GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM KIDUNG AGUNG

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM KIDUNG AGUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

  Program Studi Sastra Indonesia Disusun Oleh: Syrila Keka

  NIM: 064114014

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA JUNI 2011

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

MOTTO

“Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta,

sungai-sungai pun tak dapat menghanyutkannya.

Sekali pun orang memberi harta benda rumahnya untuk cinta,

namun ia pasti akan dihina”.

  

(Kidung Agung 8:7)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Skripsi ini kupersembahkan untuk: Sang Cintaku yang slalu mencintaiku dan menguatkanku. Dialah yang memberiku “sepatu” istimewa, agar aku mampu berjalan di atas tanah yang “berlumpur dan berduri”.

  Kongregasi Suster-suster Santo Paulus dari Chartres Distrik Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur dan terima kasih kepada Allah Bapa yang

Mahakasih atas rahmat dan berkat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa Perbandingan

dalam Kidung Agung”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Sastra pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas

Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan, kebaikan, perhatian, dan

bantuan dari berbagai pihak. Perhatian, dukungan, kebaikan, dan bantuan tersebut

selalu hadir dalam diri dan hidup penulis, khususnya saat menjalani perkuliahan di

Universitas Sanata Dharma. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan

terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses

penulisan skripsi ini:

  2. Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesetiaan, kesabaran, dan perhatian telah memberikan semangat, petunjuk, dan bimbingan kepada saya selama menyelesaikan skripsi ini, 3. Ibu S. E. Peni Adji, S.S., M. Hum. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini, dengan memberikan

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI masukan kepada penulis, 4. Bapak Drs. Hery Antono, M. Hum., Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum., Bapak

Drs. P. Ari Subagyo, M. Hum., Bapak Drs. F.X. Santoso, M. S., Bapak Drs.

  

Yoseph Yapi Taum, M. Hum., Dra. Tjandrasih Adji, M. Hum atas bimbingannya

selama penulis menjalani studi Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma,

  5. Staf Sekretariat Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma atas pelayanannya dalam bidang administrasi,

  6. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan peminjaman buku-buku yang diperlukan penulis, fasilitas komputer yang membantu penulis dalam pengetikan skripsi, 7. Sr. Mary Wilfrid Dayrit, SPC dan Dewan Distrik Kongregasi Suster-suster Santo

Paulus dari Chartres Distrik Indonesia, khususnya para suster yang hidup bersama

dalam Komunitas Studi “Bunda Maria”, telah memberikan dukungan dan semangat saat penyusunan skripsi ini,

  8.

  

“Ama” yang selalu mendoakan saya dalam “padang gurun” perjalanan

panggilanku untuk menapaki panggilan cinta-Nya,

  9. Sr. Bernadethe Sea, SPC dan Sr. Domingga Daton, SPC teman seangkatanku yang selalu menyemangati saya dalam mengerjakan skripsi ini,

  10. Teman-teman Sastra Indonesia Angkatan 2006 yang selalu memberi dukungan

dan semangat. Terima kasih atas kebersamaan kita selama menjalani perkuliahan

di Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma,

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Keka, Syrila. 2011. “Gaya Bahasa Perbandingan dalam Kidung Agung”. Skripsi Strata I (S1) Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini membahas gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung. Alasan pemilihan topik ini adalah sebagai berikut. Pertama, belum ada penelitian yang membahas secara khusus tentang gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung. Alasan kedua adalah penulis tertarik dengan kekhasan gaya

bahasa perbandingan dalam Kidung Agung yang digunakan Salomo untuk

mengungkapkan cintanya pada Sulam, kekasihnya.

  Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan penanda perbandingan yang digunakan dalam Kidung Agung. Kedua, mendeskripsikan urutan bagian-bagian perbandingannya. Ketiga, mendeskripsikan makna gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung.

  Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian

yang mendeskripsikan penanda perbandingan, urutan bagian-bagian

perbandingannya, dan makna gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung. Data diperoleh dari Kidung Agung yang merupakan salah satu kitab dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode simak, yaitu membaca Kidung Agung. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik catat, yaitu mencatat data yang terdapat dalam Kidung Agung. Setelah melakukan teknik catat, data yang sudah ditemukan diklasifikasikan menurut penanda perbandingan, urutan perbandingan, dan maknanya. Metode yang digunakan dalam menganalisis data Kidung Agung ini adalah metode padan dan metode agih. Metode padan adalah metode yang alat penentunya adalah di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti. Metode agih adalah metode yang menggunakan bahasa itu sendiri sebagai alat penentunya. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah teknik bagi unsur langsung dan teknik baca markah. Teknik bagi unsur langsung adalah teknik yang membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud.

  Dari penelitian gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung, penulis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menemukan hal-hal sebagai berikut. Pertama, penanda gaya bahasa perbandingan

yang ditunjukkan dengan penanda (i) seperti, (ii) bagaikan, (iii) serupa, dan (iv)

seumpama. Kedua, gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung mengandung dua

unsur, yaitu (i) hal yang diperbandingkan dan (ii) hal yang membandingkan. Urutan

bagian perbandingan dalam Kidung Agung mempunyai dua unsur (i) pembanding dan

(ii) terbanding. Pembanding adalah bagian tubuh manusia, yakni mata, hidung, bibir,

pipi, pinggang, leher, pusar, buah dada, rambut, kepala, dan nafas. Terbanding

adalah binatang, tumbuhan, nama tempat, alam, dan benda mati. Ketiga, gaya bahasa

perbandingan dalam Kidung Agung mengandung makna pembanding adalah tubuh

manusia diikuti terbanding adalah binatang, tumbuhan, benda mati, alam, dan nama

tempat. Misalnya: rambut yang merupakan salah satu bagian tubuh manusia

disamakan dengan merpati sebagai salah satu jenis binatang.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Keka, Syrila. 2011. “Simile in the Song of Songs.” Thesis for Undergraduate

(S1) Indonesian Literature Studies Programme, Indonesian Literature

  Majors, Faculty of Literature, Sanata Dharma University.

  This thesis about the comparative language style in the Song of Songs. There

are some reasons for choosing this topic. First, no studies that specifically discuss the

stylistic comparisons contained in the book of Song of Songs. Second, the writer is

interested in the peculiarity of comparative language style in the Song of Songs used

by Salomo to express his love to his sweetheart, Sulam.

  This studies about the comparative language style in the Song of Songs has

three issues. First, what are the comparative signs used in the Song of Songs? Second,

how are the series of the parts of that comparative style? Third, what is the meaning

of the comparative style that is in the Song of Songs.

  There are three purposes of this studies. First, to describe the comparative

marker which used in the Song of Songs. Second, to describe the series of its

comparative parts. Third, to describe the meaning of comparative style in the Song of

Songs.

  This is a descriptive studies, namely an studies that describes the comparative

marker, the series of the comparative parts, and the meaning of comparative language

style in the Song of Songs. Data was acquired from the Song of Songs that is one of

books of Old Testament. This observation was done through three stages, namely

collecting data, analyzing data, and offering the analized data. Method which is used

for collecting the Song of Songs’ data is scrutiny method, namely observes attentively

Song of Songs by reading Song of Songs. Technique used in data collection is a

technique note, which records the data contained in the book of Song of Songs. After

conducting technical note, the data that has been found are classified according to

marker comparison, sequence comparison and it’s meaning. Methods used in

analyzing data of this book is matching method and “agih” method. Mathcing method

is a method of determining the tool that is outside, independent, and not becomes part

of the language concerned or inuestigational. Metode agih is a method which uses

language support itself as a means of determining. Techniques used in data analysis is

a technique for direct element division (bagi unsur langsung) and baca markah

technique. The former is a technique that divides the lingual units of data info some

sections or elements viewed as the sections which form that lingual unit. Through

using this technique, the writer divided and classified data into some sections. First, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

the smallest section namely comparative sign and series of comparative sections that

found in the Song of Songs. Second, classifying the series of comparative sections.

Third, the most main classification is the meaning of comparative language style.

  

Baca markah technique is a technique which used for proving the comparative

language style that used in the Song of Songs.

  From observation of comparative language style in the Song of Songs, the

writer found some matters. First, the marker of comparative language style is shown

through current markers namely as, as if, likewise, and supposing. Second,

comparative languge style in the book of Song of Songs contains two elements, that is

(i) things that are comparable and (ii) things that are comparing. Third, the order of

comparative sections that include in the Song of Songs have two elements, namely (i)

things that are comparable followed by things that are comparing and (ii) things that

are comparing followed by things that are comparable. The matters which are

compared are the parts of human body: eyes, nose, lips, cheek, waist, neck, navel,

breast, hairs, head, and breath. The matters which compare are animal, plant, name

of place, nature, and inanimate object. Fourth, the meaning of comparative language

style in the Song of Songs are compased by humans’ body parts to animals’ body

parts. For example, human body parts is compared with pigeon as humans’ hair is

compared to pigeon.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.………………………………………………………………….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.……………………………………..ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………..iii

HALAMAN MOTTO………………………………………………………………..iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………………v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………………..vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................................vii

KATA PENGANTAR...………………………………………………………….viii-x

ABSTRAK.….....…………………………………………………………...…….xi-xii

ABSTRACT.…………………………………………………………………….xiii-xiv

DAFTAR ISI.…………………………………………………………………..xv-xviii

  

BAB I PENDAHULUAN….………………………………………………........1-13

  1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………….1-5

  1.2 Rumusan Masalah………...……………………………………...…5-6

  1.3 Tujuan Penelitian...……………………………………………………6

  1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….6

  1.5 Tinjauan Pustaka...……………………………………………………7

  1.6 Landasan Teori………………………………………………………..8

  1.6.1 Pengertian Gaya Bahasa……………………………………....8

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1.6.2 Pengertian Gaya Bahasa Perbandingan….……………….....8-9

  1.6.3 Pengertian Penanda..……………………………………….....9

  1.6.4 Pengertian Urutan...…...…………………………………...9-10

  1.6.5 Pengertian Makna...……………………………………….....10

  1.7 Metode Penelitian……………………………………………………11

  1.7.1 Metode Teknik pada Tahap Penyediaan Data…..…………...11

  1.7.2 Metode Teknik pada Tahap Analisis Data…………….…11-12

  1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis data……………………12-13

  1.8 Sistematika Penyajian..........................................................................13

  BAB II PENANDA PERBANDINGAN DAN URUTAN BAGIAN GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM KIDUNG AGUNG..............14-26

  2.1 Penanda Perbandingan dalam Kidung Agung…...........………..…...…..14

  2.1.1 Kata bagaikan sebagai penanda dalam Kidung Agung .....14-15

  2.1.2 Kata seperti sebagai Penanda dalam Kidung Agung…......15-16

  2.1.3 Kata serupa sebagai Penanda dalam Kidung Agung…...........16

  2.1.4 Kata seumpama sebagai Penanda dalam Kidung Agung….....16

  2.2 Urutan Bagian Perbandingan dalam Kidung Agung…..........………..16-23

  2.2.1 Terbanding (T) Diikuti Pembanding (P).....……….……........16

  2.2.2.1 Tubuh Manusia Diikuti Binatang...........................17-18

  2.2.1.2 Tubuh Manusia Diikuti Tumbuhan.............................18

  2.2.1.3 Tubuh Manusia Diikuti Benda Mati.......................18-19

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2.2.1.4 Tubuh Manusia Diikuti Alam................................19-20

  2.2.1.5 Tubuh Manusia Diikuti Nama Tempat........................20

  2.3.2 Pembanding (P) Diikuti Terbanding (T)…………………20-21

  2.3.2.1 Binatang (P) Diikuti Tubuh Manusia (T)....................21

  2.3.2.2 Tumbuhan (P) Diikuti Tubuh Manusia (T)............21-22

  2.3.2.3 Benda Mati (P) Diikuti Tubuh Manusia (T)................22

  2.3.3 Tabel Pengelompokkan Penanda Perbandingan dalam Kidung Agung………….............………...……………….22-26

  BAB III MAKNA GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM KIDUNG AGUNG…………………………………………………...27-49

  3.1 Pengantar..…………………………………………..……..…….….25-28

  3.2 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Binatang………….....28-33

  3.3 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Tumbuhan……..…....33-37

  3.4 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Benda Mati…….…...37-41

  3.5 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Alam.........……..…...42-43

  3.6 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Nama Tempat….…...43-44

  3.7 Makna Perbandingan tidak Diikuti Terbanding dan Pembanding .....44-49

  

BAB IV PENUTUP……..…………………………………………………….. 50-51

  4.2 Kesimpulan……………...…………………………………………….....50

  4.2 Penutup…………………...…………………………………………...…51

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA……………..…………………………………...……......52-53

LAMPIRAN…………………………………………………….…………….…54-67

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Dalam skripsi ini dibahas tentang gaya bahasa perbandingan dalam

  

Kidung Agung. Gaya bahasa perbandingan atau perumpamaan atau simile adalah

  bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain menggunakan kata-kata pembanding: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun,

  

se-, dan kata-kata pembanding yang lain (Pradopo 2007: 62). Salah satu kitab

  dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, yakni Kidung Agung merupakan sebuah kumpulan lagu cinta yang dikarang dengan bahasa puisi yang mutunya amat tinggi (Weiden 1995: 225). Melalui Kidung Agung, bahasa cinta antara Salomo dan Sulam dilukiskan dalam gaya bahasa perbandingan, yakni membandingkan tubuh si gadis dengan binatang, benda, tumbuhan, nama tempat, dan alam.

  Alasan penulis memilih topik penelitian gaya bahasa perbandingan atau simile dalam Kidung Agung adalah sebagai berikut. Pertama, belum ada tulisan ilmiah yang secara khusus meneliti tentang penggunaan gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung, meskipun sudah ada tulisan teologi tentang Kidung Agung. Kedua, penulis tertarik dengan kekhasan gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung yang digunakan Salomo untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  terhadap Salomo. Berikut ini beberapa contoh penggunaan gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung: (1)

  Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku. (Kidung Agung 1:13). (2)

  Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis. (Kidung Agung 2:2). Contoh (1) menunjukkan gaya bahasa perbandingan melalui buah dada yang merupakan salah satu bagian tubuh si gadis. Sebutan buah dada memang erotis, tetapi bukan sesuatu yang rendah dan hina karena istilah tersebut digunakan dalam hubungan antara orang-orang dewasa. Dalam arti ini buah dada digunakan untuk mengatakan bahwa dalam keheningan pemuda yang dicintainya meletakkan kepalanya di antara buah dadanya sepanjang malam ketika si pemuda berada bersamanya. Kebersamaan mereka sepanjang malam mau menunjukkan bahwa si perempuan merasa aman, dilindungi, dan bebas dari gangguan laki-laki lain.

  Menurut kebiasaan bangsa Mesir atau penduduk Siprus, bungkusan mur merupakan sebuah kantung berisi ilmu hitam dalam bentuk intan atau benda lain seperti bunga pohon tertentu yang dianggap mengandung kekuatan magis. Bungkusan tersebut biasa digantung di leher si pemakai atau ditenun menjadi satu dengan pakaian yang dikenakannya (Telnoni 2006: 51-53). Mur dalam arti ini menunjukkan kekuatan cinta dari si pemuda yang dapat membangkitkan penghargaan atau kesadaran cinta pada kekasih hatinya. Bungkusan mur yang tersisip di antara buah dada si gadis menggambarkan suasana romantis sampai erotis sebagai kenyataan bahwa manusia seutuhnya yang tidak ditutupi karena ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  misalnya; buah dada tidak boleh disentuh atau didekati oleh orang lain, kecuali oleh si pemuda yang disapa “kekasihku”.

  Contoh (2) menunjukkan bahwa si pemuda langsung membandingkan kekasihnya sebagai bunga bakung karena sangat berbeda dengan gadis-gadis yang dibandingkan dengan duri-duri di antara bakung. Duri melambangkan sebuah penderitaan dalam suasana hidup yang penuh aib, tidak merasa nyaman, penuh ancaman, dan ketakutan. Dengan demikian suasana yang sebelumnya romantis berubah menjadi tidak romantis.

  Persoalan pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah penanda gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung. Gaya bahasa perbandingan dalam

  

Kidung Agung ditunjukkan dengan penanda-penanda tertentu, misalnya: seperti

  dan bagaikan. Berikut ini adalah contoh pengunaan penanda seperti dan

  bagaikan:

  (3) Lihatlah cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu. (Kidung Agung 1:15).

  (4) Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan, demikianlah kekasihku di antara teruna-teruna. (Kidung Agung 2:3).

  Pada contoh (3) gaya bahasa perbandingan ditunjukkan dengan penanda

  

bagaikan dan pada contoh (4) gaya bahasa perbandingan ditandai melalui penanda

seperti. Berdasarkan dua contoh tersebut, timbullah pertanyaan penanda apa saja

  yang digunakan untuk menunjukkan gaya bahasa perbandingan dalam Kidung

  Agung?

  Persoalan kedua yang dibahas dalam skripsi ini adalah urutan-urutan bagian-bagian perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  mengandung dua unsur, (i) pembanding dan (ii) terbanding. Berikut ini contohnya.

  (5) Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. (Kidung Agung 4:1a).

  (6) Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. (Kidung Agung 4:4)

  Contoh (5) memiliki urutan bagian yang membandingkan (bagaikan merpati) diikuti bagian yang diperbandingkan (di balik telekungmu). Contoh (6) memiliki arti bagian yang diperbandingkan (lehermu) diikuti bagian yang membandingkan (menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata).

  Berdasarkan contoh di atas, bagaimana urutan-urutan bagian perbandingan dalam

  Kidung Agung?

  Persoalan ketiga yang dibahas dalam skripsi ini adalah makna gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung. Berikut ini adalah contoh makna perbandingan dalam Kidung Agung.

  (7) Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang turun dari pegunungan Gilead. (Kidung Agung 4:1b).

  (8) Berlakulah seperti kijang atau anak rusa di atas gunung-gunung tanaman rempah-rempah. (Kidung Agung 2:17).

  Pada contoh (7) rambut sebagai gambaran salah satu bagian tubuh si gadis tentu tidak semua tertutup oleh telekung atau kerudung karena sebagian rambutnya terlihat. Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, rambut merupakan salah satu daya tarik tersendiri untuk menilai kecantikan seorang perempuan. Di Indonesia, penilaian terhadap kecantikan seorang perempuan terletak pada rambutnya sehingga ada pepatah kuno yang mengatakan: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Kata kawanan kambing diartikan sebagai kekuatan luar biasa dan bila kawanan kambing sedang menuruni lereng gunung Gilead, maka akan menjadi suatu tontonan yang indah dan mengasyikkan. Biasanya pada sore hari kawanan kambing turun dari dataran sebelah Timur daerah Samaria pada ketinggian 1.100 meter di atas lembah Yordan. Pemandangan tersebut sangat menghidupkan suasana di daerah itu. Dengan demikian, maka ada penekanan dalam ungkapan

  

kawanan kambing adalah pancaran kekuatan cinta melalui bagian tubuh si gadis,

  yakni rambut yang terurai dan melambai-lambai sama seperti kawanan kambing yang turun dari pegunungan Gilead. Ungkapan tersebut juga mengandung makna, Allah yang menganugerahkan kelebihan dalam hal kecantikan secara adil kepada setiap perempuan. Ada yang cantik dan menarik karena mata, betis atau hidungnya.

  Contoh (8) mempunyai makna si gadis mengharapkan kekasihnya segera kembali ke alam yang damai, tenang, dan sejahtera. Si gadis memiliki nilai-nilai kehidupan yang baik sambil merajut masa depan bersama kekasihnya. Ia menyadari bahwa kekasihnya sangat mencintainya, sebaliknya kekasihnya sangat mencintainya, tetapi si gadis tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang baik dalam kehidupannya dan mempunyai pandangan yang baik tentang masa depannya. Berdasarkan contoh-contoh tersebut, apa makna gaya perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung?

1.2 Rumusan Masalah

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI skripsi ini adalah sebagai berikut.

  1.2.1 Apa saja penanda perbandingan yang digunakan dalam Kidung

  Agung?

  1.2.2 Bagaimana urutan bagian-bagian perbandingannya?

  1.2.3 Apa makna gaya perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung?

  1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.

  1.3.1 Mendeskripsikan penanda perbandingan yang digunakan dalam Kidung Agung.

  1.3.2 Mendeskripsikan urutan bagian-bagian perbandingannya.

  1.3.3 Mendeskripsikan makna gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil dari penelitian ini berupa deskripsi gaya bahasa perbandingan dalam

  

Kidung Agung. Deskripsi tersebut meliputi: (i) penanda yang digunakan untuk

  menunjukkan gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung antara lain;

  

bagaikan, seperti, seumpama, dan serupa, (ii) urutan bagian-bagian

  perbandingannya, dan (iii) makna gaya bahasa perbandingan dalam Kidung

  

Agung. Hasil penelitian ini bermanfaat dalam bidang semantik, yaitu untuk

  menjelaskan makna kalimat yang dapat diungkapkan dengan berbagai cara, salah

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.5 Tinjauan Pustaka

  Sepengetahuan penulis, belum ada penelitian khusus tentang gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung. Oleh karena itu, untuk menambah penelitian tentang gaya bahasa, maka penulis tertarik untuk meneliti makna gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung yang merupakan salah satu karya sastra. Namun, telah ada tulisan tentang gaya bahasa, antara lain penelitian tentang gaya bahasa kiasan dalam wacana “Ole Internasional’ yang diteliti oleh Werokila (2006) dan “Gaya Bahasa dalam Iklan Produk Barang Berbahasa Indonesia pada Harian Kompas” oleh Wahyuningsih (2005).

  Dalam skripsi yang berjudul "Gaya Bahasa Kiasan dalam Wacana "Ole Internasional" di Tabloid Bola Tanggal 3 Maret 2006 sampai dengan 22 September 2006", Werokila membahas penggunaan gaya bahasa kiasan yang digunakan dalam suatu kalimat dalam wacana "Ole Internasional" di Tabloid Bola dan mendeskripsikan fungsi gaya bahasa kiasan dalam wacana "Ole Internasional".

  Penelitian Wahyuningsih dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa dalam Iklan Produk Barang Berbahasa Indonesia pada Harian Kompas Edisi Februari 2005”, menghasilkan analisis tentang jenis gaya bahasa apa saja yang digunakan dalam iklan produk barang pada harian Kompas dan gaya bahasa apa saja yang paling banyak digunakan dalam iklan produk barang harian Kompas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI gaya bahasa.

1.6 Landasan Teori

  Dalam penelitian ini digunakan konsep-konsep gaya bahasa, gaya bahasa perbandingan atau simile, penanda, urutan, dan makna.

  1.6.1 Pengertian Gaya Bahasa

  Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata, penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Edgard Dale, 1971 : 220 dalam Tarigan, 1985: 5).

  Tarigan (1985: 8-203) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Gaya

  

Bahasa mendefinisikan gaya bahasa merupakan bahasa yang indah yang

  dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang lebih umum. Dengan kata lain, gaya bahasa adalah penggunaan bahasa tertentu yang dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.

  1.6.2 Pengertian Gaya Bahasa Perbandingan

  Gaya bahasa perbandingan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit yang langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Oleh karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Gaya bahasa perbandingan atau perumpamaan atau simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana,

  sepantun, se, dan kata-kata pembanding yang lain (Pradopo 2007: 62).

  Gaya bahasa kiasan menurut Keraf (2009: 136-145) adalah sebagai berikut.

  Persamaan atau Simile.

  Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.

  Kikirnya seperti kepiting batu Bibirnya seperti delima merekah Matanya seperti bintang timur

  Kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa menyebutkan obyek pertama yang mau dibandingkan, seperti:

  Seperti menating minyak tanah Bagai air di daun talas Bagai duri dalam daging

1.6.3. Pengertian Penanda

  Kridalaksana (2008: 179) dalam bukunya yang berjudul Kamus Linguistik mendefinisikan pengertian penanda sebagai alat seperti afiks, konjungsi, preposisi, dan artikel yang menyatakan ciri gramatikal atau fungsi kata atau konstruksi. Dalam penelitian ini, penanda yang dimaksud adalah penanda gaya bahasa perbandingan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1.1.1 Pengertian Urutan

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008: 1537), urutan adalah nomor unit, deretan, rentetan, hal berurut, susunan, dan kumpulan unsur-unsur bahasa berstruktur yang secara teoretis terletak berderetan dalam suatu hubungan formal.

  Menurut Kridalaksana (2008: 251) urutan merupakan kumpulan unsur- unsur bahasa berstruktur yang secara teoretis terletak berderetan dalam suatu hubungan formal; urutan ini bersifat abstrak.

  1.1.2 Pengertian Makna

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008: 864), makna adalah arti, maksud pembicara atau penulis, dan pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Dalam bukunya yang berjudul

  

Semantik Leksikal, Pateda (1986: 15) mengatakan bahwa istilah makna sangat

membingungkan.

  Oleh karena itu, ada tiga hal yang dijelaskan oleh para filsuf dan linguis tentang makna, yaitu (i) menjelaskan makna kata secara alamiah, (ii) mendeskripsikan makna kalimat secara alamiah, dan (iii) menjelaskan proses komunikasi (Kempson, 1977: 11). Jadi, makna adalah sesuatu yang secara aktual dihubungkan dengan suatu lambang oleh hubungan yang telah dipilih atau penggunaan lambang yang dapat merujuk apa yang kita maksud atau kepercayaan menggunakan lambang sesuai dengan yang kita maksud (Odgen dan Richards, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.7 Metode Penelitian

  Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (i) penyediaan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Pelaksanaan setiap tahap digunakan metode dan teknik tertentu.

  1.7.1 Metode dan Teknik pada Tahap Penyediaan Data

  Objek penelitian ini adalah gaya bahasa perbandingan dalam Kidung

  

Agung. Obyek penelitian tersebut terdapat dalam data yang berupa kalimat yang

  mengandung gaya bahasa perbandingan. Data diperoleh dari sumber tertulis, yaitu

  

Kidung Agung Bab 1-8. Penyediaan data dilakukan dengan menggunakan metode

  simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Dalam penerapan lebih lanjut menggunakan teknik catat, yaitu kegiatan mencatat data yang terdapat dalam Kidung Agung. Data yang sudah ditemukan diklasifikasikan menurut (i) penanda gaya bahasa perbandingan, (ii) urutan unsur-unsur dalam kalimat bergaya bahasa perbandingan, dan (iii) makna kalimat bergaya bahasa perbandingan.

  1.7.2 Metode Teknik pada Tahap Analisis Data

  Setelah data diklasifikasikan, data dianalisis dengan menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya adalah di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti. Metode padan yang digunakan adalah metode padan referensial yang alat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  (Sudaryanto, 1993: 13-14). Metode padan referensial dalam penelitian ini digunakan untuk membuktikan referen yang dibandingkan dan referen yang digunakan untuk membandingkan.

  Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan metode agih, yaitu metode yang menggunakan bahasa itu sendiri sebagai alat penentunya (Sudaryanto, 1993: 15). Teknik yang digunakan dalam metode agih ini adalah teknik bagi unsur langsung. Teknik bagi unsur langsung adalah metode agih yang membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 31).

  Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik baca markah. Teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara "membaca pemarkah" dalam suatu konstruksi. Istilah lain untuk pemarkah adalah penanda. Pemarkahan tersebut menunjukkan kejatian atau identitas satuan kebahasaan tertentu; dan kemampuan membaca peranan pemarkah itu (marker) berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 95) Teknik baca markah digunakan dalam tulisan ini, yakni untuk membuktikan gaya bahasa persamaan yang digunakan dalam Kidung Agung.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

  Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan adalah metode informal. Metode informal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Dalam teori ini tidak menggunakan rumus atau lambang-lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Penelitian ini juga menggunakan metode formal, yaitu metode penyajian hasil analisis data dengan menggunakan tabel-tabel sesuai keperluan.

1.8 Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian masalah yang dibahas penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi tentang uraian penanda gaya perbandingan dalam Kidung Agung dan urutan bagian- bagian perbandingan. Bab III berisi tentang uraian makna gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung. Bab IV berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II PENANDA PERBANDINGAN DAN URUTAN BAGIAN GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM KIDUNG AGUNG 2.1 Penanda Perbandingan dalam Kidung Agung. Gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung ditunjukkan dengan kata- kata yang menyatakan kesamaan, yakni bagaikan, seperti, serupa, dan seumpama.

2.1.1 Kata bagaikan sebagai Penanda dalam Kidung Agung.

  Berikut ini perbandingan yang ditandai dengan kata bagaikan: (9) Harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu.

  (Kidung Agung 1:3). (10)

  Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku. (Kidung Agung 1:13). (11)

  Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu. (Kidung Agung 1:15). (12)

  Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. (Kidung Agung 4:1a). (13)

  Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang turun dari pegunungan Gilead. (Kidung Agung 4:1b). (14)

  Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur. (Kidung Agung 4:2). (15)

  Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu dan elok mulutmu. (Kidung Agung 3:1a). (16) Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu.

  (Kidung Agung 3:1b). (17) Bagaikan emas, emas murni kepalanya. (Kidung Agung 5:11a). (18) Matanya bagaikan merpati pada batang air. (Kidung Agung 5:12). (19) Pipinya bagaikan bedeng rempah-rempah. (Kidung Agung 5:13). (20)

  Gigimu bagaikan kawanan domba yang keluar dari tempat

  (21) Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya tangan seniman.

  (Kidung Agung 7:1b). (22) Lehermu bagaikan menara gading. (Kidung Agung 7:4a). (23) Matamu bagaikan telaga di Hesybon, dekat pintu gerbang Batrabim.