BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi - Dias Nur Priadi BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

  1. Definisi Hipertensi Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arteri sistemik yang menetap di atas batas normal yang telas disepakati, dengan

  Nilai sistolik 140 mmHg dan diastolic 90 mmHg dan salah satu pencetus terjadinya penyakit jantung, ginjal, stroke (Elokdiyah,M,2007) Menurut WHO, hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik besar atau sama dengan 160 mmHg atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 95 mmHg (Kodim Nasrin,2003)

  Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjala. Hipertensi didefinisikan olej Joint National Committee on detecsion evaluation and treatment of high blood preassure (JIVC) sebagai tekanan yang lebih dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahanya, mempunyai rentang tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologo yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Faqih,2006)

  2. Klasifikasi Hipertensi Secara klinis hipertensi dapat dikelompokan yaitu :

  a. Berdasarkan penyebabnya 1) Hipertensi Esensial (Primer)

  Hipertensi primer adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, pada usia 18 tahun keatas dengan penyebab yang tidak di ketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan posisi duduk, kemudian diambil rerataanya, pada duakali atau lebih kunjungan ( Chandra,2014)

  2) Hipertensi sekunder Hipertensi Sekunder adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat

  • – obatan tertentu (misalnya pil KB ) (Palmer & Williams,2007)

  b. Berdasarkan Bentuk Hipertensi (Gunawan,2001) 1.) Hipertensi Sistolik

  Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu hipertensi yang biasanya ditemukan pada usia lanjut, yang ditandai dengan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan darah diastolic.

  2.) Hipertensi Diastolic Hipertensi diastolic (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolic tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. 3.) Hipertensi Campuran

  Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan sistolik dan diikuti peningkatan tekanan diastolic

Table 2.1 klasifikasi derajat hipertensi menurut WHO

  3. Patofisiologi Hipertensi Tekanan darah arteri merupakan produk total resistensi parifer dan curah jantung. Curah jantung meningkat karena keadaan meningkat frekuensi jantung volume secungkup atau keduanya. Resistensi parifer meningkat karena factor-faktor yang meningkat viskositas darah atau yang menurunkan ukuran lumen pembuluh darah. Khususnya pembuluh darah arteriol.

  Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja jantung karena terjadi peningkatan resistensi terhadap injeksi vertikel kiri.

  No Kategori Sistolik

(mmHg)

Diastolik (mmHg)

  1 Optimal <120 <80

  2 Normal 120-129 80-84

  3 High normal 130-139 85-89

  4 Hipertensi Grade 1 (ringan) 140-159 90-99 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109 Grade 3 (berat) 180-209 110-119 Grade 4 (sangat berat) >210 >120 Untuk meningkatkan kekuatan kontraksinya, vertikel kiri mengalami hipertropi sehingga kebutuhan jantung akan oksigen dan beban jantung meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung dapat terjadi ketika keadaan hipertrofi tidak lagi mampu mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicuaterosklerosis arteri koronaria, maka jantung ganguan lebih lanjut akibat penurunan aliran darah ke dalam miokardium sehingga timbul angina pectoris atau infark miokard. Hipertensi juga mengakibatkan kerusakan pembuluh darah yang semakin mempercepat proses arteosklerosis serta kerusakan organ, seperti cidera retina, gagal ginjal, stroke, dan aneurisma serta diseksi aorta (kowalak,2011)

  4. Tanda dan gejala Gejal-gejala yang sering terjadi pada penderita hipertensi meskipun secara tidak sengaja muncul secara bersamaan antara lain sakit kepala, pendarahan dihidung, wajah kemerahan serta cepat capai (ridwan,2009)

  Menurut Sustrani (2004) gejala-gejala hipertensi antara lain sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah , penglihatan kabur, wajah merah , hidung berdarah , sering buang air kecil dimalam hari, telinga berdenging dan dunia terasa berputar.

  Menurut Palmer & Williams (2007), bila tekanan darah tidak terkontrol dan menjadi sangat tinggi atu bisa disebut hipertensi berat maka akan timbul gejala-gejala seperti pusing, pandangan kabur, sakit kepala, kebingungan , mengantuk dan sesak nafas.

  5. Factor-faktor resiko hipertensi Faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah menurut Perry &

  Potter (2005) yaitu:

  a. Usia Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan.

  Tekanan darah orang dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan usia. Standar normal untuk remaja yang tinggi dan usia baya adalah 120/80 mmHg. Tekanan sistolik lansia akan meningkat sehubungan dengan penurunan elastisitas pembuluh, tekanan darah normalnya 140/90 mmHg.

  b. Stress Ansietas, takut, nyeri dan stess emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung, dan tekanan vaskuler perifer. Efek stimulasi simpatik akan meningkatkan tekanan darah.

  c. Ras Frekuensi orang Afrika Amerika lebih tinggi dari pada orang

  Eropa Amerika. Populasi hipertensi diyakini berhubungan dengan faktor genetik dan lingkungan. d. Jenis kelamin Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi dan setelah manaupose wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria tersebut. 12

  6. Komplikasi Hipertensi Komplikasi akobat hipertensi menurut Anna & Bryan (2007) antara lain : a. Jantung

  Menyebabkan penyakit gagal jantung, angina dan serangan jantung. Penyakit hipertensi mengakibatkan gangguan pada jantung sehingga tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara efisien dan kurangnya pasokan oksigen ke dalam pembuluh darah jantung.

  b. Ginjal Menyebabkan gagal ginjal yang mana disebabkan kemampuan ginjal yang berkurang dalam membuang zat sisa dan kebihan air. Jika bertambah buruk maka akan menyebabkan gagal ginjal kronik.

  c. Alat gerak Menyebabkan penyakit arteri perifer. Timbul jika pembuluh arteri berada dalam keadaan stress berat akibat peningkatan tekanan darah dan penyempitan arteri tersebut menyebabkan aliran darah berkurang. Hal ini mengakibatkan nyeri pada tungkai dan kaki saat berjalan. d. Otak Mengakibatkan penyakit stroke iskemik dan stroke hemorogik.

  Pada stroke iskemik terjadi karena aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otak terganggu. Stroke hemorogik terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi yang paristen.

  e. Mata Mengakibatkan penyakit kerusakan mata (vascular retina), yang terjadi karena adanya penyempitan atau penyumbatan pembuluh arteri dimata.

  7. Terapi hipertensi Tujuan penatalaksaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler, mencegah organ dan mencapai target tekanan daeah < 130/80 mmHg dan 140/90 mmHg untuk individu beresiko tinggi dengan diabetes atau gagal ginjal (Yugiantoro, 2006).

  a.

  Penatalaksanaan Farmakologis Seberapapun tingkat kegawatan hipertensi semua pasien harus mendapatkan nasehat/anjuran yang berkaitan dengan pengaturan gaya hidup untuk menurunkan hipertensi salah satunya pengobatan (Gormer, 2007). Golongan obat antihipertensi yang banyak digunakan yaitu: 1) Diuretik tiazid

  Diuretik tiazid adalah diuretik dengan potensi menurunkan

  tekanan darah dengan cara menghambat reabsobsi sodium pada daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan volume urin. Efek samping dari pemberian diuretik tiazid yaitu peningkatan ekskresi urin, sehingga dapat menimbulkan hipokalemia, hiponatremia, dan hipomagnesiemi.

  2) Beta-blocker

  Beta blocker memblok beta-adrenoseptor. Reseptor ini

  diklasifikasikan menjadi reseotor beta-1 dan beta-2. Reseptor beta-1 terutama terdapat pada jantung, sedangkan beta-2 banyak ditemukan di paru-paru. Beta-blocker diekskresikan lewat hati atau ginjal tergantung sifat kelarutan obat dalam air atau lipid. Efek samping beta-blocker adalah bradikardi, gangguan kontraktil miokard, tangan-kaki terasa dingin.

  3) ACE inhibitor ACE inhibitor akan menghambat secara kompetitif pembentukan angiostensin II dari preskursor angiontensin I yang inaktif, yang terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal, dan otak. Efek samping ACE inhibitor adalah dapat menyebabakan hiperkalemia karena menurunkan produksi aldosteron, sehingga suplementasi kalium dan penggunaan diuretik hemat kalium harus dhindari. 4) Calcium Channel Blocker

  Calcium Channel Blocker (CCB) menurunkan influks ion

  kalsium ke dalam sel miokard, sel-sel dalam sistem konduksi jantung, dan sel-sel otot polos pembuluh darah. Efek ini akan menurunkan kontraktilitas jantung, menekan pembentukan dan propagasi implus elektrik dalam jantung dan memacu aktivitas vasodilatasi pembuluh darah. Efek samping Calcium Channel

  Blocker (CCB) adalah terjadi kemerahan pada wajah, pusing dan pembengkakakn pergelangan kaki sering dijumpai.

  5) Alpha-blocker

  Alpha-blocker (penghambat adreno-septor alfa-1) memblok

  adrenoseptor alfa-1 perifer, mengakibatkan efek vasodilatsi karena merelaksasi otot polos pembuluh darah. Efek samping dapat menyebabkan hipotensi postural, yang sering terjadi pada pemberian pertama kali.

  6) Golongan lain

  Antihipertensi vasodilator menurunkan tekanan darah dengan

  cara merelaksasi otot polos pembuluh darah. Antihipertensi kerja sentral bekerja pada adrenoreseptor alpha-2 atau reseptor lain pada batang otak, menurunkan aliran simpatik ke jantung, pembuluh darah dan ginjal, sehingga efek akhirnya menurunkan tekanan darah.

  Efek samping dapat menyebabkan retensi cairan (Gormer, 2007).

b. Penatalaksanaan Non-Farmakologis

  Penatalaksanaan non- farmakologis hipertensi menurut Lenny dan Danang (2008) yaitu 1) Diet rendah garam atau kolesterol atau lemak jenuh

  2) Mengurangi berat badan agar mengurangi beban kerja jantung sehingga kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang. 3) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh

  Menurut Masjoer (2001) yang dikutip Danang (2008) mengatakan bahwa sebaiknya mengurangi asupan natrium <100 4) Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hypnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah. 5) Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama

  30-40 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Olahraga, terutama bila disertai penurunana berat badan. Olahraga meningkatkan kadar

  

High Density Lipoprotein (HDL), yang dapat mengurangi hipertensi

yang terkait aterosklerosis.

  6) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

  7) Terapi komplementer juga termasuk penatalaksanaan secara non farmakologis, bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya menurut Sustrani, (2005) yang dikutip Widaswara (2011) adalah dengan: a) Terapi herbal: obat-obatan untuk menangani hipertensi antara lain bawang putih atau garlic (Allium sativum), seledri atau celery

  

(Apium gravolens) , bawang merah atau onion (Allium cepa),

  tomat ( Lyocopercison lycopersium), semangka (Citrullus vulgaris ).

  b) Terapi nutrisi (1) Makakanan yang kaya potassium, seperti: apicot, pisang, waluh, ikan lele, bayam, tomat, kacang-kacangan, kentang , susu, yoghurt

  (2) Makanan kaya magnesium, seperti : kacang-kacangan, polong-polongan dan hasil olahannya (kacang merah, kedelai, tahu), bahan makanan dari ikan laut (ikan, kerang, cumi-cumi).

  (3) Makanan yang banyak mengandung kalsium, seperti: polong-polongan dan hasil olahannya, sayur-sayuran hijau, daging sapi dan ayam rendah lemak. (4) Makanan yang banyak mengandung asam lemak esensial seperti: ikan laut (salmon, tuna, makeral), aneka kacang- kacangan (kenari, kacang mete, wulnut). (5) Makanan yang kaya vitamin C seperti: beragam buah- buahan (jambu biji, jeruk, mangga, pepaya, rambutan), aneka sayuran yang disantap mentah (kol, kacang panjang, daun katuk, cabai rawit, cabai merah).

  (6) Makanan yang banyak mengandung seng adalah daging rendah lemak, kerang, polong-polongan, beras merah.

  a) Relaksasi progresif.

  b) Meditasi.

  c) Akupuntur: cara penyembuhan Tiongkok kuno dengan cara menusukkan jarum ke titik-titik tertentu di tubuh pasien.

  d) Akupresur: cara penyembuhan Tiongkok yang mengaktifkan neuron pada sistem saraf, yang dapat merangsang kelenjar-kelenjar endokrin dan hasilnya mengaktifkan orang yang bermasalah.

  e) Aromaterapi: cara penyembuhan dengan menggunakan konsentrasi minyak essensial yang sangat aromatik, dan diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan.

  f) Terapi Bach Flower Remedy: penanganan terdiri dari 38 tumbuhan dan bunga yan digunakan untuk mengobati gangguan emosi yang berbeda-beda.

  g) Refleksiologi: cara penanganana dengan merangsang berbagai daerah refleks (zona atau mikrosistem) di kaki, tangan, dan telinga yang ada B. Terapi Non Farmakologis

  1. Tomat

  a. Pengertian Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin yang dibawa oleh orang Spanyol dan Portugis pada abah ke-16. Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan baik pada iklim yang berbeda dari daerah asalnya (Villareal & Moomaw, 1979). Klasifikasi botani tomat memiliki sejarah yang menarik, pertama kali tomat ditempatkan pada genus Solanum dan diidentifikasikan sebagai Solanum

  lycopersicon . Walaupun telah diubah menjadi Lycopersicum esculentum

  , hal ini memiliki arti sederhana “dapat dimakan”. Secara lengkap ahli-ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara sistemik sebagai berikut (Tugiyono, 2005).

Tabel 2.2 Taksonomi Tomat

  Kingdom Plantae Divisi Spermatophyta Subdivisi Angiospermae Kelas Dicotylodonnae Ordo Tubiflorae Famili Solanaceae Genus Solanum Spesies Lycopersicum esculentum

  Mill b. Kandungan Kandungan yang terdapat dalam buah tomat meliputi alkaloid solanin (0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, biflavonoid, protein, lemak, gula (fruktosa, glukosa), adenine, trigonelin, kolin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin (B1, B2, B6, C, E, niasin), histamin, dan likopen (Dalimartha, 2007).

  Sebagai sumber vitamin, buah tomat sangat baik untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit, seperti sariawan karena kekurangan vitamin C, xeropthalmia pada mata akibat kekurangan vitamin A, beri-beri, radang syaraf, lemahnya otot-otot, dermatitis, bibir menjadi merah dan radang lidah akibat kekurangan vitamin B. Sebagai sumber mineral, buah tomat dapat bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi (zat kapur dan fosfor), sedangkan zat besi (Fe) yang terkandung didalam buah tomat dapat berfungsi untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Buah tomat juga mengandung serat yang berfungsi memperlancar proses pencernaan makanan didalam perut dan membantu memudahkan buang kotoran. Selain itu, tomat mengandung zat kalium yang sangat bermanfaat untuk menurunkan gejala tekanan darah tinggi.

  Kan(Firmanto, 2011).

Table 2.3 Kandungan Tomat

  Informasi gizi Kandungan per 100 gram Air (g) Energi (kkal) Total lemak (g) Karbohidrat (g) Protein (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Kalium (mg) Magnesium (mg) Seng (mg) Zat besi (mg) Vit. A (IU)

  93,76

  21 0,33 4,64 0,85

  5

  24 222

  11 0,09 0,45 623

  Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) mengandung flavonoid dan kalium. Flavonoid mempunyai efek hipotensif, yang bekerja sebagai ACE inhibitor dengan cara menghambat Angiotensin

  

Converting Enzym (ACE) yang mengubah angiotensin I menjadi

  angiotensin II, sehingga terjadi vasodilatasi (Guyton & Hall, 2008).Kalium dapat mengurangi sekresi renin yang menyebabkan penurunan angiotensin II sehingga vasokonstriksi pembuluh darah berkurang dan menurunnya aldosterone berkurang. Kalium juga mempunyai efek dalam pompa Na-K yaitu kalium dipompa dari cairan ekstra selular ke dalam sel, dan natrium dipompa keluar.Sehingga kalium dapat menurunkan tekanan darah (Guyton, 2008).

  Menurut Prio Raharjo (2007) menyatakan bahwa pemberian jus buah tomat dapat menurunkan tekanan darah tinggi di desa wonorejo kecamatan Lawang kabupaten Malang, terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian jus tomat dengan penurunan hipertensi dengan Nilai p value sebesar 0,05. Dengan cara meminum jus tomat merah sebantak 150 gram tanpa ditambah gula maupun air, kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender diminum satu hasri satu kali selama dua hari.

  Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh menurut Marsita Lita , (2010), yang meneliti tentang pengaruh jus buah tomat terhadap tekanan darah normal pada perempuan dewasa, terdapat penurunan rata -rata tekanan darah sebelum dilakukan intervensi sebesar 106/72,5 mmHg menjadi 97/66,5 mmHg setelah dilakukan intervensi

  Hasil penelitian pada tekakanan darah wanita menopause di semarang menunjukan penurunan tekanan darah sistolik,11,76 mmHg dan diastolic 8,82 mmHg dengan menggunakan intervensi jus tomat. (Lestari,2014)

  Hasil peneltia yang menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian jus tomat terhadap penurunan darah sistolik dan distolih penderita hipertensi pada lansia dengan hasil iji statistic menunjukan adanya perbedaan sistolik dan diastolic sebelum dan sesudah pemberian perlakuan dengan Nilai selisish penurunan sistolik sebesar8,50 mmHg dan diastolic sebesar 6,14 mmHg (Nuziati,2016)

  Menurut Aiska & Chandra (2014) bahwa dengan mengkonsumsi jus tomat grm dengan atau tanpa kulit secara rutin selama 7 hari dapat menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di panti werda kota semarang

  2. Wortel

  a. Pengertian Wortel/carrots (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia, berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis).

  Menurut sejarahnya, tanaman wortel berasal dari Asia Timur dan Asia Tengah. Tanaman ini ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu. Rukmana (1995)

  Wortel (Daucus carota L.) adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang biasanya berwarna kuning kemerahan atau jingga kekuningan dengan tekstur serupa kayu (Malasari 2005). Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya.

  Cadangan makanan tanaman ini disimpan di dalam umbi. Kulit umbi wortel tipis dan jika dimakan mentah terasa renyah dan agak manis (Makmun 2007).

  Secara lengkap ahli-ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara sistemik sebagai berikut (Cahyono, 2002 dalam (Pohan, 2008)

Tabel 2.4 Taksonomi Wortel

  Kingdom Plantae Divisi Spermatophyta Subdivisi Angiospermae Kelas Dicotyledon Ordo Umbelliferales Famili Umbelliferae Genus Daucus Spesies Daucus carota L

  b. Kandungan Salah satu kandungan jus wortel yang baik untuk menurunkan atau mengendalikan tekanan darah adalah kalium. Kalium brsifat diuretic yang kuat sehingga membantu menjaga keseimbangan tekanan darah (Junaidi 2010). Kalium juga memiliki fungsi vasolidasi pada pembuluh darah dapat menurunkan tahanan parifer dan meningkatkan curah jantungsehingga tekanan darah dapat normal. Selain itu, kalium dapat mengjhambat pelepasan renin sehiingga mengubah aktifitas system reninangiostensin dan kalium juga mampu mempengaruhi system saraf parifer dan sentral yang mempengaruhi tekanan darah sehingga tekanan darah dapat terkontrol (Budiman,1999 dan Wibowo,2010)

Tabel 2.5. Kandungani Zat Gizi Wortel Per 100 G Berat Basah Komposisi Zat Gizi Satuan Jumlah

  Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium kalium Fosfor Zat Besi Vitamin A Vitamin B Vitamin C Air

  Kal gr gr gr mg mg mg mg SI mg mg gr

  42,00 1,20 0,30 9,30 39,00 320 37,00 0,80 12,000,00 0,06 6,00 88,20

  

Sumber: USDA National Nutrient Database for Standard Reference

(2007& Rukmana 1995

  Wortel (Daucus carota L.) mengandung kalium. Kelebihan ion kalium dalam cairan ekstrasel akan menurunkan potensial membran istirahat di dalam serabut-serabut otot jantung. Sehingga intensitas potensial juga menurun yang selanjutnya membuat kontraksi jantung secara progresif melemah yang akan berpengaruh terhadap cardiac output (CO) dan menghambat sekresi renin (Guyton & Hall, 2008).

  Salah satu kandungan jus wortel yang baik untuk menurunkan atau mengendalikan tensi adalah kalium, yang mempunyai sifat diuretic yang kuat sehingga membantu menjaga keseimbangan tekanan dara (junaidi,2010). Kalium juga memiliki fungsi sebagai vasolidasi pada pembuluh darahdapat menurunkan tekanan darah parifer dan meningkatkan curah jantung sehingga tekanan darah normal, selain itu kalium dapat menghambat pelepasan renin sehingga mengubah aktifitas system reninagoitensin dan kalium juga mapu mempengaruhi system saraf parifer dan sentral yang mempengaruhi tekanan darah sehingga tekanan darah dapat terkontrol (Budiman,1999 dalam Wibowo,2010) Meurut Nurul Fitriyani Haris (2012), menyatakan bahwa pemberian jus wortel berpengaruh untuk memurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensidi Panti Sosial Tresna Werda unit Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta dengan Nilai p value 0,029.

  Dengan cara meberikan terapi jus wortel sebanyak 130 cc 1 kali sehari selama 5 hari berturut

  • – turut dan pada hari kelima dilakukan pengecekan tekanan darah.

  Hal ini diperkuat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Parwanti (2010) yang menyatakan bahwa jus wortel dapat menurunkan tekanan darah sisitole dan diastole pada penderita hipertensi di di Dusun Gedongsari, Wijirejo, Pandak, Bantul, Yogyakarta, dengan hasil p value sistol sebesar 0.038 dan p value distol sebesar 0.033 yang berarti Nilai p<0,05.

  Hasil penelitian pada tekakanan darah wanita menopause di semarang menunjukan penurunan tekanan darah sistolik,11,76 mmHg dan diastolic 8,82 mmHg dengan menggunakan intervensi jus tomat. (Lestari,2014)

C. Kerangka Teori

  Keranagka teori penelitian adalah kumpilan teori yang mendasari topic penelitian yang disusun berdasar teori yang sudah ada dalam tinjauan teori dan mengikuti kaidah input, proses dan output(saryono,2011). Kerangka teori penelitian ini akan dijelaskan pada gambar 2.6 sebagai berikut

  Factor hipertensi

a. Tidak dapat diubah

  1.Usia

  2.Stress

  3.Ras

  4.Jenis kelamin

b. Dapat dibah

  3.Obesitas

  1. Air

  1.Konsumsi garam berlebih

  2.Pola makan

  10. Vitamin A Pemberian jus tomat

  9. Zat besi

  8. Seng

  7. Magnesium

  6. Kalsium

  5. Proyein

  4. Karbohidrat

  3. Lemak

  2. Energy

  Komposisi

  4.Alcohol

  10. Air Pemberian jus wortel

  9. Vitamin A,B,C

  8. Zat besi

  7. Fosfor

  

Dikembangkan berdasarkan Perry & Potter (2005), Yugiantoro (2006), Gormer

(2007), dan Lenny & Danang (2008).

  5. Kalsium

  4. Karbohidrat

  3. Lemak

  2. Protein

  1. Kalori

  Non farmakologis Farmakologis Komposisi

  5.Merokok 6.stres Hipertensi Metode

  6. Kalium

D. Kerangka Konsep

  Kerangka konsep dalam penelitian ini diterangkan pada table 2.7 sebagi berikut Alur penelitian

Gambar 2.7 kerangka konsep penelitian

  Tekanan darah sebelum intervensi Pemberian jus tomat Pemberian jus wortel

  Perubahan tekanan darah Variable dependent Tekanan darah setelah intervensi

  Kelompok yang diberikan jus tomat Tekanan darah sebelum intervensi

  Kelompok yang diberikan jus wortel Tekanan darah setelah intervensi

  

Status perubahan

tekanan darah

  1. Menurun

  

2. Tetap

  

3. Naik E. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas dapat diambil hipotesis penelitian yaitu :

  1. Jus buah tomat dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Baturaden

  2. Jus wortel dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Baturaden

  3. Terdapat perbedaan efektifitas jus tomat dan jus wortel terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Baturaden