BERITA KONTROVERSI KEDATANGAN BINTANG PORNO JEPANG MARIA OZAWA PADA MEDIA TELEVISI METRO TV DAN TVONE (PERIODE BULAN OKTOBER 2009)

  

BERITA KONTROVERSI RENCANA KEDATANGAN

BINTANG PORNO JEPANG MIYABI

(Analisis Framing Tentang Berita Kontroversi Rencana Kedatangan Bintang

Porno Jepang Miyabi Pada Media Televisi Metro TV dan TvOne)

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada

FISIP UPN “ Veteran” Jawa Timur

  

OLEH:

ELLA KARTIKA SARI

NPM . 0643010184

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

  

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA

TIMUR

2010

  

BERITA KONTROVERSI RENCANA KEDATANGAN BINTANG

PORNO JEPANG MIYABI

( Analisis Framing Tentang Berita Kontroversi Rencana Kedatangan

Bintang Porno Jepang Miyabi Pada Media Televisi Metro TV dan TvOne)

  

Disusun Oleh :

ELLA KARTIKA SARI

NPM. 0643010184

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

  

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pmbangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 15 April 2010

Menyetujui,

  Pembimbing Utama Tim Penguji :

   1. Ketua

Dra. Sumardjijati, M.Si Ir. Didiek Tranggono, M.Si

NIP. 030 223 610 NIP. 030 203 679

   2. Sekretaris Dra. Sumardjijati, M.Si NPT. 030 223 610 3. Anggota DRS. Saifuddin Zuhri,M.Si NPT. 3 7006 94 00351 Mengetahui,

D E K A N

Dra.Ec.Hj. Suparwati, M.Si

  

NIP. 030 175 349

  

BERITA KONTROVERSI RENCANA KEDATANGAN BINTANG

PORNO JEPANG MIYABI

( Analisis Framing Tentang Berita Kontroversi Rencana Kedatangan

Bintang Porno Jepang Miyabi Pada Media Televisi Metro TV dan TvOne)

  

Disusun Oleh :

ELLA KARTIKA SARI

NPM. 0643010184

  Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

  

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dra. Sumardjijati, M.Si

NIP. 030 223 610

  

Mengetahui,

D E K A N

Dra.Ec.Hj. Suparwati, M.Si

NIP. 030 175 349

KATA PENGANTAR

  Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu

  Dra. Sumardjijati, Msi selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun metreriil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.

  Ibu Dra. Hj. Suparwati, Msi Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

  2. Juwito, S.Sos, Msi Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

  3. Dosen – dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Keluargaku Mama, Papa, kakakku Ika Nurma Sari, adekku Nadya Murmanita yang telah memberi penulis semangat di dalam belajar dan nasehat dalam mengejar keberhasilan dalam belajar.

  5. Enzie Achelda Endra yang sudah membantu dan mendoakan penulis serta membuat penulis semangat untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.

  6. Sahabat – sahabatku yang selalu mendukung dan memberi masukan semangat untuk mengerjakan skripsi ini, Cece, Icha, Bobo, Syu, Meme, Erinda, Bagus.

  7. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan proposal ini.

  Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan skripsi ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan laporan skripsi ini. Aikhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

  Surabaya,

  11 November 2009 Penulis

  

DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN................................................... iii KATA PENGANTAR …………………………………........ vi DAFTAR ISI …………………………………….................. ix LAMPIRAN ……………………………………………........ xii

  BAB I PENDAHULUAN …………...……………................ 1 1.1 Latar Belakang Masalah ….…………………………...........

  1

  1.2 Perumusan Masalah ....................................................................12

  1.3 Tujuan Penelitian …….……………....……………….….........12

  1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................13

  1.4.1 Manfaat Teoritis.............................................................13

  1.4.2 Manfaat Praktis..............................................................13

  BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………...…………….....14

  2.1 Jurnalisme Televisi Sebagai Media Massa…………………… 14

   2.2 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas …………………… 21

  2.3 Wartawan Sebagai Agen Konstruksi Realitas ……………… 24

  2.4 Analisis Framing …………………………………………… 27

  2.5 Konsepsi Framing Pan dan Kosicki ……………………………31

  2.6 Perangkat Framing Pan dan Kosicki .....................................

  32

  2.7 Kerangka Berpikir ...................................................................... 42

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................ 44

  3.1 Metode Penelitian .......................................................................44

  3.2 Subjek dan Objek Penelitian ......................................................44

  3.3 Unit Analisis...............................................................................44

  3.4 Korpus Penelitian........................................................................45

  3.5 Teknik Pengumpulan Data..........................................................47

  3.6 Teknik Analisis Data...................................................................48

  3.7 Langkah-Langkah Analisis Framing Pan dan Kosicki................49

  

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................51

  4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian...............................................51

  4.1.1 Gambaran Umum Metro Tv............................................51

  4.1.2 Gambaran Umum TvOne................................................56

  4.2 Frame Metro Tv dan TvOne..........................................................58

  4.2.1 Frame Metro Tv Tanggal 12 Oktober 2009.............. 60

  4.2.2 Frame Metro Tv Tanggal 13 Oktober 2009...................65

  4.2.3 Frame Metro Tv Tanggal 13 Oktober 2009....................70

  4.2.4 Frame Metro Tv Tanggal 15 Oktober 2009.................. 74

  4.2.5 Frame TvOne Tanggal 09 Oktober 2009.........................78

  4.2.6 Frame TvOne Tanggal 12 Oktober 2009...................... 82

  4.2.7 Frame TvOne Tanggal 12 Oktober 2009.........................86

  4.2.8 Frame TvOne Tanggal 13 Oktober 2009.........................89

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................95

  5.1 Kesimpulan......................................................................................95

  5.2 Saran................................................................................................96

ABSTRAKSI ELLA KARTIKA SARI BERITA KONTROVERSI KEDATANGAN BINTANG PORNO JEPANG MARIA OZAWA PADA MEDIA TELEVISI METRO TV DAN TVONE (PERIODE BULAN OKTOBER 2009).

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wartawan membingkai dan mengkonstruksi berita – berita tentang kontroversi rencana kedatangan bintang porno asal Jepang yaitu Maria Ozawa, atau yang lebih dikenal dengan nama Miyabi.

  Landasan teori yang digunakan dalam konsep tentang media massa dan konstruksi realitas berita, perkembangan media massa televisi, jurnalistik televisi, karateristik media televisi, serta ideologi media. Dan juga dalam penelitian ini peneliti menggunakan landasan teori model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki.

  Korpus dalam penelitian ini adalah berita- berita tentang kontroversi rencana kedatangan bintang porno Jepang Maria Ozawa, Metro Tv tanggal 12 Oktober s.d 15 Oktober (4 berita) dan TvOne tanggal 09 Oktober s.d 13 Oktober (4 berita). Analisis framing ini menggunakan pendekatan model Zhondang Gerald Pan dan Kosicki dengan menggunakan empat struktur analisis yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.

  Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa Metro Tv membingkai kasus kontroversi rencana kedatangan Maria Ozawa dengan pemberitaan kearah pihak Maxima Pictures selaku rumah produksi yang memproduseri film “Menculik Miyabi” yang sekaligus pihak yang akan mendatangakan Miyabi ke Indonesia. Denagan kata lain Metro Tv lebih pro atau setuju dengan rencana kedatangan Miyabi ke Indonesia. Sedangkan dari pemeberitaan Tvone lebih banyak menonjolkan pemberitaan dari sisi elemen – elemen yang tidak setuju dengan kedatangan Miyabi ke Indonesia, seperti MUI, FPI dan ormas-ormas lainnya yang tidak setuju dengan kedatangan Miyabi ke Indonesia. Bisa dikatakan bahwa TvOne lebih kontra atau tidak setuju dengan rencana kedatangan Miyabi ke Indonesia.

  Kata kunci : Framing, Berita tentang kontroversi kedatangan bintang porno asal Jepang Maria Ozawa pada media televisi Metro Tv dan TvOne.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Media massa cenderung mengutamakan berita yang sensasional. Ini didasarkan pada subyektifitas pada semua karya jurnalistik yang dihasilkan oleh pers. Mulai dari pencarian berita, peliputan, penulisan, sampai penyutingan berita. Tetapi juga ada kalanya nilai-nilai obyektifitas dipakai, ini memungkinkan untuk membatasi subyektifitas wartawan maupun redaktur.

  Media massa menyeleksi dan menghadirkan informasi dari beragam peristiwa yang dibutuhkan masyarakat. Baik issue ekonomi, sosial, politik, hankam, hukum, budaya, sampai hiburan. Issue-issue yang bergulir diterima oleh khalayak kemudian akan menimbulkan opini public. Opini-opini tersebut mampu mengubah kondisi sosial masyarakat yang berkaitan dengan issue yang sedang terjadi. Hal ini membuktikan bahwa media merupakan sebuah institusi sosial.

  Peran media dalam kehidupan sosial bukan sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai peran tersendiri dalam menyampaikan atau menyebarkan berita mengenai peristiwa yang terjadi kepada khalayak luas. Serta media sudah merupakan suatu kebutuhan untuk masyrakat jaman sekarang. Masyarakat sekarang pasti sangat membutuhkan sebuah informasi dan hiburan maka dari itu media sangatlah dibutuhkan saait ini.

  Saat ini merupakan era demokrasi dimana peran kebebasan pers yang dibuka lebar-lebar sejak era reformasi dimaknai tidak untuk kepentingan kalangan jurnalis semata. Namun kebebasan dan kemerdekaan pers tersebut demi kepentingan public untuk mendapatkan berbagai informasi yang transparan, akurat, dan objektif.

  Independen dan objektif, merupakan dua kata kunci yang menjadi klaim setiap jurnalis di seluruh dunia. Seorang jurnalis selalu menyatakan dirinya telah bertindak objektif, seimbang, dan tidak berpihak pada kepentingan apapun kecuali keprihatinan atas hak masyarakat untuk mengetahui kebenaran. Seorang jurnalis juga harus bersifat independen dalam menghasilkan sebuah berita, yaitu harus bisa mencari sendiri atau mandiri, sehingga tidak didahului atau disaingi oleh jurnalis lain. Karena berita yang dihasilkan oleh seorang jurnalis itu sangatlah penting.

  Meskipun sikap independen dan objektif menjadi kiblat setiap jurnalis, pada kenyataannya seringkali didapati suguhan berita yang beraneka warna dari sebuah peristiwa yang sama. Berangkat dari peristiwa yang sama, media tertentu mewartakannya dengan cara menonjolkan sisi atau aspek tertentu, sedangkan yang lainnya meminimalisir, memelintir, bahkan menutup sisi atau aspek tersebut, dan sebagainya. Ini semua menunjukkan di balik jubah kebesaran independensi dan objektifitas, seorang jurnalis menyimpan paradoks, tragedi bahkan ironi ( Eriyanto, 2002 : 5).

  Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Media merupakan sebuah ruang dimana berbagai ideologi dipresentasikan. Media massa juga memiliki berbagai kepentingan yang berada didalam media massa itu. Media massa tidak mungkin berdiri statis ditengah-tengah, dia akan bergerak dinamis diantara pusaran-pusaran kepentingan yang sedang bermain ( Sobur, 2006 : 30). Ini berarti di satu sisi media dapat menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan control atas wacana public. Namun di sisi lain, media juga dapat menjadi alat ukur dalam membangun kultur dan ideology tandingan. Hal ini berkaitan dengan cara pandang atau perspektif yang digunakan oleh masing- masing pihak.

  Masing-masing institusi media tentunya memiliki ideology serta visi dan misi tersendiri. Ideologi tersebut akan mempengaruhi kebijakan redaksional media. Seorang wartawan yang bekerja di suatu media dengan kebijakan redaksional tertentu, tentunya akan mencari, meliput, menulis, dan melaporkan peristiea atau realitas berdasarkan kebijakan redaksional media. Kebijakan redaksional tersebut akan membatasi kebebasan wartawan tersebut dalam memahami dan mempersepsikan sebuah realitas. Intinya, bahwa seorang wartawan, bagaimana cara dia menuliskan sebuah berita, akan mencerminkan ideology institusi media dimana dia bernaung. Sikap atau tendensi sang wartawan dalam meliput atau melaporkan sebuah berita akan sekaligus menunjukkan sikap dan tendensi medianya.

  Dengan membandingkan beberapa pemberitaan di media, sangat mungkin akan ditemukan kesimpulan yang setara, bahwa tidak mungkin media apapun dapat lepas dari bias-bias, baik yang berkaitan dengan ideology, politik, ekonomi, sosial, bahkan budaya. Karena semua unsure tersebut merupakan suatu kesatuan di dalam pemberitaan media, setiap berita pasti memiliki unsure-unsur tersebut.

  Berita dalam pandangan konstruksionis di pandang sebagai konstruksi atau bentukan dari wartawan yang menulisnya, berdasarkan ideology dari media yang menaunginya. Semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakain kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir di hadapan khalayak (Eriyanto, 2005 : 26) oleh sebab itu, berita menjadi bersifat subyektif.

  Media bukanlah saluran yang bebas, media tidak sepenuhnya sama persis seperti apa yang digambarkan, memberitakan apa adanya, cerminan dari realitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Media yang kita lihat, justru mengkonstruksi sedemikian rupa terhadap realitas yang ada. Ini semua terkait dengan bagaimana cara pandang media untuk membingkai atau mengkonstruksi suatu realitas tertentu.

  Dalam merekonstruksi berita tersebut, masing-masing media menseleksi isu-isu tertentu dan menekankan atau menonjolkan aspek-aspek tertentu dari realitas. Dari cara media menseleksi isu dan menonjolkan aspek- aspek tertentu berita, akan terlihat bagaimana tendensi atau kecenderungan media tersebut terhadap berita yang mereka buat.

  Berita yang dibaca dan dilihat di media bukanlah cerminan dari peristiwa atau realitas itu sendiri, melainkan sebuah hasil rekonstruksi dari realtas.

  Dan yang menjadi agen rekonstruksi berita adalah wartawan. Dengan kata lain, berita yang kita konsumsi adalah hasil rekonstruksi atas peristiwa menurut perspektif wartawan.

  Berita mengenai kontroversi kedatangan bintang porno Jepang Maria Ozawa atau Miyabi oleh Metro TV dan TvOne adalah salah satu bukti bahwa media televise satu dengan televisi lain berbeda dalam membingkai dan mengkonstruksi suatu berita.. Bagaimana media tersebut merekonstruksi sebuah peristiwa menjadi berita akan memperlihatkan bagaimana kecenderungan media tersebut terhadap peristiwa yang diberitakan.

  Mengapa penulis mengambil berita mengenai kontroversi kedatangan Miyabi ke Indonesia, karena predikat yang sudah melekat pada Miyabi yaitu sebagai bintang film porno. Sedangkan hal-hal yang berbau porno di Indonesia itu masih sangatlah tabu untuk dibicarakan apalagi untuk ditonton. Walaupun kedatangan Miyabi ke Indonesia itu bukan untuk bermain film porno, tetapi masyarakat tetap saja tidak bisa menerima kedatangan Miyabi ke Indonesia. Indonesia merupakan Negara yang masih mengikuti adat ketimuran yang sangat kental, karena Indinesia merupakan Negara islam terbesar di dunia, maka dari itu hal-hal yang berbau porno ataupun tentang adat yang kebarat-baratan masih tabu untuk dibicarakan.

  Sepanjang episode 09 Oktober – 14 Oktober 2009, Metro Tv memuat tujuh berita yang berkaitan dengan kontroversi kedatangan bintang porno Jepang Maria Ozawa atau Miyabi sementara TvOne memuat sembilan berita.

  Pada 13 Oktober 2009, Metro Tv merilis berita mengenai Kontroversi Kedatangan Bintang Porno Jepang Maria Ozawa atau Miyabi dengan judul “ Maxima Tetap Datangkan Miyabi” Dalam berita tersebut, Metro Tv memuat pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak Maxima yaitu Produser dari Maxima Pictures, Ody Milya Hidayat terkait kasus ini.

  “Walaupun penolakan masyarakat terhadap rencana kedatangan bintang porno asal Jepang Maria Ozawa tidak membuat pihak Maxima Picture turun langkah. Maxima Picture tetap akan mendatangkan Miyabi sesuai rencana” Hal itu dikemukakan oleh Prosuder Maxima Picture Ody Mulya Hidayat.

  Pada 14 Oktober 2009, Metro Tv memuat berita mengenai kasus ini dengan judul “Maxima Picture Pertimbangkan Batalkan Kedatangan Miyabi” sama seperti cuplikan berita diatas, sumber informasi didapatkan dari Produser Maxima Pictures Ody Mulya Hidayat.

  Produser Maxima Pictures Ody Mulya Hidayat di Jakarta, Selasa, mengatakan, setelah mendapat masukan dari berbagai pihak opsi membatalkan kedatangan Miyabi kini sepertinya akan diambil oleh manajemen Maxima.

  Sementara itu, TvOne pada 09 Oktober 2009 memuat berita berjudul “ FPI Akan Demo Maxima Pembuat Film Menculik Miyabi”. Dalam berita tersebut dipaparkan bahwa Ormas FPI akan melakukan demo besar-besaran untuk meolak dan menentang rencana kedatangan bintang porno Jepang Maria Ozawa atau Miyabi ke kantor Maxima Pictures yang terletak di kawasan Hotel Ibis Mangga Dua blok E1 No.16, Mngga Dua Selatan, Sawah Besar, Jakarta Pusat.

  Sedangkan pada tanggal 13 Oktober 2009, TvOne memuat berita berjudul “ FPI Tempatkan Intel Tolak Kedatangan Miyabi”. Dalam berita tersebut dipaparkan bahwa coordinator alsi menentang Miyabi, FPI Habib Salim Alatas mengatakan sejunlah Intel FPI telah ditempatkan di sejumlah lokasi untuk memantauinformasi kedatangan Miyabi.

  “… Intel dikirim untuk cek di Bandara Soekarno – Hatta. Apabila sampai dating ke Indonesia, jangan salahkan umat Islam kalau ada pembakaran atau penculikan, akmi tidak main-main.” ungkap Habib Salim Alatas.

  Kasus kontroversi rencana kedatanga bintang porno Jepang Maria Ozawa ini menjadi sorotan media yang kemudian oleh insan pers dijadikan bahan berita dan disebarluaskan kepada masyarakat, agar mengetahui kejadian yang terjadi dan sebagai informasi atas peristiwa tersebut. Namun pada akhirnya setiap media akan melakukan sleksi isu yang berkembang di masyarakat secara berbeda- beda, karena tidak semua kjadian yang terjadi di masyarakat ditampilkan oleh media. Media juga akan menilih untuk menentukan akan dibawa kemana berita tersebut.

  Pemberitaan kasus kontroversi seperti ini bukanlah hal baru, dulu juga pernah ada kasusu kontroversi seperti ini yaitu kontroversi diterbitkannya majalah “Playboy” Indonesia yang diedarkan di beberapa darah di Indonesia yang langsung dikecam oleh ormas FPI dan ormas-ormas Islam lainnya, karena akan mencoreng nama Indoinesia yang merupakan Negara Islam.

  Berita kontroversi rencana kedtangan Maria Ozawa, bintang porno asal Jepang sangat mengejutkan masyarakat. Mereka ada yang pro namun juga ada yang kontra. Sebagian besar masyarakat memang kontra dengan kedatangan Miyabi ke Indonesia, tapi juga banyak yang pro dengan kedatangan Miyabi.

  Hal ini dikarenakan seorang Maria Ozawa adalah bintang porno, dan di Indonesia masih sangat tabu kalau membicarakan hal-hal itu. Karena Indonesia merupakan Negara Islam yang menagbut adat ketimuran, walaupun sebenarnya banyak tingkah laku masyarakat Indonesia yang sudah tidak ketimuran alias sudh kebarat-baratan. Tapi kalau untuk menerima kedatangan bintang porni seperti Miyabi, ataupun majalah porno seperti “Playboy” masih tabu di Indonesia.

  Dalam memberitakan kasus tersebut media tak serta merta satu pandangan sebab realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda dikarenakan adanya cara pandang yang berbeda. Perbedaan anatara realtas yang sesungguhnya dengan berita tidak dianggap salah, tetapi sebagai suatu kewajaran ( Eriyanto, 2007 : 26).

  Secara radikal bahkan menyatakan dalam proses kerjanya, wartawan bukan hanya melihat lalu menyimpulkan dan menulis tetapi lebih kepada menyimpulkan kemudian melihat fakta apa yang ingin dikumpulkan di lapangan. Disini wartawan tidak bisa menghindari dari kemungkinan subyektifitas, memilih fakta apa yang ingin dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang.

  Untuk melihat perbedaan media dalam mengungkapkan suatu peristiwa (realitas), peneliti memilih untuk menggunakan analisis framing sebagai metode penelitian. Alasannya adalah karena dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara media dalam mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati startegi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.

  Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya yang menentukan fakta-fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut ( Nugroho, Eriyanto, Surdiasis dalam Sorbur, 2006 : 162 ).

  Selain itu analisis framing merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, indinidu, kelompok, dan lain-lain) yang dilakukan media. Pembingkaian tersebut merupakan konstruksi yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan makna dan cara tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberikan penekanan aspek tertentu sesuai dengan kepentingan media. Akibatnya hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting dan lebih mengena dalam pikiran khalayak (Kriyantono, 2006 : 252).

  Dalam praktiknya, media membingkai berita dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana-penempatan yang mencolok (menempatkan di headline dpan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung atau memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang-peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap symbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain-lain. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi lebih bermakna dan diingat oleh khalayak. (Entman dalam Eriyanto, 2002 : 186).

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Framing Zhondang

  

Pan dan Gerald Kosicki yang membagi perangkat framing dalam empat struktur

  besar yaitu sintaksis, skrip, tematik, retoris. Struktur sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan kedalam peristiwa dan kalimat. Struktur retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu kedalam berita.

  Alasan peneliti menggunakan model framing milik Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki, karena model inin, teks dibahas secara jelas dan detail berdasarkan struktur sitaksis, skrip, tematik, dan retoris. Disamping itu model ini dapat menerangkan bagaimana sebuah realita dilihat dari segi psikologis dan dari segi sosiologis, sehingga sebuah peristiwa atau realitas dapat diterima dengan baik oleh khalayak, karena melibatkan ketiga pihak yaitu wartawan, sumber, dan khalayak. Yang menurut penelitian dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi menurut penafsiran dari masing-masing pihak, dalam hal ini penelitian sebagai khalayak.

  Subyek dari peneliti ini adalah Metro TV dan Tv One, sedangkan objek penelitian, peneliti menggunakan pemberitaan kontroversi rencana kedatangan bintang porno Jepang Maria Ozawa.

  Peneliti memilih menggunakan Metro Tv dan TvOne sebab dari kedua media tersebut menonjolkan penonjolan dari masing-masing issue yang diberitakan. Keduanya memiliki sudut pandang yang berbeda dalam memilih fakta dan mengkonstruksi berita. Dimana Metro Tv lebih menyoroti pada pihak Maxima Pictures atau selaku produser untuk film “ Menculik Miyabi” serta lebih menerima kehadiran Maria Ozawa. Metro Tv juga yang langsung menampilkan wawancara dengan produser Maxima Pictures Ody Mulya Hidayat. Disitu terlihat bagaimana upaya-upaya Maxima Pictures selaku produser film “Menculik Miyabi” bersikeras untuk tetap mendatangkan Miyabi. Hal itu bisa dilihat dari pernyataan Ody Mulya Hidayat selaku produser Maxima Pictures dalam program acara Headline News Metro Tv tanggal 13 Oktober 2009 pada puku 09.00 WIB, yang mengatakan akan tetap mendatangkan Miyabi walaupun terjadi penolakan besar-besaran, tetapi tanggalnya masih dirahasiakan oleh pihak Maxima. Dengan kata lain pihak Metro Tv cenderung lebih pro atau setuju dengan kedatangan Maria Ozawa atau Miyabi.

  Sedangkan TvOne lebih menampilkan dari pihak FPI, MUI, dan pemerintahan serta ormas-ormas Islam lainnya serta lebih memperlihatkan berita penolakan terhadap kedatangan Maria Ozawa. Disini juga lebih menampilkan bagaimana ormas-ormas islam tersebut benar-benar menolak kedatangan Miyabi dan menuntut Maxima Pictures untuk membatalkan kedatangan Miyabi. Hal itu bisa dilihat dari upaya-upaya yang dilakukan oleh ormas-ormas islam khususnya FPI untuk menolak kedatangan Miyabi ke Indonesia, salah satunya bisa dilihat dari program TvOne yaitu Kabar Terkini pada tanggal 13 Oktober 2009 pada pukul 18.05. Disitu Koordinator Aksi Menentang Miyabi Front Pembela Islam (FPI) Habib Salim Alatas mengatakan, sejumlah intel FPI telah ditempatkan di sejumlah lokasi untuk memantau informasi kedatangan Miyabi. Maka pihak TvOne disini kontra atau tidak setuju serta menolak kedatangan Maria Ozawa atau Miyabi.

  Selain itu Metro Tv dan TvOne adalah dua berita televisi yang terkemuka di Indonesia. Keduanya selalu bersaing dalam mecari berita paling up

  

date . Metro Tv merupakan salah satu Tv News terbesar di Indonesia, mempunyai

  berjuta penonton yang tersebar di seluruh Imdonesia. Metro Tv juga lebih berpengalaman karena Metro TV hadir terlebih dahulu daripada TvOne.

  Sedangkan TvOne juga merupakan salah satu TV News paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Walaupun lebih baru daripada Metro Tv tapi TvOne tidak kalah oleh Metro Tv dan langsung mendapat reaksi yang bagus dari masyarakat.

  1.2 Perumusan Masalah

  Beradsarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah: Bagaimana Metro TV dan TvOne membingkai berita mengenai rencana kedatangan bintang porno Jepang Maria Ozawa.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Metro Tv dan Tvone membingkai pemberitaan mengenai kontroversi rencana kedatangan bintang porno Jepang Maria Ozawa

1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Manfaat Teoritis

  Untuk menambah kajian dalam bidang ilmu komunikasi terutama yang menggunakan metode kualitatif pada umumnya, dan analisis framing pada khususnya. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang strategi yang digunakan media dalam membingkai realitas sosial dan moral mengenai kasus kontroversi rencana kedatangan bintang porno asal Jepang Maria Ozawa.

  1.4.2 Manfaat Praktis a.

  Dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi jurnalis serta institusi media massa, khususnya Metro Tv dan TvOne dalam mengkonstruksi berita, menyampaikan informasi kepada khalayak.

  b.

  Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi yang tertarik dengan penelitian teks media khususnya yang menggunakan metode analisis framing.