BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Noorma Choirunnisa Maulani BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Cendekiawan, Aziz. B (2015)

  mengkaji efektifitas penggunaan sosial media twitter akun @infoimunisasi sebagai media promosi kesehatan oleh PT. Bio Farma (Persero). Hasil dari pengukuran efektifitas penggunaan sosial media twitter yang diukur dengan menggunakan EPIC Model yang telah menghasilkan skor 3,78 yang masuk dalam kategori efektif. Dan dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Nugroho, Subianto. D (2015) mengkaji hubungan persepsi terhadap iklan obat di televisi dengan perilaku swamedikasi masyarakat di kabupaten Banyumas. Hasil dari pengukuran persepsi masyarakat di Kabupaten Banyumas (86%) cenderung memeiliki persepsi terhadap iklan obat batuk di televisi yang baik sedangkan (88%) masyarakat di Kabupaten Banyumas cenderung memeiliki perilaku swamedikasi yang baik, dan hubungan antara persepsi terhadap iklan obat batuk di televisi dengan perilaku swamedikasi masyarakat di Kabupaten Banyumas dengan p value uji lamda 0,003 (p>0,05) dan memiliki korelasi 0,714 yang berarti memeiliki korelasi sedang/cukup kuat.

  Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah mengukur persepsi dalam penggunaan media atau penggunaan media sebagai media promosi kesehatan, sedangkan yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah subyek yang akan diteliti tentang persepsi atau promosi kesehatan tidak pada masyarakat atau satu instasi, namun pada subyek apoteker di wilayah Kabupaten Banyumas. Hal lain yang diteliti adalah tentang persepsi dan sikap apoteker di wilayah Banyumas dalam penggunaan media sosial sebagai media promosi kesehatan masyarakat.

B. Landasan Teori 1. Media Sosial a. Definisi Media Sosial

  Pada dasarnya media sosial merupakan perkembangan mutakhir dari teknologi-teknologi web baru berbasis internet, yang memudahkan semua orang untuk dapat berkomunikasi, berpartisipasi saling berbagi dan memebentuk sebuah jaringan secara online , sehingga dapat menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di blog, tweet, atau video YouTube dapat direproduksi dan dapat dilihat secara langsung oleh jutaan orang secara gratis (Zarella,2010: 2-3).

b. Macam-Macam Media Sosial

  Media sosial mempunyai banyak bentuk diantaranya yang paling populer yaitu microblogging (Twitter), facebook, instagram, dan blog. Twitter adalah suatu situs web yang merupakan layanan dari microblog, yaitu suatu bentuk blog yang membatsi ukuran setiap post-nya, yang memberikan fasilitas bagi pengguna untuk dapat menuliskan pesan dalam twitter update hanya berisi 140 karakter. Twitter merupakan salah satu jejaring sosial yang paling mudah digunakan, karena hanya memerlukan waktu yang singkat tetapi informasi yang disampaikan dapat langsung menyebar secara luas. (Zarella, 2010: 31).

  Ciri-ciri dari sebuah microblogging atau twitter, yaitu memiliki update status yang biasa disebut dengan tweet berjumlah 140 karakter lebih singkat dari media lainnya. Dapat mengomentari twet yang dibuat oleh

  following dengan menggunakan reply, selanjutnya dapat ditulis dengan

  menggunakan fungsi RT@username, memiliki cara sendiri untuk berbagi foto dan video yang biasa disebut dengan tweetpic (Madcoms, 2010: 144- 159).

  Facebook adalah suatu situs jejering sosial yang dapat dijadikan

  sebagai tempat untuk menjalin hubungan pertemanan dengan seluruh orang yang ada di belahan dunia untuk dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Facebook merupakan situs pertemanan yang dapat digunakan oleh manusia untuk bertukar informasi, berbagi foto, video dan lainnya (Madcoms,2010: 1).

  Ciri-ciri dari sebuah akun facebook, yaitu memiliki pages dan

  groups , dapat melakukan update status lebih dari 140 karakter sesuai

  dengan kebutuhan, dapat langsung memberi komentar atau memberikan apresiasi dari update status orang-orang yang sudah menjadi teman di

  facebook , memiliki fasilitas chatting yang memungkinkan pemilik

  facebook untuk dapat melakukan chat secara langsung dengan orang- orang yang sudah berteman di facebook, dapat berbagi foto dengan cara

  tagging , dapat membuat album foto yang berisikan nama album, lokasi

  tempat pengambilan foto, dan jika diperlukan dapat berisikan penjelasan singkat mengenai foto tersebut, dapat membuat album video yang berdurasi maksimal 2 menit dan berukuran kurang dari 100 MB (Madcoms, 2010: 20-60).

  Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri.Satu fitur yang unik di Instagram adalah memotong foto menjadi bentuk persegi, sehingga terlihat seperti hasil kamera Kodak Instamatic dan Polaroid.Hal ini berbeda dengan rasio aspek 4:3 yang umum digunakan oleh kamera pada peralatan bergerak.Instagram dapat digunakan di iPhone, iPad atau iPod Touch versi apapun dengan sistem operasi iOS 3.1.2 atau yang terbaru dan telepon kameraAndroid apapun dengan sistem operasi 2.2 (Froyo) atau yang terbaru. Aplikasi ini tersebar melalui Apple App Store dan Google Play (Frommer, 2010).

  Ciri-ciri dari instagram yaitu komunikasi antara sesama pengguna instagram sendiri dapat terjalin dengan memberikan tanda suka dan juga mengomentari foto-foto yang telah diunggah oleh pengguna lainnya. Pengikut juga menjadi salah satu unsur yang penting, dimana jumlah tanda suka dari para pengikut sangat mempengaruhi apakah foto tersebut dapat menjadi sebuah foto yang populer atau tidak. Selain itu, instagram juga dapat terkoneksi langsung dengan aplikasi sosial media yang lain seperti

  twitter dan facebook. Instagram juga mampu melakukan proses edit

  terhadap foto sebelum diunggah ke jaringan. Foto-foto yang akan diunggah melalui Instagram tidak terbatas atas jumlah tertentu, melainkan Instagram memiliki keterbatasan ukuran untuk foto. Ukuran yang digunakan di dalam Instagram adalah dengan rasio 3:2 atau hanya sebatas berbentuk persegi saja.

  

Youtube merupakan sebuah situs web berbagi video. Situs ini

memungkinkan pengguna mengunggah, menonton, dan berbagi video.

  Aplikasi ini untuk menampilkan berbagai macam konten video buatan pengguna, termasuk klip film, klip tv, dan video musik. Selain itu ada pula konten amatir seperti blog video, video orisinil pendek, dan video pendidikan.

2. Promosi Kesehatan a. Definisi Promosi Kesehatan

  Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah pengembangan dari isitilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi,, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi didalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.

  WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya.

  Menurut Green (Notoatmodjo, 2005), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu :

  1) Faktor predisposisi (predisposising factors) yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang. 2) Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana,

  prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.

  3) Faktor penguat (reinforcing factors)merupakan faktor penguat bagi

  seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan-peraturan, surat keputusan.

  Menurut Lawrence Green (1984), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

  Berdasarkan piagam Ottawa (Ottawa Charter : 1986) “Health

  promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve their health. To reach a state of complate physical, mental, and social well being, an individual or group must be able to identify and realize aspiration, to satisfy needs, and to change or cope with the environment”

  Dengan kata lain promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005).

b. Strategi Promosi Kesehatan

  Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari tiga hal, yaitu :

  1) Advokasi (Advocacy) Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan.

  Kegiatan advokasi ada bermacam-macam bentuk baik secara formal maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang isu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya berkunjung kepada para pejabat relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau dalam bentuk dana atau fasilitas lain.

  2) Dukungan sosial (Social Support) Strategi dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar tokoh masyrakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat penerima program kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial antara lain pelatihan-pelatihan para tokoh masyarakat, semonar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat diberbagai tingkat sasarn sekunder.

  3) Pemberdayaan masyarakat (Empowerment) Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

  Bentuk kegiatan ini antara lain penyuluhan kesehatan, keorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (Notoatnodjo, 2005).

c. Sasaran Promosi Kesehatan

  Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada individu/ keluarga, masyarakat, pemerintah/ lintas sektor/ politisi/ swasta, dan petugas atau pelaksana program.

  1) Individu/Keluarga diharapkan

  a) Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik langsung maupun melalui media massa)

  b) Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memeilhara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya.

  c) Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

  d) Berperan serta dalam kegiatan sosial, khususnya yang berkaitan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) kesehatan. 2) Masyarakat diharapkan

  a) Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan ata upaya kesehatan.

  b) Bergotong royong mewujudkan lingkungan sehat. 3) Pemerintah/Lintas sektor/Politisi/Swasta diharapkan

  a) Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat.

  b) Membuat kebijakan sosial yang memerhatikan dampak di bidang kesehatan. 4) Petugas atau Pelaksana Program diharapkan

  a) Memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap program kesehatan.

  b) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang memberi kepuasan kepada masyarakat. Sasaran promosi kesehatan perlu dikenali secara khsus, rinci dan jelas agar promosi kesehatan lebih efektif. Oleh karena itu, sasaran promosi kesehatan tersebut dihubungkan dengan tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan institusi kesehatan, tatanan institusi pendidikan, dan tatanan tempat-tempat umum.Menurut Weiss (1991), program promosi dikembangkan dalam tiga daerah utama, yaitu sekolah, tempat kerja, dan kelompok masyarakat. dalam pelaksanaan program promosi kesehatan, telah terbukti bahwa promosi kesehatan di masyarakat, sekolah, dan tempat kerja cenderung paling efektif (Carleton, 1991). Kolbe (1988) menambahkan sasaran lain dalam promosi kesehatan adalah pelayanan medis dan media.

  Agar lebih spesifik,sasaran dibagi lagi menjadi sasaran primer, sekunder, dan tersier: (1) Sasaran primer adalah sasaran yang mempunyai masalah, yang diharapkan mau berprilaku sesuai harapan dan memperoleh manfaat paling besar dari perubahan perilaku tersebut. (2) Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok yang memeiliki pengaruh atau disegani oleh sasaran primer. Sasaran sekunder diharapkan mampu mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada sasaran primer. (3) Sasaran tersier adalah para pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak-pihak yang berpengaruh di berbagai tingkatan (pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa/kelurahan).

d. Penggunaan Media Dalam Promosi Kesehatan

  Menurut Notoamodjo (2007) media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan atau alat bantu lihat dan dengar (AVA). Alat-alat tersebut disebut sebagai media promosi kesehatan adalah karena alat-alat tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien.

  Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, juga memandang bahwa sebagai salah satu upaya dalam mempromosikan kesehatan adalah dengan melakukan promosi melalui berbagai media, baik media cetak, media elektroniik, maupun media luar ruang. Dalam hal ini media diposisikan sebagai saran untuk membuat suasan yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan. Adapun, jenis media promosi kesehatan yang telah selama ini telah dikembangkan antara lain berbentuk media cetak, seperti : leaflet, brosur, poster, kalender, dan lain-lain. Kemudian juga berbentuk media elektronik, seperti melalui siaran radio dan televisi, pembuatan kaset dan VCD, serta juga melalui internet.

  Pesan-pesan kesehatan yang disebarluaskan melalui media, beberapa diantaranya cukup berhasil dalam membina suasana serta mengajak masyarakat untuk berbuat sesuatu. Namun, beberapa diantaranya juga ada yang kurang mendapat sambutan masyarakat. akan tetapi, secara umum penggunaan media dapat dikatakan amat menunjang dalam program-program promosi kesehatan (Pusat Promosi Kesehatan, 2006).

e. Klasifikasi Jenis Media Promosi Kesehatan

  Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, maka Notoatmodjo (2007) membagi media promosi kesehatan menjadi tiga jenis media, yaitu :media cetak, media elektronik, serta media papan. Adapun penjelasan masing-masing jenis media tersebut adalah sebagai berikut :

  1) Media Cetak Media cetak sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangatlah bervariasi bentuknya, diantaranya bentuk media cetak yang digunakan untuk melakukan promosi kesehatan adalah sebagai berikut: a) Booklet, yang merupakan suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, yang dapat berisi tulisan maupun gambar. b) Leaflet, yang merupakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat maupun gambar, ataupun kombinasi dari keduanya.

  c) Flyer (selebaran), yang bentuknya seperti leaflet, akan tetapi tidak berlipat d) Flip chart (lembar balik, yang merupakan media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik, yang biasanya berupa sebuah buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

  e) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

  f) Poster, yang merupakan bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok- tembok, di tempat-tempat umum, atau kendaraan umum.

  g) Foto-foto yang mengukapkan informasi kesehatan. 2) Media Elektronik

  Media elektronik sebgai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan juga berbeda-beda jenisnya. Jenis media elektronik yang banyak digunakan dalam melakukan promosi kesehatan antara lain adalah sebagai berikut: a) Televisi, penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi dapat tersaji dalam bentuk: sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), Tv Spot, kuis atau cerdas cermat, dan sebagainya.

  b) Radio, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat bermacam-macam bentuknya, antara lain: obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya. c) Video, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat dilakukan melalui rekaman video.

  d) Slide, slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi-informasi kesehatan.

  e) Film Strip, film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan

  pesan-pesan kesehtan.

  f) Media Papan (Billboard), papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi kesehatan. Media papan ini juga dapat mencakup pesan- pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum, seperti bus dan taksi. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan membagi media promosi kesehatan menjadi tiga jenis media, dimana pada masing-masing jenisnya dapat menjadi beberapa bentuk media yang lebih spesifik. Tiga jenis media promosi kesehatan tersebut adalah sebagai berikut:

  (1) Media audio visual, seperti dalam bentuk program televisi yang dapat berupa tayangan talk show, Spot TV, sinetron, instructional, interaksi, PSA, interaktif, iklan layanan masyarakat, variety show, telesinema, standing sign, spanduk, pin dan filter. (2) Media visual, seperti dalam bentuk: poster, leaflet, booklet, brosur, stiker, kalender, lembar balik, buku dan slide. (3) Media audio, seperti dalam bentuk siaran radio yang dapat berupa filler atau spot radio dan cerita radio.

3. Apoteker a. Pengertian Apoteker

  Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui surat keputusan.Surat keputusan MentriKesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang apoteker berbunyi, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabaan apoteker berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

  Menurut Asiza (kompas,18/3/2005) menyatakan bahwa apoteker adalah orang yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan mengenai obat-obatan. Sebelum menebus obat di apotek, tanyakan seputar obat yang akan dikonsumsi kepada apoteker, kalau perlu minta informasi tertulis tentang obat tertentu.

  Apoteker adalah orang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian. Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana, minimal empat tahun, ditambah satu tahun untu pendidikan profesi apoteker. Apoteker di Indonesia bergabung dalam organisasi profesi apoteker yang disebut Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Apoteker di Indonesia kurang diakui keberadaannya tidak seperti halnya di negara lain. Banyak yang mengatakan kesejahteraan apoteker sekarang ini di Indonesia sangat memprihatinkan dibanding 10 tahun yang lalu.

  Seorang apoteker yang baru lulus juga disumpah seperti dokter. Sumpah itu intinya adalah seorang apoteker harus memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan manusia. Seorang apoteker dilarang menggunakan pengetahuannya untuk merugikan orang lai. Menurut ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia) (2003), apoteker merupakan tenaga ahli yang mempunyai kewenangan di bidang kefarmasian melalui keahlian yang diperolehnya selama pendidikan tinggi kefarmasian.

  Sementara menurut Moch.Saiful Bachri, apoteker adalah sebuah profesi kesehatan yang diakui keberadaannya oleh UU tenaga kesehatan seperti dokter, dokter gigi, perawat, dan bidan. Para kesehatan itu masing- masing juga berkumpul dalam sebuah organisasi profesi yang diakui keberadaannya oleh pemerintah, IDI untuk profesi dokter, IBI untuk profesi bidan, IDGI untuk profesi profesi dokter gigi, dan IAI untuk profesi apoteker. Masing-masing organisasi profesi ini punya kewenangan mengatur rumah tangganya dan bersifat independent. Mereka mempunyai kode etik dalam menjalankan profesinya.

b. Hak dan Kewajiban Apoteker

  Hak dari seorang apoteker adalah sebagai berikut : 1) Berhak melakukan pekerjaan kefarmasian (Permenkes No.992) 2) Berhak menjadi penanggung jawab pedagang besar farmasi penyalur obat dan atau bahan baku obat (Permenkes No.1191 tahun 2002) 3) Berhak menjalankan peracikan obat (perbuatan atau penyerahan obat- obatan untuk maksud-maksud kesehatan), (UU obat keras/st.No.419 tanggal 22 Desember 1949 pasal 1). 4) Berwenang menyelenggarakan apotek disuatu tempat setelah mendapat SIA dari menteri (Permenkes No. 922 tahun 1991 pasal 1).

  5) Berwenang menjadi penanggung jawab usaha industri obat tradisional (Permenkes No. 246 tahun 1990 pasal 8). 6) Berwenang menjadi penanggung jawab pengawas mutu di industri farmasi jadi dan bahan baku obat (SK Menkes No. 245 tahun 1990). 7) Berwenang menerima dan menyalurkan obat keras melalui pedagang besar farmasi atau apotek (Permenkes No. 198 tahun 1993 pasal 16). 8) Melakukan masa bakti apoteker di saran kesehatan pemerintah atau sarana kesehatan lain, seperti sarana kesehatan milik BUMN/BUML, industri farmasi, industri obat tradisional, industri kosmetik, industri makanan dan minuman, apotek diluar ibu kota negara, pedagang besar farmasi, rumah sakit, pendidikan tinggi dan menengah bidang farmasi milik swasta (sebagai pelajar), atau di lembaga penelitian dan pengembangan (sebagai peneliti), (Permenkes No. 149 tahun 1998).

  Menyangkut tentang kewajiban tentang apoteker adalah sebagai berikut : a) Menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin

  (Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 12 ayat 1).

  b) Melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi oleh kepentingan masyarakat (Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 15 ayat 1). c) Berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat (Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 13 ayat 3).

  d) Memberikan informasi berkaitan dengan penggunaan obat yang di sarankan kepada pasien dan pengguna obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat (Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 15 ayat 4).

  e) Apabila apoteker mengagap bahwa terdapat kekeliruan resep atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep (Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 16 ayat 1).

  f) Menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti jika berhalangan melaksanakan tugasnya (Kepmenkes No. 1332 tahun 2002 pasal 19).

  g) Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping atau apoteker pengganti dalam pengelolaan apotek (Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 20).

  h) Menyerahkan resep, narkotika, obat, dan pembekalan farmasi; kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika; serta berita acaranya jika menyerahkan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian i) Mengamankan pembekalan farmasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku jika SIA-nya dicabut.

4. Persepsi a. Pengertian Persepsi

  Persepsi adalah proses menyangkut kesan atau informasi kedalam otak manusia melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dikatakan lewat indranya yaitu indra penglihatan, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu terapan atau proses seseorang dalam mengikuti beberapa hal melalui panca indranya (Depdikbud 1991:675).

  Sedangkan menurut (Bilmo Walgito 1997:53) dalam Nafatali “persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya situmulus oleh individu melalui reseptornya, kemudian diteruskan kepusat saraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar d an seterusnya individu mengalami persepsi”.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

  Ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian kita. Faktor penyebab ini dapat kita bagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut (Notoatmodjo 2010: 104-109).

  1) Faktor Eksternal

  a) Kontras : Cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

  b) Kontras warna: Jika kita naik gunung maka kita dianjurkan menggunakan jaket warna jingga. Hal ini untuk memudahkan pencarian jika kita tersesat di gunung. Warna jingga yang kontras dengan warna hijau di sekelilingnya akan lebih cepat menarik perhatian kita.

  c) Kontras ukuran: Cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan iklan, dimana mereka akan membuat papan iklan yang besar sekali (balihoo) seperti yang dilakukan iklan-iklan rokok.

  d) Kontras bentuk: Di antara kumpulan orang yang kurus-kurus maka kita akan cepat menjadi perhatian orang jika kita berbadan gemuk.

  e) Kontras gerakan: Gerakan akan menarik perhatian kita jika benda-benda lainnya diam. Misalnya jika pada saat kuliah ada seorang mahasiswa yang terkantuk-kantuk dan kepalanya terayun-ayun, maka dosen pasti akan dengan cepat memperhatikan mahasiswa ini dan menegurnya.

  f) Perubahan intensitas: Suara yang berubah dari pelan menjadi keras atau cahay yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian kita. Misalnya iklan dengan suara yang tiba- tiba menjadi keras akan lebih menarik perhatian kita. Atau kedipan lampu yang menyilaukan akan menarik perhatian kita.

  g) Pengulangan (repetition): Iklan yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian kita, walaupun seringkali kita merasa jengkel dibuatnya. Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang perhatian kita, maka akhirnya akan mendapat perhatian kita.

  h) Sesuatu yang baru (novelty): Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui. i) Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak: Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian kita. 2) Faktor Internal

  Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda.

  1. Pengalaman/pengetahuan: Pengelaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah kita pelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.

  2. Harapan atau expectation: Harapan terhadap sesuatu akan memperngaruhi persepsi terhadap stimulus. Jika anda datang ke rumah sakut membawa seseorang dalam keadaan gawat, maka ketika ada seseorang dengan jas putih datang, maka anda akan langsung memanggilnya sebagai dokter. Namun jika anda tahu yang datang bukan dokter, maka anda akan kecewa dan berteriak, “Mana dokternya?”

  3. Kebutuhan: Kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut dapat masuk dalam rentang perhatian kita dan kebutuhan ini akan menyebabkan kita menginterpretasikan stimulus secara berbeda.

  4. Motivasi: Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Jika seseorang ingin lulus dengan cum laude maka angka B akan diintepretasikan sebagai nilai yang buruk, namun jika seseorang ingin cepat lulus maka nilai B akan diintepretasikan sebagai nilai yang sudah baik.

  5. Emosi: Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Seorang yang sedang jatuh cinta merupakan contoh klasik yang bagus. Jika kita sedang jatuh cinta maka semua akan kita persepsikan serba indah.

  6. Budaya; Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja. Kita akan melihat orang tua sebagai sama saja cerewetnya dan suka membanggakan masa lalunya. Demikian pula orang tua akan menginterpretasikan anak muda sekarang sebagai anak muda yang kurang tau sopan santun dan kurang mau bekerja keras.

5. Sikap a. Pengertian Sikap

  Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Menurut Notoatmodjo (2005) sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.

  Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu : 1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek.

  Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka..