BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Proses Keperawatan Komunitas Pada Klien Dengan Hipertensi - Wirawan Budi Muhammad BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Proses Keperawatan Komunitas Pada Klien Dengan Hipertensi

  1. Pengkajian Jumlah penduduk lansia berdasarkan data menurut profil kesehatan puskesmas Padamara tahun 2017 adalah berjumah 5906 orang. Riwayat kesehatan lansia mayoritas memiliki penyakit tidak menular kusunya hipertensi memliki populasi sebanyak 1.178 kasus (9,85%) dari 11.951 yang sudah memeriksa diri di puskesmas dan jaringanya. Berdasarkan Profil kesehatan Puskesmas Padamara 2017 diperoleh data tentang lansia mennurut jenis kelamin Laki-Laki sebanyak 2.921 orang dan Perempuan sebanyak 2.887 orang dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar sebesar 32,90% dari keseluruhan jumlah lansia, Untuk tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama berjumlah 20% dari keseluruhan jumlah lansia. Untuk tingkat Sekolah Menenggah Atas dan Kejuruan berjumlah 7,8% dari keseluruhan jumlah lansia dan untuk tingkat perguruan tinggi sebanyak 3,45%.

  Menurut profil kesehatan puskesmas Padamara tahun 2017 diperoleh data tentang anggota kelompok prolanis yang berjumlah 115 orang, dan yang rutin mengikuti prolanis di puskesmas padamara sekitar 70-80 orang.

  2. Diagnosa 1) Ketidak Efektifan Manajemen Kesehatan (1982) Domain 1. Promosi Kesehatan Kelas 2. Manajemen Kesehatan

  Definisi : Pola peraturan dan penintregrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hiidup sehari-hari untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan spesifik. Batasan karakteristik terdiri dari Kesulitan regimen yang di programkan, pilihan tidak efektif dalam hidup sehari-hari untuk memenuhi tujuan kesehatan. Faktor yang berhubungan seperti kesulitan ekonomi, kompleksitas sistem pelayanan kesehatan, konflik keluarga, konflik pengambil keputusan, kurang dukungan social, kurang pengetahuan tentang program terapeutik, dan persepsi hambatan ( NANDA, 2017). .3 Perencanaan

  Menurut (Nic, 2017) Kesiapan koping komunitas adalah pola aktifitas untuk adaptasi dan pemecahahan masalah yang memuaskan guna memenuhi kebutuhan komunitas dengan cara berikut :

  1. Skrining kesehatan

  2. Surveilans kesehatan komunitas

  3. Peningkatan kesadaran kesehatan

  4. Monitor kebijakan kesehatan

  4. Pelaksanaan Menurut (NOC, 2017) Kopetensi komunitas adalah tujuan bersama memecahkan masalah dalam pencapaian tujuan komunitas dengan cara.

  1. Meningkat partisipasi dalam kegiatan komunitas

  2. Meningkat kehadiran anggota pada forum Komunitas

  3. Tercapainya tujuan dari komunitas

  5. Evaluasi Evaluasi yang dapat dilaporkan adalah dapat mengetahui gambaran manajemen kesehatan pada kelompok prolanis dalam pengelolaan hipertensi di Puskesmas Padamara.

B. Manajemen Kesehatan

  1. Pengetian Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.” Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2003).

  2 Komponen Fungsi Manajemen Menurut George Tery (2005) Komponen fungsi manajemen kesehatan dibagi menjadi berikut :

  1) Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan alternative kegiatan untuk pencapaiannya. 2) Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan menajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi. 3) Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating) atau fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staff agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan ketrampilan yang telah dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.

  4) Controlling (monitoring) atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.

  3. Penerapan Manajemen di Bidang Kesehatan Menurut WHO (2007) sehat adalah suatu keadaan yang optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Sesuai dengan tujuan sistem kesehatan tersebut, administrasi (manajemen) kesehatan tidak dapat disamakan dengan administrasi niaga (business

  adminstration ) yang lebih banyak berorientasi pada upaya untuk mencari

  keuntungan finansial (profit oriented). Administrasi kesehatan lebih tepat digolongkan ke dalam administrasi umum/publik (public administration) oleh karena organisasi kesehatan lebih mementingkan pencapaian kesejahteraan masyarakat umum.

C. PROLANIS

  1. Pengertian PROLANIS merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, Fasilitas

  Kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2014).

  2. Tujuan Mendorong peserta penyandang penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke

  Faskes Tingkat Pertama memliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe II dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga mencegah timbulnya komplikasi penyakit. (BPJS Kesehatan, 2014).

  3. Sasaran Sasaran dari Pronalis sendiri merupakan seluruh peserta BPJS penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus tipe II dan Hipertensi). Dengan penanggung jawab program ini adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan bagian Manajemen Pelayanan Primer (BPJS Kesehatan, 2014).

  4. Bentuk Pelaksanaan / Aktifitas Prolanis Menurut BPJS (2014) Aktifitas Prolanis dilaksanakaan dengan mencakup 5 metode, yaitu :

  1) Konsultasi Medis Dilakukan dengan cara konsultasi medis antara peserta Prolanis dengan tim medis, jadwal konsultasi disepakati bersama antara peserta dengan Faskes

  Pengelola.

  2) Edukasi Kelompok Peserta Prolanis Edukasi klub Resiko Tinggi (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta prolanis. Sasaran dari metodi ini yaitu, terbentuknya kelompok peserta (Klub) Prolanis minimal 1 Faskes Pengelola 1 Klub. Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan peserta dan kebutuhan edukasi.

  3) Reminder melalui SMS Gateway Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui peringatan jadwal konsultasi ke

  Faskes Pengelola tersebut. Sasaran dari hal ini adalah tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing

  • – masing Faskes Pengelola. 4) Home Visit

  Home visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan kerumah peserta Prolanis untuk

  pemberian informasi / edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis dan keluarga. Sasaran Peserta Prolanis dengan kriteria : a. Peserta baru terdaftar

  b. Peserta tidak hadir terapi di Dokter praktek perorangan / Klinik /Puskesmas selama 3 bulan berturut

  • – turut,
  • – c. Peserta dengan GDP/GDPP dibawah standar 3 bulan berturut turut,
  • – d. Peserta dengan tekanan darah tidak terkontrol 3 bulan berturut turut, e. Peserta pasca opname.

  5) Pemantauan status kesehatan (Skrinning kesehatan) Mengontrol riwayar pemeriksaan kesehatan untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi atau penyakit berlanjut

  5. Langkah-langkah Pelaksanaan Menurut BPJS Kesehatan (2014), Berikut Tahap- tahap Persiapan Pelaksanaan Prolanis : 1) Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan :

  a. Hasil skrinning riwayat kesehatan

  b. Hasil diagnosa DM dan HT (pada Faskes tingkat pertama maupun RS)

  c. Menentukan target sasaran,

  d. Melakukan pemetaan Faskes dokter keluarga / Puskesmas distribusi berdasarkan distribusi target sasaran peserta f. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes pengelola g. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes pengelola

  h. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani peserta Prolanis, i. Melakukan sosialisasi Prolanis kepada peserta (Instansi, pertemuan kelompok pasien kronis di RS, dan lain lain), j. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes

  Melitus tipe II dan Hipertensi untuk bergabung dalam Prolanis, k. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form kesediaan yang diberikan oleh calon peserta Prolanis, l. Mendistribusikan buku pemantauan kesehatan kepada peserta terdaftar Prolanis, m. Melakukan Rekapitulasi daftar peserta, n. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag bagi peserta prolanis, o. Melakukan distribusi data peserta prolanis sesuai Faskes pengelola, p. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status peserta, Bagi peserta yang belum dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan pemeriksaan, q. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta per Faskes pengelola (Data merupakan iuran aplikasi P – Care), r. Melakukan monitoring aktifitas Prolanis pada masing

  • – masing Faskes Pengelola : Menerima laporan aktifitas Prolanis dari Faskes pengelola, Menganalisa data.

  s. Menyusun umpan balik kinerja Faskes Prolanis, dan t. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional / Kantor Pusat.

D. HIPERTENSI

  1. Pengertian Penyakit Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak tiga kesempatan pengukuran yang berbeda. Secara umum seorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari 140 mmHg. (Elizabeth J Corwin, 2009) .

  Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

  Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatau keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. (Saferi dan Mariza, 2013).

  Hipertensi esensial (primer) adalah hipertensi yang tidak memiliki penyebab medis yang dapat diidentifikasi, agaknya kondisi ini bersifat poligenik multifaktor. Tekanan darah tinggi dapat terjadi apabila resisten perifer dan atau curah jantung juga meningkat sekunder akibat peningkatan stimulasi simpatik, peningkatan reabsorpsi natrium ginjal, peningkatan aktivitas sistem renin- angiotensin-aldosteron, penurunan vasodilatasi arteriol, atau resistensi terhadap kerja insulin (Smeltzer & Bare, 2015).

  Hipertensi adalah suatu keadilan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 dan diastolik lebih dari 90 mmHg (Wijayaningsih,2013).

  Dari definisi beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang melebihi batas normal yaitu diatas 140/90 mmHg.

  2. Anatomi fisiologi Anatomi jantung

  Gambar 1.1

  (Syaifuddin, 2011)

  3. Fisiologi jantung Jantung adalah sebuah rongga berotot dengan empat ruang yang terletak dirongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit kesebelah kiri sternum.

  Ukuran jantung juga lebih kurang sebesar genganman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram. Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, ventrikel kiri. Atrium adalah ruang sebelah atas jantung dan berdinding tipis, sedangkan vertikel adalah ruangan sebelah bawah jantung dan mempunyai dinding yang lebih tebal karena harus memompa darah keseluruh tubuh. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen keseluruh tubuh. Atrium kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengairkan darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel kiri berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan memompanya darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh.

  Jantung juga terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput pembungkus disebut juga selaput epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung yang disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri dari jaringan endotel disebut endokardium. (Syaifuddin,2011).

  4. Etiologi Menurut Aspiani (2015), sekitar 95% orang mengalami hipertensi primer yang belum diketahui penyebabnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hipertensi primer yaitu :

  1) Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya adalah penderita hipertensi.

  2) Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur

  (jika umur bertambah tua maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (Pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kuit hitam lebih banyak dari ras kulit putih).

  3) Kebiasaan hidup kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan, stres berlebihan, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (efedrin, prednison, epinefrin).

  Menurut Buss & Labus (2015) daktor-faktor risiko terjadinya hipertensi Primer yaitu : a) Usia lanjut Usia lanjut ditandai dengan umur berkisar 60 tahun lebih.

  b) Diabetes Melitus Diabetes melitus adalah penyakit kronik yang menyerang sistem endokrin pada tubuh.

  c) Riwayat keluarga Faktor genetik sangat berpengaruh terhadap Hipertensi.

  d) Asupan tinggi garam, lemak, atau alkohol Sering mengkonsumsi makanan tidak sehat dan sering mengkonsumsi alcohol akan berpengaruh pada system kerja jantung sehingga terjadi komplikasi salah satunya Hipertensi.

  e) Obesitas, gaya hidup kurang gerak Berat badan berlebih hingga malas untuk berolah raga adalah salah satu pencetus berbagai macam penyakit diantaranya adalah Hipertensi.

  f) Stres Stres juga merupakan penyebab terjadinya hipertensi karena sistem dari otak dapat merangsang sistem-sistem lainya di dalam tubuh seperti sistem kardiovaskuler. g) Pemakaian tembakau (merokok).

  Merokok bukan saja bisa menyerang sistem pernafasan tetapi banyak sistem pada tubuh yang bisa terganggu akibat merokok seperti salah satunya Hipertensi dan penyakit kronik lainya

  5. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula otak. Dari pusat vasomotor ini bermula dari saraf simpatis, yang berlanjut dari bawah ke korda spialis dan keluar dari kolumna medula sipinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatisis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan astilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontrikior.

  Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Smeltzer & Bare, 2013).

  6. Komplikasi Hipertensi apabila tidak terobati atau di tanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Menurut Hasdianah & Suprapto (2014) komplikasi dapat terjadi pada oragan-organ sebagai berikut :

  1) Jantung Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadiya gagal jantung dan menyebabkan jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisnya, yang disebut dekompensasi. Mengakibatkan jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lainya yang dapat menyebabkan sesak nafas atau edema. Kondisi ini disebut gagal jantung

  2) Otak Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke, apabila tidak diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar

  3) Ginjal Tekanan darah tinggi menyebabkan kerusakan ginjal dan kerusakan sistem penyaringan di dalam ginjal, akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.

  4) Mata Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

  7. Penatalakasanaan Hipertensi Penatalaksanaan hipertensi menurut Smeltxer & Bare (2015) yaitu tujuan setiap program terapi adalah untuk mencegah kematian dan komplikasi dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau enderita penyakit ginjal kronis, kapanpun jika memungkinkan. Penatalaksanaan hipertensi terbagi menjadi dua yaitu farmakologis dan non-farmakologis. Penatalaksanaan non-farmakologis 1) Pengaturan diet

  Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat dan ataudengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.

  2) Olahraga Olahraga teratur, seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung. Olahraga isortonik dapat juga meningkatkakn fungsi endotel, vasolidasi perifer, dan memngurangi kaekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.