PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM

  \

PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM

KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

  

2007

  DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar no. 02 Telp. 323706. 323433 Faks. 323433 Kodepos 50721

  PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp. : 1 (satu) naskah

  H a l : Pengajuan Naskah Skripsi

  2 September 2007 Yth. Ketua STAIN di Salatiga

  Assalaamu’alaikum Wr. Wb. Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:

  Nama : M a s i k u n NIM : 11405044

  Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KAJIAN

  ILMU PENDIDIKAN ISLAM Untuk diujikan dalam sidang munaqosyah skripsi. Demikian untuk menjadikan periksa Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

  Pembimbing, Suwardi, M. Pd.

  NIP. 150 295 657

  

PENGESAHAN SKRIPSI

  Judul : PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM

  Nama : M A S I K U N NIM :11405044

  Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

  Salatiga, 6 Okxober 2007 / iSekretaris

  Ketua

  /V

   2 / .) i\-c\ £ : j f 7^1

  • *

    I 1 ($[

   _— ■ "V '^ \ 41 / /

  1G * ^<2 Ay Drs. Imam1 Mitomo, Dr. H. Muh. Saerbzi, M.Ag.

  NIP. 150 247 014 NIP. 150 216 814

  Pen^uji I / Penguji II Drs. KastolanL M.Ag. RahmatHaryadi, M.Pd.

  NIP. 150 267 026 NIL 150 254 238

  1

  

MOTTO

; u * j a ! \

  Artinya: “Dan janganlah kamu metidekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jal an yang buruk.” (Q.S. A1 Isro’ : 32)*

  PERSEMBAHAN J4^u persemdaf^an kgpada:

  1. Bapat^dan I6u tercinta

  2. Jldi^tersayang

  

3. Segenap teman-teman yang senantiasa setia

daCam su£a dan duka.

  4. Segenap saudara-saudara yang 6er6afiagia.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar, walaupun banyak kendala-kendala yang penulis hadapi. Berkat kesabaran dan kegigihan serta usaha yang tiada henti, Alhamdulillah skripsi ini dapat penulis selesaikan.

  Skripsi ini penulis ajukan dalam rangka memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempuma, semua itu karena keterbatasan kemampuan pengetahuan dan ilmu yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi sempumanya skripsi in.

  Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada yang terhormat:

  1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  2. Bapak Drs. H. Sa’adi, M.Ag. selaku ketua Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  3. Bapak Suwardi, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang.telah sudi meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi ini sampai selesai.

  4. Bapak dan Ibu tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan do’anya kepada penulis.

  5. Teman-teman dan semua pihak yang turut andil dalam membantu penulisan skripsi ini.

  Akhimya hanya kepada Allah kami berharap ridlo-Nya, semoga segala amal dan jasa yang telah dikorbankan oleh Bapak/Ibu, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini akan mendapat balasan yang setimpal.

  Amien ! September 2007 Penulis,

  M A S I K U N

  

ABSTRAK

Masikun, 2007 Pendidikan Seks bagi Remaja dalam Kajian Pendidikan Islam.

  Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Negeri Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, Pembimbing Suwardi, M.Pd.

  Kata Kunci: Pendidikan Seks, Remaja, Pendidikan Islam

  Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa mengalami perkembangan, baik perkembangan yang menyangkut pada fisik maupun psikis. Pertumbuhan jasmani yang dialami oleh remaja mencakup pula pertumbuhan organ seks. Perubahan- perubahan jasmaniah dan tanda-tanda seksual skunder yang disertai dengan pengalaman-pengalaman baru, menyebabkan keinginan bagi remaja itu untuk mengetahui hal tersebut. Untuk memberi arahan dan pendidikan seks bagi remaja maka pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu yang berdasarkan pada ajaran yang lengkap, maka sudah barang tentu ia mampu memberikan konsep tersendiri dalam hal pendidikan seksual. Dengan demikian maka kehidupan seksual dapat diketahui dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran Islam. Adapun yang menjadi tujuan dalam peneliti ini adalah untuk mengetahui fungsi, tujuan, pendidik, anak didik, materi, metode dan alat, serta lingkungan pendidikan seks bagi remaja dalam kajian ilmu pendidikan Islam.

  Untuk mendapatkan data agar sesuai dengan harapan, penulis menggunakan metode “Library Research“ atau riset kepustakaan. Metode ini digunakan untuk mencari data dengan cara membaca buku dan memahami buku-buku yang menjadi sumber dalam penyusunan skripsi ini, yang sekaligus untuk pembahasan dan penganalisaan. Adapaun dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan pendekatan berfikir deduktif, yaitu cara berfikir yang berangkat dari dasar-dasar pengetahuan yang umum, dari proposisi-proposisi yang berlaku secara umum, dan meneliti persoalan-persoalan khusus dari segi dasar-dasar pengetahuan yang umum. Sedangkan analisis yang digunakan berupa analisis nonstatistik, mengingat data-data yang terkumpul adalah data-data tekstuler, maka dalam menelaah data dianalisis menurut isinya yang disebut “ Content Analysis

  Pengkajian dan pembahasan masalah “Pendidikan Seks Bagi Remaja Dalam Kajian Ilmu Pendidikan Islam”, berdasarkan sumber-sumber data berikut analisisnya dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan seks bagi remaja adalah segala usaha untuk membimbing para remaja agar; memahami tentang arti dan fungsi kehidupan kelaminnya, mengurangi dan mencegah penyalahgunaan seksual, melaksanakan dan menggunakan seksual ke arah yang baik dan dengan cara yang benar berdasarkan ajaran Islam.

  Fungsi pendidikan seks bagi remaja adalah; Mencegah penyalahgunaan dan penyimpangan seksual serta hal-hal negatif akibat dorongan seksual. Tujuan pendidikan seks adalah; Mendidik individu (remaja) agar bergaul dengan lawan jenisnya dengan baik dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, menyiapkan remaja tentang pentingnya hubungan yang sah dalam perkawinan. Pendidik dalam pendidikan seks bagi remaja adalah individu yang memiliki sifat- sifat dan syarat-syarat tertentu, yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi keilmuwan. Anak didik dalam pendidikan seks bagi remaja adalah remaja, yaitu suatu periode antara anak-anak dengan dewasa, berkisar antara umur 13

  • 21 tahun, dimulai dengan perkembangan seksualitas yang ditandai cirri-ciri tanda kelamin primer dan tanda kelamin sekunder sampai berakhimya pertumbuhan jasmaniah. Materi pendidikan seks meliputi: khitan, pemikahan, pelanggaran seksual, etika seksual, pertumbuhan dan perkembangan manusia, penyakit akibat pelanggaran seksual. Metode dan alat yang digunakan dalam proses pendidikan seks bagi remaja meliputi; ceramah, Tanya jawab, diskusi, resitasi, keteladanan, anjuran atau perintah, larangan, sanksi dan cerita dari sejarah atau pengalaman. Lingkungan pendidikan seks bagi remaja meliputi; Lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan masjid.

  

DAFTARISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB III DESKRIPSI TENTANG PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA.

  25

  

  

  

  

  

  

  

  BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KAJIAN

  

  

   Daftar Pustaka Lampiran-lampiran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa mengalami perkembangan, baik

  perkembangan yang menyangkut pada fisik maupun psikis. Pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh kehidupan manusia itu akan melalui beberapa tahap, yang juga disebut periode.Masing-masing periode memiliki perbedaan- perbedaan tertentu sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikis.

  Remaja merupakan suatu masa di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa tersebut ia sudah tidak tampak sebagai kanak-kanak, namun juga belum tampak sebagai orang dewasa, baik pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Masa ini merupakan transisi dari ciri-ciri kanak-kanak dan kelakuan kekanak-kanakan kepada arah pertumbuhan yang lebih matang dan ciri-ciri kelakuan yang terdapat pada orang dewasa.

  Pada masa transisi yang dialami oleh mereka itu, secara alamiah akan membawa pada perubahan sifat yang akan berpengaruh kepada remaja itu sendiri.

  Perubahan tersebut teijadi secara berangsur-angsur dan berbeda antara individu yang satu dengan yang lain.

  Pertumbuhan jasmani yang dialami oleh remaja mencakup pula pertumbuhan organ seks. Perubahan-perubahan jasmaniah dan tanda-tanda seksual skunder

  2

  remaja itu untuk mengetahui hal tersebut. Mereka ingin mengetahui sifat-sifat perubahan itu serta dorongan-dorongan seksual yang mereka rasakan terhadap lawan jenisnya.

  Usia remaja merupakan suatu masa yang banyak menarik perhatian bagi para ahli untuk diteliti, terutama yang berkaitan dengan persoalan -persoalan yang terjadi pada masa tersebut. Banyak para ahli yang berpendapat bahwa masa remaja merupakan suatu masa di mana terjadi proses kematangan seksual. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila banyak penelitian yang menyangkut tentang perkembangan seksual mereka. Pengamatan dan penelitian tersebut banyak dilakukan oleh para dokter.

  Pengetahuan seksual pada anak-anak usia remaja pada umumnya diperoleh dari pergaulan di antara mereka sendiri yang sebaya, atau dari bacaan-bacaan yang mengungkapan masalah itu. Mereka mengetahui masalah-masalah seksual itu dari kawan-kawannya yang sebaya melalui lelucon yang cenderung kotor dan cabul, sehingga tidak jarang masalah tersebut menimbulkan suatu tanggapan yang salah dan bersifat negatif.

  Dorongan seksual bersifat alamiah dan dimiliki oleh setiap individu. Masalah seksual bukan merupakan sesuatu yang tabu dan buruk. Dorongan seksual pada individu memiliki peranan penting untuk kelangsungan hidup manusia.

  Sering kali pengertian dan pemahaman remaja tentang seksual kurang memadai. Hal ini disebabkan karena adanya ungkapan bahwa membicarakan masalah seksual adalah tabu. Sering kali orang tua kurang membantu atau menunjang pemahaman terhadap masalah seksual remaja. Demikian juga

  3

  sekolahan, sebagai lembaga pendidikan formal belum memberikan informasi tentang seksual pada remaja secara memadai. Zakiyah Darajad dalam bukunya “Problema Remaja di Indonesia” menyatakan:

  Kalau kita analisa remaja Indonesia dalam batas keadaan sosial dimana mereka hidup, kita akan mengetahui bahwa pengertian mereka tentang kehidupan seks sangat kurang, karena orang tua kurang membantu mereka dan melarang mereka membaca buku, tidak boleh membicarakan masalah ini dengan ienis lain, sekolahpun kurang memberi informasi yang cukup bagi mereka.

  Masalah seksual merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, tanpa adanya dorongan seksual maka manusia akan sulit mempertahankan keturunannya. Tetapi dorongan seksual tersebut harus dikendalikan, agar tidak teijadi penyimpangan dan penyalahgunaan terhadap dorongan seksual maka hendaknya diberi bimbingan seksual secara baik dan benar, serta mendorongnya menaruh minat dan kecenderungan kepada lawan jenisnya secara sehat dan wajar. Hal ini sesuai dengan pemyataan Rono Sulistiyo, sebagai berikut;

  Kebutuhan seksual harus mendapatkan penyaluran, penerangan yang lengkap tentang segi fisiologis dan psikologis mengenai seks harus diberikan, segi- segi dan tradisionil dalam lingkungan masyarakatnya harus mengerti dan dihadapi secara realistis.1

  2 Remaja mempunyai perhatian yang subyektif terhadap hidup kemasyarakatan. Mereka mempunyai cita-cita hidup yang kuat dan berusaha melaksanakan cita-cita itu. Mereka cenderung berpikir realistis dan kongkrit. Dengan demikian sesuai dengan yang diungkapkan di atas, pada periode remaja

  1 Zakiyah Darajad, Porblema Remaja (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), him. 126.

  2 Rono Sulistyo, Pendidikan Seks (Bandung: Fak. Kedokteran Universitas Padjadjaran, tt), him. 11.

  4

  inilah merupakan suatu masa yang baik untuk memberikan pengertian dan pemahaman terhadap masalah seksual.

  Islam sebagai agama yang bersifat universal dan berlaku umum telah memberikan tuntunan kepada jalan yang baik. Segala persoalan yang dialami oleh manusia, yang hidup di dunia ini, secara keseluruhan dapat dikembalikan kepada ajaran Islam. Demikian juga terhadap masalah seksual. Ajaran Islam telah mengatur cara mengendalikan dorongan seksual yang terjadi pada seseorang. Islam juga memberikan suatu konsep bagaimana mengatur atau mengendalikan dorongan seksual yang ada pada remaja yang belum mampu untuk kawin.

  Pendidikan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebab pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian individu. Demikian juga terhadap nilai-nilai moral kemanusiaan,hanya dapat ditransfer dari suatu generasi kepada generasi berikutnya hanya dengan pendidikan. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, keadaan suatu bangsa atau negara banyak ditentukan oleh maju mundumya pendidikan suatu bangsa itu sendiri. Persyaratan-persyaratan tersebut sesuai dengan ungkapan Sudirman N. dkk, sebagai berikut;

  Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun bangsa atau negara.3 Pendidikan Islam merupakan bagian dari pendidikan lain pada umumnya, yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Dengan demikian maka pendidikan tersebut banyak mengacu pada sumber-sumber ajaran Islam.

3 Sudirman N. dkk, llmu Pendidikan (Bandung: Remaja Karya, 1987), him. 3.

  5

  Sebagai disiplin ilmu yang berdasarkan pada ajaran yang lengkap, maka sudah barang tentu ia mampu memberikan konsep tersendiri dalam hal pendidikan seksual. Dengan demikian maka kehidupan seksual dapat diketahui dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran Islam.

  Dari adanya masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji masalah pendidikan seksual, dengan mengambil judul “ PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM”

B. Rumusan Masalah

  Adapun yang menjadi permasalahan pada skripsi ini adalah bagaimanakah Pendidikan Seks Bagi remaja dalam Kajian Pendidikan Islam yang di dalamnya meliputi tentang:

  1. Bagaimanakah pengertian pendidikan Islam?

  2. Bagaimanakah pendidikan seks bagi remaja?

  3. Bagaimanakah analisis pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam?

  C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pendidikan seks bagi remaja dalam kajian ilmu pendidikan Islam, yang menyangkut tentang: 1. Fungsi pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

  2. Tujuan pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

  6

  3. Pendidik dalam pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

  4. Anak didik dalam pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

  5. Materi pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

  6. Metode dan alat pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

  7. Lingkungan pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

D. Manfaat Penelitian

  Apabila tujuan dalam penelitian ini telah tercapai maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis Dengan adanya penelitian ini maka akan didapat suatu konsep pendidikan seks bagi remaja yang behar sesuai dengan Pendidikan Islam.

  2. Manfaat Praktis

  • Bagi orang tua, yaitu menggugah kesadaran orang tua terhadap remajanya yang tidak mendapatkan pendidikan seks secara lengkap.
  • Bagi masyarakat, yaitu meluruskan persepsi masyarakat yang semula menganggap tabu pendidikan seks bagi remaja menjadi suatu kebutuhan penting.
  • Bagi remaja, yaitu dengan adanya pendidikan seks remaja dapat mengintropeksi dirinya sendiri dan berupaya menjadi makhluk sosial yang baik.

  7

E. Metode Penelitian

  Untuk memperoleh data yang ilmiah yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang dimaksudkan, serta pembahasan dan penganalisaan yang sistematis, maka digunakan metode “Library Research“ atau riset kepustakaan. Metode ini digunakan untuk mencari data dengan cara membaca buku dan memahami buku-buku yang menjadi sumber dalam penyusunan skripsi ini, yang sekaligus untuk pembahasan dan penganalisaan.

  Adapaun dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan pendekatan berfikir deduktif yaitu cara berfikir yang berangkat dari dasar-dasar pengetahuan yang umum, dari proposisi-proposisi yang berlaku secara umum, dan meneliti persoalan-persoalan khusus dari segi dasar-dasar pengetahuan yang umum.4 5

  Sedangkan analisis yang digunakan berupa analisis nonstatistik, mengingat data-data yang terkumpul adalah data-data tekstuler, maka dalam menelaah data dianalisis menurut isinya yang disebut “ Content Analysis “s

F. Sistematika Penulisan

  Untuk memperoleh persyaratan ilmiah, maka perlu adanya sistematika pembahasan, untuk itu berikut penulis susun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

4 Sutrisno Hadi,

  Metodologi Research I (Yogyakarta: Fak. Psikologi Universitas Gadjah Mada, Cet. Ke-xx, 1987), him. 2.

  8

  BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II DISKRIPSI TENTANG PENDIDIKAN ISLAM Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian pendidikan Islam, yang meliputi tujuan, fimgsi, metode dan sumber, baik dari A1 Qur’an As Sunnah/Hadits dan pendapat para ahli atau Saijana Pendidikan Islam. BAB III DISKRIPSI TENTANG PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian pendidikan seks, faktor-faktor pendidikan seks yang terdiri dari; fimgsi, tujuan, pendidik, anak didik, materi, metode dan alat, serta lingkungan pendidikan seks.

  BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM Dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor pendidikan Islam dalam hubungannya dengan pendidikan seks bagi remaja, meliputi; 1). fungsi, 2). tujuan, 3). pendidik, 4). anak didik, 5). materi, 6). metode dan alat, 7). lingkungan pendidikan serta relevansi antara pendidikan Islam dengan pendidikan seks bagi remaja.

  9

  BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP Pada bagian akhir dalam penulisan skripsi, berisi kesimpulan, saran dan penutup. Daftar Kepustakaan Daftar Riwayat Hidup Penulis

BAB II DISKRIPSITENTANG PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan dapat diartikan sebagai pemberian bimbingan bagi yang masih

  memerlukan, dengan beberapa sifat tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Abudin Nata, yang menyatakan:

  Pendidikan itu bimbingan ataupun pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani si anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.1 Sedang ahli pendidikan lain Amir Daien Indrakusuma menyatakan : Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan teratur dan sistematis, yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.1

  2 Pendapat tersebut sesuai dengan pemyataan Ngalim Purwanto yang menyatakan bahwa; pendidikan adalah segala usaha atau upaya orang yang telah dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.3 Dengan kata lain pendidikan adalah bantuan yang diberikan secara sadar dengan sengaja kepada anak didik, dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa.

  1 Abudin Nata,

Filsafat Pendidikan Islam (Bandung : Logos, 1987), him. 49.

  2 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar llmu Pendidikan (Malang : Fak. Ilmu Pendidikan IKIP, 2002), him. 27.

  3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan (Bandung: Remaja Karya, 1985), him. 12.

  11

  Secara umum pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Dalam pengertian tersebut mencakup kegiatan pendidikan, baik yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru. Sedangkan aspek yang dibina dalam pengertian tersebut adalah meliputi segala aspek.

  Pengertian pendidikan Islam ialah mempersiapkan anak baik dari segi jasmani, segi akal dan segi rohaninya, sehingga ia menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat, baik untuk dirinya maupun bagi umatnya. Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan Islam bukan hanya membimbing hal kejasmanian saja atau kerohanian saja, tetapi kedua aspek tersebut di atas harus diberikan dalam proses pendidikan Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman An Nahlawi yang menyatakan:

  Pendidikan Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk, taat, pada Islam dan menerapkannya secara sempuma dalam kehidupan individu dan masyarakat.4 Dari pendapat di atas sebenamya pendidikan Islam adalah upaya mempersiapkan anak atau individu dan menumbuhkannya baik dari segi jasmani, akal pikiran dan rohaninya dengan pertumbuhan yang terus menerus agar ia dapat hidup dan berpenghidupan sempuma, dan ia dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya.

  Dengan adanya uraian di atas, maka secara implisit dapat dipahami bahwa pendidikan Islam merupakan suatu persiapan dan suatu proses serta upaya yang berlangsung lama, yaitu sejak lahir dan meninggal dunia. Di samping itu juga

4 Abdurrahman An Nahlawi,

  Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terj. Herry Noer Ali

  12

  dapat dipahami bahwa sasaran pendidikan Islam adalah segala aspek kehidupan manusia, yaitu aspek jasmaniah, rohaniah, akal fikiran serta akhlaknya.

  Adapun pengertian pendidikan Islam secara istilah dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu upaya dalam rangka inempersiapkan anak didik atau individu dan menumbuhkan serta mengembangkannya baik dari segi jasmani, rohani dan akal pikirannya, dengan pertumbuhan yang terns menerus sejak lahir sampai meninggal dunid, agar ia dapat hidup dengan kehidupan yang sempuma serta dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna.

B. Tujuan Pendidikan Islam

  Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak memiliki arti apa-apa. Oleh karena itu sukarlah kita mendapatkan usaha yang tidak mempunyai tujuan. Hal ini karena tujuan telah terlingkup dalam pengertian usaha. Dengan kata lain tidak ada usaha yang tidak mempunyai tujuan.

  Tujuan adalah batas akhir cita-cita yang diinginkan dalam suatu usaha. Sebelum usaha itu dimulai, maka tujuan yang hendak dicapai perlu dikongkritkan terlebih dahulu. Sebab tujuan mempunyai peran tertentu terhadap usaha yang dilakukan.

  Suatu usaha yang dilakukan oleh manusia selalu mempunyai permulaan dan akan mengalami pula akhimya. Terkadang ada usaha yang terhenti karena menemui kegagalan sebelum tujuan itu tercapai. Usaha semacam ini belurn bisa dikatakan telah berakhir, sebab belum mencapai tujuan yang telah direncanakan

  13

  tersebut telah mencapai sasaran. Demikian halnya terhadap proses-proses pendidikan sebagai usaha dan upaya pembentukan pribadi yang mulia.

  Dalam penetapan tujuan pendidikan, Islam mempertimbangkan posisi manusia sebagai ciptaan Allah dan sebagai kholifah di muka bumi. Demikian halnya dengan Islam, yang merupakan rahmat bagi semesta alam (universal) mengandung ajaran-ajaran yang kongkrit, dapat disesuaikan dengan situasi setempat dan dengan kebutuhan zaman.

  Tujuan pendidikan Islam secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan itu saling berkaitan bahkan tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.

  1. Tujuan Umum Pendidikan Islam Yang dimaksud dengan tujuan umum adalah perubahan yang dikehendaki oleh pendidikan imtuk mencapainya. Banyak ahli pendidikan yang berusaha menentukan tujuan-tujuan pendidikan sesuai dengan yang dipahami dari keterangan-keterangan dari sejarah pemikiran dan pendidikan Islam. Diantara tujuan umum pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut: a. Hasan Langgulung mengutip pendapat dari A1 Abrasy menyatakan tujuan umum pendidikan Islam, yaitu:

  1) Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia. Islam telah menetapkan bahwa jiwa pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak.

  Dengan demikian maka pencapaian akhlak yang mulia adalah tujuan pendidikan yang sebenamya.

  14

  2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akherat. Pendidikan Islam tidak hanya berorientasi kepada kehidupan keakheratan saja, juga tidak hanya berorientasi pada kehidupan dunia saja, tetapi berorientasi pada kedua- duanya, yaitu dunia dan aherat. Islam memandang bahwa pada pokoknya kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kebutuhan jasmani dan rohani. 3) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan, atau yang lebih dikenal pada masa sekarang ini dengan istilah tujuan vokasional dan profesional. Hal ini dapat dimaklumi, sebab pendidikan Islam tidak hanya bersifat keagamaan atau akhlak semata, tetapi pendidikan Islam menaruh perhatian pada segi kemanfaatan pada tujUan- tujuan, kurikulum dan aktivitasnya. Pendidik-pendidik muslim memandang kesempumaan manusia tidak akan tercapai kecuali dengan memadukan antara agama dengan ilmu pengetahuan. 4) Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan pada keinginan tahu (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri. Selain menanamkan pada anak didik agar mereka menaruh perhatian pada kehidupan keagamaan, juga hendaknya menaruh perhatian pada sains sastra, seni dan sejenisnya. 5) Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal dan pertukangan, supaya dapat menguasai profesi atau keterampilam pekerjaan tertentu.

  15

  Dengan demikian mereka akan mampu mencari rizki dalam kehidupannya. Di samping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.5 b. Hasan Langgulung mengutip pendapat dari Nahlawi mengemukakan empat tujuan umum pendidikan Islam, yaitu :

  1) Pendidikan akal dan persiapan pikiran. Allah menyuruh manusia merenungkan kejadian langit dan bumi, agar dapat beriman kepada Allah dan ingat bahwa segala yang terjadi tidaklah dengan sendirinya, tetapi ada yang menjadikan dan mengatumya.

  2) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat dasar pada kanak-kanak. 3) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka dengan sebaik-baiknya.

  4) Berusaha untuk mengembangkan segala potensi dan bakat-bakat manusia.6

  2. Tujuan Khusus Pendidikan Islam Dalam operasionalnya, tujuan akhir pendidikan Islam itu perlu dijabarkan dan diuraikan dalam bentuk tujuan-tujuan yang bersifat khusus atau sementara.

  Oleh karena itu maka kita kenal adanya tujuan umum dan khusus.

  Yang dimaksud dengan tujuan khusus adalah perubahan-perubahan yang dikehendaki sebagai bagian yang ada dibawah tiap-tiap tujuan umum. Sebagai contoh, apabila tujuan umumnya adalah “menumbuhkan semangat agama dan akhlak,” maka tujuan umum seperti itu memerlukan beberapa tujuan khusus

5 Hasan Langgulung,

  Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka A1 Husna, Cet. Ke-II, 1989), him. 60-61.

  16

  diantaranya adalah memperkenalkan pada generasi muda lentang aqidah Islam, asal usul ibadah, dan cara melaksanakannya.

  Mengenai tujuan akhir dari pendidikan Islam tidak lain untuk membimbing anak didik agar memiliki kemampuan untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan kebahagiaan di akhirat. Demikianlah beberapa rumusan tujuan pendidikan Islam dalam upaya pembentukan kepribadian muslim, perpaduan antara ilmu, iman dan amal, sejalan dengan harkat kemanusiaan sebagai hamba Allah.

  C. Fungsi Pendidikan Islam Pendidikan secara umum berfimgsi untuk meneruskan atau mewariskan ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Dengan adanya pendidikan maka cita-cita, nilai- nilai serta kaidah-kaidah kehidupan manusia sebagai warga negara ataupun sebagai penganut salah satu agama akan tetap terpelihara. Apabila hal-hal tersebut tidak diwariskan atau tidak diteruskan pada generasi berikutnya, maka secara moral manusia telah melepaskan tanggung jawabnya untuk mendidik anak-anak mereka.

  Dilihat dari segi ini, maka pendidikan berfimgsi untuk meneruskan segala aspek kehidupan manusia, baik sebagai warga negara atau sebagai penganut suatu agama. Dengan demikian maka dalam fungsinya itu pendidikan hanya memelihara sesuatu yang telah ditemukan atau dipelihara oleh angkatan tua, tanpa ada perubahan atau tambahan-tambahan. Sedangkan pendidikan dalam fungsinya

  17

  sebagai pembaharu adalah hal-hal yang sudah dipikirkan oleh angkatan tua dan dirasa perlu diteruskan oleh angkatan sesudahnya.

  Dalam pandangan Islam, Allah telah membekali fitrah kepada manusia sejak ia dilahirkan. Sebagian ulama menyatakan bahwa fitrah adalah kecenderungan untuk meng-Esakan Allah dan mempunyai keyakinan terhadap-Nya. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah saw.:

  

j j AjLuia^aJ j\ j\ 4 jl3 j£ J (j-nlla

  ol ) ol jjis ojlaali

  VJ Artinya: “Tidak seorang anak dilahirkan kecuali ia dilahirkan menetapi fitrah.

  Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR Bukhari)7 Para sarjana pendidikan telah sepakat bahwa tiap-tiap manuisa yang dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan fitrah. Mereka rriemiliki kecenderungan meng-Esakan Allah dan membawa aqidah keimanan kepada Allah.

  Dari keterangan-keterangan di atas, maka jelaslah bahwa manusia baik laki- laki ataupun perempuan lahir dalam keadaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Mereka memiliki fitrah untuk meng-Esakan Allah dan beriman kepada-Nya. Dengan demikian maka manusia menurut fitrahnya tidak ada yang tidak mengakui adanya Allah (atheis).

  Fitrah itu akan tetap selamanya dan tidak akan lenyap. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT;

  (3 ;

  V Igjk- aid cLijlaa

  18

  Artinya: “Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” (Q.S. Ar Ruum: 3)8 Dari ayat tersebut di atas dapat diambil pengertian bahwa fitrah itu tidak hilang. Namun demikian meskipun fitrah yang ada pada manusia itu tidak akan hilang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya dapat tertutup atau terpengaruh oleh lingkungan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.

  Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi pendidikan dan pengajaran Islam adalah untuk menjaga, menyelamatkan dan mengembangkan fitrah manusia agar tetap memiliki aqidah keislaman sebagaimana yang telah dibawanya sejak lahir. Selain itu juga untuk mengkokohkannya, sehingga tidak menyimpang dari aqidah Islamiyah atau teijerumus ke dalam faham-faham selain ajaran Islam.

  Dengan demikian, maka jelaslah betapa peritingnya pendidikan dan pengajaran dalam fungsinya untuk menyelamatkan dan mengembangkan potensi- potensi yang ada pada anak didik. Oleh karena itu maka mereka dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi orang lain yang ada di sekelilingnya, sesuai dengan eksistensinya sebagai hamba Allah.

  Anak-anak itu diciptakan dengan dibekali kekuatan fitrah yang bisa diarahkan ke arah yang baik sebagaimana juga bisa dibawa kekuatan ini ke arah kejelekan.

  Dan wajib bagi orang tua untuk berusaha mengarahkan kekuatan (fitrah) ini ke arah kebaikan serta wajib mereka membiasakan atau melatih anak-anak dengan

  19

  kebiasaan-kebiasaan yang baik, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang menjadi baik, bermanfaat bagi dirinya serta bagi pergaulan hidup di sekelilingnya.

  Pendidikan dan pengajaran mempunyai peranan yang amat penting dalam menyelamatkan dan mengembangkan fitrah manusia. Dengan demikian maka ia akan hidup sesuai dengan fitrahnya yang baik dengan menempati keimanan kepada Allah SWT.

D. Metode Pendidikan Islam

  Metode menurut kamus bahasa Indonesia adalah “cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu pengetahuan.”9 Metode dapat pula diartikan jalan untuk mencapai tujuan. Tujuan dapat ditempuh dengan berbagai macam jalan, demikian halnya dengan metode. Suatu metode mungkin tepat untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu dan guru tertentu, tetapi belum tentu metode tersebut tepat atau baik untuk menyampaikan bahan pelajaran yang lain dan guru yang lain pula. Dengan demikian maka tidak ada metode yang terbaik untuk semua bahan pelajaran, serta semua pendidik dengan metode yang sama.

  Metode merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan, sebab metode ikut berperan dalam menentukan sukses atau tidaknya pendidikan. Antara metode dengan tujuan dapat dikatakan sebagai hubungan sebab akibat. Apabila metode pendidikan yang digunakan itu baik dan tepat, maka tujuan pendidikan yang telah dirumuskan itu besar kemungkinan dapat tercapai dengan baik. Metode

  20

  pendidikan Islam yang digunakan harus berfimgsi secara efektif dan efesien dalam proses pencapaian tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

  Depag RI dalam bukunya “Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan”, membagi metode-metode pendidikan Islam ke dalam empat macam, yaitu:

  1. Metode diakronik, yaitu metode yang menonjolkan aspek sejarahnya. Dengan metode ini memungkinkan bagi anak didik mengadakan studi komperatif tentang berbagai hasil penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

  2. Metode sinkronik, yaitu suatu metode pendidikan Islam yang memberikan kemampuan analisis teoritis yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan, mental-intelek.

  3. Metode pemecahan masalah, yaitu suatu metode yang merupakan latihan bagi para peserta didik yang dihadapkan pada berbagai masalah dengan altematif penyelesaiannya.

  4. Metode empiris, yaitu suatu metode penyampaian pelajaran yang memungkinkan anak didik untuk mempelajari ilmu agama melalui proses realisasi dan aktualisasi tentang norma-norma dan kaidah-kaidah agama melalui suatu proses aplikasi yang menimbulkan interaksi sosial.10

E. Sumber Pendidikan Islam

  Pendidikan merupakan suatu proses yang memiliki tujuan tertentu yang akan dicapai. Dengan demikian maka pendidikan mempunyai metode-metode dan sumber-sumber tertentu. Setiap aktivitas pendidikan baik pada pendidikan secara

  21

  umum maupun pada pendidikan Islam, tentu memiliki sumber-sumber norma. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan aktivitas yang normatif, dibatasi oleh peraturan-peraturan tertentu yang digunakan sebagai landasan bertindak.

  Pelaksanaan pendidikan sangat terkait dengan “life is education and

  

education is life". Dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan

  kehidupan manusia serta seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan.11 Pendidikan Islam merupakan suatu proses penataan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, oleh karena itu maka pendidikan Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat meyebabkan seseorang patuh dan taat terhadap Islam serta menerapkan ajaran-ajarannya secara sempuma, baik dalam kehidupan sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk yang bermasyarakat. Sebagai suatu aktivitas pendidikan yang berdasarkan pada al iman, al islam dan al ikhsan, maka sudah barang tentu sebagai norma pendidikan Islam adalah sumber-sumber yang memuat ketiga dasar itu, yaitu al Qur’an dan as Sunnah sebagai sumber pokoknya.

  Namun demikian tidak semua persoalan secara lengkap terdapat pada al Qur’an atau as Sunnah/Hadits, oleh karena itu maka diperlukan sumber-sumber lain yang merupakan hasil karya para ilmuwan pada bidang yang bersangkutan, dengan jalan berijtihad. Dengan demikian maka secara berurutan sumber-sumber * I,

11 Hujair AH. Sanaky,

  Paradigma Pendidikan Islam (Yogyakarta : Safiria Insania Press, Cet. Ke-

  22

  pendidikan Islam adalah berupa; al Qur’an, al Hadits dan pendapat para ahli/sarjana pendidikan Islam.

  1. Al Qur’an Al Qur’an diturunkan oleh Allah SWT. melalui malaikat Jibril kepada

  Nabi dan Rosul-Nya (Muhammad saw.) sebagai pemberi petunjuk kepada manusia kepada jalan yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT;

  5

  a.m'm 'j& 'JUfSjfj (44 : cK J l)... 'JjS U

  Artinya: “Kami turunkan kepadamu al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.. .”.12 Dalam ay at yang lain Allah menyatakan bahwa la mengajarkan kepada manusia tentang sesuatu yang belum diketahui olehnya. Pengajaran-Nya kepada manusia itu tentu saja tidak dengan secara langsung, tetapi melalui perantara Rasul-rasul-Nya. Allah berfirman;

  (5 : ( j U ) ..... 'f ig (SC. 'JCuXp '<£. Artinya: “allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya... 13

  Melihat ayat di atas jalaslah bahwa sumber pendidikan Islam yang paling utama adalah al Qur’an, sebab al Qur’an merupakan sumber yang paling utama dan yang pertama dalam ajaran Islam, sebagai sumber pendidikan yang diterapkan untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu di dalamnya

12 Departeman Agama RI, Op. Cit., him. 408.

  23

  terkandung bimbingan dan ajaran yang tidak bertentangan dengan eksistensi manusia itu sendiri serta kemampuan yang dimilikinya.

  2. As Sunnah/Al Hadits Sumber pendidikan Islam yang kedua adalah As Sunnah/Al Hadits, yaitu semua ucapan, perbuatan atau pemyataan/taqrir Rasulullah yang mengandung ajaran-ajaran agama Islam. Yang dimaksud dengan taqrir adalah ketetapan atau persetujuan Nabi secara diam-diam terhadap ucapan atau perbuatan para sahabat. As Sunnah berfungsi sebagai penafsir atau penjelas terhadap al Qur’an, sebab al Qur’an berisi secara global.

  Menurut pendapat Abdurrahman An Nahlawi, “Sunnah berarti sekumpulan sabda Rasulullah saw. yang berupa perbuatan peninggalan, sifat, ikrar, larangan, apa yang disukai dan tidak disukai, bela negara, ihwal dan kehidupannya.” 14

  3. Pendapat para ahli/sarjana pendidikan Islam Sumber pendidikan Islam yang ketiga adalah pendapat-pendapat dari ilmuwan atau sarjana pendidikan Islam, diantaranya; al Ghazali, Muhammad

  Quthb, M.Athiyah al Abrasyi, Hasan Langgulung, syamsudin, Abdurrahman An Nahlawi dan lain-lain.

  Pendapat-pendapat tersebut dijadikan dasar atau sumber pengkajian atau pembahasan masalah pendidikan seks remaja dalam kajian ilmu pendidikan Islam, karena beberapa alasan diantaranya ;

  24

  a. Pendapat-pendapat tersebut merupakan penjabaran lebih lanjut dari al Qur’an atau al Hadits.

  b. Pendapat-pendapat tersebut didasari oleh al Qur’an atau al Hadits.

  c. Dapat diterima secara ilmiah

  d. Pendapat tersebut memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pembahasan masalah seksual.

BAB III DISKRIPSI TENTANG PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA A. Pengertian Pendidikan Seks Pendidikan seks (sex education) dapat disebut juga sebagai pendidikan

  kelamin, pendidikan seks merupakan suatu pemberian informasi di dalam hal ihwal pergaulan antara kelamin yang berbeda termasuk di dalamnya masalah seksual. Untuk memahaminya berikut ini disajikan beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan seks:

  1. Menurut Ahmad Azhar Abu Miqdad mengutip pendapat dari Salim Sahli

  Sex education atau pendidikan seks adalah penerangan yang bertujuan

  untuk membimbing dan mengasuh setiap laki-laki dan perempuan, sejak dari anak-anak sampai dewasa di dalam perihal pergaulan antara kelamin pada umumnya dan kehidupan seksual khususnya, agar mereka dapat melakukan sebagaimana mestinya, sehingga kehidupan berkelamin itu mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia.1 Dari pendapat di atas, hal yang paling pokok adalah membimbing. Dalam pendidikan seks membimbing tidak hanya memberi tahu tentang masalah seksual kepada anak didik, tetapi lebih dari itu. Bimbingan tersebut diberikan kepada anak didik, sebab pada kenyataannya tidak jarang mereka yang menemui kesulitan dalam memahami masalah yang ada dalam kehidupannya, demikian halnya terhadap masalah seksual.

  Pendidikan seks dalam Islam adalah segala ajaran dan peraturan Islam yang bertujuan mengatur dan memberi petunjuk kepada manusia dalam 1

1 Akhmad Azhar Abu Miqdad, Pendidikan Seks bagi Remaja, (Yogvakarta: Mitra Pustaka, Cet.

  26

  melaksanakan fungsi seksualnya ke arah tujuan yang sebaik-baiknya dan dengan cara yang sebenar-benarnya. Pendidikan seks merupakan upaya-upaya pemberian bimbingan kepada seseorang agar ia dapat mengerti benar-benar tentang arti dan fungsi kehidupan kelaminnya, sehingga dapat mempergunakannya dengan baik dalam kehidupanya. Sedangkan pendidikan seks dalam Islam yang juga disebut pendidikan kelamin adalah ajaran dan peraturan Islam itu sendiri, yaitu AL Qur’an, Hadits dan pendapat para ulama atau sarjana Islam.

  2. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa.2 Dari pendapat di atas, bahwa pendidikan seks merupakan salah satu cara untuk mengurangi dan mencegah penyalahgunaan seks. Dengan demikian maka adanya pendidikan seks diharapkan tidak terjadi kehamilan yang tidak direncanakan, depresi dan perasaan berdosa akibat seksual.