HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT KECERDASAN MORAL ANAK USIA PRA SEKOLAH 4-6 TAHUN DI TK PELITA JAYA SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT KECERDASAN MORAL ANAK USIA PRA SEKOLAH 4-6 TAHUN DI TK PELITA JAYA SURABAYA PENELITIAN DESKRIPTIF KORELASIONAL

  Oleh: Kharisma Matahari Virgita Hermanta Putri NIM. 131311133021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT KECERDASAN MORAL ANAK USIA PRA SEKOLAH 4-6 TAHUN DI TK PELITA JAYA SURABAYA PENELITIAN DESKRIPTIF KORELASIONAL

  Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Dalam Program Studi Pendidikan Ners

  Pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

  Oleh: Kharisma Matahari Virgita Hermanta Putri NIM. 131311133021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017

SURAT PERNYATAAN

  ii

  Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun

  Surabaya, 17 Juli 2017 Yang Menyatakan

  Kharisma Matahari Virgita Hermanta Putri NIM. 131311133021 iii

iv

v

  MOTTO “Lakukan Hal-Hal Yang Kau Pikir Tidak Bisa Kau Lakukan”

UCAPAN TERIMA KASIH

  Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Dalam menyelesaikan skripsi saya yang berjudul

  ” Hubungan antara Pola Asuh Ibu dengan Tingkat Kecerdasan Moral Anak Usia Pra Sekolah 4-6 Tahun di TK Pelita Jaya Surabaya” ini. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan,dukungan,serta bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

  Oleh karena itu,saya mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

  2. Erna Dwi Wahyuni, S.Kep.,Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan motivasi dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai dengan baik.

  3. Praba Diyan Rachmawati, S.kep. Ns., M,Kep., selaku dosen pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu,koreksi,saran,dan motivasi dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai dengan baik.

  4. Ilya Krisnana, S.kep. Ns., M,Kep.,selaku dosen penguji yang telah memberikan koreksi dan saran terhadap naskah dan presentasi skripsi, sehingga skripsi ini semakin bermanfaat.

  5. Iqlima Dwi Kurnia, S.Kep.Ns., M.Kep., selaku dosen penguji yang telah memberikan koreksi dan saran terhadap naskah dan presentasi skripsi, sehingga skripsi ini semakin bermanfaat.

  6. Seluruh sivitas akademik Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah berkontribusi dan membantu saya untuk mengadakan penelitian sehingga tercapainya penulisan skripsi ini.

  7. Kepala sekolah, guru, dan karyawan TK Pelita Jaya yang telah mengizinkan dan membantu dalam penelitian ini.

  8. Seluruh responden yaitu ibu dari anak di TK Pelita Jaya yang telah bersedia ikut serta dalam peneitian ini.

  9. Papa (Drs. Nerius Hermanta P.), mama (Wahyuni Dwi S.), dan adek (Bintang) yang senantiasa memberikan doa dan dukungan keluarga yang baik sehingga memotivasi saya menyelesaikan skripsi ini.

  10. Dodo Rusiady dan sahabatku Irma Farikha, Marita Selvia serta penghuni kos kodim mulyorejo indah yang telah membantu dan memberikan semangat selama menempuh Program Studi Pendidikan Ners.

  11. Semua pihak yang telah membantu tetapi tidak dapat saya sebutkan satu per satu. vi

  Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan di Indonesia.

  Surabaya, 17 Juli 2017 Penulis vii

  ABSTRACT CORELATION OF PARENTING MOTHER TO MORAL INTELLIGENCE

PRESCHOOL AGE CHILDREN (4-6 YEARS)

  Descriptive Corelation Study By : Kharisma Matahari Virgita Hermanta Putri Introduction: Parenting mother is an active role against the development of their childrens to improve the moral intelligence of children from an early ( manners, rules of religious norms and morals, ethics ). Parenting mother used there are 3 kinds of parenting that is democratic, authoritarian, permissive. The purpose of this study was to analyze the relationship between parenting mother with the level of moral intelligence preschool. Methods : This study was using cross sectional study. The population were mother and teachers with total sampling. 75 mothers and 8 teachers as respondents, taken according to inclusion and exclusion criteria. The dependent variable was moral intelligence. The independent variable was parenting mother. Data collection for parenting mother and moral intelligence through form questionnaires. Data analyzed using Chi-Square test with significant level p=<0,05. Result: The Result showed significant relationship between parenting mother with the level of moral intelligence of preshool children (4-6) years, with p=0,006. Discussion: Parenting and moral intelligence of children was influenced by several factor; external and internal factor. In this research most of the mother use democratic parenting style and the children had high level in moral intelligence. Result of this study can be used as recomendation for school to improved moral intelligence of each children.

  Keywords: Parenting, Mother, Preschool, Moral intelligence

  viii

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT KECERDASAN MORAL ANAK USIA PRA SEKOLAH (4-6 TAHUN)

  Penelitian Deskriptif Korelasional Oleh : Kharisma Matahari Virgita Hermanta Putri

  eran aktif ibu terhadap perkembangan Pendahuluan: Pola asuh ibu merupakan p anak – anaknya, terutama pada saat mereka masih berada pada tahap prasekolah, untuk meningkatkan kecerdasan moral anak sejak dini (tata karma, sopan santun, aturan norma agama dan moral, etika). Pola asuh ibu yang digunakan ada 3 macam pola asuh yaitu demokratis, otoriter dan permisif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pola asuh ibu dengan tingkat kecerdasan moral anak usia prasekolah.

  Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional, pemilihan sampel

  dengan total sampling. Sampel penelitian yaitu ibu dari anak usia prasekolah (4-6) tahun sebanyak 75 responden. Variabel dependen yaitu kecerdasan moral dan variabel independen yaitu pola asuh ibu. Isntrumen penelitian pola asuh ibu dan kecerdasan moral menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah

  Chi-Square test . Hasil: Hasil uji statistik didapatkan hubungan yang signifikan

  antara pola asuh ibu dengan tingkat kecerdasan moral anak usia prasekolah (4-6) tahun, dengan nilai p =0,006.

  Diskusi: Pola asuh ibu dan kecerdasan moral anak

  dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor internal maupun eksternal. Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar ibu menerapkan pola asuh demokratis, serta untuk tingkat kecerdasan moral anak masuk dalam kategori tinggi. Penelitian ini merekomendasikan sekolah agar lebih meningkatkan kecerdasan moral pada masing-masing siswa.

  Kata kunci : Pola asuh, Ibu, Anak prasekolah, Kecerdasan moral

  ix

  x

  2.2 Konsep Orang Tua.................................................................... 9

  3.1 Kerangka Konseptual ............................................................... 29

  BAB 3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

  2.6 Keaslian Penelitian ................................................................... 27

  2.5.4 Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Moral ............. 23

  2.5.3 Aspek Kecerdasan Moral Anak ..................................... 20

  2.5.2 Definisi Kecerdasan Moral ............................................ 19

  2.5.1 Konsep Perkembangan Moral ....................................... 15

  2.5 Konsep Kecerdasan Moral ........................................................ 15

  2.4.2 Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Pra Sekolah ...... 12

  2.4.1 Definisi Anak Usia Pra Sekolah .................................... 12

  2.4 Konsep Anak Usia Pra Sekolah ................................................ 12

  2.2.3 Peran Ibu....................................................................... 11

  2.2.2 Peran Orang Tua ........................................................... 10

  2.2.1 Pengertian Orang Tua ................................................... 9

  2.1.2 Tipe Pola Asuh ............................................................. 7

  DAFTAR ISI

  1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 4

  Halaman Halaman Judul dan Prasyarat Gelar .............................................................. i Lembar Pernyataan ....................................................................................... ii Lembar Persetujuan ...................................................................................... iii Lembar Penetapan Panitia Penguji ................................................................ iv Motto ............................................................................................................ v Ucapan Terima kasih .................................................................................... vi

  Abstract ........................................................................................................ viii

  Daftar Isi ..................................................................................................... x Daftar Gambar .............................................................................................. xii Daftar Tabel .................................................................................................. xiii Daftar Lambang ............................................................................................ xiv Daftar Singkatan dan Istilah .......................................................................... xv Daftar Lampiran............................................................................................ xvi

  BAB 1 Pendahuluan

  1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4

  1.3.1 Tujuan umum ................................................................ 4

  2.1.1 Definisi Pola Asuh ........................................................ 6

  1.3.2 Tujuan khusus ............................................................... 4

  1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 4

  1.4.1 Manfaat teoritis ............................................................. 4

  1.4.2 Manfaat praktis ............................................................. 5

  BAB 2 Tinjauan Pustaka

  2.1 Konsep Pola Asuh .................................................................... 6

  3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................. 31

  BAB 4 Metode Penelitian

  4.1 Desain Penelitian ...................................................................... 32

  4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan sampel .................. 32

  4.2.1 Populasi ........................................................................ 32

  4.2.2 Sampel .......................................................................... 33

  4.2.3 Teknik pengambilan sampel (sampling) ........................ 33

  4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................ 33

  4.3.1 Variabel independen ..................................................... 33

  4.3.2 Variabel dependen ........................................................ 34

  4.3.3 Definisi Operasional ..................................................... 34

  4.4 Instrumen Penelitian ................................................................. 40

  4.5 Lokasi ...................................................................................... 44

  4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ........................ 44

  4.7 Cara Analisis Data .................................................................... 45

  4.8 Kerangka kerja ......................................................................... 47

  4.9 Masalah Etik ............................................................................ 48

  4.9.1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ....................... 48

  4.9.2 Anonimity (Tanpa Nama) .............................................. 48

  4.9.3 Convidentiality (Kerahasiaan) ....................................... 48

  4.9.10 Keterbatasan Penelitian ................................................. 48

  BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan

  5.1 Hasil penelitian ......................................................................... 49

  5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian .......................................... 49

  5.1.2 Karakteristik Demografi Responden .............................. 51

  5.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian ........................................ 52

  5.1.4 Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Kecerdasan Moral ..... 54

  5.2 Pembahasan .............................................................................. 54

  5.2.1 Pola Asuh Ibu ............................................................... 54

  5.2.2 Tingkat Kecerdasan Moral Anak ................................... 56

  5.2.3 Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Kecerdasan Moral ..... 56

  BAB 6 Kesimpulan dan Saran

  6.1 Kesimpulan .............................................................................. 60

  6.2 Saran ........................................................................................ 60

  DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 61

  xi

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ................................................................. 29Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ......................................................... 47

  xii

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Keaslian Penelitian ........................................................................ 28Tabel 4.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ......................................................... 34Tabel 4.2 Definisi Operasional ...................................................................... 36Tabel 4.3 Kriteria Penilaian Kuesioner .......................................................... 42Tabel 4.4 Skor Untuk Masing-Masing Kriteria Jawaban................................ 43Tabel 4.5 Kisi-Kisi Kuesioner Kecerdasan Moral .......................................... 44Tabel 5.1 Jadwal Pelajaran TK A .................................................................. 52Tabel 5.2 Jadwal Pelajaran TK B .................................................................. 52Tabel 5.1 Data Demografi Responden (Ibu) .................................................. 53Tabel 5.2 Data Demografi Responden (Anak) ............................................... 53Tabel 5.3 Pola Asuh Ibu ................................................................................ 54Tabel 5.4 Tingkat Kecerdasan Moral Anak ................................................... 54Tabel 5.5 Hubungan Pola Asuh Ibu dan Kecerdasan Moral Anak .................. 55

  xiii

DAFTAR LAMBANG

  xiv

  > : Lebih dari < : Kurang dari % : per seratus

  

  : total

SINGKATAN DAN ISTILAH

  xv

  SD : Sekolah Dasar SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Kedua TNI : Tentara Nasional Indonesia POLRI : Polisi Republik Indonesia

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Information Form For Consent .................................................. 66 Lampiran 2 Informed Consent ....................................................................... 66 Lampiran 3 Kuesioner Penelitian .................................................................. 67 Lampiran 4 Kuesioner Pola Asuh .................................................................. 69 Lampiran 5 Kuesioner Kecerdasan Moral ..................................................... 72 Lampiran 6 Data Statistik Variabel ............................................................... 75 Lampiran 7 Uji Analisis Statistik .................................................................. 76 Lampiran 8 Surat Ijin Pengambilan Data Awal ............................................. 77 Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian .................................................................... 78 Lampiran 10 Ethical Clearance .................................................................... 79 Lampiran 11 Data Pola Asuh Ibu .................................................................. 80 Lampiran 12 Data Kecerdasan Moral Anak ................................................... 82 xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Anak memerlukan kualitas moral yang tinggi untuk mencapai kesuksesan.

  Anak membutuhkan kecerdasan moral untuk bersosialisasi dengan orang lain. Kecerdasan moral merupakan kemampuan individu untuk memahami mana hal yang benar dan yang salah. Kecerdasan ini meliputi kemampuan untuk bisa memahami pilihan-pilihan yang berbeda, memiliki rasa empati, memperjuangkan keadilan, dan menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat terhadap orang lain (Borba 2001). Drawati (2005) seperti dikutip dalam Azhar (2009), menyebutkan bahwa faktor pemicu anak melakukan tindakan kriminal adalah masalah pendidikan moral, kurangnya perhatian orang tua serta perkembangan zaman. Maka tidak mengherankan apabila karakter anak menjadi keras atau liar, sebab mereka tidak diberikan pengetahuan soal etika atau moral, pemahan benar dan salah, mana yang baik dan yang buruk.

  Menurut Hidayat (2006), Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak – anaknya sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih berada dibawah usia lima tahun atau balita untuk meningkatkan kecerdasan moral anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah orang tua hendaknya selalu menunjukkan contoh perilaku dan kepribadian yang terpuji atau bernilai luhur serta disiplin, sementara itu terkait proses sosialisasi moral di sekolah, penelitian oleh Nazar (2001) menyatakan bahwa anak pun melakukan proses sosialisasi moral di sekolah dengan adanya proses pembelajaran atau kegiatan yang berbasis agama, memberikan kesempatan pada anak belajar memberikan judgment atas

  1 perilaku moral. Data awal yang diperoleh di TK Pelita Jaya Surabaya ada 6 dari 10 anak masih banyak ditemukan anak yang suka pilih-pilih teman dan menyerobot antrian, 4 dari 10 anak suka menertawakan temannya yang menangis. Disana masih didapatkan anak yang belum memahami kriteria dalam bermoral.

  Anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara, dan teman sebaya) melalui pengalaman bersosialisasi dengan orang lain pada masa pra sekolah. Anak usia pra sekolah harus diajarkan untuk belajar berkomunikasi dengan orang lain serta memahaminya. Anak harus selalu dilatih dan dibiasakan bagaimana seharusnya bertingkah laku yang baik. Stimulasi yang diberikan oleh orang tua adalah untuk memahami tata krama, sopan santun, aturan, norma, etika, dan hal-hal yang terkait dengan kehidupan dunia.

  Kecerdasan moral anak agar lebih optimal membutuhkan penanaman nilai- nilai moral. Konsep kecerdasan moral anak usia prasekolah perlu dipahami dan dikaji lebih dalam agar menjadi bahan masukan bagi orangtua, guru atau orang dewasa lainnya untuk dapat dilakukan pengembangan kecerdasan moral sejak dini (Gunarsa 2004). Pada anak usia prasekolah, nilai diri anak belum dapat didasarkan pada penghargaan realistik. Penelitian oleh Wellman, Larkey dan Somerville (1979) menunjukkan bahwa pada anak usia 5 tahun lebih mampu memahami kriteria moral dan memberikan moral judgment yang lebih tepat dibandingkan anak usia 3 dan 4 tahun meskipun pada anak usia 3-4 tahun sudah menunjukkan kesadaran atas kriteria moral.

  Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Pratt dkk (dalam Noe 2008) menyatakan bahwa orang tua yang responsif akan meningkatkan kematangan penalaran moral anak. Studi klasik tentang hubungan orang tua dan anak yang dilakukan oleh Baumrind (dalam Berns 2007) gaya pengasuhan merupakan cara- cara yang digunakan orang tua sebagai pendekatan umum dalam mengasuh anak.

  Terdapat tiga gaya pengasuhan yang cenderung dilakukan orang tua, yaitu otoriter, demokratis, permissive(Baumrind dalam Berns 2007).

  Menurut Borba (2001) Penyebab merosotnya moralitas sangatlah kompleks, lingkungan moral tempat anak-anak dibesarkan saat ini sangat berpengaruh terhadap kecerdasan moral mereka karena sejumlah faktor sosial kritis yang membentuk karakter bermoral secara perlahan mulai runtuh yaitu, pengawasi orang tua, teladan perilaku bermoral, pendidikan spiritual dan agama, hubungan akrab dengan orang dewasa, dukungan masyarakat dan pola asuh orang tua yang benar. Melalui pendekatan teori dari Michele Borba yaitu kemampuan untuk memahami benar dan salah serta pendirian yang kuat untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan norma moral, Borba memberikan tingkatan pembentukan kecerdasan moral dalam tujuh aspek yaitu, empati, nurani, kontrol diri, kebaikan hati, toleransi, respek, adil.

  Budaya moral harus dibangun mulai dari rumah. Moralitas dibangun atas dasar hubungan yang harmonis dari orangtua baik ayah kepada anak maupun ibu kepada anak. Akar dari kecerdasan moral anak terdiri dari tujuh aspek utama yang orang tua tanamkan kepada anak. Anak akan menggunakan aspek tersebut sebagai pola dasar dalam membentuk karakter dan sisi kemanusiaanya, dan sepanjang hidup anak akan menggunakannya.Konsep ini telah digunakan secara meluas di beberapa negara bagian di Amerika Serikat sebagai metode untuk ibu dalam membantu anak-anaknya mengembangkan kecerdasan moral (Borba 2001).

  Fenomena diatas membuat peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana hubungan antara pola asuh orang ibu dengan tingkat kecerdasan moral pada anak usia pra sekolah 4-6 tahun di TK Pelita Jaya Surabaya.

  1.2 Rumusan Masalah

  Apakah ada hubungan antara pola asuh ibu dengan tingkat kecerdasan moral anak usia pra sekolah 4-6 tahun di TK Pelita Jaya Surabaya

  1.3 Tujuan

  1.3.1 Tujuan Umum

  Mengidentifikasi tentang hubungan antara pola asuh ibu dengan tingkat kecerdasan moral anak usia pra sekolah 4-6 tahun di TK Pelita Jaya Surabaya

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Mengidentifikasi pola asuh ibu pada anak pra sekolah di TK Pelita jaya Surabaya

  2. Mengidentifikasi tingkat kecerdasan moral anak di TK Pelita Jaya Surabaya

  3. Menganalisis tentang hubungan antara pola asuh ibu dengan tingkat kecerdasan moral anak pra sekolah di TK Pelita Jaya Surabaya

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

  Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi ilmu keperawatan khusunya ilmu keperawatan keluarga

1.4.2 Praktis

  1. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi ibu agar lebih memperhatikan perkembangan moral anak dengan memanfaatkan dan memodifikasi waktu semaksimal mungkin ibu ketika berada dirumah

  2. Penelitian ini dapat menjadi suatu masukan bagi sekolah untuk perkembangan pendidikan moral anak

  3. Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan baru kepada guru agar dapat memberikan pendekatan khusus terkait moral anak

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab 2 ini akan disajikan konsep materi mengenai: 1) konsep pola

  asuh; 2) konsep orang tua; 3) konsep anak usia pra sekolah; dan 4) konsep kecerdasan moral.

2.1 Konsep Pola Asuh

  Setiap anak tumbuh dan berkembang melalui proses belajar tentang dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Proses pembelajaran ini berlangsung dan berkesinambungan terus selama masa hidup seseorang, sejak anak usia bayi sampai mencapai usia dewasa. Kewajiban orang tua adalah terlibat dalam pengasuhan positif dan memandu anak menjadi manusia yang kompeten.Kewajiban anak adalah merespon sesuai dengan inisiatif dari orang tua dan mempertahankan hubungan positif dengan orang tua (Santrock 2007). Pola asuh yang tepat dari orang tua terutama ibu sangat mempengaruhi proses pembelajaran ini. Diperlukan kesabaran dan kebijakan orang tua untuk dapat memberikan pertimbangan terbaik dalam pengambilan keputusan-keputusan penting di dalam kehidupan anak.

2.1.1 Definisi Pola Asuh

  Pola asuh adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap, dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makanan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya (Soekirman 2000 dalam Bety 2012). Menurut Kasmini (2007) dikutip dalam Bety (2012) pola asuh adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan anak dalam mencapai proses kedewasaan hingga pupaya

  6 pembentukan norma-norma yang diharapkan masyarakat.Menurut Aisyah (2010) pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan.

2.1.2 Tipe-tipe Pola Asuh

  Menurut Baumrind (dalam Berns 2007) gaya pengasuhan merupakan cara- cara yang digunakan orang tua sebagai pendekatan umum dalam mengasuh anak.

  Terdapat empat gaya pengasuhan yang cenderung dilakukan orang tua, yaitu otoriter, demokratis, permissive (Baumrind dalam Berns 2007).

  1. Gaya pengasuhan demokratis, ditandai dengan adanya kontrol dari orang tua terhadap anak tetapi orang tua tetap menghargai kebebasan anak sebagai individu, penetapan standar dan atau tuntutan yang bersifat rasional dan fleksibel, serta ada pengutamaan disiplin anak. Dengan kata lain, pola asuh demokratis ini memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang tua. Orang tua juga selalu memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh pengertian terhadap anak mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Hal tersebut dilakukan orang tua dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang (Baumrind 1967 dalam Berns 2007). Ciri-ciri pola asuh demokratis adalah sebagai berikut: 1) Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti oleh anak

  2) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yangperlu dipertahankan dan yang tidak baik agar di tinggalkan 3) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian 4) Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga 5) Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua dan anak serta sesama keluarga.

  2. Gaya pengasuhan otoriter, ditandai oleh kontrol yang ketat dari orang tua, pengekangan akan kebebasan dan atau inisiatif anak, dan pengutamaan kepatuhan pada orang tua, bahkan dengan menggunakan hukuman fisik ciri ciri pola asuh ototiter menurut Hurlock (1994) adalah : 1) Adanya kontrol yang ketat dan kaku dari orang tua 2) Aturan dan batasan dari orang tua harus ditaati oleh anak 3) Anak harus bertingkah laku sesuai aturan yang diterapkan orang tua 4) Orang tua tidak mempertimbangkan pandangan dan pendapat anak 5) Orang tua memusatkan perhatian dan pengendalian cara otoriter yaitu berupa hukuman fisik.

  3. Permissive, ditandai dengan kontrol dari orang tua lemah, terdapat pemberian kebebasan pada anak, dan penerimaan orang tua terhadap respon impulsif anak. Menurut hurlock (1994) ciri-ciri pola asuh permisif yaitu : 1) Tidak ada bimbingan maupun aturan yang ketat dari orang tua 2) Tidak ada pengendalian atau pengontrolan serta tuntutan kepada anak.

  3) Anak diberi kebebasan dan diizinkan membuat keputusan untuk dirinya sendiri 4) Tidak ada kontrol dari orang tua 5) Anak harus belajar sendiri untuk berperilaku dalam lingkungan sosial 6) Anak tidak akan dihukum meskipun melanggar peratruran 7) Tidak diberi hadiah jika berprestasi atau berperilaku sosial yang baik.

  Menurut Durkin, Hetherington, dan Parke (1999) gaya pengasuhan merupakan refleksi dari dua dimensi perilaku. Pertama, tergantung dari kondisi emosional: pendekatan yang dilakukan orang tua pada anak yang hangat, responsif, dan berpusat pada anak, atau menolak, tidak responsif, dan tidak terlibat dengan anak dan lebih fokus pada kebutuhan dan harapan orang tua sendiri. Dimensi kedua lebih melihat dari sudut kontrol: orang tua yang memberikan tuntutan pada anak, membatasi perilakunya, atau orang tua yang permisif dan tanpa tuntutan, selalu menuruti apa yang dinginkan dan diharapkan seorang anak.

2.2 Konsep Orang Tua

2.2.1 Pengertian Orang Tua

  Orang tua merupakan konsep ayah dan ibu, orang tua sebagai pihak yang berperan dalam membimbing anak untuk mengembangkan potensi (Santrock 2002).

  Orang tua merupakan dunia sosial pertama bagi seorang anak karena orang tua dan keluarga merupakan contoh dasar akan pola asuh kepribadian anak sehingga perlakuan orang tua terhadap anak menjadi faktor yang berpengaruh dalam pembentukan konsep diri anak. Konsep diri anak terbentuk dalam hubungan keluarga (Hurlock 1999) dan konsep diri akan menjadi pedoman yang berpengaruh bagi perkembangan potensi anak secara optimal.

2.2.2 Peran Orang Tua

  Peran orang tua adalah suatu fungsi yang menyertai seseorang ketika menduduki suatu karakteristik (posisi) tertentu dalam struktur sosial. Peran orang tua dalam menyiapkan anak untuk menghadapi tantang di masa mendatang merupakan fase kehidupan penting yang membutuhkan perencanaan dan koordinasi yang baik (Santrock 2002). Perencanaan dan koordinasi yang baik menuntut orang tua untuk selalu mengasah kepekaan dalam memahami, merencanakan serta mengkoordinasikan peran orang tua dalam proses interaksi kepada anak, terutama apabila seorang ibu juga ikut bekerja.

  Orang tua dalam proses mendidik anak terkait dengan peran sosialisasi. Peran sosialisasi adalah peran yang melibatkan tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarakat dalam memberikan nilai, keyakinan dan perilaku yang dianggap bernilai penting bagi individu untuk untuk mengakomodasikan lingkungan dimana individu berada (Mussen dan Conger 1979).

  Menurut Gunarsa (2002) peran orang tua adalah sebagai berikut :

  1. Sebagai orang tua yang berkewajiban membesarkan, merawat, memelihara dan memberikan kesempatan anak untuk berkembang secara optimal

  2. Sebagai guru yang memiliki peran untuk mengajarkan ketangkasan motorik, keterampilan melalui latihan-latihan, mengajarkan peraturan, tata cara keluarga dan juga tatanan lingkungan di masyarakat

3. Sebagai tokoh teladan

2.2.3 Peran Ibu

  Sering dikatakan bahwa ibu adalah jantung dari keluarga.Jantung dalam tubuh merupakan alat yang sangat penting bagi kehidupan seseorang.Apabila jantung berhenti berdenyut maka orang itu tidak bisa melangsungkan hidupnya.Perumpaan ini menyimpulkan bahwa kedudukan seorang ibu sebagai tokoh sentral dan sangat penting untuk melaksanakan kehidupan.Pentingnya seorang ibu terutama terlihat sejak kelahiran anaknya (Gunarsa 2004).

  Peran ibu sangat banyak, peranan ibu sebagai istri dan ibu dari anak- anaknya, mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Disamping itu, ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarganya (Effendy 1998).

  Menurut Friedman dalam Effendy (1998), peran ibu didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengasuh, mendidik dan menentukan nilai kepribadian.Peran pengasuh adalah peran dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya terpelihara sehingga diharapkan mereka menjadi anak- anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Selain itu peran pengasuh adalah peran dalam memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

  Realitas peran ibu kini adalah bahwa di banyak keluarga, tanggung jawab utama atas anak maupun pekerjaan rumah tangga dan bentuk lainnya dari pekerjaan keluarga masih dibebankan di pundak ibu (Barnard & Martell 1995 dalam Santrock 2007).

2.4 Konsep Anak Usia Pra Sekolah

  2.4.1 Definisi Anak Usia Pra Sekolah

  Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan rentang tiga hingga enam tahun (Potter dan Perry 2009). Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Hockenberry dan Wilson (2009) bahwa usia prasekolah merupakan usia perkembangan anak antara usia tiga hingga lima tahun. Pada usia ini terjadi perubahan yang signifikan untuk mempersiapkan gaya hidup yaitu masuk sekolah dengan mengkombinasikan antara perkembangan biologi, psikososial, kognitif, spiritual dan prestasi sosial. Anak pada masa prasekolah memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan, dapat mengatur diri dalam toilet training dan mengenal beberapa hal yang berbahaya dan mencelakai dirinya.

  2.4.2 Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Usia Pra Sekolah

  Anak usia prasekolah masih dalam peningkatan pertumbuhan dan perkembangan yang berlanjut dan stabil terutama kemampuan kognitif serta aktivitas fisik (Hidayat 2008). Selain itu anak berada pada fase inisiatif dan rasa bersalah (inisiative vs guilty).Rasa ingin tahu (courius) dan daya imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahui. Selain itu anak dalam usia prasekolah belum mampu membedakan hal yang abstrak dan tidak abstrak.

  Menurut Wong (2009) proses pertumbuhan dan perkembangan bersifat dinamis dinamis dimana terjadi sepanjang siklus hidup anak. Anak pada masa prasekolah akan mengalami proses perubahan baik dalam pola makan, proses eliminasi dan perkembangan kognitif menunjukan proses kemandirian (Hidayat 2008). Proses perkembangan pada anak:

  1. Perkembangan biologis Pada anak usia prasekolah akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik yang melambat dan stabil. Dimana pertambahan berat badan 2-3kg pertahun dengan rata-rata berat badan 14,5 kg pada usia 3 tahun, 16,5 kg pada usia 4 tahun dan 18,5 kg pada usia 5 tahun.

  Tinggi badan tetap bertambahdengan perpanjangan tungkai dibandingkan dengan batang tubuh. Rata-rata pertambahan tingginya 6,5-9 cm pertahun. Pada anak usia 3 tahun, tinggi badan rata-rata adalah 95 cm dan 103 cm pada usia 4 tahun serta 110 cm pada usia 5 tahun (Wong et al 2009). Pada perkembangan motorik, anak mengalami peningkatan kekuatan dan penghalusan keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya seperti berjalan, berlari dan melompat.Namun pertumbuhan otot dan tulang masih jauh dari matur sehingga anak mudah cedera (Hockenberry dan Wilson 2007).

  2. Perkembangan kognitif Anak usia pra sekolah pada perkembangan kognitif mempunyai tugas yang lebih banyak dalam mempersiapkan anak mencapai kesiapan tersebut. Serta proses berpikir yang sangat penting dalam mencapai kesiapan tersebut (Wong, et al 2009). Pemikiran anak akan lebih kompleks pada usia ini, dimana mengkategorikan obyek berdasarkan warna, ukuran maupun pertanyaan yangdiajukan (Potter dan

  Perry2009). Menurut Marry (2005) tinjauan teori mengenai perkembangan kognitif menggunakan tahap berpikir pra operasional oleh Piaget. Dimana dibagi menjadi dua fase yaitu: 1) Fase pra konseptual (usia 2-4 tahun) dimana pada fase ini konsep anak belum matang dan tidak logis dibandingkan dengan orang dewasa. Mempunyai pemikiran yang berorientasi pada diri sendiri, dan membuat klasifikasi yang masih relatif sederhana.

  2) Fase intuitif (4-7 tahun) dimana anak mampu bermasyarakat namun belum dapat berpikir timbal balik. Anak biasanya banyak meniru perilaku orang dewasa tetapi sudah mampu memberi alasan pada tindakan yangdilakukan.

  3. Perkembangan moral Anak pada usia prasekolah mampu mengadopsi serta menginternalisasi nilai-nilai moral dari orang tuanya. Perkembangan moral anak berada pada tingkatan paling dasar. Anak mempelajari standar perilaku yang dapat diterima untuk bertindak sesuai dengan standar norma yang berlaku serta merasa bersalah bila telah melanggarnya (Kohlberg, 1994 dalam Wong, 2009).

  4. Perkembangan psikososial Anak usia prasekolah menurut Hockenberry & Wilson (2009) sudah siap dalam menghadapi dan berusaha keras mencapai tugas perkembangan.

  Tugas perkembangan yang dimaksud adalah menguasai rasa inisiatif yaitu bermain, bekerja serta mendapatkan kepuasan dalam kegiatannya, serta merasakan hidup sepenuhnya. Konflik akan timbul akibat rasa bersalah, cemas dan takut yang timbul akibat pikiran berbeda dengan perilaku yang diharapkan.

2.5 Konsep Kecerdasan Moral Anak

2.5.1 Konsep Perkembangan Moral Anak

  Piaget pada awal pengamatannya terhadap perkembangan kognitif anak pada tahun 1932 (Santrock, 1999) mulai mengkaji masalah perkembangan moral.

  Berdasarkan pengamatannya terhadap sejumlah anak berusia 4-12 tahun, Piaget berkesimpulan bahwa kemampuan memahami isu-isu moral seperti kebohongan, pencurian, hukuman, dan keadilan berlangsung berdasarkan tahapan pertama pada usia 4-7 tahun disebut sebagai heteronomous morality, tahapan kedua pada usia 7- 10 tahun disebut tahap transisi, tahapan ketiga pada usia 10 tahun dan selanjutnya disebut autonomous morality (Gibbs, et al dalam Santrock 1999).

  Proses perkembangan moral anak yang dipaparkan oleh Piaget sesuai dengan konsep dasarnya mengenai perkembangan kognitif (Santrock 1999). Anak memahami isu moral melalui proses yang bertahap sesuai dengan fenomena sosial dan relasi anak dengan lingkungannya. Pendapat Piaget didukung oleh Kohlberg (dalam Lickona 1987), bahwa pemahaman moral anak berupa penalaran moral anak terhadap fenomena sosial yang senantiasa berhubungan dengan norma sosial.

  Konsep kunci perkembangan moral menurut teori Kohlberg (dalam Santrock 1999) adalah proses internalisasi, yaitu perubahan perilaku yang berawal dari pengendalian dari lingkungan (eksternal) ke perilaku yang dikendalikan oleh diri sendiri (internal).

  Menurut Kohlberg dalam (Bertens 2007), enam tahap (stages) dalam perkembangan moral dapat dikaitkan satu sama lain dalam tiga tingkat (levels) demikian rupa sehingga setiap tingkat meliputi dua tahap. Tiga tingkat itu berturut-turut adalah tingkat prakonvensional, tingkat konvensional dan tingkat pascakonvensional.

Tabel 2.1 Enam Tahap dalam Perkembangan Moral Menurut Kohlberg (Sarayati

I. Prakonvensional

1. Orientasi Hukuman dan

  Individu memikirkan upaya untuk mempertahankan harapan dan peraturan keluarga, kelompok, Negara, serta masyarakat. Perasaan bersalah telah berkembang dan mempengaruhi perilaku. Individu menerima nilai konformitas, loyalitas, dan berupaya aktif dalam mempertahankan tata tertib dan kontrol sosial. Konformitas berarti perilaku yang baik atau sesuatu yang dapat menyenangkan dan membantu orang lain, dan hal tersebut disetujui.

  Remaja dan dewasa (sebagian besar pria berada pada tahap ini).

  4. Orientasi Hukum dan Tata Tertib Individu ingin menerapkan peraturan yang berasal dari otoritas dan alasan Usia sekolah – dewasa. (sebagian besar wanita berada pada tahap ini).

  3. Orientasi Persetujuan Interpersonal Keputusan dan perilaku didasarkan pada kekhawatiran akan reaksi orang lain. Individu menginginkan persetujuan dan penghargaan dari orang lain. Respons empati, yang didasarkan pada pemahaman tentang perasaan orang lain, merupakan faktor penentu terbentuknya keputusan dan perilaku. (“Saya dapat menempatkan diri saya pada posisi Anda.”)

  Fokus Sosial

  Prasekolah – usia sekolah.

  2016)

  7 tahun.

  2. Orientasi Relativist

Instrumental

Konformitas didasarkan pada kebutuhan egosentris dan narsisistik. Tidak ada rasa keadilan, loyalitas, dan terima kasih. “saya bersedia melakukan sesuatu asalkan saya mendapatkan imbalan atau karena hal tersebutmenyenangkanAnda.” Todler – usia

  

Kepatuhan

Takut terhadap hukuman, bukan rasa hormat terhadap otoritas merupakan alasan terbentuknya keputusan, perilaku, dan konformitas.

  Fokus egosentrik

  Individu berespons terhadap peraturan budaya mengenai label baik-buruk, benar atau salah. Peraturan yang terbentuk secara eksternal menentukan tindakan yang benar atau salah. Individu memahaminya dalam istilah hukuman, penghargaan, atau pertukarankebaikan.

  Tingkat Tahap Usia Rata-rata

II. Konvensional

  Tingkat Tahap Usia Rata-rata terbentuknya keputusan dan perilaku adalah bahwa peraturan dan tradisi sosial dan seksual menuntut respons tersebut. (“Saya bersedia melakukan sesuatu karena itu adalah tugas saya dan begitulahhukumnya.”)

III. Postkonvensional

  5. Orientasi Legalistik Usia pertengahan

Individu hidup secara KontrakSosial atau lansia.

otonom dan mendefinisikan Peraturan sosial bukan nilai-nilai serta prinsip- merupakan satu-satunya dasar prinsip moral yang utama terbentuknya membedakan antara keputusan dan perilaku. identifikasi pribadi dengan Sebab, individu meyakini nilai-nilai kelompok. adanya prinsip moral yang Individu hidup menurut lebih tinggi sperti kesetaraan, prinsip-prinsip yang keadilan, atau proses disetujui secara universal yangseharusnya. dan yang dianggap sesuai untuk kehidupannya.

  6. Orientasi Prinsip Etis Usia pertengahan Universal ataulansia. Fokus bersifat universal Beberapa orang

  Keputusan dan perilaku didasarkan pada peraturan mencapai atau yang terinternalisasi, lebih mempertahankan tahapini. kepada hati nurani bukan hukum sosial, dan juga Contoh tahap ini berdasarkan prinsip- prinsip terlihat dalam situasi krisis atau etis dan abstrak pilihan pribadi yang bersifat ekstrem. universal, komprehensif, dan konsisten

  Konsep Piaget dan Kohlberg memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan kognitif dan moral anak. Namun berbagai kritikan muncul berkaitan dengan pertimbangan bahwa orangtua tidak hanya membutuhkan pemahaman apakah anaknya sudah mencapai tahapan penalaran moral sesuai usianya, orangtua lebih membutuhkan pemahaman bagaimana cara mencerdaskan moral anak, anak bukan hanya berpikir secara moral namun berperilaku secara moral (Coles 1999). Sedangkan menurut Coles (1999) konsep kecerdasan moral lebih tepat untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang sejauh mana kapasitas anak berpikir, merasakan dan berperilaku secara norma moral atau solid character.

  Sejalan dengan Coles, Borba mencoba memaparkan konsep yang memadukan teori perkembangan moral. Teori perkembangan moral terbagi menjadi tiga yaitu : (1) moral feeling (rasa bersalah, malu, dan empati) yang dikembangkan oleh Hoffman, (2) moral reasoning (kemampuan memahami aturan, membedakan benar dan salah, dan mampu menerima sudut pandang orang lain serta pada pengambilan keputusan), yang dikembangkan oleh Piaget dan Kohlberg dan (3) moral action (respon atas godaan yang datang untuk tetap berpegang teguh pada aturan, perilaku prososial, kontrol diri atas dorongan yang muncul yang dikembangkan oleh Eisenberg dan Fabes (Berns 2007).