PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

  

DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK

(Studi Kasus Angelina Juni di Kelurahan Pringapus, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang) SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

TRIANA NURFATIMAH

  NIM : 211 12 039

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA 2016

  

MOTTO

Stop Kekerasan Seksual Terhadap Anak.

  

Anda memiliki waktu seumur hidup untuk bekerja, namun anak-anak hanya

memiliki masa kecil sekali ( (Online) Dokter Indonesia ).

  

Anak terlahir ke dunia dengan kebutuhan untuk disayangi tanpa Kekerasan,

bawaan hidup ini jangan didustakan ( Widodo Judarwanto ).

  

Hal-hal terbaik yang dapat anda berikan kepada anak-anak selain tingkah laku

yang baik adalah kenangan ( (Online) Dokter Indonesia ).

  Anak-anak lebih membutuhkan contoh daripada kritik ( Joseph Joubert )

  

Persembahan

Sebagai tanda baktiku

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

  

Yang Pertama,

Kedua Orang Tuaku yang selama ini mendoakan dan mendukungku Ibuku Imronah

dan Ayahku Supa’at

Yang Kedua,

  

Calon Suamiku Asep Hermawan S.ST.Pel.,

Yang Ketiga,

Keluarga besarku kakak-kakakku dan adik-adikku

Yang Keempat,

  

Kampusku IAIN Salatiga

Yang Kelima,

Untuk Teman-teman seperjuangku Ahwal Al-Syakhshiyyah

Yang Keenam,

  

Untuk semua yang telah mendoakanku dan mendukungku

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadiran Allah SWT, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala limpahan nikmat, karunia, serta hidayahnya-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa terhaturkan dan tercurahkan kepada Khatamul Anbiya’ wal Mursalin ( penutup para nabi dan rosul ) baginda nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya serta orang-orang yang mencintainya, hingga yaumil qiyamah, semoga kita semua, orang tua kita, keluarga kita, guru-guru kita diberi tetap Iman, Islam, Ihsan, Istiqamah dalam beribadah dan dibimbing oleh Allah SWT dan pada akhirnya jika kita di panggil menghadap Allah SWT dan pada akhirnya jika kita dipanggil menghadap Allah SWT menetapi ‘alaar-Ridha wa khusnil khatimah, Amin yaa Robbal ‘Alamiin.

  Penyusunan skripsi adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual Dalam Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus Kekerasan Seksual Orang Tua Terhadap Anak dalam Rumah Tangga di Kelurahan Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang). Sebagai hamba yang lemah dan banyak kesalahan, penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang ikut serta memberikan bantuan moril maupun materil. Oleh karenanya dengan kerendahan hati perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.

  3. Bapak Syukron Makmun, S.HI.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah.

  4. Ibu Luthfiana Zahriani, M.H., selaku pembimbing pembuatan skripsi.

  5. Bapak Slamet Sodiq, S.H. selaku Lurah Pringapus beserta staffnya.

  6. Para Dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat di Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga.

  7. Teman-teman yang selalu mendoakan dan memberi bantuan.

  8. Segenap pihak yang tidak mampu penulis satu persatu.

  Semoga amal dan bantuan dibalas jasanya oleh Allah SWT. Amiin, Penulis Menyadari dalam menyusun skripsi ini banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi memperbaiki skripsi ini.

  Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi almamater dan semua pihak yang membutuhkannya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

  Salatiga, 21 September 2016

  

ABSTRAK

  Nurfatimah, Triana. 211-12-039. 2016. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban

  

Kekerasan Seksual Dalam Tinjauan Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Skripsi, Syariah, Ahwal Al-Syakhshiyyah,

  IAIN Salatiga. Lutfhiana Zahrani, S.H., M.H.

  Kata Kunci : Kekerasan Seksual, Hukum Islam dan Anak

  Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) apa faktor pendorong kekerasan seksual yang dilakukan Zaenuri terhadap Angelina Juni di Kelurahan Pringapus?, (2) bagaimana bentuk kekerasan seksual yang terjadi terhadap Angelina Juni dalam rumah tangga di Kelurahan Pringapus?, dan (3) bagaimana tinjauan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan hukum Islam terhadap kekerasan seksual yang dilakukan Zaenuri terhadap Angelina Juni di Kelurahan Pringapus?.

  Pendekatan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, pendekatan yuridis sosiologis dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pringapus, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.

  Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya kekerasan seksual yang dilakukan Zaenuri terhadap Angelina Juni di Kelurahan Pringapus,yaitu adanya pengaruh lingkungan pergaulan pelaku yang kurang baik, kurangnya pengetahuan agama, tidak adanya pemahaman tentang adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, kurangnya pemahaman tentang peran orang tua akan kewajiban untuk melindungi anak, adanya faktor lelaki yang lebih kuat, dan adanya kesempatan untuk melakukannya. Dan bentuk kekerasan seksual yang dilakukan Zaenuri adalah kekerasan fisik. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan hukum Islam melarang adanya tindak kekerasan seksual Zaenuri terhadap Angelina Juni di Kelurahan Pringapus. Namun pada kasus yang terjadi di Kelurahan Pringapus menunjukkan bahwa belum berjalannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan anak dan hukum Islam karena kasus tersebut hanya diselesaikan secara kekeluargaan tanpa ingin melibatkan pihak luar maupun aparat yang berwenang. Sanksi yang diterima pelaku adalah sanksi sosial bukan sanksi secara hukum positif maupun hukum Islam.

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ···················································································· i LEMBAR PENGESAHAN ·········································································· ii NOTA PEMBIMBING ················································································· iii PERNYATAAN KEASLIAN ········································································ iv MOTTO. ······································································································· v PERSEMBAHAN. ························································································ vi KATA PENGANTAR.··················································································· vii ABSTRAK. ··································································································· ix DAFTAR ISI. ································································································ x

  BAB I : PENDAHULUAN 1.

  1 Latar Belakang Masalah ················································· 2.

  8 Fokus Penelitian ······························································ 3.

  9 Tujuan Penelitian ···························································· 4.

  9 Kegunaan Penelitian ······················································· 5.

  10 Penegasan Istilah. ···························································· 6.

  11 Metode Penelitian. ·························································· 7.

  15 Telaah Pustaka. ······························································· 8.

  18 Sistematika Penulisan. ····················································

  BAB II : Tinjauan Pustaka 1.

  20 Kekerasan Seksual ·························································· 2. Konsep Perlindungan Anak Menurut Undang-Undang

  Nomor 23 Tahun 2002 ··················································

  36

  3. Konsep Perlindungan Anak Menurut Hukum Islam. ·····

  44 BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian 1.

  53 Gambaran Umum Kelurahan Pringapus ························· 2.

  60 Gambaran Kasus Kekerasan Seksual Angelina Juni. ······

  3. Faktor Pendorong Kekerasan Seksual Angelina Juni. ···

  66

  4. Bentuk Kekerasan Seksual Angelina Juni. ·····················

  67 BAB IV : Pembahasan

  1. Analisis Faktor Pendorong Kekerasan Seksual Angelina Juni ················································································

  68

  2. Analisi Bentuk Kekerasan Seksual Angelina Juni ····· 71 3.

  Hukuman yang Diterima Pelaku Kekerasan Seksual Angelina Juni ···························································· 77

  BAB V : Penutup

  1. Kesimpulan. ·································································· 92

  2. Saran. ············································································· 94 DAFTAR PUSTAKA. ··············································································· 96 LAMPIRAN-LAMPIRAN. ····································································· 99

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Realitas keadaan anak di muka dunia ini masih belum menggembirakan. Nasib mereka belum seindah ungkapan verbal yang kerapkali memposisikan

  anak bernilai, penting, penerus masa depan bangsa dan sejumlah simbolik lainnya. Muhammad Joni menyatakan (1999: 1)

  ”Tondiki”, “Anakkonhi do hamaraon diahu’’, kata orang Tapanuli, atau “buah hati sibiran tulang’’ tutur

  orang Melayu. Pada tataran hukum, hak-hak yang diberikan hukum kepada anak belum sepenuhnya bisa ditegakkan. Hak-hak anak sebagaimana dimaksud dalam dokumen hukum mengenai perlindungan hak-hak anak masih belum cukup ampuh bisa menyingkirkan keadaan yang buruk bagi anak. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku kehidupan masyarakat masih menyimpan masalah anak. Bahkan keadaan seperti itu bukan saja melanda Indonesia, namun juga hampir pada seluruh muka jagad bumi ini.

  Keadaan nyata yang kita temukan dalam kehidupan masyarakat ini adalah kekerasan terhadap anak. Kekerasan terhadap anak dapat muncul dari dalam lingkungan keluarga maupun dari lingkungan luar keluarga. Pada kenyataanya fakta telah menunjukkan dan membuktikan bahwa kekerasan terhadap anak terjadi bukan hanya dari lingkungan luar keluarga akan tetapi juga terjadi dalam lingkungan keluarga.

  Tindak kekerasan dikehidupan masyarakat ini terjadi dalam berbagai bentuk. Misalnya saja kekerasan berupa pukulan fisik atau kekerasan seksual. Dimana apabila kekerasan fisik akibat nyata dan dapat terlihat adalah luka yang ada pada tubuh korban. Sedangkan kekerasan seksual dapat menimbulkan akibat nyata berupa kerugian yang dialami pihak korban misalnya saja berupa kehamilan. Itu hanya sekilas akibat yang timbul dari tindak kekerasan seksual.

  Dalam kehidupan di masyarakat, kita dapat menjumpai berbagai tindak kekerasan yang dilakukan oleh anggota masyarakat yang satu terhadap anggota masyarakat yang lain. Seperti pembunuhan, penganiayaan, intimidasi, pemukulan, fitnah, pemerkosaan, dan lain-lain.

  Akhir-akhir ini telah banyak terjadi kasus tentang kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur dimana pelakunya adalah orang dewasa dan kebanyakan dari mereka adalah orang yang dikenal korban. Kekerasan seksual ini dapat berbentuk pencabulan, pemerkosaan dan pelecehan seksual.

  Seperti kasus Bunga (16) bukan nama sebenarnya di Pekanbaru yang mengalami pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang pemuda, Adhtia Mangun (23) warga kota Pekanbaru (Online), (https://www.riaueditor.Com. Indonesia.history.html, diakses 1 Juni 2016). Dan yang lebih menghebohkan adalah kasus pemerkosaan yang dialami siswi Sekolah Menengah Pertama 5 Satu Atap Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejanglebong, Berkulu yang bernama Yuyun mengalami Pemerkosaan dan pembunuhan oleh 14 orang tersangka pada 2 April 2016. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah dimana usia para tersangka antara 17-20 tahun (Online), (https://www.

  Idntimes.Com.rizal/5.fakta-terbaru-mengejutkan-mengenai-kasus-yuyun.htm l, diakses 1 Juni 2016).

  Selanjutnya, perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual itu tidak hanya wanita normal. Akan tetapi sering juga dialami oleh perempuan penyandang cacat. Yang dimaksud dengan penyandang cacat dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 adalah setiap orang yang mempunyai kelainan pada fisik dan mental, yang dapat menganggu atau merupakan rintangan atau hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara layak.

  Para penyandang cacat ini dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) kelompok :

  1. Penyandang cacat fisik.

  2. Penyandang cacat mental, 3.

  Penyandang cacat fisik dan mental (Undang-Undang Penyandang Cacat, 1997: 1 ).

  Dari Singgih D, Gunarsa berpendapat bahwa pada masa remaja seorang anak mengalami perkembangan psikoseksualitas dan emosional yang mempengaruhi tingkah lakunya, proses perkembangan yang dialami remaja akan menimbulkan permasalahan bagi remaja sendiri dan orang-orang yang berada dekat dengan lingkungannya (Singgih dan Gunarsa, 1991 :7 ).

  Salah satu masalah yang dihadapi remaja bagi lingkungannya adalah aktifitas seksual yang akhir-akhir ini nampak menjurus kepada hal-hal yang negatif. Dikatakan negatif karena para remaja bersikap dan bertingkah laku yang menyimpang, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya berbagai macam perilaku seksual yang disalurkan secara salah dan tidak pada tempatnya, misalnya hubungan seksual dengan sesama jenis kelamin, dengan anak yang belum cukup umur, pemerkosaan terhadap anak dibawah umur, bahkan kekerasan seksual yang dilakukan oleh keluarga sendiri dan sebagainya.

  Dari paparan diatas lingkungan yang dapat menjadikan seorang anak mengalami tindak kekerasan seksual sangat dekat dengan mereka.

  Lingkungan yang dekat dengan mereka dan tidak asing itulah yang terkadang membuat tidak menggira akan terjadi tindakan kekerasan seksual tersebut. Lingkungan yang dimaksud ini bisa dari pergaulan teman sebaya, lingkungan tetangga, sekolah dan bahkan dalam lingkungan keluarga itu sendiri. Dalam tulisan ini penyusun juga akan memaparkan tentang tindakan kekerasan seksual yang dialami seorang anak pada lingkungan keluarga.

  Dimana peran sebuah keluarga yang mengalami penyimpangan tidak sebagaimana mestinya. Peran keluarga yang seharusnya melindungi dan mengayomi mereka justru membuat seorang anak mengalami tindakan kekerasan seksual. Seperti kekerasan seksual yang dialami PD, gadis berusia 18 tahun yang belum lama ini mendatangi Polres Jakarta Timur untuk melaporkan perbuatan ayahnya, DP (42 Tahun). Kepada Penyidik , PD mengungkapkan sudah diperkosa oleh ayahnya sejak dia berusia 13 tahun (Online), (http://SP.beritasatu.com.Indonesia.history.html, diakses 1 Juni 2016).

  Lingkungan keluarga mempunyai peran penting bagi seorang anak. Yakni keluarga memberikan perlindungan, kenyamanan dan kasih sayang bagi seorang anak.

  Keluarga adalah faktor utama yang membentuk pribadi anak. Keluarga pula yang memberikan perlindungan awal dari seorang anak sejak mereka dilahirkan. Orang tua seharusnya mampu memberikan perlindungan baik itu dalam segi jasmani maupun rohani. Orang tua adalah panutan yang paling dini dikenal oleh seorang anak. Orang tua adalah contoh bagi anak baik dalam segi kebiasaan maupun perkataannya

  Bagaimana seorang anak bisa tumbuh penuh dengan kasih sayang dalam keluarga jika mereka berada dalam keadaan dibawah tekanan kekerasan. Anak diselimuti rasa ketakutan yang selalu menghinggapi ketika berada ditempat yang seharusnya memberikan rasa aman pada mereka. Anak terbayang hingga mereka selalu dihantui rasa takut.

  Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga yang seharusnya memberikan tempat aman bagi anak dan memberikan perlindungan bagi anak justru menjadi momok terjadinya kekerasan seksual. Maraknya kasus kekerasan seksual terhadap anak baik pada lingkungan sekolah, lingkungan umum bahkan pada lingkungan keluarga menunjukkan masih minimnya perlindungan terhadap anak. Hal ini menunjukkan pula lingkungan yang jauh dari ramah dan aman bagi anak.

  Lalu bagaimana peran orang tua itu dapat berubah menjadi momok yang menakutkan. Dimana orang tua yang seharusnya melindungi justru melakukan tindak kekerasan terhadap anak. Mungkin terjadi kekerasan fisik dari orang tua terhadap anaknya sudah bukan merupakan hal yang tabu lagi pada saat ini. Fenomena kekerasan seksual yang terjadi pada orang tua terhadap anaknya adalah masih merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan.

  Dalam Islam juga mengajarkan untuk tidak melakukan kekerasan terhadap anak-anak mereka. Seperti apa yang terkandung dalam Q.S Thamrin (6) yang berbunyi : Artinya : Wahai orang-orang yang beriman Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia Perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S Thamrin : 6). Ayat tersebut menggambarkan bahwa seorang kepala keluarga harus melindungi anak dan istrinya. Ayat diatas walau secara redaksional tertuju pada kaum pria (ayah), tetapi bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan laki-laki (ibu dan ayah) sebagaimana ayat-ayat serupa (misalnya ayat yang memerintahkan puasa) yang tertuju kepada laki-laki dan perempuan. Ini berarti kedua orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Ayah atau ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.

  Dalam pasal 2 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1979 tentang kejahatan anak, ditentukan bahwa :

  “Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan-perlindungan lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar’’.

  Ayat tersebut memberikan dasar pemikiran bahwa perlindungan anak bermaksud untuk mengupayakan perlakuan yang benar dan adil, untuk mencapai kesejahteraan anak.

  Pasal 3 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

  Perlindungan terhadap anak harus terwujud karena anak adalah generasi penerus bagi bangsa dan negara kita. Perlindungan anak harus dapat terwujud untuk memberikan keadilan bagi anak. Seharusnya diusia yang masih dini itu mereka merasa bahagia tanpa beban bukan dengan kekerasan. Anak dapat dilindungi agar mampu melaksanakan kewajiban (Arif Gosita, 2004: 15-16).

  Meskipun Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak masih memerlukan suatu undang-undang mengenai perlindungan anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut. Dengan demikian, pembentukan undang-undang ini didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara (Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, 2007: 88).

  Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa anak harus dilindungi. Untuk dijaga bukan untuk mengalami tindak kekerasan dalam berbagai bentuk. Perlindungan bagi anak harus bisa terwujud di lingkungannya baik itu dari lingkungan sekolah, lingkungan bermainnya, bahkan dari dalam lingkungan keluarga itu sendiri.

  Dari berbagai fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai terjadinya tindak kekerasan seksual dalam keluarga.

  Penulis akan meneliti hal tersebut dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Angelina Juni di Kelurahan Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang)’’.

B. Fokus Penelitian

  Peneliti ini berfokus pada keluarga yang mengalami tindak kekerasan seksual pada anak yang dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri. Adapun fokus penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1.

  Apa saja faktor yang mendorong terjadinya tindak kekerasan seksual terhadap Angelina Juni dalam rumah tangga di Kelurahan Pringapus? 2. Bagaimana bentuk kekerasan seksual yang dilakukan oleh Zaenuri terhadap Angelina Juni di Kelurahan Pringapus?

3. Bagaimana tinjauan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

  Perlindungan Anak dan Hukum Islam terhadap kekerasan seksual yang dilakukan oleh Zaenuri terhadap Angelina Juni di kelurahan Pringapus?

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk : 1.

  Mengetahui faktor-faktor yang mendorong terjadinya tindak kekerasan seksual terhadap Angelina Juni yang dilakukan oleh Zanuri di Kelurahan Pringapus.

  2. Mengetahui bentuk-bentuk kekerasan seksual yang dilakukan oleh Zaenuri terhadap Angelina Juni di Kelurahan Pringapus.

  3. Mengetahui tinjauan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Hukum Islam terhadap kasus kekerasan seksual pada Angelina Juni yang dilakukan oleh Zaenuri di Kelurahan Pringapus.

D. Kegunaan Penelitian

  Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah : 1.

  Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini akan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan Undang-Undang di Indonesia dan Hukum Islam terutama dalam pelaksanaan perlindungan anak dari segi kekerasan seksual orang tua terhadap anak.

  2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mencari solusi-solusi terhadap kendala yang dihadapi dalam proses perlindungan anak. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penyusunan pemecahan masalah pada kekerasan seksual terhadap anak dari orang tua.

E. Penegasan Istilah

  Untuk mendapatkan kejelasan judul diatas, penulis perlu memberikan penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah yang ada. Istilah-istilah tersebut adalah : 1.

  Perlindungan yaitu perbuatan (hal) melindungi; pertolongan (Poerwadarminta, 1982: 600).

  2. Hukum yaitu peraturan yang menentukan, bagaimana kehendaknya kelakuan orang dalam masyarakat; hukum semacam ini dibuat oleh manusia sendiri dengan maksud supaya masyarakat jangan kacau (Eksiklopedi Indonesia, 1983: 1344).

3. Anak yaitu keturunan kedua, orang yang lahir dari rahim seorang ibu baik laki-laki maupun perempuan (Abdul Aziz Dahlan, 2006: 112).

  4. Kekerasan yaitu perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain (Online), (http//artikata.com/arti 368182-kekerasan,html, diakses 7 Oktober 2015).

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian

  Jenis Penelitian yang digunakan adalah tinjauan langsung ke lapangan guna mengadakan pada objek yang dibahas (Sutrisno Hadi, 1981: 4). Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

  a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama yakni korban kekerasan seksual (Soejono Soekamto, 1986: 12).

  b. Data sekunder yaitu data yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan seterusnya (Sutrisno Hadi, 1981: 4).

  2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, penulis sebagai pengumpul data sekaligus sebagai instrument. Instrumen lain yang digunakan penulis adalah alat perekam, alat tulis, dokumentasi. Akan tetapi instrument ini hanya sebagai pendukung untuk penulis. Maka dari itu penulis terjun langsung ke lapangan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Selain itu penulis berperan penuh dalam partisipasi dengan keadaan yang terjadi.

  Dimana penulis melakukan penelitian ini dengan membaur pada objek yang ingin diteliti. Kehadiran penulis sebagai peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti.

  3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kelurahan Pringapus Kecamatan

  Pringapus Kabupaten Semarang. Karena pada masyarakat tersebut ada keluarga yang mengalami tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri. Fenomena ini baru saja muncul dan bukan merupakan budaya atau adat istiadat pada Kelurahan tersebut.

  4. Sumber Data Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari proses penelitian, penulis menggunakan objek penelitian berupa informan. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat pada Kelurahan Pringapus baik itu keluarga yang bersangkutan atau warga sekitar.

  5. Prosedur Pengumpulan Data a.

  Observasi Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Suharsimi Arikunto, 1987: 128). Hal ini digunakan untuk memperoleh data dari para korban kekerasan anak dibawah umur.

  b. Wawancara Yaitu merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dalam proses ini hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah : pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam pertanyaan dan situasi wawancara (Irawati Singarimbun, 1989: 192). c. Dokumentasi Mencari data mengenai beberapa hal, baik berupa catatan dan data dari Kantor Kelurahan Pringapus. Metode ini digunakan sebagai pelengkap dalam memperoleh data.

  d. Studi Pustaka Yaitu peneliti yang mencari data dari bahan-bahan tertulis (khususnya berupa teori-teori) (Tatang M. Amiri, 1990: 135).

6. Analisis Data

  Setelah seluruh data terkumpul maka barulah penulis menentukan bentuk analisa terhadap data-data tersebut, antara lain dengan metode : a. Penelitian Deskriptif

  Yaitu salah satu jenis penelitian yang tujuannya menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi (Saifuddin Azwar, 1998: 7).

  b. Kualitatif Yaitu penelitian lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada penguji hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif (Saifuddin Azwar, 1998: 5).

  7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan hal yang penting dalam penelitian, karena dari data itulah nantinya akan muncul beberapa teori. Untuk memperoleh keabsahan temuan, penulis akan menggunakan teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode, teori), pelacakan kesesuaian, dan pengecekan anggota. Jadi temuan data tersebut bisa diketahui.

  8. Tahap-tahap penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan penelitian terlebih dahulu ke Kelurahan Pringapus kemudian penulis melakukan pengembangan desain dari awal tadi dan selanjutnya penulis melakukan penelitian yang sebenarnya. Setelah itu penulis melakukan laporan hasil penelitian tersebut.

G. Telaah Pustaka Upaya untuk melindungi anak adalah persoalan yang tidak mudah.

  Kekerasan seksual pada anak dibawah umur merupakan realitas yang terjadi dimasyarakat sekitar kita. Untuk itu kita harus lebih memeperhatikan anak. Agar hal-hal yang dialami oleh anak-anak dibawah umur itu nantinya tidak menimbulkan efek negatif yang dapat bersifat lama bahkan permanen.

  Banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi akhir-akhir ini cukup membuat prihatin. Berbagai bahasan yang berkaitan dengan kasus kejahatan seksual banyak ditemui baik melalui media cetak maupun media elektronik, bahasanya pun beragam ada yang membahas dari segi tentang dampak psikologi korban, ada yang membahas dari segi bantuan hukum terhadap korban .

  Anak sebagai generasi bangsa haruslah mendapat perhatian yang lebih besar terutama berkaitan dengan kedudukan hukum kita. Salah satu buku yang membahas tentang hukum anak adalah buku karangan Darwan Prinst yang berjudul Hukum Anak Indonesia.

  Dalam bukunya Darwan mengemukakan tentang sejarah lahirnya Hukum anak Indonesia disamping itu merupakan tentang pengadilan anak, perlindungan anak, kedudukan anak serta lembaga pemasyarakat anak (Darwan Prist, 1997). Dan dalam kaitannya dengan Hukum islam yang membahas tentang hukum pidana atau jinayah yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini adalah diantaranya Asas-asas Hukum Pidana Pidana karya A. Hanafi yang dalam bukunya ia membahas tentang jariyah dan bagian-bagiannya lalu asas legalitas pada aturan-aturan pidana Islam, percobaan melaksanakan jarimah dan lain-lain.

  Buku yang Karangan A. Djazuli yang berjudul fiqh Jinayah (sebagai upaya penanggulangan kejahatan dalam Islam) banyak membahas tentang bermacam- macam hukuman hudud, had, kifarat dan ta’zir . Buku Tindak

  Pidana dalam Syari’at Islam karya Abdurahman I Do’I dan masih banyak lagi buku-buku yang berkaitan dengan skripsi ini.

  Pembicaraan mengenai perlindungan hukum terhadap anak sebenarnya dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah disajikan secara komprehensif. Penjelasan tersebut diuraikan secara rinci dimulai dari pengertian, tujuan perlindungan terhadap anak, peran dan tanggung jawab sampai pada sanksi hukum yang diberikan kepada orang yang melalaikannya.

  Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2004 disebutkan pula bahwa kekerasan dalam lingkup rumah tangga meliputi (a) Suami, istri dan anak. (b) orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian yang menetapkan dalam rumah tangga atau (c) orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetapkan dalam rumah tangga tersebut (Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, 2006: 3).

  Oleh karena itu Muhlisin dalam skripsinya yang berjudul Upaya Perlindungan Anak Akibat Perceraian menyatakan bahwa secara teoritis hukum perlindungan anak telah memberi jaminan terhadap hak anak serta dianggap mampu mengantisipasi akibat negatif terhadap kemungkinan pihak-pihak yang melalaikan tugas dan tanggung jawab. Meskipun dalam kenyataan demikian, namun yang berjalan dalam masyarakat tidak pasti sesuai dengan harapan.

Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAPOR TINDAK PIDANA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

0 15 26

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANAPERDAGANGAN ANAK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Putusan Pengadilan Negeri DepokNomor: 242/Pid.Sus/2012/PN. Dpk)

0 5 16

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Pada Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang)

1 11 52

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

1 20 55

826 PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK

0 0 14

KEKERASAN SEKSUAL DAN PERLINDUNGAN ANAK

0 13 13

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK KORBAN PERKOSAAN DALAM PERADILAN ANAK

1 4 14

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN RUMAH TANGGA DALAM UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGAPUSAN KDRT (Studi Kasus Polres Kota Palu) Madia Sartika Benny D. Yusman Awaliah Abstrak - PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN RUMAH TANGG

0 0 13

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Angelina Juni di Kelurahan Pringapus, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang) - Test Reposit

0 0 122

TANGGUNG JAWAB AYAH TERHADAP NAFKAH ANAK SETELAH PERCERAIAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus di Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran)

0 0 119