a. Pengertian Metode Simulasi - Hermin Nugraheni, BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pada kajian teori ini, disampaikan teori dari variabel-variabel yang

  digunakan di dalam penelitian, yaitu tentang metode Simulasi, teori tentang kemampuan berbicara dan keaktifan belajar. Masing-masing teori tersebut akan disampaikan lebih lanjut sebagai berikut: 1.

   Metode Simulasi a. Pengertian Metode Simulasi

  Menurut Djamarah (2006: 46) Metode adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.

  Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak menguasai satu pun metode mengajar.

  Sebelum membahas definisi metode pembelajaran simulasi, perlu disampaikan terlebih dahulu bagaimana terbentuknya istilah metode pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna. Sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut misalnya; (a) pendekatan pembelajaran; (b) strategi pembelajaran; (c) metode pembelajaran; (d) teknik pembelajaran; (e) taktik pembelajaran dan (f) model pembelajaran.

  Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan akan. Simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada obyek sebenarnya.

  Untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat (Sanjaya, W.

  2008: 157- 158).

  Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari kata simulate yang artinnya pura-pura atau berbuat seolah-olah dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja.

  Simulasi dapat berupa role playing, psikodrama, sosiodrama dan permainan atau perbuatan seolah-olah dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja. (Tukiran dalam Hasibuan dan Moedjiono, 2014,39).

  Sedangkan , menurut definisi Depdiknas, (2005: 133)

  “Metode pembelajaran simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun keterampilan).

  ”Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya.

  Menurut KBBI (2007: 1068) simulasi adalah metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya. Penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan berupa model statistik atau pameran.

  Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian simulasi adalah suatu kegiatan meniru tingkah laku yang sesungguhnya. Simulasi bertujuan untuk menunjukkan kejadian yang nyata.

b. Prinsip-prinsip Metode Simulasi

  Menurut Tukiran (dalam Hasibuan dan Moedjiono, 2014: 41) prinsip- prinsip metode simulasi secara garis besar meliputi :

  1. Dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda.

  2. Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing.

  3. Pembentukan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, dibicarakan oleh siswa dan guru.

  4. Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu.

  5. Dalam simulasi seyogyanya dapat dicapai tiga domain psikis.

  6. Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang lengkap.

  7. Hendaknya diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu

c. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode simulasi

  Yang harus diperhatikan dalam simulasi agar berhasil denga baik dikatakan sebagai langkah-langkah yang harus ditempuh dalam simulasi.

  Adapun langkah yang sebaiknya ditempuh agar pembelajarannya dapat berhasil dengan baik. Lima langkah tersebut yaitu :

  1. Penentuan topik dan tujuan simulasi

  2. Guu memberikan gambaran secara garis besar situasi yang akan disimulasikan.

  3. Guru memimpin pengorganisasian kelompok, peranan-peranan yang akan dimainkan, pengaturan ruangan, pengaturan alat,dan sebagainya.

  4. Pemilihan pemegang peranan 5. Guru memberikan keterangan tentang peran yang akan dilakukan.

  6. Guru memberikan kesempatan untuk mempersiapkan diri kepada kelompok dan pemegang peranan.

  7. Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi.

  8. Pelaksanaan simulasi

  9. Evaluasi dan pemberian balikan

  10. Latihan ulang ( Tukiran dalam Hasibuan dan Moedjiono, 2014: 42)

  Dalam praktiknya metode simulasi bisa mengambil bentuk bermain peran seperti seorang murid perempuan bermain peran sebagai nenek, atau murid laki-laki bermain peran sebagai kakek. Selain itu simulsi dapat pula mengambil bentuk permainan sandiwara dengan melibatkan sejumlah orang yang masing masing memainkan perannya sesuai skenario yang ditetapkan.

  Selain itu simulsi dapat pula mengambil bentuk permainan sandiwara dengan melibatkan sejumlah orang yang masing masing memainkan perannya sesuai skenario yang ditetapkan. Simulasi tersebut kemudian dianalisis bersama untuk diketahui pesan ajaran yang tarkandung didalamnya dan disimpulkan.

  Dalam pelaksanaannya, metode pembelajaran simulasi harus selalu disertai dengan ceramah sebagai pengantar untuk melaksanakan simulasi.

  Langkah pelaksanaan simulasi bisa dibagi dalam tiga fase yaitu: pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan refleksi serta evaluasi. Penyusunan langkah metode pembelajaran simulasi akan sangat tergantung dari materi yang harus dikuasai siswa.

  Berikut ini penulis susun langkah pelaksanaan metode pembelajaran simulasi yang sesuai dengan judulp enelitianya itu simulasi pada pembelajaran bahasa Indonesia. Alokasi waktu satu pertemuan 2 jam pelajaran. Teknik yang digunakan adalah simulasi kelompok.

  1. Langkah

  • –Langkah Pelakasanaan Metode Simulasi untuk Fase Pembukaan antara lain :

  a) Membuka Pelajaran Membuka pelajaran dalam metode pembelajaran simulasi tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran yang lain.

  Tujuan utama dari pembukaan adalah untukape rsepsi siswa pada konsep sebelumnya yang telah dipelajari dan hubungannya dengan materi yang akan dipelajari.

  b) Menjelaskan tujuan dan target pembelajaran Sebelum simulasi dimulai, siswa harus tahu maingoal dari materi yang akan dipelajari. Guru pun secara sepintas menyampaikan kerangka konseptual dari materi, hal ini sangat penting sebagai bekal bagi siswa untuk menjalankan simulasi. Bila materi yang akan disimulasikan adalah materi siklus pembelajaran bahasa Indonesia, maka guru harus menerangkan apa target yang harus dicapai setelah materi selesai dipelajari, misalnya target minimal untuk materi ini adalah siswa mampu menyusun laporan keuangan. Diterangkan juga bila siswa telah paham target tersebut.

  Guru akan memfasilitasi siswa dengan membuat simulasi dari materi tersebut di mana siswa akan terlibat secara aktif dalam prosesnya.

  2. Langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran simulasi pada kegiatan inti antara lain: Setelah siswa dianggap paham dengan apa yang akan dilaksanakan, gurumem bagi siswa menjadi 6 kelompok, atau setiap kelompok terdiri dari 4-5orang. Kemudian guru member arahan bahwa kelompok tersebut diibaratkan sebuah rumah. Siswa ada yang bertugas sebagai pimpinan perusahaan, bagian keuangan, bagian pencatatan dan bagian pelayanan pelanggan.

  Guru meminta setiap kelompok untuk menyetorkan nama dan jabatan anggota anggotanya dalam kegiatan tersebut. Bila semua siswa mendapatkan tugasnya masing-masing beri mereka waktu untuk salingm

  Langkah engenal jabatan satu sama lain dalam kelompok masing-masing. berikutnya, guru mendistribusikan alat dan bahan simulasi yang dibutuhkan kelompok. Alat-alat yang digunakan dalam simulasi ini adalah pesawat telepon (bila ada), dan alat tulis. Sedangkan bahan yang diperlukan untuk berjalannya kegiatan simulasi untuk materi siklus pelajaran bahasa Indonesia. Bahan yang penting sebagai “skenario” berjalannya simulasi adalah soal yang berisi transaksi pada perusahaan yang terjadi selama satu periode. Soal ini akan menuntun siswa melaksanakan simulasi. Jangan lupa guru harus menerangkan fungsi dari alat dan bahan yang dibagikan.

  Guru harus menjamin siswa memahami apa yang harus mereka lakukan. Setiap siswa melaksanakan peran masing-masing dalam simulasi, misalnya ketika terjadi transaksi dengan pelanggan yang menggunakan jasa perusahaan, siswa tahu tugas masing-masing. Siswa tahu di antara mereka ada yang membuat nota tanda terimakasih, ada yang mencatat pada sehingga tujuannya siswa menjadi mengerti bahwa ketika terjadi suatu transaksi maka akan melibatkan bagian-bagian tertentu dalam kelas.

  Dalam proses ini guru harus sabar membimbing dan memberi motivasi pada siswa untukmemahami perannyadi sekolah tersebut. Sebaiknya guru berkeliling ke setiap kelompok untuk memantau perkembangannya. Bila terdapat kelompok yang melakukan kesalahan guru langsung memberi koreksi.

  Simulasi dengan pendekatan kelompok lebih rumit dan wasting

  time tetapi pendekatan ini mampu menciptakan situasi yang mendekati

  keadaan sebenarnya. Bila guru ingin melakasanakan simulasi dengan pendekatan individu, siswa tidak harus dibagi menjadi beberapa kelompok tetapi guru langsung menunjuk peran siswa. Misalnya semua siswa bertugas sebagai bagian pendidikan. Guru membagikan alat dan bahan yang diperlukan. Karena siswa ditunjuk sebagai bagian pembelajaran, maka guru bisa langsung memberikan bukti-bukti pembelajaran yang harus mereka catat dalam jurnal sampai tersususnnya laporan. Pendekatan ini tidak terlalu rumit namun siswanya memahami secara parsial apa yang terjadi dalam sebuah sekolah. Dalam pedekatan ini siswa dilatih untuk mampu membaca hasil laporan yang sudah ada, bukan membuat bukti laporan.

  Kemudian, guru membimbing siswa sampai mampu mengerjakan sendiri secara mandiri tanpa bantuan guru. Sehingga metode pembelajaran simulasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

  Setelah kegiatan simulasi dianggap berjalan lancar, di mana mayoritas siswa paham dan bisa melaksanakan tugasnya masing-masing, guru mengevaluasi keterampilan mereka dalam kegiatan penutup.

  Untuk mengetahui kondisi siswa pasca simulasi, guru member kesempatan kepada siwa untuk bertanya, berdiskusi dan merefleksi materi yang telah disimulasikan. Simulasi bisa dijalankan berulang-ulang dengan rotasi peran sehingga semua siswa paham tugas dari bagian lainnya dalam sekolah. Bila proses ini sudah dianggap cukup selanjutnya guru member latihan sebagai evaluasi.

  Evaluasi yang digunakan harus soal-soal praktik atau satu tipe dengan soal yang diberikan waktu simulasi, bukan soal narasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode pembelajaran simulasi yang digunakan mampu diikuti siswa atau tidak.

  Selain itu, penggunaan metode ini dimaksudkan agar cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Pada metode ini, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi.

  Kelebihan dari metode simulasi antara lain : 1) Memupuk daya cipta, sebab simulasi dilakukan sesuai dengan kreasi siswa masing-masing dalam membawakan peranannya.

  2) Simulasi dapat dijadikan sebagai sebgai bekal siswa untuk menghadapi situasi sebenarnya yang akan dihadapi di lingkungan yang lebih luas.

  3) Simulasi dapat membiasakan dan memberikan keterampilan kepada siswa untuk menanggapi dan bertindak secara spontan.

  4) Memupuk keberanian dan kemantapan siswa didepan orang banyak. 5) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta pengalaman tidak langsung yang diperlukan siswa dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis. 6) Siswa berkesempatan menyalurkan perasaan yang tependam, sehingga memperoleh kesegaran, kepuasan serta kesehatan jiwa kembali.

  7) Dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang mungkin dimiliki siswa, misalnya dalam seni drama.

  8) Siswa dapat belajar menghargai dan menerima pendapat orang lain.

  Dari kelebihan metode simulasi diatas, ada juga kelebihan lain yaitu metode simulasi dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar, karena metode ini dilakukan secara bersama-sama antara 2 orang atau lebih. Selain itu, dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa.

  Dalam penerapan metode simulasi memiliki beberapa aturan sebagai berikut : 1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok paling banyak lima orang.

  2) Guru menyediakan topik-topik pembicaraan yang akan dibahas oleh setiap kelompok.

  3) Guru berkeliling mengawasi kelompok dan sekali-kali melakukan tilang bahasa .

  4) Kesalahan umum dibicarakan secara umum.

  5) Diusahan agar anggota kelompok berani mengemukakan pendapat. 6) Guru mencatat kesalahan yang selalu muncul. Kesalahan ini dapat dimunculkan dalam evaluasi.

  7) Untuk memperbaiki kesalahan, sebaiknya siswa yang memperbaikinya.

  8) Aturan-aturan tersebut wajib diikuti oleh seluruh siswa dan guru, agar pelaksanaan simulasi dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang direncanakan. 9) Sehubungan dengan pernyataan di atas teknik simulasi baik sekali kita gunakan karena: 10) Menyenangkan siswa. 11) Menggalakkan guru untuk mengembangkan kreativitas siswa. \ 12) Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya.

  Jika teknik simulasi dilakukan dengan benar dan melaksanakan aturan-aturan yang sudah ditetapkan, kemungkinan pelaksanaan simulasi ini akan berjalan dengan baik dan tujuan yang diinginkan bisa tercapai.

d. Tujuan Metode Simulasi

  Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal1ayat1 (UU Sisdiknas, 2003: 3) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara.

  Tujuan dari metode pembelajaran simulasi adalah: 1) Agar siswa mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses terjadinya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, dan komponen-komponen yang membentuk sesuatu. 2) Menurut Djamarah (2006: 91)

  “Untuk menghindari terjadinya verbalisme pada siswa, karena pada siswa SD output yang diharapkan adalah keterampilan praktik, bukan keterampilan verbal saja yang sifatnya haf alan.”

  3) Agar proses pembelajaran lebih menarik bagi siswa 4) Meminimalisir pembelajaran satu arah dari guru, dengan metode ini siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.

  5) Merangsang siswa untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba mempraktekan apa yang ada dalam teori

  Sekilas dari penjelasan diatas, metode simulasi ini mirip dengan metode roleplaying atau bermain peran. Sebenarnya terdapat perbedaan yang prinsipil antara metode bermain peran dengan metode pembelajran simulasi .Misalnya dalam pelajaran sejarah pada bahasan perang Diponegoro, bila menggunakan metode bermain peran tujuannya adalah aga rsiswa benar-benar bisa mengha yati bagaimana perjuangan seorang pangeran Diponegoro, sedangkan bila dilihat dari sudut pandang metode pembelajaran simulasi maka tujuannya adalah untuk melatih agar siswa terampil berperang. Sehingga terdapat perbedaan yang mendasar antara metode pembelajaran simulasi dengan metode pembelajaran roleplaying .

e. Prasyarat Pelaksanaan Metode Pembelajaran Simulasi

  Pada prinsipnya dalam proses belajar mengajar, tidak ada satupun metode pembelajaran yang terbaik, yang ada adalah metode belajar yang tepat untuk proses belajar tersebut. Artinya metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang terjadi saat proses belajar. Dengan demikian metode simulasi tidak selalu tepat setiap saat untuk digunakan, akan tergantung bagaimana karakteristik dari siswa, guru,materi pembelajaran dan factor sumber daya yang ada.

  Metode pembelajaran simulasi bisa dilaksanakan secara efektif dengan syarat: 1) Menurut Depdiknas (134: 2005) dalamb uku Kumpulan Metode

  Pembelajaran/Pendampingan, Metode simulasi memerlukan ketersediaan “ bahan dan alat yang memadai untuk melaksanakan simulasi tersebut” misalnya dalam pelajaran bahasa Indonesia bila ingin melaksanakan metode simulasi harus ada alat yang digunakan utk menunjukkan kegiatan yang akan disimulasikan, yang disediakan pihak sekolah.

  2) Kesiapan dari guru untuk mengarahkan siswa dalam melaksanakan simulasi, artinya guru memahami betul apa yang harus dilakukan siswa dalam simulasi tersebut, guru berperan sebagai sutradara yang member batasan dan arahan sehingga apa yang disimulasikan tidak keluar dari koridor tujuan pembelajaran. Guru harus membuat perencanaan yang jelas. Dalam perencanaan tersebut harus terdapat tujuan dan indicator yang diharapkan dari PBM yang terjadi. 3) Kesiapan dari siswa untuk melaksanakan simulasi, artinya sebelum melaksanakan simulasi siswa sudah memahami apa saja yang harus dilakukannya. Dengan demikian berarti metode simulasi ini harus dipadukan dengan metode lain misalnya metode ceramah, fungsinya untuk membuat prekondisi yang kondusif untuk simulasi. 4) Tersedianya waktu yang cukup untuk melaksanakan simulasi. Kegiatan harus utuh, tidak boleh terganggu karena waktu yang tidak mencukupi.

  Sehingga metode ini tidak cocok bila digunakan pada pelajaran yang memiliki waktu relatif pendek misalnya 2 jam pelajaran.

2. Kemampuan Berbicara a. Pengertian Berbicara

  Menurut Tarigan (2008: !) ketrampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat aspek, yaitu:

  1. Ketrampilan menyimak atau mendengar

  2. Ketrampilan berbicara

  3. Ketrampilan membaca

  4. Ketrampilan menulis Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi- bunyi srtikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (2005: 17).

  Berbicara adalah salah satu cara berkomunikasi yang sangat diperlukan diberbagai keperluan. Kita dituntut untuk terampil berbicara agar sewaktu-sewaktu dapat menyampaikan informasi kepada siapapun dengan baik dan benar.

  Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain. Berbicara lebih daripada sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kebutuhan pendengar atau penyimak. Berbicara dapat dimamfaatkan untuk dua hal yaitu untuk mengkomunikasikan ide, perasaan, kemauan dan untuk menambah pengetahuan pengalaman dan cakrawala. Berbicara salah satu alat komunikasi penting untuk dapat menyatakan diri sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, untuk menghubungkan sesama anggota masyarakat diperlukakan komunikasi. Berbicara dimanfaatkan sebagai alat komunikasi dengan sesama atau lingkungan. Dalam kaitannya dengan fungsi bahasa, berbicara digunakan sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan mengadaptasi, mempelajari, dan mengontrol lingkungan.

b. Bentuk-Bentuk Tugas Kemampuan Berbicara

  1. Pembicaraan berdasarkan gambar Untuk mengungkap kemampuan berbicara pelajar dalam suatu bahasa, gambar dapat dijadikan rangsangan pembicaraan yang baik.

  Berbicara adalah tingkah laku, karena dalam berbicara tersirat juga kepribadian pembicara Tarigan ( 2008 : 150). Berbicara adalah bagian dalam komunikasi lisan. Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dengan kata lain berbicara merupakan tingkah laku seseorang untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain melalui alat ucapnya. Seseorang yang melakukan pembicaraan dapat dikatakan dia telah melakukan komunikasi lisan.

  Gambaran pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara kita dapat menduganya melalui gerak-geriknya, tingkah lakunya, kesenangannya, dancara bicaranya.

  Berbicara merupakan salah satu kegiatan dalam berkomunikasi, sehingga saling berkaitan satu sama lain. Adapun konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni :

  a) Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal

  b) Berbicara adalah proses individu berkomunikasi

  c) Berbicara adalah ekspresi kreatif d) Berbicara adalah tingkah laku

  e) Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari

  f) Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman

  g) Berbicara sarana memperluas cakrawala

  h) Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat i) Berbicara adalah pancaran pribadi.

  Setiap orang memiliki cara berbicara yang berbeda-beda di mana terdapat keragaman bahasa pada setiap orang.

  Berbicara menurut peneliti diantaranya adalah bertanya, menjawab, bercerita, berdialog, berdiskusi, menyapa, melaporkan, menanggapi, berpidato, mendeskripsikan, mewawancarai, bermain peran.

c. Tujuan Berbicara

  Tujuan utama berbicara ialah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, kemauan secara efektif, seyogyanya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan (Tarigan, 2008: 15-16).

  Adapun tujuan berbicara dapat dibedakan atas lima golongan, yakni untuk : a. Menghibur

  b. Menginformasikan

  c. Menstimulasikan

  d. Meyakinkan

  e. Menggerakkan

  Sehubungan dengan itu, tujuan pengajaran berbicara sebagai berikut :

  a. Siswa mampu menggunakan alat bicara secara tepat dan sempurna, baik volume maupun warna suara.

  b. Siswa terlatih menggunakan bahasa Indonesia secara aktif sehingga mampu berkomunikasi dengan baik dalam kegiatan-kegiatan formal.

  c. Mampu berbicara dengan mudah, lancar, dan fasih.

  d. Siswa dapat berbicara menurut sopan santun yang berlaku.

  e. Siswa dapat melafalkan kata dan mengucapkan kalimat dengan intonasi yang betul.

  f. Siswa terbiasa mengeluarkan pendapat secara lisan dalam berbagai situasi.

  g. Membantu pembentukan pendengaran yang kritis.

  Tujuan utama pembelajaran berbicara di SD melatih siswa dapat berbicara dalam bahasa indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan pembelajaran membaca atau menulis, kosakata, dan sastra sebagai bahan pembelajaran berbicara. Misalnya menceritakan pengalaman pribadi yang mengesankan, menceritakan kembali cerita yang pernah dibaca atau didengar, bermain peran, bertanya jawab, berpidato dan lain sebagainya. Ragam Seni Berbicara Secara garis besar, berbicara (speaking) dapat dibagi atas :

  1. Berbicara di muka umum (Public Speaking). Yang terdiri dari : a. Berbicara untuk melaporkan (Information Speaking)

  b. Berbicara secara kekeluargaan (Fellowship Speaking)

  c. Berbicara untuk meyakinkan (Persuasive Speaking )

  d. Berbicara untuk merindingkan (Deliberative Speaking)

  2. Berbicara pada Referensi (Conference Speaking). Yang terdiri dari :

  a. Diskusi Kelompok (Group Discusion)

  b. Prosedur Parlementer Debat Pada Diskusi Kelompok terbagi menjadi :

  1. Resmi (Formal) . Pada kegiatan resmi terbagi menjadi :

  a. Konferensi

  b. Diskusi Panel

  c. Simposiun

  2. Tidak Resmi (Informal). Peda kegiatan terbagi menjadi :

  a. Kelompok Studi

  b. Kelompok Pembuat Kebijakan

  c. Komite ( Tarigan, 1981: 25 )

  Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara : Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau pemirsa, ataupun waktu untuk persiapan dapat menentukan metode penyajian.

  Sang pembicara sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode yang mungkin dipilih yaitu:

  1. Penyampaian secara mendadak (impromptu delivery)

  2. Penyampaian tanpa persiapan (extemporaneous delivery)

  3. Penyampaian dari naskah (Delivery from manuscript)

  4. Penyampaian dari ingatan (Delivery from memory) (Tarigan dalam Mulgrave,1981:26 )

  Berikut ini akan dibahas seperlunya tiap-tiap metode penyampaian tersebut :

  1. Penyampaian Mendadak

  Seseorang yang tidak terdaftar untuk berbicara mungkin saja dipersilakan berbicara dengan sedikit atau tanpa peringatan. Oleh karena itu sedikit mungkin dia hanya mempunyai waktu untuk memilih ide pokok sebelum harus mulai berbicara / berpidato secara mendadak. Dia harus mempergunakan pengalamannya bagi perkembangan dan penyesuaian yang perlu sebaik dia mulai melangkah maju.. Semakin sederhana dibuat, organisasinya akan semakin baik. Lelucon-lelucon atau insiden dari pengalamannya biasanya akan merupakan bahan penunjang yang terbaik.

  2. Penyampaian tanpa Persiapan

  Sang Pembicara yang ingin memanfaatkan keuntungan-keuntungan penyesuaian maksimum pada kesempatan dan penyimak secara langsung dapat mempersiapkan diri sepenuhnya sejauh waktu dan bahan mengizinkan. Akan tetapi, kita hendaknya tidak bergantung pada penyampaian khusus ide-idenya. Dia haruslah mengetahui ide utamanya dan urutan yang mantap dari ide-idenya, tetapi hendaknya bahasa yang tepat sebaik dia memilih bahasa yang tepat sebaik dia berbicara.

  Pengulangan-pengulangan akan turut mempermudah pilihan tersebut. Pada umumnya, kian sedikit catatan yang dibuatkan kian baik sebab catatan-catatan itu turut menghambat penyajian yang lancar dan bersemangat serta diselingi oleh transisi-transisi yang terjadi. Kalaupun catatan harus dipergunakan, haruslah dibatasi pada hal-hal yang amat penting dan singkat-singkat, yang ditulis pada kartu yang kecil.

  3. Penyampaian dari Naskah

  Penyampaian dai naskah biasanya dilaksanakan pada saat-saat yang amat penti ng dan kerapkali digunakan buat siaran- siaran radio atau televisi. Sang pembicaraharuslah mampu memahami makna yang dibacanya itu dan memelihara serta mempertahankan hubungan yang erat dengan para pendengar. Dia seyogyanya memandang pendengarnaya. Dia seyognya memandang pendengarnya sebanyak mungkin dan kepada naskahnya sedikit mungkin. Dia harus mampu menciptakan pikiran itu setiap kali dia menyajikannya kepada pendengar, dan penuh perhatian terhadap responsi para pendengarnya.

  4. Penyampaian dari ingatan

  Keberhasilan dari berbicara yang penyampaiannya dari ingatan menuntut sang pembicara menguasai bahan pembicaraannya selengkap mingkin sehingga dia tidak menghadapi masalah dalam hal bahasa dan dapat mencurahkan seluruh perhatian pada komunikasi langsung dari pikiran dan perasaannya. Akan tetapi ingatannya pun harus juga mengizinkan spontanitas yang serupa pada penyajian tanpa persiapan, lebih-lebih pada hal-hal yang perlu disiapkan atau diinterpolasi kalau memang keadaan menghendakinya (Tarigan dalam Mulgrave, 1981:26).

d. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berbicara

  

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk keefektifan berbicara,

yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan.

  Faktor- faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara :

  a. Ketepatan ucapan

  b. Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi

  c. Pemilihan Kata atau Diksi

  d. Ketepatan Sasaran Pembicara

  e. Faktor- faktor Non Kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara

  f. Sikap yang wajar, tenang, dan tidak baku

  g. Pandangan harus diarahkan pada lawan bicara

  h. Gerak gerik dan mimik yang tepat i. Kenyaringan suara j. Kesediaan menghargai pendapat orang lain k. Kelancaran l. Relevansi dan penalaran m. Penguasaan topik

e. Cara Mengevaluasi Keterampilan Berbicara

  Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara pada prinsipnya kita harus memperhatikan 5 faktor seperti tersbut di bawah ini :

  1. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan konsonan) dapat diucapkan dengan tepat ?

  2. Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara , serta tekanan suku kata, memuaskan ?

  3. Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang digunakannya?

  4. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat? 5.

  Sejauh manakah “kewajaran”atau “kelancaran” ataupun “kenative- speaker- an” yang tercermin bila seseorang berbicara?

  (Tarigan,dalam Brooks, 1981: 28) 3.

   Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan Belajar

  Keaktifan belajar dapat dilihat dari aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Jika siswa sudah terlibat di dalam proses pembelajaran, maka siswa akan merasakan suasana belajaryang menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.Belajar aktif merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan rajin dan sungguh-sungguh. Kegiatan disini sering diartikan dengan kesibukan dan kegiatan yang mengarahkan seluruh tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, aktivitas dapat dikatakan sebagaikegiatan atau kesibukan seseorang atau menggunakan tenaga,pikiran untuk mencapai tujuan tertentu kesemuanya itu untuk mencapai kemampuan yang optimal.

  Keaktifan belajar menurur Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 23) berarti giat. Aktifitas siswa pada saat proses pembelajaran perlu diperhatikan guru agar proses belajar mengajar yang ditempuh mendapat hasil yang maksimal. Guru perlu mancari cara untuk dapat meningkatkan keaktifan siswa

  Menurut Nawawi Alfatru, keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik .Aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.

  Aktiftas belajar menurut Paul D. Dierich dibagi menjadi 8 kelompok yaitu :

  1. Kegiatan visual contohnya : membaca, melihat gambar-gambar,

  2. Mengamati orang bermain dan lain-lain;

  3. Kegiatan-kegiatan lisan contohnya: mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi;

  4. Kegiatan-kegiatan mendengarkan contohnya: mendengarkan penyajian suatu bahan;

  5. Kegiatan-kegiatan menulis contohnya: menulis cerita, menulis laporan,

memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan lain-lain;

  6. Kegiatan-kegiatan menggambar, contohnya menggambar, membuat gra ฀k, peta dan pola;

  7. Kegiatan-kegiatan metrik, contohnya melakukan percobaan, membuat intruksi model dan lain-lain;

  8. Kegiatan mental contohnya merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, membuat keputusan dan lain-lain;

9. Kegiatan-kegiatan emosional contohnya : minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

  Jadi dapat disimpulakn bahwa keaktifan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menanggapi materi pelajaran yang diberikan oleh guru.Keaktifan siswa merupakan motor dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar.

  Menurut Desi pembelajaran yang aktif memiliki karakteristik- karakteristik sebagai berikut :

  1. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh

pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan analisis dan kritis

terhadap topik atau penyuluhan yang dibahas;

  2. Siswa tidak hanya mendengarkan pembelajaran secara pasif tetapi, megerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran;

  3. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap yang berkenaan dengan materi pembelajaran;

  4. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi;

5. Umpan balik yang cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

  Menurut Dr. Ahmad Tafsir dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran siswa aktif harus ada hal-hal sebagai berikut :

  1. Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan secara bebas dan terkendali;

  2. Guru tidak mendominasi pengajaran tetapi lebih banyakmemberi rangsangan agar siswa memecahkan sendiri masalah;

  3. Guru mengusahakan tersedianya sumber belajar seperti sumber tertulis, sumber manusia, alat bantu pengajaran;

  4. Kegiatan tidak menoton, ada kegiatan yang dilakukan bersama-sama ada yang dilakukan perseorangan;

  5. Hubungan murid dengan guru berupa hubungan manusiawi seperti

hubungan bapak dengan anak. Kasih sayang dan tanggung jawab muncul di

sini. Guru sebagai pemimpin dan pembimbing belajar;

  6. Situasi kelas tidak kaku menuruti susunan yang mati, sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebuthan;

  7. Belajar tidak hanya diukur pada hasil yang dicapai siswa melainkan juga pada mutu proses belajar-mengajar yang dilakukan siswa;

  8. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya,kepada guru maupun kepada murid lainnya;

  

9. Guru selalu menghargai pendapat murid, benar maupun salah, tidak

menekan apalagi mematikan keberanian siswa mengajukan gagasannya.Dari uraian di atas penulis memakai keaktifan belajar yang dikemukakan oleh Dr. Ahmad Tafsir.Keaktifan belajar adalah siswa melakukan kegiatan secara bebas, tidak takut berpendapat, memecahkan masalah sendiri, membaca sumberbelajar yang diberikan oleh guru, bias belajar secara individu ataupun kelompok, ada timbal balik antara guru dan siswa baik itu menjawab pertanyaan ataupun memberikan komentar, dan siswa selalu termotivasi untuk berpendapat.

b. Cara Mengukur Keaktifan Belajar

  Untuk dapat mengukur keaktifan belajar dapat dilakukan dengan

observasi. Berhubung penelitian ini tentang kekaktifan belajar siswa pada

kemampuan berbicara yang menjadi indikator penentu keaktifan belajar pada

kemampuanberbicara tersebut adalah :

  1. Membentuk kelompok sesuai dengan yang dibagi guru;

  2. Membacakan dan memperhatikan sebuah cerita;

  3. Memperhatikan cerita yang disampaikan;

  4. Menyebut pokok-pokok masalah yang ada di dalam cerita;

  5. Memberikan pendapat atau komentar terhadap masalah;

  6. Menuliskan sebuah masalah yang dihadapi;

  7. Membacakan masalah di depan kelas;

  8. Memperhatikan maslah yang dihadapi kawan;

  9. Memberikan pendapat atau saran terhadap masalah yang diceritakan kawan;

  10. Ikut mengevaluasi pendapat-pendapat yang muncul.

  Untuk membuat siswa menjadi aktif maka seorangguru harus lebih kreatif baik itu dalam mengajarnya maupun dalam memilih strategi dan metode yang tepat untuk dipakai dalam mengajar.

  Sebagai pengajar, guru harus mengatahui tugas utamanya sebagai seorang guru. Menurut Susi Susanti, tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik anak didik. Sebagai pengajar, seorang guru merupakan perantara aktif (medium) antara anak didik dan ilmu pengetahuan.

  Sedangkan sebagian guru merupakan perantara aktif antara anak didik dengan haluan filsafat negara dan kehidupan masyarakat dengan segala macam aspeknya. Berkenaan dengan tugas utama tersebut, seorang guru wajib memiliki segala sesuatu yang berhubungan dengan tugasnya sebagai pengajar.

  Seperti pengetahuan,keterampilan, sifat-sifat kepribadian serta kesehatan jasmanidan rohani.

  Peran guru dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah sangat penting. Peran dan kedudukan guru yang tepat dari interaksi edukatif tersebut sangat mendukung keberhasilan murid dalam belajar Bahasa Indonesia dan potensi yang dibawanya sejak lahir. Ia belajar sesuai individunya masing-msing. Peran guru dalam membantu proses belajar mengajar murid sangatlah diharapkan. Setiap guru harus mengetahui sifat khusus murid serta berusaha membantunya semaksimal mungkin.

  B. Penelitian yang Relevan

  Untuk menghindari duplikasi penelitian, penulis memaparkan penelitian- pelitian yang terdahulu yang berkaitan dengan variable yang penulis teliti, penelitian-penelitian tersebut sebagai berikut :

  1. Penelitian yang dilakukan oleh Susi Susanti dengan judul Meningkatkan aktivitas belajar murid dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode Group to Group Exchang di Sekolah Dasar Negeri 039 Muara Uwai Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar.Dalam penelitiannya, metode Group to Group Exchang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 039 Muara Uwai Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar.

  2. Saribanun dengan judul Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Swasta Rumbio Dengan menggunakan Metode Diskusi.Dalam penelitiannya metode diskusi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Fiqih Di MIS Rumbio. Sepanjang pengetahuan penulis, belum ditemukan penelitian yang meneliti keaktifan belajar Bahasa Indonesia melalui metode Brain storming. Maka penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut.

  C. Kerangka Berpikir

  Berdasarkan kajian teori di atas, maka peneliti dapat mengemukakan yang dimaksud dengan metode simulasi. Metode simulasi merupakan metode yang pengajarannya menggunakan situasi tiruan agar siswa lebih memahami suatu konsep dalam mata pelajaran bahasa indonesia.

  Melalui metode simulasi pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan, disini siswa belajar sekaligus bermain. Siswa yang awalnya kurang percaya diri, setelah dilakukan metode ini rasa percaya diri siswa bertambah. Salah satu metode yang paling efektif dalam pembelajaran bahasa indonesia adalah dengan metode simulasi, meskipun tidak semua pokokbahasan menggunakan metode ini. Oleh karena itu, guru harus menyesuaikan antara pokok bahasan dan metode yang akan digunakan, agar pembelajaran di kelas lebih hidup, efektif, menarik dan menyenangkan, serta kemampuan berbicara siswa dapat berkembang dengan baik.

  Berbicara merupakan kemampuan mengungkapkan sesuatu melalui bahasa lisan. Berbicara merupakan tingkah laku seseorang untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain melalui alat ucapnya. Gambaran pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara, kita dapat menduganya melalui gerak- geriknya, tingkah lakunya, kesenangannya, dan cara bicaranya.

  Dengan menggunakan metode simulasi ini diharapkan kemampuan berbicara siswa akan bertambah. Misalnya dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, mampu menggunakan kata-kata yang baku dalam setiap pembicaraan, serta dapat mengungkapkan bahasa tersebut dengan baik, sehingga apa yang ingin disampaikan dari pembicaraan tersebut dapat dimengerti oleh pendengar.

  Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan metode simulasi dapat menanbahkan rasa percaya diri siswa serta kemampuan berbicara siswa dapat meningkat dengan mengunakan bahasa yang baik dan benar. Peneliti berusaha dengan menggunakan metode simulasi ini dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa di kelas IV SDN 1 Karangklesem.

  Adapun gambar bagan kerangka pikir adalah sebagai berikut: Gambar 2.1

  Bagan Kerangka Pikir

  

Metode Simulasi Metode Konvensional

Kemampuan Keaktifan Kemampuan Keaktifan Belajar Berbicara Belajar Berbicara

D. Pengajuan Hipotesis

  Berdasarkan uraian diatas, maka pengajuan hipotesis penelitian ini adalah : metode simulasi berpengaruh terhadap kemampuan berbicara dan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SDN 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas.

  Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dalam hal ini peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : H

  

01 : tidak ada pengaruh terhadap penggunaan metode simulasi pada kemampuan

berbicara siswa SDN 1 Karangklesem.

  H

  

1 : ada pengaruh terhadap penggunaan metode simulasi pada kemampuan

berbicara siswa SDN 1 Karangklesem.

  H

  02

  : tidak ada pengaruh terhadap penggunaan metode simulasi pada keaktifan belajarsiswa SDN 1 Karangklesem.

  H

  

2 : ada pengaruh terhadap penggunaan metode simulasi pada keaktifan

  belajarsiswa SDN 1 Karangklesem