PENGARUH REMEDIASI TERHADAP MISKONSEPSI FISIKA SISWA SMA KELAS X

(1)

Made Sudarte

ABSTRAK

PENGARUH REMEDIASI TERHADAP MISKONSEPSI FISIKA SISWA SMA KELAS X

Oleh Made Sudarte

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi miskonsepsi siswa sebelum dan setelah remediasi, (2) mengetahui seberapa besar penurunan persentase miskonsepsi fisika siswa setelah diremediasi dan (3) mengetahui seberapa besar pengaruh remediasi terhadap miskonsepsi fisika siswa SMA kelas X. Penelitian ini menggunakan desain kelompokOne shoot case study. Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa SMA kelas X yang berjumlah 19 orang. Tes yang digunakan adalah tes diagnostik awal dan tes diagnostik akhir, dengan bentuk soal pilihan jamak sebanyak 15 soal dengan alasan terbuka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa mengalami miskonsepsi pada konsep gerak lurus, yakni pada konsep gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah beraturan, gerak jatuh bebas, dan gerak vertikal ke atas. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi rata-rata tertinggi adalah pada konsep gerak jatuh bebas yakni sebesar 94,5% (2) persentase siswa yang mengalami miskonsepsi

berkurang sebesar 44,3% , yakni dari 61,8% menjadi 17,5% (3) berdasarkan hasil uji McNemar diketahui signifikansinya kurang dari 0,05.


(2)

meremediasi miskonsepsi siswa.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bumi Asri Kecamatan Sungkai Tengah Lampung Utara pada tanggal 17 Juli 1988 sebagai putra ketiga dari lima bersaudara buah hati Bapak Murti (alm) dan Ibu Made Kari.

Pendidikan formal diawali pada tahun1995 di SD Negeri 02 Batunangkop

Kecamatan Sungkai Tengah Lampung Utara dan lulus pada tahun 2001, kemudian dilanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 6 Kotabumi Lampung Utara pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2004, selanjutnya menerus-kan pendidimenerus-kannya di SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007.

Tahun 2007, terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa, pernah aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu UNILA sebagai sekertaris dan anggota bidang kaderisasi di Pimpinan Pusat Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia. Selanjutnya pada tahun 2009, pernah menjadi asisten praktikum Fisika Dasar, dan menjadi staf pengajar bidang studi fisika di lembaga bimbingan belajar BT/BS Medica. Selanjutnya pada tahun 2010, mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 2 Bandar Lampung.


(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan

anugerah, kesehatan jiwa-raga, serta ketenangan hati dalam menjalani

kehidupan ini.

Dengan penuh rasa syukur dan ketulusan hati

kupersembahkan karyaku ini kepada :

Ayah dan Bunda tercinta...

Terimakasih atas kesabaran dan keikhlasan hati dalam membesarkan serta

mendidikku dengan penuh cinta. Dengan do a dan dukungan serta pengorbanan

kalian mengantarkanku selangkah demi selangkah dalam menggapai

cita-cita. Semoga Tuhan membalas dengan rasa sayang

dan cinta-Nya melebihi dari apa yang telah

engkau berikan kepadaku

Kakakku, adikku, dan saudaraku yang tak pernah lelah membagi cerita, cinta,

canda, suka, duka, tangis, dan tawa.

Sahabat Pendidikan Fisika 2007


(9)

iii

MOTTO

Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri.(Ibu Kartini )

Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan.(Herodotus )

Dia yang tahu, tidak bicara. Dia yang bicara, tidak Tau. ( Loo Tse )


(10)

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa mencucurkan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi “Pengaruh

Remediasi Terhadap Miskonsepsi Fisika Siswa SMA Kelas X” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.

Ucapan terima kasih pun tak lupa dihaturkan kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si. selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I. Terimakasih atas kesediaanya dan keikhlasannya memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku Pembimbing II, terimakasih atas kritikan, pengarahan, dan motivasi yang telah diberikan selama

penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Abdurahman, M.Si. Selaku Pembahas yang selalu memberikan pengarahan dan motivasinya.


(11)

v

7. Bapak dan Ibu serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Teristimewa untuk orang tuaku tercinta Bapak Murti (Alm) dan Ibu Made Kari, yang selalu menjadi bagian dari inspirasi dan semangatku. Terimakasih atas kasih sayang dan doa serta kesabarannya demi keberhasilanku. Kakak-kakakku Nyoman Kandre dan Wayan Rini serta adik-adikku Komang dan Ketut yang menjadi motivasi dan semangat dalam perjuanganku serta membantu keberhasilanku.

9. Keluarga besar Pendidikan Fisika yang telah memberikan dukungan dan semangat selama ini. Terimakasih atas persaudaraan dan kebersamaannya

Akhirnya, penulis meminta maaf atas segala ego yang meninggi, tutur yang melu-kai nurani, polah yang menyakiti, dan syak yang sekira menduga. Harapannya, semoga skripsi ini menyisa kenangan dan menjadi bahan rujukan penelitian selan-jutnya. Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan penulis untuk karya selanjutnya.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep ... 8

B. Konsepsi ... 9

C. Miskonsepsi ... 10

D. Penyebab Miskonsepsi... 11

E. Metode Penelusuran Miskonsepsi ... 13

F. Remediasi (Pembelajaran Remedial)... 13

G. Metode Demonstrasi ... 14

H. Kerangka Pikir ... 17


(13)

vii III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi Penelitian ... 20

B. Sampel Penelitian ... 20

C. Desain Penelitian ... 20

D. Instrumen Penelitian... 21

E. Prosedur Penelitian... 23

F. Teknik Analisis Data ... 24

G. Uji Hipotesis... 25

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 26

B. Pembahasan ... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN C. Simpulan... 37

D. Saran... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN 1. Silabus ... 41

2. RPP... 44

3. Materi Gerak Lurus ... 54

4. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Postest ... 67

5. Soal Pretest ... 68

6. Soal Postest ... 73

7. Penyelesaian Instrumen Tes Diagnostik ... 78

8. Tabel Daftar Nilai Sebelum Remediasi... 83

9. Tabel Daftar Nilai Setelah Remediasi ... 84

10. Tabel Sebaran Jawaban Siswa ... 85

11. Hasil Analisis Validitas Soal ... 86

12. Hasil Uji McNemar ... 89

13. Lembar Jawaban Siswa Sebelum Remediasi ... 90

14. Lembar Jawaban Siswa Setelah Remediasi ... 130


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Penyebab Miskonsepsi... 11

3.1 Desain Penelitian ... 20

3.2 Nilai Kisaran Alpha Chronbach’s... 22

4.1 Tabulasi Data Miskonsepsi Sebelum Remediasi ... 26

4.2 Tabulasi Data Miskonsepsi Setelah Remediasi ... 27

4.3 Persentase Miskonsepsi Siswa Sebelum Remediasi... 28

4.4 Persentase Miskonsepsi Siswa Setelah Remediasi ... 29


(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(16)

A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu fisika, sudah semestinya fisika dipahami dengan baik oleh siswa. Upaya siswa dalam mempelajari fisika sering menemui hambatan-hambatan. Fisika biasanya diang-gap sebagai pelajaran yang sulit dipahami. Hal ini mungkin menyebabkan hasil belajar fisika siswa menjadi kurang baik.

Banyak siswa yang gagal atau tidak memberikan hasil yang baik dalam pelajaran-nya karena mereka tidak mengetahui cara belajar yang efektif dan efisien, mereka kebanyakan hanya mencoba menghafal pelajaran. Padahal fisika bukan materi untuk dihafal, melainkan memerlukan penalaran dan pemahaman konsep yang lebih. Akibatnya jika diberi evaluasi, siswa mengalami kesulitan dalam menyele-saikan soal, walaupun bentuk soal yang diberikan hampir sama dengan soal yang dipelajari sebelumnya. Untuk memecahkan masalah, siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan yang didasarkan pada konsep-konsep yang diper-olehnya.

Sebelum memulai pembelajaran, peserta didik telah memiliki konsepsi masing-masing tentang sesuatu, termasuk yang berkaitan dengan fisika. Sebelum mereka


(17)

2

mengikuti pelajaran kinematika gerak lurus, mereka sudah memiliki banyak peng-alaman dengan peristiwa-peristiwa tentang gerak. Konsepsi awal yang dimiliki siswa inilah yang disebut dengan prakonsepsi.

Menurut Van Den Berg (1991: 1) siswa tidak memasuki pelajaran dengan kepala kosong yang dapat diisi dengan pengetahuan. Tetapi sebaliknya kepala siswa sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan pelajaran yang diajarkan.

Prakonsepsi siswa atas konsep fisika yang dibangun oleh siswa itu sendiri melalui belajar informal dalam upaya memberikan makna atas pengalaman mereka sehari-hari mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan konsepsi ilmiah. Prakonsepsi siswa yang pada umumnya bersifat miskonsepsi secara terus-menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Penelitian ini di negara-negara maju selama dua dasa warsa terakhir menunjukkan bahwa salah satu sumber kesulitan belajar siswa adalah adanya miskonsepsi siswa (Berg, 1991:8).

Ausubel dalam Berg (1991: 9) juga mengemukakan bahwa proses pembelajaran yang tidak menghiraukan prakonsepsi siswa akan mengakibatkan miskonsepsi-miskonsepsi siswa semakin kompleks dan stabil.

Miskonsepsi merupakan pemahaman materi/konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar di bidang tersebut (Suparno, 2005:35). Miskonsepsi tersebut berkaitan dengan tingkat pemahaman siswa dalam menangkap materi pelajaran yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena sebelum mengikuti proses pembelajaran formal di sekolah,


(18)

hasilkan cara yang baik untuk menghapusnya. Ternyata miskonsepsi awet dan sulit diubah. Kadang-kadang guru berhasil mengoreksi miskonsepsi sehingga siswa dapat menyelesaikan soal jenis tertentu, tetapi apabila siswa diberi soal yang sedikit menyimpang konsepsi yang salah muncul lagi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengajar di suatu bimbingan belajar, nilai quiz fisika rata-ratanya kurang dari 60. Nilai kriteria ketuntasan minimum untuk kelas X di suatu bimbingan belajar tersebut adalah 60. Sedangkan persentase siswa yang belum lulus sebanyak 55,3%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena guru tidak memperhatikan prakonsepsi siswa. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan bahwa prakonsepsi siswa mengalami miskonsepsi, sehingga menye-babkan siswa sulit menguasai konsep-konsep fisika yang ada. Selain karena pra-konsepsi siswa ada kemungkinan mispra-konsepsi juga disebabkan oleh kemampuan berpikir siswa.

Kemampuan berpikir merupakan hal yang sangat penting dalam proses pengua-saan konsep. Bila ditinjau dari ciri-ciri kemampuan berpikir pada tahap formal, penguasaan konsep akan lebih cepat dan mudah dipahami apabila siswa sudah mencapai tahap formal sehingga kemungkinan terjadinya miskonsepsi sangat kecil. Sedangkan untuk tahap berpikir konkret diperlukan waktu yang lebih panjang yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan untuk menguasai konsep yang sama, sehingga kemungkinan terjadinya miskonsepsi sangat besar.


(19)

4

Agar miskonsepsi siswa tidak berlanjut terus menerus, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap miskonsepsi yang dialami siswa agar konsepsi siswa sesuai dengan konsepsi ilmiah. Salah satu cara yang dapat mengatasi miskonsepsi siswa adalah dengan memberikan remediasi. Program pengajaran remedial merupakan pengajaran yang bersifat spesifik untuk menyembuhkan dan memperbaiki masa-lah belajar siswa. Mengingat tujuan dari pengajaran remedial tersebut maka bila terjadi miskonsepsi, program ini dapat dilaksanakan. Tetapi metode pengajaran harus disesuaikan dengan sifat dan tujuan dari materi yang diajarkan.

Terdapat berbagai jenis metode pengajaran remedial diantaranya pendekatan konflik kognitif, demonstrasi, eksperimen, analogi interaksi pasangan,meta learning dan sebagainya. Upaya yang pernah dilakukan untuk meremediasi mis-konsepsi salah satunya penelitian Ratama (2013: 93) yang menyimpulkan bahwa pendekatan konflik kognitif dengan metode demonstrasi dapat mengurangi miskonsepsi siswa sebesar 42,8% . Selain itu juga ada penelitian Putri (2010: 64) yang menyimpulkan bahwa metode demonstrasi dapat mengurangi miskonsepsi siswa, penurunan miskonsepsi ini sebesar 19,87%.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka telah dilakukan penelitian pengaruh remediasi terhadap miskonsepsi fisika siswa SMA kelas X pada sub pokok materi gerak lurus menggunakan metode demonstrasi.


(20)

2. Seberapa besar penurunan persentase miskonsepsi fisika siswa setelah diremediasi?

3. Seberapa besar pengaruh remediasi terhadap miskonsepsi fisika siswa SMA kelas X?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi miskonsepsi siswa sebelum dan setelah remediasi

2. Mengetahui seberapa besar penurunan persentase miskonsepsi fisika siswa setelah diremediasi.

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh remediasi terhadap miskonsepsi fisika siswa SMA kelas X.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Guru

Adanya remediasi miskonsepsi ini sebagai alternatif pembelajaran guna mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan penguasaan konsep siswa.


(21)

6

2. Siswa

Melalui pemberian remediasi terhadap siswa yang mengalami miskonsespsi diharapkan dapat mengurangi miskonsepsi siswa serta meningkatkan penguasaan konep siswa.

3. Umum

Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh remediasi terhadap miskonsepsi siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi penelitian ini dan memberikan arah yang jelas maka ruang lingkup penelitian ini adalah .

1. Tes yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yaitu tes diagnostik berupa soalmultiple choice dengan alasan terbuka. Tes diagnostik terdiri dari 15 soal, masing-masing terdapat 3 pilihan. Tes diagnostik ini diberikan sebelum dan setelah remediasi.

2. Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi miskonsepsi-miskonsepsi yang dimiliki siswa. Remediasi dalam penelitian ini adalah kegiatan perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi miskonsepsi yang dimiliki siswa tentang konsep gerak lurus.

3. Miskonsepsi yang diteliti dalam penelitian ini adalah miskonsepsi konsep gerak lurus. Miskonsepsi adalah pertentangan atau ketidakcocokan konsep yang dipahami seseorang dengan konsep yang dipakai oleh pakar ilmuwan yang bersangkutan.


(22)

situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Pada penelitian ini demonstrasi yang dilakukan adalah mengukur jarak dan kelajuan dengan menggunakan mobilremote control, membandingkan waktu jatuh bebas 2 benda yang massa dan bentuknya berbeda, dan gerak dilempar vertikal ke atas.

5. Penelitian ini dilakukan di bimbingan belajar.

6. Subyek penelitian ini adalah perwakilan siswa SMA kelas X di Bandarlampung yang dipilih secara random dan berjumlah 19 orang.


(23)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep

Konsep merupakan pemikiran dasar yang diperoleh dari fakta peristiwa, penga-laman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting dalam proses belajar. Menurut pendapat Sagala (2010: 56) definisi konsep adalah:

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atas kelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan.

Seseorang belajar konsep jika belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat dari objek kemudian membuat pengelompokan terhadap objek tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nasution dalam Yuliati (2006: 7) ”Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep”.

Menurut Ausubel dalam Berg (1991:8),

Konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri khas yang mewakili setiap budaya oleh suatu tanda atau symbol (objects,events,situation or properties that posses common critical attribute and are designated in any given culture by some accepted sign or symbol).


(24)

pakan suatu abstraksi mental yang mewakili suatu kelas stimulus-stimulus. Kita menyimpulkan bahwa suatu konsep telah dipelajari, bila yang diajar dapat me-nampilkan perilaku-perilaku tertentu.

Jika seorang siswa telah memahami konsep secara keseluruhan maka ia akan mampu menguasai konsep.Dalam mempelajari fisika, diperlukan penguasaan konsep sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks, karena antara konsep yang satu dengan konsep yang lain saling berkaitan.Slameto dalam Yusuf (2010:16) menyatakan bahwa ada dua kemungkinan yang terjadi apabila sebuah konsep telah dikuasai siswa, yaitu : (1) siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah, (2) penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep-konsep yang lain.

B. Konsepsi

Tafsiran seseorang terhadap banyak konsep seringkali berbeda, misalnya penaf-siran konsep benda jatuh bebas tampak berbeda untuk setiap siswa. Tafpenaf-siran konsep oleh seseorang disebut konsepsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Berg (1991:8):

Tafsiran perorangan terhadap banyak konsep berbeda-beda. ”Misalnya penafsiran konsep ”ibu” atau ”cinta” atau ”keadilan” berbeda untuk setiap orang. Tafsiran konsep oleh seseorang disebut konsepsi.


(25)

10 Walau dalam sains dan teknologi kebanyakan konsep memiliki arti yang jelas telah disepakati oleh para ilmuwan, namun masih juga ditemukan perbedaan kon-sepsi siswa yang satu dengan yang lainnya. Konsep kecepatan dan kelajuan pada materi gerak lurus akan ditafsirkan berbeda-beda oleh masing-masing siswa. Menurut Berg (1991:17), Ada beberapa hal penyebab perbedaan konsepsi siswa.

perbedaan konsepsi antara individu siswa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

a) pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan yang telah dimilikinya,

b) stuktur pengetahuan yang telah terbentuk di dalam otaknya, c) perbedaan kemampuan dalam hal: (1) menentukan apa yang

diperhatikanwaktu belajar, (2) menentukan apa yang masuk ke otak, (3) menafsirkan apa yang masuk ke otak, (4) perbedaan apa yang disimpan di dalam otak.

Dengan demikian bila seseorang siswa pasif, konsepsinya akan sedikit. Sedang-kan bila seseorang siswa aktif yang telah terlihat dalam proses belajar mengajar, konsepsinya akan semakin banyak dan tinggi.

C. Miskonsepsi

Beberapa ahli mengungkapkan tentang pengertian miskonsepsi. Driver dalam Purba (2008:4),

Ketika siswa datang ke ruang kelas, dalam pikirannya sudah terisi (tidak seperti kaset kosong) dengan pengalaman dan pengetahuan yang berkaitan dengan listrik ataupun peristiwa fisis yang ada disekitarnya. Konsepsi awal yang dimiliki siswa secara substansial mengakui berbeda dengan gagasan yang diajarkan dan konsepsi ini akan mempengaruhi belajar dan bisa menghambat perubahan untuk selanjutnya.

Konsepsi yang dimiliki siswa kadangkala cukup kuat dan mempunyai pengaruh besar terhadap pengembangan konsep-konsep dalam gerak lurus yang didapat dari


(26)

Miskonsepsi adalah perbedaan konsepsi yang dimiliki siswa dengan konsepsi ilmu pengetahuan. Driver, R. (1988:161) menyatakan bahwa konsespsi siswa yang berbeda dengan konsepsi ilmu pengetahuan disebut miskonsepsi. Nama lain dari istilah miskonsepsi yang digunakan oleh para peneliti diantaranya intuisi (intuitions), konsepsi alternatif (alternative frame), dan teori naif.Kohle dan Norland dalam Berg (1991:8) juga menyatakan bahwa miskonsepsi sebagai suatu konsep atau ide yang menyimpang dari pendapat umum dengan konsensus ilmu-wan. Sedangkan Berg (1991:8)mendefinisikan “Miskonsepsi sebagai

pertentangan atau ketidakcocokan konsep yang dipahami seseorang dengan konsep yang dipakai oleh pakar ilmuwan yang bersangkutan”.

D. Penyebab Miskonsepsi

Miskonsepsi akan terbentuk bila konsepsi seseorang mengenai suatu materi tidak sesuai dengan konsepsi yang diterima oleh ilmuwan atau pakar dibidangnya. Suatu miskonsepsi siswa bisa berasal dari beberapa sebab. Miskonsepsi siswa bisa berasal dari siswa sendiri, yaitu siswa salah menginterpretasi gejala atau peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya. Selain itu, miskonsepsi yang dialami siswa bisa juga diperoleh dari pembelajaran dari gurunya.Pembelajaran yang dilakukan gurunya mungkin kurang terarah sehingga siswa melakukan interpretasi yang salah terhadap suatu konsep,


(27)

12 Suparno dalam Maharta (2010:6) menyatakan bahwa faktor penyebab

miskonsepsi fisika bisa dibagi menjadi lima sebab utama, yaitu berasal dari siswa, pengajar, buku teks, konteks, dan cara mengajar. Adapun penjelasan rincinya seperti yang disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Penyebab Miskonsepsi

Sebab Utama Sebab Khusus

Siswa Prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa, minat belajar siswa

Pengajar Tidak menguasai bahan, bukan lulusan dari bidang ilmu fisika, tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide, relasi guru-siswa tidak baik

Buku Teks Penjelasan keliru, salah tulis terutama dalam rumus, tingkat penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa, tidak tahu membaca buk teks, buku fiksi dan kartun sains sering salah konsep karena alasan menariknya yang perlu, Konteks Pengalaman siswa, bahasa sehari-hari berbeda,

teman diskusi yang salah, keyakinan dan agama, penjelasan orang tua/orang lain yang keliru, konteks hidup siswa (tv, radio, film yang keliru, perasaan senang tidak senang, bebas atau tertekan.

Cara mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke dalam bentuk matematika, tidak

mengungkapkan miskonsepsi, tidak

mengoreksi PR, model analogi yang diapakai kurang tepat, model demonstrasi sempit,dll


(28)

nakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dan miskonsepsi yang terdapat pada diri siswa yaitu: (a) tes diagnotismelalui tes tertulis dan memberi alasan, (b) interview klinis dengan mengungkapkan pengetahuan awal dan miskonsepsi siswa secara lebih mendalam dan lebih orisinil, dan (c) penyajian peta konsep. Novak dalam Purba (2008:5) menyatakan bahwa konsepsi siswa juga dapat diperkirakan dengan peta konsepsi yang bentuknya tentu saja berbeda dengan tingkat pema-haman masing-masing siswa terhadap suatu konsep.

Dykstra,et al(1992:621) menyatakan bahwa sebelum dilakukan pembelajaran materi gerak lurus perlu diadakan identifikasi dan evaluasi miskonsepsi terlebih dahulu antara lain dengan menggunakan tes diagnostik. Untuk mengungkap mis-konsepsi siswa, tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi dapat ditempuh me-lalui aplikasi dengan suatu permasalahan.

F. Remediasi (Pembelajaran Remedial)

Menurut Sutrisno dalam Saputri (2012:3) Remediasi adalah kegiatan yang dilak-sanakan untuk mengatasi miskonsepsi-miskonsepsi yang dimiliki siswa. Reme-diasi dalam penelitian ini adalah kegiatan perbaikan yang dilakukan untuk meng-atasi miskonsepsi yang dimiliki siswa tentang konsep gerak lurus. Menurut Sutrisno dalam Saputri (2012:4) ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam


(29)

14 remediasi di antaranya: melaksanakan pembelajaran kembali, melakukan aktivitas fisik, menggunakan sumber belajar lain, tutorial, dan kegiatan kelompok.

G. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi bisa dipakai sebagai alternatif dalam pembelajaran di kelas guna meremediasi miskonsepsi siswa. Metode ini merupakan metode yang memperlihatkan kepada anak didik tentang suatu proses atau keadaan tertentu. Menurut Sanjaya (2006: 150)

Demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.

Metode demonstrasi akan membuat perhatian siswa lebih terpusat pada apa yang disampaikan oleh guru, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan mengamati secara langsung sehingga memiliki kesempatan untuk membandingkan teori dengan kenyataan.

Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (1996: 102)

Demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda

tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai penjelasan lisan.

Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar mem-perhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih


(30)

Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kelemahan seperti yang diungkapkan Sanjaya (2006: 150– 151)

Kelebihannya:

a. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dikurangi,

b. Proses pembelajaran akan lebih menarik, dan

c. Siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan teori dengan kenyataan.

Kelemahannya:

a. Memerlukan persiapan yang lebih matang,

b. Memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai, dan c. Memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus.

Penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran menjadikan siswa untuk memperhatikan langsung bahan pelajaran yang dijelaskan guru. Siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. Siswa juga dapat menco-cokkan teori dengan kenyataan sehingga siswa lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. Namun demonstrasi bisa gagal tanpa adanya persiapan yang memadai sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif. Bahkan untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali menco-banya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang menco-banyak. Selain itu penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan


(31)

16 dengan ceramah dan memerlukan kemampuan dan keterampilan guru sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.

Menurut Sanjaya (2006: 151) ada beberapa langkah yang dapat digunakan dalam melakukan metode demonstrasi tersebut, antara lain:

(1) Tahap persiapan

Hal-hal yang harus dilakukan adalah:

a. Rumuskan tujuan yang hendak dicapai setelah proses demonstrasi berakhir

b. Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan, dan

c. Lakukan uji coba demonstrasi.

(2) Tahap pelaksanaan

a. Langkah pembukaan:

1. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang

didemonstrasikan.

2. Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa

3. Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa. b. Langkah pelaksanaan demonstrasi

1. Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir,

2. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya

demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa. 3. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif

memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

c. Langkah mengakhiri demonstrasi

Memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.

Metode demonstrasi memerlukan persiapan sebelum dilakukan di depan kelas dengan melakukan uji coba terlebih dahulu. Ketika pelaksanaannya, guru mem-beritahu siswa tentang apa yang harus mereka lakukan misalnya siswa ditugaskan


(32)

memperhatikan demonstrasi. Terakhir guru memberikan tugas yang relevan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakin-kan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberi-kan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakumemberi-kan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

H. Kerangka Pikir

Ketika siswa berada di dalam kelas, siswa sudah memiliki konsepsi awal mengenai konsep gerak lurus. Hal ini dikarenakan mereka sudah pernah belajar sebelumnya ketika mereka duduk di bangku SMP. Akan tetapi, tidak semua konsepsi siswa sama dengan konsepsi ilmiah. Konsepsi yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah inilah yang disebut miskonsepsi.

Miskonsepsi siswa bisa berasal dari siswa sendiri, yaitu siswa salah menginterpretasi gejala atau peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya. Selain itu, miskonsepsi yang dialami siswa bisa juga diperoleh dari pembelajaran dari gurunya.Pembelajaran yang dilakukan gurunya mungkin kurang terarah sehingga siswa melakukan interpretasi yang salah terhadap suatu konsep.


(33)

18 Miskonsepsi tidak hanya dialami oleh siswa saja, mahasiswa dan guru fisika juga banyak yang mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi ini perlu segera dihilangkan agar tidak mengacaukan konsep-konsep fisika yang lainnya. Salah satu cara yang mungkin bisa digunakan untuk mengurangi miskonsepsi adalah dengan memberi remediasi dengan pembelajaran ulang kepada siswa yang mengalami miskonsepsi. Untuk mengetahui variasi miskonsepsi yang dialami oleh siswa, mula-mula siswa diberi soal tes diagnostik awal. Kemudian setiap konsep gerak lurus yang miskon-sepsi diperbaiki dengan memberikan remediasi. Metode yang digunakan pada pembelajaran ini adalah metode demonstrasi. Dengan menggunakan metode demonstrasi diharapkan dapat melatih penalaran siswa sehingga konsepsi siswa tentang gerak lurus sesuai dengan konsepsi ilmuwan. Setelah diremediasi siswa diberi soal tes diagnostik akhir. Tes diagnostik akhir ini diperlukan untuk mengetahui perubahan miskonsepsi siswa. Pemberian remediasi ini diharapkan dapat mengurangi miskonsepsi siswa secara signifikan sehingga memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang lainnya.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Pada penelitian ini variabel penelitiannya adalah: pemberian remediasi (X) sebagai variabel bebas, miskonsepsi fisika siswa pada materi gerak lurus(Y) sebagai variabel terikat. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(34)

Keterangan:

X : Pemberian remediasi Y : Miskonsepsi siswa

R : Pengaruh pemberian remediasi terhadap miskonsepsi siswa

I. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut.

a. Semua siswa kelas X yang miskonsepsi mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep fisika yang sama.

b. Faktor lain di luar penelitian yang mempengaruhi miskonsepsi siswa dianggap mempunyai kontribusi yang sama.

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian remediasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap miskonsepsi fisika siswa.


(35)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas X di Bandar-lampung pada tahun pelajaran 2014/2015.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cararandom sampling, merupakan pengambilan sampel secara acak dari populasi yang bersifat homogen. Sampel yang diambil kemudian dijadikan satu kelompok belajar yang terdiri dari 19 siswa.

C. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan memban-dingkan hasil yang diperoleh sebelum suatu tindakan dengan hasil yang diperoleh sesudah tindakan. Penelitian ini menggunakan desain kelompokOne shoot case studyyang hanya melibatkan satu kelompok yang diberi Pretest (Q1), diberi suatu

treatment(X) dan diberiposttest(Q2). Dalam desain ini, satu kelompok

diobser-vasi/diukur bukan hanya pada akhirtreatment (posttest),tetapi juga sebelumnya. Keberhasilantreatmentditentukan dengan membandingkan nilaipretestdan


(36)

Keterangan:

E = Kelas Eksperimen Q1 = Pretest

Q2 =Posttest

X = Perlakuan (Treatment) yaitu melalui pembelajaran remedial (Remediasi).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan suatu penelitian. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan berupa:

1. Instrumen data kuantitatif

Untuk mengukur data yang bersifat kuantitatif, maka dibutuhkan instrumen yang sesuai. Dalam penelitian digunakan tes penguasaan konsep siswa. Tes penguasaan konsep ini berupa soal pilihan jamak (Test multiple choise)dengan alasan se-banyak 15 soal. Instrumen ini nantinya diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya, sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian.

a. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Teknik yang digunakan untuk


(37)

22

hui validitas atau kesejajaran adalah dengan menggunakan program komputer. Metode uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghi-tung korelasiproduct moment pearson (Pearson Correlation Total) antara skor satu item dengan skor total. Menurut Ghozali dalam Maria (2012; 30) uji signi-fikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk

degree of freedom (df) dalam hal ini adalah jumlah sampel.

b. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitung-an untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkPerhitung-an pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung indeks reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:

Di mana:

r11 =reliabilitas yang dicari

Σσi2 =jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 =varians total

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metodeAlpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skalaalpha cronbach’s 0 sampai 1.Nilai kisaran Alpha Cronbach’s dapat diukur pada Tabel 3.2.


(38)

0,21-0,40 Agak reliabel 0,41-0,60 Cukup reliabel 0,61-0,80 Reliabel 0,81-1,00 Sangat reliabel

Arikunto (2008: 109)

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian instrumen dapat digunakan untuk pengambilan data. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yakni 1. Tahap Persiapan

a. Mengidentifikasi permasalahan

b. Merencanakan pembelajaran, bahan ajar, serta alat dan bahan ajaryang akan digunakan dalam penelitian

c. Melakukan perizinan tempat penelitian d. Melakukan observasi tempat penelitian

e. Menentukan dan memilih sampel dari populasi yang telah ditentukan f. Menyusun istrumen penelitian

g. Menguji coba insrumen yang akan digunakan untuk mengetahui kualitasnya.

h. Uji coba instrumen ini diberikan kepada siswa yang bukan anggota populasi penelitian ini, tetapi memiliki kemampuan yang setara dengan


(39)

24

siswa pada populasi penelitian yang dilakukan.Analisis kualitas/kriteria instrumen.

i. Merevisi penelitian apabila diperlukan 2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan tes diagnostik awal untuk mengetahui prakonsepsi dan variasi miskonsepsi siswa

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas tersebut dengan melakukan remediasi

c. Memberikan tes diagnostik akhir untuk mengetahui miskonsepsi siswa. 3. Tahap Refleksi dan Evaluasi

a. Melakukan pengkajian dan analisis terhadap penemuan-penemuan dalam proses penelitian

b. Menganalisa miskonsepsi siswa dengan melalui remediasiMembuat kesimpulan berdasar data yang diperoleh dan dianalisis

c. Menyusun laporan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data kognitif yang be-rupa penguasaan konsep fisika. Data yang digunakan dalam penelitian ini adaah data primer. Data mengenai konsepsi awal siswa diperoleh dari hasilpretest dan data mengenai konsepsi akhir siswa diperoleh dari posttest yang berupa soal-soal


(40)

G. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dapat digunakan uji McNemar. Dalam penelitian ini:

Hipotesis

H0=Tidak terdapat perubahan yang signifikan pemberian remediasi terhadap

miskonsepsi Fisika Siswa

H1=Ada perubahan yang signifikan pemberian remediasi terhadap miskonsepsi

Fisika Siswa

H0 diterima jika signifikansi > 0,05.


(41)

37

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep kinematika gerak lurus yakni pada konsep gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah beraturan, gerak jatuh bebas dan gerak vertika ke atas. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi sebelum remediasi rata-rata tertinggi pada konsep gerak jatuh bebas yakni sebesar 94,5 %. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi sebelum remediasi adalah 61,8%, sedangkan setelah dilakukan remediasi persentase siswa yang mengalami miskonsepsi berkurang menjadi 17,5%.

2. Penurunan persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi setelah dilakukan remediasi yakni sebesar 44,3%.

3. Berdasarkan hasil uji McNemar, terdapat pengaruh yang signifikan pemberian remediasi terhadap miskonsepsi siswa pada konsep gerak lurus.


(42)

1. Mendeteksi dan memperbaiki prakonsepsi yang dimiliki oleh siswa. 2. Membantu siswa dalam menghubungkan antar konsep.

3. Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran agar siswa membangun sendiri pengetahuannya.

4. Perlunya metode demonstrasi sebagai alternatif remediasi miskonsepsi pada konsep-konsep fisika yang lainnya.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi Aksara.

Berg, E.V. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana

Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain. 1996.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rhineka Cipta

Driver, Rosalin. 1988.Changing Conception. Central for Studies in Science and Mathematics Education University of Leeds.

Dykstra,et al.1992.Studying Conceptual Change in Learning Physics. Journal Reasearch in ScienceTeaching.

Ischak dan Wirji. 1987.Program Remidi Dalam Proses Belajar Mengajar.

Yogyakarta. Liberti

Maharta, Nengah. 2010.Analisis Miskonsepsi Fisika Siswa SMA di Bandarlampung(online).Tanggal akses 01 Desember 2013.

http://www.scribd.com/doc/41470237/Jurnal-Analisis-Miskonsepsi-Fisika. Maria, Ana. 2012. Pengaruh Perubahan Kemampuan Berpikir Siswa Terhadap

Penguasaan Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Keterampilan Proses.Skripsi. BandarLampung. UNILA

Purba, Janulis P. 2008.Penelusuran Miskonsepsi Mahasiswa Tentang Konsep Dalam Rangkaian Listrik Menggunakan Certaninty Of Response Index Dan Interview(online). Tanggal Akses 01 Desember 2013.

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/194

710251980021-JANULIS_P_PURBA/Makalah_Seminar/miskonsepsi_(Invotec).pdf. Putri, Nopa Ratna. 2010.Penerapan metode demonstrasi untuk meremediasi

miskonsepsi siswa pada materi hukum Newton di SMP. Tanggal Akses 01 Desember 2013.


(44)

Sagala, S. 2010.Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media

Saputri, Dwi Fajar. 2012.Penyebab dan Remediasi Miskonsepsi Gaya Menggunakan Multimedia dan Modul(online). Tanggal Akses 01 Desember 2013.

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/fisika/article/view/1880. Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Suparno, Paul. 2005.Miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta. Grasindo.

Sutrisno. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta. LPJJ PDSD Yuliati. 2006.Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Hasil Belajar Fisika

Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi Pokok Dinamika Partikel.Skripsi. Bandarlampung. Universitas Lampung. Yuliati, Lia. 2006.Pengembangan Pembelajaran IPA(Online ). Tanggal Akses 1

mei 2013. http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/BA_DIP-BPJJ_BATCH_1/Pengembangan%20Pembelajaran%20IPA%20SD/sktdan rkt/Halaman%20Muka%20Latihan%20Inisiasi.pdf.

Yusuf, Amiril. 2010. Peningkatan Minat, Aktivitas dan Penguasaan Konsep Fisika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournaments). Skripsi. Bandarlampung. Universitas Lampung.


(1)

siswa pada populasi penelitian yang dilakukan.Analisis kualitas/kriteria instrumen.

i. Merevisi penelitian apabila diperlukan 2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan tes diagnostik awal untuk mengetahui prakonsepsi dan variasi miskonsepsi siswa

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas tersebut dengan melakukan remediasi

c. Memberikan tes diagnostik akhir untuk mengetahui miskonsepsi siswa. 3. Tahap Refleksi dan Evaluasi

a. Melakukan pengkajian dan analisis terhadap penemuan-penemuan dalam proses penelitian

b. Menganalisa miskonsepsi siswa dengan melalui remediasiMembuat kesimpulan berdasar data yang diperoleh dan dianalisis

c. Menyusun laporan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data kognitif yang be-rupa penguasaan konsep fisika. Data yang digunakan dalam penelitian ini adaah data primer. Data mengenai konsepsi awal siswa diperoleh dari hasilpretest dan data mengenai konsepsi akhir siswa diperoleh dari posttest yang berupa soal-soal


(2)

25

Data yang diperoleh adalah data yang berbentuk skala interval, sehingga akan dilakukan uji mcnemar untuk membandingkan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, selanjutnya diuji hipotesisnya.

G. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dapat digunakan uji McNemar. Dalam penelitian ini:

Hipotesis

H0=Tidak terdapat perubahan yang signifikan pemberian remediasi terhadap

miskonsepsi Fisika Siswa

H1=Ada perubahan yang signifikan pemberian remediasi terhadap miskonsepsi

Fisika Siswa

H0 diterima jika signifikansi > 0,05.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep kinematika gerak lurus yakni pada konsep gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah beraturan, gerak jatuh bebas dan gerak vertika ke atas. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi sebelum remediasi rata-rata tertinggi pada konsep gerak jatuh bebas yakni sebesar 94,5 %. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi sebelum remediasi adalah 61,8%, sedangkan setelah dilakukan remediasi persentase siswa yang mengalami miskonsepsi berkurang menjadi 17,5%.

2. Penurunan persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi setelah dilakukan remediasi yakni sebesar 44,3%.

3. Berdasarkan hasil uji McNemar, terdapat pengaruh yang signifikan pemberian remediasi terhadap miskonsepsi siswa pada konsep gerak lurus.


(4)

38 B. Saran

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian skripsi sebagai berikut:

1. Mendeteksi dan memperbaiki prakonsepsi yang dimiliki oleh siswa. 2. Membantu siswa dalam menghubungkan antar konsep.

3. Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran agar siswa membangun sendiri pengetahuannya.

4. Perlunya metode demonstrasi sebagai alternatif remediasi miskonsepsi pada konsep-konsep fisika yang lainnya.


(5)

Arikunto, Suharsimi. 2010.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi Aksara.

Berg, E.V. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana

Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain. 1996.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rhineka Cipta

Driver, Rosalin. 1988.Changing Conception. Central for Studies in Science and Mathematics Education University of Leeds.

Dykstra,et al.1992.Studying Conceptual Change in Learning Physics. Journal Reasearch in ScienceTeaching.

Ischak dan Wirji. 1987.Program Remidi Dalam Proses Belajar Mengajar.

Yogyakarta. Liberti

Maharta, Nengah. 2010.Analisis Miskonsepsi Fisika Siswa SMA di Bandarlampung(online).Tanggal akses 01 Desember 2013.

http://www.scribd.com/doc/41470237/Jurnal-Analisis-Miskonsepsi-Fisika. Maria, Ana. 2012. Pengaruh Perubahan Kemampuan Berpikir Siswa Terhadap

Penguasaan Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Keterampilan Proses.Skripsi. BandarLampung. UNILA

Purba, Janulis P. 2008.Penelusuran Miskonsepsi Mahasiswa Tentang Konsep Dalam Rangkaian Listrik Menggunakan Certaninty Of Response Index Dan Interview(online). Tanggal Akses 01 Desember 2013.

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/194

710251980021-JANULIS_P_PURBA/Makalah_Seminar/miskonsepsi_(Invotec).pdf. Putri, Nopa Ratna. 2010.Penerapan metode demonstrasi untuk meremediasi

miskonsepsi siswa pada materi hukum Newton di SMP. Tanggal Akses 01 Desember 2013.


(6)

Ratama, Titin Sri. 2013.Remediasi Miskonsepsi Pada Konsep Gerak Lurus Menggunakan Pendekatan Konflik Kognitif( online). Tanggal Akses 02 Februari 2014.

http://digilib.uin-suka.ac.id/8123/2/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. Sagala, S. 2010.Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media

Saputri, Dwi Fajar. 2012.Penyebab dan Remediasi Miskonsepsi Gaya Menggunakan Multimedia dan Modul(online). Tanggal Akses 01 Desember 2013.

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/fisika/article/view/1880. Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Suparno, Paul. 2005.Miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta. Grasindo.

Sutrisno. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta. LPJJ PDSD Yuliati. 2006.Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Hasil Belajar Fisika

Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi Pokok Dinamika Partikel.Skripsi. Bandarlampung. Universitas Lampung. Yuliati, Lia. 2006.Pengembangan Pembelajaran IPA(Online ). Tanggal Akses 1

mei 2013. http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/BA_DIP-BPJJ_BATCH_1/Pengembangan%20Pembelajaran%20IPA%20SD/sktdan rkt/Halaman%20Muka%20Latihan%20Inisiasi.pdf.

Yusuf, Amiril. 2010. Peningkatan Minat, Aktivitas dan Penguasaan Konsep Fisika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournaments). Skripsi. Bandarlampung. Universitas Lampung.