NILAI NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM CERITA NASRUDDIN HOJA

  NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM CERITA NASRUDDIN HOJA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: MUH IRHAMNA NIM: 111 09 019 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA TAHUN 2016

  MOTTO َببْلَ ْلُْا ىِلْوُ ِلِْ ٌةَرْبِع ْمِهِصَصَق ِىف َناَك ْدَقَل

  Artinya : sesungguhnya pada kisah-kisah(cerita) mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal

  (Q.S Yusuf ayat 111)

  

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:

  • Orangtuaku tercinta yang senantiasa tak pernah berhenti memberikan

  segala pengorbanan yang tak dapat penulis sebut satu persatu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

  • Keluargaku tercinta yang selalu memberi semangat dan kekuatan dalam pembuatan skripsi ini.
  • Seluruh teman yang selalu memberikan dukungan positif dan kekuatan.

  • Seluruh dosen dan Karywan IAIN Salatiga

    Semua instansi yang membutuhkan pengajaran tentang nilai pendidikan

    islam.
  • Saudara sesama islam, yang selalu membagi ilmu dan saling menguatkan.
  • Semua umat manusia, yang selalu senang belajar dan berlatih untuk

  berubah untuk memahami makna hidup serta mencari ridlo dari Sang Penciptanya.

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نمحرلا الله مسب

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah ‘Azza wa

  Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidupmanusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku RektorInstitut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Drs. Juz’an, M.Hum. Selaku pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.

  3. Bapak/ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah memberikan pelayanan kepada penulis.

  4. Bapak, Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendo’akan dan membantuku dalam menyelesaikan studi di IAIN salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

  5. Kapada keluarga besar SDN Muncar 02 yang selalu memberi semangat dan memberi kesempatan untuk menjadi pendidik dan pembelajar.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

  Atas jasa- jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga Allah SWT menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.

  Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat Al-Hamdulillahi Robbil

  ‘Alamiin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

  Salatiga, April 2015 Penulis

  Muh Irhamna 11 090 19

  

ABSTRAK

Muh Irhamna. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam cerita Nasruddin Hoja.Skripsi.

  Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu KeguruanInstitut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Juz’an, M.Hum. Kata kunci:Nilai-nilai Pendidikan Akhlak.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan wawasan nilai-nilai keislaman yang

tedapat dalam karya sastra yang berbentuk cerita. Yang mana nilai-nilai islam dalam cerita Nasruddin

Hoja. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) apa saja materi

pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja?, (2) apa saja nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita

Nasruddin Hoja?, (3) relevansi cerita Nasruddin Hoja dalam pendidikan islam.

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan(library reasearch). Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi. Selanjutnya penelitian ini menggunan teknik

deskriptif analisis (descriptive of analyze research) yaitu dengan mencarimengenai bibliografis yaitu

pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis,

membuat interpretasi serta melakukan generalisasi dalam cerita Nasruddin Hoja.

  Hasil temuan penelitian penelitian dari cerita Nasruddin menunjukkan bahwa: (1) Materi

pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja yaitu materi pendidikan tauhid, materi pendidikan

ibadah dan materi pendidikan akhlak, (2) Nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja

yaitu (a) nilai keimanan antara lain iman kepada Allah, iman kepada hati kiamat, iman kepada taqdir

Allah, (b) nilai pendidikan ibadah yaitu Shalat , berdo’a, seruan ibadah, sadaqoh, mengikuti sunnah

Rasul,pernikahan, dan dzikir. Sedangkan (c) nilai pendidikan Akhlak mencakup a) Nilai

pendidikan akhlak sebagai berikut : (1) Akhlak mahmudah yaitu (a) Akhlak terhadap Allah yaitu

Tawakal, Taubat, Syukur, Ikhlas, Husnudhon. (b) Akhlak terhadap diri sendiri yaitu Sabar,

Optimisme, Kreatif , Ikhtiar, Ta’dzim, Percaya diri. (c) Akhlak kepada sesamayaitu Membela rakyat,

Tolong menolong, Silaturahim, Rifq, Bohong demi kebaikan, Dermawan, Menghibur, Berbakti,

Memberi salam. (2) Akhlak madzmumah adapun nilai pendidikannya yaitu larangan meremehkan

orang lain, memubadzirkan makanan, larangan sombong, ingkar janji, pelit, riya’, menyuap, tamak,

dzalim, kata kasar, dendam, bohong dan marah. (3) Relevansi cerita Nasruddin Hoja dalam

pendidikan islam adapun sebagai berikut: (a) Relevansi karakter Nasruddin dalam pendidikan Islam

yaitu menjunjung nilai moral, berani bertindak kritis, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, menjauhi penyakit

hati. (b) Relevansi Cerita Nasruddin dalam pendidikan islam.

  DAFTAR ISI 1. NOTA PEMBIMBING ....................................................................... i 2. PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................... ii 3. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................... iii 4. MOTTO................................................................................................ iv 5. PERSEMBAHAN................................................................................ v 6. KATA PENGANTAR........................................................................ vi 7. ABSTRAK .......................................................................................... viii 8. DAFTAR ISI ....................................................................................... ix

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1 B. Penegasan Istilah ........................................................... 5 C. Rumusan Masalah ........................................................... 6 D. Tujuan Penelitian ............................................................ 6 E. Manfaat Penelitian ........................................................... 7 F. Metode Penelitian ............................................................ 7 G. Sistematika Penulisan ....................................................... 9 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Nilai Pendidikan Islam ................................ 11

  1. Pengertian Nilai ....................................................... 11 2.

  Pengertian Pendidikan Islam ................................... 12 3. Materi Pendidikan Islam ........................................ 15 4. Tujuan Pendidikan Islam ........................................ 25 5. Metode Pendidikan Islam ....................................... 28 6. Ruang Lingkup Pendidikan .................................... 32 B. Gambaran Umum Cerita .............................................. 38 1.

  Pengertian Cerita .................................................... 40 2. Unsur dalam Cerita ................................................ 41 3. Unsur luar Cerita .................................................... 43 C. Manfaat Cerita dalam Pendidikan................................. 44

  BAB III. GAMBARAN UMUM CERITA DAN TOKOH NASRUDDIN HOJA A. Tokoh Nasruddin Hoja ................................................. 48 1. Riwayat Hidup Nasruddin Hoja ............................ 48 2. Riwayat Pendidikan ............................................... 49 3. Aktifitas ................................................................. 50 4. Pemaknaan Simbol tokoh Nasruddin Hoja ............ 52 B. Cerita Nasruddin Hoja.................................................. 53 C. Gambaran umum cerita Nasruddin Hoja ...................... 54 D. Karakteristik Nasruddin Hoja dalam Cerita ................. 60 E. Sumber Data Penelitian ................................................ 67 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Nilai Pendidikan Islam dalam cerita Nasruddin Hoja.... 72 1. Nilai Pendidikan Ketauhidan dan Keimanan ........... 72 2. Nilai Pendidikan Syari’ah atau Ibadah ..................... 76

  3. Nilai Pendidikan Akhlak ......................................... 82 a.

  Akhlak Mahmudah ............................................. 81 1). Akhlak kepada Allah ..................................... 82 2). Akhlak kepada Diri sendiri............................ 87 3). Akhlak kepada sesama ................................. 94 b. Akhlak Madzmumah ........................................ 105 B. Relevansi Nilai Pendidikan Islam dalam karakter Nasruddin Hoja

  ...................................................................................... 120 C. Relevansi Nilai Pendidikan Islam dalam cerita Nasruddin

  Hoja............................................................................... 125

  BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................. 133 B. Saran ............................................................................ 134 C. Kata Penutup ................................................................ 134 D. Daftar Pustaka .............................................................. 136 9. LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mencakup pandangan hidup, sikap hidup serta ketrampilan hidup

  (Muchtar Bukhari,1994:13). Maka dalam pendidikan tidak serta merta hanya berkutat didalam sekolahan atau suatu lembaga pendidikan, namun pendidikan mencakup segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak untuk mengarah pada proses pemiskinan kultural dan proses pemiskinan ilmiah (Muchtar Bukhari,1994:2). Pendidikanpun mengikuti norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Jhon Dewey (dalam Retno Listyarti,2012:2) menjelaskan bahwa pendidikan adalah merupakan salah satu proses pembaharuan makna pengalaman. Yangmana sebuah pembaharuan makna didapat setelah kita mendapatkan proses pembelajaran atau pendidikan.

  Dalam kamus besar bahasa indonesia cerita adalah hiburan yang membentangkan bagaimana terjadinya sesuatu hal (peristiwa, kejadian dan sebagainya). Cerita dapat berupa ungkapan, tulisan tentang suatu peristiwa, atau tentang suatu kejadian. Banyak sekali bentuk cerita dalam konteks penulisannya dapat berupa hikayat, sejarah, kisah, dongeng, novel, cerpen dll (wikipedia.com). dalam proses pendidikan cerita dianggap sangat menarik untuk kalangan peserta didik.

  Dalam proses pendidikan, bercerita dengan peserta didik adalah suatu pembelajaran yang penting yang mana dalam bercerita pendidik dapat mudah meyampaikan pesan moral dan agama. Seperti diteterangkan dalam Al-

  Qur’an surat Yusuf ayat 111 :

  } 111 { َببْلَ ْلُْا ىِلْوُ ِلِْ ٌةَرْبِع ْمِهِصَصَق ِىف َناَك ْدَقَل

  Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah(cerita) mereka itu terdapat pengajaran bagi orang- orang yang mempunyai akal”.

  Cerita dapat digunakan oleh orang tua dan guru sebagai sarana mendidik dan membentuk kepribadian anak melalui pendekatan transmisi budaya (Suyanto & Abbas, 2001). Dalam cerita, nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita. Anak melakukan serangkaian kegiatan kognisi dan afeksi, mulai dari interpretasi, komprehensi, hingga inferensi terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Melalui kegiatan ini, transmisi budaya terjadi secara alamiah, bawah sadar, dan akumulatif jalin menjalin membentuk kepribadian anak. Anak memiliki referensi yang mendalam karena setelah menyimak, anak melakukan aktifitas kognisi dan afeksi yang rumit dari fakta cerita seperti nama tokoh, sifat tokoh, latar tempat, dan budaya, serta hubungan sebab-akibat dalam alur cerita dan pesan moral yang tersirat didalamnya ( Mbak

  ITADZ, 2008:19 ). Nilai tersirat tersebut dapat dipetik secara tidak sadar oleh peserta didik untuk dipahami dan menjadi perubahan sikap peserta didik.

  Berbagai macam bentuk cerita, salah satunya adalah cerita pendek. Dapat kita ketahui bahwa cerpen adalah sebuah karya fiksi yang cerita yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang. Dalam penjelasan lain bahwa cerita pendek berasal dari anekdot, yang menceritakan dengan singkat dan cepat tiba pada tujuaannya Dapat kita ketahui ceritapun mempunyai tema alur, latar, tokoh dan sudut pandang dll sebagaimana pada novel (Mbak ITADZ,2008:32). Banyak sekali cerita yang menunjukkan kebijaksanaan. Banyak sekali cerita yang mempunyai unsur humor namun mempunyai pesan yang tersirat. Kisah-kisah abu Nawas, kisah karidin dalam cerita jawa dan banyak sekali kisah yang lucu. Namun pada penelitian ini penulis memilih kisah Hoja Nasruddin.

  Nasrudin Hoja adalah salah satu tokoh yang mempunyai karakter seperti orang tolol, lugu, kocak, kritis sekaligus bijaksana. Dia terkenal di dunia Timur seperti Turki, Persia dan Arab maupun didunia Barat seperti Rusia dan Uni Soviet. Setiap Negara bangga mengklaim Nasrudin sebagai bagian dari bangsanya. Dibalik kekonyolan dari cerita Nasrudin hodja banyak sekali tersimpan kearifan yakni akan dapat kita petik nilai-nilai pendidikanya. Dalam literatur Azebaijani bahwa Nasruddin menjadi tokoh utama dalam sebuah majalah berjudul Molla Nasraddin, diterbitkan din "dibaca oleh masyarakat Muslim dari Morocco hingga Iran". Majalahri 1922 hingga 1931) dalam

  

menggambarkan ketidakadilan sosial, asimilasi kultural, dan

  kesewenang-wenangan polisi serta mencemooh kehidupan terbelakang, nilai kependetaan, dan para fanatik, secara jelas mengajak para pembacanya untuk lebih modern dan menerima budaya barat. Majalah ini dilarang beredar beberapa kali Keterangan diatas mengambarkan bahwa simbol tokoh Nasruddin sangat berpengaruh untuk melawan ketidakadilan dan kesewenangan penguasa dengan cara yang unik Nasruddin.

  Dalam pandangan Islam bahwa kita diperintahkan untuk melawan dan menolak kemungkaran atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya seperti dalam hadist riwayat Muslim dibawah ini :

  

ْ ْ ْ ْ ْ: ْ ملسو ْ هيلع ْ الل ْ ىلص ْ ْ ْ ْ ْ: ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ نَع

ىَأَر ِْالل ُْت عِمَس ُْه نَع ُْالل د يِعَس ْ مُك نِم ْ نَم ُْل وُقَي َْل وُسَر َْلاَق َْيِضَر يِر دُخ لا يِبَأ

  [

]ملسم ْ هاور ْ ُْف ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ

َْع ضَأ ْ عِطَت سَي ْ عِطَت سَي ُْه رِّيَغُي لَف

  ِْناَم يِلإ ا َْكِلَذَو ِْهِب لَقِبَف ْ مَل ْ نِإَف ،ِهِناَسِلِبَف ْ مَل ْ نِإَف ،ِهِدَيِب ْ ارَك نُم

  Terjemah: Dari

  Abu Sa’id Al-Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihiwasallam bersabda:

  “Siapa yang melihat kemungkaran maka

  

rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak

mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya

iman .”(Riwayat Muslim).

  Dalam cerita Nasruddin banyak sekali cerita menggambarkan perlakuan kemungkaran berupa ketidak adilan sang pemimpin namun Nasruddin dengan cerdik melawannya dengan segala kemampuannya. Seperti cerita suap yang dilakukan Nasruddin untuk hakim agar dipercepat urusannya namun dengan cara yang tidak biasa yaitu dengan mengisi wadah madu (hadiah untuk hakim) dengan tanah (Winardi,2012:112). Hal tersebut merupakan dakwah melawan suatu kemungkaran dengan cara untuk kreatif dan lebih cerdas (bijaksana) untuk menghadapi suatu masalah yang dilakukan Nasruddin Hoja.

  Dalam cerita banyak sekali penanaman pendidikan yang mencakup segala aspek. Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita manusia itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan. Oleh karena itu islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan (Abudin Nata, 1997:97). Sedang Menurut Abdul Aziz Abdul Majid, tujuan penceritaan dapat berupa menghibur siswa saat pembelajaran berlangsung, menambah wawasan agama dan membersihkan cita rasa (feeling) (dalam Syarif Hade Musyah dkk, 2002:81).

  Dapat kita ketahui bahwa pendidikan adalah proses pendewasaan dan menemukan potensi anak agar tumbuh dan berkembang selaras dengan bakat dan minat. maka agar tidak terjerumus hal negatif maka peran pendidikan mengambil andil untuk mengarahkan dan membimbing ke hal yang positif.

  Dalam cerita Nasruddin Hoja banyak sekali yang didalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan islam dapat diambil sebagai penambah wawasan para pembaca dan sebagai acuan para pendidik dan peserta didik dalam proses pendewasaan.

  Dengan latar belakang masalah diatas maka penulis mengambil judul

  “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM CERITA NASRUDDIN HOJA”.

B. Penegasan Istilah

  Agar para pembaca mudah untuk memperoleh pemahaman dan gambaran terhadap istilah tersebut, maka penulis menjabarkan terlebih dahulu yaitu:

  1. Nilai pendidikan islam a.

  Nilai dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sifat-sifat (hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (depdiknas : 2007) b.

  Pendidikan islam adalah pengajaran untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai dengan ajaran islam dengan berbagai metode maupun pendekatan. Pendidikan islam lebih ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan.(ZakiyahDaradjat; Jakarta:2011) c.

  Nilai pendidikan islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifisasi dan pfofesi diantara sekian banyak profesi dalam masyarakat. (Al-Syaibani, 1979:399)

  2. Cerita Nasruddin Hoja

  Cerita Nasruddin Hoja sangat erat dengan kisah-kisah jenaka yang mengundang tawa yang mencakup beragam topik tentang punguasa zalim, hakim, koruptor, ulama, cendekiawan, ketamakan dan kekikiran, sampai dirinya sendiri sebagai bahan humor yang mengandung kritik dan sindiran dalam kisah tersebut.

C. Rumusan Masalah

  Mengacu pada latar belakang masalah tersebut, penulis membuat rumusan masalah penelitian, sebagai berikut:

1. Apa materi pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja?

  2. Apa saja nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja? 3.

  Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja? D.

   Tujuan Penelitian

  Untuk memberikan gambaran secara konkrit, arah yang jelas dan berdasarkan pokok permasalahan diatas maka peneliti bertujuan :

  1. Untuk mengetahui materi pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja 2.

  Untuk mengetahui Nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasrudin Hoja 3. Untuk mengetahui relevansi Nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja E.

   Manfaat Penelitian

  Dari hasil penelitian ini, diharap dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi keilmuan kepada para pendidik tentang nilai-nilai pendidikan dalam proses pengajaran.

  2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran bagi para pembaca bahasanya penanaman nilai pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dalam cerita Nasruddin Hoja sehingga memudahkan dalam mencapai tujuan pendidikan islam.

  3. Hasil penelitian diharap dapat memberikan wawasan dengan cara mengetahui relevansi cerita Nasruddin Hoja dengan pendidikan.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

  Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Mestika (2008:3) mengartikan penelitian kepustakaan (library research) adalah serangkaian kegiatan yang berkenan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mengolah bahan penelitian. Dalam penelitian penulis, pendekatan penelitian dengan menggunakan deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Deskripsi analisis ini mengenai bibliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan (moleong, 2005: 29). Prosedur dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks, (Robert B dan Steven J, dalam moloeng, 2005: 31) 1.

   Metode Pengumpulan Data

  Metode yang digunakan untuk mengumpulkan berbagai sumber data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi (documentation research method). Model metode dokumentasi yaitu model penelitian dengan mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkrip, buku, suratkabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dansebagainya (Arikunto, 1998: 233). Dari pencarian data model dokumentasi tersebut, diharapkan terkumpulnya dokumen atau berkas untuk melengkapi seluruh unit kajian data yang akan diteliti dan dianalisa lebih lanjut.

  Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengkaji dan melakukan analisis kepustakaan mengenai cerita Nasruddin. Yaitu berasal dari novel Hoja Nasruddin dan 360 cerita jenaka Nasruddin Hoja.

  Sedangkan untuk sumber data sekunder, penulis mengambil data dari dokumen-dokumen yang medukung dari kumpulan berbagai artikel, jurnal, diskusi- diskusi book review dan karya tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian ini tentang nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja.

2. Teknik Analisis Data

  Dalam proses analisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yang terdiri dari tiga kegiatan, diantaranya adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992: 16). Pertama ,setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya adalah mereduksi data yang telah diperoleh, yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidakperlu, dan mengorganisasi data, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan.

  G.

  Sistematika Penulisan Skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari lima bab antara lain:

  BAB I: PENDAHULUAN Bab I dalam penulisan penelitian ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan penelitian

  BAB II: KAJIAN PUSTAKA Pada bab II dalam penulisan penelitian ini berusaha menjelaskan tentang pengertian cerita, unsur dalam cerita, struktur cerita dan manfaat cerita dalam pendidikan. selanjutnya bab ini akan membahas tentang nilai-nilai pendidikan islam, tujuan nilai pendidikan islam, metode pendidikan islam, ruang lingkup pendidikan dan jenis nilai- nilai pendidikan islam.

  BAB III : GAMBARAN UMUM CERITA-CERITA HUMOR TOKOH NASRUDIN HOJA Pada bab ini, membahas penulis, memaparkan tokoh Nasrudin Hoja, gambaran umum cerita Nasruddin, karakteristik Nasruddin dalam cerita. Serta tema, alur cerita, penokohan dan latar dalam cerita Hoja Nasruddin. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis memaparkan Analisis Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam cerita Nasruddin Hoja dan relevansi Nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja. BAB V : PENUTUP Bab V merupakan bab akhir sebagai penutup dalam penulisan penelitian ini. Adapun isi dalam bab V adalah penyampaian Simpulan dan Saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. NILAI PENDIDIKAN ISLAM 1. Pengertian Nilai Masalah nilai memang sulit untuk dijelaskan dan digambarkan, sebagai tema abstrak

  sudah diperbincangkan sejak para filosof berbicara tentang kebenaran atau keutamaan. Dapat kita ketahui bahwa nilai merupakan hal yang menarik untuk dicari dan digambarkan. Dalam perkembangan zaman pandangan tentang suatu nilai dianggap penting. Nilai dapat berarti “sesuatu yang baik, benar atau diinginkan”(dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Nilai diunduh pukul 10:35 tanggal 10 april 2016). Sedang Hans Jonas mengatakan nilai adalah sesuatu yang ditunjukka n dengan kata “Iya” (Bertens, 1997:139). Secara umum nilai berkaitan tentang suatu sikap dan perilaku.

  Dalam Encyclopedia Britania dalam (Sarjono, 2005:136) disebutkan bahwa nilai adalah sesuatu yang menentukan atau suatu kualitas obyek yang melibatkan suatu jenis atau apresiasi atau minat. Dalam pengertian lain menjelaskan nilai adalah sifat-sifat (hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Depdiknas : 2007). Adapun pengertian nilai menurut para ahli (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:110) adalah sebagai berikut: a.

  Menurut Yong, nilai diartikan sebagai asumsi-asumsi yang abstak dan sering tidak disadari tentang hal-hal yang benar dan hal-hal yang penting.

  b.

  Green memandang nilai sebagai kesadaran yang secara relatif berlangsung dengan disertai emosi terhadap objek, ide, dan perseorangan.

  c.

  Woods yang menyatakan bahwa nilai menampakkan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. d.

  Dalam pengertian lain, nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia atau masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap baik, benar dan hal-hal yang dianggap buruk dan salah.

  Dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah sesuatu yang terdapat di dunia bersifatnya objektif dan tetap, dari situasi kehidupan berhubungan dengan subjek-subjek yang mempunyai kepentingan dengan tolak ukur yang pasti, pada esensi objek tersebut. Nilai menghitung mengenai hal-hal yang benar dan hal-hal yang penting dari kesadaran relatif memandang hal-hal yang dianggap baik, benar dan hal-hal yang dianggap buruk dan salah.

2. Pengertian Pendidikan Islam

  Pendidikan dalam bahasa inggris berarti education, sedang bahasa yunani kuno adalah pedagogi, dan dalam bahasa arab pendidikan dapat berarti al-tarbiyah, al- ta’dib dan al-ta’lim.

  Menurut Frederick J. MC. Donal (1959 :4) ;

  “Education in the sense used here, is a prosess

or an activity which is directed at producing desirable changes in the behavior of human

being” ( pendidikan adalah proses yang berlangsung untuk menghasilkan perubahan yang

  diperlukan dalam tingkah laku manusia). Sedang menurut KBBI online bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (http://kbbi.web.id/didik). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha manusia untuk membantu, melatih, dan mengarahkan anak melalui transmisi pengetahuan, pengalaman dan intelektual untuk menjadi lebih dewasa (terlihat dari pola tingkah laku manusia tersebut) dan untuk mencapai tujuan hidupnya (cita-cita) .

  Sedang Islam berasal dari kata Salam (salama) dalam artinya yang pertama ialah : tenang, diam, telah melakukan kewajiban, telah melunasi, dalam kedamaian sempurna; dalam arti yang kedua menyerahkan diri kepada Tuhan yang denganNya orang telah berdamai. Kata benda yang diturunkan daripadanya berarti perdamaian, (memberi) salam, keamanan, keselamatan.(Syed Ameer Ali, 1978;266). Maka orang yang berislam adalah orang yang selamat dari barbagai masalah hidup kehidupan dan selamat di akhirat kelak, dengan melaksanakan ajaran-ajaran yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW.

  اْوُلِضَت ْنَل ِنْيَئْيش ْمُكْيِف ُتْكَرَت : ملسو هيلع الله ىلص الله لسر لاق :لاق هنع الله يضر ةريرره ىبا نع يتنُس و الله َباَتِك اَمُهَدْعَب

  "Aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat setelah berpegang dengan keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnahku.

  ” ( Riwayat Al-Hakim dari Abu Hurairah, 1/172, lihat Shahih Al-

  Jami’ no. 2937 dan Ash-Shahihah no. 1761 dalam http://ibnufuadboss.blogspot.co.id/2008_04_27_archive.html diunduh pada 10 april 2016 pukul 07:36)

  Dari penjelasan di atas men erangkan bahwa Islam didasarkan pada Alqur’an dan sunnah yang mana pendidikan Islampun sama dengan konsep Islam yang berpedoman pada Al-

  Qur’an dan sunnah. Dengan demikian, objek pendidikan Islam sama dengan pendidikan pada umumnya, hanya saja pendidikan islam didasarkan pada konsep dan teori yang dikembangkan dari nilai-nilai Islam: Al-

  Qur’an, as-Sunnah, dan ijtihad (Moh.Roqib, 2009:23).

  Pengertian pendidikan Islam menurut para ahli (dalam buku Arifudin Arif, 2008 : 34- 36) adalah :

  a) al-Syaibaniy (1977:399); mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatau aktivitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.

  b) Muhammad Fadhil al-Jamaly (1977:3) mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.

  c) Ahmad D. Marimba (1989 : 19) menjelaskan bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil).

  d) Hasan Langgulung (1980 : 94) menjabarkan bahwa pendidikan Islam sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan, dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

  e) Ahmad Tafsir (1992 :32) mengungkapkan bahwa pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

  Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah rangkaian proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada anak didik melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya, baik aspek spiritual, intelektual, maupun fisiknya, guna keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

  Di atas sudah penulis jelaskan mengenai pengertian nilai dan pendidikan Islam. Maka sebagai kesimpulannya pengertian nilai pendidikan agama Islam adalah isi yang terkandung dalam sebuah pendidikan Islam. Nilai pendiidikan islam sepertinya sesuatu yang mulia dapat diambil atau hal-hal yang bermanfaat bagi pendidikan Islam.

3. Materi Pendidikan Islam

  Dapat kita ketahui bahwa pendidikan ialah sebuah proses untuk mengubah jati diri peserta didik untuk lebih maju. Sedang nilai merupakan suatu tolak ukur tentang sesuatu.

  Sedang islam sendiri sebagai paradigma tentang ketuhanan, kemanusiaan dan alam semesta.

  Dalam pembahasan nilai pendidikan islam mencakup berbagai hal. Sedang menurut Wahab al-Zuhaili (dalam Abdul mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2006:36) menjelaskan bahwa nilai normatif yang menjadi acuan pendidikan Islam. Nilai pendidikan islam yang dimaksud terdiri atas tiga pilar utama yaitu:

1. I’tiqaddiyyah yaitu mengatur tentang rohaniah manusia dengan tuhannya. Maka hai ini sangat erat kaitannya dengan pendidikan keimanan.

  2. Khuluqiyyah yaitu menyangkut tingkah laku dan moral lahir manusia dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Maka hal ini erat kaitannya dengan pendidikan etika, moral maupun akhlak.

  3. Amaliyyah yaitu menyangkut hubungan lahiriyah antara manusia dengan Tuhanya, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Dalam pendidikan amaliyah dengan tingkah laku sehari

  • –hari terdiri dari: Adapun dari penjabaran diatas, menurut hemat penulis mengambil kesimpulan bahwa nilai pendidikan islam dibagi menjadi tiga yaitu tentang I’tiqadiyyah yang mencakup tentang nilai keimanan (memuat akidah, tauhid dan iman),tentang Khuluqiyyah yang mencakup tentang nilai akhlak dan terakhir tentang Amaliyah mencakup masalah nilai-nilai ibadah.

  Berikut penjabaran lebih lanjut gambaran umum diatas mengenai materi pendidikan islam.

a. Materi Pendidikan keimanan

  Materi pendidikan iman dapat juga diidentikkan dengan rukun iman yang terdiri dari enam perkara yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasulullah, iman kepada hari akhir (kiamat) dan iman kepada qodho dan qodhar. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Beriman kepada Allah

  Iman kepada Allah berarti meyakini sepenuh hati bahwa Allah itu ada.Sedang menurut Thahir (2011:14) Keberadaan Allah hanya dengan zatnya sendiri tidak dengan perantaraan apapun.Keberadaan Allah merupakan suatu hal yang wajib yang tidak mungkin Allah itu tidak ada.Beriman kepada Allah merupakan keimanan yang paling pokok dan mendasar, karena merupakan dasar bagi keimanan selanjutnya.

  Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S al- Anbiya’:92 sebagai berikut:

  

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan

aku adalah tuhanmu, maka sembahlah aku”

  2. Beriman kepada malaikat Allah Allah menciptakan malaikat.Malaikat yaitu makhluk ghaib yang patuh melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Allah. Sedang menurut Thahir(2011:46) malaikat adalah suatu makhlak halus yang diciptakan dari cahaya. Mereka tidak makan dan tidak minum, mereka adalah hamba Allah yang mulia. Mereka tidak akan membantah segala yang diperintahkan kepadanya dan bahkan mereka selalu siap melaksanakan yang diperintahkan. Seperti dijelaskan dalam al-

  Qur’an surat an-Nahl ayat 50:

  

“Mereka takut kepada Tuhan, mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa

y ang diperintahkan kepada (kepada mereka)”.

  3. Beriman kepada kitab-kitab Allah Kita harus yakin bahwa Allah memiliki beberapa kitab yang diturunkan kepada para utusanNya.Menurut A Taufiq dan M Rohmadi (2010:19) menjelaskan bahwa di dalam kitab-kitab tersebut dijelaskan perintah, larangan, janji dan ancaman Allah. Kitab tersebut antara lain adalah Taurat, Injil, Zabur dan Al- Qur’an. Setelah turunnya Al-

  Qur’an kitab sebelumnya telah hilang karena tidak dijaga keasliannya oleh Allah.Maka kitab sebelumnya Al- Qur’an hanya perlu diimani saja. Seperti dijelaskan dalam surat

  An- Nisa’ ayat 136:

  

“Hai orang-orang yang beriman, percayalah pada Allah dan Rasul-Nya dan kitab yang

diturunkan sebelum itu.”

  4. Beriman kepada Rasulullah Allah menurunkan wahyunya kepada manusia tidak secara langsung, melainkan memilih di antara manusia dan dijadikannya sebagai utusanNya. Rasulullah yang menerima wahyu Allah ditugaskan untuk menerangkan wahyu kepada umatnya.Rasul diutus sebagai rahmat dan anugerah dari Allah SWT, bertugas untuk memberi kabar gembira, peringatan, penjelasan bagi orang yang beriman. Menurut Amin Syukur (2010:65) bahwa ajaran yang disampaikan para rasul prinsipnya sama yaitu tauhid (mengesakan Allah secara mutlak). Al-

  Qur’an juga menjelaskan bahwa Nabi/Rasul dahulu juga muslim, dijelaskan dalam al- Qur’an surat yunus ayat 72:

  

Artinya: “(Nuh berkata),” Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta

upah sedikitpun darimu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh

supaya aku termasuk golongan orang- orang yang berserah diri (Islam) kepadanya”.

  5. Beriman kepada hari akhir (kiamat) Hari kiamat adalah hari dimana hancurnya seluruh alam semesta.Pada hari itu semua yang dibangkitkan dari dalam kuburnya dan dikumpulkan disuatu tempat untuk dihisab amal perbuatannya.Kemudian urusan mereka berakhir dengan mendapatkan nikmat atau adzab. Ayat al- Qur’an yang menjelaskan agar kita beriman kepada hari kiamat adalah sebagai berikut:

  

“Tidakkah kebajikan itu kamu berpaling menghadapkan mukamu ke arah timur dan

barat, kebajikan itu ialah beriman akan Allah dan hari kesudahan.”(Q.S. al-

Baqarah:177).

6. Beriman kepada Takdir Allah Takdir berasal dari kata qadara yang berarti “mengukur, memberi kadar ukuran”.

  Semua makhluk diberi takdirnya oleh Allah, mereka tidak dapat melampaui batas ketetapan itu dan Allah menuntun dan menunjukkan mereka arah yang seharusnya mereka tuju. Takdir dalam arti ini pada alam dapat disamakan dengan istilah sunahullah, tetapi manusia tidak sepenuhnya istilah ini sesuai dengan yang dimaksud dengan takdir (A Taufiq dan M Rohmadi, 2010:23). Manusia mempunyai kemampuan yang terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah kepadanya.

  Dijelaskan dalam al- Qur’an surat al-Hadid ayat 22:

  

“Musibah tidak akan terjadi di atas bumi dan atas dirimu, melainkan telah ditulis dalam

kitab semenjak sebelum Kami menjadikan (kejadian-kejadian itu). Sesungguhnya yang

demikian itu mudah bagi Allah”.

  Adapun materi pendidikan tauhid atau iman yaitu segala sesuatu yang mencakup tentang keesaan Allah Swt dan keyakinan akan segala sesuatu mengenai informasi tentang Allah melalui perantara malaikat yang terkumpul dalam kitabNya, disampaikan kepada Rasulullah yang berisi tuntunan untuk mencapai kebahagiaan abadi dimulai dari hari kiamat sebagai ketentuan Allah yang tak dapat dielakkan lagi (A Taufik dkk,2010:24).

b. Materi Pendidikan Syari’ah atau Ibadah

  Pengertian syari’ah secara etimologi berasal dari kata Syari’at yang berarti “jalan menuju ke sumber air” yakni “jalan menuju pokok kehidupan”. Bentuk kata kerja syariat adalah syara’a berarti “menandai atau menggambar jalan yang jelas menuju sumber air” (Ahmad Taufik dkk,2010:25). Sedangkan secara terminologi, Tim Dosen Pendidikan Agama Islam (2009:64) mengemukakan bahwa dalam istilah islam, Syari’ah berarti jalan besar untuk kehidupan yang baik, yakni nilai-nilai agama yang dapat memberi petunjuk bagi setiap manusia. Dan yang dimaksud syariat yaitu segala tuntutan yang diberikan Allah Swt dan Rasul-Nya melalui perkataan, perbuatan, dan takrir (ketetapan)(Ahmad Taufiq dkk, 2010:27). Tuntutan itu berkaitan dengan akidah, hukum perseorangan dan hubungan dengan khalik, tuntutan manusia dengan diri dan dengan sesamanya. Hal ini sangat erat sekali dengan hubungan ibadah. Wujud keimanan seseorang terlihat dari ibadah.

  Menur ut Amin Syukur ibadah berasal dari bahasa Arab, dari fi’il madhi: ‘abada-

  

ya’budu-‘ibadatan, yang artinya “mengesakan,melayani dan patuh “(Amin

  Syukur,2010:86). Adapun pengertian ibadah, menurut Mahmud Syaltut mengartikan ibadah sebagai suatu perbuatan yang dikerjakan kaum muslimin untuk mendekatkan diri kepada tuhan setra mengingat-ingat keagungan-Nya, yang akan menjadi tanda bukti bagi keimanan kepada Allahdan pengawasan diri serta menghadapkan hati sepenuhnya kepada- Nya. Sedang menurut Sidi Gazalba mengemukakan bahwa ibadah adalah suatu perbuatan kaum muslimin dalam mendekatkan dirinya kepada allah dan menyeru kebesaran-Nya dan menundukkan kepercayaan kepada-Nya dalam perundang-undangan-Nya yang suci itu (Amin Syukur,2010:87). Dapat disimpulkan bahwa ibadah adalah segala perbuatan yang dikerjakan untuk mendekatkan diri pada Allah Swt dan sebagai tanda bukti keimanan kepada Allah Swt.

c. Materi Pendidikan Akhlak

  Dapat kita ketahui bahwa akhlak adalah pembuktian dari iman yang tertanam didalam dada.Akhlak terlihat dari segala perilaku kita. Seperti dalam sabda Rasulullah SAW:

  ِهِلْهَأِب ْمُهُفَطْلَأَو اًقُلُخ ْمُهُنَسْحَأ ًاناَمْيِإ َنْيِنِم ْؤُمْلا َلَمْكَأ نِإ “Sesungguhnya orang yang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan p aling lemah lembut kepada keluarganya.” HR. At-Tirmidzi, Al- Iman, II/82. (Dalam Ahmad Farid, 2008:31).

  Secara etimologi akhlak dari bahasa Arab jama’ dari bentuk tunggalnya “khuluqun” yang berarti : budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Zahruddin dan Sinaga, 2004:1). Sedang secara terminologi Imam Ghazali menjelaskan bahwa Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tidak dengan pertimbangan pikiran terlebih dahulu (dalam Zahruddin dan Sinaga, 2004:4). Menurut Sultoni mengungkapkan bahwa akhlak adalah kondisi/keadaan hati seseorang (Ahmad Sultoni,2007:55). Selain aqidah dan syariah, akhlak juga merupakan esensi ajaran Islam. Melalui akhlak akan dapat dilihat corak dan hakikat manusia sebenarnya.

  Istilah etika adalah suatu ilmu yang membicarakan baik dan buruk manusia. Sedangkan moral adalah tindakan yang sesuai dengan ukuran-ukuran umun dan diterima oleh kesatuan sosial. Moral dan etika adalah suatu yang seperti tak terpisahkan, secara praktis istilah ini sama dengan akhlak (Amin syukur, 2010:126)