BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuh Kembang - Unik Riyanti BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuh Kembang 1. Balita Usia balita merupakan periode paling kritis dalam kehidupan

  manusia, karena secara fisik terjadi perkembangan tubuh dan keterampilan motorik yang sangat nyata. Masa ini sangat penting karena terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya (Soetjiningsih, 1995). Menurut Hidayat (2004), peristiwa yang dialami dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masa percepatan dan perlambatan. Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan tentang besar, jumlah, ukuran dalam tingkat sel, organ, maupun individu, sedangkan peristiwa perkembangan pada anak dapat terjadi pada perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual.

  Pertumbuhan dan perkembangan otak tidak bisa diperbaiki bila terjadi kekurangan gizi pada masa balita. Oleh karena itu masa balita sering disebut sebagai ”masa emas”. Bila pada masa ini mengalami kekurangan gizi dapat menyebabkan pertumbuhan fisik dan intelektual terganggu (Wiryo, 2002). Pada masa balita perkembangan sistem saraf tumbuh dengan cepat. Sel-sel otak tumbuh dan matang secara kimiawi menjadi lebih aktif. Oleh karena itu perlu diperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan proses tumbuh kembangnya.

  Menurut Thoha (2004), salah satu aspek yang penting dalam masa tumbuh kembang anak adalah aspek gizi. Lebih lanjut Hidayat (2004) menyebutkan bahwa manfaat gizi dalam tubuh adalah dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah berbagai penyakit akibat kekurangan gizi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A, serta defisiensi zat gizi lainnya yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

  Pertumbuhan balita sangat dipengaruhi oleh kualitas makanan yang dikonsumsi sehari-hari, sementara kualitas makanannya sangat tergantung pada pola asuh makan anak yang diterapkan dalam keluarga (Khomsan, 1999). Oleh karena itu anggota keluarga khususnya orang tua memiliki peran penting dalam pengasuhan anak, karena seorang anak balita memiliki ketergantungan secara fisik maupun emosional kepada orang tua 2. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

  Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak menunjukan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usianya.

  Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intra seluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.

  Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh (Depkes, 2007).

3. Ciri-ciri dan prinsip-prinsip tumbuh kembang anak

  Proses tumbuh kembang anak yang mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut : a.

  Perkembangan menimbulkan perubahan Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum melewati tahapan sebelumnya. b.

  Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.

  Seperti pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing individu.

  c.

  Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

  d.

  Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

  Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu : (1)

  Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju kearah anggota tubuh.

  (2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (Depkes, 2007).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak :

  Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor- faktor tersebut antara lain : a.

  Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

  Gizi (3)

  Anoreksia embrio (10)

  Kelainan imunologi (9)

  Infeksi (8)

  Radiasi (7)

  Endokrin (6)

  Toksin/zat kimia (5)

  Mekanis (4)

  Faktor Prenatal (2)

  (1) Ras/etnik atau bangsa

  Faktor luar (eksternal) (1)

  b.

  (6) Kelainan kromosom.

  (5) Genetik

  (4) Jenis kelamin

  (3) Umur

  (2) Keluarga

  Psikologi Ibu

  (a) Faktor persalinan

  Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

  (b) Faktor pasca bersalin

  Gizi, penyakit kronis/kelainan congenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan, Stimulasi, dan obat-obatan (Depkes, 2007).

5. Pemantauan pertumbuhan :

  Penilaian pertumbuhan anak dilakukan dengan penilaian status gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaanzat-zat gizi (Almatsier, 2001). Salah satu cara mengetahui status gizi adalah dengan pengukuran antropometri (ukuran tubuh). Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).

  Penilaian status gizi dengan cara antropometri (ukuran tubuh) mempunyai beberapa parameter diantaranya: a.

  Berat Badan (BB) BB mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang. Untuk menilai status gizi biasanya BB dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Jika seorang anak diukur BB secara periodik, misalnya setiap tiga bulan sekali, maka diperoleh suatu gambaran atau pola pertumbuhan anak tersebut (Santoso dan Ranti, 1999).

  b.

  Tinggi Badan (TB) Penilaian status gizi pada umunya hanya mengukur total tinggi

  (atau panjang) yang diukur secara rutin. TB yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

  c.

  Panjang Badan (PB) Dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data TB (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

  d.

  Lingkar Kepala Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus (ukuran kepala besar) atau microcephaly (ukuran kepala kecil). Untuk melihat pertumbuhan kepala balita dapat digunakan grafik Nellhaus (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

  e.

  Lingkar Dada Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun sehingga biasa digunakan pada anak berusia 2 – 3 tahun (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

  f.

  Lingkar Lengan Atas (LILA)

  Biasa digunakan pada anak balita serta wanita usia subur. Pengukuran LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak memerlukan data umur untuk balita yang kadang kala susah mendapatkan data umur yang tepat (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

  g.

  Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

  Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran TB dan BB yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa et al. 2001).

1. Indeks Antropometri a.

  Berat badan menurut umur (BB/U) Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal (Supariasa et al. 2001).

  Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Supariasa et al. 2001).

  b.

  Tinggi badan menurut umur (TB/U) Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa et al. 2001).

  c.

  Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (Supariasa et al. 2001). d.

  Lingkar Lengan Atas terhadap Umur (LILA/U) Indeks antropometri ini dapat mengidentifikasikan

  KEP (kekurangan energi dan protein) pada balita, tidak memerlukan data umur yang kadang sulit, dapat digunakan pada saat darurat, membutuhkan alat ukur yang murah dan pengukuran cepat (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

  Dari berbagai jenis-jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu, standar deviasi unit.

  Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan (Supariasa et al. 2001).

  Rumus perhitungan Z – Skor :

  Nilai individu−Nilai median baku rujukan

  Z - Skor =

  Nilai simpan baku rujukan

Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z – Skor

  Status Gizi Indeks BB/U, TB/U, BB/TB

  Gizi lebih ≥ + 2 SD

  Gizi Baik ≥ - 2 SD dan < + 2 SD

  Gizi Kurang ≥ - 3 SD dan < - 2 SD

  Gizi Buruk < - 3 SD Sumber : Soekirman, 1999/2000 dalam Munawaroh, 2006. Pengukuran antropometri yang digunakan menurut WHO-NCHS (Indrawani, 2007):

  a)

BB/U:

  Gizi lebih > 2.0 SD baku WHO-NCHS Gizi baik -2.0 SD s.d. +2.0 SD Gizi kurang <-2.0 SD Gizi buruk <-3.0 SD

  b)

TB/U:

  Normal > -2.0 SD baku WHO-NCHS Pendek (Stunted) < -2.0 SD

  c)

BB/TB:

  Gemuk >2.0 SD baku WHO-NCHS Normal -2.0 SD s.d. +2.0 SD Kurus/Wasted <-2.0 SD Sangat kurus < 3.0 SD 6. Pemantauan perkembangan:

  Frankenburg (2001) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan yaitu : a)

  Kepribadian/tingkah laku (Personal social) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, besosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. b) Gerakan motorik halus (Fine motor adaptive)

  Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya kemampuan untuk menggambar dan memegang benda.

  c) Bahasa (Language).

  Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

  d) Perkembangan motorik kasar (Grows motor).

  Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh ( Soetjiningsih, 1995).

7. Pemeriksaan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

  Skrining/ pemeriksaan perkembangan anak adalah cara yang di lakukan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Pemeriksaan dapat dilakukan di semua tingkat pelayanan. Pemantauan perkembangan juga dapat dilakukan oleh orang tua atau pengasuh dengan cara mengamati kemampuan setiap anak dibandingkan dengan daftar kemampuan yang seharusnya dapat dilakukan oleh anak pada umur tersebut (Soetjatmiko, 2005).

  Tata cara pelaksanaan pemeriksaan perkembangan adalah sebagai berikut: a.

  Alat yang digunakan

  • Formulir KPSP
  • Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola kecil, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm, kismis, kacang tanah, potongan biskuit.

  b.

  Cara pemeriksaan

  • Tentukan umur anak
  • Pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak dan lakukan pemeriksaan
  • Jelaskan kepada ibu/pengasuh agar tidak ragu untuk menjawab
  • Tanyakan pertanyaan secara berurutan.
  • Ajukan pertanyaan berikut setelah ibu/pengasuh menjawab pertanyaan sebelumnya.
  • Teliti kembali apakah semua pertanyaan sudah dijawab.

  c.

  Interpretasi hasil KPSP: Hitung jumlah jawaban ya

  • Jumlah jawaban ya 9 atau 10 : perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S)
  • Jumlah jawaban ya 7 atau 8 : perkembangan anak meragukan

  (M)

  • Jumlah jawaban ya 6 atau kurang : ada penyimpangan (P) (Rusmil, 2006).

B. Karakteristik Keluarga 1.

  Pengertian keluarga Keluarga sebagai kelompok inti dari masyarakat merupakan lingkungan alami hasil pertumbuhan dan perkembangan anak, perlu terus diberdayakan sehingga menjadi lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak. Orang tualah yang paling bertanggung jawab untuk melakukan tugas ini (Depdiknas 2003 diacu dalam Afriyenti 2002).

  2. Umur Orang tua muda terutama ibu, cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehingga umumnya mereka mengasuh dan merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Selain itu, faktor usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock, 1998).

  3. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi gizi dan kesehatan anak (Rahmawati, 2006). Orang tua yang memiliki pengetahuan dan pendidikan tinggi akan lebih mengerti tentang pemilihan pengolahan pangan serta cara pemberian makan yang sehat dan bergizi untuk anaknya (Soetjiningsih, 1995).

  Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu mortalitas bayi dan anak karena tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pemahamannya terhadap perawatan kesehatan, higiene, dan kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarga (Madanijah 2003 yang diacu dalam Afriyenti 2002).

4. Pekerjaan

  Pada masyarakat tradisional biasanya ibu tidak bekerja di luar rumah melainkan hanya sebagai ibu rumah tangga (Rahmawati, 2006).

  Menurut Satoto (1990) yang diacu dalam Afriyenti (2002), seorang ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan memiliki waktu lebih banyak dalam mengasuh serta merawat anak dibandingkan ibu yang bekerja di luar rumah. Pekerjaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan (Sukarni, 1994).

C. Keluarga sadar gizi 1.

  Pengertian Keluarga Sadar Gizi Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, yang mengerti dan memahami pentingnya fungsi serta manfaat gizi (Depkes, 2004). Keluarga sadar gizi (kadarzi) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya (Suparmanto, 2006)

2. Perilaku kadarzi

  Suatu keluarga disebut kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dirincikan dengan indikator : a.

  Menimbang berat badan secara teratur.

  Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan yaitu mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh (fisik) dari waktu ke waktu. Perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab.

  Kegunaan dari pemantauan ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, mencegah memburuknya keadaan gizi, mengetahui kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin, mencegah ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan terjadinya pendarahan pada saat melahirkan, dan mengetahui kesehatan anggota keluarga dewasa dan usia lanjut (Dinkes DKI Jakarta, 2002). b.

  Memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan.

  ASI eksklusif adalah pemberian ASI secara murni kepada bayi tanpa cairan lain, seperti susu formula atau air putih. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal hingga bayi berumur empat sampai enam bulan (Danuatmaja, 2006). ASI merupakan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik.

  ASI yang dihasilkan oleh seorang ibu yang melahirkan secara prematur komposisinya akan berbeda dengan ASI yang yang dihasilkan ibu yang melahirkan cukup bulan. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya.

  Dengan melaksanakan manajemen laktasi secara baik, ASI sebagai makanan tunggal akan mencukupi kebutuhan tumbuh bayi hingga usia 6 bulan. Manfaat ASI antara lain: (1)

  ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh (2)

  ASI eksklusif mengembangkan kecerdasan (3)

  ASI jalinan kasih sayang (4)

  ASI bebas dari segala penyakit (5)

  ASI mengandung zat lactoferin yang mengikat unsur besi, (Danuatmaja, 2006).

  Perilaku ini berhubungan dengan pemberian ASI saja kepada bayi tidak diberi makanan dan minuman lainnya dalam jangka waktu minimal bayi berumur 0 sampai 6 bulan, karena ASI itu sendiri merupakan nutrisi yang berkualitas, bisa meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan dan menjalin kasih sayang antara ibu dan bayi pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Karanganyar tahun 2010 yaitu 10,3 % (Puskesmas, 2010).

  Rendahnya pemberian ASI dapat menjadi ancaman bagi Tumbuh Kembang Anak (TKA). Padahal, kandungan ASI kaya akan karetonoid dan selenium, sehingga ASI berperan dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk mencegah berbagai penyakit. Setiap tetes ASI juga mengandung mineral dan enzim untuk pencegahan penyakit dan antibodi yang lebih efektif dibandingkan dengan kandungan yang terdapat dalam susu formula, sehingga jika anak mendapatkan ASI bisa dihindarkan dari kematian yang seharusnya tidak perlu. Susu formula dapat meningkatkan resiko terjadinya asma dan alergi. Sementara itu, menurut Satuan Tugas ASI Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian ASI bisa menurunkan persentase kematian hingga 13 % (Dwiharso, 2010).

  Tumbuh kembang dapat berjalan dengan pemberian ASI eksklusif seperti ketrampilan motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian dimana ketrampilan ini menunjukkan tingkah laku yang menggerakkan otot-otot besar lengan, kaki, dan batang tubuh, misalnya mengangkat kepala dan duduk. Dalam melakukan tes perkembangan pada anak di Puskesmas Karanganyar menggunakan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang dilakukan setiap kunjungan. Diketahui tumbuh kembang pada bayi usia 3 sampai 6 bulan di Puskesmas Karanganyar dikatakan normal apabila anak dapat melakukan keseluruhan skrining Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) dengan baik. Dari study pendahuluan diperoleh data semua perkembangan bayi baik (Puskesmas, 2010).

  c.

  Makan beraneka ragam.

  Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan.

  Makanan seimbang atau makan beraneka ragam berarti pangan yang dikonsumsi memenuhi tiga guna makanan yaitu makanan sebagai sumber tenaga (karbohidrat,lemak), sumber zat pembangun (protein) dan sumber zat pengatur (vitamin,mineral). Selain itu beraneka ragam makanan yaitu makan sebanyak 2-3 kali sehari yang terdiri dari empat macam kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan tersebut adalah 1) makanan pokok, sebagai sumber zat tenaga seperti beras, jagung, ubi, singkong, mie; 2) lauk pauk, sebagai sumber zat pembangun seperti ikan, telur, ayam, daging, tempe, kacang-kacangan, tahu; dan 3) sayuran dan buah-buahan, sebagai sumber zat pengatur seperti bayam, kangkung, wortel, buncis, kacang panjang, sawi, daun singkong, daun katuk, pepaya, pisang, jeruk, semangka, nanas (Dinkes DKI Jakarta, 2002).

  Makanan yang beragam sangat baik untuk keberlangsungan hidup. Hal ini disebabkan karena fungsi dari makanan yang beragam yaitu untuk melengkapi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan terhindar dari penyakit kekurangan gizi. Akibat tidak mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam, maka akan terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anggota tubuh khususnya pada balita (Dinkes DKI Jakarta, 2002).

  Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, yaitu perilaku hidup sehat, perilaku sakit, dan perilaku peran sakit. Perilaku hidup sehat adalah perilaku- perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini meliputi makan dengan menu seimbang.

  Perilaku ini berhubungan dengan pemberian balita konsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah setiap hari. Pengetahuan gizi ibu juga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan.

  Tingginya tingkat pengetahuan gizi seseorang, maka diharapkan akan lebih baik juga keadaan gizinya (Khomsan et al. 2007). Suhardjo (2003) menyatakan bahwa pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada 3 kenyataan, yaitu (1) status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan, (2) setiap orang hanya akan cukup zat gizi, jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan sebagai energi dan (3) ilmu gizi memberikan fakta- fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.

  Penelitian yang dilakukan oleh Pramuditya (2010) juga menunjukkan hasil yang sama yakni terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Penelitian lain oleh Fitriadini (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dengan tingkat PHBS nya.

  d.

  Menggunakan garam beryodium.

  Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi utama yang terdapat di Indonesia dan diketahui berkaitan erat dengan gangguan perkembangan fisik, mental, dan kecerdasan. GAKY pada ibu hamil dapat berakibat abortus, lahir mati, kelainan bawaan pada bayi, meningkatkan angka kematian prenatal, dan melahirkan bayi kretin. Kekurangan yodium pada anak-anak dapat menyebabkan penyakit gondok dimana terjadinya pembesaran pada kelenjar gondok, menyebabkan gangguan fungsi mental, dan perkembangan fisik. Pada orang dewasa kekurangn yodium dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid, dan gangguan mental (Supariasa et al. 2001).

  Yodium atau iodium bagian integral dari hormon tiroksin triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi hormon tersebut adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Yodium berperan pula dalam perubahan karoten menjadi bentuk aktif vitamin A, sintesis protein, absorpsi karbohidrat dari saluran cerna, dan sintesis kolesterol darah (Arisman, 2007).

  e.

  Minum suplemen gizi sesuai anjuran.

  Perilaku ini berhubungan dengan beberapa hal, yaitu : a. Bayi usia 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A biru pada bulan Februari atau Agustus, b. Anak balita usia 12-15 bulan mendapat kapsul vitamin A merah setiap bulan Feburari dan Agustus, c. Ibu hamil mendapat TTD minimal 90 tablet selama masa kehamilan, dan d. Ibu nifas mendapat dua kapsul A merah : satu kapsul diminum setelah melahirkan dan satu kapsul lagi diminum pada hari berikutnya paling lambat pada hari ke- 28.

  Tahap awal untuk mencapai indikator tersebut adalah setiap keluarga minimal ada seorang anggota keluarga yang sadar dan bersedia melakukan perubahan kearah keluarga yang berperilaku gizi yang baik.

3. Upaya Perbaikan Gizi

  Upaya perbaikan gizi mempertimbangkan beberapa hal penting sebagai berikut : a.

  Perbaikan gizi lebih mengedepankan perubahan perilaku keluarga, untuk mencegah dan menanggulangi gizi kurang dan gizi lebih; b.

  Sasaran perbaikan gizi diperluas mencakup seluruh kelompok siklus hidup, meliputi : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan usia produktif serta usia lanjut; c. Pendekatan yang lebih mengutamakan pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan didukung kerjasama lintas sektor.

  Program perbaikan gizi masyarakat dengan sasaran meningkatnya status gizi masyarakat dengan indikator kinerja sebagai berikut : a.

  Anak umur 6-12 bulan, 1-5 tahun dan ibu nifas dapat Vit A, hasil capaian kinerja 100%, yang diperoleh dengan terlaksananya 2 kali periode pendistribusian vitamin A. b.

  Tercapainya program gizi di puskesmas sesuai target, hasil capaian kinerja 100%, yang diperoleh dengan terlaksananya monitoring dan evaluasi di 39 puskesmas.

  c.

  Peningkatan penggunaan garam beryodium, hasil capaian kinerja 100%, yang diperoleh dengan terlaksananya pemantauan garam beriodium di 23 pasar.

  d.

  Sinkronisasi program gizi, hasil capaian kinerja 100%, yang diperoleh dengan terlaksananya 2 kali pertemuan lintas sektor, 3 kali pertemuan petugas gizi dan 3 kali pertemuan akselerasi ASI eksklusif.

  e.

  Tercapainya keluarga sadar gizi, hasil capaian kinerja 100%, yang diperoleh dengan terlaksananya pengadaan 58.703 formulir dan pendataan 58.703 masyarakat mengenai PSG, KADARZI dan PKG (Dinkes Banyumas, 2012).

D. Kerangka Teori Penelitian

  Perilaku Keluarga Sadar Gizi Umur

  • (KADARZI) :

  Pendidikan Pekerjaan

  • Makan beraneka ragam
  • Penimbangan rutin BB balita
  • Penggunaan garam beryodium
  • Pemberian ASI ekslusif
  • Suplemen gizi

  Tumbuh Kembang Balita

  • BB balita
  • Personal social, motorik halus, bahasa, motorik kasar

  Depkes (2004) Gambar 2. 1 Kerangka Teori Penelitian

E. Kerangka Konsep Penelitian

  Variabel independen Variabel dependen Keluarga Sadar Gizi Tumbuh

  (Kadarzi) Kembang balita

  Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian F.

   Hipotesis Penelitian

  Hipotesis penelitian ini adalah “Ada Hubungan antara Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dengan Tumbuh Kembang Balita di Posyandu Balita Desa Rawalo Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas”