BONEK DAN SOLIDARITAS SOSIAL : STUDI KASUS SOLIDARITAS SOSIAL SUPORTER SEPAK BOLA DI WISMA PERSEBAYA SURABAYA.

(1)

BONEK

DAN SOLIDARITAS SOSIAL

(Studi Kasus: Solidaritas Sosial Suporter Sepak Bola di Wisma Persebaya Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Disusun Oleh :

NORIS NURUL AINIYAH

NIM. B05212036

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Noris Nurul Ainiyah, 2016, Bonek dan Solidaritas Sosial (Studi Kasus

Solidaritas Sosial Suporter Sepak Bola di Wisma Persebaya Surabaya). Skripsi

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Keyword : Bonek, Suporter Sepak Bola dan Solidaritas Sosial

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yakni bagaimana solidaritas sosial suporter sepak bola Bonek jika dibedakan menurut solidaritas mekanik dan organik dan bentuk kegiatan yang dilakukan suporter Bonek. Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan yakni teori Solidaritas Sosial Mekanik dari Emil Durkheim.

Berdasarkan data lapangan, ada beberapa bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan suporter sepak bola Bonek. Bentuk itu meliputi melakukan aksi penyelamatan Tim Persebaya 1927 dari pembekuan PSSI, Nonton Bareng (Nobar) dalam memperingati keberhasilan Persebaya ketika mengalahkan lawan di kandangnya (stadion), membagikan daging qurban kepada warga yang membutuhkan, peduli kabut asap dengan aksi penggalangan dana, bagi-bagi takjil pada bulan Ramadhan, solidaritas tanpa batas, menyantuni anak yatim, menjamu suporter lain(Viking suporter Persib). Solidaritas sosial suporter sepak bola Bonek di Wisma Persebaya ini jika dibedakan menurut solidaritas mekanik dan organik. Adapun jika solidaritas Mekanik, mempunyai rasa kebersamaan yang sangat tinggi untuk memperjuangkan walaupun hanya kesenangan yang didapatkan dan semua tidak menjadi alasan untuk tetap mempunyai rasa solidaritas di hati masing-masing suporter bonek. berbeda dengan solidaritas Organik, sekumpulan orang yang terkumpul di instansi atau lembaga, tetapi tidak akan terus berjuang dalam menciptakan suatu hal yang didapatkan dan pada akhirnya tidak akan mendapatkan imbalan.

Solidaritas sosial yang dilakukan suporter bonek ini sangat kuat sekali, walaupun mereka dipandang buruk oleh masyarakat, tetapi mereka selalu menunjukkan bahwa Suporter bonek masih mempunyai rasa solidaritas antara sesama manusia tidak seperti apa yang dipandang masyarakat selama ini. Ketika suporter bonek melakukan aksi dimana pun, mereka bukan didasari karna paksaan maupun pembagian kerja. akan tetapi rasa semangat, kesadaran kolektif dan kesolidannya yang timbul dari diri suporter bonek ini membuat tali persaudaraan mereka semakin kuat.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konsep ... 6

F. Metode Penelitian ... 8

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 8

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 12

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 13

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

6. Teknik Analisis Data ... 17

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 19

G. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II BONEK DAN SOLIDARITAS SOSIAL - EMILE DURKHEIM ... 22

A. Bonek dan Solidaritas Sosial ... .. 22

1. Bonek ... 22

2. Solidaritas Sosial ... 29

B. Teori Solidaritas Sosial Emile Durkheim ... 32

1. Tipe Solidaritas Sosial Emile Durkheim ... 35

2. Penggunaan Teori Solidarias Sosial ... 50

C. Penelitian Terdahulu ... 53

BAB III BONEK DAN SOLIDARITAS SOSIAL SUPORTER SEPAK BOLA DI WISMA PERSEBAYA SURABAYA………... ... 56

A. Deskripsi Umum Kelurahan Tambaksari ... 56

1. Sarana dan Prasarana Kelurahan Tambaksari ... 62

2. KeadaanDemografi………... 64

B. Bonek Dan Solidaritas Sosial ... 67


(8)

2. Kepengurusan Suporter Bonek di Wisma Persebaya Surabaya….71

3. Latar Belakang Solidaritas Bonek………... 76

4. Bentuk Kegiatan Suporter Bonek... 85

C. Solidaritas Suporter Bonek Dalam Prespektif Teori Solidariats Mekanik Emile Durkheim ... 106

BAB IV PENUTUP ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Saran……… ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Informan………... 12

Tabel 2.1 Solidaritas Sosial Emil Durkheim……….…..… ... 45

Tabel 2.2 Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik….……. ... 45

Tabel 2.3 Ringkasan tentang Emil Durkheim……….…… ... 49

Tabel 3.1 Batas Kelurahan Tambaksari……….. ... 61

Tabel 3.2 Data Wilayah Administrasi Kelurahan Tambaksari……….… ... 61

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama……….... ... 65

Tabel 3.4 Tingkat Pendidikan Kelurahan Tambaksari………... ... 66


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo Suporter Bonek ... 28

Gambar 3.1 Peta Kelurahan Tambaksari ... 58

Gambar 3.2 Peta Kelurahan dan Keterangan Sarana Prasarana ... 59

Gambar 3.3 Kantor Kelurahan Tambaksari ... 64

Gambar 3.4 Aksi Demo Bonek Di Disnaker Surabaya ... 86

Gambar 3.5 Nonton Bareng memperingati kemenangan Persebaya ... 88

Gambar 3.6 Bonek Bagikan Daging Qurban ... 90

Gambar 3.7 Peduli Bencana Kabut Asap ... 93

Gambar 3.8 Bonek Bagi Takjil ... 96

Gambar 3.9 Solidaritas Tanpa Batas Sesama Bonek ... 98

Gambar 3.10 Bonek Santuni Anak Yatim...102


(11)

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepak bola merupakan olah raga yang banyak diminati oleh masyarakat dari berbagai kalangan tanpa memandang kasta dan usia. Selain itu kemajuan teknologi menyebabkan sepak bola dapat dinikmati oleh masyarakat, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Berbagai faktor tersebut yang menjadikan sepak bola sebagai olahraga yang digandrungi oleh banyak orang.

Berdasarkan pemahaman penonton dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yakni penonton yang hanya sekedar menikmati pertandingan sepak bola tanpa memihak atau mendukung salah satu tim sepak bola serta kelompok penonton yang mendukung dan memberikan semangat kepada tim sepak bola yang mereka dukung kelompok penonton yang kedua ini disebut suporter.

Suporter merupakan suatu bentuk kelompok sosial yang secara relatif tidak teratur dan terjadi karena ingin melihat sesuatu (spectator

crowds).1 Istilah seperti ini hampir sama halnya dengan penonton, akan

tetapi bedanya spectator crowds penonton yang tidak di rencanakan serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga pada umumnya tidak terkendalikan. Sedangkan kelompok manusia tidak hanya bergantung pada interaksi di

1

Soekanto, S. Sosiologi, Suatu Pengantar. (Jakarta:Rajawali Press.1990).hal81.


(13)

2

dalam kelompok itu sendiri melainkan juga karena adanya pusat perhatian yang sama.

Fokus perhatian yang sama dalam kelompok penonton yang disebut suporter. dalam hal ini adalah tim sepak bola yang didukung dan dibelanya. Apakah mengidolakan salah satu pemain permainan bola yang bagus dari tim sepak bola yang didukungnya atau pun tim yang berasal dari individu tersebut berasal. Satu pilar penting yang wajib ada dalam suatau pertandingan sepak bola agar tidak terasa hambar dan tanpa makna.

Suporter memang sangat dibutuhkan oleh klub sepak bola. Kehadirannya bisa meningkatkan semangat dan yang tak kalah pentingnya adalah menghasilkan pemasukan bagi tim. Keberadaannya memberikan keuntungan dan juga kerugian pada klub sepak bola. Di satu sisi bisa meningkatkan nama klub yang dibela. Di sisi lain perilaku buruk yang ditunjukkan suporter bisa menghancurkan reputasi dan nama baik tim sepak bola.

Di dalam supoter terdapat berbagai komunitas dan kelompok yang berbeda-beda. Keberadaan suporter sepak bola mengalami perkembangan seiring berkembangnya waktu secara keseluruhan. Sebelum tahun 1995, suporter sepak bola terbatas pada kelompok pendukung masing-masing klub namun sejak tahun 1995 suporter sepak bola tersebut terorganisir dan mempunyai nama kelompok suporter pada masing-masing klub.

Bonek merupakan salah satu contoh kelompok suporter tim Persebaya. Bonek, akronim dari bahasa jawa dari Bondho Nekat (modal


(14)

3

nekat). Biasanya ditujukan kepada sekelompok pendukung atau suporter kesebelasan Persebaya Surabaya. Kelompok ini identik dengan atribut serba hijau. Mulai dari kaos sampai topi berwarna hijau. Istilah bonek pertama kali dimunculkan oleh Harian pagi Jawa Pos tahun 1989.

Secara tradisional Bonek adalah suporter pertama di Indonesia yang mentradisikan paway supporters (pendukung sepak bola yang mengiringi tim pujannya bertandang ke kota lain). Sebutan bonek awalnya ditujukan pada suporter Persebaya yang berbondong-bondong dari Surabaya ke Jakarta. Suporter ini hanya berangkat membawa uang 2.000 rupiah. Mereka begitu semangat menguasai Senayan dengan hanya bermodal nekat. Hal itulah yang membuat suporter persebaya mendapat sebutan “Bonek”.2 Bonek juga memiliki solidaritas sosial yang sangat tinggi.

Solidaritas sosial yang berarti keakraban atau bisa dikatakan sebagai rasa saling memiliki, rasa saling mengasihi antara sesama makhluk sosial. Bisa pula diartikan sebagai kerukunan sosial yang terbentuk karena adanya kesamaan nasib atau kesamaan rasa (sama rata sama rasa). Kebersamaan kelompok yang menyangkut tentang kesetiakawanan dalam mencapai tujuan dan keinginan yang sama.

Solidaritas sosial juga bersifat kemanusiaan dan mengandung nilai mulia yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Karena di dalam ajaran islam juga sudah ditekankan nilai kemanusiaan. Adapun Solidaritas sosial yang

2

Basofi Soedirman, dkk, Bonek Berani Karena Bersama (Surabaya:HIPOTESA,1997) hal 75.


(15)

4

dilakukan oleh bonek seperti halnya rasa loyalitas mereka yang sangat kuat ketika ada suporter dari beberapa tempat yang sedang ada musibah. Misalnya saja ada salah satu suporter yang ingin melihat pertandingan tetapi dia tidak memiliki uang, maka suporter lain turut serta membantu dan berjerih payah agar suporter yang terkena musibah tersebut bisa berkumpul bersama di Stadion.

Seorang suporter tidak pernah merasa bingung ketika tour di luar kota, karena dimana-mana selalu mempunyai banyak teman. Dan tidak pernah memandang dari segi materi maupun fisik. Untuk soal beda keyakinan maupun agama, tidak jadi masalah bagi para suporter. Dan seorang suporter tidaklah mempunyai rasa benci terhadap orang tua, justru orang tua yang selalu mereka utamakan. Keridhaan mereka juga masih di jalankan. Meskipun mereka berpenampilan seperti arogan, tetapi hati seorang suporter tidak bisa dinilai hanya dari sisi penampilannya saja. tetapi ada nilai positif yang perlu dipahami dari bonek. Tidak mudah menjadi Bonek itu, karena ketika sudah menjadi bonek kita harus siap mental dan fikiran. Rasa semangat dalam memperjuangkan untuk berdirinya kembali tim kesayangan kita, hanya modal nekat dan keyakinan yang kita punya. Setelah kita merasakan hal itu rasa yang dulu takut ketika sebelum mengenal bonek, tapi setelah masuk kedalammnya bahkan kita berkecimbung dalam mewujudkan keinginan itu, rasa senang, nyaman dan bahkan mempunyai kebanggaan tersendiri yang kita rasakan. Banyak suporer lain yang heran terhadap Bonek ini, walaupun timnya itu sudah


(16)

5

menghilang selama dua tahun lebih tapi para suporter Bonek masih tetap bisa merasakan kenyamanan, kesenangan dan kebanggaan menjadi suporter Bonek Persebaya Surabaya.

Untuk itu saya akan mengulas skripsi dengan judul “Bonek dan Solidaritas Sosial” untuk lebih mengerti tentang bonek yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana solidaritas sosial suporter sepak bola Bonek di Wisma Persebaya jika dibedakan menurut solidaritas mekanik dan organik? 2. Bagaimana bentuk-bentuk solidaritas sosial suporter sepak bola Bonek

di Wisma Persebaya Surabaya ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui solidaritas sosial suporter sepak bola Bonek di Wisma Persebaya Surabaya jika dibedakan menurut solidaritas mekanik dan organik?

2. Mengetahui bentuk-bentuk dari solidaritas sosial suporter sepak bola

Bonek di Wisma Persebaya Surabaya

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti, lembaga pembelajaran, dan bagi Suporter Bonek.


(17)

6

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.

2. Bagi program studi sosiologi

Penelitian ini dapat dijadikan referensi atau ilmu pengetahuan mengenai bagaimana solidaritas sosial yang dilakukan oleh Suporter bonek.

3. Bagi Suporter Bonek

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu ilmu pengetahuan mengenai solidaritas sosial suporter bonek dalam kehidupan di masyarakat maupun di luar.

E. Definisi Konseptual

Maksud dari definisi konsep disini pada dasarnya merupakan sebuah unsur pokok dari penelitian suatu konsep sebenarnya, yang merupakan definisi singkat dari sejumlah fakta atau gejala yang ada. Dengan demikian konsep dalam penelitian harus ditentukan batasan permasalahan dan ruang lingkupnya, dengan harapan permasalahan tersebut tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pemahaman dan maksud lain dari ditentukannya definisi konsep dalam memahami konsep-konsep yang diajukan oleh peneliti.

Untuk menghindari adanya salah pengertian mengenai judul skripsi ini maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, yaitu:


(18)

7

1. Bonek.

Istilah Bonek, merupakan akronim bahasa Jawa dari Bondho Nekat (modal nekat). Bonek ini biasanya ditujukan kepada sekelompok pendukung atau suporter kesebelasan Persebaya Surabaya. Karena prndukung Persebaya itu berada dimana-mana, tapi yang menjadi kajian penelitian ini ditujukan kepada kelompok Bonek yang berada di Wisma Persibaya Surabaya Jl. Karang Gayam 1, Ploso Tambaksari Surabaya. Istilah Bonek ini dimunculkan oleh harian pagi Jawa Pos tahun 1989.3 Bonek ini biasanya pergi menggunakan Kereta Api dengan anggaran kecil untuk menuju homebase lawan, dimana tim kesayangannya itu bertanding. Hal terbesar dari Bonek itu sendiri yang patut dicontoh adalah kesetiaan mereka kepada Persebaya.

2. Solidaritas Sosial

Solidaritas Sosial adalah kesetiakawanan dan perasaan sepenanggungan yang mempunyai rasa saling peduli diantara sesama anggota kelompok pendukung kesebelasan Persebaya Surabaya yang berada di Wisma Persibaya Surabaya Jl. Karang Gayam 1, Ploso Tambaksari Surabaya. Mereka sangat antusias dan cinta terhadap tim kesayangannya, bahkan rela berkorban apapun untuk mendukung sepenuh hati tim kesayangannya itu agar selalu ditakuti oleh lawan dimana Persebaya berlaga. Tidak hanya cinta terhadap timnya itu akan

3

https://id.wikipedia.org/wiki/bonek


(19)

8

tetapi mereka satu sama lain atau bahkan ke pendukung tim lainnya mereka saling peduli dan saling menjungjung tinggi rasa solidaritas sosialnya. Disaat salah satu dari mereka ada yang kecelakaan, biasanya mereka sering mengadakan penggalangan dana untuk membantu meringankan beban salah satu teman dari mereka yang tertimpah musibah itu. Bahkan terhadap masyarakatpun ketika ada korban bencana alam biasanya mereka ada yang menjadi relawan untuk membantu meringankan beban masyarakat yang sedang tertimpa musibah. Hal itulah yang peneliti ingin kaji dalam judul penelitian ini.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian a. Jenis Penelitian

Secara umum dalam penelitian biasanya menggunakan dua model jenis penelitian, yang mana kita kenal dengan jenis penelitian kualitatif dan juga jenis penelitian kuantitatif. Secara sederhana, kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian dengan melakukan observasi langsung ke lapangan dan melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan kuantitatif dapat diartikan sebagai proses penelitian dengan menyebarkan angket pada informan.


(20)

9

Adapun jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif karena penelitian tentang solidaritas bonek ini merupakan penelitian lapangan.

Ada beberapa alasan kenapa penulis menggunakan jenis metode penelitian kualitatif, diantaranya:

1) Penerapan metode penelitian kualitatif terhadap penelitian ini karena penulis ingin menggali bagaimana rasa solidaritas sosial serta bentuk-bentuknya pada suporter bonek yang mempunyai kesetiakawanan, melalui observasi langsung, dokumentasi serta wawancara kepada informan baik secara formal maupun informal.

2) Metode ini lebih bersifat deskriptif dan lebih menekankan proses daripada hasil data yag didapatkan.

3) Metode ini lebih mampu mendeskripsikan proses seperti apa solidaritas sosial suporter bonek yang ada di Wisma Persibaya Surabaya Jl. Karang Gayam 1, Ploso Tambak Sari Surabaya.

Pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana rasa kesetiakawanan, saling membantu, dan bekerjasama pada kelompok bonek yang berada di Wisma Persebaya Surabaya Jl. Karang Gayam 1, Ploso Tambak Sari Surabaya. Meskipun bonek di pandang sebelah mata oleh masyarakat di sekitar, tetapi ada nilai positif yang perlu dipahami dan perlu kitaketahui dari bonek itu sendiri. Karakteristik penelitian kualitatif lebih menekankan


(21)

10

kualitas secara alamiah karena berkaitan dengan pengertian, konsep, nilai-nilai, dan ciri-ciri yang melekat pada objek penelitian.

Dalam penelitian kualitatif juga terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya sebagai berikut:

1) Data disikapi sebagai data verbal atau sebagai sesuatu yang dapat ditransposisikan sebagai data verbal.

2) Mengutamakan hubungan secara langsung antara peneliti dengan hal yang diteliti

3) Mengutamakan peran peneliti sebagai instrument kunci (key informant)4.

Sedangkan menurut Bodgan dan Taylor, kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau informan dan perilaku yang diamati. Jenis penelitian ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Oleh karena itu jenis penelitian kualitatif tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari keutuhan.5

Metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat atau

4

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 20

5

Lexy J. Moleong. 2005. Metode Penellitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal 3


(22)

11

organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.6

b. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian kali ini, pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan dengan Studi Kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan atau khas dari keseluruha personalitas.7

Jadi pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian studi kasus karena penulis ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari rasa solidaritas sosial pada kelompok bonek yang berada di Wisma Persebaya Surabaya secara rinci dan mendalam selama kurun waktu tertentu untuk merubah anggapan buruk masyarakat terhadap bonek selama ini.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang peneliti pilih untuk penelitian, yaitu peneliti memilih lokasi di Wisma Persebaya Surabaya Jl. Karang Gayam 1, Ploso Tambaksari Surabaya. Adapun waktu yang dibutuhkan oleh peneliti kurang lebih tiga bulan. Penelitian ini dijadwalkan dimulai dari bulan Maret sampai Mei 2016. Karena waktu ini dirasa cukup untuk

6

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 22

7

Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal.63-66


(23)

12

melakukan penggalian data yang sangat mendalam terkait Bonek dan Solidaritas Sosial di Wisma Persebaya Surabaya. Tentu saja dengan memanfaatkan betul waktu yang telah ditentukan. Waktu tersebut merupakan rancangan dari peneliti yang sewaktu-waktu bisa berubah karena kebijakan dari prodi atau pun fakultas sebagai lembaga dimana peneliti mencari ilmu.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Setelah ditetapkan fokus penelitian dan rancangan penelitian secara tepat dan sesuai dengan format penelitian, langkah berikutnya adalah menentukan subjek penelitian, “subjek penelitian merupakan populasi penelitian yang diambil secara sampel. Pengambilan sampel penelitian itu biasanya disebut sampling.8

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Ketua Kelompok Bonek Wisma Persibaya Surabaya, Anggota, dan Suporter lain. Untuk sabjek pada penelitian ini peneliti menggunakan lebih dari satu orang. Adapun nama-nama yang peneliti jadikan sebagai Subjek yaitu:

Tabel 1.1 Daftar Nama Informan

No. Nama Usia Pekerjaan

1. Cak Andi Peci 45 th Ketua

8

Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada Press, cet III, 2019), hal. 68


(24)

13

2. Pak Po Dadang 55 th Wakil Ketua

3. Cak Joner 48 th Pengurus Harian

4. Raden 25 th Kordinator Kesenian

5. Cak Pras 29 th Anggota

6. Erwin 25 th Anggota

7. Ujang 26 th Suporter Viking

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam tahap penelitian ini, peneliti dituntut untuk merekam data lapangan secara maksimal yang pada gilirannya akan memperoleh data yang maksimal pula. Adapun sistematika tahapan penelitian ini terdapat tiga step yang harus dilalui oleh peneliti untuk yang pertama ada tahap pra lapangan, tahap lapangan, tahap analisis data.

a. Tahap Pra Lapangan, meliputi:

Dalam tahap pra lapangan ini peneliti lakukan sebelum terjun kelapangan. Beberapa langkah yang dilakukan peneliti dalam tahap ini yaitu, menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan fokus penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan persoalan etika dalam penelitian.

Sebelum melakukan penelitian ini, penelitipun meminta izin terlebih dahulu kepada ketua kelompok bonek yang berada di Wisma Persebaya Surabaya yaitu yang sering disebut anggotanya dengan


(25)

14

sebutan Cak Andi Peci, dia itu sebagai ketua dalam kelompok bonek tersebut. Setelah meminta izin terlebih dahulu, Cak Andi Peci pun menerima dan mengizinkan peneliti untuk melakukan penggalian data secara mendalam tentang kelompok bonek itu sendiri.

b. Tahap Lapangan

Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam tahapan ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Getting On

Getting On (tahap memasuki lapangan). Yang mana pada

tahap ini bisa dikatakan adalah tahap awal atau merupakan pintu masuk bagi si peneliti untuk memasuki lokasi penelitian. Maksudnya selain meminta izin kepada Cak Andi Peci, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dari diri peneliti yang mana meliputi aspek kesiapan yang ada di lokasi penelitian, dan kesiapan untuk mengenal baik subjek yang akan diteliti yang tidak kalah penting adalah psikologis dari peneliti.

Kesiapan alat bisa seperti alat tulis, perekam suara dan semua alat yang mendukung interview karena teknik yang digunakan adalah interview. Kemudian terkait kesiapan pengenalan terhadap subyek penelitian, karena ini adaah aspek yang sangat penting diperhatikan kalau bisa mengena baik untuk memasuki tahapan yang berikutnya akan berjalan lancar.


(26)

15

Getting Along (proses hidup bersama/ berbaur bersama

kelompok bonek) tahapan yang kedua ini adalah ketika peneliti sudah berada dalam lokasi penelitian, yakni mengenai keseharian peneliti selama berada di lokasi untuk mengumpulkan data. Meliputi semua kegiatan yang dilakukannya. Dari mulai awal perkenalan sampai proses adaptasi yaitu dengan cara mempelajari situasi dan kondisi individu kelompok bonek, dan yang terpenting adalah penyesuaian tadi. Pada initinya, peneliti seakan-akan menyatu dengan kelompok bonek itu sendiri. Tapi disini peneliti didampingi juga dengan teman-teman yang sudah kenal akrab guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan. Tapi selama peroses ini semua individu dari kelompok bonek itu, peneliti diperlakukan dengan baik dan penerimaan yang sangat terbuka.

3) Gettingout

Gettingout (menulis laporan) dimana tahapan ini merupakan

tahap akhir dari proses pelaksanaan penelitian. Setelah semua komponen-komponen terkait dengan data dan hasil analisis data serta mencapai suatu kesimpulan, peneliti mulai menulis laporan dalam konteks laporan penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam penulisan penelitian kualitatif


(27)

16

dengan tidak mengabaikan kebutuhan peneliti terkait dengan kelengkapan data. 9

c. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yang meliputi, reduksi data, display data (bertujuan memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya), analisis data, mengambil kesimpulan dan verifikasi, meningkatkan keabsahan hasil, dan narasi hasil analisis agar data tentang solidaritas bonek di Wisma Persebaya Surabaya, yang ditemukan di lapangan menjadi akurat dan mudah dipahami.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pada dasarnya penelitian mempunyai beberapa teknik dalam proses pengumpulan data. Dalam hal ini, peneliti menggunakan tiga teknik, yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah metode atau cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok. Metode ini digunakan untuk memahami bagaimana bentuk solidaritas sosial di kelompok bonek di Wisma Persebaya Surabaya. Karena dengan

9

Lexy J. Moleong. 2005. Metode Penellitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal 85


(28)

17

observasi dapat kita peroleh gambaran lebih jelas yang sukar diperoleh dari metode lain.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Atau juga bisa diartikan percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan.

Peneliti menggunakan metode wawancara karena ingin mengetahui secara langsung kepada para anggota bonek yang ada di Wisma Persibaya Surabaya dan proses wawancara ini dilakukan saat para anggotanya sedang mengadakan kegiatan perkumpulan dengan anggota yang lainnya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.10 Peneliti juga perlu mengambil gambar saat proses penelitian untuk memberi gambaran sebenarnya pada laporan penelitian.

10

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian.(Jakarta: Rineka Cipta). hal 227-231


(29)

18

6. Teknik Analisis Data

Dalam sebuah penelitian khususnya penelitian kualitatif, tahap analisis data atau pengumpulan data itu merupakan jantung atau jiwa dari penelitian tersebut. Pengumpulan data adalah tahap yang didahulukan sebelum analisis data. Oleh karena itu, analisis data adalah bagian terpenting dalam memecahkan masalah penelitian.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukannya pola dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memusatkan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.11

Menurut Bogdan dan Biklen, konsep analisis data merupakan “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mengadakan sintesis, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, membuat keputusan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”12

Dalam hal ini penulis meneliti kembali dari metode yang telah dipergunakan, agar diantara landasan yang tertulis apat sejajar dengan

11

M. Suparmoko, Metode Penelitian Praktis (Yogyakarta: BPFE, 1995), hal.3

12

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Rineka Cipta. ), hal 193


(30)

19

hipotesa yang akan dipertanggungjawabkan. Metode yang dipergunakan antara lain,

1) Deskriptif

Tulisan yang diperoleh dari sumber data asli ketika berada di lapangan seperti hasil wawancara atau informasi yang didapatkan dari informan untuk dipakai dalam penerapan metode kualitatif.

Deskripsi ini menjelaskan tentang solidaritas sosial yang terdapat dalam kelompok bonek yang berada di Wisma Persebaya Surabaya.

2) Analisis

Memadukan fakta yang terdapat di lapangan dan selanjutnya menganalisisnya, menjelaskan pokok-pokok persoalan dan mendapatkan kesimpulan akhir dari solidaritas sosial yang terdapat dalam kelompok bonek yang berada di Wisma Persebaya Surabaya.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian tentang solidaritas kelompok bonek di Wisma Persebaya Surabay ini kemudian dilakuka penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti.

Selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberi makna data yang merupakan proses penentuan dala


(31)

20

memahami konteks penelitian yang sedang di teliti. Untuk melihat keabsahan data dalam penelitia ini, peneliti menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara selalu memantau kegiatan yang dilakukan oleh kelompok bonek yang berada di Wisma Persebaya Surabaya melalui akun sosmednya kelompok bonek tersebut.

G. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan definisi konsep, metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian yang antara lain tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subjek penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik keabsahan data. Dalam bab 1 ini juga menjelaskan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab kajian teori, peneliti memberikan gambaran tentang definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang akan digunakan dalam penganalisaan masalah. Adapun dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teori Emil Durkheim tentang solidaritas sosial mekanik. Definisi konsep harus di gambarkan dengan jelas. Selain


(32)

21

itu harus memperhatikan relevansi teori yang akan digunakan dalam menganalisis masalah.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder. Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar, tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk analisis deskriptif. Setelah itu akan dilakukan penganalisahan data dengan menggunakan teori yang relevan.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan dari permasalahan dalam penelitian selain itu juga memberikan saran kepada para pembaca laporan penelitian ini.


(33)

BAB II

BONEK DAN SOLIDARITAS SOSIAL - EMILE DURKHEIM

A. Bonek dan Solidaritas Sosial 1. Bonek

Jika kita mendengar kata Bonek tentu akan banyak artikulasi dalam pikiran kita tentang kata “Bonek”, sebuah kata yang merujuk pada komunitas suporter Persebaya Surabaya, salah satu klub legendaris di Indonesia. Untuk lebih memberi wawasan kepada kita apa dari Bonek itu sendiri di bawah ini akan dikupas sejarah bonek dan perkembangannya.

a. Sejarah Bonek

Bonek adalah suporter pertama yang beratribut pada tahun

1986/1987 waktu Persebaya kalah dari PSIS. Kaos ijo, topi ijo dan

slayer yang satu paket dengan tret...tret...tret.1

Berbicara Bonek, pasti tidak bisa lepas dari Persebaya. Klub

ini didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada tanggal 18 Juni 1927

dengan nama awal Soerabaiasche Indonesiche Voetbal Bond

(SIVB). Penggunaan kata Indonesisch ini menunjukan semangat nasionalisme arek-arek Surabaya, bahkan setahun sebelum sumpah pemuda dikumandangkan. Semangat nasionalisme ini kemudian

1 Fajar Junaedi, BONEK: Komunitas Suporter Pertama dan Terbesar di Indonesia, (Yogyakarta: Buku Litera, 20120), Hal. 53


(34)

23

semakin nyata ketika SIVB salah satu pendiri PSSI pada 19 April 1930.

Lalu bagaimana sebenarnya istilah Bonek lahir dan kemudian melekat pada suporter Persebaya kata ”Bonek” tidak hanya berartikulasi sebagai sebuah nama dari komunitas suporter yang mendukung tim sepakbola, kata tersebut juga berartikulasi sebagai semangat dan roh dalam mendukung tim sepak bola. Dalam perkembangannya, Bonek kemudian digeneralisasi oleh media massa untuk menamai kekerasan yang dilakukan oleh suporter sepak bola.

Selama ini kata Bonek dimaknai secara sederhana sebagai

Bondo Nekat. Sebuah Akronim dari dua kata dalam Bahasa Jawa

yaitu “Bondo” yang berarti modal dan “Nekat” yang dalam bahasa

Indonesia bermakna nekat sama dengan maknanya dalam bahasa jawa. Sebagai Akronim, tidak ada yang salah dari akronim ini sehingga generaslisasi yang menyamakan bonek dan holigan terbukti tidaklah tepat.

Bonek acapkali digeneralisasi sebagai suporter sepak bola yang kerab berperilaku agresif, namun sebenarnya Bonek adalah kelompok suporter pertama di Indonesia yang terakomodasi secara rapi untuk memberikan dukungan pada tim yang mereka dukung.

Jika membicarakan kekerasan yang melibatkan suporter sepak bola, Boneklah komunitas yang selalu dirujuk oleh media


(35)

24

massa dan publik sebagai komunitas suporter sepak bola yang konon identik kekerasan. Ini sebenarnya sebuah generalisasi yang salah kaprah, karena komunitas suporter sepak bola selain bonek juga tidak luput dari kekerasan yang pernah mereka lakukan.

Awalnya orang-orang yang mendukung Persebaya ini disebut sebagai suporter Persebaya, sebagaimana lazim diberikan pada komunitas suporter sepak bola di masa itu dengan menggunakan kata suporter yang diletakkan pada nama klub. Keberanian dan kenekatan suporter Persebaya dalam mendukung Persebaya yang bertanding ribuan kilo meter jauhnya inilah yang

melahirkan istilah Bonek (Bondo Nekat).

Bersamaan dengan semakin populernya kata bonek untuk merujuk nama suporter Persebaya, berkembanglah sebuah gambar yang ikonnya itu gambar manusia yang berambut panjang dengan

ikat kepala dalam pose close up yang sedang berteriak dalam gaya

ekspresionis dan kemudian berubah menjadi naturalis.

Jadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa Bonek itu tidak asal berdiri atau asal muncul, tapi berawal dari kesamaan hobi, bentuk kecintaan terhadap klub yang didukungnya, kesamaan budaya, dan konteks sosial, dari sanalah munculnya sebuah perkumpulan yang sama-sama mendukung klub tercntanya untuk selalu berprestasi ketika bertanding.


(36)

25

b. Bonek Sebagai Suporter Sepak Bola Tunggal

Sebutan suporter bonek memiliki nama yang sama dengan suporter sepak bola lainnya. Nama juga digunakan sebagai baju bersama di dalam suporter sepak bola Indonesia. Proses terbetuknya sebuah nama dalam suporter sepak bola, kita bisa kupas dengan dua pendekatan sejarah yang membedakannya.

Pendekatan pertama dengan cara kultural, dimana nama pada sebuah suporter muncul dalam tradisi lisan maupun tulisan yang muncul dari interaksi simbolik dan melibatkan anggota dalam

komunitas suporter yang bersangkutan. Bonek inilah yang menjadi

salah satu dari nama suporter dalam pendekatan ini. Kata Bonek

muncul tanpa ada sebuah skenario, karena bonek diterima sebagai nama suporter Persebaya melalui proses interaksi yang panjang.

Sedangkan pendekatan kedua bermuncul dengan struktural. Pemilihan nama sebuah suporter dilakukan dengan menggunakan

polling melalui media massa maupun rapat dari anggota

komunitas. Umumnya di pendekatan ini akan dilembagakan secara hukum menjadi sebuah nama organisasi yang memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Dan dapat mudah ditemui dalam komunitas suporter wilayah masing-masing kota. Seperti di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Slemania, Brajamusti, Panser Biru dan Pasoepati. Organisasi suporter ini memiliki kartu anggota dan struktur kepengurusan keanggotaan yang mengikat, sehingga


(37)

26

suporter yang merasa belum benar-benar mempunyai kartu anggota, dinyatakan bukan organisasi suporter sepak bola tersebut.

Sebagai suporter Bonek yang tidak terpecah-pecah ini, Ada juga kesatuan yang membuat Bonek tetap dalam satu kesatuan para suporter, seperti kesatuan terhadap tim yang didukung dan

kesatuan nama suporter dengan simbol.2

c. Logo Suporter Bonek

Pada tahun 1980-an, ketika logo Wong Mangap

dimunculkan oleh Mister Muhtar yang mewakili identitas kedirian

(the self) dari komunitas suporter sepak bola di Indonesia yang

masih terbilang langka. Penggunaan logo bagi klub di masa ini menggunakan nama binatang dengan mitos sejarah yang berkembang di klub bersangkutan. Pemanfaatan logo ini belum begitu berkembang, karena pada masa ini suporter sepak bola di Indonesia masih terbilang tradisional dalam mendukung klubnya.

Selain itu, ada fenomena menarik dimana logo klub yang benar-benar ada gambar binatang adalah logo Persebaya. Sebagaimana tim-tim lain dari kompetisi perserikatan, logo Persebaya mengadopsi kota asalnya yaitu Surabaya yang di dalamnya ada gambar ikan dan buaya yang mengapit Tugu Pahlawan.

2Fajar Junaedi, BONEK: Komunitas Suporter Pertama dan Terbesar di Indonesia,


(38)

27

Dalam Dekade tahun 1980 ini, Persebaya mendapatkan prestasi keberhasilan menembus final kompetisi Perserikatan pada tahun 1987. Sejak tahun sebelumnya, acapkali suporter bonek semakin menggelora bergairah untuk mendukung Persebaya. Di saat bersamaan itu juga, Jawa Pos di bawah kendali Dahlan Iskan sedang tumbuh berkembang. Manajemen Jawa Pos pun sangat cepat untuk pemberitaan tentang kemenangan yang diraih oleh Persebaya. Karena Persebaya adalah satu-satunya klub perserikatan di Jawa Timur yang memiliki prestasi terbesar.

Untuk melihat bagaimana Manajemen Jawa Pos dalam mengangkat pemberitaan tentang keberhasilan Persebaya, kita dapat menggunakan pemikiran dari Shoemaker dan Resse. Menurut mereka ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberitaan media. Faktor tersebut adalah kepemilikan media, individu yang bekerja di media, faktor eksternal media dan ideologi media.

Dari semua faktor tersebut jika digunakan untuk melihat Persebaya pada dekade 1980-an ini bisa dijabarkan sebagai berikut. Pemilik Jawa Pos, Dahlan Iskan adalah figur yang sangat peduli dengan perkembangan dunia olah raga, khususnya sepak bola. Dahlan Iskan menemukan Persebaya sebagai klub yang pantas diangkat dalam pemberitaan Jawa Pos dikarenakan representasinya yang memiliki prestasi paling mengkilap.


(39)

28

Selain itu, sebagaimana meruntut pada Shoemaker dan Resse, individu-individu yang bekerja di media. Terutama jurnalisnya yang memiliki pengaruh atas pembingkaian berita dimana para jurnalis tersebut bekerja. Pada era pertengahan 1980, jurnalis Mister Muhtar yang bekerja di Jawa Pos memiliki dukungan pada Persebaya dan sebagai juru gambar (Desainer), selain itu juga menjadi bagian dari tim yang mengurus Tret..tret..tret.

Pada saat Jawa Pos bergerak ke Jakarta dalam kegiatan

Tret..tret..tret, ada ide dari Dahlan Iskan untuk membuat gambar

yang identik dengan Persebaya. Sebagai juru gambar, Mister Muhtar mendapat perintah untuk menjalankan ide ini dengan gambar orang yang bersemangat mendukung Persebaya. Dan memberikan contoh ketika orang berteriak dengan mulut terbuka.

Gambar 2.1 Logo Suporter Bonek


(40)

29

Dari ide inilah kemudian Mister Muhtar memulai menggambar sketsa wajah manusia yang sedang berteriak. Awalnya gambar yang dibuat secara manual tidak menggunakan perangkat lunak computer. Dengan waktu yang pendek karena

mengejar momentum Tret..tret..tret membuat Mister Muhtar

bergerak cepat dalam ide Dahlan Iskan. Gambar orang yang dia buat tidak merujuk pada figur tertentu, namun merujuk pada

rakyat, kebanyakan yang akronim.3

2. Solidaritas Sosial

a. Definisi Solidaritas Sosial

Istilah solidaritas dalam kamus ilmiah popular diartikan

sebagai kesetiakawanan dan perasaan sepenangguangan.4 Dibawah

ini ada beberapa pengertian istilah solidaritas sosial menurut para ahli, yaitu:

1) Paul Jonhson memberikan pengertian bahwa solidaritas sosial

menunjuk satu keadaan hubungan antar individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh

pengalaman emosional bersama.5

2) Lawang dalam Soedijati menguraikan bahwa dasar pengertian

solidaritas tetap kita pegang yakni kesatuan, persahabatan,

3

Ibid., hal 96

4Pius Apartanto, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2008), hal 717

5Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klask Moderen, (Jakara: Gramedia Pustaka, 1994),


(41)

30

saling percaya yang muncul akibat tanggungjawab bersama

dan kepentingan bersama diantara para anggotanya.6

3) Pengertian ini selanjutnya lebih diperjelas oleh Durkheim

“solidaritas adalah perasaan saling percaya antara para anggota dalam suatu kelompok atau komunitas. Kalau orang saling percaya maka mereka akan menjadi satu, menjadi persahabatan, menjadi saling hormat-menghormati, menjadi terdorong untuk bertanggungjawab dan memperhatikan

kepentingan sesamanya.7

b. Jenis-jenis Solidaritas Sosial

Konsep solidaritas sosial ini dikenal sebagai konsep sentral Emile Durkheim, dimana solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dalam kehidupan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Menurut Durkheim, berdasarkan hasilnya, solidaritas dapat dibedakan antara solidaritas positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak menghasilkan integrasi apapun, dan dengan demikian tidak

6Soedijati, Elisabeth, Koes. 1995. Solidaritas dan Masalah Sosial Kelompok

Waria.

(Bandung: UPPM STIE, 1995), hal 12

7


(42)

31

memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas positif dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri:

1) Mengikat individu pada masyarakat secara langsung tanpa

perantara. Pada solidaritas positif yang lainnya, individu tergantung dari masyarakat, karena individu tergantung dari bagian-bagian yang membentuk masyarakat tersebut.

2) Suatu sistem fungsi-funagsi yang berbeda dan khusus, yang

menyatukan hubungan-hubungan yang tetap, walaupun sebenarnya kedua masyarakat tersebut hanyalah satu saja.

3) Ciri-ciri tipe kolektif tersebut adalah individu merupakan

bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan fungsinya dalam masyarakat, tetapi tetap dalam satu kesatuan.

c. Konsep Solidaritas Sosial Menurut Islam

Islam sangat berkeinginan untuk membangun masyarakat kuat dan mampu menghadapi berbagai tantangan dan beragam krisis. Yaitu masyarakat berperadaban tinggi, orang kuat menyayangi orang lemah, orang kaya mengasihi orang fakir, dan orang mampu memberi kepada orang yang membutuhkan. Islam juga berkeinginan untuk membangun masyarakat berakhlak, berdekatan, saling mencintai dan tolong menolong dalam kebaikan dan melakukan yang ma‟ruf. Dari sinilah, Islam datang dengan


(43)

32

seluruh masyarakat, dan menjadikan setiap individu di dalamnya saling bekerja sama dengan orang lain dalam kebaikan dan

menolong saat membutuhkan ataupun keadaan darurat.8

Sesungguhnya nilai solidaritas antar manusia dan perangai membantu orang yang menderita merupakan hal yang menjadi pilar berdirinya masyarakat muslim. Itulah nilai-nilai humanis dan sosial yang tinggi. Tentunya Islam sudah mengaplikasikan nilai-nilai ini dalam ranah realitas sejak jauh hari.

B. Teori Solidaritas Sosial Emil Durkheim

Pada tahun 1858 di Prancis, tepatnya di kota Epinal, lahirlah dari seorang keluarga Yahudi, Emile Durkheim. Ayahnya adalah seorang rabi, juga kakeknya. Durkheim, sejak kecil sudah mengikuti, dan membiasakan diri untuk mengikuti tradisi keluarganya, menjadi seorang rabi, namun ia menyimpang dari kebiasaan ini. Mungkin karena suatu pengalaman mistik ia masuk agama Katolik. Dia juga kemudian meninggalkan Katoliknya

dan menjadi seorang yang tidak mau tahu tentang agama (agnostik) .

masalah dasar dan perhatian terhadap masyarakat menjadi studinya selama hidupnya. Dikisahkan bahwa dia sangat mahir dalam ilmu hukum dan filsafat positif.9

Perhatiannya terhadap solidarotas dan integrasi, tumbuh dari kesadaran akan berkurangnya pengaruh agama tradisional, yang dapat

8 Raghib As-Sirjani, Solidaritas Islam Untuk Dunia, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), hal.23

9 Yesmil Anwar & Adang, Pengantar Sosiologi Hukum, (Bandung: Crasindo, 2008), hal 29


(44)

33

merusak dukungan standar moral bersama, yang seharusnya membantu mempersatukan masyarakat pada masa lampau.

Pada abad ke-19, saat Emile Durkheim dewasa, ia dilibatkan dengan problem sosial. Cepatnya pertumbuhan industri, dan terjadinya destruksi masyarakat akibat konflik antar kelompok (antara kelompok Gereja dan Negara), politik anti semit dan tumbuhnya kelompok sosialis, munculnya

peristiwa dreyfus serta timbulnya unsur sosial baru, menyebabkan

timbulnya minat Durkheim untuk mengintegrasikan masyarakat Prancis, dengan isu utama solidaritas sosial.

Pemikiran Durkheim mengenai perubahan sosial memiliki kesamaan dengan pemikiran Khaldun dan Comte. Keduanya memusatkan pada aspek solidaritas sosial serta proses evolusi sosial. Solidaritas menurut Durkheim

harus menjadi objek pertama dalam menjelaskan realitas sosial.10 Sama

seperti Spencer, Durkheim juga melihat masyarakat sebagai sebuah organisme biologis. Pemikiran Durkheim didasari pada gejala sosial yang terjadi pada masyarakat Revolusi Industri di Inggris, ia mengamati perubahan sosial dari masyarakat primitif (tradisional) menuju masyarakat industri. Aspek yang menjadi perhatian Durkheim adalah pada pembagian kerja dalam kedua tipe masyarakat tersebut.

Solidaritas sosial merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh sebuah kelompok sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan solidaritas. Kelompok-kelompok sosial sebagai tempat

10 Nanang Martono, SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL: Prespektif Klasik, Moderen, Posmoderen dan Poskolonial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 42


(45)

34

berlangsungnya kehidupan bersama masyarakat akan tetap ada dan bertahan ketika dalam kelompok sosial tersebut terdapat rasa solidaritas diantara anggota-anggotanya.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa solidaritas sosial adalah adanya rasa saling percaya, cita-cita bersama, kesetiakawanan, dan rasa sepenanggungan diantara individu sebagai anggota kelompok karena adanya perasaan emosional dan moral yang dianut bersama.

Solidaritas sosial sesungguhnya mengarah pada keakraban atau

kekompakan (kohesi) dalam kelompok. Dalam perspektif sosiologi,

keakraban hubungan antara kelompok masyarakat itu tidak hanya merupakan alat dalam rangka usaha mencapai atau mewujudkan cita-citanya, akan tetapi justru keakraban hubungan sosial tersebut sekaligus merupakan salah satu tujuan utama dari kehidupan kelompok masyarakat. Keadaan kelompok yang semakin kokoh selanjutnya akan menimbulkan

sense of belongingness diantara anggotanya.

Solidaritas juga merupakan kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial. Terdapatnya solidaritas yang tinggi dalam kelompok tergantung pada kepercayaan setiap anggota akan kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan baik. Pembagian tugas dalam kelompok sesuai dengan kecakapan masing-masing anggota dengan keadaan tertentu akan memberikan hasil kerja yang baik. Dengan demikian, akan makin


(46)

35

belonging.11 Lebih lanjut solidaritas sosial merupakan kohesi yang ada

antara anggota suatu asosiasi, kelompok, kelas sosial atau kasta, dan diantara berbagai pribadi, kelompok maupun kelas-kelas membentuk

masyarakat atau bagian-bagiannya.12

Solidaritas sosial melahirkan persamaan, saling ketergantungan, dan pengalaman yang sama merupakan unsur pengikat dalam unit-unit kolektif seperti keluarga, kelompok, dan komunitas. Seperti halnya nama Bonek dengan adanya rasa saling percaya, cita-cita bersama, kesetiakawanan, dan rasa sepenanggungan diantara individu sebagai anggota kelompok karena adanya perasaan emosional dan moral yang dianut bersama melahirkan solidaritas yang tinggi dalam menjalin interaksinya.

1. Tipe Solidaritas Sosial Menurut Emile Durkheim

Sumber utama bagi analisis Drurkheim mengenai tipe yang berbeda dengan solidaritas dan sumber-sumber struktur sosial, dapat diperoleh dari bukunya yang berjudul The Devisions of Labor in

Society. Buku ini terbit setelah buku pertamanya, yang berjudul The

rules of sociological Method. Diterbitkan dua tahun sebelumnya. Buku

pertama ini mengungkapkan pendahuluan pokok-pokok metodologi.13

Tujuan dari karya klasik ini adalah menganalisis pengaruh atau fungsi kompleksitas dan spesialisasi pembagian kerja dalam struktur sosial dan perubahan-perubahan yang diakibatkan, dalam bentuk

11 AbuHuraerah dan Purwanto, Dinamika Kelompok Konsep dan Aplikasi. (Jakarta: Refika Aditama, 2006). hal 7

12 Soerjono Soekanto, 2010. Pengantar Sosiologi Kelompok. (Bandung: Remadja Karya, 2010), hal. 14


(47)

36

pokok solidaritas. Singkatnya, pertumbuhan dalam pembagian kerja meningkatkan suatu perubahan dalam struktur sosail, dari solidaritas

mekanik ke solidaritas organik.14

Menurut Durkheim, dalam solidaritas ada konseptual kesadaran bersama yang merupakan hasil kepercayaan, perasaan dari seluruh anggota masyarakat. Mengenai penopang proses perubahan solidaritas, sudah dimulai sejak individu berdampingan dan mengalami hal yang sama. Dengan kata lain, kepribadian individu menyerap kedalam kepribadian kolektif. Ini berarti kesadaran kolektif dapat menutupi

kesadaran individu. intinya, mereka mendominasi kami. Kesadaran

kolektif menyelimuti seluruh kesadaran masyarakat. Kedua kesadaran tersebut mempunyai aspek yang mirip, mempunyai dasar organis yang sama dan terikat satu sama lainnya. Keduanya mempunyai satu entitas, keduanya bekerja dengan solidaritas dan meningkatkan solidaritas. Individu tidak hadir secara nyata sebab kenyataannya kabur oleh kesadaran kolektif.

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat moderen. Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk

14 James Hensin, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Edisi 6 Jilid 1 Alih Bahasa: oleh Kamanto Sunarto, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 102


(48)

37

solidaritas sosial pada masyarakat moderen. Pembedaan antara solidaritas mekanik dan organik merupakan salah satu sumbangan Durkheim yang paling terkenal. Jadi berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat dibedakan menjadi dua tipe yaitu solidaritas sosial mekanik dan solidaritas sosial organik.

a. Solidaritas Mekanik

Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi, sehingga timbul rasa kebersamaan diantara mereka. Rasa kebersamaan yang timbul dalam masyarakat selanjutnya akan menimbulkan perasaan kolektif. Kondisi seperti ini biasanya dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana. Belum ada pembagian kerja yang berarti, artinya apa yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat biasanya juga dapat dilakukan oleh anggota masyarakat yang lainnya. Belum terdapat saling ketergantungan diantara kelompok yang berbeda karena masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

Menurut Durkheim, solidaritas mekanik didasarkan pada

suatu kesadaran kolektif‟‟ bersama (collective

consciousness/conscience), yang menunjuk pada „‟totalitas

kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang

rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu.15

15Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik Moderen, (Jakara: Gramedia Pustaka,


(49)

38

Yang dimaksud dengan istilah ini ialah bahwa orang-orang yang melakukan tugas yang sama mengembangkan suatu kesadaran bersama, suatu rasa kesamaan yang mempersatukan mereka kedalam suatu kesatuan bersama. Pikirkanlah suatu masyarakat agraria, dimana semua orang terlibat dalam suatu penanaman, pemeliharaan, dan panen. Para anggota ini mempunyai sedemiakian banyak persamaan sehingga mereka tahu

apa yang dirasakan orang lain mengenai kehidupan.16

Sedangkan menurut Khaldun kelompok mekanik ini disebut sebagai kelompok sosial “badawah”, yaitu masyarakat yan tinggal di pedalaman, masyarakat primitif, atau tinggal di daerah gurun. Menurut Khaldun kelompok sosial badawah ini lebih berani dibandingkan dengan masyarakat kota, bahkan solidaritas

dimasyarakat badawah lebih tinggi daripada masyarakat kota.17

Ikatan utamanya adalah kepercayaan bersama, cita-cita, dan komitmen moral. Oleh karena itu, maka individualitas tidak dapat berkembang dan bahkan terus-menerus dilumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali untuk komformitas. Ciri khas yang paling penting dari solidaritas mekanik adalah solidaritas didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan sebagainya. Homogenitas semacam ini hanya

16James Hensin, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Edisi 6 Jilid 1 Alih Bahasa:

oleh Kamanto Sunarto, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 102

17 Nanang Martono, SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL: Prespektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 33


(50)

39

mungkin apabila pembagian kerja atau diferensiasi masih minim atau terbatas.

Bonek juga dengan adanya kepercayaan bersama, cita-cita, dan komitmen moral yang dianutnya membuat kelompok suporter sepak bola ini masih bisa berdiri sampai saat ini. Dan tidak hanya itu dengan kesamaan cita-cita ingin membuat Persebaya menjadi salah satu tim yang ditakuti oleh lawan membuat rasa solidaritas yang tinggi disetiap individunya ketika melakukan dukungan penuh terhadap persebaya.

Solidaritas mekanik juga dicontohkan oleh Emile Durkheim terhadap kelompok masyarakat yang berkumpul atas keinginan bersama dan tujuan yang ingin dicapai bersama dalam satu kelompok masyarakat yang ditulis oleh Jhonson dalam bukunya sebagai berikut:

Apa yang mempersatukan jama,ah Greja? Apa ikatan sosial yang mengikat individu itu dengan kelompoknya? Tentu bukan karena paksaan fisik, dalam suatu masyarakat bebas dimana ada pemisah antara agama dan negara. Mungkin juga bukan harapan ekonomi, meskipun untuk beberapa orang hal ini mungkin seara tidak langsung sebagai akibat dari kontak sosial yang sudah terjalin. Ikatan umumnya adalah kepercayaan bersama, cita-cita dan komitmen moral. Orang yang memiliki kepercayaan dan cita-cita ini merasa bahwa mereka

mestinya bersama-sama karena mereka berpikiran serupa.18

18Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klask Moderen, (Jakara: Gramedia Pustaka,


(51)

40

Tetunya sesuai contoh di atas yang dapat mempersatukan masyarakat untuk beribadah bukanlah kebutuhan ekonomi, tetapi mereka berkumpul digereja karena adanya kepercayaan bersama, cita-cita bersama dan mereka merasa bahwa seharusnya bersama-sama karena mereka berpikiran serupa dan mempunyai kepercayaan yangsama.

Begitu juga dengan Bonek, perkumpulan ini terjadi bukan karena mereka mempunyai kebutuhan ekonomi yang sama, sudah jelas individu yang terkumpul dalam sebutan Bonek itu ketika ingin mendukung tim kesayangannya yang akan bertanding di lokasi yang jauh dari tempat berkumpulnya Bonek, mereka rela berangkat naik apapun walau dengan modal nekat. Dari sana tampak jelas yang menjadikan perkumpulan Bonek itu ketika mendukung tim kesayangannya, ini didasari akan adanya cita-cita bersama dan berpikiran yang sama yaitu menjadikan tim kesayangannya Persebaya menjadi raja di tanah air dalam dunia sepak bola.

Pada intinya kelompok masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanik adalah bersatu karena merasa semua orang yang ada disekitarnya adalah sama. Yang menjadikan ikatan atau pengikat diantara orang-orang itu adalah karena mereka semua mempunyai cita-cita dan pikiran yang sama dalam mensukseskan tim kesayangannya.


(52)

41

b. Solidaritas Organik

Ketika masyarakat menjadi lebih besar, pembagian kerja mereka menjadi lebih tersepesialisasi. Beberapa menambang emas, orang lain berpaling ke perhiasan, sedangkan orang lain lagi menjualnya. Pembagian kerja ini menjadikan orang tergantung satu sama lain, karena pekerjaan tiap orang berkontribusi pada keseluruhannya,

Durkheim menamakan bentuk baru solidaritas yang didasarkan pada kesalingketergantungan ini sebagai solidaritas organik. Untuk melihat mengapa ia mengguakan istilah ini, pikirkanlah bagaimana Anda mengandalkan pengajar Anda untuk menuntun Anda melewati kuliah di Kampus masing-masing. Pada waktu yang sama pengajar Anda pun memerlukan Anda dan mahasiswa lain agar ia mempunyai pekerjaan. Anda dan pengajar Anda adalah laksana organ dalam tubuh yang sama. Meskipun masing-masing melaksanakan tugas yang berbeda, namun Anda

berdua saling tergantung.19 Hal ini juga menciptakan sejenis

kesatuan.

Dalam masyarakat ini, perkembangan kemandirian yang diakibatkan oleh perkembangan pembagian kerja menimbulkan kesadaran-kesadaran individual yang lebih mandiri, akan tetapi sekaligus menjadi semakin tergantung satu sama lain, karena

19James Hensin, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Edisi 6 Jilid 1 Alih Bahasa:


(53)

42

masing-masing individu hanya merupakan satu bagian saja dari suatu pembagian pekerjaan sosial. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat dengan solidaritas organis bertahan karena perbedaan yang ada di dalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tanggungjawab yang berbeda-beda. Solidaritas organis merupakan sebuah sistem terpadu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling tergantung seperti bagian-bagian-bagian-bagian suatu organisme biologis. Berbeda dengan solidaritas mekanik yang didasarkan pada kesadaran kolektif maka solidaritas organis didasarkan pada hukum dan akal.

Kesadaran Kolektif dalam masyarakat organik, kesadaran kolektif lebih berperan untuk menumbuhkan solidaritas sosial, memperkuat ikatan yang muncul dari adanya saling ketergantungan fungsional yang semakin bertambah. Pertumbuhan dalam pembagian kerja (solidaritas organis sebagai hasilnya) tidak menyebabkan hilangnya kesadaran kolektif tetapi hanya mengurangi arti penting dari kesadaran kolektif tersebut.

Durkheim menekankan pada pentingnya kesadaran kolektif bersama yang mungkin ada dalam berbagai kelompok pekerjaan dan profesi. Keserupaan dalam kegiatan-kegiatan dan kepentingan pekerjaan memperlihatkan suatu homogenitas internal yang memungkinkan berkembangnya kebiasaan, kepercayaan, perasaan, dan prinsip moral atau kode etik bersama.


(54)

43

Evolusi Sosial Kesadaran kolektif yang mendasari solidaritas mekanik paling kuat berkembang pada masyarakat primitif. Kerena pembagian kerja semakin meluas, kesadaran kolektif perlahan-lahan mulai hilang. Tetapi heterogenitas yang semakin bertambah ini tidak menghancurkan solidaritas sosial, sebaliknya semakin membuat individu atau kelompok saling ketergantungan satu sama lain. Meningkatnya secara bertahap saling ketergantungan fungsional dalam berbagai bagian dalam masyarakat ini memberikan alternatif baru untuk kesadaran

kolektif sebagai solidaritas sosial.20

Solidaritas sosial yang berkembang pada masyarakat– masyarakat kompleks berasal lebih dari kesaling tergantungan

daripada dari kesamaan bagian-bagian.21 Lebih jelasnya, Johnson

menguraikan bahwa solidaritas organik muncul karena pembagian

kerja bertambah besar.22 Solidaritas itu didasarkan pada tingkat

saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dan pembagian pekerjaan yang memungkinkan dan juga menggairahkan bertambahnya perbedaan dikalangan individu.

Menurut George Ritzer solidaritas organik dipersatukan oleh perbedaan-perbedaan diantara orang-orang, oleh fakta bahwa

20http://sociologyca.blogspot.co.id/2011/12/sociologyca-6.html

21 Tom Campbell, Tujuh Teori Sosial. (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal. 185 22Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klask Moderen, (Jakara: Gramedia Pustaka,


(55)

44

semuanya mempunyai tugas-tugas dan tanggungjawab yang

berbeda.23 Munculnya perbedaan-perbedaan dikalangan individu

ini merombak kesadaran kolektif itu, yang pada akhirnya menjadi kurang penting lagi sebagai dasar untuk keteraturan sosial dibandingkan dengan saling ketergantungan fungsional yang bertambah antara individu-individu yang memiliki spesialisasi dan secara relatif lebih otonom sifatnya. Kesadaran kolektif perlahan-lahan mulai hilang. Pekerjan orang lebih terspesialisasi dan tidak sama lagi, merasa dirinya semakin berbeda dalam kepercayaan, pendapat, dan gaya hidup. Pengalaman orang menjadi semakin beragam, demikian pula kepercayaan, sikap, dan kesadaran pada umumnya. Kondisi seperti diatas tidak menghancurkan solidaritas sosial. Sebaliknya, individu dan kelompok dalam masyarakat semakin tergantung kepada pihak lain yang berbeda pekerjaan dan spesialisasi dengannya. Ini semakin diperkuat oleh pernyataan Durkheim, bahwa kuatnya solidaritas organik ditandai oleh

pentingnya hukum yang bersifat memulihkan (restitutif) daripada

yang bersifat mengungkapkan kemarahan kolektif yang dirasakan

kuat.24 Singkatnya, ikatan yang mempersatukan individu pada

solidaritas mekanik adalah adanya kesadaran kolektif. Sementara

23 George Ritzer, Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Post Moderen, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal.145

24Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klask Moderen, (Jakara: Gramedia Pustaka,


(56)

45

pada solidaritas organik, heterogenitas dan individualitas semakin tinggi.

Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan antara masyarakat dengan solidaritas mekanik dengan masyarakat dengan solidaritas organik maka diringkas sebagai berikut:

Semua tipe solidariats yang dijelaskan oleh Durkheim itu bisa bernilai posutif dan negatif.

Tabel 2.1

Solidaritas sosial Emile Durkheim Faktor-Faktor Mekanik Organik Perilaku Didominasi oleh tradisi Meningkatkan

individualistik spesialisasi Hukum Moral, -Kontrol

sosial Hukum yang menekan Pembagian kerja Struktur Politik Pertemuan Publik Individualis, penekanan Ekonomi Kerjasama kekayaan

masyarakat Hukum yang berlaku Agama Berhala, suku, patriotisme

lokal, Hubungan kontrak antara individu dengan pemerintah

Bunuh diri Alturistik Hubungan kontrak dan milik pribadi, monoteisme, egoisme, dan anomik Tabel 2. 2

Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik Solidaritas Mekanik Solidaritas Organik 1. Pembagian kerja rendah

2. Kesadaran kolektif kuat 3. Hukum represif dominan 4. Konsensus terhadap polapola

normatif penting 5. Individualitas rendah

6. Keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang

7. Secara relatif saling ketergantungan itu rendah

1. Pembagian kerja tinggi 2. Kesadaran kolektif lemah 3. Hukum restitutif dominan 4. Konsensus pada nilai-nilai

abstrak dan umum penting 5. Individualitas tinggi

6. Badan-badan kontrol sosial yang menghukum orangorang yang menyimpang

7. Saling ketergantungan yang tinggi


(57)

46

8. Bersifat primitif atau

pedesaan 8. Bersifat industrial perkotaan

Durkheim berpendapat, pada dasarnya masyarakat, sebagai sebuah kesadaran kolektif, mempunyai keberadaan yang independen. Sebagaimana dijelaskan spencer, dia memandang bahwa masyarakat lebih dari sekedar kumpulan bagian-bagian, melainkan merupakan satu kesatuan. Kesatuan yang utuh, yang secara terkondisikan melaksanakan dan mempengaruhi struktur normatifnya. Durkheim lebih menjelaskannya dalam fakta sosial dan menyebutnya sebagai kenyataan, sebagai bukti keberadaan kekuatan norma-norma dan struktur-struktur lembaga yang saling

berhubungan.25

Sementara kekuatan sosial, menurut Durkheim, didasarkan pada pandangan kolektif, yaitu berbagai bentuk kekuasaan yang bersandar pada struktur-struktur normatif dari kelompok tertentu, selama kontrol itu diterapkan pada anggota-anggota kelompok melalui norma-norma ini. Dalam kenyataannya, secara umum, seluruh aspek struktur sosial, termasuk lembaga-lembaga, bersandar pada sebuah sistem normatif masyarakat. Dia juga berpandangan bahwa evolusi fakta atau norma sosial didasarkan

25Nanang Martono, SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL: Prespektif Klasik, Modern,


(58)

47

pada kebutuhan-kebutuhan yang dialami masyarakat. Dalam hal ini, gejala sosial menggambarkan kebutuhan-kebutuhan sosial sebagai sebuah korelasi dari teori Durkheim, yang mendorong para ahli sosiologi untuk mengkaji secara lebih mendalam. Pandangan tersebut juga menjelaskan pendekatan paham fungsionalis struktur yang lebih kontemporer.

Dari tipe solidaritas sosial tersebut diatas, menurut Durkheim, solidaritas mekanik berasal dari golongan masyarakat tradisional, yang pembagian kerjanya dalam masyarakat masih rendah, norma-norma cenderung represif dan masih terdapat kesatuan sosial tingkat tinggi. Sementara itu, tipe solidaritas organik lebih cenderung terdapat pada masyarakat industri, yang memiliki pembagian kerja yang begitu kompleks (tidak sama), memiliki hubungan kontrak yang mengikat dengan perjanjian yang memiliki tingkat integrasi sosial yang rendah. Dalam tipe solidaritas organik ini, upaya kontrol individu lebih rendah atau lemah dan menuju pada suatu keadaan berkurangnya norma-norma dalam masyarakat. Pada tahap seperti ini, penyimpangan sosial tingkat tinggi, seperti bunuh diri, terjadi karena perangkat individu dan struktur sosial menjadi semakin lemah, sehinga keinginan mereka tidak lagi diatur secara tepat.

Asumsi terakhir Durkheim adalah, bahwa kejahatan dan bentuk penyimpangan yang lagi mempunyai fungsi bagi


(59)

48

masyarakat dalam hal penyimpangan, sehingga mendorong perubahan dan perkembangan norma-norma dalam masyarakat.

Semua tipe solidaritas itu menurut Durkheim bisa berdampak positif apabila menghasilkan hal-hal baik yang berguna dan tidak merugikan di masyarakat. Contohnya adalah cerita Andrea Hirata dalam Sang Pemimpi. Aria dan Ikal bertekad mewujudkan mimpinya dengan belajar lebih giat dan semangat bersekolah. Karena rasa solidaritas dan persamaan tekad, keduanya berkomitmen untuk saling mendukung satu sama lain. Bersama-sama mewujudkan mimpinya dengan bersekolah bersama, susah dan senang bersama demi cita-cita. Tokoh ikal dan Arai sebagai sahabat dengan solidaritas yang kuat mengahsilkan

nilai positif yang baik untuk keduanya.26 Solidaritas dikatakan

negatif apabila membawa dampak dan nilai negative yang tidak baik bagi masyarakat. Misalnya pada geng motor yang sering meresahkan warga. Rasa persamaan dan kekuatan bersama dirasakan sangat kuat yang membuat geng motor tersebut semakin kompak dan kuat rasa persatuannya sehingga mereka semakin lihai dalam memerankan keburukannya di masyarakat. Apabila salah satu anggota tidak mengikuti aturan yang ada di dalamnya, maka dia dianggap bukan merupakan anggota geng dan akan dikucilkan. Hal tersebut membawa dampak negatif karena akan

26


(60)

49

semakin memperkuat keberadaan geng motor yang biasa dengan aksi buruknya di masyarakat. Dengan demikian solidaritas yang dijelaskan oleh Durkheim menunjukkan bahwa dalam masyarakat terdapat adanya suatu tatanan kerjasama baik yang bersifat segmenter maupun non-kolektif yang mempunyai sifat positif dan negatif masing-masing.

Tabel 2.3

Ringkasan tentang Durkheim dapat kita lihat sebagai berikut Latar belakang  Keluarga Yahudi

 Ahli hukum dan filsafat positif  Tradisi pencerahan

 Kekacauan sosial politik prancis

Saran dan Tujuan Memahami penomena sosial dan pengaruhnya terhadap problem-problem sosial yang berlawanan dengan penjelasan psikologis

Asumsi-Asumsi  Kesadaran kolektif ada secara keseluruhan  Fakta sosial adalah kenyataan

 Penyatuan datang dari persamaan

 Kesatuan datang dari pembagian pekerjaan  Kesatuan didasarkan pada

pemikiran-pemikiran masyarakat

 Faktor sosial menggambarkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat

 Perubahan dalam penduduk, kepadatan sosial, serta pembagian pekerjaan

 Penyimpangan yang berlaku dalam masyarakat

Metodologi  Fakta sosial adalah suatu yang dapat kita ukur  Tujuan didasarkan kepada faktor materi  Perbandingan

 Bukti-bukti melalui berbagai macam orang dalam penelitian

Tipologi Masyarakat  Solidaritas mekanik  Solidaritas organik

Isu-Isu  Keberadaan dalam masyarakat klektif  Hubungan dari dampak penduduk  Menggunakan faktor-faktor sosial

 Menggambarkan faktor-faktor sosial tersebut Pemikiran Utama  Tipe solidaritas

 Konsep anomi  Fenomena moral  Fakta sosial


(61)

50

2. Penggunaan Teori Solidaritas Sosial

Setelah kajian teori telah dijelaskan diatas secara panjang lebar mengenai bonek dan solidarias sosial, penulis memutuskan untuk menggunakan teori solidaritas mekanik Emile Durkheim, karena penulis merasa teori solidaritas mekanik lebih cocok untuk mengkaji solidaritas sosial di suporter Bonek yang berada di Wisma Persebaya Surabaya. Penulis merasa konsep solidaritas yang berasumsi:

Ada sejumlah ikatan sosial yang bersifat primordial mekanik seperti kekerabataan, kesukuan, dan komunitas. Ikatan-ikatan ini jelas tidak dapat mempersatukan semua anggota suatu masyarakat yang komplek, tetapi merupakan sumber-sumber penting untuk solidaritas kelompok-kelompok inti yang tidak terbilang jumlahnya

yang dapat mempersatukan masyarakat seluruhnya.27

Selain itu penulis merasa cocok antara suporter bonek dengan solidaritas sosial mekanik yang dicontoh oleh Emile Durkheim terhadap kelompok masyarakat yang berkumpul atas keinginan bersama dan tujuan yang ingin dicapai bersama dalam satu kelompok masyarakat yang ditulis oleh Jahnson sebagai berikut:

Apa yang mempersatukan jama,ah Greja? Apa ikatan sosial yang mengikat individu itu dengan kelompoknya? Tentu bukan karena paksaan fisik, dalam suatu masyarakat bebas dimana ada pemisah antara agama dan negara. Mungkin juga bukan harapan ekonomi, meskipun untuk beberapa orang hal ini mungkin seara tidak langsung sebagai akibat dari kontak sosial yang sudah terjalin. Ikatan umumnya adalah kepercayaan bersama, cita-cita dan komitmen moral. Orang yang memiliki kepercayaan dan

27Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klask Moderen, (Jakara: Gramedia Pustaka,


(62)

51

cita ini merasa bahwa mereka mestinya bersama-sama karena

mereka berpikiran serupa.28

Peneliti merasa ini sangat cocok dalam suporter Bonek. Contoh dari solidaritas mekanik juga dapat dilihat pada sebagian perilaku yang diperlihatkan oleh suporter Bonek, mereka memiliki kesamaan dalam iktan emosional untuk mendukung tim Persebaya. Mereka tidak diikat atau dipaksa oleh apapun. Rasa cinta pada nama besar Persebaya yang mebuat hubungan anatara satu individu dengan individu yang lain bertambah kuat dan erat.

Hubungan antar individu itulah yang menciptakan wujud Solidaritas sosial diantara kelompok Bonek. Wujud solidaritas kelompok ini akan lebih terlihat ketika ada satu anggota kelompok ini yang merasa disakiti, mereka akan merasakan sakit juga. Ketika tim Persebaya sedang dilanda masalah seperti yang kita pernah lihat di TV bahwa Persebaya tidak diakui oleh PSSI, bonek ini selalu berjuang mati-matian agar tim kesayangannya itu tetap utuh dan tetap diakui oleh lawan ataupun tetap diakui oleh PSSI.

Dari perilaku yang diperlihatkan oleh suporter bonek itu, tampak jelas yang mempersatukan ikatan solidaritas diantara mereka, bukan atas dasar ekonomi, pekerjaan, atau yang menghasilkan keuangan, tapi atas kesadaran kolektif yang ada disetiap diri mereka. Sama-sama menginginkan agar Persebaya menjadi tim yang kuat dan menjadi

28Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klask Moderen, (Jakara: Gramedia Pustaka,


(63)

52

juara disetiap laga, menjadikan mereka tetap bersatu dalam memberi semangat dan motivasi bagi kesayangannya itu. Cita-cita bersama dalam mewujudkan Persebaya menjadi tim yang kuat mereka rela menjadi suporter yang selalu datang dan memenuhi stadion dimana Persebaya berlaga. Walau tidak ada upah dan imbalan secara materi yang akan mereka dapatkan ketika menjadi suporter Persebaya, tapi rasa ingin menjadikan timnya itu menjadi yang terkuat mereka rela melakukan apapun tanpa pamrih.

Ini berbeda sekali dengan solidaritas organik yang mendasarkan suatu komunitas bukan karena kesamaan rasa melainkan dikarenakan oleh kebutuhan ekonomi dan kuatnya pembagian kerja dalam setiap anggota. Yang bisa kita contohkan dengan sebuah perusahaan dagang dimana harus ada seseorang manager, sekertaris, bendahara, staf-staf ahli perusahaan dan bagian pemasaran barang. Mereka berkumpul dalam suatu perusahaan bukan karena oleh perasaan bersama, melainkan dikarenakan ada pembagian kerja yang tinggi, dimana seorang manager tidak bisa menggantikan staf-staf perusahaan dan seorang staf ahli perusahaan tidak bisa menggantikan posisi managernya. Model pembagian kerja seperti ini yang menuntut mereka untuk berkumpul setiap hari dan perkumpulan dalam suatu masyarakat yang seperti ini juga dikarenakan imbalan setiap bulan atau gaji.

Sementara Bonek sebagai pendukung Persebaya Surabaya yang ada di Wisma Persebaya Surabaya mereka berkumpul bersama setiap


(64)

53

ada permasalahan, atau ketika ada acara syukuran itu atas dasar rasa cintanya terhadap Persebaya. Inilah yang ingin penulis ketahui sebagai bentuk peralihan pikiran yang konon katanya Bonek identik dengan kekerasan. Disini penulis ingin menggali seperti apa rasa solidaritas sosial yang tertanam di suporter Bonek yang ada di Wisma Persebaya Surabaya dan bagaimana bentuk-bentuk solidaritas sosial yang dilakukan oleh suporter Bonek yang ada di Wisma Persebaya Surabaya.

C. Penelitian Terdahulu

1. Skripsi yang ditulis oleh Zainul Hasan tahun 2015, mahasiswa

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Program Studi

Sosiolgi. Judul skripsinya ialah Solidaritas Komunitas Waria dan

Respon Masyarakat Kelurahan Panjaringansari Kecamatan Rungkut

Kota Surabaya. Dalam skripsi tersebut Zainul mengkaji dua

permasalahan yang pertama mengenai rasa solidaritas yang terdapat di

komunitas waria dan respon masyarakat Kelurahan Panjaringansari

Kecamatan Rungkut Kota Surabaya, dan yang kedua mengenai respon

masyarakat terhadap acara keagamaan yang diselenggarakan oleh komunitas waria tersebut.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan ditulis oleh peneliti adalah sama-sama mengkaji tentang solidaritas yang ada di sebuah komunitas.


(1)

orang yang mengenal perilaku jeleknya Bonek, akan tetapi walaupun seperti itu suporter Bonek tetap berusaha membuktikan kepada masyarakat dengan aksi-aksi yang mencerminkan nilai positif dari Bonek dan sikap peduli sesama manusia.

Dapat disimpulkan bahwa solidaritas yang ada pada suporter Bonek adalah adanya rasa saling percaya, cita-cita bersama dan kepedulian antara sesama. Kesetia kawanan dan rasa sepenanggungan diantara sesama suporter Bonek Wisma Persebaya ini karena adanya perasaan emosional dan moral yang dianut bersama dan dapat membuat setiap suporter merasa nyaman dengan suporter Bonek ini. Solidaritas yang ada dalam suporter Bonek ini mengarah pada kepedulian terhadap sesama manusia dan keakraban atau kekompakan diantara sesama suporter Bonek yang ada di Wisma Persebaya, Jl Karanggayam 1 kota Surabaya.


(2)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakan, maka dalam penelitian yang berjudul “BONEK DAN

SOLIDARITAS SOSIAL” (Studi Kasus Solidaritas Sosial Suporter Sepak Bola di Wisma Persebaya Surabaya) dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Solidaritas sosial suporter sepak bola BONEK di Wisma Persebaya jika dibedakan menurut solidaritas mekanik dan organik sebagai berikut.

Solidaritas yang ada di Suporter Bonek Persebaya Surabaya ini kalau dilihat dari tipe solidaritas yang dikemukakan oleh Emile Durkheim termasuk pada solidaritas yang dibangun atas kesadaran kolektif setiap anggota suporter Bonek. Mereka terkumpul bukan karena adanya intruksi, dan melakukkan aksi sosial ataupun bakti sosial bukan karena ingin memperoleh gaji semata melainkan karena kesadaran bersama untuk melakukan semua itu. Mereka turun kejalan untuk menyuarakan aksi penyelamatan Persebaya, penggalangan dana untuk korban bencana, mengadakan iuran untuk membantu sesama itu didasari akan sifat manusiawi yang peduli antara sesama. Walaupun selama ini hanya kebanggaanlah yang mereka dapatkan selama meleburkan diri menjadi Bonek, tapi mereka tetap bangga menjadi bagian dari suporter Persebaya.


(3)

2. Bentuk dari solidaritas yang terdapat pada Suporter Bonek di Karanggayam, Wisma Persebaya Surabaya sebagai berikut.

Ada beberapa bentuk solidaritas sosial yang peneliti temukan di dalam suporter Bonek yang mengarah kepada kepedulian terhadap klub Persebaya, sesama suporter, ataupun terhadap masyarakat pada umumnya. Bentuk dari aksi solidaritas tersebut diarahkan kepada klub Persebaya, masyarakat, dan sesama suporter Bonek.

Walaupun bentuk aksi solidaritas yang dilakukan oleh suporter Bonek bukan didasari karena ada pembagian kerja, atau ada perintah dari atasan. Tapi mereka selalu bersemangat dalam melakukan setiap bentuk kegiatannya. Kesadaran kolektif yang timbul dari diri setiap suporter Bonek untuk selalu menanamkan rasa solidaritas, membuat tali persaudaraan diantara setiap suporter Bonek semakin kuat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka peneliti memberikan beberapa saran terhadap suporter Bonek yang ada di Kelurahan Tambaksari sebagai berikut:

1. Bagi Suporter Bonek agar tetap mempertahankan eksistensinya,

walaupun saat ini masyarakat masih banyak yang menilai negatif kepada Bonek, akan tetapi janganlah merasa terkucilkan dengan ucapan masyarakat selama ini. Karena kekuatan solidaritas sosial Bonek yang terus membuktikan kepada masyarakat akan ada sisi positifnya maka dengan berjalannya waktu masyarakat pun bisa


(4)

mengakui bahwa suporter Bonek yang sebenarnya bisa juga melakukan hal yang positif.

2. Bagi masyarakat, mulailah merubah cara pandang terhadap suporter

Bonek. Janganlah melihat pada satu sisi negatifnya saja, akan tetapi lihatlah secara keseluruhan atau bentuk perilaku suporter Bonek itu. Jangan hanya yang dilihat itu hal negatifnya saja karena sebenarnya banyak sisi positif dari suporter Bonek yang masyarakat belum mengetahui selama ini.

3. Bagi para mahasiswa masih perlu diadakan penelitian yang lebih

mendalam lagi mengenai Bonek dan Solidaritas Sosial, agar cara pandang masyarakat selama ini terhadap suporter Bonek tidak terus-menerus memandang buruk dan hanya bisa menyebutkan suporter Bonek itu kerjanya hanya berbuat anarkis semata. Selain itu, diharapkan kepada para peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan penelitian ini karena penelitian ini jauh dari kesempurnaan dan dikarenakan keterbatasan peneliti.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adang, Anwar Yesmil. 2008. Pengantar Sosiologi Hukum. Bandung: Crasindo.

Apartanto, Pius. 2008. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. As-Sirjani, Raghib. 2015. Solidaritas Islam Untuk Dunia. Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar.

Basofi, Soedirman. Dkk. 1997. Bonek Berani Karena Bersama.

Surabaya:HIPOTESA.

Campbell, Tom. 1994. Tujuh Teori Sosial. Yogyakarta: Kanisius.

Hensin, James. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Edisi 6 Jilid 1 Alih

Bahasa: oleh Kamanto Sunarto. Jakarta: Erlangga.

Huraerah, Abu dan Purwanto. 2006. Dinamika Kelompok Konsep dan Aplikasi.

Jakarta: Refika Aditama.

Iskandar. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.

J. Moleong, Lexy. 2005. Metode Penellitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Junaedi, Fajar. 2012. BONEK: Komunitas Suporter Pertama dan Terbesar di

Indonesia. Yogyakarta: Buku Litera.

Martono, Nanang. 2012. SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL: Prespektif Klasik,

Moderen, Posmoderen dan Poskolonial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Paul, Doyle Johnson. 1994. Teori Sosiologi Klasik Moderen. Jakara: Gramedia Pustaka.

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan


(6)

Soedijati, dkk. 1995. Solidaritas dan Masalah Sosial Kelompok Waria. Bandung: UPPM STIE.

Soekanto S. 1990. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Soekanto, Soerjono. 2010. Pengantar Sosiologi Kelompok. Bandung: Remadja

Karya.

Soeroso, Andreas. 2008. SOSIOLOGI 1 SMA Kelas X. Bandung: Yudhistira.

Suparmoko, M. 1995. Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta: BPFE.

Suwandi, Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

https://tutinayati.wordpress.com/2013/03/21/gagasan-integrasi-masyarakat-emile-durkheim-solidaritas-mekanis-dan-solidaritas-organis/

http://www.cnnindonesia.com/olahraga/20150909092628-142-77531/beda-bonek-dulu-dan-sekarang-di-mata-veteran/

https://id.wikipedia.org/wiki/Persebaya_Surabaya

http://m.cekskor.com/news/read/42452/bonek-lakukan-aksi-solidaritas-persebaya.html

http://beritajatim.com/olahraga/248377/bonek_1927_bagikan_300_kantong_daging_ kurban.html

http://www.world-in-news.com/article/10248/Peduli-Bencana-Kabut-Asap-Arek-Bonek-1927-Gelar-Aksi-Penggalangan-Dana.aspx

https://www.facebook.com/668842313156522/photos/a.669581216415965.10737418 28.668842313156522/1075889755785107/?type=1&theater

https://id.wikipedia.org/wiki/bonek