuah tontonan, sedangakan suporter adalah oang yang memberikan support atau dukungan . Dari pengertian antara suporter dan penonton, keduanya memiliki makna yang berbeda, terlebih kita gunakan istilah tersebut untuk lingkup persepakbolaan. Penonton adalah orang yang melihat ataupun menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat pasif. Sementara untuk suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehingga bersifat aktif (suryanto.blog.unair.ac.id).
(38)
Suporter atau juga biasa disebut fans club adalah sebuah organisasi yang terdiri dari sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub atau sepakbola (Panjaitan, 2011). Senada dengan Panjaitan, Suryanto juga mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda dengan Panjaitan mengenai suporter. Suryanto (2005) mengemukakan jika suporter adalah orang- orang yang memberikan dukungan kepada tim yang dibela. Suporter harus beafiliasi dengan klub sepakbola yang didukungnya sehinnga prbuatan suporter akan berpengaruh terhadap klub yang dibelanya.
Di Indonesia, suporter sepakbola mengalami perkembangan menjadi kelompok suporter yang membentuk organisasi. Seiring perkembangan sepakbola yang menuju kea rah industri dan bisnis. Kelompok suporter yang fanatik dengan basis massa dalam skala yang besar kemudian membentuk organisasi suporter sepakbola untuk mendukung kemajuan sebuah klub.
Dalam pembentukan suporter sendiri telah ada beberapa regulasi yang mengatur adanya suporter. Berdasarkan peraturan dari PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) yang merupakan induk organisasi sepakbola di Indonesia, didalam sebuah suporter setidaknya harus terdiri dari : 1) Ketua; 2) Sekretaris; 3) Bendahara; 4) Koordinator Suporter; 5) Koordinator Humas; 6) Koordinator Keamanan; 7) Koordinator Peralatan dan Perlengkapan; 8) Koordinator Transportasi (Panjaitan, 2011).
Selain dalam pembentukan suporter, untuk keanggotaan suporter juga terdapat regulasi yang mengaturnya. Untuk keanggotaan dari suporter diatur
(39)
dalam peraturan yang dikeluarkan BLI (Badan Liga Indonesia) yang mengatakan sebagai berikut:
1. Terdaftar sebagai anggota suporter dalam organisasi suporter.
2. Terikat dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh suporter yang bersangkutan.
3. Anggota membayar iuran bulanan yang jumlahnya ditentukan oleh organisasi suporter.
4. Anggota mendapat kartu suporter yang didalamnya terdapat nomor keanggotaan suporter yang bersangkutan.
5. Lama berlakunya keangootaan ditentukan oleh suporter yang bersangkutan.
6. Anggota dapat membeli tiket dari pengurus suporter dengan potongan harga.
7. Dengan menjadi anggota suporter, anggota mendapatkan keuntungan-keuntungan yang ditentukan dalam peraturan keanggotaan suporteryang bersangkutan. (Panjaitan, 2011).
Indonesia merupakan negara dengan jumlah suporter yang tergolong banyak.hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki klub sepak bola dengan basis suporter yang besar, Yogyakarta salah satunya. Di Yogyakarta sendiri terdapat tiga klub sepakbola dengan jumlah suporter yang tergolong cukup banyak dan berkompetisi di level yang sama. Suporter Slemania yang mendukung tim PSS Sleman yang berbasis di kabupaten Sleman, Brajamusti,
(40)
suporter yang mendukung tim PSIM Yogyakarta yang berpasis di kota Jogja dan Paserbumi yang merupakan suporter pendukung tim PERSIBA Bantul yang berbasis di kabupaten Bantul.
Dalam penelitian ini lebih menggunakan istilah suporter dikarenakan suporter lebih terlibat secara langsung dalam pertandingan sepakbola dari pada penonton. Suporter lebih mempunyai ikatan emosional dengan klub sepakbola yang didukungnya dan memiliki fanatisme yang lebih. Suporter juga biasanya tergabung dalam kelompok suporter tertentu dalam mendukung kesebelasan sepakbola. Penonton dalam hal ini merupakan orang yang menyaksikan suatu pertandingan (sepakbola) baiksecara langsung maupun tidak langsung (melalui layar televisi) dan penonton juga belum tentu tergabung dalam kelompok supporter tertentu. Keterikatan emosional dengan klub yang didukung dan fanatisme yang dimiliki inilah yang membedakan suporter sepakbola dengan pendukung cabang olahraga yang lain.
C. Kerangka Penelitian
Konflik merupakan gejala sosial yang senantiasa hadir ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Konflik dikemukakan sebagai bentuk pertentangan antar individu mapun antar kelompok. Dalam penelitian ini akan lebih membahas mengenai konflik antar kelompok (intergroup conflict) yang terjadi. Dalam konflik yang melibatkan kelompok suporter banyak dipengaruhi oleh banyak hal. Apabila yang seharusnya menjadi milik kelompok misalnya kemenangan tim yang didukung terhalangi atau bahkan sampai terebut oleh
(41)
kelompok lain, hal ini dapat menimbulkan konflik karena konflik merupakan ketidaksesuaian tujuan yang dialami oleh kelompok.
Identitas sosial sebuah kelompok yang melekat pada individu akan mempengaruhi individu individu untuk melakukan kategorisasi terhadap kelompok kelompok lain berdasarkan keanggotaan individu terhadap keanggotaan kelompoknya. Kategori yang dilakukan oleh kelompok menimbulkan pola pikir “kita” vs “mereka” dimana “kita” yang merupakan ingroup akan cenderung memandang kelompok lebih positif dibandingkan dengan kelompok lainnya (outgroup), lebih parahnya lagi outgroup dipersepsikan sebagai musuh atau yang mengancam ingroup. Dantidak jarang kategorisasi terhadap kelompok lain berpengaruh terhadap terjadinya konflik antar kelompok. Pola pikir “kita” vs “mereka” akan semakin diperkuat oleh adanya sejarah masa lalu atau ingatan kelompok akan kejadian yang tidak menyenangkan misalkan menerima tidakan kekerasan di masa lalu. Sebagai kelompok yang mendapat perlakua kekerasan akan semakin menganggap jika outgroup yang melakukan kekerasan tersebut adalah musuh dan ingroup cenderung akan memiliki keinginan untuk melakukan pembalasan di kemudian hari. Hal ini semakin memperbesar kemungkinan munculnya konflik yang termanifestasikan dalam bentrokan antar suporter dan berpotensi selalu terulangya konflik tersebut.
Dengan melihat maraknya konflik yang terjadi di masyarakat terutama yang melibatkan suporter sepakbola peneliti ingin mengetahui serta kemudian
(42)
memaparkan dalam bentuk deskripsi mengenai bagaimana terjadinya konflik yang melibatkan suporter sepakbola dan mengapa konflik tersebut selalu terulang.
(43)
23 BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian yang membahas mengenai konflik yang terjadi pada suporter sepakbola ini menggunakan metode kualitatif. Pilihan menggunakan metode ini dirasa peneliti tepat untuk memenuhi tujuan penelitian, yaitu untuk menggambarkan bagaimana konflik antar suporter bisa terjadi dan konflik antar suporter tersebut selalu terulang, karena penelitian kualitatif berusaha untuk mengeksplorasi, mendeskripsikan maupun menginterpretasikan maksud dari suatu fenomena maupun pengalaman personal dan sosial yang dialami oleh subjek penelitian (Creswell, 2007). Senada dengan Creswell, Smith (2006) penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan suatu kejadian yang disadari dan bertujuan untuk mendiskripsikan atau menangkap sedekat mungkin bagaimana fenomena tersebut dialami dalam konteks terjadinya fenomena tersebut. Desain penelitian kualitatif yang bersifat alamiah dengan tidak berusaha untuk memanipulasi setting penelitian juga dinilai sesuai untuk penelitian ini.
Selain itu, ada beberapa pertimbangan yang mengarahkan peneliti untuk memilih pendekatan kualitatif terkait dengan ciri-ciri penelitian kualitatif. Di dalam perspektif teoritis ilmu-ilmu sosial, peneliti kualitaitf biasanya berada di bawah payung paradigma interpretative atau fenomenologis (Poerwandari , 2005). Di bawah paradigma tersebut, tujuan dari sebuah penelitian sosial adalah
(44)
menginterpretasi dan berusaha untuk memahami kehidupan sosial yang dialami oleh subjek.
Penelitian kualitatif ini data yang digunakan adalah data kualitatif yang berbentuk seperti data wawancara dan data hasil dari observasi seperti yang di ungkapkan Poerwandari (2005) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang bersifat deskriptif seperti traskrip wawancara, catatan lapangan, gambar foto, rekaman video, dan lain sebagainya. Secara sederhana, penelitian ini adalah penelitian yang datanya tidak diperoleh melalui statistik melainkan berdasarkan wawancara dan observasi (strauss & Corbin, 2009). Dalam penelitian kualitatif ini, data yang dihasilkan berupa traskrip wawancara kemudian data akan diolah menjadi bentuk deskripsi sehingga penelitian ini memenuhi syarat untuk menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Dalam penelitian ini penulis bermaksud memberi gambaran atau mendeskripsikan mengenai konflik yang terjadi antar suporter apa yang menyebabkan konflik antar suporter selalu terulang
B.Fokus Penelitian
Fokus penelitian atau batasan penelitian dalam penelitian kualitatif berguna untuk memberi batasan sampai sejauh mana suatu penelitian diteliti. Dalam penelitian ini yang akan berfokus pada konflik yang selalu berulang dimana
(45)
konflik tersebut melibatkan suporter sepakbola dan apa saja yang menyebabkan konflik tersebut selalu terjadi dan berulang.
C.Subjek Penelitian
Subjek atau informan dalam penelitian ini adalah orang yang tergabung dalam sebuah kelompok suporter yang berada di Yogyakarta. Keseluruhan subjekidu yang telah bergabung dengan kelompok suporter lebih dari 5 tahun dan pernah terlibat dalam sebuah konflik antar suporter yang terwujud dalam bentrokan antar suporter dengan har pan subjek mengetahui dinamika dalam kelompok suporter tersebut. Kriteria tersebut dinilai peneliti sesuai dengan pengalaman atas fenomena yang akan di teliti, terlebih individu dalam kelompok (Creswell, 2007).
D.Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode wawancara guna memperoleh data. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dimaksudkan unruk memperoleh pengetahuan tentang makna subjektif yang dipahami oleh individu terkait dengan topic penelitian dan akan mengeksplorasi isu yang muncul (Banister et al, dalam Poerwandari 2005)
Wawancara yang akan digunakan peneliti adalah wawancara semi terstruktur dengan panduan pertanyaan umum, yaitu selama proses wawancara peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum. Panduan
(46)
pertanyaan wawancara tersebut mencantumkan isu yang terkait dengan topik penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dimana panduan pertanyaan wawancara tersebut bertujuan guna menentukan urutan pertanyanyaan maupun bentuk pertanyaan eksplisit. Panduan wawancara tesebut juga bertujuan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus sebagai pengecek apakah semua aspek yang ingin diungkap sudah ditanyakan (Poerwandari, 2005).
Meskipun dilakukan dengan wawancara semi terstruktur, peneliti tetap membuat panduan daftar pertanyaan terlebih dahulu sehingga akan membuat peneliti tetap fokus pada topik ataupun kajian yang akan diteliti. Panduan daftar wawancara disusun menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya terbuka namun tetap berdasar pada topik ataupun fokus penelitian.
Tabel 2
Panduan Wawancara
1. Tolong ceritakan pengalaman saudara selama menjadi suporter? (disertai dengan elaborasi)
2. Pernahkah saudara terlibat dalam konflik yang terjadi antar suporter? (disertai elaborasi)
3. Tolong saudara ceritakan krologis terjadinya konflik pada saat pertandingan sepakbola? (disertai dengan elaborasi) 4. Bagaimana reaksi anggota kelompok suporter dimana
(47)
saudaa tergabung ketika terjadi konflik dengan suporter lain? (disertai elaborasi)
Proses wawancara ini akan dilakukan melalui beberapa tahap,yaitu:
1. Mencari subjek sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti dan bersedia untuk berpartisipasi menjadi subjek penelitian.
2. Membangun repport, menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian dan kembali memastikan kesediaan subjek untuk berpartisipasi setelah mengungkapkan maksud dan tujuan penelitian.
3. Menentikan waktu dilakukannya wawancara berdasarkan kesepakatan antara subjek dan peneliti.
4. Menyusun panduan wawancara yang akan di berikan kepada subjek wawancara.
5. Melakukan wawancara.
Selama proses wawancara, data wawancara akan direkan dengan menggunakan digital recorder guna mengantisipasi ketika peneliti lupa dan selanjutnya akan disalin dalam bentuk arsip verbatim.
E.Prosedur Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif tidak ada rumusan baku untuk melakukan analisis data. Namun, terdapat beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam pengolahan dan analisis data yaitu, peneliti wajib memonitor dan melaporkan
(48)
proses dan prosedur analisis data secara jujur dan selengkap mungkin senada dengan yang diungkapkan Patton (dalam Poerwandari, 2005) .
Berikut iniadalah langkah analisis data dalam penelitin ini: 1. Organisasi Data.
Organisasi data diawali dengan memindahkan data rekaman hasil wawancara setiap subjek dari digital voice recorder kedalam bentuk tulisan dan menghasilkan transkrip verbatim yang berbentuk kolom.pengetikan traskrip verbatim dilakukan segera setelah proses wawancara selesai. Langkah pertama yang akan dilakukan peneliti adalah membaca narasi yang telah di traskrip tersebut dengan cermat kemudian melakukan pengelompokan data.
2. Pengkodean (codding)
Setelah data mentah hasil wawancara disusun menjadi transkrip verbatim, peneliti melakukan penomoran untuk setiap baris kemudian dilanjutkan dengan pemberian kode. Kode diberikan dibelakan jawaban subjek. peneliti melakukan pengkodean untuk mengenali mana data yang relevan dengan fokus penelitian. Pada tahap pengkodean ini peneliti tidak mengubah esensi kalimat yang diucapkan subjek dan yang bisa diakukan adalah mengeluarkan kata-kata atau kalimat kunci.
3. Interpretasi dan Pembahasan
Setelah fase deskripsi, penulis masuk pada fase interpretatife dimana penulis akan mengkaitkan narasi dengan kerangka teoritis (Smith,
(49)
2009) dan menuliskan analisis penelitiannya ke dalam bentuk narasi. Penulis lebih tertarik untuk menyebutnya sebagai analisis dan bukan “hasil” karena analisis dalam penelitian kualitatif merupakan suatu rangkaian penafsiran yang terbuka terhadap pertanyaan (Parker, 2008)
Peneliti akan memasukan pengalaman personal ke dalam narasi kesimpulan tanps mengubah alur dan inti dari analisis penelitian (Creswell, 1998), serta mencantumkan berbagai referensi dan beberapa perspektif baru sehingga memungkinkan untuk mengembangkan sebuah penelitian kualitatif (Parker, 2008)
F. Verifikasi Data 1. Kredibilitas
Untuk mendapatkan kredibilitas pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2008). Peneliti mencari referensi dari penelitian penelitian yang berhubungan dengan konflik antar kelompok. Peneliti juga mencari data data dan fakta yang berkaitan dengan konflik antar suporter.
Pada penelitian kualitatif ini, selain menggunakan teknik triangulasi untuk memperoleh kredibilitas penelitijuga menggunakan konsep validitas komunikatif. Validitas komunikatif, artinya untuk memperoleh validitas yang baik dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan kembali data dan analisisnya
(50)
pada subjek penelitian sehingga peneliti mendapatkan feedback untuk proses pengecekan kembali.
2. Dependabilitas
Dalam penelitian ini, daya konsistensi atau dependabilitas dapat diperoleh dengan cara diskursus yaitu dengan cara mendiskusikan hasil temuan penelitian serta analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan orang yang ahli.dalam penelitian ini, pihak yang menjadi konsultan/auditor saya adalah dosen pembimbing. Dosen pembimbing menjadi mentor peneliti agar peneliti melakukan penelitian yang konsisten dan objektif. Dosen pembimbing sebagai mentor juga member arahan-arahan kepada penelitia dalam melakukan tahapan-tahapan penelitian sehingga daya konsistensi dapat berjalan.
(51)
31 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Peneliti melakukan persiapan sebelum melakukan penelitian. Proses persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a. Peneliti mencari subjek yang merupakan suporter sepakbola yang berasal dari klub sepakbola yang ada di Yogyakarta. Informasi mengenai orang yang merupakan suporter diperoleh peneliti dengan bantuan teman. Peneliti melakukan rapport pada subjek dengan cara bertemu langsung maupun dengan berkomunikasi melelui SMS
b. Setelah Peneliti mengetahui dan memeastikan subjek adalah seorang suporter yang cukup aktif dalam setiap pertandingan yang dilakukan oleh klub yang didukungnya, peneliti meminta kesediaan subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
c. Setelah subjek bersedia untuk berpartisipasi menjadi subjek penelitian, peneliti meminta subjek untuk membaca surat persetujuan untuk terlibat dalam penelitia dan peneliti juga mengatakan kepada subjek jika peneliti menjamin kerahasiaan semua data yang diberikan oleh subjek yang akan dipergunakan peneliti dalam penelitian ini.
(52)
d. Peneliti mempersiapkan digital voice recorder sebagai alat yang digunakan untuk merekam setiap sesi wawancara dengan subjek. selain itu peneliti juga memastikan jika baterai digital voice recorder yang digunakan mencukupi selama proses wawancara.
e. Peneliti membuat janji secara langsung dengan subjek untuk melakukan wawancara.
2. Pelaksanaan Penelitian a. Proses Pengambilan Data
Penelitian dilakukan mulai sekitar bulan oktober 2014 sampai januari 2015. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah subjek yang memnuhi criteria yang telah disebutkan dalam persiapan pernelitian. Subjek merupakan suporter sepakbola yang tergabung dalamkelompok sepakbola yang berada di Yogyakarta.
Wawancara pertama dilakukan bersama saudara kecik yang merupakan salah satu suporter dari tim yang berada di Yogyakarta. Subjek selalu mendukung kesebelasan yang didukungnya ketika bertanding. Subjek juga merupakan karyawan swasta di sebuah perusahaan yang bertempat di Yogyakarta. Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2014. Dari hasil wawancara dengan subjek diperoleh beberapa catatan mengenai pengalaman subjek sebagai seorang suporter yang dibutuhkan oleh interviewer untuk kepentingan penelitian ini.
(53)
Subjek merupakan orang yang terbuka, ketika peneliti datang ke rumah subjek peneliti di sambut dengan terbuka. Mungkin karena pendekatan yang dilakukan peneliti sebelum proses wawancara dilakukan. Hal tersebut mebuat subjek mampu mengungkapkan pengalaman selama menjadi suporter dengan terbuka kepada peneliti.
Wawancara dilakukan di rumah subjek. sekitar pulun 18.30 wawancara dilakukan oleh peneliti dengan subjek. Sebagai seorang suporter yang sudah cukup lama mendukung sebuah kesebelasan sepakola membuat subjek dengan lancar menceritakan pengalamannya sebagai suporter.
Selama subjek menjadi suporter, subjek menceritakan mengenai suka dan dukanya menjadi suporter. Mendapat lemparan batu , botol, maupun mendapat pemukulan menjadi hal yang wajar menurut subjek ketika menjadi seorang suporter yang sedang mendukung tim nya bertanding. subjek juga merupakan suporter yang selalu mengawal timnya ketika bertanding baik bertanding di dalam kota maupun melaway ke kota lain. Subjek selalu menyempatkan mengawal tim yang didukungnya bertanding.
Wanwancara selanjutnya dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2014 bersama dengan saudara gilang yang merupakan supoerter sepakbola juga tentunya. Saudara Gilang merupakan seorang karyawan swasta pada kontraktor instalasi listrik. Walaupun subjek sudah bekerja,
(54)
subjek selau menyempatkan datang ke stadion untuk menonton sepakbola ketika tim yang didukungnya bertanding terutama ketika bertanding di Yogyakarta.
Wawancara dilakukan di rumah subjek pada malam hari karena kesibukan subjek sebagai karyawan. Setelah beberapa menit dilakukan wawancara dengan subjek, diketahui banyak kejadian yang dialami subjek selama subjek menjadi subjek menjadi suporter. Ada banyak kejadian yang dialami oleh subjek ketika menjadi seorang suporter. Baik kejadian yang menyenangkan maupun kejadian yang menurut subjek kurang menyenangkan.
Subjek cukup lancar dan terbuka dalam menceritakan pengalaman subjek selama menjadi suporter. Hal tersebut terjadi dikarenakan peneliti sudah cukup lama mengenal subjek sehingga suasana dalam proses wawancara menjadi lebih santai. Penyampaian yang terbuka dan saling kenalnya peneliti dengan subjek sangat membantu jalannya wawancara atau dengan kata lain suasana bercerita yang nyaman semakin tercipta ketika prosos wawancara dengan subjek.
Wawancara selanjutnya dilakukan sekitar bulan November 2014 dengan saudara Genjo. Saudara genjo merupakan seorang mahasiswa tingkat akhir si perguruan tinggi swasta. Kesibukan subjek selain masih mengambil beberapa mata kuliah, subjek juga sudah mulai mengerjakan skripsinya. Subjek tentunya juga adalah suporter sepakbola, namun
(55)
menurut subjek akhir-akhir ini subjek jarang menyaksikan pertandingan tim yang didudukungnya langsung di stadion karena kesibukan di kampus dan di luar kampus yang harus dijalani oleh subjek.
Wawancara dengn subjek dilakukan pada malam hari di sebuah gereja dimana subjek juga merupakan anggota OMK di gereja tersebut. Wawancara dilakukan dalam kondisi yang santai, dan kondisi lingkungan yang sepi karena memang waktu wawancara yang dilakukan pada malam hari. Wawancara dengan subjek berjalan dengan lancar. Lancarnya wawancara dengan subjek dikarenakan peneliti sudah terlebih dahulu mengenal subjek sebelum proses wawancara. Kenalnya subjek dengan peneliti membuat subjek dapat menceritakan pengalaman selama manjadi suporter dengan gamblang dan terbuka.
Subjek banyak menceritakan pengalaman menjadi seorang suporter sepakbola mulai dari awal subjek tertarik untuk menonton sepakbola. Menurut subjek, banyak kejadian yang dialami oleh subjek ketika menjadi seorang suporter bola. Banyak kejadian menyenangkan maupun kejadian yang tidak menyenangkan yang dialami oleh subjek. Subjek juga menceritakan pengalaman mendukung tim bertanding hingga keluar kota, menurut subjek itu adalah hal yang menyenangkan. Namun, disisi lain subjek juga menceritakan pengalaman yang kurang menyenangkan ketika subjek terlibat saling ejek ketika pertandingan berlangsung, saling lempar botol dengan suporter lawan. Subjek juga
(56)
menceritakan pengalaman ketika bentrok dengan suporter pendukung kesebelasan lawan ketika pertandingan sedang berlangsung maupun ketika pertandingan sudah selesai.
Wawancara selanjutnya dilaksanakan sekitar pertengahan bulan November 2014, dengan saudara giyanto. Wawancara dilakukan di rumah saudara giyanto pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB. Awalnya, peneliti tidak mengenal saudara giyanto. Namun, mendapat informasi dari teman akhirnya peneliti bertemu dengan subjek dan berkenalan dengan subjek. Pertemuan pertama peneliti dengan subjek keduanya terlihat canggung. Namun, setelah beberapa hari berkomunikasi subjek akhirnya bersedia untuk terlibat dalam penelitia ini.
Wawancara dilakukan di rumah subjek. Subjek merupakan orang yang terbuka walaupun awalnya merasa canggung. Dalam proses wawancara, subjek menceritakan pengalaman selama menjadi suporter. Setelah beberapa menit wawancara dilakukan, dari hasil berbincang diketahui jika subjek pernah menjadi korban dalam bentrok antar kedua suporter pendukung tim sepakbola. Namun subjek mengatakan hal tersebut adalah hal yang wajar ketika pertandingan sepakbola.
b. Jadwal Pengambilan Data
Berikut ini adalah jadwal wawancara guna mendapatkan data penelitian dengan subjek:
(57)
Tabel 3
Jadwal wawancara dengan subjek I (Kc)
Hari, tanggal Waktu Tempat Kegiatan 04 November
2015
19.30 WIB Rumah Subjek
Memastikan subjek untuk ikut terlibat dalam penelitian serta meminta persetujuan subjek untuk diwawancarai,
melakukan rapport 05 November
2015
18.30 WIB Rumah Subjek
Menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian
Table 4
Jadwal wawancara dengan subjek II (GL)
Hari, tanggal Waktu Tempat Kegiatan 09 November
2015
19.00 WIB Rumah Subjek
Memastikan subjek untuk ikut terlibat dalam penelitian serta
(58)
meminta persetujuan subjek untuk diwawancarai,
melakukan rapport 10 November
2015
21.30 WIB Rumah Subjek
Menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian
Table 5
Jadwal wawancara dengan subjek III (GJ)
Hari, tanggal Waktu Tempat Kegiatan 16 November
2015
21.00 WIB Rumah Subjek
Memastikan subjek untuk ikut terlibat dalam penelitian serta meminta persetujuan subjek untuk diwawancarai,
melakukan rapport 19 November
2015
22.00 WIB Gereja Menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian
(59)
Table 6
Jadwal wawancara dengan subjek IV (GY) Hari, tanggal Waktu Tempat Kegiatan 23 November
2015
19.00 WIB Rumah Subjek
Memastikan subjek untuk ikut terlibat dalam penelitian serta meminta persetujuan subjek untuk diwawancarai,
melakukan rapport 25 November
2015
21.30 WIB Rumah Subjek
Menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian
(60)
B. Analiis Data
1. Harga diri kelompok
a. Harga diri kelompok saat kedua suporter saling ejek.
Harga diri kelompok karena saling ejek sering terjadi pada saat pertandingan sepakbola sehingga tidak jarang hal ini menimbulkan konflik antara kedua belah suporter.
Kalau masalah secara,,seperti apa dahulunya saya tidak tahu tapi yang saya ikuti sekarang itu dari suporter lawan saling mengejek kita bahkan tim kita di ejek dihina hina dan dari suporter kita ya tetep nggak terima balik ngehina lagi tetep sampai sekarang masih seperti itu. (subjek Gl)
Tidak hanya subjel Gl yang mengatakan jika terkadang saling ejek antar suporter dapat menimbulkan konflik. Dari pemaparan subjek Gj juga mengatakan jika terkadang keadaan saling ejek antar kelompok dapat menimbuklan konflik
sering ketika bertemu pasti akan saling mengejek walaupun itu akan lepas dari fairplay tapi secara tidak langsung orang orang yang di bawah itu akan langsung saling mengejek ketika berpapasan dijalan atau ketika sedang ngobrol secara tidak langsung pasti akan saling mengejek nah itu yang menjadi masalah. (subjek Gj)
(61)
dengan kelompok besar itu akan apa ya ya akan yo merasa hebat ya meraka akan yo pasti keberaniannya itu akan yo muncul mereka akan dengan kelompok besar akan salaing ngejek dan biasanya berakhir dengan bentrok. (subjek Gj)
Banyak permasalahan konflik antar suporter ketika pertandingan berlangsung yang disebabkan karena saling ejek antara kedua belah suporter, seperti yang dikatakan subjek Gy
ehmm mungkin saling ejek atau gimana karena iitu
bisa memacu ketika suporter sudah berada
dipengaruhi oleh yang namannya minuman alkohol. (subjek Gy)
Saling mengejek yang dilakukan oleh kelompok suporter yang menyinggung bahkan sampai merendahkan kelompok lain tidak menutup kemungkinan akan berujung pada sebuah konflik yang terwujud dalam bentrokan antar suporter seperti yang diungkapkan oleh beberapa subjek diatas.
b. Harga diri kelompok suporter maupun tim yang didukung.
Kekalahan tim ketika bertanding juga tidak jarang membuat suporter geram. Mereka tidak terima ketika tim yang didukungnya kalah pada sebuah pertandingan.beberapa subjek mengungkapkan hal tersebut.
Kalau yang saya tahu itu ya tim yang mereka tim yang mereka support itu kalah dalam permainan dan
(62)
mereka kita pulang nggak terima disaat di jalan nah itu dia kita diserang cuma itu yang saya tahu kalau dari sisi mereka kurang paham.(subjek Gl)
satu ketika ketika tim kebanggannya bermain sangat jelek itu bisa menjadi salah satu faktor pemicu dari kemarahan suporter apalagi kalau kita sampai kalah di kandang sendiri. (subjek Gy)
Selain karena kekalahan yang dialami tim yang didukungnya, gengsi kedua kelompok suporter yang notabene berada dalam satu kota. Semua ingin menunjukan kelompok mana yang lebih unggul.
sebenernya jadi walaupun saya sebenernya masalah intinya setahu saya hanya gengsi antar kota biasa lah derby derby antar kota terus gengsi biasanya setau saya ya itu dan itu pasti akan kebawa walaupun sejarahnya dulu itu kita nggak tau juga mungkin itu sih kalau saya lebih condonge ning gengsi. (subjek Gj)
ya masaslah nya gengsi itu tadi yang saya awal katakan gengsi antar suporter itu tadi klub kan luwih apik lha itu sebenernya awal masalah. (subjek Gj)
Yang terjadi sebelum sebelum ini kan ada penggropyokan atau mereka ya ada suporter lain
(63)
yang lewat mereka hadang itu kan cuma harga diri dari komunitas itu biar dipandah wah biar mereka dipandang lebih kuasa lebih kuat dari suporter lain itu yang saya maksud dari mementingkan nama kelompok lah. (subjek Gl)
Kemunculan kelompok suporter baru dalam sebuah tim juga akan memunculkan kecemburuan yang tidak jarang menimbulkan konflik antar kelompok karena satu sama lain merasa ingin lebih diakui
jadi cuma ya ikut ikutan ada BCS naik gara gara koreo dan lain lain diaikut ikutan bikin suporter kan memecah to mas dulu paserbumi dari divisi dua ngawal persiba sekarang di ISL kok tau tau naik dia ada terus perjuangan kemaren tu apa makanya sekarang bentrok2 terus mas. (subjek KC)
soalnya itu mas iya pertamaitu kita nggak nggubris soal adanya CNF pertama pertama dia, eh pertama dia muncul terus kita tabrak tabrak terus kita istilahnya yo ngopo to pertama pertama yo kayak gitu mas ngopo to ngurusi CNF ki ingo ngopo. (subjek KC)
(64)
2. Konflik selalu terjadi
a. Bentrok karena sejarah masa lalu
Bentrokan yang terjadi pada sebuah pertandingan sepakbola yang dilakukan oleh suporter seringkali didasari oleh sejarah masa lalu antar kedua suporter
terkecuali ada memang ada sejarah antar suporter a dan b itu punya sejarah konflik pandangan akan berbeda secara otomatis itu pasti akan kebawa walaupun sebenernya walaupun sebenernya kita juga nggak tau masalah intinya. (subjek Gj)
konflik itu pasti akan muncul, saya pernah itu ketika kita berangkat ke bantul ketika sleman away ke bantul itu kita naik truk bareng bareng ada banyak banget truk pawai itu kita di lempari dari jalan sepanjang jalan dari suporternya PSIM itu ya kita tetep balas. (subjek Gj)
Hal senada juga dipaparkah oleh beberapa subjek lainnya jika bentrok yang terjadi antar suporter karena masalah yang sudah ada sejak lama dan turun temurun sampai sekarang dilakukan
Kalau itu ada biasanya tu sudah turun temurun dari jaman dahulu. Kalau dulu itu masalahnya apa nggak tau tapi itu sampai sekarang masih dibawa.(subjek Gl)
(65)
Kalau yang di kelompok yang ada sekarang itu sudah dari jaman dahulu kan kedua suporter ini kan saling serang saling serang bahkan sejak saya belum mengetahui bola yang ada disini itu sudah ada dan bahkan sampai sekarang itu masih di budayakan dan suporter tetangga itu juga seperti itu.(sujek Gl)
iya mas kalau soalnya dulu ada sejarahnya paserbumi sama brajamusti kan bentrok ya sampai sekarang mas yang namanya dunia suporter mask an rival to? Kalauudah berhubungan dengan masa orang banyak. (subjek Kc)
Dari pemaparan subjek, konflik yang terjadi antar suporter yang terwujud dalam bentrokan antar suporter terjadi karena didasari oleh sejarah masa lalu yang melibatkan kedua belah pihak suporter yang sampai sekarang masih terpelihara.
b. Bentrok selalu terjadi baik itu di dalam stadion maupun di luar stadion
Pada saat pertandingan, bentrok antar suporter tidak terhindarkan dan hampir pasti terjadi walaupun hanya bentrok kecil.
Kemungkinan masih akan tetep sama yang ini sudah terulang beberapa kali itu seperti itu terus mereka datang kesini yang kalau datangnya baik pulangnya ya udah pasti ada bentrok lah entah cuma sedikit atau besar itu pasti ada dan saat kita datang kesana itu
(66)
juga sama ada yang cuma pas didalam stadion aja bentrok atau cuma sekedar ya bentrok kecil. (subjek Gl)
nah terus yang kejadian itu semua tau to mas kalau kita juga di serang pas itu juga pas posisi apa pas posisi pertandingan tau kita g kenapa kenapa diserang. (subjek Kc)
yo bisa terjadi itu kan bahkan kemarin sempat rusuh dalam stadion selesai pun masih dan di luar pertandingan. (subjek Gy)
Bentrok juga terkadang terjadi ketika sudah berada diluar stadion bahkan ketika tidak ada jadwal pertandingan kedua kesebelasan pun bentrok terkadang juga terjadi.
konflik itu pasti akan muncul, saya pernah itu ketika kita berangkat ke bantul ketika sleman away ke bantul itu kita naik truk bareng bareng ada banyak banget truk pawai itu kita di lempari dari jalan sepanjang jalan dari suporternya PSIM itu ya kita tetep balas. (subjek Gj)
tapi yang daerah kulon progo itu masih sering kres paserbumi kulon progo masih sering kres sam brajamusti kulon progo ya sebaliknya gitu mas
(67)
soalnya yang perbatasan perbatasan itu malah yang rawan. (subjek Kc)
sering terjadi kadang ada yang memakai kaos merah dihadang yang hitam yang hitam pun kalau memakai kaos juga sebaliknya seperti itu jadi kan hanya karena identitas kaos itu yang menjadi dendam semakin terbawa di luar.(subjek Gy)
ketika nanti jalan lah menggunakan atribut atau apa juga menjadi sasaran tembak sasaran tembak dalam artian yo sasaran dari suporter suporter yang mempunyai konflik dengan kita.(subjek Gj)
bentrok antar suporter yang merupakan wujud konflik antar kelompok tidak terhindarkan dan hampir pasti terjadi walaupun hanya sebatas bentrokan kecil. Namun tidak menutup kemungkinan bentrokan yang terjadi semakin membesar. Selain terjadi di dalam stadion saat tim yang didukung bertanding bentrokan antar suporter juga terjadi di luar stadion ketika tim yang didukung tidak saling bertanding.
3. “nggak tau tapi melu-melu”
Dalam konflik atau kekerasan yang muncul pada suporter ketika pertandingan sepakbola maupun diluar pertandingan sepakbola, pelaku terkadanga hanya sekedar ikut-ikut dikarenakan orang tersebut merupakan anggota dari kelompok yang terlibat konflik atau kekerasan
(68)
ya itu tadi kadang mereka nggak ngerti tapi ya cuma melu melu lha terus deke ikut ya kadung mangkel bahkan cuma liat aja kemudian males terus maen pukul aja biasanya cuma seperti itu dikarenakan juga orang itu bagian dari suporter yang rival tadi. (subjek Gl)
generasi saya ya sebenernya untuk suporter sejarah dari masa lalu sebenernya kurang tau kan untuk selama ini kita sering kebawa arus gitu aja sih. (subjek Gj)
sekarang tu mereka hanya ikut ikut ya sekedar ikut ikut aja ketika mereka nggak tahu sejarahnya ya nanti
ketika tahu sejarahnya yo apa ya dengan
kelompoknya konflik denga itu nggak tahu sejarahya yo hanya sekedar iki seragamyang tak gunakan harus di serang yo intinya membela kan intinya itu aja sih kalau orang yang nggak tahu sejarahnya ojo nganti kelompok ku ki kalah sama kelmpok itu. (subjek Gj)
kalau sejarah dengan brajamusti saya cuma mendengar mas, belum merasakan belum mengalami dampak itu belum tau, saya juga nggak pernah sama brajamusti ada gimana gimana dalam arti belum gimana gimana soalnya itu jaman ya saya masih awal awalnya mendukung persiba belum terlalu fanatic ya sekedar ikut ikutan aja mas kalau ada brajamusti
(69)
kalau ada paserbumi ya udah yang penting saya nggak kena. (subjek KC)
Tidak jarang tindakan yang bermula dari ikut-ikutan tanpa tahu asal muasal masalah tersebut yang awalnya marupakan masalah pribadi akan merambat pada konflik yang melibatkan massa lebih banyak dan berakhir pada konflik yang lebih besar antar kelompok suporter
Tapi ada yang dia ikut cuma ikut ikutan lah kebanyakan yang itu malahan mereka nggak ngerti asal usulnya seperti apa langsung main jotos yang kena kan malah kelompok yang lebih besar. (subjek Gl)
jadi ada masalah pribadi dia mempunya temen banyak dan dia juga mempunyai temen banyak trapi masih dalam satu wadah lha dalam kesempatan itu mereka manfaatkan untuk saling melampiaskan dendam itu juga menjadi faktor terjadinya pemicu kerusahan dalam stadion. (subjek Gy)
Ketika berada dalam massa yang memiliki jumlah lebih besar anggota kelompok akan lebih berani untuk melakukan kerusuhan dibandingkan ketika berada pada suatu kelompok massa yang jumlahnya relatif sedikit.
(70)
tindakan biasanya ketika mereka berkelompok besar biasanya kalau mereka kelompok kecil jarang banget saya melihat tindakan tindakan yang menimbulkan konflik tapi ketika mereka kelompok besar massa ratusan sampai ribuan mereka akan bikin onar mereka akan mempunyai keberanian. (subjek Gj)
kalau untuk kerusuhan kelompok besar itu ya itu tadi ketika mereka kelompok besar mereka akan berani melempar ke lapangan mengejek tapi ketika kelompok kecil sangat jarang. (subjek Gj)
C. PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, ada tiga hal pokok yang ditemukan. Pertama, konflik antar suporter sepakbola yang termanifestasikan dalam bentuk bentrokan antar suporter berawal dari keadaan saling ejek yang dilakukan antar suporter. Ejekan yang muncul cenderung merendahkan suporter lawan terutama ketika salah satu tim yang di dukung mengalami kekalahan. Selain karena saling ejek yang dilakukan oleh para suporter, bentrokan yang terjadi juga diperparah oleh anggota kelompok yang tidak mengerti akar permasalahan konflik yang sebenarnya dan hanya ikut-ikutan terlibat dalam konflik yang terjadi karena merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Terulangnya konflik antar suporter sepakbola juga disebabkan oleh faktor sejarah atau ingatan masa lalu. Ingatan akan kekerasan yang dialami oleh kelompok dimasa cenderung akan mempengaruhi kelompok untuk membalas tindakan tersebut.
(71)
Konflik antar suporter yang terjadi disebabkan keadaan saling ejek yang terjadi antar suporter seperti yang diungkapkan GL. Ejekan yang dikeluarkan oleh suporter bernada hinaan terhadap kelompok lain. Ejekan yang dilakukan oleh suporter bertujuan untuk merendahkan kelompok lain dan untuk menunjukkan superioritas yang dimiliki oleh kelompok seperti yang diungkapkan Meek (dalam Madyaningrum, 2010) kelompok akan lebih cenderung mengunggulkan kelompoknya sendiri dan berusaha untuk merendahkan kelompok lain. Identitas sebagai suporter terkadang terbawa oleh individu dalam kesehariannya seperti yang di ungkapkan oleh GJ yang mengatakan saling mengejek juga dilakukan ketika bertemu ataupun berpapasang saat dijalan.
Konflik terjadi tidak hanya kareana saling ejek antar suporter. Hasil pertandingan dimana salah satu tim yang bertanding mengalami kekalahan juga dapat berpengaruh terhadap munculnya konflik antar suporter. Tidak terima dengan kekalahan tim yang didukung tidak jarang dilampiaskan oleh suporter dengan menyerang kelompok suporter lain seperti yang diungkapkan oleh subejk GJ. Suporter tidak terima jika tim kebanggan yang didukungnya sampai kalah dalam sebuah pertandingan sepakbola terutama jika tim yang didukung bentindak sebagai tuan rumah dalam sebuah pertandingan. Selain GJ, GY juga mengatakan jika permainan buruk yang diperlihatkan oleh tim yang berakibat kekalahan terkadang membuat suporter marah terutama jika bertindak sebagai tuan rumah. Myers (1999) mengemukakan jika konflik juga didefinisikan sebagai
(72)
ketidakcocokan tujuan. Seperti yang dikatakan oleh GJ dan GY konflik terjadi karena kemenangan yang seharusnya menjadi milik tim yang didukungnya di gagalkan ataupun direbut oleh tim lawan.
Selanjutnya, bentrokan yang terjadi antar suporter juga terjadi karena masalah gengsi antar kelompok terutama untuk kelompok suporter yang notabene berada dalam satu kota. Tidak jarang saling ejek muncul pada kedua suporter ketika tim yang didukung bertanding terutama untuk pertandingan yang mempertemukan tim dalam satu kota atau sering disebut “derby”. Dukungan yang diberikan oleh suporter terkadang menjadi sebuah ejekan kepada suporter lawan, tidak terima dengan ejekan yang diterima kemudian balas mengejek dan terjadilah saling ejek antar kedua suporter. Kedua belah suporter tidak mau kalah dan ingin menunjukkan suporter mana yang lebih kuat/ unggul dan ingin merasa diakui oleh suporter lawan. Saling ejek yang terus berulang dan tidak jarang berakhir menjadi bentrokan ini pun menjadi ingatan tersendiri bagi anggota suporter sehingga tidak menampik kemungkinan menjadi sebuah sejarah diantara suporter dikarenakan kejadian tersebut selalu terulang ketika kedua suporter bertemu dalam sebuah pertandingan.
Bentrokan yang terjadi antar suporter sepakbola selain dikarenakan saling ejek yang dilakukan oleh kedua suporter ataupun kekalahan yang menimpa tim yang didukung, sejarah pada masa lampau yang terjadi terutama jika mengenai kekerasan yang pernah diterima kelompok pada masa lalu berperan terhadap terjadinya bentrokan antar suporter. Sejarah konflik atau
(1)
552 553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578
dampak itu apakah ada? Masih mas yang bener bener sakit hati tu ya sering ada rasa ingin membalas itu ada kalau yang lain itu contoh anak hooligan hooligan itu bregodonya paserbumi dia itu orang orang yang bener bener istilahnya tukang pukulnya paserbumi sering mas sering bebtrok di stadion itu gara gara kehilangan seorang jupita, jupita dulu juga seorang pendiri hooligan persiba itu sampai sekarang pun ya ya saya juga nggak bisa ngelarang mas yang namanya ngurusi orang banyak to ya terserah yang penting aman ojo trus kecekel polisi ngono wae. Menurut saya itu kalau misalnya paserbumi yang lain dampaknya ya bisa dibilang dampak negative lah mas dampaknya yang pengen hokum rimba berlaku itu ya itu masih ada lah sedikit tapi kalau saya sendiri sam temen temen sekarang tu udah kresasi seni aja kita bangun kita balas dengan kreasi nggak usah pake yang aeng aeng.
Hukum rimba dalam konflik suporter (568-573) Merasa lebih superior dibandingkan yang lain.
(2)
137
LAMPIRAN
TEMA SUBJEK KCK
(3)
Konflik demi harga diri kelompok
Harga diri kelompok suporter
tapi sekarang saya agak nggak seneng mas sama supporter supporter yang agak apa ya sindrom BCS Ultras, saya paling nggak suka itu terutama sama ultras, persiba pun suporternya ada tiga mas ultras Persiba, CNF paserbumi bentrok terus paserbumi sama CNF
Supporter baru Cuma mau ngangkat namanya dengan harus menghilangkan korban apa nyawa supporter asli persiba itu supporter asli tersebut kayak slemania sama BCS itu pun ada korban tapi nggak sampai meninggal terus PSIM sama MAIDENT itu juga kena ya karena dualism supporter itu mas say nggak suka mas sama dualism supporter,,ora ngurus
(4)
soalnya itu mas iya pertamaitu kita nggak nggubris soal adanya CNF pertama pertama dia, eh pertama dia muncul terus kita tabrak tabrak terus kita istilahnya yo ngopo to pertama pertama yo kayak gitu mas ngopo to ngurusi CNF ki dinggo ngopo, wis ngopo to ngurusi CNF
dampaknya yang pengen hokum rimba berlaku itu ya itu masih ada
Saat tim yang didukung kalah
Konflik pasti terjadi Konflik terjadi di dalam maupun di luar stadion
tapi yang daerah kulon progo itu masih sering kres paserbumi kulon progo masih sering kres sam brajamusti kulon progo ya sebaliknya gitu mas soalnya yang perbatasan perbatasan itu malah yang rawan tapi kalau paserbumi asli bantul sama brajamusti kota sih nggak Cuma yang perbatasannya
(5)
itu mas
saya pas tour ke lamongan tour lamongan itu copa Indonesia itu di giwangan itu di hadang brajamusti tiga bis balik lagi nggak jadi dukung saya brusaha mas saya berusaha pas di giwangan tu di hancurin opo pasdi bandemi
Konflik terjadi karena faktor sejarah
sejarah dengan brajamusti saya Cuma mendengar mas, belum merasakan belum mengalami dampak itubelum tau, saya juga nggak pernah sama brajamusti ada gimana gimana dalam arti belum gimana
setelah saya menjadi korban itu saya malah sekarang tambah semangat mas buat dukung persiba buat membalas CNF tapi nggak dengan kekerasan sama tambah semangat
(6)
dengan kreasi kreasi ya dampakny asaya pribadi itu makanya saya ngumpulin teman teman ayo pertandingan koordinasi gimana giman buat besok malah saya semangatnya pengin balesCNF
“nggak tau tapi