KONSELING SEBAGAI SISTEM.pdf

KONSELING SEBAGAI SISTEM

Paper
Guna memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Konseling

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons.
Drs. Suharso, M.Pd.,Kons.

Oleh
Astrid Pitaloka Putriningrum
1301414047

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

KONSELING SEBAGAI SISTEM
Konseling muncul karena adanya banyak pertanyaan dan masalah yang
dihadapi oleh individu, ketika individu tersebut berusaha memecahkan

masalahnya melalui bantuan professional. Definisi konseling adalah proses
pemberian bantuan dari konselor kepada klien yang dilakukan melalui wawancara
konseling untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien (tujuan).
Pelaksanaan konseling merupakan salah satu bagian dari sistem.
Istilah sistem mengandung arti yang bemacam-macam, istilah sistem itu
sendiri berasal dari bahasa Yunani “systema” yang artinya keseluruhan yang
tersusun dari sekian banyak bagian. Ahli lain menyatakan bahwa rumusan lengkap
dari sistem adalah sehimpunan unsur yang melakukan suatu kegiatan atau
menyusun skema atau tatacara melakukan suatu kegiatan pemrosesan untuk
mencapai sesuatu atau beberapa tujuan, dan hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengolah data dan/atau energi dan/ atau barang (benda) di dalam jangka waktu
tertentu guna menghasilkan informasi dan/atau energi dan atau barang (benda).
Dari definisi inilah dapat diambil unsur-unsur sistem yaitu:
1. Sehimpunan unsur,
2. Tujuan sistem,
3. Wujud hasil kegiatan atau proses sistem tersebut dalam kurun waktu
tertentu,
4. Pengolahan data dan /atau energi dan/ atau bahan.
Secara garis besar, istilah sistem mengandung dua makna, yaitu sebagai wujud
benda dan sebagai metode. Menurut Murdick dan Ross, contoh sistem antara lain:

1. Sistem Pabrik
2. Sistem Informasi Manajemen
3. Sistem Organisasi Usaha
Untuk dapat mengetahui sesuatu itu sistem atau bukan, dapat dilihat dari ciricirinya. Pada umumnya ciri-ciri sistem tersebut antara lain:
1. Setiap sistem mempunyai tujuan dan sasaran.

2. Setiap sistem mempunyai “batas”yang memisahkannya dari lingkungan.
3. Sistem bersifat terbuka. Suatu sistem dikatakan terbuka jika berinteraksi
dengan lingkungannya.
4. Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih sub sistem, yang biasa pula disebut
bagian,unsur, atau komponen.
5. Subsistem-subsistem tadi termasuk satu kebulatan yang utuh dan padu.
6. Terdapat saling ketergantungan dan saling hubungan, baik di dalam sistem
maupun antara sistem dengan lingkungannya.
7. Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses tranformasi (proses
mengubah masukan menjadi keluaran). Oleh karenanya, sistem sering
disebut sebagai “processor” atau “transformator”.
8. Dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol yang memanfaatkan
tersedianya umpan balik.
9. Sistem juga mempunyai kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri

dan

menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau keadaan secara

otomatis.
Berdasarkan analisa mengenai sistem di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa konseling merupakan bagian dari sistem. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa
unsur-unsur dari sistem yang terkandung di dalam proses konseling. Sebagian
dari ciri-ciri sistem juga merupakan ciri-ciri konseling, misalnya saja ciri
keterbukaan. Di dalam konseling ciri keterbukaan ini sangatlah diperlukan karena
dengan adanya keterbukaan, maka klien dapat menceritakan semua permasalahan
yang dihadapinya tanpa harus ditutu-tutupi atau merasa malu, sehingga dengan
begitu konselor pun akan lebih dapat memahami klien dan membantu mencari
penyelesaian masalah klien. Proses konseling sendiri dapat digolongkan ke dalam
suatu sistem, karena di dalam sistem tersebut dapat terdiri dari sekumpulan orang,
seperangkat pedoman, dan alat perlengkapan pengolah data yang digunakan untuk
mencapai tujuan bersama yaitu menghasilkan atau memberikan informasi kepada
seseorang yang pada saat itu benar-benar membutuhkan.

1. Komponen Dasar Sistem


a. Input (masukan)
Dalam proses konseling yang menjadi inputnya adalah manusia,
khususnya dalam hal karakteristik manusia tersebut baik dari segi fisik, psikis,
maupun biologis. Input dalam proses konseling ada tiga yaitu:
1) Raw input
Yang termasuk dalam raw input antara lain, yaitu siswa/ individu itu
sendiri.
Siswa sebagai individu yang dilayani merupakan komponen dasar dalam
sistem konseling, yang mengikat satu sama lain, tidak hanya membawa masalah,
kebutuhan yang perlu dipecahkan dan dipenuhi, tetapi secara keseluruhan ia
memiliki kualitas seperti :


kesehatan fisik,



penampilan,




sifat genetik,



usia,



suku,



bangsa,



adat istiadat,




jenis kelamin



status sosial-ekonomi,



struktur motivasi,

2) Instrumental Input
Yang termasuk dalam instrumental input antara lain:
a) Konselor
Konselor merupakan komponen dasar untuk pengoperasian sebuah sistem,
yaitu sistem konseling. Konselor dalam proses konseling harus menguasai dan
mengembangkan kemampuan (keterampilan) dan sikap yang memadai untuk
terselenggaranya proses kegiatan secara efektif. Konselor harus mampu
mengembangkan hubungan anatara konselor dengan klien atau anggota kelompok,


dan antar anggota kelompok(dalam konseling kelompok) yang didasarkan pada
kepercayaan,pengertian,dan rasa menghargai.
Hubungan ini harus ditetapkan/dibentuk tanpa memandang tingkah laku,
keyakinan, sikap, suku bangsa, jenis kelamin, atau status sosial ekonomi klien
(Stewart,1978). Konselor harus memiliki kesadaran dan disiplin diri yang
memungkinkan pengontrolan kebutuhan dan tingkah laku dirinya sendiri,
sementara menjadi empati dan obyektif terhadap kebutuhan klien Konselor juga
memasukan pengetahuan tentang prinsip-prinsip psikologi tentang tingkah laku
manusia, kondisi sosial ekonomi dan kode etik yang ditetapkan untuk pelaksanaan
sistem konseling.

b) Tujuan
Tujuan dirumuskan berdasarkan kebutuhan siswa, perkembangan siswa
dan tuntutan lingkungan. Tujuan yang ditetapkan dalam konseling adalah target
yang harus dipenuhi, motivator bagi konselor dan klien, merupakan imbalan dari
hasil usaha, dan menyebabkan perubahan rencana. Tujuan konseling merupakan
kompas petunjuk arah ke mana konseling harus menuju, dan apa yang ingin
dicapai dari kegiatan konseling. Tujuan merupakan kondisi yang diinginkan
dalam sistem konseling setelah terjadi proses dari masukan menjadi keluaran.


c) Program
Program sebagai komponen masukan instrumental dalam sistem
konseling, yaitu seperangkat kegiatan konseling yang dirancang secara terencana,
terorganmisasi, terkoordinasi selama periode waktu tertentu dan dilakukan secara
kait mengkait untuk mencapai tujuan. Kejelasan dan ketepatan penyusunan
program memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan
konseling di sekolah. Tujuan penyusunan program ialah agar kegiatan konseling
di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif, dan efisien, serta hasil-hasilnya
dapat dievaluasi. Tersusun dan terlaksananya program konseling dengan baik
selain akan menjamin pencapaian tujuan konseling pada khususnya, tujuan
sekolah pada umumnya, juga akan lebih menegakkan akuntabilitas konseling di

sekolah. Pelaksanaan program konseling terfokus pada pengembangan pribadi,
pencegahan, dan pengatasan masalah siswa yang berkaitan dengan pribadi, sosial,
belajar, dan karir.

d) Tahapan
Tahapan sebagai komponen dalam sistem konseling yang digunakan oleh
konselor sebagai personil sistem dalam pemrosesan masukan menjadi keluaran.


e) Sarana
Sarana yang dimaksud dalam komponen instrumental sistem konseling,
yaitu ruangan, tempat duduk dan perlengkapan administrasi lain untuk kegiatan
konseling.

3) Environmental Input
Environmental input meliputi:

a) Norma
Norma adalah petunjuk yang harus dijalankan oleh konselor dan klien
sebelum, selama, dan sesudah kegiatan konseling. Norma konseling yang berupa
ketentuan berkenaan dengan pengembangan suasana interaksi yang akrab, hangat,
permisif, terbuka, dan kerahasiaan.

b) Tujuan
Tujuan dirumuskan berdasarkan kebutuhan siswa, perkembangan siswa
dan tuntutan lingkungan. Tujuan yang ditetapkan dalam konseling adalah target
yang harus dipenuhi, motivator bagi konselor dan klien, merupakan imbalan dari
hasil usaha, dan menyebabkan perubahan rencana. Tujuan konseling merupakan

kompas petunjuk arah ke mana konseling harus menuju, dan apa yang ingin
dicapai dari kegiatan konseling. Tujuan merupakan kondisi yang diinginkan
dalam sistem konseling setelah terjadi proses dari masukan menjadi keluaran.

c) Lingkungan
Lingkungan kehidupan nyata siswa di sekolah adalah lingkungan belajar
yang dapat mempengaruhi pengembangan dan memberikan pemuasan kebutuhan
siswa. Hakikat konseling terletak pada keterkaitan antara lingkungan belajar
dengan perkembangan siswa, dan konselor berperan sebagai fasilitator serta
perekayasa lingkungan. Lingkungan belajar adalah lingkungan terstruktur, sengaja
dirancang dan dikembangkan oleh konselor untuk memberi peluang kepada siswa
mempelajari perilaku-perilaku baru sesuai dengan kebutuhan siswa, norma, dan
tuntutan lingkungan kehidupan nyata.

b. Proses
Yang dimaksud proses dalam pengertian konseling sebagai system adalah
tahapan-tahapan konseling itu sendiri dan metode.

1. Tahap-tahap Konseling
Proses konseling dibagi dalam lima tahap sebagai berikut :


a) Tahap Analisis
Tahap kegiatan yang terdiri pengumpulan informasi dan data mengenai
klien.

b) Tahap Sintesis
Langkah merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang
sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat, kekuatan, kelemahan dan
kemampuan penyesuaian diri klien.

c) Tahap Diagnosis
Sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya
dapat menemukan ketetapan yang dapat mengarah kepada permasalahan, sebabsebabnya, sifat-sifat klien yang relevan dan berpengruh pada penyesuaian diri.
Diagnosis meliputi :

1) Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif misalnya dengan menggunakan
kategori Bordin dan Pepinsky
Kategori diagnosis Bordin:
a) dependence (ketergantungan)
b) lack of information (kurangnya informasi)
c) self conflict (konflik diri)
d) choice anxiety (kecemasan dalam membuat pilihan)

Kategori diagnosis Pepinsky:
a. lack of assurance (kurang dukungan)
b. lack of information (kurang informasi)
c. dependence (ketergantungan)
d. self conflict (konlflik diri)

2) Menentukan sebab-sebab, mencakup perhatian hubungan antara masa lalu,
masa kini, dan masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala.
Konselor menggunakan intuisinya yang dicek oleh logika, oleh reaksi klien,
oleh uji coba dari program kerja berdasarkan diagnosa sementara.
3) Prognosis

yang

sebenarnya

terkandung

didalam

diagnosis

misalnya

diagnosisnya kurang cerdas pronosisnya menjadi kurang cerdas untuk
pekerjaan sekolah yang sulit sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar
menjadi dokter. Kalau klien belum sanggup berbuat demikian, maka Konselor
bertanggung jawab dan membantu klien untuk mencapai tingkat pengambilan
tanggung jawab. Untuk dirinya sendiri, yang berarti dia mampu dan mengerti
secara logis, tetapi secara emosional belum mau menerima.

d) Tahap Konseling
Merupakan hubungan membantu klien untuk menemukan sumber diri
sendiri maupun sumber diluar dirinya, baik di lembaga, sekolah dan masyarakat
dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal, sesuai dengan
kemampuannya. Dalam kaitan ini ada lima jenis konseling adalah :

1. belajar terpimpin menuju pengertian diri
2. mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu
sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
3. Bantuan pribadi dan Konselor, agar klien mengerti dan trampil dalam
menggunakan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif.
5. Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran

e) Tahap Tindak Lanjut
Mencakup bantuan kepada klien dalam menghadapi maslaah baru dengan
mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin keberhasilan
konsleing. Teknik yang digunakan harus disesuaikan dengan individualitas klien.

f) Teknik Konseling

1. Pengunaan hungan intim (Rapport), Konselor harus menerima konseli dalam
hubungan yang hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar
dari hal-hal yang mengancam konseli.
2. Memperbaiki pemahaman diri, konseli harus memahami kekuatan dan
kelemahan dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya
mengatasi kelemahannya. Penafsiran data dan diagnosis dilakukan bersamasama dengan klien dan Konselor menunjukkan profil tes secara arif.
3. Pemberian nasehat dan perencanaan program kegiatan. Konselor mulai dari
pilihan, tujuan, pandangan atau sikap Konselor dan kemudian menunjukkan
data yang mendukung atau tidak mendukung dari hasil diagnosis. Penjelasan
mengenai pemberian nasihat harus dipahami klien.
4. menunjukkan kepada petugas lain (alih tangan) bila dirasa Konselor tidak dapat
mengatasi masalah klien.

2. Metode
Tiga metode pemberian nasehat yang dapat digunakan oleh Konselor :

a) Nasehat langsung (direct advising), dimana Konselor secara terbuka dan jelas
menyatakan pendapatnya.
b) Metode persuasif, dengna menunjukan pilihan yang pasti secara jelas.
c) Metode penjelasan, yang merupakan metode ynag paling dikehendaki dan
memuaskan. Konselor secara hati-hati dan perlahan-lahan menjelaskan data
diagnostic dan menunjukan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan
potensi konseli.
d) Melaksanakan

rencana,

yaitu

Konselor

memberikan

bantuan

dalam

menetapkan pilihan atau keputusan secara implementasinya.

c. Output (keluaran)
Output dari konseling sebagai sistem sesuai dengan tujuan awal yang ingin
dicapai misalnya saja individu yang mandiri. Setelah ada output, tahapan
selanjutnya adalah:
1) Evaluasi
Evaluasi di sini maksudnya adalah untuk menilai apakah individu yang
telah melakukan konseling sudah mencapai tujuan yang diharapkan.

2) Tindak Lanjut
Tindak lanjut dalam proses konseling ini dimaksudkan untuk memberikan
tindakan lanjutan atau perlakuan lanjutan apabila klien dirasa memang masih
membutuhkan tindak lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
https://windaayuw.wordpress.com/2013/11/19/konseling-sebagai-sistem/
https://selladwi.wordpress.com/2014/01/16/konseling-sebagai-sistem-bimbingandan-konseling/