IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TENTANG KEMAGNETAN PADA SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TENTANG KEMAGNETAN

  

PADA SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA

SKRIPSI:

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Fisika

  

Disusun oleh :

  Diana Budi Ratna Sari NIM. 011424014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

  

ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

“Setiap orang ada malaikat yang di depan dan di belakangnya yang

memantaunya atas perintah Allah SWT. Sungguh, Allah SWT tidak

akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri mengubah

dirinya. Dan apabila Allah SWT menghendaki keburukan suatu

kaum, tidak ada yang mampu untuk menolaknya dan tidak ada

pelindung bagi mereka kecuali Allah SWT”.

  

(Ar. Ra’ad: 11)

Skripsi ini aku persembahkan kepada: Bapak Sukirno dan ibu Umi Aminati,

  Mbak Lusy dan mas Teguh, Keponakanku Emir Niam Anfaunnas Almamaterku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRAK

  

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TENTANG KEMAGNETAN PADA

SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA

Diana Budi Ratna Sari.Identifikasi miskonsepsi tentang Kemagnetan Pada

Siswa Kelas X SMA GAMA Yogyakarta”. Program Studi Pendidikan Fisika,

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2006.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejauh mana miskonsepsi terkait kemagnetan yang terjadi pada siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta, (2) dalam hal apa sajakah miskonsepsi terkait kemagnetan yang terjadi pada siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta.

  Penelitian dilaksanakan di SMA GAMA Yogyakarta pada bulan september 2006, dengan subyek partisipan 25 siswa kelas XA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) soal tes berupa multiple choice dengan reasoning terbuka untuk mengetahui miskonsepsi terkait kemagnetan apa saja yang terjadi, (2) keyakinan jawaban siswa berdasarkan CRI (Certainty of Response Indeks) untuk mengetahui tingkat keyakinan berdasarkan jawaban siswa.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi miskonsepsi pada konsep (1) pengertian magnet, (2) interaksi benda yang didekatkan dengan magnet, (3) jenis- jenis benda magnetik, (4) magnet buatan, (5) sifat-sifat magnet, (6) magnet bumi, (7) medan magnet, (8) garis gaya magnet, (9) elektromagnetik dan, (10) gaya lorentz.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

  

IDENTIFICATION OF MISCONCEPTION ON MAGNETISM OF

STUDENTS AT GRADE X, GAMA SENIOR HIGH SCHOOL

YOGYAKARTA

Diana Budi Ratna Sari. Identification Of Magnetism of Students at Grade X,

  GAMA Senior High School Yogyakarta. Physics Education Study Program, Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education Sanata Dharma University, Yogyakarta. 2006.

  The purpose of the research is to know: (1) how far a misconseption related magnetism happened on students at grade X of GAMA Senior High School Yogyakarta, (2) what kinds of misconception on magnetism happened on students at grade X of GAMA Senior High School Yogyakarta.

  The research was done at the GAMA Senior High School Yogyakarta in September 2006, with 25 participant subjects at grade XA. The instruments in this research were: (1) material testing in the form of multiple choice with open reasoning to know any misconception related to what kinds of magnetism happened, (2) certainty of students in answering based on a CRI (Certainty of Response Index) to know the certainty rates based on the students answers.

  The result of the research that misconception on magnetism happened on concept of (1) magnetic understanding, (2) interactions of objects that were brought closer to magnet, (3) kinds of magnetic things, (4) artificial magnet, (5) properties of magnet, (6) ground magnet, (7) magnetic field, (8) magnetic force line, (9) electromagnetic and, (10) Lorentz power.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmad dan hidayahNya, sehingga penelitian dengan judul “Identifikasi Miskonsepsi tentang Kemagnetan Pada Siswa Kelas X SMA GAMA Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik.

  Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bantuan, gagasan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Drs. A. Atmadi, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

  2. Segenap Dosen dan Karyawan Universitas Sanata Dharma, khususnya Bapak Sunarjo dan Bapak Aloysius Sugeng yang telah mengabdikan diri untuk memberikan pelayanan terbaik bagi mahasiswa JPMIPA.

  3. Dra. Sun Lestari selaku Kepala Sekolah SMA GAMA Yogyakarta, atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

  4. Dra. Parjilah selaku guru Fisika kelas X SMA GAMA Yogyakarta atas bimbingan dan masukannya dalam pelaksanaan penelitian ini.

  5. Bapak dan Ibu tercinta, mbak Lusy dan mas Teguh dan keponakanku Emir yang telah mengiringiku dalam doa, semangat, dan biaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6. Keluarga besar Baedi dan Wiro Suwito yang telah menyayangi dan mendoakanku.

  7. M. Irkham Khaidir atas dukungan dan perhatiannya.

  8. Keluarga baruku di kos ”Birds Castle”: Susana, Lia, Siska, Vita, dan Irma atas dorongan dan persaudaraannya.

  9. Sahabat-sahabatku tersayang: Maria Rosalina dan Sri Mujiati yang telah memberikan banyak arti persahabatan untukku.

  10. Teman-teman seangkatan P Fis 01: Bayu, Esti, Lusy, Mas Hari, Ida, Sapto, Hema, Deni, Yanti, Tyas, Desi, Grace....makasih atas kebersamaan kita selama di Sanata Dharma.

  11. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan caranya tersendiri telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun guna mengembangkan tugas akhir penulis, sehingga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

  Yogyakarta, 21 Mei 2007 Diana Budi Ratna Sari

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..................................................................... v ABSTRAK.................................................................................................................. vi ABSTACT.................................................................................................................... vii

  KATA PENGANTAR................................................................................................ viii DAFTAR ISI............................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xiv DAFTAR TABEL...................................................................................................... xv

  BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................... xvi A. Latar Belakang Masalah...........................................................................

  1 B. Pembatasan Masalah................................................................................

  3 C. Rumusan Masalah..................................................................................... 3

  D. Tujuan....................................................................................................... 3

  E. Manfaat.................................................................................................... 4

  BAB II. DASAR TEORI............................................................................................ 5 A. Hakikat Fisika........................................................................................... 5 B. Konsep...................................................................................................... 6 C. Memahami Konsep................................................................................... 8 D. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Kontruksivisme..................................... 10 E. Miskonsepsi.............................................................................................. 11 F. Identifikasi dan Remidiasi Miskonsepsi..................................................

  12 G. Konsep tentang Kemagnetan.................................................................... 14

  1. Magnet................................................................................................ 14 2. Sifat-sifat Magnet...............................................................................

  15

  3. Medan Magnet Alam.......................................................................... 16

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4. Magnet Bumi.......................................................................................

  17

  5. Medan Magnet.................................................................................... 17 6. Gaya Lorentz.....................................................................................

  18 7. Peta Konsep......................................................................................

  19 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.................................................................. 20

  A. Jenis Penelitian................................................................................................ 20 B. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................

  20 C. Subyek Partisipan........................................................................................

  20 D. Metode Pengumpulan Data............................................................................

  20 E. Penyusunan Instrumen...................................................................................

  21 F. Kualitas Instrumen.........................................................................................

  23 G. Metode Analisis Data...................................................................................... 24 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................

  27 A. Hasil dan Analisis Data.................................................................................

  27 B. Pembahasan...................................................................................................

  33 BAB V. PENUTUP.....................................................................................................

  41 A. Kesimpulan..................................................................................................... 41

  B. Saran................................................................................................................ 43 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 45 LAMPIRAN................................................................................................................ 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Hal Lampiran 1 Rancangan penyusunan soal untuk mengetahui

  49 miskonsepsi tentang kemagnetan Lampiran2 Soal-soal yang digunakan untuk mendeteksi

  61 miskonsepsi Lampiran 3 Keyakinan jawaban siswa berdasarkan skala CRI

  69 Lampiran 4 Lembar jawaban keyakinan siswa berdasarkan skala

  70 CRI Lampiran 5 Data dan hasil prosentase jumlah siswa berdasarkan

  71 skala CRI Lampiran 6 Kunci jawaban dan variasi jawaban siswa

  73 Lampiran 7 Daftar nama siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta

  78

  DAFTAR TABEL

  Hal Tabel 1 Konsep kemagnetan dalam soal

  21 Tabel 2 Contoh soal tes untuk mengidentifikasi miskonsepsi

  22 Tabel 3 Skala keyakinan siswa berdasarkan CRI

  24 Tabel 4 Kriteria pengelompokan siswa berdasarkan CRI

  25 Tabel 5 Prosentase jumlah siswa berdasarkan CRI

  27 Tabel 6 Konsep yang benar dan variasi miskonsepsi siswa

  28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filsafat konstruktivisme secara singkat menyatakan bahwa

  pengetahuan itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari (Suparno, 1997).

  Karena siswa sendiri mengkonstruksi pengetahuannya, tidak mustahil terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi ini karena siswa belum terbiasa mengkonstruksi konsep fisika secara tepat dan belum mempunyai kerangka ilmiah sebagai patokan.

  Siswa dapat saja memiliki pengetahuan awal sebelum mereka mengikuti pembelajaran formal di sekolah. Terkadang konsep awal yang sudah mereka dapatkan dari lingkungannya tidak sesuai dengan konsep pengetahuan ilmiah. Misalnya, pada saat siswa SD ditanya mengenai manakah yang lebih besar antara bumi dan matahari, mereka menjawab bumi karena dalam kehidupan sehari-hari siswa tersebut melihat matahari lebih kecil, padahal yang benar adalah bumi lebih kecil daripada matahari.

  Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Bentuknya dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif (Suparno, 1997).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Menurut Jean Piaget (Thorley dan Treagust, 1988), jika proses asimilasi dan akomodasi dalam individu terjadi tidak dalam kondisi keseimbangan mental dapat menimbulkan kesulitan dalam pembentukan konsep dan bahkan dapat terjadi miskonsepsi. Penyampaian informasi yang kurang jelas dan kurang lengkap yang diterima oleh siswa dalam proses belajar juga diduga sebagai penyebab terjadinya miskonsepsi, bahkan pemilihan strategi pengajaran yang kurang tepat dapat juga mengganggu proses berfikir siswa dan menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep fisika yang dipelajari. Dengan demikian apabila guru berkeinginan untuk mengatasi kesulitan siswa terutama yang mempunyai miskonsepsi, diperlukan pendeteksian miskonsepsi yang benar.

  Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains seperti fisika, biologi, kimia, dan astronomi (Suparno, 2005). Dalam bidang fisika miskonsepsi juga sering terjadi. Seperti yang telah diteliti, miskonsepsi terjadi pada konsep mekanika, listrik dan magnet, panas, optika dan sifat-sifat materi, bumi dan antariksa, serta fisika modern.

  Menurut Suparno (2005), miskonsepsi dapat dideteksi melalui berbagai macam cara yaitu dengan peta konsep, tes pilihan ganda (multiple choice), tes essai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, dan praktikum dengan tanya jawab.

  Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui miskonsepsi dalam bidang fisika, khususnya tentang kemagnetan, dalam hal apa sajakah miskonsepsi tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  terjadi sehingga dapat dijadikan bahan untuk meluruskan konsep yang belum benar pada siswa.

  B. Pembatasan Masalah

  Dalam penelitian ini penulis hanya akan membatasi pada identifikasi miskonsepsi fisika tentang kemagnetan.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

  1. Apakah telah terjadi miskonsepsi tentang kemagnetan pada siswa kelas

  X SMA GAMA Yogyakarta ?

  2. Dalam hal apa sajakah miskonsepsi terkait kemagnetan yang terjadi pada siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta ?

  D. Tujuan

  Tujuan dari penelitian ini adalah :

  1. Mengetahui sejauh mana miskonsepsi terkait kemagnetan yang terjadi pada siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta

  2. Mengetahui miskonsepsi terkait kemagnetan apa saja yang terjadi pada siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Manfaat

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, bagi siswa dan bagi peneliti.

  1. Bagi guru Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru bahwa miskonsepsi masih banyak terjadi, dan supaya mendapatkan perhatian yang serius agar tidak terulang lagi dengan merancang metode pengajaran yang tepat.

  2. Bagi siswa Diharapkan dengan hasil penelitian ini siswa dapat menyadari miskonsepsi yang terjadi pada dirinya dan dapat memperbaikinya.

  3. Bagi peneliti Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengajaran kelak pada saat peneliti menjadi pengajar, dan dijadikan sebagai pertimbangan dalam memilih metode mengajar yang sesuai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II DASAR TEORI A. Hakikat Fisika Salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) adalah Fisika. Fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakikat sains. Conant

  (sebagaimana dikutip oleh Kartika Budi, 1998: 161) mendefinisikan sains adalah bangunan antar deretan konsep dan skema konseptual (conceptual

  schemes ) yang saling berhubungan sebagai hasil eksperimentasi dan

  observasi. Selanjutnya menurut Dawson (sebagaimana dikutip oleh Kartika Budi, 1998: 161) sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam di sekelilingnya dan keinginan untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan. Menurut Campbell (sebagaimana dikutip oleh Kartika Budi, 1998: 161), sains adalah pengetahuan (knowledge) yang bermanfaat dan praktis serta cara atau metode untuk memperolehnya.

  Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sains adalah suatu pengetahuan yang dibangun berdasarkan observasi dan hasil eksperimen tentang alam semesta melalui suatu metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip- prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan (Depdiknas, 2003: 1).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Fisika juga digolongkan sebagai ilmu pengetahuan alami (natural

  science ) murni di mana fisika merupakan suatu ilmu yang mempelajari semua

  gejala alam. Gejala alam itu sendiri tidak lain adalah sains yang di dalamnya memuat fakta, konsep, teori dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam.

  Mempelajari fisika tidak akan terlepas dari metode ilmiah yang secara garis besar memuat pengamatan atau observasi, hipotesis, ramalan dan pengujian (Suparno, 1987: 155-156).

B. Konsep

  Konsep adalah gambaran mental tentang sesuatu (Kartika Budi, 1987: 234). Gambaran mental itu diperoleh melalui generalisasi dari contoh-contoh, data-data dan peristiwa-peristiwa khusus. Dalam pembelajaran fisika konsep dapat berupa obyek (benda), gejala, situasi (kondisi), sifat-sifat, dan atribut dari suatu obyek (Euwe van Den Berg, 1991: 8). Konsep sebagai gambaran mental terbentuk sebagai hasil aktivitas manusia baik mental maupun fisik. Konsep sendiri merupakan hasil akhir dari persepsi. Untuk membedakan konsep yang satu dengan yang lain, konsep itu harus mengugkapkan anggota- anggotanya.

  Konsep dapat dikelompokan berdasarkan bentuk dan tingkatannya (Amien, 1979). Menurut bentuknya konsep dapat dibagi menjadi konsep klasifikasi, konsep korelasi, dan konsep teoretis. Konsep klasifikasi adalah konsep yang merupakan kelas tertentu yang memiliki banyak anggota, terbentuk melalui klasifikasi atas dasar ciri-ciri yang sama yang terdapat pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  setiap anggota dan mengabaikan hal-hal yang tidak sama. Contoh konsep klasifikasi adalah konsep zat padat, zat cair, dan zat gas. Konsep korelasi adalah konsep yang menyatakan hubungan antara beberapa konsep dan terbentuk dari beberapa kejadian khusus yang saling berhubungan. Contoh konsep korelasi adalah “bila suhu naik tekanan berubah”. Konsep teoretis adalah konsep yang menunjuk pada teori tertentu. Konsep tersebut muncul atau terbentuk karena keinginan para ilmuan untuk mengungkap dan menjelaskan gejala-gejala alam yang ada lebih-lebih yang kompleks. Misalnya konsep foton, struktur atom menurut Bohr, dan sebagainya.

  Konsep menurut tingkatannya dibedakan menjadi konsep kongkret dan konsep generalisasi. Konsep kongkret adalah konsep yang dibentuk dari pemahaman langsung indera. Konsep ini merupakan dasar dari pembentukan konsep-konsep yang lebih tinggi. Konsep generalisasi adalah konsep yang merupakan kesimpulan dari pengalaman-pengalaman kongkret mengenai konsep-konsep kongkrit misalnya kita dapat berkomunikasi dengan teman, maka akan muncul rasa atau konsep kepuasan, kebahagiaan dan kekecewaan. Agar konsep abstrak terbentuk harus terpenuhi kondisi-kondisi tertentu yang lain atau tersusun dari beberapa konsep. Konsep yang demikian disebut konsep sintesis. Sebaliknya, konsep yang merupakan komponen konsep sintesis disebut konsep analisis.

  Selain berdasarkan bentuk dan tingkatan, konsep juga dibedakan atas konsep fisis, konsep logika matematis, dan konsep filosofis (Kartika Budi, 1992). Konsep fisis adalah konsep yang berkaitan langsung atau mengacu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pada obyeknya (benda, besaran, proses dari benda atau besaran, relasi antar besaran). Konsep logika matematis adalah konsep yang tidak berkaitan langsung dengan obyeknya, namun mengacu pada perilaku dan operasi dalam penanganan obyek. Misalnya: dadu, massa dadu, warna dadu, dan bentuk dadu, semuanya merupakan konsep fisis dadu, sedangkan jumlah dadu baik dihitung dari kiri maupun kanan yang menghasilkan konsep komutatif penjumlahan, disebut konsep logika matematis. Konsep filosofis adalah konsep yang berhubungan dengan kuantitas, misalnya baik, indah, jujur, bijaksana dan sebagainya. Konsep filosofis pada umumnya dapat dibedakan menurut derajatnya, misalnya konsep baik dapat dibedakan menjadi kurang baik, lebih baik, agak baik dan sebagainya.

  Dalam pembelajaran fisika yang kita hadapi adalah konsep-konsep fisis sedangkan konsep logika matematis merupakan alat. Untuk itu perlu disadari agar kegiatan belajar mengajar tidak bergeser menjadi kegiatan belajar matematika. Konsep fisika yang kita hadapi dapat berupa konsep- konsep fisis karena yang ditanamkan pada terdidik kebanyakan besaran- besaran fisis beserta relasi dan sifat-sifatnya.

C. Memahami konsep

  Proses belajar-mengajar di sekolah memiliki banyak tujuan yang salah satunya adalah agar siswa memahami konsep yang telah dipelajari. Menurut Kartika Budi (1992) beberapa indikator yang menunjukan pemahaman seseorang akan suatu konsep antara lain (1) dapat menyatakan konsep dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, (2) dapat menjelaskan makna dari konsep yang berkaitan kepada orang lain, (3) dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum, (4) dapat menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus (b) untuk memecahkan masalah-masalah fisika baik secara teoretis maupun praktis (c) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi, (5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan cepat, (6) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan, (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah, dan dapat membuat peta konsep dari konsep- konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.

  Menurut Bloom (dalam Nana Sudjana: 1990) tujuan pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga aspek, yaitu: (a) aspek kognitif, (b) aspek afektif, dan (c) aspek psikomotorik. Pemahaman termasuk aspek kognitif, karena berhubungan dengan hasil belajar intelegensia. Hasil belajar intelegensia dapat dikategorikan menjadi enam tingkat (menurut Bloom, dalam Iskandar, 1997: 96) yaitu: pengetahuan tentang fakta-fakta dan prinsip- prinsip, pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide), penerapan (menerapkan fakta dan ide pada situasi baru), analisis (memecahkan atau membagi konsep dalam bagian-bagiannya kemudian melihat hubungannya satu sama lain), sintesis (mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide), dan evaluasi (menentukan nilai dari fakta-fakta dan ide-ide). Pengetahuan dan pemahaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dikategorikan golongan berpikir tingkat rendah, sedangkan empat hasil belajar yang lain dikategorikan golongan berpikir tingkat tinggi.

D. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Konstruktivisme

  Suparno dalam bukunya “Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika” memaparkan bahwa miskonsepsi pada siswa dapat dijelaskan dengan filsafat konstruktivisme. Filsafat konstruktivisme secara singkat menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari. Oleh karena siswa sediri yang mengkonstruksikan pengetahuannya, maka tidak mustahil terdapat kesalahan dalam mengkonstruksinya.

  Penyebabnya adalah siswa belum terbiasa mengkonstruksi konsep fisika secara tepat dan konsep tersebut tidak sesuai dengan kerangka ilmiah sebagai patokan.

  Siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, sebelum mengikuti pelajaran formal di sekolah. Mereka memiliki pengalaman yang diambil dari lingkungannya. Ini disebut prakonsepsi atau konsep awal siswa. Misalnya sebelum siswa belajar mengenai “gerak” secara formal di sekolah mereka mengalami peristiwa gerak dalam kehidupan mereka sendiri. Kadang pengetahuan awal yang mereka punyai tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah atau tidak sesuai dengan pengertian para pakar. Inilah yang menyebabkan tejadinya miskonsepsi pada siswa. Pada saat siswa berhadapan dengan konsep yang benar kadang konsep yang mereka dapat berdasarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pengalaman dan tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Miskonsepsi dapat diluruskan meskipun kadang sulit.

  Menurut Suparno (2005) dalam pengertian konstruktivisme tampak jelas bahwa miskonsepsi merupakan hal yang wajar dalam pembentukan pengetahuan oleh seseorang yang sedang belajar. Adanya miskonsepsi menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan bentukan siswa sendiri. Dengan adanya miskonsepsi pada siswa guru dituntut untuk membantu siswa mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga miskonsepsi dapat dikurangi.

E. Miskonsepsi

  Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada salah satu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para pakar dalam bidang itu (Suparno, 2005: 4). Bentuknya dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antar konsep-konsep, gagasan intuitif, atau pandangan yang naif. Novak (sebagaimana dikutip oleh Suparno 2005) mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak diterima. Brown (sebagaimana dikutip oleh Suparno 2005) menjelaskan miskonsepsi suatu pandangan yang naif dan mendefinisikan suatu gagasan yang tidak cocok dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Feldsine (sebagaimana dikutip oleh Suparno 2005) menemukan miskonsepsi sebagai salah satu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep. Fowler (sebagaimana dikutip oleh Suparno

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2005) menjelaskan lebih rinci mengenai arti miskonsepsi, ia memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep- konsep yang berbeda dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar.

  Menurut Clement (sebagaimana dikutip oleh suparno 2005) jenis miskonsepsi yang banyak terjadi adalah, bukan pengertian yang salah selama proses belajar mengajar, tetapi suatu konsep awal (prakonsepsi) yang dibawa siswa ke kelas formal. Pengetahuan awal dibentuk siswa melalui pengalaman di lingkungannya. Sebelum mengikuti pelajaran formal di sekolah, mereka sudah memiliki konsep mengenai konsep-konsep fisika. Misalnya siswa beranggapan bahwa bila panas diberikan kepada air mendidih, maka suhu air mendidih itu akan bertambah (Zarour dalam Paul Suparno, 2005). Padahal yang benar adalah suhu air tetap sampai semuanya menjadi gas. Dengan kata lain, dalam proses perubahan wujud, suhu tetap meski panas diberikan.

  Menurut Suparno (2005) beberapa faktor yang memungkinkan adanya miskonsepsi adalah siswa itu sendiri (konsepsi awal sebelum pelajaran, pengalaman, kemampuan dan minat), guru yang juga punya salah pengertian dan salah mengajar, dan buku yang digunakan. Di samping itu dapat pula dikarenakan materi terlalu kompleks dan tidak sesuai dengan perkembangan berfikir siswa atau materi yang dibahas sangat asing dengan pengalaman sehari-hari siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. Identifikasi dan Remidiasi Miskonsepsi

  Menurut Kartika Budi dalam tulisannya yang berjudul Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi yang Terjadi (1992), miskonsepsi dapat dideteksi atau diidentifikasi melalui langkah-langkah: (1) hakikat atau makna suatu konsep dipahami dengan baik dan dinyatakan dengan jelas, (2) berdasarkan pemahaman yang benar tersebut dicari kemungkinan- kemungkinan salah konsepsi yang terjadi, (3) berdasarkan kemungkinan salah konsepsi yang dapat terjadi, disusun soal (dapat berbentuk uraian bebas, isian singkat, maupun pilihan berganda) yang memungkinkan kesalahan dapat dideteksi, dan (4) setelah tes dilaksanakan (dapat secara lisan maupun tertulis), hasil dianalisis untuk mengetahui secara tepat kesalahan-kesalahan yang sungguh terjadi.

  Selain cara pengidentifikasian di atas, Suparno dalam bukunya yang berjudul Miskonsepsi dan Perubahan Konsep yang Terjadi, menyatakan bahwa miskonsepsi juga dapat dideteksi dengan berbagai macam cara (1) peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antar konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok yang disusun secara hirarkis. Miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan melihat apakah hubungan antar konsep itu benar atau salah, (2) tes pilihan ganda (multiple choice) dengan pertanyaan terbuka di mana siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu. Jawaban-jawaban yang salah dalam pilihan ganda ini selanjutnya dijadikan bahan tes berikutnya, (3) tes esai tertulis, (4) wawancara diagnosis, dapat berbentuk bebas dan terstruktur, di mana guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  atau peneliti bebas bertanya pada siswa dan siswa pun bebas menjawab, (5) diskusi dalam kelas, (6) praktikum dengan tanya jawab, di mana selama praktikum guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam konsep tersebut.

G. Konsep Tentang Kemagnetan 1. Magnet

  Kata magnet diduga berasal dari kata magnesia yaitu nama daerah di Asia kecil. Di daerah itu, menurut dongeng kira-kira 4000 tahun yang lalu, ditemukan suatu jenis batu yang mempunyai sifat dapat menarik besi, baja atau campuran logam lainnya. Magnet adalah sejenis logam yang dapat menarik benda-benda logam jenis tertentu.

  Benda dapat dibedakan menjadi dua:

  1. Benda magnetik, yaitu benda yang dapat ditarik dengan kuat oleh magnet serta dapat dimagnetkan. Benda magnetik disebut juga feromagnetik. Misalnya: paku, pines, peniti, penjepit kertas, dan besi.

  2. Benda nonmagnetik, yaitu benda yang ditarik dengan lemah atau tidak dapat ditarik oleh magnet. Benda nonmagnetik dibagi menjadi dua: a) Paramagnetik, yaitu bahan yang ditarik lemah oleh magnet.

  Misalnya: aluminium, platina, dan udara.

  b) Diamagnetik, yaitu benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet.

  Misalnya bismuth, seng, perak, air, tembaga, dan emas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Berdasarkan asal usulnya, magnet dibagi menjadi dua:

  a) Magnet alam adalah magnet yang ditemukan atau terbentuknya di alam dengan sendirinya.

  b) Magnet buatan adalah magnet yang sengaja dibuat manusia untuk keperluan tertentu. Magnet buatan dibedakan menjadi dua yaitu magnet tetap atau permanen dan magnet sementara. Cara membuat magnet buatan:

  1. Menggosok benda dengan magnet Cara ini dilakukan dengan menggosok benda yang akan dibuat magnet, misalnya besi atau baja, dengan magnet permanen.

  2. Membuat magnet dengan cara induksi Membuat magnet dengan cara induksi adalah dengan mendekatkan magnet pada benda tertentu sehingga benda tersebut dapat bersifat magnet.

  3. Membuat magnet dengan arus listrik Magnet yang terjadi karena arus listrik disebut magnet listrik atau elektromagnetik. Kuat medan elektromagnet dipengaruhi oleh faktor- faktor yaitu kuat arus dan banyaknya lilitan. Makin kuat arus makin kuat medan magnet dan makin banyak lilitan makin kuat juga medan magnetnya. Elektromagnet digunakan dalam bel listrik, peswat telefon, dan saklar jarak jauh atau relay.

  Magnet yang terjadi karena arus listrik disebut elektromagnet.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Apabila magnet didekatkan dengan benda yang memiliki sifat kemagnetan, magnet tersebut akan menarik benda-benda di sekitar magnet tersebut. Gaya tarik yang paling kuat terletak pada kutub-kutub magnet.

  b) Gaya tarik magnet dapat menembus benda Gaya tarik ini dapat terjadi apabila sebuah magnet diletakan pada kertas dan pada sebaliknya diletakan serbuk besi. Serbuk besi tersebut akan mengikuti arah magnet yang digerakan.

  c) Magnet mempunyai dua kutub Bagian magnet yang gayanya paling kuat disebut kutub magnet. Magnet selalu memiliki dua kutub. Pada magnet batang, yang merupakan kutub adalah ujung-ujungnya. Pada magnet keping, yang merupakan kutubnya adalah kedua permukaan yang lebar. Pada magnet jarum, magnet U, dan magnet ladam, kutub-kutubnya adalah ujung-ujungnya. Sifat kemagnetan akan hilang apabila dipukul-pukul dengan keras.

  Magnet dapat menarik logam tertentu. Ini berarti magnet dapat melakukan gaya pada logam tertentu atau magnet lain. Gaya yang dilakukan magnet disebut gaya magnet. Bagian magnet yang memiliki gaya paling kuat disebut kutub magnet. Magnet memiliki dua kutub. Dalam kedaan bebas bergerak magnet batang selalu mengarah utara selatan. Yang mengarah ke 2.

   Sifat-sifat magnet

  a) Magnet mempunyai gaya tarik

3. Medan magnet alam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  utara dinamakan kutub utara (U) dan yang mengarah ke selatan disebut kutub selatan (S). Magnet batang betapapun kecilnya selalu mengarah ke kutub utara dan selatan. Dapat ditunjukan dengan mudah bahwa antar kutub senama dua magnet terjadi gaya saling tolak menolak sedangkan antar kutub tak senama tarik menarik.

  4. Magnet Bumi

  Magnet batang yang dapat bergerak bebas selalu mengarah utara selatan. Hal tersebut dapat terjadi karena ada magnet lain yang menariknya, yaitu magnet bumi.

  Bumi bersifat magnet karena bumi mengandung berbagai macam logam yang bersifat magnet, sehingga secara keseluruhan bumi menjadi magnet raksasa.

  5. Medan Magnet

  Sebuah magnet akan membangkitkan medan magnet dalam ruangan di sekitar magnet tersebut.

  Medan magnet adalah ruangan yang memiliki sifat membuat magnet lain yang diletakan di setiap titik dalam ruangan tersebut mengalami gaya magnet. Adanya medan magnet digambarkan dengan garis medan magnet.

  Garis medan magnet adalah garis (lurus/lengkung) yang memiliki sifat di setiap titik gaya magnetnya berimpit dengan garis singgungnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Tiga aturan tentang garis-garis medan magnet: 1. Garis-garis medan magnet tidak pernah berpotongan.

  2. Garis-garis medan magnet selalu mengarah radikal keluar menjauhi kutub utara dan mengarah radikal ke kutub selatan.

  3. Tempat di mana garis-garis medan rapat menyatakan medan magnet yang kuat, sebaliknya tempat di mana garis-garis medan renggang menyatakan medan magnet yang lemah.

  Berdasarkan sifat gaya interaksinya, maka arah garis medan magnet adalah dari kutub utara menuju kutub selatan di luar magnet.

6. Gaya Lorentz

  Gaya Lorentz adalah gaya yang dialami oleh kawat atau pita berarus dalam medan magnet.

  Syarat adanya gaya lorentz adalah ada kawat atau pita berarus listrik dan kawat atau pita tersebut berada dalam medan magnet.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya gaya lorentz adalah sebagai berikut: a. makin kuat arus dalam kawat, makin besar gaya lorentz

  b. makin kuat medan magnet di mana kawat itu berada, makin besar juga gaya lorentznya.

  c. Besarnya gaya lorentz juga dipengaruhi oleh panjang kawat yang berada dalam medan magnet.

7. Peta Konsep

  • Benda Bumi berupa Magnet Gaya magnet Menimbulkan Benda bukan magnet Medan magnet Garis gaya

  magnet Kutub magnet Kutub utara Kutub Selatan

  M e m b ang k itk an

  Menimbulkan Memiliki Meliputi Meliputi Tarik - ik Digambarkan dengan Benda magnetik

  Benda bukan magnetik Dapat berupa Dapat berupa Bekerja pada

  Dapat berupa Dapat berupa berupa Gaya tolak menolak

  Gaya tarik menarik Kutub senama

  Kutub tak senama B ekerja p ada B e ke rja p ada

  Arus listrik Medan elektromagnet Medan magnet Gaya lorentz Kawat berarus Garis gaya

  Dapat berupa Bekerja pada Menimbulkan Dinyatakan d Menimbulkan

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Termasuk

  penelitian kuantitatif karena data miskonsepsi yang diteliti dinyatakan dalam persen. Deskripsi digunakan untuk memaparkan atau menjelaskan bagaimana miskonsepsi siswa.

  Dalam penelitian ini, digunakan studi kasus yaitu penelitian terhadap suatu subyek, keadaan atau kejadian khusus. Bahan yang diteliti kecil lingkupnya, sehingga hasil penelitian ini hanya berlaku terbatas pada siswa yang diteliti saja. Kesimpulan yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan pada keadaan di luar kasus yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

  Tempat : SMA GAMA Yogyakarta Waktu : Dilaksanakan pada semester I, yaitu pada bulan september 2006 C.

   Subyek Partisipan

  Siswa kelas X A yang berjumlah 25 siswa D.

   Metode Pengumpulan Data

  Data dikumpulkan dengan menggunakan soal tes yang diberikan kepada siswa. Tes diberikan kepada siswa untuk mencari atau melihat sejauh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  10, No. 11, No. 12, No.13, No. 14, No. 15, No.16

  10 No. 26, No.27 , No. 28 Gaya Lorentz

  Elektromagnetik

  9 No. 22, No. 23, No.24, No. 25

  8 No. 19, No. 20, No. 21 Garis gaya magnet

  7 No. 18 Medan magnet

  6 No. 17 Magnet bumi

  Sifat-sifat magnet

  mana miskonsepsi yang terjadi, bukan untuk menentukan keberhasilan atau prestasi belajar siswa.

  E. Penyusunan Instrumen Instrumen penelitian yang dipakai terdiri dari :

  4 No. 5, No. 6 Cara membuat magnet buatan

  3 No. 4 Jenis-jenis benda magnetik

  2 No. 2, No.3 Interaksi benda yang di dekatkan dengan magnet

  1 Pengertian magnet

  Tabel 1. Konsep Kemagnetan dalam soal No Soal Konsep Kemagnetan 1 No.

  terbuka. Soal-soal disusun berdasarkan indikator yang telah disusun penulis dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing (lampiran 1). Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 25 soal, setiap soalnya mengandung konsep-konsep kemagnetan berdasarkan peta konsep.

  reasoning

  1. Soal Tes Soal tes dalam penelitian ini berupa soal multiple choice dengan

  5 No. 7, No. 8, No. 9, No.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Tabel 2. Contoh soal tes untuk mengidentifikasi miskonsepsi Konsep /prinsip Miskonsepsi yang mungkin terjadi

  Alat ukur Benda magnetik, yaitu benda yang dapat ditarik dengan kuat oleh magnet serta dapat dimagnetkan. Benda magnetik disebut juga Feromagnetik. Misalnya: paku, pines, peniti, penjepit kertas.

  Semua jenis logam ditarik magnet (Twiest and Twiest dalam Paul Suparno, 2005)

  1.Manakah dari benda-benda di bawah ini yang dapat ditarik kuat oleh magnet….

  a. paku dan pines

  b. paku dan air c.

  Aluminium dan paku Alasan …..

  2. Keyakinan jawaban siswa berdasarkan CRI Penelitian ini juga dilengkapi dengan CRI (Certainty of Response

  Indek) pada setiap item soal untuk mengetahui tingkat keyakinan jawaban

  siswa. Selain itu, CRI juga digunakan untuk membedakan jawaban tes antara siswa yang menjawab karena menerka, kekurangan pengetahuan, miskonsepsi, dan siswa yang benar- benar mengerti konsep (Hasan, S.; Bayoko; & Kelly, E.L.; 1999: 294 dan Masril, Asma, 2002) Keyakinan jawaban siswa dilihat berdasarkan CRI untuk setiap item soal sebagai berikut : Dalam menjawab soal tersebut, saya :

  a. Sepenuhnya menerka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  b. Menerka dengan mempertimbangkan pengetahuan yang saya miliki

  c. Menggunakan pengetahuan dan pikiran tetapi tidak yakin dengan jawaban yang saya berikan d. Menggunakan pengetahuan dan pikiran dan saya yakin dengan jawaban yang saya berikan e. Menggunakan pengetahuan dan pikiran dan saya sangat yakin dengan jawaban yang saya berikan

F. Kualitas Instrumen

  Kualitas instrumen dicapai melalui analisis materi dan uji coba tes tulis. Analisis materi dilakukan oleh peneliti dan dikonsultasikan pada dosen pembimbing. Uji coba soal tes diberikan pada siswa kelas X pada sekolah yang berbeda dengan yang akan digunakan untuk penelitian yaitu di STM Pembangunan Yogyakarta. Uji coba bertujuan untuk mengetahui apakah siswa memahami soal yang diberikan dan untuk memberikan gambaran kapada peneliti mengenai miskonsepsi yang terjadi. Uji coba soal digunakan juga untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal.

  Dari hasil uji coba soal tersebut terdapat soal yang dihapus. Soal yang dihapus yaitu soal No. 14, No. 17, dan soal No. 18. Hal ini dilakukan karena waktu yang disediakan tidak mencukupi untuk mengerjakan soal, sehingga jumlah soal yang sebelumnya 28 soal dikurangi menjadi 25 soal. Dalam menentukan soal yang dihapus peneliti mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan guru.