Komunikasi organisasi komunitas suporter aremania Malang dalam pembinaan akhlak anggota

(1)

DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANGGOTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

PURNOMO

NIM: 107051003173

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/ 2011 M


(2)

KOMUNITAS SUPORTER AREMANIA MALANG

DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANGGOTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh Purnomo NIM: 107051003173

Di Bawah Bimbingan

Dr. Asep Usman Ismail, M.A NIP: 19600720 199103 1 001

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/ 2011 M


(3)

Skripsi berjudul KOMUNIKASI ORGANISASI KOMUNITAS SUPORTER AREMANIA MALANG DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANGGOTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 16 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 16 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Jumroni, M.Si. Umi Musyarofah, MA NIP: 19630515 199203 1 006 NIP: 19710816 199703 2 002

Anggota,

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. H. Yunan Yusuf, MA Dr. Suhaimi, M.Si NIP: 19490119 198003 1 001 NIP: 19670906 199403 1 002

Pembimbing

Dr. Asep Usman Ismail, MA NIP: 19600720 199103 1 001


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Juni 2011


(5)

i

Purnomo

Komunikasi Organisasi Komunitas Suporter Aremania Malang dalam Pembinaan Akhlak Anggota

Komunikasi organisasi adalah pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Salah satu contoh organisasi yang memiliki jumlah massa besar adalah komunitas suporter. Namun, banyak ulah serta tingkah laku suporter Indonesia yang sering meresahkan masyarakat. Perlu adanya pembinaan akhlak melalui komunikasi organisasi yang dijalankan secara efektif dalam menyelesaikan masalah ini. Aremania merupakan salah satu suporter yang diakui sebagai suporter terbaik yang ada di Indonesia. Dalam suatu organisasi seperti Aremania, komunikasi jelas sangat penting sekali perannya. Mereka mempunyai anggota kelompok yang sangat banyak dan luas, sehingga tak mudah bagi mereka untuk mengkoordinir

“pasukannya”.

Dari uraian di atas, muncul pertanyaan-pertanyaan yang menjadi permasalahan penelitian ini. Bagaimana iklim organisasi yang dibangun oleh komunitas suporter Aremania? Bagaimana iklim komunikasi yang dibangun oleh komunitas suporter Aremania? Bagaimana kinerja organisasi pada komunitas suporter Aremania sehingga mampu berprestasi?

Pada skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang sangat bergantung kepada perspektif yang digunakan serta permasalahan yang diteliti dalam rangka melakukan deskripsi (penggambaran), verstehen

(pemahaman dan pemaknaan), interpretasi (penafsiran), pengembangan dan

eksplorasi. Dengan menggunakan analisis triangulasi, yaitu menganilis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dalam data dan fakta empiris di lapangan. Di sini jawaban yang ada di cross-check dengan dokumen yang ada.

Dalam skripsi ini peneliti memakai teori Hubungan Manusia oleh Elton Mayo. Teori hubungan manusia ini diperkenalkan pada tahun 1930-1931 an, dan didukung pula oleh Barnard 1938, Roethlisherger dan Dichson 1939. Teori hubungan manusia ini menekankan pada pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Teori ini menyarankan strategi peningkatan dan penyempurnaan organisasi dengan meningkatkan kepuasan anggota organisasi dan menciptakan organisasi yang dapat membantu individu mengambangkan potensinya. Dengan meningkatkan kepuasan kerja dan mengarahkan aktualisasi diri pekerja, akan mempertinggi motivasi bekerja sehingga akan dapat meningkatkan produksi organisasi.

Pimpinan atau pengurus Aremania lebih mengandalkan komunikasi antar pribadi dalam penyebaran informasi kepada para anggota Aremania. Komunikasi antarpribadi pun lebih sering dilakukan lewat lisan atau tatap muka. Iklim organisasi dan iklim komunikasi yang terbangun cukup kondusif dan lancar. Jarang terjadi konflik dan perpecahan di dalamnya. Dan komunikasi antar anggota tidak berjalan sendiri-sendiri melainkan serentak dan terstruktur.


(6)

ii

KATA PENGANTAR









Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, hidayah, dan kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan proses penulisan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam tak lupa penulis limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Adanya skripsi ini tak bisa lepas dari dukungan, bantuan, dan doa’ dari

berbagai pihak. Tanpa keberadaan mereka, tentu saja skripsi ini tak akan pernah bisa diselesaikan. Dalam kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih penulis yang amat besar dan berdoa agar mereka diberikan balasan yang jauh lebih indah dari Allah SWT, mereka-mereka yang berjasa yaitu:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Drs. Wahidin Saputra, MA, sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik. Drs. Mahmud Jalal, MA, sebagai Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, serta Drs. Study Rizal LK. MA, sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Drs. Jumroni M.Si, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Ibu Umi Musyarofah, MA, sebagai Sekretaris Jurusan KPI, yang telah membantu dalam memberikan informasi akademik dan penyusunan transkip nilai penulis. Dra. Nunung Khairiyah, MA, sebagai Dosen Penasihat Akademik KPI A angkatan 2007, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan proposal skripsi ini.


(7)

iii

3. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, MA, selaku Dosen Pembimbing yang dengan tekun dan sabar membimbing penulis selama empat bulan ini. Dan atas pengarahannya serta candaannya yang telah memberikan motivasi untuk bisa segera merampungkan skripsi ini.

4. Pendiri komunitas suporter Aremania, Bpk. Ovan Tobing dan pendiri Arema Fans Club, Bpk. Ir. Lucky Zainal. Nawak-nawak dari Aremania di Malang khususnya dan Indonesia umumnya, yaitu: Sam Erik, Sam Fendy,

Sam Saiful, Sam Catur, Sam Edi, Sam Empo, Sam Mukhlis, Sam Rifani, dan nawak-nawak Aremania lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas jamuannya dan jawaban-jawaban kalian.

5. Orang tua yaitu Ibu Muryati yang dalam usaha dan perjuangannya selama ini yang tak kenal lelah meski sakit namun tetap bertahan. Serta Bapak Sudarjo yang sedang berjuang dengan sakit jantungnya, telah memberikan harapan kepada penulis dengan pengadaan Notebook ini. Kalian adalah inspirasi nyata dalam hidup penulis. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan keberkahan kepada kalian, Amin.

6. Seluruh Dosen Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, atas pengamalan dan ilmu-ilmu yang bermanfaat selama ini.

7. Para staf Tata Usaha (TU) yang memberikan informasi, arahan, dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Fakultas FIDKOM yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas buku-buku referensi.


(8)

iv

9. Mohammah Anwar, Purningsih, dan Aldin Alamsyah, saudara-saudara penulis yang memberikan warna-warni dalam hidup keluarga.

10.Kawan-kawan dan sahabat penulis, Wawan, Dwi Januar ‘Dije’ Handoko, Manda, Adik Fitri, Adik Ainun Selvi, Adik Irra, terima kasih atas kebaikan kalian selama ini.

11.Semua sahabat di KPI A angkatan 2007, Ali Uraidi, Faiz, Anis, Hendri, Eka, Nuri n the undur-undur, dan kawan yang lain yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu.

12.Kawan-kawan KKN Sembilan, Ogi, Hambali, Maul, Adji, Mita, Rizka dan yang lainnya. Serta Mimih beserta keluarga serta warga kampung cisentul dan sekitarnya. Terima kasih atas kenangan indah selama di sana.

Akhir kata, skripsi ini tentu saja masih belum sempurna karena masih banyak kekurangan di dalamnya. Namun, penulis berharap saran serta kritik dalam rangka perbaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 7 Juni 2011


(9)

v

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI………. v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… ………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….... 8

C. Tujuan Penelitian………..……. 9

D. Manfaat Penelitian……….…… 10

E. Tinjauan Pustaka……… 10

F. Metodologi Penelitian………..…….. 11

G. Sistematika Penulisan………..…... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Organisasi………. 16

1. Pengertian Komunikasi Organisasi……… 16

2. Teori Organisasi………. 18

3. Fungsi dan Bentuk Komunikasi Organisasi………... 20

4. Iklim Komunikasi Organisasi………..…... 24

5. Kinerja Organisasi………... 27

B. Akhlak………... 28

1. Pengertian Akhlak……….………. 28

2. Urgensi Akhlak dalam kehidupan………... 30

3. Pola Pembinaan Akhlak………..……... 31

BAB III PROFIL KOMUNITAS SUPORTER AREMANIA MALANG A. Sejarah, Visi, Misi, dan Tujuan Aremania Malang……… 36

1. Sejarah Aremania……….………... 36

2. Visi Aremania………..………... 45

3. Misi Aremania……….……….... 46

4. Tujuan Aremania………..………... 46

B. Profil Anggota Aremania………..………. 47

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Temuan………..….…… 49

1. Interaksi Sosial melalui Jaringan Komunikasi Organisasi…. 49 2. Isi Pesan Komunikasi………..…… 53

3. Media Komunikasi dan Efektifitasnya………... 54

4. Pesan-pesan Akhlak……….…………... 55

B. Analisis……….. 57

1. Iklim Organisasi Komunitas Suporter Aremania Malang….. 59

2. Iklim Komunikasi Komunitas Suporter Aremania Malang… 61 3. Kinerja Organisasi Komunitas Suporter Aremania Malang… 64 4. Pola Pembinaan Akhlak……….…... 66


(10)

vi

A. Kesimpulan……….………. 70 B. Saran………..………... 71

DAFTAR PUSTAKA……….……….… 73


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepak bola merupakan olahraga yang menjunjung tinggi nilai sportivitas. Kata kolumnis bola Walter Lutz, kendati perang, krisis, bencana, skandal permainan, suap-menyuap perwasitan terhadap fair-play, sepak bola tidak akan pernah lapuk dan mati, malahan senantiasa ada dan terus menghibur dunia.1

Dalam sepak bola sendiri, jumlah pemain yang terlibat di lapangan cukup banyak, yaitu 22 pemain yang dibagi menjadi 2 tim. Sedangkan jumlah pengadil justru lauh lebih sedikit yakni hanya berjumlah 3 orang yang terdiri dari 1 wasit dan 2 hakim garis. Melihat perbandingan yang cukup jauh tersebut, jelas sulit untuk menyatukan pemahaman masing-masing pemain. Sehingga berbagai pertandingan yang bermasalah dengan keputusan wasit kerap terjadi. Berbagai jalan keluar sudah mulai dipikirkan oleh FIFA, mulai dari wacana penambahan pengadil hingga pemakaian teknologi canggih di stadion.2

Di Indonesia kualitas kompetisi sepak bola masih kalah jauh dibandingkan dengan kompetisi sepak bola di Eropa dan Amerika Latin. Terutama dalam hal aturan, kemandirian klub, stadion berstandar internasional dan tentu saja pengadil di lapangan. Tidak seperti di Eropa, umumnya wasit di Indonesia masih “cacat”, banyak keputusan dari mereka yang merugikan suatu tim. Bahkan pada musim 2010/2011 ini Indonesia mulai mengimpor wasit asing untuk dipakai di ISL.

1

Lihat catatan sepak bola Sindhunata, Bola di Balik Bulan (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002) hlm. viii

2

Presiden UEFA, Michael Platini, mulai mencanangkan penambahan asisten wasit pada sisi garis belakang gawang di Liga Champion 2011. Selain itu penggunaan earphone pun mulai diterapkan oleh beberapa negara. Ini semua dilakukan guna meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang merugikan suatu pihak.


(12)

Tidak heran jika banyak pertandingan yang berlangsung ricuh bahkan berakhir rusuh.3

Dalam olahraga sepak bola, ada empat elemen pokok yang harus ada agar suatu pertandingan dapat berjalan lancar. Pemain, wasit, panitia penyelenggara, dan suporter. Suporter adalah salah satu elemen yang amat penting dalam sepak bola. Tanpa suporter, atmosfer pertandingan sepak bola terasa hambar. Bagai sayur tanpa garam. Namun, suporter juga bisa membuat sepak bola ternoda. Itu bila mereka bertindak yang mencederai sportivitas. Tawuran, melempari wasit dan pemain, atau bahkan membakar stadion. Persepsi para suporter di mata masyarakat pun menjadi negatif. Itu karena masyarakat sering dibuat resah dan naik pitam atas ulah suporterlah yang sebenarnya menyulitkan untuk menegakkan keadilan.

Secara sosio-antropologis, dalam wujud praktis, menurut Anung Handoko (2008: 14) membagi penonton menjadi dua golongan. Pertama, penonton yang murni ingin menikmati permainan cantik saja, tidak peduli dari tim mana pun, dan kedua, adalah penonton yang berpihak pada tim tertentu. Mereka dengan sangat kreatif membuat jargon-jargon tertentu untuk menamai kelompoknya. Dan yang kedua inilah yang dinamakan suporter sejati dan fanatik. Atas dasar fanatisme, mereka sering berlebihan dalam mendukung tim kesayangan. Baik dengan cara yang sopan sampai dengan cara yang brutal sekali pun. Fakta paling nyata bisa dilihat setiap Persija Jakarta menggelar pertandingan kandang di Senayan. Suporter The Jak Mania selalu mendapat perhatian ekstra keras oleh aparat kepolisian. Razia minuman keras, benda tajam, sampai senjata api hampir rutin

3

Data resmi FIFA menyebutkan bahwa Indonesia berada di posisi 130 dunia, Mei 2011. Serta data AFC yang menunjukkan penurunan peringkat kompetisi domestik Indonesia di posisi 16 yang sebelumnya berada di posisi 8 Asia.


(13)

dilakukan. Itu semata diterapkan guna mencegah tawuran yang selalu terjadi pasca pertandingan.4

Noda-noda seperti itu masih terus menghiasi wajah sepak bola Indonesia. Ulah pendukung Persebaya Surabaya yang terlibat bentrok dengan warga di Solo (22/1) tahun lalu, seakan membuka cerita lama tentang buruknya mental suporter di Indonesia. Ironisnya Persebaya tidak sedang melakoni pertandingan di Solo, namun justru akan menyaksikan tim kesayangannya berlaga melawan Persib Bandung. Sungguh miris menyaksikan adegan kekerasan dan tindak anarkis itu, meski hanya lewat layar kaca. Kekerasan itu bukan pertama kali terjadi. Di waktu-waktu sebelumnya kekerasan itu selalu datang silih berganti. Kekerasan seolah menjadi penyerta yang tak bisa dihindari dalam dunia persepakbolaan Tanah Air.

Dari fenomena di atas jelas sangat erat kaitannya dengan akhlak bangsa ini. Suporter sendiri sejatinya adalah suatu organisasi. Perlu adanya pembinaan agar organisasi tersebut dapat berprestasi, yang salah satunya adalah pembinaan akhlak bagi anggotanya.5

Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu”

dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama, 6 ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku manusia, kemudian member nilai kepada perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tat susila. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).7

4

Simon Kuper dan Stefan Szymanski, Soccernomics, (Jakarta: Erlangga, 2010) h. 15. 5

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 27. 6

Husin Al-Habsyi, Kamus Al-Kautsar, (Surabaya: Assegaf, tt), h. 87. 7


(14)

Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ucapan : “…Wah

udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan : “Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian…”, dan lain-lain.8

Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/ inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.9

Al-Qur'an menyuruh manusia menjadi bermartabat, rendah hati, dapat dipercaya, baik budi, beriman, dewasa, dan mau mendengarkan. Al-Qur'an bahkan menggambar-kan jalan yang seharusnya kita tempuh,

                               

8Harun Yahya, “Nilai

-Nilai Moral Al-Qur’an,” artikel diakses pada 16 April 2011 dari http://www.harunyahya.com/indo/buku/moral001.htm

9


(15)

Artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya, Allah tidak me-nyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman :18)

Aremania adalah sebutan untuk komunitas pendukung (suporter) klub Arema Indonesia. Aremania tidak termasuk dalam struktur organisasi PS Arema Malang melainkan berdiri sendiri sebagai organisasi independen pendukung Arema. Oleh karena itu Aremania selalu mandiri dalam segala urusan dan pembiayaannya. Aremania merupakan basis suporter sepakbola terbesar di Indonesia. Bukan hanya terbesar namun Aremania juga dikenal sebagai kelompok suporter terbaik yang ada di Indonesia. Sebelumnya pendukung Arema pernah berada dalam "masa kelam" di mana setiap kesebelasannya bertemu dengan tim lain hampir dipastikan akan terjadi kerusuhan.10

Bahkan pada tahun 2008 Aremania dengan tak terkendali merusak dan membakar berbagai fasilitas di stadion Brawijaya Kediri. Peristiwa itu disebabkan karena ketidakpuasan mereka terhadap kepemimpinan wasit di lapangan. Akibatnya para Aremania dihukum pelarangan selama dua tahun mengenakan kostum tim saat mendukung Arema. Hukuman ini diterima oleh semua Aremania dan dapat dipatuhi selama dua tahun.11

Setelah timbul kesadaran untuk menunjukkan bahwa mendukung kesebelasan kesayangnnya tak harus dengan pandangan sempit (chauvinisme lokal), Aremania mulai berbenah diri dan mulai merubah imejnya, tidak hanya damai, sportif, loyal, tapi juga atraktif. Sebagai salah satu pelopor kelompok

10

Wawancara pribadi dengan Lucky Zainal, Pendiri Arema dan Arema Fans club, Malang, 15 April 2011

11

Dalam masa hukumannya, Aremania sering melakukan aksi-aksi unik dan kreatif guna mengundang perhatian publik. Contohnya dengan cara mengenakan baju kokoh ke stadion. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa mereka sudah berubah.


(16)

suporter sepak bola nasional dan dikukuhkan dengan anugerah suporter terbaik oleh Menpora dan suporter terbaik Copa Indonesia 2006, Aremania telah membuktikan eksistensinya dalam membangun warna suporter sepak bola nasional.12

Pada Indonesian Super League 2010, Aremania menjadi suporter yang melakukan tour dengan jumlah paling besar di ASIA. Sebanyak 40 ribu Aremania yang berasal dari seluruh Indonesia berbondong-bondong menuju Jakarta untuk menyaksikan Persija v Arema. Selama tour hanya sedikit terjadi pencopetan dan tawuran, dan merupakan tour away terbesar di Asia dan tersukses sepanjang sejarah persepakbolaan Indonesia. Hasilnya, Aremania mampu membawa Arema juara pada Indonesian Super League 2010.

Satu lagi prestasi ditorehkan Aremania tahun 2010, bukan sebagai the best suporter di Indonesia, Aremania tercatat sebagai penonton terbanyak antar klub di ASEAN dan berada di peringkat tujuh di Asia. Data rata-rata penonton terbanyak ini diperoleh Malang Post dari forum sepakbola Asia.13

Selain berprestasi di dunia nyata, Aremania mampu berbicara lebih di dunia maya/ new media. Aremania mempunyai terobosan baru di bidang jurnalistik. Aremania mendirikan situs www.ongisnade.net.14 Di samping itu, Aremania memiliki Tribun Aremania. Tribun Aremania adalah fitur baru dari Ongisnade berupa blog artikel, opini, surat pembaca, kiriman foto, hingga citizen journalism dari Aremania dan pengunjung Ongisnade. Blogger, jurnalis, penulis lepas, atau Aremania yang tidak memiliki latar belakang jurnalistik pun bisa

12

Mochammad Rijal Ilmi, “Sejarah Berdirinya Aremania”, diakses 25 April 2011 pada situs http://rijal954.wordpress.com/2010/09/04/sejarah-berdiirinya-aremania/

13

Malang Post, 2010 14


(17)

mengirimkan artikel berupa opini, kritikan dan ide saran untuk tim Arema, liputan event Aremania, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Arema, Aremania, dan sepakbola Indonesia. Sejak online pada Oktober 2007, Ongisnade.com telah menembus lebih dari satu juta pageview dan jumlah tersebut terus mengalami peningkatan traffic yang signifikan dari waktu ke waktu. Berpangkal pada eksistensi mereka itulah akhirnya pada tahun 2010 Aremania dengan Ongisnade-nya meOngisnade-nyandang predikat sebagai website sepakbola terbaik di Indonesia dan bahkan Asia tenggara.15

Dalam suatu organisasi seperti Aremania, komunikasi jelas sangat penting sekali perannya. Mereka mempunyai anggota kelompok yang sangat banyak dan luas, sehingga tak mudah bagi mereka untuk mengkoordinir “pasukannya”. Komunikasi organisasi adalah pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.16 Ada empat tipe komunikasi yang biasa terjadi dalam organisasi yaitu komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal dan komunikasi informal. Pandangan pimpinan organisasi terhadap organisasi akan mempengaruhi arus komunikasi dalam organisasi.

Teori hubungan manusia memandang komponen manusia sangat penting dalam organisasi dan karena itu, mereka menekankan pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Berdasarkan hal itu berbagai bentuk komunikasi dikembangkan, baik komunikasi kepada bawahan, kepada atasan, horizontal, dan komunikasi informal. Dengan adanya berbagai bentuk komunikasi

15 Ibid 16

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 31.


(18)

yang dominan dalam organisasi memungkinkan kebutuhan-kebutuhan manusia dalam organisasi terpenuhi.17

Aremania memerlukan sebuah pembinaan yang ekstra untuk menyatukan dukungan. Di sinilah pentingnya dibentuk kepengurusan berupa manajemen organisasi Aremania. Dengan adanya komunikasi yang baik antar pengurus, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Kohler 1981).

Melihat latar belakang prestasi yang ditorehkan Aremania di atas, yang berada di tengah keterpurukan persepsi masyarakat terhadap sepakbola Indonesia dewasa ini, peneliti merasa tertarik membuat suatu penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pada bidang ilmu sosial dengan perspektif dari komunikasi organisasi. Oleh karena itulah peneliti menuangkan tema penelitian ini ke dalam sebuah skripsi yang diberi judul “Komunikasi Organisasi Komunitas Suporter Aremania Malang dalam Pembinaan Akhlak Anggota.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengacu pada latar belakang di atas, maka peneliti membatasi penelitian ini yaitu hanya pada pola komunikasi yang terjadi antar suporter Aremania. Demi kevalidan data, anggota suporter yang menjadi subjek tersebut ialah mereka yang berusia di atas 18 tahun dan benar-benar anggota resmi Aremania. Dan sampel

17


(19)

penelitian ini ialah anggota Aremania dari korwil atau lebih tepatnya forum Aremania.com. Peneliti memfokuskan pada subjek penelitian serta pesan-pesan yang di terjadi antara satu dengan lainnya. Pesan-pesan tersebut ditelaah untuk menganalisis iklim organisasi, iklim komunikasi, dan kinerja organisasi.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan di atas maka permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana iklim organisasi yang dibangun oleh komunitas suporter Aremania dalam pembinaan akhlak anggota?

2. Bagaimana iklim komunikasi yang dibangun oleh komunitas suporter Aremania dalam pembinaan akhlak anggota?

3. Bagaimana kinerja organisasi dalam pembinaan akhlak anggota pada komunitas suporter Aremania sehingga mampu berprestasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan seperti di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mengungkapkan iklim organisasi yang terjadi pada komunitas suporter Aremania dalam pembinaan akhlak anggota.

2. Untuk mengetahui dan mengungkapkan iklim komunikasi yang terjadi pada komunitas suporter Aremania dalam pembinaan akhlak anggota. 3. Untuk mengetahui dan mengungkapkan kinerja organisasi dalam

pembinaan akhlak anggota yang dibentuk pada komunitas suporter Aremania.


(20)

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat memeberikan manfaat, yaitu: 1. Manfaat Akademis

Keberadaan Aremania sebagai suporter teladan di Indonesia mampu memberikan warna baru. Dari perspektif komunikasi, manfaat penelitian ini yaitu kita dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi organisasi melalui konsep yang diterapkan di tubuh Aremania karena mampu menampilkan iklim organisasi yang kondusif. Sedangkan dari perspektif Dakwah, kita akan mengetahui dan memperkaya kajian ilmu dakwah melalui aktifitas keagamaan yang berada di kalangan suporter seperti Aremania dalam proses pembinaan moral anggota ke arah yang lebih baik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi masukan dan menambah wawasan khususnya bagi kalangan teoritis, praktisi, dan aktivis organisasi. Selain itu diharapkan pula menjadi sumber inspirasi bagi para suporter di tanah air lainnya agar mampu berlomba-lomba menjadi yang terbaik di pinggir lapangan. Peneliti mengharapkan perhatian yang lebih dari masyarakat dan merubah persepsi mereka terhadap tindakan negatif para suporter sepakbola. Sehingga manfaat luas yakni menciptakan iklim organisasi positif yang merata di setiap organisasi suporter Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis melakukan observasi terhadap hasil penelitian lain yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang akan


(21)

penulis lakukan. Hal ini penulis temukan dari saudari Dini Noviyanti18. Ia meneliti tentang pola komunikasi organisasi sama seperti penulis lakukan. Hanya saja, ia hanya meneliti bagian bidang data saja, bukan keanggotaan secara menyeluruh.

Selain itu penulis juga menemukan skripsi lain yang mempunyai kemiripan, yaitu skripsi yang dibuat oleh Januar Azhari19. Ia mengkaji tentang pola komunikasi organisasi, namun perbedaannya ia meneliti pola komunikasi personal ketua (dari atasan kepada bawahan). Satu lagi yaitu skripsi dari saudari Farah Nurul Hikam Agustina20. Pada skripsi ini ia menuliskan tentang peran pengurus, dan anggota organisasi. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini yaitu perspektif yang ia kaji lebih dikhususkan kepada perspektif dakwah.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang sangat bergantung kepada perspektif yang digunakan serta permasalahan yang diteliti dalam rangka melakukan deskripsi (penggambaran),

verstehen (pemahaman dan pemaknaan), interpretasi (penafsiran), pengembangan dan eksplorasi.21

18

Dini Novitanti, “Pola Komunikasi di Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Kampung Utan Tangerang,“ (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,2009)

19

Januar Azhari, “Pola Komunikasi Organisasi Nur Mahmudi sebagai Walikota Depok dalam Implementasi Kebijakan Publik,” (Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta,2008)

20

Farah Nurul Hikam Agustina, “Komunikasi Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Dewan Pimpinan Wilayah Jakarta dalam Berdakwah,” (Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta,2009)

21

Imam Suryo Prayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 101-102.


(22)

Dengan menggunakan metode analisis triangulasi, yaitu menganilis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dalam data dan fakta empiris di lapangan. Di sini jawaban yang ada di cross-check dengan dokumen yang ada. Menurut Dwodjowinoton ada beberapa macam triangulasi antara lain, triangulasi sumber, triangulasi waktu, triangulasi teori, triangulasi periset, dan triangulasi mode.22

Penelitian ini juga mencoba menemukan fakta-fakta dan mendeskripsikannya, dalam hal ini peneliti ingin mengemukakan bagaimana pola komunikasi organisasi Aremania sehingga dapat solid dan damai.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan.23 Subjeknya yaitu pengurus pusat Aremania dan sebagian anggota Aremania. Anggota suporter yang menjadi subjek penelitian ini ialah mereka yang berusia di atas 18 tahun dan benar-benar anggota resmi Aremania. Sedangkan objek adalah bagian dari subjek yang diteliti secara terperinci. Objek penelitian memerinci fenomena yang akan diteliti sekaligus merupakan deskripsi penelitian.24 Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian yaitu pola komunikasi organisasi komunitas Suporter Aremania. Dengan mencari sumber data yang akurat, yaitu semua pihak yang terlibat guna memberikan informasi mengenai mengenai pola komunikasi organisasi mereka, baik dari atasan kepada bawahan maupun sebaliknya. Serta dari website Arema Indonesia yaitu www.ongisnade.net

22

Digital Collections, Universitas Kristen Petra 23

Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 92. 24

Jane Stokes, How to Do Media and Cultural Studies, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2006), h. 10.


(23)

3. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini ialah:

i. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan.25Teknik observasi yang kami gunakan adalah pengamatan langsung yaitu berkunjung langsung ke kota Malang dan mengikuti agenda Aremania baik di dalam lapangan maupun di luar lapangan. Observasi dilakukan peneliti untuk mendapatkan data mengenai aktivitas, kordinasi, pembagian tugas, kerja sama kelompok, dan lain-lain.

ii. Interview

Interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data.26 Interview dilakukan dengan sumber utama yaitu ketua organisasi, anggota suporter dan masyarakat. Teknik interview yang digunakan yaitu bebas terpimpin, yaitu penulis siapkan pertanyaan kemudian dijawab secara bebas dan terbuka.

iii. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan gambaran umum bentuk konkrit dan mengadakan pengamatan langsung melalui media yang bersangkutan. Dalam hal ini , akan dilakukan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap objek penelitian, yaitu pola komunikasi komunitas superter Aremania.

25

Winarmo Surahmad, Dasar-Dasar Teknik Penelitian, (Bandung: CV Tarsita, 1989), h. 162.

26


(24)

b. Teknik Pengolahan Data

Mengolah data yang diperoleh dan telah terkumpul untuk diterjemahkan ke dalam bentuk tabel-tabel dan grafik. Penjabaran hasil wawancara ke dalam bentuk narasi. Data yang diolah akan disesuaikan dengan kerangka konsep keilmuan komunikasi organisasi, sehingga keabsahan hasil data dapat lebih maksimal.

c. Analisa Data

Data yang diperoleh dari lapangan diolah dan dianalisa sesuai dengan jenis data yang terkumpul, yaitu dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data dimana peneliti terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian menganalisanya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis. Hal ini juga guna menjawab pertanyaan dari rumusan masalah. Penemuan diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

4. Teknik Penulisan

Penulisan hasil penelitian ini menyesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konsep, metodologi penelitian.


(25)

BAB II Landasan Teori, meliputi pengertian komunikasi organisasi, iklim organisasi, iklim komunikasi, kinerja organisasi, komunikasi organisasi verbal, non verbal.

BAB III Profil Komunitas Suporter Aremania Malang, meliputi: sejarah, struktur organisasi Aremania, visi misi, program, gambaran umum kegiatan dan acara.

BAB IV Temuan dan analisis, Memaparkan hasil analisis penulis atas data-data di lapangan. Berisi bentuk komunikasi, sarana, dan iklim dari komunitas suporter Aremania.


(26)

16

LANDASAN TEORI

A. Komunikasi Organisasi

1. Pengertian Komunikasi Organisasi

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikator mereka (kohler 1981).

Secara Etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication, yang bersumber dari kata Communis. Arti kata

communis di sini adalah sama, dalam arti sama makna.1 Pendapat hampir sama juga dikemukakan oleh Astrid Susanto, yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang di dalam bahasa latin memiliki arti “berpartisipasi” atau “memberitahukan”. Kata communis berarti “milik bersama” atau “berlaku

dimana-mana”.2

Sedangkan ditinjau dari segi terminologis (istilah), para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi antara lain sebagai berikut:

1

Onong Uchyana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 3-4.

2

Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1998), h. 1.


(27)

Barelson dan Stener sebagaimana yang dikutip oleh Sasa Djuarsa Sendjaja dalam bukunya “Pengantar Komunikasi” mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan ain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain.3

Sedangkan menurut Onong Uchyana Effendy, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, pendapat dan perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.4

Dari beberapa definisi komunikasi menurut para ahli komunikasi, dapat dikatakan bahwa seseorang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai tujuan, harapan, dan isi pesan yang disampaikan.

Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan organisasi. Khocler mengatakan organisasi adalah system hubungan yang berstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Lain lagi dengan pendapat Wright; dia mengatakan bahwa organisasi adalah suatu bentuk system terbuka dari aktifitas yang dikoordinasikan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules mengklasifikasikan komunikasi organisasi menjadi dua, yaitu definisi fungsional dan definisi interpretatif. Definisi fungsional komunikasi organisasi yaitu sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit kemonukasi yang merupakan

3

Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi (Universitas Terbuka, 1998), h. 7. 4


(28)

bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan definisi interpretatif komunikasi organisasi yaitu proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organiasi.5

Dari berbagai definisi komunikasi organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan berbagai pesan dari komunikator kepada komunikan yang berada dalam satu sistem yang saling berhubungan, mempunyai kepentingan, visi, dan misi yang sama di dalam kelompok formal maupun informal.

2. Teori Organisasi

Dalam kajian ilmu komunikasi organisasi setidaknya ada lima teori organisasi yang cukup terkenal. Teori organisasi dapat membantu untuk melihat proses komunikasi dalam organisasi. Masing-masing teori tersebut tentu akan berbeda pandangannya terhadap komunikasi organisasi. Kelima teori tersebut yaitu teori klasik, teori hubungan manusia, teori sistem sosial, teori politik dan teori simbol.

Menurut Scott (Goldhaber, 1986) ada empat yang merupakan unsur kunci dari teori oganisasi klasik, yaitu pembagian kerja, hierarki proses fungsional, struktur dan pengawasan yang ketat. Teori system memandang organisasi sebagai kaitan bermacam-macam komponen yang saling tergantung satu sama lain dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam teori politik, ahli-ahli teori politik melihat kekuasaan (power), konflik dan distribusi dari sumber-sumber yang langka

5

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2005), h. 31-33.


(29)

sebagai pokok permasalahan pada organisasi. Perspektif teori simbolis didasarkan pada satu seri asumsi mengenai hakikat organisasi dan tingkah laku manusia. 6

Dalam skripsi ini peneliti memakai teori Hubungan Manusia oleh Elton Mayo. Teori hubungan manusia ini diperkenalkan pada tahun 1930-1 an, dan didukung pula oleh Barnard 1938, Roethlisherger dan Dichson 1939.

Elton Mayo adalah mahasiswa kedokteran. Tetapi tidak begitu lama ia lalu mengikuti minatnya akan filsafat dan psikologi. Mayo lahir di Australia, kemudian pergi ke Amerika Serikat dan menjadi staf dosen di Universitas Harvard, dan akhirnya menjadi Dosen Riset Industri pada Fakultas Ilmu-Ilmu Perusahaan Berijazah di Harvard. Mayo amat terkenal dengan proyek yang lazimnya disebut Howthorne Studies atau percobaan-percobaan Hawthorne.

Dari hasil penelitian Elton Mayo, para peneliti mengambil kesimpulan bahwa hubungan sosial atau manusiawi di antara perapekerja, peneliti dan penyelia (supervisors) lebih penting dalam menentukan produktivitas daripada perubahan-perubahan kondisi kerja di atas. Moral pekerja (anggota organisasi) yang tinggi akan menaikkan produktivitas, kemudian timbul pertanyaan bagaimana cara untuk meningkatkan moral anggota. Moral meningkat atau tidak tergantung seberapa besar perhatian yang bersifat pribadi, individual an simpati diberikan kepada karyawan, dan struktur sosial kelompok kerja. Bahkan faktor-faktor sederhana, seperti siapa yang duduk dekat seseorang karyawan, merupakan hal penting dalam organisasi.

Dalam teori hubungan manusia, manusia sebagai anggota organisasi merupakan inti organiasasi sosial. Manusia terlibat dalam tingkah laku organisasi.

6

Teori-teori Organisasi dan Iklim Komunikasi Organisasi”, artikel diakses pada 2 Mei 2011 dari http://images.insandinami.multiply.multiplycontent.com/attachment/0 SIqYZgoKCnkAAHGYQMM1/2%20Teori%20Organisasi%20Komunikasi.ppt?nmid=107388138


(30)

Misalnya anggota organisasi yang memutuskan apa peranan yang akan dilakukannya dan bagaimana melakukannya. Tanpa manusia organisasi tidak akan ada. Oleh karena itu factor manusia dalam organisasi haruslah mendapat perhatian dan tidak dapat diabaikan seperti halnya dengan teori klasik.7

Teori hubungan manusia ini menekankan pada pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Teori ini menyarankan strategi peningkatan dan penyempurnaan organisasi dengan meningkatkan kepuasan anggota organisasi dan menciptakan organisasi yang dapat membantu individu mengambangkan potensinya. Dengan meningkatkan kepuasan kerja dan mengarahkan aktualisasi diri pekerja, akan mempertinggi motivasi bekerja sehingga akan dapat meningkatkan produksi organisasi.

Inilah permulaan teori hubungan manusia menolak prinsip teori struktural klasik dan menentang pandangan yang mekanis terhadap organisasi yang tidak sensitif terhadap kebutuhan sosial anggota organisasi.

3. Fungsi dan Bentuk Komunikasi Organisasi

Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:

1) Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan

7 Ibid


(31)

organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

2) Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Kemudian, berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. 3) Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan

kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4) Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi


(32)

tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.8

Adapun bentuk-bentuk komunikasi organisasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a) Komunikasi lisan dan tulisan

Komunikasi lisan dan tulisan merupakan jenis komunikasi verbal. Komunikasi lisan dan diartikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Misalnya seorang Rektor menyampaikan suatu keputusan kepada bawahannya dengan menyandikan keputusan itu dalam bentuk kata-kata yang diucapkan langsung ke Purek nya. Purek yang mendengar kata-kata tersebut menginterpretasikan artinya atau maksudnya serta berespons terhadap keputusan yang disampaikan tersebut. Sedangkan kalau komunikasi tulisan apabila keputusan yang akan disampaikan oleh Rektor tadi disandikan ke dalam simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa dibaca, kemudian dikirimkan pada Purek yang dimaksudkan. Komunikasi tertulis ini dapat berupa surat, memo, buku petunjuk, gambar, laporan, sedangkan komunikasi lisan dapat dalam bentuk percakapan interpersonal secara tatap muka, atau melalui telepon, dan media lainnya.

8Adi Prakosa, “Teori Komunikasi Organisasi”, artikel diakses pada 1 Mei 2011 dari http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/teori-komunikasi-organisasi.html


(33)

b) Komunikasi verbal dan non verbal

Komunikasi verbal bisa dikatakan bentuk yang paling umum digunakan dalam organisasi. Oleh karena itu adalah penting bagi seorang manajer untuk mengetahui lebih banyak mengenai komunikasi tersebut. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal merupakan karakteristik khusus dari manusia. Tidak ada makhluk lain yang dapat menyampaikan bermacam-macam arti melalui kata-kata. Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah penting bagi administrator dan manajer. Dengan adanya komunikasi verbal memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan strategi dan tingkah laku untuk mencapai tujuan.

Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian di sekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui ekspresi wajah dan nada atau kecepatan berbicara. Misalnya seorang pimpinan berbicara dengan suara yang keras dan wajah yang merah padam, itu menandakan bahwa pimpinan tersebut sedang marah pada karyawan tersebut.


(34)

c) Komunikasi ke atas, ke bawah, dan ke samping

Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atai dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua pegawai perusahaan kecuali yang berada pada tingkatan yang palin atas mungkin berkomunikasi ke atas.

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pmpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan.

d) Komunikasi formal dan informal

Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda. Sedangkan jaringan komunikasi informal tidaklah direncanakan dan biasanya tidaklah mengikuti struktur formal organisasi, tetapi timbul dari interaksi sosial yang wajar di antara anggota organisasi. Yang termasuk komunikasi informal ini adalah berita-berita dari mulut kemulut mengenai diri seseorang, pimpinan maupun mengenai organisasi yang biasanya bersifat rahasia.

4. Iklim Komunikasi Organisasi

Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan makro, mikro, dan individual.


(35)

 Pendekatan Makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya.

 Pendekatan Mikro memfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan submit pada suatu organisasi.

 Pendekatan individual berpusat pada tingkah laku komunikasi individual dalam organisasi.

Pendekatan dalam sub bab ini adalah bahwa iklim komunikasi merupakan suatu citra makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut

komunikasi organisasi. Kita mengasumsikan bahwa iklim berkembang dari interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat-sifat itu. Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi.9

Payne dan Pugh (1976) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial. Selanjutnya Litwin dan Stringer (1968) memberikan dimensi iklim organisasi sebagai berikut:

1) Rasa tanggung jawab 2) Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan 3) Ganjaran atau reward 4) Rasa persaudaraan

5) Semangat tim

Penelitian yang dilakukan Redding menunjukkan bahwa iklim komunikasi lebih luas dari persepsi bawahan (anggota) terhadap kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan. Redding

9


(36)

(Goldhaber, 1986) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi tersebut.

1) Supportiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membentu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting

2) Partisipasi membuat keputusan

3) Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia 4) Keterbukaan dan keterusterangan

5) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.

Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini didefinisikan, disepakati, dikembangkan dan dikokohkan secara berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya.

Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi:

1. Anggota organisasi. Di pusat organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan organisasi. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan perasaan yang mencakup emosi, keinginan, dan aspek-aspek perilaku manusia yang bukan aspek intelektual.

2. Pekerjaan dalam organisasi. Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi. Terdiri dari tugas-tugas formal dan informal. Tugas ini menghasilkan produk dan memberikan pelayanan organisasi.10

10

Ahmad Elqorni, “Iklim Komunikasi Organisasi”, artikel diakses pada 5 Mei 2011 dari http://elqorni.wordpress.com/2009/04/24/iklim-komunikasi-organisasi/


(37)

Iklim komunikasi Organisasi merupakan fungsi kegiatan yang :

 menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi kebebasan dalam mengambil resiko  mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam

mengerjakan tugas-tugas mereka

 menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi

 mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh info yang dapat dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi.

Iklim komunikasi memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi. Untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, mengikatkan diri mereka dengan organisasi. Iklim komunikasi dapat menjadi salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim mempengaruhi usaha anggota Organisasi

5. Kinerja Organisasi

Kinerja organisasi merupakan indikator tingkatan prestasi yng dapat mencapai dan mencerminkan keberhasilan pemimpin. Kinerja merupakan hasil yang dicapai dari perilaku anggota organisasi (Gibson, 1998:179). Jadi kinerja organisasi merupakan hasil yang diinginkan organisasi dari perilaku orang-orang di dalamnya.11

Konsep kinerja (performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishtment (Rue dan Byars, 1981 dalam Kebn 1995). Hal ini berati bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihatdari

11 Darius, “Kinerja Organisasi”, artikel diakses pada 1 Mei 2011 dari http://ekonomimanajemen.blogspot.com/2010/01/kinerja-organisasi.html


(38)

tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Informasi tentang kinerja organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan apa belum.12

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari

khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at.13 Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat bathil manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan bathin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.14

Dalam kamus Al-Munjid, khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.15 Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama, 16 ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata susila.

Dilihat dari sudut istilah (terminologi), para ahli berbeda pendapat, namun intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat-pendapat ahli tersebut dihimpun sebagai berikut.

12

http://lawu96.multuply.com/journal/item/8 13

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11. 14

Sahilun A. Nasir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1991), h. 14. 15Luis Ma’luf,

Kamus Al-Munjid, Al-Maktabah Al-Katulikiyah, (Beirut, tt), h. 194. 16


(39)

1. Abdul Hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.17

2. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk. Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut

akhlaqul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul madzmumah.18

3. Soegarda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan, dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.19

4. Hamzah Ya’qub mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut.

a. Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.

b. Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.20 5. Ibu Miskawaih (w,1030 M) mendifinisikan akhlak sebagai suatu keadaan

yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari).21

17

Abd. Hamid Yunus, Da’irab Al-Ma’arif, Asy-Syaib, (Kairo, tt), h. 936. 18

Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, (Kairo: Darul Kutub Al-Mishriyah, tt), h. 14. 19

Soegarda Poerbakawatja,Ensiklopedia Pendidikan,(Jakarta:Gunung Agung, 1976), h. 9. 20Hamzah Ya’qub,

Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 12. 21


(40)

Jadi, pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran.

Dapat dirumuskan bahwa akhlak ialah ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia, dan makhluk sekelilingnya.

2. Urgensi Akhlak dalam Kehidupan

Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya aqidah dan syariah yang diyakini seseorang.22 Akhlak yang mulia adalah pertanda kematangan iman. Akhlak yang mulia juga pertanda ibadah yang benar. Serta akhlak yang mulia merupakan kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Nabi saw diutus untuk menyempurnakan akhlak. Beliau bersabda, “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.” Beliau juga bersabda, “Orang yang paling aku cintai dan paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya.”23

Ketika bersahabat dengan orang yang berakhlak buruk, laksana kita bersama dengan seorang pandai besi. Kalau pakaian atau kulit kita tidak terkena percikan api dari hasil timpahan besi panas, minimal kita mersakan asap yang cukup membuat kita sesak. Begitulah adanya ketika kita bersahabat dengan orang yang berperangai buruk. Kalau kita tidak dilibatkan langsung dengan kasus-kasus

22

Muna Hadad Yakan, Hati-hati terhadap Media yang Merusak Anak, hal. 38-40, GIP 23

Buletin-al-iman, artikel diakses pada 1 Mei 2011 dari


(41)

yang ditimbukannya, minimal kita dapat merasakan tajamnya ucapan-ucapaannya atau perlakuan kasarnya kepada orang lain yang cukup membuat kita iba dengan orang yang dizolimi itu. Mungkin hari ini adalah orang lain akan tetapi kemungkinan besok kitalah yang menjadi objek keburukannya.

Orang yang berakhlak mulia laksana seorang penjual minyak wangi. Kalau kita tidak dapat mencoba minyak wangi tersebut, minimal kita dapat turut merasakan aroma harum dari minyak wangi tersebut. Begitu pula halnya ketika kita bersahabat dengan orang yang berakhlak baik. Kalau kita tidak dapat meniru akhlaknya, minimal kita dapat merasakan tutur bahasa dan sopan santunnya kepada kita. Maka yang muncul adalah perasaan aman dan tentram berada bersamanya.24

3. Pola Pembinaan Akhlak

Kata pembinaan berasal dari bahasa Arab “bina” artinya bangunan. Setelah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, jika diberi awalan “pe-“ dan akhiran “-an” menjadi “pembinaan” yang mempunyai arti pembaruan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Adapun arti pembinaan itu sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah “pembinaan” berarti proses, pembuatan, cara membina, pembaharuan, penyempurnaan, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.25

24

Karman El Sultani Al Buqisy, artikel diakses pada 1 Mei 2011 dari http://karmansultani.blogspot.com/2008/09/urgensi-akhlak-dalam-pergaulan.html

25

WJS Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 141.


(42)

Arti kata “pembinaan” dari segi terminologi, yaitu:

a. Pembinaan adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terus menerus untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat.

b. Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis, meletakkan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan, serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan segala daya dan dana yang dimiliki.

Pembinaan akhlak adalah suatu pembinaan budi pekerti yang dilakukan dengan konsisten dan sungguh-sungguh agar terwujudnya akhlak yang mulia. Menurut HM Arifin dalam bukunya ilmu pendidikan menyatakan: Dalam proses pembinaan akhlak diperlukan suatu perhitungan dimana proses tersebut berlangsung dengan jangka panjang. Dengan perhitungan tersebut maka proses pembinaan lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai karena segala sesuatunya telah direncanakan dengan matang.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa pembinaan akhlak adalah membiasakan/ melatih seseorang untuk melakukan perbuatan yang terpuji dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai (norma-norma) yang berlaku di masyarakat sehingga dapat dimanifestasikan baik berhubungan dengan Allah SWT, hubungan dengan manusia dan makhluk lainnya.


(43)

Islam sangat memberi perhatian yang besar terhadap pembinaan akhlak, termasuk cara-caranya. Hubungan antara rukun Iman dan rukun Islam terhadap pembinaan akhlak adalah menggunakan cara atau system yang integrated, yaitu sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada pembinaan akhak.26

Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat.

Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhak lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Seseorang yang ingin menulis dan mengatakan kata-kata yang bagus misalnya, pada mulanya ia harus memaksakan tangan dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf yang bagus. Apabila pembinaan ini sudah berlangsung lama, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan.

Cara lain yang tak kalah ampuhnya dari cara-cara di atas dalam hal pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk dengan hanya pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pembinaan ini tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang

26


(44)

baik dan nyata.27 Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Keadaan ini dinyatakan dalam ayat yang berbunyi:









































21. Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya dari pada kelebihannya. Daam hubungan ini Ibnu Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan. Namun ini bukan berarti bahwa ia menceritakan dirinya sebagai orang yang paling bodoh, paling miskin dan sebagainya di hadapan orang-orang, dengan tujuan justru merendahkan orang lain. Yang demikian dianggap tercela dalam Islam.

Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat

27


(45)

disajikan dalam bentuk permainan. Hal ini pernah dilakukan oleh para ulama di masa lalu. Mereka menyajikan ajaran akhlak lewat syair yang berisi sifat-sifat Allah dan Rasul, anjuran beribadah dan berakhlak mulia dan lain-lainnya. Syair tersebut dibaca pada saat menjelang dilangsungkannya pengajian, ketika akan melaksanakan shalat lima waktu,dan acara-acara peringatan hari-hari besar Islam.


(46)

36

PROFIL KOMUNITAS SUPORTER AREMANIA MALANG

A. Sejarah, Visi, Misi, dan Tujuan Aremania Malang

1. Sejarah berdirinya Aremania

PS Arema didirikan pada tanggal 11 Agustus 1987 oleh H. Acub Zaenal dan Ir. Lucky Zaenal. Dari awalnya Arema merupakan klub swasta. Pada waktu Arema berdiri Liga Indonesia dibagi dua: liga untuk klub semi-profesional bernama Galatama dan Liga klub Perserikatan. Klub-klub Perserikatan tergantung pada pemerintah daerah untuk dana. Sementara klub Galatama tergantung pada sponsor swasta. Pada tahun 1994 klub semi-profesional digabungkan dengan klub Perserikatan untuk menjadi Ligina. Walaupun Arema belum pernah juara selama zaman Ligina, Arema juara Galatama pada tahun 1993.1

Pada tahun 1988 yayasan Arema Fans Club (AFC) berdiri. Ketua pertamanya adalah Ir. Lucky Zaenal. Pada awalnya ada 13 korwil. Setiap korwil adalah pengurus hal suporter Arema di sebuah kampung atau daerah di Malang. Di artikel `Aremania Junjung Sportivitas' diterbitkan di Bestari, no. 156, 2001 diceritakan bahwa menurut suporter Arema, AFC itu sangat individual, yaitu berkaitan dengan hubungan antara suporter dengan suporter lain. Akibatnya AFC kesulitan mendorong kerukunan suporter. AFC pernah dianggap sebagai yayasan yang terlalu ekslusif maupun kelas menengah untuk diterima oleh kebanyakan suporter Arema. Akhirnya, sekitar tahun 1994 AFC dibubarkan.2

1

John Psilopatis, Aremania: Dari Latar Belakang Hooliganisme ke Para Suporter Sepak bola Teladan, (Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, 2000), h. 1.

2


(47)

Menurut Lucky Zaenal itu disebabkan karena banyak kesibukan dan persoalan regenerasi. Walaupun keadaan tokoh-tokoh AFC itu sendiri juga pasti ikut mempengaruhi keruntuhan AFC. Namun yang menjadi pertanyaan mengapa AFC tidak diteruskan oleh kelompok atau orang baru? Mungkin itu disebabkan karena sudah jelas bahwa AFC tidak didukung oleh suporter. Dan barangkali tokoh-tokoh AFC sadar pada fakta itu. Makanya mereka langsung terlibat dalam proses pengembangan nama dan simbol yang akan mempersatukan suporter. Memang tidak semua inisiatif AFC gagal. Harus diingatkan bahwa berkat AFC mulailah diberlakukan sistem organisasi suporter yang berdasarkan pada korwil. Korwil-korwil tidak hilang dengan kematian AFC tetapi jumlahnya bertambah. Di samping itu AFC berdiri dalam konteks keras yaitu pada waktu geng-geng

pemuda Malang merupakan para suporter.

Sebelum adanya Aremania, suporter Arema itu sangat brutal. Bahkan belum ada kebrutalan suporter sepak bola, suporter Arema itu sudah lebih dulu yaitu tahun 80an dan awal 90an. Terkenal sekali suporter kita ini memang brutal.3

Dulu kota Malang tingkat kerusuhannya sangat tinggi. Lebih seram dari sekarang. Setiap usai petandingan home, pendiri Aremania Ovan Tobing, mesti berurusan dengan kepolisian, ada saja kejadian. Dulu tiap pulang suasana menjadi mencekam seram. Setiap menjelang pertandingan jalanan pun menjadi sepi. Penjual roti pun habis setelah dijarah brutal oleh suporter Arema. Sampai-sampai mereka para penjual dan pedagang yang menjadi korban mengadu kepada Ovan

3

Wawancara pribadi dengan Lucky Zainal, Pendiri Arema dan Arema Fans club, Malang, 15April 2011.


(48)

Tobing. Ovan Tobing pun merasa harus merubah itu perilaku mereka, dan itu dimulai dari pola pikir suporter.4

Suporter Arema menjadi terkenal atas brutalisme antara waktu Arema berdiri dan pertengahan tahun 1990-an. Ada kekerasan antara suporter walaupun Arema menang atau kalah. Pada waktu itu beberapa geng pemuda merupakan para suporter Arema. Setiap kampung memiliki geng sendiri.

Geng-geng ini membuat suasana menakutkan di stadion. Tempat pertandingan menjadi kesempatan untuk geng-geng tersebut membuktikan siapa yang paling keras. Persaingan keras antara geng-geng terjadi walaupun semuanya medukung Arema. Jadi semua upaya untuk membuat suporter Arema rukun dan kompak dihalangi. Tawuran terjadi antara suporter Malang dan suporter dari luar tetapi juga di antara para suporter Arema sendiri. Bentrokan tidak terjadi karena provokasi tetapi disebab oleh suasana brutalisme ditimbulkan suporter Malang. Masih diingatkan oleh suporter Arema (dengan malu) bahwa suporter Malang brutal sebelum supoprter Surabaya menjadi brutal. Akhirnya, waktu antara 1987 dan pertengahan tahun 1990-an suporter Arema membuktikan bahwa mereka bisa mengimbangi egoisme Hooligan Inggris.

Suporter Malang menjadi terkenal sebagai Hooligan Indonesia. Selama akhir 1980-an dan awal 1990-an sering ada tawuran antara suporter Surabaya dan Malang. Sayangnya persaingan keras itu antara Bonek dan suporter Arema sulit dibatasi. Di Surabaya orang dari Malang diganggu dan kendaraan yang berplat N (plat Malang) dirusak. Sementara di Malang kendaraan yang berplat L (plat Surabaya) mengalami hal yang serupa.

4


(49)

Karena persaingan keras itu sering Aremania dan Bonek dianggap sama saja. Khususnya di luar Malang banyak orang yang bersikap bahwa Aremania adalah bonek juga. Banyak orang tidak membedakan antaranya. Selama tahun-tahun itu masyarakat Malang tutup jendela dan mengunci pintu kalau ada pertandingan Arema. Sekarang suporter Arema telah benar-benar maju tetapi terhadap peringatan masyarakat yang menganggap bahwa mereka masih brutal.

Pada pertengahan tahun 1990-an geng-geng Malang mulai luntur. Sementara itu istilah Aremania muncul sebagai nama para suporter Arema. Sebetulnya dua fenomena tersebut merupakan perubahan total dalam budaya pemuda Malang yang dikatalisasikan oleh beberapa tokoh.

Gus Nul mantan pelatih Arema menceritakan bahwa walaupun kurang jelas dari mana istilah Aremania itu muncul, nama itu mempersatukan suporter Arema. Secara psichologis persamaan dasar antara Arema dan Aremania membuat suporter merasa bersatu. Kata Aremania bisa dibagi Arema dan Mania. Aremania itu muncul secara spontan dari suporter Malang yang mulai bosan dengan perkelahian geng-geng tersebut. Ada beberapa alasan untuk perubahan itu.5

Pertama-tama geng-geng mulai luntur karena soal generasi. Anggota geng

walaupun masih muda selama akhir 1980-an, di pertengahan 1990-an lebih dewasa. Karena sudah lumayan tua mulai bosan dengan kegiatan geng. Ternyata bahwa para penonton mulai memilih menonton pertandingan menurut suguhan kualitas sepak bolanya. Yaitu penonton mulai memilih pertandingan dengan lawan kualitas sepak bola tinggi. Barangkali suporter Indonesia dipengaruhi

5


(50)

tayangan sepak bola dari luar negeri. Suporter mulai menuntut kualitas dari sepak bola Liga Indonesia.6

Di samping itu perubahan suporter Malang didorong beberapa tokoh perintis Aremania. Sebenarnya munculnya generasi geng dapat dicegah karena upaya tokoh Aremania. Diceritakan bahwa suporter didorong oleh tokoh seperti Ovan Tobing, Lucky Zaenal, Iwan Eko Subekti dan Leo Kailolo untuk menjadi suporter bersatu dan sportif. Pasti mereka sadar bahwa suporter brutal akan merugikan PS Arema, dan kalau klub Arema akan berusaha ke profesionalisme seharusnya suporter juga.7 Tokoh yang tersebut membantu membangun simbol klub Arema yang telah menjadi simbol suporter juga.

Sekitar pertengahan tahun 1990-an suporter Arema mulai berubah. Citra negatif terhadap suporter Arema ada sampai sekarang tetapi selama beberapa tahun yang lalu Aremania pernah diakui sebagai suporter Indonesia terbaik. Pada waktu ribuan suporter ke Jakarta untuk putaran Delapan Besar Ligina VI Ketua Umum PSSI Agum Gumelar terkesan oleh penampilan suporter Arema di Stadion Senayan. Dia mengakui Aremania sebagai suporter kreatif, sportif dan atraktif. Di samping itu PSSI pernah mengundang Yuli Sugianto (dirigen suporter Arema) untuk mewakili suporter Indonesia. Selama Ligina VII sering diakui oleh suporter klub lain sebagai guru suporter lain. Pada Januari tahun 2001 di Tangerang, suporter mengucapkan selamat datang kepada Aremania dan sesudah ada insiden lemparan terhadap Aremania mereka mengucapkan termima kasih karena Aremania tidak terpancing oleh oknum provokator Tangerang.

6

Artikel `Suporter Bergeser Jadi Football Minded' diterbitkan di Jawa Pos 9 Maret 2002. 7


(51)

Pada Juli tahun itu diakui oleh suporter Solo sebagai `guru hebat'. Lagipula kemajuan Aremania mempengaruhi keadaan di Malang. Selama waktu Krismon, Malang tenang walaupun dimana-mana di Jawa telah kacau. Itu karena pemuda Malang telah merasa bersatu sebagai Aremania dan tidak ingin membuat kerusuhan di kotanya. Katanya ada suporter Solo yang mengirim sepasang bh dan celana dalam perempuan ke Aremania agar mengucapkan Aremania para penakut. Namun Aremania tidak mudah dipancing. Yang jelas dalam lingkungan suporter sepak bola telah dianggap maju dari masa dulunya. Lagipula mereka dianggap suporter di Indonesia. Namun proses ini mulai lebih dari 5 tahun yang lalu dan Aremania sampai tahun 2001 berjuang untuk menghapus sisa-sisa brutalisme.8

Aremania tidak langsung berhasil dalam perjuangan untuk menghapus citra suporter brutal. Sampai tahun 1999 ada bentrokan antara suporter di Malang tetapi khususnya dengan Bonek. Keadaan kacau hampir tidak bisa dicegah aparat keamanan. Persaingan keras antara suporter Malang dan Surabaya terjadi selama ada kesempatan Arema melawan Persebaya. Akibatnya di Malang suporter Surabaya harus dilarang masuk Malang supaya mencegah insiden yang tidak diinginkan. Pengurus Arema pernah minta pertandingan Arema versus Persebaya diadakan di luar Malang agar tidak ada tawuran. Namun ini diprotes Aremania yang menuntut bahwa pertandingan Arema tetap milik masyarakat Malang. Namun tahun-tahun tersebut harus dibedakan dari zaman geng-geng. Mungkin tahun-tahun yang berikut kelunturan geng-geng Malang bisa dianggap sebagai waktu peralihan. Sampai tahun 2001 ada insiden yang terjadi di luar

8

John Psilopatis, Aremania: Dari Latar Belakang Hooliganisme ke Para Suporter Sepak bola Teladan, h. 5.


(1)

tragedi di Madiun, sampai sekarang aku benci sama Sakera. Tragedi di Sidoarjo sama Bonek. Sampai sekarang aku benci sama Bonek. Kalau sama the Jak, jujur bukannya aku ga suka sama the Jak, tapi kalau aku mempresure mereka dengan nyanyian dengan tekanan biar mereka ga leluasa untuk bernyanyi di stadion. Kalau mereka diberikan keleluasaan di Malang, dia bisa bernyanyi seenaknya di stadion, timnya akan bermain secara bagus. Tapi kalau kita menekan mereka, mereka akan takut untuk bernyanyi, timnya ga akan bagus. Bukannya kita musuhan. Lagipula kalau antara supporter salam-salaman itu bukan pertandingan, itu namanya walimahan. Yang namanya supporter kan beradu, adu mental.

Jadi pertama kesadaran diri. Soalnya belum tentu aku kayak gini tapi orang lain sama kayak aku. 8. Bagaimana hubungan antara Aremania korwil anda dengan Aremania wilayah

lain? Seberapa sering intensitas partemuan?

Jawaban: Pokoknya satu jiwa deh. Yang namanya satu jiwa kan kita akan mendukung apapun yang dilakukan teman-teman asal itu baik. Berbuat kebaikan. Bukan menjarah, malah kita yang akan membasmi mereka. Dulu ada kejadian temanku, aku dulu ikut ke sidoarjo naik kereta tapi ada temanku ga punya uang. Akhirnya makan ga bayar. Tapi temanku yang punya uang ikut bayarin. Solidaritas antar Aremania. Kalau ada kecelakaan terus itu temen-teman pada datang pengumpulan dana. Rumah sakit.

9. Apa saja bentuk komunikasi yang biasanya dilakukan antar korwil guna menjaga kekompakan dan solidaritas anggota?

Jawaban: Komunikasi dengan komunitas lain ada sih, kayak aremania korwil di tempatku. Tapi ga sering lah! Paling tanya berangkat anak berapa dari sini. Lebih sering face to face. Aku ga terlalu ngurus.

10.Bagaimana anda memandang rivalitas antara Arema Indonesia dengan Persema Malang terutama hubungan masing-masing suporter?

Jawaban: Aku ga ngurus. Jujur aku ga terlalu. Tapi aku pernah sempet nyoba2 mencari wawasan Persema itu bagaimana. Persema memang lebih tua, setahuku Persema itu dari dulu klub plat merah lah, mengandalkan dana APBD. Kalau soal suporternya aku ga bisa lihat, karena mereka itu ga punya supporter. Ada tapi mereka itu PNS. Kebanyakan itu suporrter yang disuruh karena mereka itu kan PNS. Saya yakin 90% ga ada yang di luar malang, tidak seperti Arema.


(2)

11.Apa saja upaya yang Aremania lakukan selama ini untuk menjaga kerukunan antar kedua supporter tersebut guna mencegah permusuhan yang sarat kebencian?

Jawaban: Pertama itu satu visi satu misi. Kalau dengan Persema itu rukun, ga pernah ribut. Supporter Persema itu kadang-kadang ngeliat arema, tapi kalau Arema dukung persema ga ada. Mungkin ada dulu tahun kemarin, mungkin pas musuh persebaya, Aremania datang dukung Persema. Pake atribut Aremania.

12.Bagaimana hubungan komunikasi dengan Aremanita dan Jelaskan upaya yang dilakukan untuk menghormati Aremanita (supporter wanita) di stadion?

Jawaban: Aremanita itu yang melahirkan singa-singa baru. Soalnya aku lahir dari rahimnya seorang Aremanita. Jadi harus dijaga. Kalau mereka sekarang menjadi Aremanita, dari Aremanita itu kan akan lahir Aremania-aremania baru. Kalau ga kita jaga ya gemana. Ya ga ada tempat khusus buat mereka. Biasa. Ga ada perlakuan khusus. Yang namanya singa ngapain sih dijaga.

13.Apa saja kegiatan amal yang dilakukan oleh Aremania guna membantu anggota/ non-anggota yang mengalami musibah/ bencana? Serta bagaimana mengkomunikasikan hal tersebut kepada seluruh anggota?

Jawaban: Ya itu tadi. Program BTTN, penggalangan dana kepada korban bencana di Jogja pernah, anak yatim, terus ada juga tahun lalu pemain-pemain Arema malah masuk ke panti asuhan yatim piatu. Sekarang kan ada media, BTTN itu sekarang medianya ada di koran, aremania.com kan programnya di koran juga ada, internet, radio Senaputra.

14.Apa antara pengurus dengan Aremania sudah cukup saling terbuka mengenai pendanaan klub Arema?

Jawaban: Dimana-mana yang namanya yayasan itu masalah uang dan dana itu ga boleh dilihat.

15.Apa saja bentuk kerja sama yang dilakukan antar Aremania dalam mencegah dan menangani praktik percaloan dan suap-menyuap pertandingan?

Jawaban: Gawat itu, masuk tanpa tiket. Untuk tahun ini ga usah diteliti lah, secara kasat mata aja uda keliatan. Setiap acara babak pertama selesai itu kan ada pengundian hadiah sepeda motor, sama bung Ovan kan selalu ditunjukin berapa yang hadir, terus besoknya lagi di media koran apapun itu dihitung sama manajemen. Kita dapat karcis segini, Tapi dispenda beda sama


(3)

manajemen, dispenda hitungnya per kepala, kalau manajemen hitungnya per tiket. Sering sekarang itu kapasitas stadion yang penuh tapi pendapatan stadion itu ga seperti yang di stadion. Caranya kita meminimalkan masalah tersebut yaitu pertama menyadarkan kawan-kawan itu untuk membeli tiket, kedua mendesak manajemen menjaga di pintu masuk biar tegas. Soalnya kebanyakan yang masuk tanpa tiket itu keluarga polisi. Kalau untuk memberantas calo, mendesak para manajemen setiap korwil tiketnya dijatah.

16.Bagaimana cara anda melaksanakan acara nobar (nonton bareng) di luar stadion dan di rumah? Serta apa saja upaya yang dilakukan agar nobar tersebut tertib dan baik?

Jawaban: Nobar itu di malang post. Di depan halaman parkir. Ga ganggu. Malah punya ijin karena bareng Malangpost. Ada juga yang nonton di kafe-kafe. Kalau itu ga tahu aku, kebanyakan kalau ga di koran ya di kafe. Aku ga pernah (mabuk dan rusuh) tapi anak-anak lain pernah.

17.Apakah Aremania pernah melakukan aksi demonstrasi kepada mnajemen ketika ada tuntutan atau keributan?

Jawaban: Ga pernah. Ada mungkin, tapi ga tahu Aremania daerah mana.

Pewawancara Narasumber


(4)

LAMPIRAN FOTO

Gambar 1. Ovan Tobing dengan Jaket Aremania pertamanya. Jaket ini menjadi saksi bisu perjuangannya menyatukan arek-arek Malang

Gambar 2. Penulis dan Lucky Zainal, pendiri Arema Fans Club, cikal bakal terbentuknya Aremania


(5)

Gambar 3. Forum Aremania.com mengundang anak-anak panti asuhan dalam suatu kegiatan amal (15/4/2011)

Gambar 4. Suasana santai para anak panti asuhan yang diundang oleh forum aremania.com untuk nonton bareng di stadion


(6)

Gambar 5. Salah satu media berbentuk poster berisi ajakan kegiatan aremania dalam menjaga kekompakan dan persatuan

Gambar 6. Salah satu upaya aremania mengkomunikasikan imbauan dan larangan membeli tiket dari calo