BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - ANALISIS SUBORDINASI DALAM NOVEL TANAH TABU KARYA ANINDITA S. THAYF - repository perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak perkembangan sastra di Indonesia memasuki periode sastra modern

  pada tahun 20-an, hingga sekarang, permasalahan wanita dalam mereaksi tantangan zaman merupakan tema yang selalu menarik untuk ditulis. Salah satu yang diangkat sastrawan, dalam kaitanya, dengan permasalahan wanita adalah masalah subordinasi. Subordinasi yaitu perempuan tersubordinasi dari laki-laki berarti perempuan mempunyai posisi tidak penting dibandingkan laki-laki (Relawati, 2011:10). Salah satu faktor yang menyebabkan adanya subordinasi adalah akibat adanya dikonstruksi secara sosial, misalnya dalam hal agama, kewajiban laki-laki adalah yang mencari nafkah untuk keluarga maka pihak yang menghasilkan uang menjadi pihak yang lebih penting. Sementara perempuan yang “hanya” mengurus pekerjaan rumah dianggap kurang penting. Anggapan masyarakat bahwa perempuan kurang penting dibanding laki-laki terimplementasi pada fenomena kehidupan sehari-hari mulai dari urusan rumah tangga hingga urusan publik.

  Dalam kehidupan sehari-hari banyak kaum lelaki yang menomerduakan perempuan dan menganggap dirinya tidak penting (subordinat) oleh adat, budaya.

  Subordinasi terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu. Di Jawa, dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, pada akhirnya akan ke dapur juga. Dalam rumah

  1 tangga masih sering terdengar jika keuangan keluarga sangat terbatas, dan harus mengambil keputusan untuk menyekolahkan anak-anaknya, maka anak laki-laki akan mendapat prioritas utama. Praktik seperti itu sesungguhnya berangkat dari kesadaran gender yang tidak adil.

  Fenomena mengenai kesadaran gender menyebar di kalangan masyarakat. Suhartono dalam Sugihastuti (2010:65) mengatakan bahwa dalam budaya patriarkal banyak perempuan yang dinomorduakan. Hal itu ternyata juga muncul di dalam karya sastra. Karya sastra mengungkapkan tentang realitas kehidupan. Gambaran masyarakat dalam karya sastra tidak lagi sama dengan keadaan masyarakat yang sebenarnya (Mahayana, 2005:336). Dalam belakangan ini ada novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf yang mengungkap realitas kehidupan secara menarik.

  Novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf menampilkan masalah subordinasi perempuan. Tokoh perempuan dicitrakan tunduk terhadap laki-laki, baik itu karena adat, etika, moral maupun agama. Latar tempat yang ditampilkan dalam novel Tanah Tabu adalah Papua. Sebuah setting yang jarang disentuh oleh pengarang Indonesia. Tanah Papua dalam Tanah Tabu diceritakan sebagai tempat yang mengenaskan. Sebuah tempat yang masih lekat dengan adat dan budayanya yang menempatkan perempuan Komen pada sebuah tradisi yang harus dijalani sebagai sebuah kodrat. Perempuan Komen dalam tradisi papua berkewajiban untuk mengurus keluarga, rumah, dan kebun. Tradisi ini menyebabkan anak perempuan merasa rumah tempat yang paling buruk. Anak perempuan ingin pergi dengan cara menerima pinangan. Hal inilah yang menyebabkan budaya menikah di usia muda muncul di Papua. Seperti yang dialami tokoh perempuan yaitu Mama Helda. Di usianya yang belum genap empatbelas tahun, Mama Helda sudah dipaksa untuk melayani nafsu suaminya setiap hari. Mama Helda harus terkurung dirumah, tidak diperbolehkan keluar ketika dia mulai mengandung seorang bayi. Pekerjaan rumah, seperti berkebun, mengurus rumah dan suami itulah yang harus ia lakukan semasa hidupnya, baru sebentar dia merasakan gembiranya menjadi anak-anak tetapi keesokan harinya sudah dipaksa menjadi dewasa.

  Tokoh perempuan dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf dipaksa menjalani alienasi dan isolasi yang sengaja dilakukan oleh kaum lelaki sebagai tumbal dari perayaan superioritas maskulinitas dalam tegangan tradisi dan modernitas. Tanah Papua jadi ruang pergulatan intensif dengan pemunculan pahlawan dan korban. Kaum lelaki ingin menjadi seorang pahlawan sebagai taktik menutupi kelemahan atau kegagalan dalam melakoni hidup. Perempuan dijadikan korban dari arogansi kelelakian melalui laku politik, ekonomi, sosial, dan kultural. Posisi pelemahan ini justru diresistensi kaum perempuan untuk menjadikan diri sebagai perempuan yang kuat meski memberi taruhan harga diri dan nyawa.

  Adapun yang terpenting dari novel Tanah Tabu ini adalah adanya presentasi dari nasib kaum perempuan dalam kondisi yang memprihatinkan.

  Kaum perempuan tidak mendapati jaminan ekonomi dari perubahan represif melalui industri pertambangan. Mereka justru menjadi korban mengenaskan dari ulah kaum lelaki. Hak untuk dapur terabaikan dan pola konsumsi kaum lelaki membuat perempuan jadi sasaran kekerasan dan pemiskinan. Istri dan anak ditinggalkan tanpa ada kompensasi. Kondisi ini membuat kaum perempuan dalam jerat-jerat penderitaan, kemiskinan, dan kematian. Hal inilah yang telah dialami tokoh Mama Helda dan tokoh utama dalam novel yaitu Mebel dalam menghadapi kehidupan di tanah yang tabu. Kehidupan yang getir ini membuat nafsu pemberontakan terhadap kaum laki-laki tumbuh pada diri Mebel untuk melawan deskriminasi dalam konteks sosio kultural dan politik masyarakat.

  Novel Tanah Tabu dapat dipahami sebagai salah satu novel yang menjadi sarana untuk melawan dan mengkritik subordinasi. Perempuan dipaksa untuk menerima atas tragedi yang membuatnya tertindas tanpa hak-hak pembelaan. Perempuan dijadikan objek dari kekerasan dan kemiskinan akibat kehidupan kaum lelaki yang konsumtif dan menindas kaum perempuan. Uang hanya dijadikan kenikmatan dalam bentuk minuman keras dan seks. Gerakan untuk membebaskan diri dari subordinasi perempuan dipresentasikan oleh pengarang melalui tokoh-tokoh perempuan.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti menjadikan novel Tanah Tabu sebagai objek untuk penelitian yang membahas tentang subordinasi perempuan dalam kajian gender yang dialami oleh kaum perempuan, oleh karena itu, novel ini tepat dianalisis dengan menggunakan konsep gender.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan paparan dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

  1. Bagaimana kandungan unsur intrinsik, yang meliputi tokoh, penokohan, alur dan latar, dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thaif, kaitannya dengan subordinasi?

  2. Bagaimana praktik-praktik subordinasi yang ada di dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thaif?

  3. Bagaimana kajian gender dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thaif, kaitannya dengan subordinasi?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Untuk menelaah kandungan unsur intrinsik, yang meliputi tokoh, penokohan, alur dan latar, di dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf, kaitannya dengan subordinasi.

  2. Untuk menelaah praktik-praktik subordinasi di dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf.

  3. Untuk menelaah kajian gender di dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S.

  Thayf, kaitannya dengan subordinasi.

  D. Manfaat Penelitian

  Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan bermanfat: .

  1. Secara Teoretis

  a. Dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan studi analisis terhadap sastra indonesia, terutama dalam bidang penelitian novel Indonesia yang memanfaatkan teori feminisme yang difokuskan pada kajian subordinasi perempuan.

  b. Dapat memperkaya pengetahuan kita tentang pemahaman akan liku-liku kehidupan yang dialami oleh para kaum wanita yang tertindas oleh adat dan budaya.

  2. Secara Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi penelitian selanjutnya, terutama bagi mereka yang berminat terhadap studi analisis menggunakan kajian gender pada karya sastra.

E. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan penelitian dengan judul “Analisis Subordinasi Perempuan dalam Novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf” secara keseluruhan terbagi atas lima bab, yaitu:

  Bab pertama mengenai bab pendahuluan yang di dalamnya terdapat beberapa sub bab, antara lain terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah mengungkapkan alasan-alasan penelitian ini. Rumusan masalah adalah rincian terhadap masalah yang akan dibahas agar tidak terjadi pembahasan yang terlalu melebar. Tujuan penelitian mengungkapkan mengenai tujuan yang akan dicapai oleh penelitian ini. Manfaat penelitian mengungkapkan mengenai manfaat yang akan diperoleh pembaca setelah membaca penelitian ini. Adapun sistematika penulisan diperlukan untuk mempermudah bagian-bagian yang diungkapkan dalam penelitian ini.

  Bab dua berisi hasil-hasil penelitian yang relevan dan landasan teori. Hasil-hasil penelitian yang relevan diperlukan sebagai penjelas bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dalam penelitian ini akan ditemukan hal yang baru. Landasan teori yang penulis gunakan untuk menganalisis, yaitu teori strukturalisme dan gender.

  Bab tiga berisi tentang metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini, secara rincinya bab tiga yakni, objek penelitian, metode penelitian, dan langkah penelitian.

  Bab empat, adalah analisis mengenai praktik-praktik subordinasi dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf. Pembahasan mengenai praktik- praktik subordinasi secara strukturalis merupakan bagian dari ekstrinsik, tetapi dalam penelitian ini bagian seperti tokoh, penokohan, alur, dan setting tetap penting sebagai suatu keseluruhan. Pengungkapan mengenai tokoh, penokohan, alur, dan setting bukanlah menyebutkan secara dikotomik, tetapi hanya secara simultan sejauh berkaitan dengan praktik-praktik subordinatif yang terkandung di dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf.

  Bab lima, berisi mengenai simpulan dan saran. Pada bab ini diungkapkan mengenai inti terpenting dari prakti-praktik subordinasi yang terkandung dalam penelitian ini. Adapun saran ditulis dalam penelitian ini, meliputi saran dalam praktis dan teoretis.