HITUNG LEUKOSIT PADA KETUBAN PECAH DINI SEBAGAI INDIKATOR INFLAMASI DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA TAHUN 2015 Repository - UNAIR REPOSITORY

  

SKRIPSI

HITUNG LEUKOSIT PADA KETUBAN PECAH DINI

SEBAGAI INDIKATOR INFLAMASI

DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA

TAHUN 2015

Oleh:

  

Iqsyadina Fikriya

011411223004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

SURABAYA

2016

  

SKRIPSI

HITUNG LEUKOSIT PADA KETUBAN PECAH DINI

SEBAGAI INDIKATOR INFLAMASI

DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA

TAHUN 2015

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Dalam

Program Studi Pendidikan Bidan Pada Fakultas Kedokteran Unair

  Oleh:

Iqsyadina Fikriya

011411223004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

SURABAYA

2016

  

SKRIPSI

HITUNG LEUKOSIT PADA KETUBAN PECAH DINI

SEBAGAI INDIKATOR INFLAMASI

DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA

TAHUN 2015

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Dalam

Program Studi Pendidikan Bidan Pada Fakultas Kedokteran Unair

  Oleh:

Iqsyadina Fikriya

011411223004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

SURABAYA

2016

  Skripsi dengan judul “Hitung Leukosit pada Ketuban Pecah Dini sebagai Indiktor Inflamasi di Rumah Sakit Universitas Airlangga Tahun 2015” Telah diuji tanggal : 2 Agustus 2016 Panitia penguji Skripsi : Ketua : Eighty Mardiyan Kurniawati, dr., Sp.OG (K)

  NIP. 19770814 200501 2 001 Anggota Penguji : 1. Dr. Pudji Lestari, dr., M. Kes

  NIP. 19700129 199702 2 002 : 2. Ashon Sa’adi, dr., SpOG (K)

  NIP. 19671224 199703 1 003

  LEMBAR PENGESAHAN

  Skripsi dengan judul “Hitung Leukosit pada Ketuban Pecah Dini sebagai Indiktor Inflamasi di Rumah Sakit Universitas Airlangga Tahun 2015” Telah diuji tanggal : 2 Agustus 2016 Panitia penguji Skripsi : Ketua : Eighty Mardiyan Kurniawati, dr., Sp.OG (K)

  NIP. 19770814 200501 2 001 Anggota Penguji : 1. Dr. Pudji Lestari, dr., M. Kes

  NIP. 19700129 199702 2 002 : 2. Ashon Sa’adi, dr., SpOG (K)

  NIP. 19671224 199703 1 003

  

MOTTO

Whoever submit his/her whole self to Allah while he/she is a doer of good- then he/she has

grasped indeed the most trustworthy hand-hold (buhul); And to Allah return all matters for decision.

  Dan barang siapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kukuh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan. (Q.S. Luqman_31 : ayat 22)

UCAPAN TERIMA KASIH

  Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah serta bimbingan-Nya dapat diselesaikannya skripsi dengan judul “Hitung Leukosit pada Ketuban Pecah Dini sebagai Indikator Inflamasi di Rumah Sakit Universitas Airlangga Tahun 2015”

  Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya dengan hati yang tulus kepada :

  1. Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program studi pendidikan bidan.

  2. Baksono Winardi, dr., Sp .OG (K) selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada saya untuk menyelesaikan program studi pendidikan bidan.

  3. Ashon Sa’adi, dr., Sp. OG (K) selaku dosen pembimbing I penelitian skripsi yang telah memberikan bimbingan dan sarannya selama proses pengerjaan skripsi ini.

  4. Dr. Pudji Lestari, dr., M. Kes. selaku dosen pembimbing II penelitian skripsi yang telah memberikan bimbingan dan sarannya selama proses pengerjaan skripsi ini.

  5. Eighty Mardiyan Kurniawati, dr., Sp.OG (K) selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

  6. Ketua Komite Etik Rumah Sakit Universitas Airlangga yang telah menyatakan penelitian ini layak etik

  7. Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

  8. Koordinator serta staf Rekam Medik Rumah Sakit Universitas Airlangga yang telah membantu dalam pelaksanaan pengambilan sampel penelitian.

  9. Dosen serta staf sekretariat Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas kedokteran Universitas Airlangga yang telah banyak membantu.

  10. Bapak Drs. Abd. Syakur, Ibu Binti Mubaiyah, Iqsyahiro Kresna Arsela, M. Iqsyarifal Fakhri dan segenap keluarga serta calon keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat dan material dalam proses pengerjaan penelitian.

  11. Teman-teman Program Studi Pendidikan Bidan Alih Jenis dan Reguler yang juga memberikan semangat, bantuan serta teman berdiskusi.

  Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, tetapi saya berharap dapat bermanfaat bagi pembaca.

  Surabaya, Juli 2016 Penulis .

  RINGKASAN

  Ketuban Pecah Dini (KPD) yang dikenal dengan istilah Premature

  Rupture of Membrane (PROM) merupakan salah satu komplikasi kehamilan yaitu

  pecah selaput ketuban secara spontan sebelum awitan persalinan. Sejak akhir kehamilan terjadi aliran sel-sel imunologis ke dalam miometrium sehingga memicu proses inflamasi. Efek ini terjadi akibat dari toleransi ibu terhadap antigen jaringan asing dari janin yang bersifat semialogenik. Mediator proinflamsi menyebabkan terjadinya reaksi peradangan dengan perantara leukosit. Leukosit yang tinggi dapat mengaibatkan serangkaian proses biokimia yang dapat mengakibatkan degradasi kolagen sehingga menurunkan kekuatan selaput ketuban. Pada pemeriksaan rutin, hitung leukosit dapat dilakukan sebagai langkah awal untuk skrining pada ibu hamil trimester ketiga kaitannya dengan akibat yang timbul karena proses inflamasi yang secara fisiologis terjadi pada akhir kehamilan. Leukosit berperan dalam pengaktifan sitokin yang menyebabkan rangsangan produksi hormon prostaglandin dan matriks metalloproteinase (MMP) dan merangsang kontraksi. Peningkatan MMP dapat menyebabkan peningkatan degenarasi kolagen khorioamnion yang berakibat pecahnya selaput ketuban dan struktur serviks yang berakibat terjadinya KPD

  Masalah. KPD merupakan salah satu komplikasi kehamilan dan persalinan yang memerlukan perhatian, karena prevalensinya yang cukup besar. Sekitar 10% perempuan hamil akan mengalami KPD. Di Indonesia, KPD terjadi pada sekitar 6,46-15,6% pada kehamilan aterm. Ketuban pecah dini berkaitan erat dengan peningkatan kadar leukosit kaitannya dalam proses inflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan jumlah hitung leukosit melalui hasil pemeriksaan DL pada ibu hamil dengan dan tanpa KPD serta menunjukkan titik potong optimal peningkatan hitung leukosit pada ibu hamil dengan KPD Metode.dilakukan penelitian observasional potong lintang yang bersifat komparatif dengan pemilihan sampel total pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini selama tahun 2015 di RS Unair. Hitung leukosit dianalisis dengan uji t tidak berpasangan kemudian dilanjutkan dengan uji sensitifitas dan uji spesifisitas. Hasil. Didapatkan hasil bahwa rerata hitung leukosit pada kelompok ibu

  3

  hamil dengan KPD (rerata 13,19. 10 /µl, SB 3,87) lebih tinggi bermakna

  3

  dibandingkan dengan kelompok ibu hamil tidak-KPD (rerata 8,30 . 10 /µl, SB

  3

  1,45) serta hitung leukosit dengan cut-off point ≥ 9,53 . 10 /µl memiliki sensitifitas 76,6%, spesifisitas 76,6% dengan ROC 0,88. Kesimpulan. rerata hitung leukosit pada kelompok ibu hamil dengan KPD lebih tinggi bermakna dibandingkan dengan kelompok ibu hamil tidak-KPD .

  3 Hitung leukosit dengan cutt-off point ≥ 9,53 . 10 /µl dapat membedakan

  peningktan hitung leukosit pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini dan tidak ketuban pecah dini dengan sensitifitas dan spesifisitas tertinggi (sensitifitas 76,6%, spesifisitas 76,6% dengan ROC 0,88) Kata kunci: hitung leukosit, KPD, titik potong

  ABSTRACT Background : Premature Rupture of Membrane (PROM) is a complication of pregnancy that spontaneous rupture of the membranes before the onset of labor. PROM is one of the complications of pregnancy and childbirth that require attention, because the prevalence is sizable. Approximately 10% of pregnant women will experience KPD. In Indonesia, KPD occurred at about 6.46 to 15.6% in term pregnancies. Premature rupture of membranes is closely

related to increased levels of leukocytes relation to the inflammatory process.

Objectives : the objective of this study is to analyze the the difference of leukocyte count through the DL test results in pregnant women with and without PROM and shows the optimal cut-off point of leukocyte count in pregnant women with PROM Methods : This study is a diagnostic test using comparative design. This research used the medical records of patients with PROM and non-PROM at Airlangga University Hospital in period of January to Desember 2015. Descriptive analysis and bivariate analysis using Independent T-test was done on some specific variables. The limit of significances was p <0.05 with 95% confidence interval. This research analyze the cuf-off point of leukocytes count with the best sensitivity, specificity. Result : The results of Independent T-test showed there is significant difference of leukocytes count between PROM and non-PROM. The limit of leukocytes count between PROM and non-PROM in Airlangga University Hospital is on

  3 cut off point ≥ 9,53 . 10 /µl with sensitivity 76,6%, specificity 76,6%, ROC 0,88.

  Conclusion : The leukocytes count at a certain value can be used as the important supporting diagnosis to compare PROM from non-PROM in aterm pregnancy, so that it will be easier to determine the therapy.

  DAFTAR ISI Halaman

  2.1.2 Klasifikasi Leukosit ........................................................... 6

  2.3.2 Perubahan Sistem Hematologi dan Urinaria ...................... 20

  2.3.1 Mekanisme Inflamasi dalam Kehamilan ........................... 19

  2.3 Peningkatan Leukosit dalam Kehamilan dan Ketuban Pecah Dini 19

  2.2.5 Pengaruh Ketuban Pecah Dini .......................................... 17

  2.2.4 Patofosiologi Ketuban Pecah Dini ..................................... 16

  2.2.3 Etiologi Ketuban Pecah Dini ............................................. 14

  2.2.2 Definisi Ketuban Pecah Dini ............................................. 14

  2.2.1 Definisi Kehamilan ............................................................ 12

  2.2 Konsep Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini ......................... 12

  2.1.4 Masalah Klinis Hasil Penghitungan Leukosit .................... 10

  2.1.3 Pemeriksaan Laboratorium Leukosit ................................. 8

  2.1.1 Definisi Leukosit ................................................................ 6

  SAMPUL DEPAN SAMPUL DALAM .......................................................................................... i PRASYARAT GELAR .................................................................................... ii SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................ v LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vi MOTTO ........................................................................................................... vii UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ viii RINGKASAN .................................................................................................. x ABSTRACT ..................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG ........................................ xvii

  2.1 Konsep Leukosit ......................................................................... 6

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................. 4

  1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................ 4

  1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

  1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 4

  1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 3

  1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

  1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3

  1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

  BAB 1 PENDAHULUAN

  2.3.3 Peran Leukosit Dalam Kehamilan dan ketuban Pecah Dini 21

   BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

  3.1 Kerangka Konseptual.................................................................... 24

  3.2 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 25

  BAB 4 METODE PENELITIAN

  4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................... 26

  4.2 Populasi dan Sampel .................................................................... 27

  4.2.1 Populasi .............................................................................. 27

  4.2.2 Sampel ............................................................................... 27

  4.2.3 Besar Sampel ..................................................................... 27

  4.2.4 Tehnik Pengambilan Sampel ............................................. 28

  4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 28

  4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................. 29

  4.4.1 Variabel Penelitian ............................................................. 29

  4.4.2 Definisi Operasional Variabel ........................................... 29

  4.5 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data .................................... 30

  4.5.1 Instrumen ........................................................................... 30

  4.5.2 Prosedur Pengumpulan Data .............................................. 31

  4.6 Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 31

  4.6.1 Pengolahan Data ................................................................ 31

  4.6.2 Analisis Data ...................................................................... 32

  4.7 Kerangka Operasional .................................................................. 34

  4.8 Ethical Clearance ......................................................................... 35

  4.8.1 Anonimity ( Tanpa Nama) ................................................. 35

  4.8.2 Confidentiality (Kerahasiaan) ............................................ 35

  4.9 Keterbatasan ................................................................................ 35

  BAB 5 HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

  5.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 36

  5.2 Analisis Hasil Penelitian ................................................................ 37

  BAB 6 PEMBAHASAN

  6.1 Pembahasan .................................................................................... 44

  BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

  7.1 Kesimpulan ..................................................................................... 51

  7.2 Saran......... ...................................................................................... 51 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53 LAMPIRAN ...................................................................................... 56

  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Normal Nilai Hitung Leukosit ............................................... 9Tabel 2.2 Nilai Hitung Jenis Leukosit ............................................................ 9Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 29Tabel 5.1 Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan golongan umur .......... 37Tabel 5.2 Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan status paritas .............. 38Tabel 5.3 Perbandingan rerata hitung leukosit pada ibu hamil dengan ketuaban pecah dini dan ibu hamil tanpa ketuban pecah dini ........................................ 39Tabel 5.4 Tabel 2x2 Hasil Penelitian Diagnostik ............................................ 41

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi Potensial Infeksi Bakteri ke dalam Uterus ....................... 15Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian .................................................. 24Gambar 4.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 26Gambar 4.2 Kerangka Operasional .................................................................. 34Gambar 5.1 Receiver Operating Characteristik Curve .................................... 40Gambar 5.2 Kurva sensitifitas dan spesifisitas hitung leukosit ....................... 40Gambar 5.3 Diagram peningkatan hitung leukosit di RSUA tahun 2015....... 42Gambar 5.4 Grafik peningkatan rerata hitung leukosit pada KPD berdasarkan lamanya pecah ketuban di RSUA tahun 2015 ....................................................... 43

   DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian Mahasiswa Prodi Pendidikan Bidan FK UNAIR Tahun Ajaran 2015/2016 ...................................... 56

  Lampiran 2 Berita Acara Perbaikan ................................................................. 57

  Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Penelitian. ............................................ 61 Lampiran 4 Surat Jawaban Permohonan Ijin Penelitian di RSUA .............. 62 Lampiran 5 Surat Keterangan Lolos Kaji Etik RSUA ................................. 63 Lampiran 6 Lembar Pengolahan Data Penelitian ........................................ 64

  Lampiran 7 Pengujian Statistik dengan SPSS ........................................... ..... 71 Lampiran 8 Lembar Konsultasi ....................................................................... 78

  DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG Daftar Singkatan

  AKB : Angka Kematian Bayi AKI : Angka Kematian Ibu AUC : Area Under the Curve CI : Confidence Interval CRP : C-Reactive Protein DL : Darah Lengkap

  IK : Interval Kepercayaan

  IL-1 : Iterleukin 1

  IL-6 : Iterleukin 6

  IL-8 : Iterleukin 8

  ISK : Infeksi Saluran Kemih KPD : Ketuban Pecah Dini LP : Lag Period MMP : Matriks Metalloproteinase P : Probabilitas PG : Prostaglandin PGE

  2

  : Prostaglandin E

2 PGF 2α : Prostaglandin F 2α

  POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia pPROM : Preterm Prematur Rupture of Membran PROM : Prematur Rupture of Membran ROC : Receiver Operating Charakteristik RS : Rumah Sakit RSUA : Rumah Sakit Universitas Airlangga SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDP : Sel darah Putih TIMP : Tissue Inhibitor of Metalloproteinases TNFα : Tumor Necrosis α UL : Urin Lengkap

  VCAM : Vascular Cell Adhesion Molecule WBC : White Blood Cell WHO : World Health Organization

  Daftar Lambang

  % : persentase / : per µl : mikro liter ≥ : lebih atau sama dengan dari < : kurang dari N : jumlah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu komplikasi kehamilan dan persalinan yang memerlukan perhatian, karena prevalensinya yang cukup besar. Sekitar 10% perempuan hamil akan mengalami KPD (Jazayeri, 2015). Di Indonesia, KPD terjadi pada sekitar 6,46-15,6% pada kehamilan aterm (POGI, 2014). Berdasarkan data SDKI tahun 2012 prevalensi ketuban pecah dini adalah 15% dari jumlah persalinan. (Badan Pusat Statistik, 2013). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2013 kasus kematian ibu sebanyak 49 kasus akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Rumah Sakit Universitas Airlangga merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan di kota Surabaya yang berperan aktif dalam penanganan komplikasi maternal neonatal dengan melakukan pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan hematologi.

  Ketuban Pecah Dini yang dikenal dengan istilah Premature

  Rupture of Membrane (PROM) merupakan salah satu komplikasi

  kehamilan yaitu pecah selaput ketuban secara spontan sebelum awitan persalinan (Kennedy, 2014). Sejak akhir kehamilan terjadi aliran sel-sel imunologis ke dalam miometrium sehingga memicu proses inflamasi. Efek ini terjadi akibat dari toleransi ibu terhadap antigen jaringan asing dari janin yang bersifat semialogenik. Mediator proinflamsi menyebabkan

  terjadinya reaksi peradangan dengan perantara leukosit (Cunningham et al, 2014).

  Rentang hitung leukosit selama kehamilan secara fisiologis lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil (Kee, 2008). Di Korea Selatan penelitian menunjukkan berdasarkan histologis khorioamnitis semakin rendah usia kehamilan, maka semakin tinggi kadar serum C-Reactive protein dan leukositnya (Kim, et al., 2016). Leukosit yang tinggi dapat mengaibatkan serangkaian proses biokimia yang dapat mengakibatkan degradasi kolagen sehingga menurunkan kekuatan selaput ketuban. Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Kang dan kawan-kawan meneliti bahwa kepadatan sel selaput ketuban menurun pada ibu dengan ketuban pecah dini (Kang, et al. 2015).

  Pada umumnya hitung leukosit sering digunakan sebagai indikatator adanya infeksi. Namun dalam pemeriksaan rutin, hitung leukosit dapat dilakukan sebagai langkah awal untuk skrining pada ibu hamil trimester ketiga kaitannya dengan akibat yang timbul karena proses inflamasi yang secara fisiologis terjadi pada akhir kehamilan. Leukosit berperan dalam pengaktifan sitokin yang menyebabkan rangsangan produksi hormon prostaglandin dan matriks metalloproteinase (MMP) dan merangsang kontraksi.

  Menurut penelitian yang dilakukan di China tahun 2015 bahwa wanita yang mengalami KPD memiliki kadar sitokin lebih tinggi dan menigkat bergantung dengan lamanya fase KPD (Wang, et al., 2016).

  Peningkatan MMP dapat menyebabkan peningkatan degenarasi kolagen khorioamnion yang berakibat pecahnya selaput ketuban dan struktur serviks yang berakibat penipisan serviks. Hormon prostaglandin berperan dalam kontraksi uterus sehingga akan mengakibatkan proses inpartu.

  Namun bila pecahnya selaput ketuban tidak diikuti dengan tanda persalinan maka disebut dengan ketuban pecah dini. Penelitian sebelumnya tenang ketuban pecah dini dilakukan oleh Lee bahwa peningkatan hormon prostaglandin dapat menjadi kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini (Lee, et al., 2009).

  Berdasarkan penelitian oleh beberapa para ahli ini menunjukkan bahwa ketuban pecah dini berkaitan erat dengan peningkatan kadar leukosit kaitannya dalam proses inflamasi. Dengan melihat fenomena tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui perbedaan total hitung leukosit pada darah ibu hamil dengan usia kehamilan yang aterm dengan pemeriksaan hitung darah lengkap pada kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah dini dibandingkan dengan kehamilan yang tidak mengalami komplikasi ketuban pecah dini

1.2 Rumusan Masalah

  “ Adakah perbedaan hitung leukosit darah antara kehamilan aterm dengan ketuban pecah dini dan kehamilan aterm tanpa ketuban pecah dini?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

  Membuktikan adanya perbedaan hitung leukosit dilihat dari pemeriksaan laboratorium darah lengkap (DL) pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini bila dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami ketuban pecah dini.

1.3.2 Tujuan Khusus

  1) Menganalisis perbedaan jumlah hitung leukosit melalui hasil pemeriksaan darah lengkap pada ibu hamil dengan KPD bila dibandingkan dengan ibu hamil tanpa KPD

  2) Menunjukkan titik potong optimal (cut-off point) peningkatan hitung leukosit pada ibu hamil dengan KPD bila dibandingkan dengan ibu hamil tanpa KPD

1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Manfaat Teoritis

  Penelitiaan ini bermanfaat untuk mengetahui peranan leukosit dan hubungannya dengan proses inflamasi selama kehamilan dan kejadian ketuban pecah dini.

  1.4.2 Manfaat Praktis

  1) Menambah wawasan mahasiswa mengenai proses perubahan hematologi terutama hitung leukosit terhadap kejadian ketuban pecah

  dini dalam kaitannya dengan proses inflamasi selama kehamilan trimester ketiga.

  2) Bagi tenaga medis, dapat dijadikan sebagai informasi tentang peningkatan leukosit yang dapat beresiko terhadap kejadian ketuban pecah dini sehingga dapat dijadikan indikator pencegahan kejadian ketuban pecah dini

  3) Bagi pihak rumah sakit, dapat dijadikan bahan evaluasi dalam memberikan pelayanan optimal, serta meningkatkan mutu pelayanan di dalam ruang lingkup pelayanan maternal perinatal terkait dengan pengelolaan peningkatan total hitung leukosit pada ketuban pecah dini.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Leukosit

  2.1.1 Definisi Leukosit

  Leukosit atau sel darah putih ( white blood cell, WBC, lekocyte) merupakan salah satu sel yang membentuk darah. Leukosit merupakan bagian dari sitem pertahanan tubuh, sel ini memeberikan respon yang cepat pada benda asing yang masuk dengan cara bergerak ke arah sisi organ yang mengalami gangguan (Cunningham et al, 2014)

  2.1.2 Klasifikasi Leukosit

  Leukosit merupakan kelompok dari beberapa jenis sel. Leukosit dibedakan menjadi: Granulosit (Leukosit granuler/ polimorfonuclear) dan Agranulosit (Leukosit nongranuler/ mononuclear) 1) Granulosit

  Paling banyak terdapat dalam darah, sekitar 75%. Terdapat butir spesifik yang mengikat zat warna dan sitoplasma.

  (1) Sel neutrofil Jumlahnya paling banyak sekitar 60-70% dari jumlah seluruh leukosit atau 3000-6000 per mm

  3 dalam darah normal.

  (Subowo, 2009). Neutrofil merupakan garis terdepan pertahanan tubuh selama infeksi akut karena mempunyai kemampuan fagositosis. Neutrofil berespon lebih cepat terhadap inflamasi dan sisi cidera jaringan dibanding dengan jenis leukosit yang lain.

  Neutrofil yang belum matang disebut dengan batang dan dapat bermultiplikasi dengan cepat selama infeksi akut, sedangkan yang sudah matang disebut segmen (Kee, 2008)

  (2) Sel eosinofil Jumlah sel eosinofil sebanyak 1-3% dari seluruh leukosit

  3

  atau 150-450 buah per mm darah. Sel eosinofil berkaitan dengan peristiwa alergi dan sering ditemukan dalam jaringan yang mengalami reaksi alergi atau radang kronis. Hitung jenis eosinofil meningkat selama alergi disebabkan oleh parasitik. (Kee, 2008; Subowo, 2009). (3) Sel basofil

  Jumlah sel basofil sekitar 0,5% sehingga sangat sulit ditemukan pada sediaan apus. Ukurannya 10-12 µm.

  Sitoplasmanya mengandung bahan-bahan diantaranya histamin yang berperan dalam proses alergi atau anafilaksis (Subowo, 2009). Hitung basofil meningkat pada masa penyembuhan. Pada peningkatan steroid, hitung basofil akan menurun (Kee, 2008)

  2) Agranulosit (1) Limfosit

  3 Jumlah limfosit sekitar 1000-3000 per mm darah atau 20-

  30% dari seluruh leukosit. Limfosit dapat berperan dalam sistem imunologik, dikenal dengan nama sel imunokompeten dan dibedakan menjadi limfosit B dan limfosit T (Subowo, 2009).

  Peningkatan jumlah limfosit (limfositosis) terjadi pada infeksi krinis dan virus (Kee, 2008).

  (2) Monosit Berjumlah sekitar 3-8% dari seluruh leukosit. Monosit memiliki diameter terbesar yaitu 12-15µm. Monosit adalah pertahanan baris kedua terhadap infeksi bakteri dan benda asing. Sel ini lebih kuat daripada neutrofil dan dapat mengonsumsi partikel debris yang lebih besar. (Kee, 2008). Monosit mampu bermigrasi menembus kapiler untuk masuk ke dalam jaringan pengikat dan monosit berubah menjadi makrofag atau sel-sel lain yang diklasifikasikan sebagai sel fagositik. Selain berfungsi sebagai fagositosis sel makrofag dapat berperan menyampaikan antigen kepada limfosit untuk bekerja sama dalam sistem imun (Subowo, 2009).

2.1.3 Pemeriksaan Laboratorium Leukosit

  Salah satu pemeriksaan yang dapat menunjukkan adanya infeksi dan inflamasi adalah dengan pemeriksaan darah rutin dan urin rutin, dengan menghitung jumlah Sel Darah Putih (SDP) atau White Blood Cell (WBC) (Gomez et al., 2010).

  1) Pemeriksaan Darah Hitung dan hitung jenis leukosit termasuk dalam uji hematologi atau Hitung Darah Lengkap (Complete Blood Count). Hitung leukosit cenderung lebih rendah di pagi hari daripada siang hari. Steroid dapat menurunkan hasil eosinofil dan limfosit.

Tabel 2.1 Data Normal Nilai Hitung leukosit

  Keadaan subyek Nilai Normal Leukosit ( /mm

  3

  ) Bayi baru lahir 9.000  30.000 Balita usia 2 tahun 6.000  17.000 Anak usia 10 tahun 4.500  13.500 Wanita 4.300  9.100 Ibu hamil

  5.000  16.000 Ibu bersalin 9.000  30.000 Ibu postpartum 25.000  30.000

  Sumber: (Kee, 2008; Gomez, 2010) Hitung jenis leukosit terdiri atas 5 jenis leukosit yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit. Hitung jenis leukosit dinyatakan dalam milimeter kubik atau mikro liter (mm

  3

  , µl). Hitung jenis leukosit memberi informasi yang lebih spesifik tentang infeksi dan proses penyakit. Tabel 2.2 menunjukkan prosentase hitung jenis leukosit dalam leukosit.

Tabel 2.2 Nilai Hitung Jenis Leukosit

  Jenis Leukosit Prosentase hitung jenis Neutrofil 50,0 – 70,0 % Eosinofil 1,0 – 3,0% Basofil 0,4 – 1,0 % Limfosit 25,0 – 35,0 % Monosit 4,0 – 6,0 %

  Sumber: (Kee, 2008) 2) Pemeriksaan Urin

  Jumlah leukosit dalam urin dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik sedimen urin yang merupakan rangkaian dari pemeriksaan urin atau urinalisis. Adanya leukosit di dalam sedimen urin dapat ditemukan terdapat dalam urin wanita yang sedang mengalami menstruasi atau berasal dari saluran kemih. Dalam keadaan normal jumlah leukosit hanya 0-5 per lapangan penglihatan kecil dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genetalia (Kee, 2008).

2.1.4 Masalah Klinis Hasil Penghitungan Leukosit

  Peningkatan leukosit dalam darah disebut dengan leukositosis dan penurunan leukosit disebut leukopenia (Kee, 2008; Subowo, 2009).

  Pada umumnya, leukosit adalah indikator adanya infeksi di dalam tubuh, sehingga peningkatan kadar leukosit di dalam darah dapat dijadikan gambaran adanya infeksi (Gomez et al., 2010). Peningkatan kadar leukosit dapat terjadi secara fisiologis dan patologis.

  Kadar leukosit akan meningkat pada keadaan berikut ini: (1) Infeksi akut (2) Nekrosis jaringan (3) Leukemia (4) Penyakit kolagen (5) Anemia hemolitik dan sel sabit (6) Stres (pembedahan/trauma, perdarahan demam, kekacauan emosional yang berlangsung lama) (7) Aktifitas fisik berlebihan, kelelahan. (8) Kehamilan, persalinan dan nifas (9) Menstruasi (10) Obat (merkuri, epinefrin, kortikosteroid

  Penurunan kadar leukosit dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini (1) Penyakit hematopoetik (2) Infeksi virus (3) Malaria (4) Agranulositosis (5) Alkoholisme (6) Sistem lupus eritematosus (7) Artritis reumatoid Terdapat leukosit dalam jumlah banyak di urin desebut piuria.

  Keadaan ini sering dijumpai pada kasus infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan flour albus dan pada ibu KPD dengan tanda-tanda infeksi. Tampilan urin yang terdapat leukosit biasanya berwarna keruh dan berkabut. Masalah klinis yang mungkin terjadi adalah infeksi saluran kemih (ISK), demam, latihan fisik berlebihan, lupus nefritis, penyakit ginjal dan bahkan tumor. Bila leukosit terdeteksi dalam urin maka harus dilakukan pemeriksaan kultur urin (Kee, 2008).

2.2 Konsep Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini

2.2.1 Definisi Kehamilan

  Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (Saifuddin, 2011).

  Status reproduksi merupakan determinan antara yang menyebabkan terjadinya komplikasi pada maternal maupun perinatal.

  Gravida dan umur merupakan bagian dari status reproduksi yang menjadi determinan antara yang berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi ibu dan anak (Saifuddin, 2009)

  1) Umur ibu Umur atau usia adalah lawan waktu hidup sejak dilahirkan atau diadakan. Umur ibu merupakan salah satu indikator untuk menentukan apakah kehamilan ibu dalam faktor resiko kehamilan atau tidak. Umur yang beresiko untuk melangsungkan kehamilan adalah umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Umur sehat untuk reproduksi adalah umur ibu dari 20 tahun sampai 35 tahun. Umur antara 20-35 tahun merupakan umur dengan kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya di umur tersebut ibu hamil memiliki risiko yang rendah untuk ibu dan janin (Affandi,2012).

  Kehamilan ibu pada umur kurang dari 20 tahun sangat beresiko terhadap diri ibu dan janin karena alat reproduksi yang belum matang

  untuk proses kehamilan sehingga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi persalinan yang dapat merugika kesehatan ibu maupun janin (Manuaba,2012). Umur ibu lebih dari 35 tahun beresiko terhadap kesehatan ibu dan janin serta pada umur ini kehamilan akan berpotensi mengalami kegawatdaruratan obstetri atau APGO (Ada Potensi Gawat Obstetri) (Saifuddin,2009). Kesehatan ibu dengan umur lebih dari 35 tahun tidak seoptimal pada ibu hamil dengan umur 20-35 tahun karena pada umur lebih dari 35 tahun, kesehatan ibu akan menurun dan mudah terserang penyakit serta organ reproduksi juga mengalami penuaan sehingga jalan lahir menjadi kaku dan terjadi perubahan pada jaringan organ reproduksi dalam (Rochjati, 2011)

  2) Status paritas Penentuan graviditas/paritas yang pertama adalah menggunakan sistem gravida/para 2-digit, maka gravida menunjukkan berapa kali seorang wanita pernah hamil. Bila saat ini hamil, kehamilan masuk hitungan dan menunjukkan jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran janin viabel. Jika seorang wanita hamil kembar, kehamilannya tetap dihitung sebagai satu kali kehamilan. Jika janil lahir mati namun sudah melewati usia viabilitas maka hal tersebut masuk hitungan paritas.

  Penghitungan paritas klasik menggunakan sistem 4-digit yaitu digi pertama: jumlah kehamilan cukup bulan yang dilahirkan setelah melewati usia viabilitas(>37 minggu). Digit kedua: jumlah kelahiran kurang bulan (<37 minggu). Digit ketiga: jumlah kehamilan yang berakhir dengan aborsi spontan atau diinduksi sebelum janin viabel (kehamilan <20

  minggu atau BB janin <500gr). Digit keempat: jumlah anak yang saat ini hidup.

  Ada beberapa istilah terkait dalam paritas, antara lain: nulipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan janin viabel, primipara adalah wanita yang pernah melahirkan satu kali (tanpa mempertimbangkan jumlah janin) dengan 28 janin viabel, multipara adalah wanita yang perbah melahirkan dua kali atau lebih (tanpa mempertimbangkan jumlah janin) dengna janin viabel. Dan grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan sampai lima anak atau lebih.

  2.2.2 Definisi Ketuban Pecah Dini

  Ketuban Pecah Dini (KPD) dikenal dengan istilah

  Premature/Spontaneus/Early Rupture of Membrane (PROM) adalah pecah

  selaput ketuban secara spontan sebelum adanya tanda persalinan atau dimulainya tanda inpartu pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu (Kemenkes RI, 2013; Kennedy, 2014; Jazayeri, 2015).

  KPD adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Mochtar, 2012). Ketuban yang pecah sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu 1 jam belum ada tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2010).

  2.2.3 Etiologi Ketuban Pecah Dini

  Pada dasarnya mekanisme yang mengawali ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, ketuban pecah dini merupakan sindroma yang dapat berhubungan dengan berbagai faktor.

  Ketuban pecah dini memiliki hubugan dengan hal-hal berikut : (1) Hipermortilitas rahim yang telah lama terjadi sebelum ketuban pecah, biasanya karena penyakit seperti pielonefritis, sistitis, servisitis, dan vaginitis

  (2) Kelainan selaput ketuban (selaput ketuban terlalu tipis) (3) Solusio plasenta (4) Kekurangan tembaga dan asam askorbik sebagai komponen kolagen yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal (5) Infeksi (amnionotis atau khorioamnitis) (6) Ketuban pecah dini afrisial, dimana dilakukan amniotomi terlalu dini

  ( Saifuddin, 2011; Jazayeri, 2015)

Gambar 2.1 Lokasi potensial infeksi bakteri ke dalam uterus

  Sumber: (Jazayer, 2015) Faktor predisposisi lain yang mempengaruhi seperti: (1) Multipara (2) Malposisi (letak sungsang, letak lintang) (3) Disproporsi sefalopelvik, kesempitan panggul, (4) Servik inkompeten (5) Ketegangan rahim berlebihan

  (Manuaba, 2010; Mochtar, 2012)

2.2.4 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini

  Secara fisiologis, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus, peregangan berulang dan pada daerah tertentu mengalami perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda, ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina (Saifuddin, 2011).

  Menurut Manuaba (2010) mekanisme KPD adalah bila selaput ketuban tidak lagi kuat karena kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi, dan bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban bertambah lemah dan mudah pecah. Pada kehamilan aterm, perubahan yang terjadi secara fisiologis dan pengaruh dari kontraksi seringkali menyebabkan melemahnya kekuatan selaput ketuban sehingga terjadi ketuban pecah dini (Kennedy, 2014).

  Pecanya selaput ketuban berhubungan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Perubahan struktur, jumlah, dan katabolisme kolagen mengakibatkan aktivitas kolagen berubah sehingga selaput ketuban pecah. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimulasi infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi

  mediator seperti prostaglandin, sitokin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas “matrix degrading enzym” (Saifuddin, 2011).

  Degradasi kolagen dimediasi oleh Matriks Metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protase. Mendekati waktu persalinan keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini (Saifuddin, 2011). Ketuban pecah dini berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Periode laten atau lag period (LP) adalah jarak antara pecahnya ketuban dengan permulaan persalinan. Periode laten akan semakin memanjang pada usia kehamilan yang semakin muda. Sedangkan lamanya persalinan akan lebih pendek dalam keadaan usia kehamilan yang semakin muda (Mochtar, 2012)

2.2.5 Pengaruh Ketuban Pecah Dini

  Resiko pada ibu dan janin akibat KPD meningkat seiring dengan durasi atau lamanya waktu sebelum persalinan dan frekuensi periksa dalam (Kennedy, 2014). Semakin lama periode laten maka semakin besar resiko morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia gestasinya. Dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatkan insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal (Saifuddin, 2011)

  Terbukanya jalan lahir akibat KPD dapat menyebabkan infeksi ascendens, selain itu juga dapa dijumpai infeksi puerperalis, peritonitis, septikemia, serta dry-labour (Mochtar, 2012) Resiko terhadap neonatal dapat berupa (1) Infeksi neonatus

  (2) Placental abrupton (3) Gawat janin (4) Fetal restriction deformities (5) Pulmonary hypoplasia (6) Kematian janin/ neonatus. (Jazayeri, 2015)

  Infeksi intrauterin terjadi bahkan sebelum ibu merasakan tanda gejala infeksi, sehingga hal ini menigkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal (Mochtar, 2012). Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu dapat terjadi korioamnitis, pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya korioamnitis terjadi sebelum ada tanda infeksi pada bayi (Saifuddin, 2011)

2.3 Peningkatan Leukosit dalam Kehamilan dan Ketuban Pecah Dini

2.3.1 Mekanisme Inflamasi dalam Kehamilan

  Dalam bukunya, Chunningham (2014) menyatakan bahwa: