PENGARUH JENIS KELAMIN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN KULTUR KELUARGA, KULTUR LINGKUNGAN KERJA, DAN KULTUR LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL GURU Survei: Guru SMA di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untu

  

PENGARUH JENIS KELAMIN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP

HUBUNGAN KULTUR KELUARGA, KULTUR LINGKUNGAN KERJA,

DAN KULTUR LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN

KECERDASAN EMOSIONAL GURU

  

Survei: Guru SMA di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

ASTUTI TRIHARIYANTI

  

NIM: 021334107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2007

  

MOTTO

1.

  Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan

  

2. JANGANLAH KAMU KUATIR TENTANG APAPUN JUGA,

TETAPI NYATAKANLAH DALAM SEGALA HAL

KEINGINNANMU KEPADA ALLAH DALAM DOA DAN

PERMOHONAN DENGAN UCAPAN SYUKUR

  

3. SERAHKANLAH SEGALA KEKUATIRANMU DALAM DIA,

JANGANLAH KAU KUATIR AKAN HARI ESOK, KARENA

MEMPUNYAI KESUSUHANNYA SENDIRI. KESUSAHAN

SEHARI CUKUPLAH UNTUK SEHARI

HALAMAN PERSEMBAHAN

  S kripsi ini kupersembahkan kepada:

T uhan Y esus Kristus, I bu J umidah (al m), B apak Y unarto, Eyangku Mbah

T osuro, Mas Lucas, Mas D idik, Nugroho, D etta.

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis panjatkan kepeda Tuhan Allah yang telah

memberikan kasih, penyertaan dan kekuatan bagi penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH JENIS

KELAMIN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN

KULTUR KELUARGA, KULTUR LINGKUNGAN KERJA, DAN

KULTUR LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN KECERDASAN

EMOSIONAL GURU”

  Dalam penulisan skripsi ini banyak sekali hambatan, namun puji Tuhan

dengan pertolongan dari Tuhan Allah seerta bantuan dan dudkungan berbagai

pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulisan skripsi ini

dapat selesai dengan baik.

  Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan kesempatan, kekuatan dan

kemampuan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan

  

3. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo JR selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

  

4. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi.

  

5. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membantu dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

  

6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membantu dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

  

7. Bapak Yunarto yang telah menjadi orang tua yang baik. Terimakasih atas

perhatiannnya selama ini

  

8. Ibu Jumidah (alm) yang telah mendampingiku dan memberikan kasih sayang,

  9. Mbah Tosuro. Terimakasih doanya dan nasehat-nasehatnya.

  

10. Mas Lucas yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

  Terimakasih atas segala bantuan, kesabarannya dan kasih sayangnya.

  

11. Mas Didik dan Adik-adikku Nugroho dan Detta. Terima kasih atas doanya,

jangan nakal dan rajinlah belajar.

  12. Keluarga Ibu Wartini yang telah menjadi keluarga keduaku.

  

13. Teman-temanku di Apotik Mitra Farma: Bu Syamsu, mba’ Arie, bu Yer,

mba’Eny, Ririn, dan juga mbah Moel. Terima kasih atas pengertian dan waktu yang telah diberikan. Maaf sering merepotkan kalian.

  

14. Teman-teman seperjuanganku: Cipluk, Spt, Sarinah dan MM. Perjuangan

bersama kalian sungguh menyenangkan. Terimakasih untuk semuanya.

  

15. Sahabat-sahabatku: Es-tea, Risa, Budhe Dewi, Ima, Dhita, . Hari- hari indah

bersama kalian.

  

16. Teman-temanku PAK “C”: Sigit, Toro, Thomas, Nina, Dhika, Dian, Tiara,

Catarina, Putri, Uchie. Terimakasih doa dan dukungannya.

  17. Motor Grandku yang telah mengantarkan kemanapun aku pergi.

  18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  

Yogyakarta, Juni 2007

Penulis

  

ABSTRAK

PENGARUH JENIS KELAMIN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP

HUBUNGAN KULTUR KELUARGA, KULTUR LINDKUNGAN KERJA,

KULTUR LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN KECERDASAN

  

EMOSIONAL GURU

Survei: Guru SMA di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

Astutu Trihariyanti

Universitas Sanata Dharma

  

2007

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) pengaruh jenis kelamin

terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru; (2)

pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan

kecerdasan emosional guru; (3) pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur

lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru; (4) pengaruh locus of

terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru; control

(5) pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan

kecerdasan emosional guru; (6) pengaruh locus of control terhadap hubungan

kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru.

  Penelitian ini dilaksanakan di 10 SMA di Kabupaten Bantul, Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Desember 2006. Teknik pengumpulan

data menggunakan kuisioner. Dengan menggunakan teknik purposive sampling

dan proportional random sampling, peneliti mendapatkab 285 guru sebagai

sampel. Teknik analisa data menggunakan model persamaan regresi yang

dikembangkan oleh chow.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh jenis kelamin

terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru ( p = 0,031

< 0,050); (2) ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan

kerja dengan kecerdasan emosional guru ( p = 0,038 < 0,050); (3) ada pengaruh

jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan

kecerdasan emosional guru( p = 0,041 < 0,050); (4) ada pengaruh locus of control

terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru ( p = 0,039

< 0,050); (5) tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur

lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru ( p = 0,596 > 0,050); (6) ada

pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat

dengan kecerdasan emosional guru ( p = 0,021 < 0,050).

  

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SEX AND LOCUS OF CONTROL TOWARD THE

RELATION AMONG FAMILY CULTURE, WORKPLACE CULTURE, AND

SOCIETY CULTURE WITH TEACHER’S EMOTIONAL INTELLIGENCE

Survey: Teacher of Senior High Schools in Bantul Regency, Province of Daerah

Istimewa Yogyakarta.

  

Astuti Trihariyanti

Sanata Dharma University

2007

This study aimed to know: (1) the influence of sex in the relation between

family culture and teachers’ emotional intelligence; (2) the influence of sex in the

relation between workplace culture and teachers’ emotional intelligence; (3) the

influence of sex in the relation between society culture and teachers’ emotional

intelligence; (4) the influence of locus of control in the relation between family

culture and teachers’ emotional intelligence; (5) the influence of locus of control

in the relation between workplace culture and teachers’ emotional intelligence;

and (6) the influence of locus of control in the relation between society culture

and teachers’ emotional intelligence.

  This study was done in ten Senior High Schools in Bantul Regency,

Province of Daerah Istimewa Yogyakarta in December, 2006. The technique of

gathering data was questionnaire. By using purposive sampling technique and

proportional random sampling, the researcher gained 285 teachers as samples. The

technique of analyzing the data was regression model that was developed by

Chow.

  The result showed: (1) there was influence of sex in the relation between

family culture and teachers’ emotional intelligence (p = 0,031 < a = 0,050); (2)

there was influence of sex in the relation between workplace culture and teachers’

emotional intelligence (p = 0,038 < a = 0,050); (3) there was influence of sex in

the relation between society culture and teachers’ emotional intelligence (p =

0,041 < a = 0,050); (4) there was influence of locus of control in the relation

between family culture and teachers’ emotional intelligence (p = 0,039 < a =

0,050); (5) there ws not influence of locus of control in the relation between

workplace culture and teachers’ emotional intelligence (p = 0,596 > a = 0,050);

and (6) there was influence of locus of control in the relation between society

culture and teachers’ emotional intelligence (p = 0,021 < a = 0,050).

  DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

  

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... iv MOTTO ....................................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi KATA PENGANTAR ................................................................................. vii ABSTRAK ................................................................................................... ix ABSTRACT ................................................................................................... x DAFTAR ISI................................................................................................ xi DAFTAR TABEL........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi

  BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..........................................................

  1 B. Identifikasi Masalah................................................................

  5 C. Rumusan Masalah...................................................................

  6 D. Tujuan Penelitian ....................................................................

  6 E. Manfaat Penelitian ..................................................................

  7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  A. Kultur Keluarga

1. Pengertian Kultur ................................................................

  9

2. Pengertian Keluarga ............................................................

  10

3. Dimensi Kultur Keluarga ....................................................

  12 B. Kultur Lingkungan Kerja

1. Pengertian Lingkungan Kerja .............................................

  15

2. Dimensi Kultur Lingkungan Kerja .....................................

  16 C. Kultur Lingkungan Masyarakat

1. Pengertiian Masyarakat.......................................................

  18

  2. Dimensi Kultur Lingkungan Masyarakat............................

  4. Pengaruh Locus of control pada hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru.....................................

  63 2. Kultur Keluarga .................................................................

  63 1. Kecerdaan Emosional .......................................................

  62 E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya .................................

  62 D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel...............

  61 C. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................

  61 B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................

  60 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian........................................................................

  55 H. Perumusan Hipotesis ................................................................

  6. Pengaruh Locus of control pada hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru .......

  53

  5. Pengaruh Locus of control pada hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional gur u .......

  50

  45

  19 D. Kecerdaan Emosional 1. Pengertian Emosi ................................................................

  3. Pengaruh Jenis Kelamin pada hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru............................

  40

  2. Pengaruh Jenis Kelamin pada hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru............................

  34

  

1. Pengaruh Jenis Kelamin pada hubungan kultur keluarga

dengan kecerdasan emosional guru.....................................

  32 G. Kerangka Berpikir

  30 F. Locus of Control ......................................................................

  28 E. Jenis Kelamin .........................................................................

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

  24

  23 3. Dimensi Kecerdasan Emosional .........................................

  22 2. Pengertian Kecerdasan Emosional......................................

  66

  4. Kultur Lingkungan Masyarakat ........................................

  83 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

  C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 127

  2. Pengujian Hipotesis .......................................................... 114

  1. Pengujian Prasyarat Analisis Data .................................... 111

  86 B. Analisis Data

  85 2. Deskripsi Variabel Penelitian............................................

  A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Responden.........................................................

  81 3. Pengujian Hipotesis Penelitian .........................................

  69 5. Jenis Kelamin ....................................................................

  81 2. Pengujian Normalitas dan Linieritas.................................

  77 H. Teknik Analisis Data 1. Statistik Deskriptif ............................................................

  73 2. Uji Reliabilitas ..................................................................

  73 G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas ......................................................................

  72 F. Teknik Pengumpulan Data......................................................

  71 6. Locus of Control ...............................................................

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 147 B. Keterbatasan............................................................................ 148 C. Saran........................................................................................ 149

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 154

LAMPIRAN................................................................................................. 156

  

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional Guru ............

  79 Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden............................................................

  95 Tabel 4.9 Deskripsi kultur Lingkungan Kerja pada Dimensi Individualism vs Collectivism.......................................

  94 Tabel 4.8 Deskripsi kultur Lingkungan Kerja pada Dimensi Power distance ..............................................................

  92 Tabel 4.7 Deskripsi kultur Keluarga.............................................................

  91 Tabel 4.6 Deskripsi kultur Keluarga pada

Dimensi Uncertainty Avoidance ..................................................

  89 Tabel 4.5 Deskripsi kultur Keluarga pada

Dimensi Masculinity vs Femininity .............................................

  88 Tabel 4.4 Deskripsi kultur Keluarga pada

Dimensi Individualism vs Collectivism........................................

  86 Tabel 4.3 Deskripsi kultur Keluarga pada

Dimensi Power distance ..............................................................

  85 Tabel 4.2 Deskripsi Kecerdasan Emosional ................................................

  77 Tabel 3.11 Pengujian Reliabilitas ...............................................................

  64 Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga ................................

  76 Tabel 3.10 Pengujian Validitas Variabel Locus of Control .........................

  76 Tabel 3.9 Pengujian Validitas Variabel Kultur Lingkungan Masyarakat ...

  75 Tabel 3.8 Pengujian Validitas Variabel Kultur Lingkungan Kerja.............

  74 Tabel 3.7 Pengujian Validitas Variabel Kultur Keluarga ...........................

  72 Tabel 3.6 Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional Guru .......

  70 Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Locus of Control ...............................

  69 Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Kultur Lingkungan Masyarakat ........

  67 Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Kultur Lingkungan Kerja..................

  97 Tabel 4.10 Deskripsi Kultur Lingkungan Kerja pada

Tabel 4.11 Deskripsi kultur Lingkungan Kerja pada Dimensi Uncertainty Avoidance ................................................ 100Tabel 4.12 Deskripsi kultur Lingkungan Kerja........................................... 102Tabel 4.13 Deskripsi kultur Lingkungan Masyarakat pada Dimensi Power distance ............................................................ 103Tabel 4.14 Deskripsi kultur Lingkungan Masyarakat pada Dimensi Individualism vs Collectivism..................................... 104Tabel 4.15 Deskripsi Kultur Lingkungan Masyarakat pada Dimensi Masculinity vs Femininity ........................................... 106Tabel 4.16 Deskripsi kultur Lingkungan Masyarakat pada Dimensi Uncertainty Avoidance ................................................ 107Tabel 4.17 Deskripsi Kultur Lingkungan Masyarakat................................. 109Tabel 4.18 Deskripsi Locus of Control........................................................ 110Tabel 4.19 Hasil Pengujian Normalitas....................................................... 112Tabel 4.20 Hasil Pengujian Linieritas Variabel Kultur Keluarga dengan Kecerdasan Emosional.................................................. 112Tabel 4.21 Hasil Pengujian Linieritas Variabel Kultur Lingkungan Kerja dengan Kecerdasan Emosional................... . 113Tabel 4.22 Hasil Pengujian Linieritas Variabel Kultur Lingkungan Masyarakat dengan Kecerdasan Emosional............................... 114

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuisioner .............................................................................. 156

  

Lampiran 2 Data Prapenelitian................................................................ 166

Lampiran 3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas .................................... 171

Lampiran 4 Data Induk ............................................................................ 176

Lampiran 5 Data Distribusi Frekuensi .................................................... 211

Lampiran 6 Pengujian Normalitas dan Linieritas.................................... 233

Lampiran 7 Pengujian Regresi dan Korelasi........................................... 234

Lampiran 8 Daftar Tabel ......................................................................... 242

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian.............................................................. 245

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya menyiapkan subyek didik agar siap

  menghadapi dan berperan dalam lingkungan hidup yang selalu berubah dengan cepat. Melalui pendidikan, sub yek didik belajar tentang ilmu pengetahuan maupun ketrampilan. Ilmu pengetahuan mencakup teori- teori yang termuat pada buku-buku acuan maupun dari berbagai penjelasan tambahan dari guru. Sedangkan ketrampilan diperoleh subyek didik dari kegiatan praktik yang diselenggarakan di sekolah atau dunia industri secara langsung.

  Beberapa tahun belakangan ini mutu pendidikan di negara kita tampak masih sangat memprihatinkan. Banyak siswa yang tidak lulus ujian akhir nasional (UAN). Pada tahun 2004/2005 periode 1 jumlah siswa tidak lulus UAN sebanyak 86.818 untuk tingkat SMP/MTs, dan sebanyak 18.675 untuk jenjang SMA/MA/SMK (Kompas 1 Juli 2005). Dan pada tahun 2005/2006 juga masih mengalami hal yang sama, sehingga pemerintah menganjurkan agar siswa yang tidak lulus Ujian Akhir Nasional tersebut mengikuti program Kejar Paket. Dari hasil Ujian Nasional (Unas) paket A,B,C di DIY sebanyak 8.092 siswa dari 9.738 siswa yang mengikuti Ujian Nasional dinyatakan lulus, sehingga siswa yang belum lulus sebanyak 1.646 (Kedaulatan Rakyat 2 Oktober 2006). Kondisi ini menyebabkan para pelaku

  

pendidikan mendapatkan sorotan masyarakat. Guru sebagai tenaga pendidik

praktis mendapatkan porsi perhatian paling besar. Pendeknya, masyarakat

menghendaki kualitas guru perlu segera ditingkatkan.

  Guru sebagai pendidik, memang berperan penting dalam praktik

pendidikan. Peran guru terwujud dalam tugas membimbing, mengajar dan

melatih peserta didik. Karenanya, untuk menjadi tenaga pendidik, guru tidak

hanya harus menguasai materi saja tetapi juga harus mempunyai tingkat

kecerdasan emosional yang tinggi. Kecerdasan emosional merupakan

kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri dan dalam hubungannya dengan

orang lain secara efektif. Kemampuan tersebut tampak dari kemampuan

menyeimbangkan penggunaan rasio dan emosi. Emosi sebagai perasaan yang

subyektif diasosiasikan dengan serangkain perilaku. Hal demikian berarti

emosi sangat menentukan seseorang dalam menjalankan kegiatan belajar

mengajar. Ketika seorang guru tidak dapat memainkan emosi di dalam

mendidik siswanya, maka hal tersebut akan menyebabkan siswa merasa jenuh

dan bosan. Hal ini disebabkan seorang siswa mengamati dan terbawa arus

keperilakuan guru.

  Seorang guru yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi

akan mempunyai tujuan yang jelas dalam hidupnya. Kecerdasan emosiona l

guru tersebut tampak dari kema mpuan dalam menguasai diri, tekun, sadar diri,

mengendalikan dorongan hati, mampu berempati, memiliki harapan

optimisme. Ada banyak faktor ya ng berhubungan dengan tinggi rendahnya

tingkat kecerdasan emosional guru. Secara umum faktor-faktor tersebut

  

terkategorikan ke dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah

faktor yang ada dalam lingkungan guru sendiri yang terdiri dari faktor

fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal adalah perlakuan

yang didapat guru dari lingkungan. Lingkungan tersebut mencakup

lingkungan keluarga, teman sebaya (rekan sekerja) dan lingkungan

masyarakat.

  Keluarga adalah satu kesatuan terkecil yang mempunyai kedudukan

yang sangat penting dalam pembentukan pribadi seseorang. Lingkungan

keluarga memproses seseorang menjadi bermoral, mengenal etika, berakhlak

serta berbudi pekerti. Kebiasan-kebiasaan yang dilakukan dalam keluarga

merupakan faktor eksternal yang menentukan arah sikap dan perilaku. Dengan

demikian, kultur keluarga akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat

kecerdasan emosional seseorang Kultur lingkungan kerja merupakan bagian dari sikap, nilai, tujuan,

serta praktik-praktik yang terjadi dalam lingkungan kerja. Kebiasaan-kebiasan

yang ada dalam lingkungan kerja seperti mempertahankan kekuasaan,

komunikasi, kepekaan dan lain- lain praktis akan mempengaruhi tingkat

kecerdasan emosional guru. Sementara, kultur lingkungan masyarakat

merupakan pandangan hidup yang diukur oleh suatu kelompok masyarakat

yang mencakup cara berpikir, berperilaku, sikap, nilai yang tercermin baik

dalam wujud fisik maupun abstrak. Dalam lingkungan masyarakat seseorang

berinteraksi dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda. Seorang guru

yang memiliki potensi diri dan kemampuan berkomunikasi yang baik akan

  

berkembang bila seorang guru berada dalam lingkungan masyarakat yang

baik. Sebaliknya pada lingkungan masyarakat yang tidak baik akan

menyebabkan rendahnya tingkat inisiatif dan berdampak pada tingkat

kecerdasan emosional guru yang rendah.

  Derajat hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, kultur

lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru diduga kuat

berbeda pada jenis kelamin guru yang berbeda. Jenis kelamin dipandang

memiliki pengaruh asertivitas. Laki- laki dipandang lebih asertif daripada

perempuan. Hal demikian menyebabkan seorang guru perempuan akan lebih

sabar dalam membimbing dan mengarahkan siswa. Sementara guru laki- laki

secara signifikan akan lebih unggul dalam stabilitas emosi, dominasi,

impulsifitas, kepuasan dan keberanian diri.

  Derajat hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, kultur

lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru diduga kuat juga

akan berbeda pada guru yang memiliki locus of control yang berbeda. Guru

dengan locus of control internal memandang bahwa ia dapat mengontrol

tujuan hidupnya dengan kekuatannya sendiri. Sementara, guru dengan locus eksternal memandang bahwa ia mampu mengontrol perilakunya of control

dengan bantuan kekuatan di luar dirinya. Guru dengan kecenderungan locus

of control mempunyai keyakinan yang besar untuk memperoleh keberhasilan,

asertif, mempunyai usaha untuk maju dan mampu menggunakan ketrampilan

sosial untuk mempengaruhi lingkungan. Dengan demikian derajat hubungan

kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru diduga kuat akan lebih tinggi pada guru yang memiliki locus of control internal dibandingkan guru yang memiliki locus of eksternal. control

  Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul PENGARUH JENIS KELAMIN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN KULTUR KELUARGA, KULTUR LINGKUNGAN KERJA, DAN KULTUR LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL GURU”. Penelitian ini merupakan survei pada guru SMA di Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diketahui bahwa ada faktor- faktor yang berhubungan dengan kecerdasan emosional. Faktor- faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis yang meliputi ketrampilan emosional otak manusia sedangkan faktor psikologis meliputi keyakinan, rasa ingin tahu, niat, pengendalian diri, keterkaitan dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat (sosial). Dari berbagai faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional tersebut, penulis memfokuskan pada kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, kultur lingkungan masyarakat dengan variabel pemoderasi jenis kelamin dan locus of control.

  C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Apakah ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru?

  2. Apakah ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru?

  3. Apakah ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru?

  4. Apakah ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru?

  5. Apakah ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru?

  6. Apakah ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru? D. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru.

  2. Ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru.

  3. Ada pengaruh positif jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru.

  4. Ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru.

  5. Ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru.

  6. Ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru.

E. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu:

  1. Subjek Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dalam memperluas pengetahuan mereka tentang pentingnya kecerdasan emosional sehingga diharapkan dapat membantu guru untuk menyadari bahwa kecerdasan emosional sangat penting dalam meningkatkan profesionalitas sebagai tenaga pendidik.

  2. Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk mengadakan dan mengembangkan penelitian lanjutan dalam bidang kecerdasan emosional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kultur Keluarga

  1. Pengertian Kultur Banyak ahli mendefinisikan kultur secara berbeda-beda. The American Heritage Dictionary (dalam Kotter, 1992:4) mendefinisikan kultur sebagai:

  The totality of socially transmitted behavior patterns, arts, beliefs, institutions, and all other products of human work and thought characteristics of a community or population.

  Kultur merupakan keseluruhan pola keperilakuan manusia, seni, kepercayaan, lembaga- lembaga, dan keseluruhan hasil karya manusia yang mewujudkan karakteristik-karakteristik yang dibawa dari komunitas atau masyarakatnya.

  Tylor dalam Conrad Phillip Kottak (1991:37) mendefinisikan kultur sebagai berikut: Cultur is that complex whole which includes knowledge, belief, arts, morals, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society.

  Kultur merupakan sesuatu yang kompleks/menyeluruh mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan yang diperlukan manusia sebagai anggota masyarakat.

  Sementara itu, Hofstede (1994:5) mengartikan kultur sebagai:

A collective phenomenon, because it is at least partly shared with

people who live or lived within the same social environment,

which is there it was learned. It is collective programming of the

mind which distinguishes the members of the one group or

category of people from another.

  Kultur merupakan bentuk pemrograman mental secara kolektif yang membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok yang lainnya dalam pola pikir, perasaan, dan tindakan anggota suatu kelompok. Hofstede (1994:4) karenanya menyebutkan kultur sebagai “software of the mind ”. Sebagai bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit berubah karena telah terkristalisasi dalam lembaga yang telah mereka bangun.

  Dengan demikian kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama dalam suatu kelompok, yang mencakup pola berpikir, berperilaku, sikap nilai yang tercermin dalam wujud fisik maupun abstrak yang membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok yang lainnya.

  2. Pengertian Keluarga Yang dimaksud keluarga adalah keluarga asal anak, dimana anak dilahirkan, dibesarkan, dan hidup bersama ayah, ibu, dan saudaranya (Kartono, 1985:27). Sedangkan Paul B. Horton dalam Manurung (1995:47) mendefinisikan keluarga sebagai berikut:

  

The family is defined as a kinship grouping which provides for

  Keluarga diartikan sebagai suatu kelompok pertalian nasib

keluarga yang dapat dijadikan tempat untuk membimbing anak-anak dan

untuk pemenuhan kebutuhan hidup lainnya.

  Sementara menurut Ahmadi (1991:239), keluarga dalam bentuk

murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan

anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu

yang sama dimana saja dalam satuan masyarakat manusia. Keluarga

merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak,

yang dapat dijadikan tempat untuk membimbing anak-anak dan untuk

pemenuhan kebutuhan hidup, baik kebutuhan fisik maupun psikis.

  Dari definisi tentang kultur dan keluarga di atas, dapat disimpulkan

bahwa kultur keluarga merupakan pandangan hidup yang mencakup cara

berpikir, berperilaku, dan sikap nilai, yang diakui bersama dalam suatu

kesatuan sosial yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak, yang dapat dijadikan

tempat untuk membimbing anak-anak sekaligus sebagai tempat untuk

pemenuhan kebutuhan hidup, baik kebutuhan fisik maupun psikis.

  Sebagai tempat untuk membimbing anak, keluarga mempunyai

peranan yang sangat besar bagi perkembangan anak, baik itu fisik maupun

psikis. Dalam lingkunga n keluarga, seseorang belajar bagaimana

mengolah perasaan dirinya sendiri, bagaimana berpikir tentang perasaan

ini, menentukan pilihan-pilihan untuk bereaksi, dan bagaimana membaca

dan mengungkapkan harapan dan rasa takut. Pembelajaran tersebut

nantinya akan melahirkan pikiran, perilaku, dan sikap nilai yang tertanam dalam diri seseorang, yang merupakan cerminan dari tingkat kecerdasan emosional seseorang. Misalnya saja dalam keluarga yang mempunyai kebiasaan untuk saling bertukar pendapat mengenai kebijakan keluarga, akan melahirkan seseorang yang mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu menghormati pendapat orang lain. Selain itu, keluarga juga berperan dalam pembentukan konsep tentang keberadaan orang lain ataupun konsep tentang hal-hal yang dilihat di sekitarnya. Misalnya, jika sejak kecil seseorang telah dididik untuk menghormati orang lain, maka akan tumbuh pemahaman dalam dirinya bahwa semua orang harus dihormati.

  3. Dimens i Kultur Keluarga Kultur keluarga terbagi menjadi 4 dimensi yaitu: (a) jarak kekuasaan (power distance); (b) individualisme versus kolektivisme (individualism versus collectivism); (c) femininitas versus maskulinitas (masculinity versus femininity); (d) penghindaran ketidakpastian (uncertainty avoidance).

  Dimensi jarak kekuasaan (power distance) menunjukkan tingkatan atau sejauh mana tiap keluarga mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan diantara anggota-anggotanya. Keluarga yang memiliki budaya power distance besar akan cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau kebiasaan-kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan. Sementara keluarga yang memiliki orientasi budaya power

  

distance kecil akan berusaha untuk meminimalkan perbedaan-perbedaan

status atau mengutamakan kesejajaran (equality).

  Dimensi individualism versus collectivism mengacu pada sejauh

mana suatu keluarga mendukung tendensi individualisme atau

kolektivisme. Keluarga dengan budaya individualisme mendorong

anggota-anggotanya untuk mandiri (otonom) dan merealisasikan hak-hak

pribadinya. Sedangkan pada keluarga dengan budaya kolektivisme

menekankan kewajiban pada kelompok daripada hak-hak pribadinya.

  Keluarga dengan latar belakang budaya maskulinitas menekankan

peran laki- laki yang lebih dominan daripada perempuan. Biasanya dalam

keluarga ini bapak lebih dominan dalam menetapkan aturan-aturan dalam

keluarga (tentang hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan) dibandingkan

pihak ibu. Sementara keluarga dengan latar belakang budaya femininitas

mengutamakan nilai- nilai kesederhanaan, kerendahan hati, dan

kesetiakawanaan. Oleh karena itu dalam hubungan antar anggota keluarga,

orang tua tidak menghendaki adanya perbedaan-perbedaan yang tampak

diantara mereka (misalnya: kerja-tidak kerja).

  Sedangkan dimensi masculinity versus femininity menunjukkan

sejauh mana suatu keluarga berpegang teguh pada peran gender atau nilai-

nilai seksual tradisional yang didasarkan pada perbedaan biologis.

  Sementara itu dalam dimensi penghindaran ketidakpastian

(uncertainty avoidance) menunjuk sejauh mana pandangan anggota

keluarga dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Keluarga dengan latar

  

budaya uncertainty avoidance kuat merasa terancam dengan

ketidakpastian sehingga akan berusaha menciptakan mekanisme untuk

mengurangi risiko. Lain halnya dengan keluarga yang memiliki orientasi

budaya uncertainty avoidance lemah toleransi terhadap situasi tidak pasti

akan menjadi lebih tinggi.

  Dimensi jarak kekuasaan (power distance) mencakup indikator

antara lain: kekuasaan orang tua atas aturan, kepatuhan/rasa hormat

terhadap orang tua atau terhadap anggota keluarga lain yang lebih tua

ataupun ketergantungan pada orang tua, kebiasaan dalam meminimalkan

perbedaan status. Dimensi individualisme versus kolektivisme

(individualism versus collectivism) mencakup indikator antara lain:

kebebasan untuk menyatakan pendapat, loyalitas pada anggota keluarga

yang lain, keleluasaan untuk mandiri keterikatan sosial satu sama lain

dalam keluarga, kebutuhan untuk berkomunikasi, dan perasaan yang

muncul akibat pelanggaran atas suatu aturan/norma tertentu. Sedangkan

pada dimensi maskulinitas versus femininitas (masculinity versus

femininity ) mencakup indikator antara lain: peran ayah lebih dominan

daripada peran ibu, keluarga menjunjung tinggi sikap kemandirian setiap

anggota keluarga, keinginan yang sama (baik laki- laki maupun

perempuan), dan orang tua bersikap untuk selalu menjaga hubungan antar

anggota keluarga. Dimensi penghindaran atas ketidakpastian (uncertainty

avoidance ) mencakup indikator yang meliputi: ketidakpastian hidup

sebagai sesuatu yang normal, perasaan tidak nyaman dalam menghadapi ketidakpastian antar anggota keluarga, dan aturan yang ketat tentang hal yang buruk atau tabu.