1.1. Latar Belakang - DOCRPIJM c63f123b93 BAB IBAB I Pendahuluan

Pendahuluan
Latar Belakang
Dalam

rangka

meningkatkan

kualitas

pembangunan

infrastruktur, maka

diperlukan dokumen perencanaan terpadu yang baik dengan mengacu pada arahan
kebijakan nasional dan memperhatikan potensi serta masalah di daerah. Dokumen
Rencana

Program

Investasi


Jangka

Menengah

(RPIJM)

Kab/Kota

Bidang

KeCiptaKaryaan merupakan dokumen perencanaan yang penting dalam pembangunan
Bidang Cipta Karya, yang menjadi dasar dalam penyusunan program dan anggaran
serta mendorong proses pemerataan pembangunan infrastruktur PU/Cipta Karya yang
lebih ideal, efektif dan efisien.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang KeCiptaKaryaan
telah diinisiasi oleh penyusunan RPIJM (Rencana Program Investasi Jangka
Menengah) Bidang KeCiptaKaryaan. Sampai saat ini, hampir seluruh Kabupaten/Kota
di Indonesia telah menyusun RPIJM Bidang KeCiptaKaryaan. Jumlah dokumen RPIJM
ini harus diiringi dengan peningkatan kualitas yang lebih baik.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya, maka diperlukan dokumen perencanaan terpadu Bidang KeCiptaKaryaan yang
baik dengan mengacu pada arahan kebijakan nasional dan memperhatikan potensi
serta masalah di daerah. Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang KeCiptaKaryaan perlu disusun oleh setiap Kabupaten/Kota dengan mengacu
RPIJM Bidang PU serta rencana tata ruang dan kebijakan skala nasional, provinsi, dan

DOKUMEN REVI EW RENCANA PROGRAM I NVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPI JM)
BI DANG KECI PTAKARYAAN
KABUPATEN BANTAENG TAHUN 20 17- 202 1

1.1.

kabupaten/kota.
Penyusunan Dokumen Review RPIJM Bidang KeCiptaKaryaan ini dimaksudkan
untuk memperbarui dan

menyempurnakan penyusunan RPIJM terdahulu melalui
I-1


I-1

pelaksanaan

fasilitasi

penyusunan/revisi

RPIJM

Bidang

KeCiptaKaryaan

kabupaten/kota di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan.
RPIJM yang diharapkan dapat meningkatkan keterpaduan perencanaan dan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kabupaten Bantaeng dengan
mengacu pada arahan kebijakan nasional dan memperhatikan potensi serta masalah
daerah dan dengan pertimbangan isu strategis dan kebijakan pembangunan yang terus
berkembang di daerah, yang dikelompokkan ke dalam desain program Bidang Cipta

Karya berada di 4 (empat) entitas, yaitu entitas regional, kabupaten/kota, kawasan,
serta lingkungan/komunitas. Khusus untuk entitas kawasan dan lingkungan, diharapkan
infrastruktur

Bidang

Cipta

Karya

sesuai

dengan

arahan

Kawasan

Strategis


Kabupaten/Kota (KSK) dalam RTRW Kabupaten/Kota.
Dalam proses pelaksanaan fasilitasi Penyusunan Dokumen Review

RPIJM

Bidang KeCiptaKaryaan kabupaten/kota di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi
Selatan

kedalam

bentuk

dokumen

RPIJM,

perlu

mengacu


pada

Rencana

Pembangunan Daerah, Amanat Penataan Ruang/Spasial, Amanat Pembangunan
Nasional, dan Amanat Pembangunan bidang PU/CK, dan Amanat Internasional. Acuan
Amanat Penataan Ruang tercermin pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, yaitu RTRW Nasional/KSN, RTR Pulau Sulawesi, RTRW Provinsi Sulawesi
Selatan. Acuan Amanat Pembangunan nasional tercermin pada RPJPN 2005-2025,
RPJMN 2010 – 2014, UU/PP (UU 32/2004, PP 38/2007,dll) MP3KI, KEK, Direktif
presiden. Acuan amanat pembangunan bidang PU/CK tercermin pada UU No 1 /2011
tentang perumahan dan kawasan permukiman, UU 20/2011 tentang rumah susun, UU
28/2002 tentang bangunan gedung, UU 18/2008 tentang pengelolaan persampahan,
UU 7/2004 tentang SDA, PP 16/2005 tentang pengembangan SPAM, PP 81/2012
tentang pengelolaan sampah RT dan sampah sejenis, PP 36/2005 tentang peraturan
pelaksanaan UU BG, SPM bidang PU dan PR. Amanat internasional tercermin pada
Agenda Habitat I dan II, RIO +20, MDGs dan SDGs.
Arahan kebijakan Ditjen Cipta Karya tahun 2014 menekankan kepada penerapan
pembangunan kawasan permukiman yang layak huni (leaveable) dan berkelanjutan


I-2

(sustainable). Pembangunan kawasan permukiman harus dimulai dengan pendekatan
entitas, serta tidak hanya sektoral. Pembangunan juga harus melihat prospek ke depan
dengan membaca perkembangan global (Agenda Sustainable Cities and Human
Settlements),

serta

pembangunan

diwujudkan

secara

inklusif,

mewujudkan

kelembagaan yang efektif, serta menjalin kemitraaan internasional. Satker Randal

sebagai Koordinator pelaksanaan Keciptakaryaan di daerah memiliki tanggung jawab
yang besar dalam melakukan fungsi koordinasi dan fasilitas terhadap Kab/Kota dalam
mengawal kebijakan tersebut. Ditjen Cipta Karya juga telah menyusun pemrioritasan
pembangunan bidang keciptakaryaan berdasarkan 4 kluster penanganan, yaitu :

Gambar 1.1 Diagram Program Bidang Cipta Karya Tahun 2015-2019.

Pengelompokan penanganan Bidang Cipta Karya prioritas strategis Nasional
berdasarkan kategori Kab/Kota yang termasuk dalam PKN/PKSN/KSN/MP3EI-KPI,
memiliki perda RTRW, dan Perda BG sebagai Kab/Kota klutser A yang terdiri dari 94
Kab/Kota. Sedangkan Kab/Kota yang termasuk dalam PKN/PKSN/KSN/MP3EI-KPI,
dan hanya memiliki perda RTRW sebagai Kab/Kota Klutser B yang terdiri dari 80
Kab/Kota.
Penyelenggaraan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan amanat
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan

I-3

Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah,


Pemerintahan

Daerah

Provinsi,

dan

Pemerintahan

Daerah

Kabupaten/Kota, merupakan tanggung jawab bersama, antara Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi, serta Pemerintah Kabupaten / Kota, yang diselenggarakan
bersama dengan masyarakat dan dunia usaha. Pemerintah Pusat berperan dalam
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan, sedangkan Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota memiliki peran yang lebih besar dalam pelaksanaan pembangunan
infrastruktur


Bidang

Cipta

Karya.

Dengan

kerjasama

berbagai

stakeholders

pembangunan Bidang Cipta Karya, diharapkan 3 (tiga) strategic goals Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat tercapai, yaitu (i) meningkatkan
pertumbuhan ekonomi kota dan desa, (ii) meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
serta (iii) meningkatkan kualitas lingkungan.
Berkenaan


hal tersebut,

maka diperlukan

kegiatan

Rencana

Program

Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bantaeng yang diharapkan dapat
mengakomodasikan dan merumuskan

kebutuhan pembangunan

Bantaeng, secara spesifik sesuai dengan karakteristik

Kabupaten

dan potensi individual

Kabupaten Bantaeng.
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah memberikan kewenangan
yang lebih besar kepada pemerintah

daerah untuk melaksanakan dan mengelola

pembangunan di daerahnya. Dengan kewenangan yang

dimiliki diharapkan

pemerintah daerah mampu meningkatkan pelayanan public kepada masyarakatnya.
Namun tidak jarang permasalahan yang dihadapi tersebut tidak dapat diatasi sendiri
oleh pemerintah daerah, sehingga memerlukan kerjasama dengan pemerintah pusat,
pemerintah daerah sekitarnya atau swasta dan masyarakat.
Perencanaan pembangunan sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri dari empat (4) tahapan yakni
: (1)

penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan

rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan diselenggarakan
secara

berkelanjutan

sehingga

secara

I-4

keseluruhan

membentuk

satu

siklus

perencanaan yang utuh. Sedangkan pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan
dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan

sasaran pembangunan yang

tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama
pelaksanaan rencana tersebut.
Untuk mendorong Pemerintah Daerah agar dapat melaksanakan pembangunan
prasarana dan sarananya khususnya bidang

keciptakaryaan melalui proses yang

terpadu/terintegrasi, partisipatif, dan terkendali sangat diperlukan adanya kerjasama
pusat dan daerah.Pembangunan prasarana dan sarana tersebut tidak dapat
dilaksanakan secara sepotong-sepotong, baik secara fisik maupun pendanaannya.
Pemerintah Pusat

dalam

hal ini sangat berkepentingan melakukan fasilitasi dan

peningkatan kapasitas manajemen pembangunan daerah melalui pemberdayaan
perencanaan program investasi infrastruktur yang terstruktur dan terprogram bersama
dengan kemitraan

antara Pemerintan Pusat,Propinsi,dan Pemerintah Daerah

Kota/Kabupaten,serta kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat dan fasilitasi
pengendalian implementasi perencanaan investasi pembangunan Bidang Cipta Karya
baik yang dibiayai melalui APBN, APBD, Swasta atau pun masyarakat

serta

pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan Bidang Cipta Karya yang teralokasi di
tahun berjalan.
Dalam penyusunan RPIJM Kabupaten Bantaeng
dokumen

akan

ditajamkan

sesuai

pengaturan terkait Bidang Cipta

dengan

kebijakan

yang baru, substansi
baru

dan perubahan

Karya. Selain itu, penyusunan dokumen RPIJM

perlu mempertimbangkan kemampuan keuangan, kelembagaan daerah, serta dampak
pembangunan infrastruktur permukiman terhadap lingkungan dan kondisi sosial
setempat. Dengan adanya Pedoman RPIJM yang baru,

diharapkan

Kabupaten Bantaeng dapat menggerakkan semua sumber daya
dalam

memenuhi

kebutuhan

Pemerintah

secara

optimal

pembangunan infrastruktur permukiman, sekaligus

mendukung upaya percepatan pencapaian sasaran nasional pembangunan Bidang
CiptaKarya.

I-5

1.2.

Maksud dan Tujuan
Maksud

disusunnya

Dokumen

Review

RPIJM

Bidang

KeCiptaKaryaan

Kabupaten Bantaeng adalah untuk mewujudkan kemandirian lokal Kabupaten
Bantaeng dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman yang berkelanjutan, baik
diperkotaan maupun perdesaan.
Adapun

tujuan

dari

disusunnya

Dokumen

Review

RPIJM

Bidang

KeCiptaKaryaan Kabupaten Bantaeng adalah sebagai dokumen acuan dalam
perencanaan, pemrograman, dan penganggaran pembangunan infrastruktur Bidang
Cipta Karya. RPIJM memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima
tahun yang mencakup multi sektor, multi sumber pendanaan, dan multi stakeholders.
1.3

Kedudukan RPIJM
Rencana

Program

KeCiptaKaryaan

Investasi

merupakan

Jangka

dokumen

Menengah

perencanaan

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

(RPIJM)

dan

Bidang

pemrograman

yang disusun oleh Pemerintan

Kabupaten/Kota dengan jangka waktu 5 (lima) tahun, dan dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat, dan
dunia usaha dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang dan kebijakan skala
nasional,

provinsi,

dan

kabupaten

kota,

untuk

mewujudkan

Keterpaduan

Pembangunan Permukiman yang layak Huni dan Berkelanjutan.
RPIJM Bidang Cipta Karya disusun dengan mengintegrasikan berbagai
dokumen perencanaan spasial maupun sektoral, mulai dari tingkat pusat, provinsi,
hingga kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun sebagai dokumen teknis
operasional pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya sesuai dengan dokumen
rencana yang ada,dengan perkuatan pada rencana investasi sesuai dengan kebutuhan
dan kapasitas daerah.
Gambar 1.2 memaparkan kedudukan RPIJM Bidang Cipta Karya pada Sistem
perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.

I-6

Sumber : Direktorat Bina Program, 2016

Gambar 1.2
Kedudukan RPIJM Bidang Cipta Karya pada Sistem Perencanaan
Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

1.4

Muatan Dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Bantaeng
Secara substansi muatan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Bantaeng

terdiri 8 (delapan) bab yaitu:
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan,
Kedudukan RPIJM, serta Muatan RPIJM Bidang Cipta Karya.
Bab 2 Profil Kabupaten Bantaeng
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai profil umum Kabupaten Bantaeng
seperti Wilayah Administrasi, Potensi Wilayah Kabupaten Bantaeng, Demografi
dan Urbanisasi, dan Isu Stratergis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan
RPJMD dan RTRW Kabupaten Bantaeng

I-7

Bab 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Bagian ini berisikan penjelasan mengenai Arahan Kebijakan Pembangunan
Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang serta Rencana Strategis
Infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Bab 4 Analisis Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Pada bagian ini berisikan mengenai Analisis Sosial, Analisis Ekonomi dan
Analisis Lingkungan
Bab 5 Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai Potensi Pendanaan APBD, Potensi
Pendanaan APBN, Alternatif Sumber Pendanaan dan Strategis Peningkatan
Investasi Bidang Cipta Karya
Bab 6 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kabupaten/Kota
Pada bab ini

berisikan penjelasan mengenai Kerangka Kelembagaan dan

Kerangka.
Bab 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Bagian ini menjelaskan tentang Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman,
Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan SPAM dan
Sektor Pengembangan PLP.
Bab 8 Memorandum Program Jangka Menengah Bidang Cipta Karya
Pada bab ini berisikan matriks program investasi RPIJM Kabupaten/Kota dan
matriks keterpaduan program investasi RPIJM Kabupaten/Kota.

I-8