Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi Antarkelompok
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi Antarkelompok
Ahmad Sihabudin dan Suwaib Amiruddin
ABSTRACT Baduy community is one of ethnics known as Isoated Custom Comunity (Komunitas Adat
Terpencil). The research is a quantitative research, using survey methode. The data was colected from sample of population. The research is aimed to describe the correlation and effect among variables by hypotesis test, called as explanatory research. The result shows that social distance in Baduy Dalam Community deeply determines the effectivity of Ciboleger communication. It means, the farther social distance in Baduy Community is the less effective Ciboleger communication is. Discriminations in Baduy Dalam Community does not determine the communication effectiveness in Ciboleger Community. Social distance both in Baduy Dalam and Baduy Luar effects one to another in term of effective communication between them. Social distance in Baduy Dalam effects their communication with Baduy Luar. The farther social distance in Baduy Dalam is, the less effective the communication is. Discrimination in Baduy Dalam community deeply determines the communication effectiveness with Baduy Luar.
Kata kunci: masyarakat baduy, prasangka sosial, komunikasi antarkelompok
1. Pendahuluan
suatu lahan studi yang menarik, antara lain dapat menyelidiki pertanyaan dan jawaban tematis
1.1 Latar Belakang Masalah
tentang : apa, mengapa, siapa, di mana, kapan, dan bagaimana terjadi hubungan atau interaksi
Indonesia merupakan suatu bangsa yang dalam setiap kelompok masyarakat itu; telah, masyarakatnya majemuk. Kemajemukan itu sedang, bakal terjadi. Semua konsep tersebut terbentuk, antara lain, karena beragamnya latar sebenarnya dapat dikaji secara ilmiah melalui sudut belakang bangsa dalam hal suku, agama, ras, dan pandang ilmu antropologi, sosiologi, psikologi, golongan (Koentjaranigrat, 1982:49). Ditinjau dari psikologi-sosial, linguistik, maupun kajian paradigma politik, kemajemukan bisa mengandung interdisipliner, seperti ilmu komunikasi. masalah, karena dapat menjadi pemicu lahirnya
Semboyan Bhineka Tunggal Ika yang tertulis disintegrasi nasional. Sedangkan ditinjau dari di lembar pita yang dicengkeram burung Garuda
paradigma keilmuan, kemajemukan bisa merupakan bukan hanya slogan belaka. Semboyan tersebut Ahmad Sihabudin dan Suwaib Amiruddin. Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi...
201
M EDIA T OR, Vol. 9 No.1 Juni 2008 202 Vol. 9 No.1 Juni 2008
dipilih karena memang demikianlah kondisi bangsa ini. Perbedaan yang ada bukan menjadi penyebab pertentangan, namun seharusnya menjadi perekat dan penyatu segala perbedaan yang ada. Berbicara mengenai komunitas adat terpencil, memang tidak bisa terlepas dari beragamnya budaya yang ada di Indonesia. Masing-masing budaya memeliki keunikan tersendiri. Pertanyaannya adalah apakah kebudayaan yang ada tersebut dapat menjadi daya tarik bagi pariwisata, misalnya, atau memang dengan sengaja dijaga agar jangan sampai mendapatkan akses yang membuat mereka menjadi semakin pintar dan lambat laun akan meninggalkan budaya yang ada? Penulis mencoba menyoroti salah satu suku yang ada di Indonesia, yaitu suku Baduy.
Secara administratif, wilayah Baduy atau biasa pula disebut wilayah “Rawayan” atau wilayah “Kanekes”, termasuk dalam desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar, kabupaten Lebak, Provinsi Banten (dulu masuk wilayah Jawa Barat). Wilayah yang dihuni Orang Baduy ini berada pada kawasan pegunungan Kendeng yang juga sebagiannya merupakan hutan lindung. Wilayahnya berbukit- bukit, dan pemukiman biasanya berada di wilayah lembah bukit, pada daerah-daerah datar dekat sumber air tanah atau sungai.
Wilayah Baduy sekarang memiliki luas 5.101,85 hektar, jauh lebih kecil dibandingkan dengan keadaan pada abad ke-18 yang terbentang mulai dari kecamatan Leuwidamar (sekarang) sampai ke Pantai Selatan. Batas desa seperti yang ada sekarang, dibuat pada permulaan abad ke-20, bersamaan dengan pembukaan perkebunan karet di desa Leuwidamar oleh pemerintah Hindia Belanda yang dilaksanakan oleh Patih Derus (Iskandar, 1992:21-23; Garna,1993:121-125).
Sebutan “Orang Baduy” atau Urang Baduy yang digunakan untuk kelompok masyarakat ini bukan berasal dari mereka sendiri. Penduduk wilayah Banten Selatan yang sudah beragama Is- lam, biasa menyebut masyarakat yang suka berpindah-pindah, seperti halnya orang Badawi di Arab, dengan sebutan “Baduy”. Orang-orang Belanda seperti Hoevell, Jacobs, Meijer, Penning, Pleyte, Trcht, dan Geise, menyebut mereka badoe’i,
badoej, badoewi, dan orang knekes seperti dikemukakan dalam laporan-laporannya. Sekitar tahun 1980-an, ketika KTP (kartu Tanda Penduduk) diberlakukan di sini, hampir tidak ada yang menolak dengan sebutan Orang Baduy. Walaupun, sebutan diri yang biasa mereka gunakan adalah Urang Kanekes, Urang Rawayan, Urang Tangtu (Baduy Dalam) dan Urang panamping (Baduy Luar). Nama “Baduy” mungkin diambil dari nama sungai Cibaduy dan nama gunung Baduy yang kebetulan berada di wilayah Baduy (Garna, 1993:120).
Masyarakat Baduy adalah salah satu etnik yang dapat dikatakan sebagai komunitas yang mengisolir diri, atau dalam istilah sekarang Komunitas Adat Terpencil sebagai pengganti istilah Masyarakat Terasing. Selanjutnya, istilah tersebut dikukuhkan dengan Surat Keputusan Presiden No 111 tahun 1999. Dalam Surat keputusan Presiden itu disebutkan bahwa Pengertian Komunitas Adat Terpencil adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, maupun ekonomi.
Secara umum, masyarakat Baduy terbagi menjadi tiga kelompok, yakni tangtu (pendahulu, cikal bakal, pokok); panamping (pinggir, buangan); dan dangka (rangka, kotor). Tangtu dan panamping berada di wilayah desa Kanekes, sedang dangka terdapat di luar desa Kanekes. Bila dilihat dari tingkat ketaatan pada adat, maka tangtu lebih tinggi dari panamping, dan panamping lebih tinggi dari dangka. Meski demikian, pengelompokan yang sering digunakan adalah tangtu merujuk pada masyarakat Baduy Dalam, sedangkan panamping dan dangka merujuk pada masyarakat Baduy Luar. Baduy Dalam (disebut juga Baduy Jero, Urang kajeroan) sebagai pemegang adat yang teguh, memiliki tiga kampung, yaitu (1) Cikeusik, disebut juga tangtu Pada Ageung, (2) Cibeo, disebut juga tangtu Parahiyangan, dan (3) Cikartawana, disebut juga tangtu Kujang. Ketiga kampung suci ini disebut juga sebagai telu tangtu (tiga tangtu).
Orang Baduy menganggap bahwa ketiga tangtu tersebut sebagai tanah larangan, yakni
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
daerah yang dilindungi dan tidak sembarang or- efektivitas komunikasi dengan para komunikan dari ang dapat masuk dan berbuat sekehendaknya. kelompok lain. Sedangkan Baduy Luar terdiri dari sekitar 50
Perbedaan persepsi para komunikator dari kampung yang tersebar di sebelah barat, timur, dan setiap kelompok tentang pesan-pesan; stereotip, utara dari Baduy Dalam. Di sebelah selatan, tidak jarak sosial, sikap diskriminasi serta efektivitas ada pemukiman/kampung, kecuali Sasaka Domas komunikasinya pada para komunikan dari tempat atau objek pemujaan yang dianggap pal- kelompok lain. Melihat variabel-variabel lain ing suci bagi Orang Baduy (Danasasmita, 1986; (variabel anteseden) yang memengaruhi persepsi Garna, 1993, Permana, 2001).
para komunikator dari setiap kelompok terhadap Masyarakat Baduy mengenal dua sistem pesan-pesan tentang; stereotip, jarak sosial, sikap pemerintahan, yakni sistem nasional dan sistem diskriminasi serta efektivitas komunikasi pada para tradisional (adat). Dalam sistem nasional, komunikan dari kelompok lain. masyarakat Baduy termasuk dalam wilayah desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar, kabupaten
1.2 Permasalahan Penelitian
Lebak, provinsi Banten. Desa Kanekes dipimpin oleh kepala desa yang disebut jaro pamarentah (1) Bagaimana efektivitas komunikasi yang dialami (awalnya disebut jaro warega, dan pada jaman
oleh para komunikator dari setiap kelompok (Suku Baduy Luar - Suku Baduy Dalam-
kolonial disebut jaro gubernemen). Sedangkan, secara tradisional pemerintahan pada masyarakat
Masyaraka Ciboleger Lebak dan Wisatawan) Baduy bercorak kesukuan disebut kapuunan,
dengan para komunikan dari kelompok lain? karena puun merupakan pimpinan tertinggi. Ada (2) Bagaimana pesan-pesan prasangka sosial tiga orang puun di wilayah Baduy, masing-masing
(stereotip, jarak sosial, dan sikap diskriminasi) puun Cikeusik, puun Cibeo, dan puun Cikartawana,
dari para komunikator setiap kelompok yang merupakan “tritunggal”. Para puun dibantu
memengaruhi efektivitas komunikasi dengan oleh jaro (pelaksana harian kapuunan), girang
para komunikan dari kelompok lain? seurat (pemangku adat), baresan (keamanan), dan (3) Bagaimana perbedaan persepsi para tangkesan (kepala dukun).
komunikator dari setiap kelompok tentang Di Baduy Luar, tidak ada puun, pemimpin
pesan-pesan; stereotip, jarak sosial, sikap tertinggi di sini dipegang oleh jaro (sebagai kepala
diskriminasi serta efektivitas komunikasinya kampung) beserta pembantu-pembantunya (Garna,
pada para komunikan dari kelompok lain? 1993, Permana,2001).
(4) Bagaimana variabel-variabel lain (variabel Salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh
anteseden) mempengaruhi persepsi para setiap masyarakat majemuk adalah komunikasi
komunikator dari setiap kelompok terhadap antaretnik. Seringkali hasil komunikasi antaretnik
pesan-pesan tentang; stereotip, jarak sosial, adalah munculnya perasaan kurang terbuka
sikap diskriminasi serta efektivitas komunikasi antaretnik, kurang empati, selalu berpikir negatif,
pada para komunikan dari kelompok lain? kurang memberikan dukungan dan menjaga
1.3 Tujuan Penelitian
keseimbangan.
Penelitian ini difokuskan pada efektivitas Tujuan penelitian ingin mengetahui: komunikasi yang dialami oleh para komunikator dari setiap kelompok (Suku Baduy Luar - Suku (1) Efektivitas komunikasi yang dialami oleh para Baduy Dalam- Masyarakat Ciboleger Lebak, dan
komunikator dari setiap kelompok (Suku Wisatawan) dengan para komunikan dari kelompok
Baduy Luar - Suku Baduy Dalam- Masyaraka lain. Pesan-pesan prasangka sosial (stereotip, jarak
Ciboleger Lebak dan Wisatawan) dengan sosial, dan sikap diskriminasi) dari para
para komunikan dari kelompok lain? komunikator setiap kelompok mempengaruhi (2) Pesan-pesan prasangka sosial (stereotip, jarak
Ahmad Sihabudin dan Suwaib Amiruddin. Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi...
suatu masyarakat. Keterikatan itu memperkuat rasa (3) Perbedaan persepsi para komunikator dari kita (in group) dan berprasangka negatif terhadap setiap kelompok tentang pesan-pesan; rasa mereka (out group). Sumner yakin bahwa stereotip, jarak sosial, sikap diskriminasi, serta setiap etnik tanpa kecuali memiliki etnosentrsime, efektivitas komunikasinya pada para demikian kuatnya etnosentrisme, sehingga komunikan dari kelompok lain?
prasangka sosial yang mempengaruhi perilaku (4) Variabel-variabel lain (variabel anteseden) seseorang termasuk perilaku berkomunikasi. memengaruhi persepsi para komunikator dari
Menurut DeVito (1998:157) kelompok- setiap kelompok terhadap pesan-pesan kelompok yang hidup di tengah-tengah tentang; stereotip, jarak sosial, sikap masyarakat dapat dikatakan sebagai sebuah diskriminasi serta efektivitas komunikasi pada subkultur dalam sebuah kultur yang lebih besar. para komunikan dari kelompok lain?
Ini dapat didasarkan atas agama, wilayah geografis, pekerjaan, orientasi, afeksi, suku bangsa,
1.4 Kegunaan Penelitian
kebangsaan, minat, kondisi hidup, dan sebagainya. Zastrow (1989:483), berpendapat setiap kelompok
Penelitian ini berguna sebagai proses belajar etnik merupakan himpunan manusia karena dalam mengaplikasikan konsep-konsep teori dan kesamaan ras, agama, asal usul bangsa atau model komunikasi dalam komunitas adat terpencil, kombinasi dari kategori-kategori itu. Kelompok ini yang didasarkan pada teori dan pengamatan mempunyai keterikatan etnik yang tinggi, melalui (empirik). Tujuan penelitian ini sebagai berikut:
sikap etnosentrisme orang cenderung memandang (1) Dari segi keilmuan, hasil penelitian ini norma dan nilai kelompok budayanya sebagai
diharapkan sebagai khazanah untuk sesuatu yang absolut dan dapat digunakan sebagai memperkaya kajian ilmu komunikasi. standar untuk mengukur dan bertindak terhadap Diharapkan adanya perluasan segi-segi teoretis kebudayaan lain. komunikasi antarbudaya, dengan melahirkan
Asumsi teoretis itu, menjelaskan bahwa dalil-dalil baru yang dapat menunjang etnosentrisme sangat berperan membentuk
penelitian sejenis pada masa yang akan prasangka sosial dalam mencapai efektivitas datang.
komunikasi antarkelompok. Konsep ini dapat (2) Dari segi praktis diharapkan bermanfaat untuk dijadikan sebagai suatu paradigma untuk meneliti
menangani masalah-masalah prasangka sosial komunikasi anggota masyarakat dengan latar yang terjadi, khususnya pada masyarakat belakang kelompok yang beragam. Setiap Baduy, maupun masyarakat dalam kategori adat masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi oleh terpencil lainnya yang memiliki karakteristik kebudayaan yang berbeda selalu mengahadapi yang sama dan menyusun kebijakan tentang masalah etnosentrisme. Perbedaan itu merupakan pembangunan komunitas adat terpencil yang akibat dari perbedaan folkways yang dimiliki setiap berorientasi kesejahteraan dan kelestarian adat masyarakat yang kemudian dapat mencuat dalam dan lingkungan.
bentuk perpecahan yang mengarah ke disintegrasi sosial. Untuk mencegah terjadinya disintegrasi,
2. Tinjauan Pustaka
maka peranan komunikasi (antarpribadi, kelompok,
2.1 Perspektif Etnosentris
organisasi, publik, dan massa) sangat penting membangun makna-makna yang sama terhadap
Perspektif etnosentrisme dari Graham Sumner setiap pesan yang berfungsi menumbuhkan (1906) memandang masyarakat sebagai proses integrasi dan solidaritas bangsa.
204 M EDIA T OR, Vol. 9 No.1 Juni 2008
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
2.2 Perasangka Sosial
hambatan bagi suatu kegiatan komunikasi. Oleh karena itu orang-orang yang memunyai prasangka
Dalam istilah psikologi sosial, prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan sosial merupakan sikap perasaan orang-orang menentang komunikator yang melakukan terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras, komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita atau kebudayaan yang berlainan dengan menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka kelompoknya. Prasangka sosial terdiri atas atti- tanpa menggunakan pikiran dan pandangan kita tude-attitude sosial yang bersifat negatif terhadap
terhadap fakta yang sebenarrnya. Andai seseorang golongan lain. Prasangka sosial memengaruhi sudah dihinggapi prasangka terhadap orang lain,
tingkah laliu orang terhadap golongan manusia lain maka apapun yang dilakukan orang itu akan itu. Prasangka sosial lambat laun memunculkan diangganya negatif. sikap diskriminatif tanpa alasan-alasan objekktif (Gerungan, 1996:167).
2.3 Konsep Stereotip
Istilah prasangka (prejudice) berasal dari kata
latin prejudicium, yang berarti suatu preseden, Hubungan antara prasangka dengan atau suatu penilaian berdasarkan keputusan dan efektivitas komunikasi demikian eratnya karena pengalaman terdahulu (Allport 1954:6). Prasangka prasangka (sebagai sikap yang umumnya negatif) pada dasarnya cara pandang atau perilaku menjadi dasar pembentuk komunikasi seseorang terhadap orang lain secara negatif. Itu antarkelompok. Ketiga faktor tersebut dalam sebabnya, prasangka sangat potensial konsep komunikasi merupakan pesan-pesan yang menimbulkan kesalahpahaman ketimbang dikirimkan oleh para komunikator dari setiap kesepahaman dalam berkomunikasi (Purwasito, kelompok yang diduga memengaruhi efektivitas 2003:178).
komunikasi dengan para komunikan dari kelompok Terkait konsep itu, menurut Johnson lain. (1986:356) prasangka yang didasari pada rasisme
Penelitian ini menekankan hubungan dan etnisitas erat dengan keberhasilan komunikasi antarmanusia, yaitu hubungan antarpribadi dari sesama manusia. Prasangka, menurut Poortinga komunikator dengan komunikan antarkelompok (1990:591), terdiri dari tiga faktor utama, yaitu: (1) dalam situasi kelompok yang diwarnai oleh masing- stereotip; (2) jarak sosial; dan (3) diskriminasi itu masing visi dan misi kelompok. Hubungan itu berhubungan dengan efektivitas komunikasi; yang mengikuti proses komunikasi yang terdiri dari oleh Devito (1978:261) sangat tergantung dari sumber dan penerima (komunikator dan komunikan faktor-faktor; (1) keterbukaan; (2) empati; (3) yang berasal dari kelompok-kelompok yang perasaan postif; (4) dukungan; dan (5) berbeda). keseimbangan.
Dalam penelitian ini, istilah antarbudaya Lain halnya Alport (1954:6) yang berpendapat merupakan istilah yang banyak digunakan untuk bahwa prasagka telah mengalami transformasi. menjelaskan interaksi, relasi, hubungan, Pada mulanya, prasangka merupakan pernyataan komunikasi antara mereka yang berbeda latar yang hanya didasarkan pada pengalaman dan belakang
kebudayaannya, misalnya keputusan yang tidak teruji terlebih dahulu. antarkelompok. Gudykunst dan Asante (1989:10), Pernyataan ini bergerak pada suatu skala suka tidak mengemukakan bahwa inti tema penelitian suka, mendukung tidak mendukung terhadap sifat- komunikasi antarbudaya adalah komunikasi sifat tertentu. Pengertian prasangka kini mengarah antarpribadi diantara para anggota dari latar pada pandangan emosional dan bersifat negatif belakang budaya yang berbeda, apakah ras, terhadap seseorang atau sekelompok orang kelompok etnik, atau golongan. tetentu.
Beberapa studi yang berkaitan dengan tema Asumsi di atas tersimpulkan bahwa hubungan antaretnik dari Bruner (1969); Schweizer prasangka merupakan salah satu rintangan atau (1983) dalam Mulyana dan Rakhmat, (1989);
Ahmad Sihabudin dan Suwaib Amiruddin. Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi...
Pranowo dalam Soemarjan, 1988; Hstede dalam kebudayaan , komunikasi); dan (2) penelitian- Mulyana dan Rakhmat, 1989; Pelly (1989); Riset peelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema yang dilakukan oleh Aloysius Liliweri, 1994 penelitian ini yang pada akhirnya menghasilkan (disertasi) Komunikasi Antaretnik pada warga
18 proposisi.
masyarakat Kupang, penelitian diarahkan kepada etnik-etnik yang ada di kota Kupang, bagaimana
2.4 Hipotesis
mereka saling berkomunikasinya; dan Sihabudin (1999) penelitian pada “Pendapat-Pendapat
Untuk menjawab pertanyaan penelitian maka Antaretnik dikalangan mahasiswa Sunda, Batak, saya mengemukakan suatu hipotesis umum/utama Minang dan Jawa di Jakarta.”
yang menjelaskan pengaruh prasangka sosial
Kaitan konsep itu, konsep antaretnik dari terhadap efektivitas komunikasi antaretnik. David K Berlo dan Joseph DeVito. Mereka
(1) Jika seorang komunikator dari suatu etnik mengartikan komunikasi antarbudaya (baca:
mempunyai pandangan semakin positif antaretnik) sebagai bentuk komunikasi antarpribadi
terhadap pesan-pesan tentang ciri-ciri dan dari komunkator dan komunikasi yang berbeda
sifat-sifat khas (stereotif) etnik lain; etniknya. Efektivitas komunikasi antarpribadi itu (2) Semakin dekat pilihannya terhadap beragam sangat ditentukan oleh faktor-faktor. keterbukaan,
bentuk interaksi sosial (jarak sosial) dengan empati, perasaan positif, memberikan dukungan,
etnik lain;
dan memelihara keseimbangan. Sedangkan untuk (3) Semakin kuat ia meolak pesan-pesan tentang prasangka (sosial) kajian ini menggunakan konsep
bentuk diskriminasi (sikap diskriminasi) Gordon Allport dan Poortinga yang menentukan
terhadap etnik lain maa sikapnya semain tiga faktor utama prasangka, yaitu stereotif, jarak
terbuka, empati, positif, mendukung dan sosial, dan sikap diskriminatif.
memlihara kesimbangan dalam berkomunikasi Untuk variabel sikap diskriminasi antaretnik
dengan etnik lain.
ditentukan oleh derajat penerimaan komunikator atas bentuk-benuk diskriminasi terhadap
3. Metode Penelitian
komunikan etnik lain. Misalnya,(1) mengurangi
3.1 Jenis Penelitian
peranan komunikan; (2) menghalangi kemajuan; (3) menyingkirkannya; (4) meutasikannya dari
Jenis penelitian ini adalah survei, yang suatu pekerjaan atau kedaerah lain; (5) datanya dikumpulkan dari sampel sebagai contoh
membebaninya dengan tugas yang lebih berat; (6) atas populasi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan dispensasi sebagai hukuman menjelaskan hubungan, kontribusi, serta pengaruh terselubung; (7) mendeskriditkan nama bainya; (8) antara variabel yang satu terhadap variabel yang tindak kekerasan fisik; (9)menekan psikologisnya; lain melalui pengujian hipotesis. Dengan demikian, dan (10) menolak, membatasi, menutup peluang penelitian ini bersifat explanatory research. mendapatkan rezeki.
Hubungan antara prasangka dengan
3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
efektivitas komunikasi, sangat erat, karena Penelitian ini meliputi beberapa variabel, yaitu: prasangka diasumsikan sebagai dasar pembentuk (1) stereotip; (2) jarak sosial; (3) sikap diskriminasi
perilaku komunikasi. Karena itu saya menjadikan (variabel bebas); dan (4) efektivitas komunikasi hubungan antarkonsep ini sebagi paradigma untuk (variabel tidak bebas). meneliti kondisi prasangka sosial dan efektivitas (1) Stereotip, yang dimaksud stereotip dalam komunikasi antaretnik dalam suatu masyarakat
penelitian ini adalah pesan yang berisi suatu majemuk seperti dialami orang Kupang. Paradigma
pandangan, pendapat seorang komunikator tersebut merupakan simpulan dari (1) hasil kajian
dari suatu kelompok terhadap komunikan dari pelbagai teori (evolusi, etnosentrisme, prasangka,
kelompok lain. Pandangan itu merupakan 206
M EDIA T OR, Vol. 9 No.1 Juni 2008
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
pesan yang berisi persepsi dan reaksi terhadap tahap: pemisahan berdasarkan kelompok; pesan-pesan tentang ciri-ciri dan sifat-sifat pemindahan data dari daftar pertanyaan ke tabel- khas yang unik dari komunikan melalui tabel dalam buku kerja atau work sheet; perbandingan atraksi komunikator dan pemeriksaan kelengkapan data yang telah dihitung komunikan.
skor akhir; dan pemindahan skor ke dalam tabel (2) Jarak Sosial, yang dimaksud jarak sosial hasil penelitian dengan bantuan program dalam penelitian ini adalah pesan yang berisi komputer. derajat penerimaan seorang komunikator dari
Pengujian hipotesis dilakukan dengan: suatu kelompok terhadap komunikan dari distribusi frekuensi; analisis varians; korelasi; dan kelompok lain dalam pelbagai bentuk interaksi analisis regresi. sosial.
Subhipotesis:
(3) Sikap Diskriminasi, yang dimaksud diskriminasi dalam penelitian ini adalah pesan (1) Semakin positif stereotip terhadap komunikan dari seorang komunikator suatu kelompok
dari kelompok lain (Baduy dalam, Baduy Luar X1 = stereotip intrakelompok
X2 = stereotip antarkelompok X3 = jarak sosial intrakelompok
X4 = jarak sosial antarkelompok X5 = sikap diskriminasi intrakelompok
X6 = sikap diskriminasi antarkelompok Y1= efektivitas komunikasi
Y2 = efektivitas komunikasi Intrakelompok
antarkelompok
tertentu terhadap komunikan dari kelompok dan Masyarakat Ciboleger) maka semakin lain tentang derajat penolakan penerapan
efektif komunikasinya dengan mereka. Y2 bentuk-bentuk diskriminasi terhadap setiap
X2.
komunikan kelompok lain. (2) Semakin dekat jarak sosial seseorang dengan (4) Efektivitas Komunikasi, yang dimaksud
kelompok lain (Baduy dalam, Baduy Luar dan efektivitas komunikasi dalam penelitian ini
Masyarakat Ciboleger) maka semakin efektif adalah suasana kebathinan yang
komunikasinya dengan mereka. Y2 X4. menyenangkan antara komunikator dari suatu (3) Semakin kuat seseorang menolak penerapan kelompok dengan komunikan dari kelompok
bentuk-bentuk diskriminasi terhadap kelompok lain.
lain (Baduy dalam, Baduy Luar dan Masyarakat Ciboleger) maka semakin efektif
3.3 Teknik Pengumpulan Data
komunikasinya dengan mereka. Y2 X 6. (4) Semakin positif pandangan stereotip
Data primer dikumpulkan melalui daftar antarkelompok, semakin dekat jarak sosial pertanyaan berbentuk skala semantic differential.
seseorang dengan kelompok lain (Baduy Tambahan informasi terhadap daftar pertanyaan
dalam, Baduy Luar dan Masyarakat Ciboleger) yang telah dikumpulkan dilakukan melalui
maka semakin efektif komunikasinya mereka. wawancara. Sedangkan data skunder yang
Y2 X2 X4.
berkaitan dengan variabel penelitian bersumber (5) Semakin positif pandangan stereotip dari pustaka, rekaman, keterangan lisan dari pakar
antarkelompok, semakin kuat seseorang yang mengetahui tentang masalah yang diteliti.
menolak penerapan bentuk-bentuk diskriminasi terhadap kelompok lain (Baduy
dalam, Baduy Luar dan Masyarakat Ciboleger), Data hasil penelitian diproses melalui tahap-
3.4 Teknik Analisis Data
maka semakin efektif komunikasinya dengan
Ahmad Sihabudin dan Suwaib Amiruddin. Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi...
kelompok lain. Y2 Y1 X3 X4. bentuk interaksi sosial dengan kelompok lain, (9) Jika seseorang semakin kuat menolak bentuk- semakin kuat ia menolak bentuk-bentuk
bentuk diskriminasi intrakelompok dan diskriminasi terhadap kelompok lain (Baduy
antarkelompok maka komunikasi dalam, Baduy Luar dan Masyarakat Ciboleger),
intrakelompok semakin efektif. Semakin efektif maka semakin efektif komunikasinya dengan
komunikasi intrakelompok maka semakin efektif kelompok lain. Y2 X4 X6
pula komunikasi dengan kelompok lain. Y2 Y1 (7) Jika pandangan seseorang semakin positif
X5 X6.
tentang stereotip intrakelompok, dan Rancangan riset dengan merujuk kepada antarkelompok maka
komunikasi hipotesis dapat dijelaskan melalui tahap-tahap intrakelompok semakin efektif. Semakin efektif pada gambar 1.
Gambar 1.
komunikasi intrakelompok maka semakin efektif pula komunikasi dengan kelompok lain. Y2 Y1
3.5 Populasi dan Sampel
X1 X2. Populasi adalah kelompok Suku Baduy Dalam, (8) Jika pilihan terhadap bentuk-bentuk interaksi Suku Baduy Luar, dan Masyarakat Ciboleger. sosial dengan intrakelompok dan Ukuran sampel untuk penelitian ini pada dasarnya antarkelompok semakin mendekat maka ditentukan oleh tipe pengujian hipotesis. Ada dua komunikasi intrakelompok semakin efektif. tipe pengujian, yaitu analisis regresi dan uji beda. Semakin efektif komunikasi intrakelompok Karena itu ukuran sampel dapat ditentukan
208 M EDIA T OR, Vol. 9 No.1 Juni 2008
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
berdasarkan korelasi dan perbedaan rata-rata. yang diperoleh nilai GFI = 0,99, maka koefisien Populasi penelitian ini heterogen sehingga
determinan (R 2 ) mendekati angka 1. Berarti perlu di bagi dalam subpopulasi yang lebih
model struktural tersebut memiliki keakuratan homogen, dengan membagi ke dalam 3 startum.
dalam memprediksi suatu variabel oleh variabel Stratum Suku Baduy Dalam, Suku Baduy Luar, dan
lainnya.
Masyarakat Ciboleger. Menurut Mendehal (1971: Dengan demikian efektivitas komunikasi dapat 54), metode penarikan sampel yang tepat adalah
diprediksi oleh jarak sosial, dengan kata lain sampel acak berstrata (stratified random sam-
perbedaan jarak sosial akan menentukan pling).
tingkat efektivitas komunikasi. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai g (gama)
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
sebesar 0,63 artinya jarak social berpengaruh besar terhadap efektivitas komunikasi.
4.1 Analisis Hubungan Antar Variabel
(c) Pengujian model pengukuran
4.1.1 Pendapat Orang Baduy Dalam terhadap
Model pengukuran yang dimaksud adalah
Masyarakat Ciboleger
pemeriksaan mengenai reliabilitas dan veliditas
Pengaruh Jarak Sosial (X 1 ) terhadap
intrumen.
Validitas instrumen menurut Masrun dalam (a) Pengujian goodness of fit
Efektivitas Komunikasi (Y 1 ).
Solimun (2002) menyatakan bahwa bilamana Model dikatakan fit bilamana pengembangan
koefisien korelasi antara skor suatu indikator model hipotetik secara konseptual dan teoritis
dengan skor total seluruh indikator lebih besar didukung oleh data empirik. Uji goodness off
0,3 (r ³ 0,3), maka instrumen tersebut dianggap fit adalah dengan mengetahui nilai cut off-nya
valid. Dalam SEM besar kecilnya tingkat
validitas setiap indikator (variabel manifest) AGFI (Solimun, 2002). Berdasarkan data yang
antara lain: Nilai cut off RMSEA, X 2 , GFI dan
dalam mengukur variabel laten ditunjukkan
oleh besar kecilnya loading (l) pada analisis 0,05, GFI > 0,90 dan AGFI > 0,90 hal ini
telah diolah diperoleh RMSEA < 0,08, X 2 =p>
dengan data standardized. Dimana semakin menunjukkan bahwa model tersebut adalah fit
besar l merupakan indikasi bahwa indikator (baik). Artinya model tersebut layak diajukan
yang bersangkutan semakin valid sebagai untuk menduga hipotesis penelitian, sehingga
instrumen pengukur variabel laten tersebut. model baik untuk digunakan menduga
Sedangkan pemeriksaan besar kecilnya populasi. Dengan demikian model tersebut tingkat reliabilitas setiap indikator dalam SEM
dapat digunakan sebagai landasan untuk ditunjukkan oleh nilai error (d delta untuk variabel merumuskan model keterikatan antara “jarak exogen dan e epsilon untuk variabel endogen) pada sosial dengan efektivitas komunikasi”.
analisis dengan data standardized. Reliabilitas tiap indikator = 1 - d untuk variabel exogen dan = 1 - e
(b) Pengujian model struktural untuk variabel endogen. Semakin kecil nilai error, Pengujian model ini untuk mengetahui menunjukkan indikator tersebut memiliki reliabilitas
keakuratan model struktural dalam kaitannya yang tinggi sebagai instrumen pengukur variabel dengan prediksi yang akan dilakukan dapat laten yang bersangkutan. diperiksa melalui koefisien determinan total
Berdasarkan hasil pengolahan data di peroleh ). Seperti dalam analisis regresi, nilai R
nilai l (lamda) pada umumnya besar, baik pada berkisar antara 0 sampai dengan 1, dan model variabel manifest untuk mengukur variabel laten
(R 2 2
dikatakan baik bilamana nilainya besar jarak social maupun pada variabel manifest untuk (mendekati 1). Menurut Solimun (2002) bahwa mengukur variabel laten efektivitas komunikasi.
nilai R 2 dalam regresi tersebut mirip dengan Dengan demikian pada umumnya indikator- GFI pada goodness of fit. Berdasarkan data indikator tersebut adalah valid. Sedangkan nilai d
Ahmad Sihabudin dan Suwaib Amiruddin. Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi...
(delta) dan e (epsilon) untuk variabel exogen (jarak mengubah tingkat efektivitas komunikasi. sosial) maupun variabel endogen (efektivitas
Namun demikian dari hasil pengolahan data komunikasi) pada umumnya relatif kecil, jadi dapat
diperoleh nilai g (gama) sebesar 0,03 artinya dinyatakan bahwa setiap indikator pada variabel
bentuk-bentuk diskriminasi pengaruhnya exogen (jarak sosial) maupun variabel endogen
sangat kecil sekali terhadap efektivitas (efektifitas komunikasi) adalah reliable.
komunikasi. Angka ini dapat diabaikan, artinya Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan
hampir tidak ada pengaruh bentuk-bentuk bahwa jarak sosial pada masyarakat Baduy Dalam
diskriminasi terhadap efektivitas komunikasi, sangat menentukan terhadap efektivitas
walaupun berpeluang untuk memengaruhi. komunikasi dengan masyarakat Ciboleger. Artinya
semakin jauh jarak social masyarakat Baduy Dalam, (c) Pengujian model pengukuran
maka semakin tidak efektif berkomunikasi dengan Besar kecilnya l (lamda) pada analisis dengan masyarakat Ciboleger, sebaliknya semakin pendek
data standardized menentukan besar kecilnya jarak sosial masyarakat Baduy Dalam, maka
tingkat validitas setiap indikator (variabel mani- semakin efektif berkomunikasi dengan masyarakat
fest) dalam mengukur variabel laten. Jika nilai l Ciboleger.
besar berarti indikator tersebut semakin valid
2. Pengaruh Bentuk-bentuk Diskriminasi (X ) sebagai instrumen pengukur variabel laten. terhadap Efektivitas Komunikasi (Y 2
Dalam hal ini variabel bentuk-bentuk
(a) Pengujian goodness of fit
diskriminasi dan variabel efektivitas Berdasarkan data yang telah diolah diperoleh
komunikasi.
RMSEA = 0,00 < 0,08, dan p-value = 0,9977 > Tingkat reliabilitas setiap indikator diketahui 0,05 berarti bahwa model tersebut memenuhi dengan melihat nilai error (delta) dan (epsilon)
syarat goodness of fit. Jadi rumusan model pada analisis dengan data standardized. Jika nilai kaitan antara variabel bentuk-bentuk error kecil berarti indikator tersebut tingkat diskriminasi dengan variabel efektivitas reliabilitasnya tinggi dalam pengukur variabel laten. komunikasi layak diajukan untuk menduga
Menurut data yang diolah di peroleh l (lamda) hipotesis penelitian, yang selanjutnya dapat yang sebagian besar nilainya tinggi, baik pada
dilakukan generalisasi terhadap populasi. variabel manifest untuk mengukur variabel laten Model tersebut dapat digunakan untuk bentuk-bentuk diskriminasi maupun pada variabel mengetahui pengaruh variabel bentuk-bentuk manifest untuk mengukur variabel laten efektivitas
diskriminasi (X 2 ) terhadap variabel efektivitas komunikasi. Hal ini berarti indikator-indikator komunikasi (Y
1 ). nilai d (delta) dan e (epsilon) untuk variabel bentuk-
tersebut sebagian besar adalah valid. Begitu juga
(b) Pengujian model struktural
bentuk diskriminasi maupun variabel efektivitas Memperhatikan hasil pengolahan data komunikasi, sebagian besar nilai relatif kecil, diperoleh GFI sebesar 0,83 berarti koefisien sehingga dapat dikatakan indikator-indikator
determinan total (R 2 ) relatif mendekati angka tersebut adalah reliable, baik pada variabel laten
1, maka model tersebut dapat dikatakan baik. bentuk-bentuk diskriminasi maupun pada variabel Hal ini menunjukkan bahwa model ini memiliki laten efektivitas komunikasi. keakuratan dalam memprediksi suatu variabel
Memperhatikan uraian di atas, dapat oleh variabel lainnya.
dijelaskan bahwa bentuk-bentuk diskriminasi pada Dengan demikian, koefisien determinan total masyarakat Baduy Dalam tidak menentukan (R 2 ) adalah 0,83 artinya variabel efektivitas efektifitas komunikasi dengan masyarakat komunikasi dapat diprediksi oleh variabel Ciboleger. Artinya bentuk-bentuk diskriminasi bentuk-bentuk diskriminasi. Dengan kata lain apapun pada masyarakat Baduy Dalam, tidak perubahan bentuk-bentuk diskriminasi akan mempengaruhi efektif tidaknya komunikasi dengan
210 M EDIA T OR, Vol. 9 No.1 Juni 2008
Ahmad Sihabudin dan Suwaib Amiruddin. Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi... 211
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
masyarakat Ciboleger. Dengan kata lain bentuk- bentuk diskriminasi pada masyarakat Baduy Dalam, tidak berkaitan dengan efektif tidaknya komunikasi dengan masyarakat Ciboleger. Dengan demikian antara variabel bentuk-bentuk diskriminasi pada masyarakat Baduy dan variabel efektivitas komunikasi dengan masyarakat Ciboleger sebenarnya terjadi hubungan yang bebas.
4.12 Pendapat Orang Baduy Dalam terhadap Masyarakat Baduy Luar
(1) Pengaruh Jarak Sosial (X 1 ) terhadap Efektivitas
Komunikasi (Y 1 ) (a) Pengujian goodness of fit Mengacu pada data yang telah diolah diperoleh GFI= 0,95 > 0,90; dan AGFI= 0,93 > 0,90 data ini menunjukkan bahwa model tersebut adalah fit (baik). Artinya model tersebut layak dan baik untuk digunakan dalam menduga populasi. Jadi model tersebut dapat dijadikan landasan untuk merumuskan keterkitan antara variabel jarak sosial dengan variabel efektivitas komunikasi. (b) Pengujian model struktural Data yang telah diolah diperoleh nilai GFI = 0,95,
berarti koefisien determinan (R 2 ) mendekati angka
1. Artinya model struktural tersebut memiliki keakuratan dalam memprediksi suatu variabel oleh variabel lainnya. Dengan demikian bila terjadi perubahan jarak sosial akan menentukan tingkat efektivitas komunikasi. Dengan kata lain adanya perbedaan jarak sosial dapat memengaruhi tingkat efektivitas komunikasi. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai g (gama) sebesar 0,43 artinya jarak sosial berpengaruh cukup besar terhadap efektivitas komunikasi. (c) Pengujian model pengukuran Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai l (lamda), baik pada variabel manifest untuk mengukur variabel laten jarak sosial maupun pada variabel manifest untuk mengukur variabel laten efektivitas komunikasi umumnya di atas 0,3; hanya ada satu nilai l (lamda) yang nilainya
kurang dari 0,3 yaitu x 1 = 0,27, tetapi bila angka ini dibulatkan dapat menjadi 0,3. jadi secara umumnya indikator-indikator tersebut adalah
valid. Sedangkan nilai d (delta) dan e (epsilon) untuk variabel jarak sosial maupun variabel efektivitas komunikasi pada umumnya relatif kecil, berarti dapat dinyatakan bahwa setiap indikator pada kedua variabel laten tersebut adalah reliable. Memerhatikan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa jarak sosial pada masyarakat Baduy Dalam cukup mempengaruhi terhadap efektivitas komunikasi dengan masyarakat Baduy Luar. Jadi bila jarak sosialnya jauh pada masyarakat Baduy Dalam, maka akan kurang efektif berkomunikasi dengan masyarakat Baduy Luar, sebaliknya semakin pendek jarak sosial pada masyarakat Baduy Dalam, maka cenderung akan semakin efektif berkomunikasi dengan masyarakat Badui Luar.
(2) Pengaruh Bentuk-bentuk diskriminasi (X 2 ) terhadap efektivitas komunikasi (Y 1 ) (a) Pengujian goodness of fit Berdasarkan data yang telah diolah diperoleh RMSEA = 0,00 < 0,08, dan GFI= 0,97 > 0,90 artinya model tersebut memenuhi syarat goodness of fit, maka rumusan model hubungan antara variabel bentuk-bentuk diskriminasi dengan variabel efektivitas komunikasi layak diajukan untuk dianalisis lebih lanjut guna menguji hipotesis, yang dapat menduga parameter populasi. Model tersebut dapat dipakai untuk mengetahui dampak
variabel bentuk-bentuk diskriminasi (X 2 ) terhadap variabel efektivitas komunikasi (Y 1 ) (b)Pengujian model struktural Hasil pengolahan data diperoleh GFI sebesar
0,97 berarti koefisien determinan total (R 2 ) sangat dekat dengan angka 1, maka model ini memiliki ketepatan dalam memprediksi suatu variabel. Jadi menurut data ini variabel efektivitas komunikasi dapat diprediksi oleh variabel bentuk-bentuk diskriminasi yang ada. Perubahan pada bentuk-bentuk diskriminasi akan mengubah tingkat efektivitas komunikasi.
Menurut data yang diolah diperoleh nilai g (gama) dekat dengan angka 1, berarti bentuk- bentuk diskriminasi sangat memengaruhi terhadap efektivitas komunikasi. Jadi adanya bentuk-bentuk diskriminasi pada masyarakat Baduy Dalam sangat Menurut data yang diolah diperoleh nilai g (gama) dekat dengan angka 1, berarti bentuk- bentuk diskriminasi sangat memengaruhi terhadap efektivitas komunikasi. Jadi adanya bentuk-bentuk diskriminasi pada masyarakat Baduy Dalam sangat
jarak sosial.
Pengujian model pengukuran: Dengan demikian bila terjadi perubahan jarak Menurut data yang diolah di peroleh l (lamda)
sosial akan menentukan tingkat efektivitas pada variabel manifest yang digunakan untuk
komunikasi. Berdasarkan hasil pengolahan mengukur variabel laten exogen memang kecil kecil
data diperoleh nilai g (gama) yang sangat dan hanya ada satu yang nilainya di atas 0,3, tetapi
dengan 1 (satu), artinya jarak sosial sangat pada variabel manifest yang digunakan untuk
berpengaruh sekali terhadap efektivitas untuk mengukur variabel laten endogen
komunikasi.
seluruhnya di atas 0,3. Hal ini dapat dinyatakan (c) Pengujian model pengukuran bahwa indikator-indikator tersebut sebagian besar
Hasil pengolahan data di peroleh nilai l (lamda) adalah valid. Sedangkan nilai d (delta) dan e (epsi-
pada pengukuran variabel laten jarak social lon) untuk mengukur reliabilitas variabel bentuk-
umumnya di atas 0,3 dan hanya x 1 yang kurang bentuk diskriminasi maupun variabel efektivitas
dari 0,3, sedangkan pada pengukuran variabel komunikasi, sebagian besar nilai relatif kecil, berarti
laten efektivitas komunikasi seluruhnyadi atas dapat dinyatakan bahwa indikator-indikator
0,3. jadi secara umumnya indikator-indikator tersebut adalah reliable.
tersebut adalah valid. Sedangkan nilai d (delta) Menyimak analisis di atas, dapat dikemukakan
dan e (epsilon) secara umum nilainya kecil, baik bahwa bentuk-bentuk diskriminasi pada
pada variabel jarak sosial maupun variabel masyarakat Baduy Dalam sangat menentukan
efektivitas komunikasi, jadi dapat dikatakan efektivitas komunikasi dengan masyarakat Baduy
bahwa setiap indikator pada kedua variabel Luar. Dengan demikian adanya bentuk-bentuk
laten tersebut adalah reliable. diskriminasi pada masyarakat Baduy Dalam benar-
Uraian di atas menunjukkan bahwa nilai g benar dapat memengaruhi tingkat efektivitas (gama) mendekati angka 1, berarti jarak sosial pada komunikasi dengan masyarakat Baduy Luar.
masyarakat Baduy Luar sangat berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi dengan
4.1.3 Pendapat Orang Baduy Luar
masyarakat Baduy Dalam. Jadi bila jarak sosialnya
terhadap Orang Baduy Dalam
dekat pada masyarakat Baduy Luar, maka akan sangat efektif berkomunikasi dengan masyarakat
(1) Pengaruh Jarak Sosial (X 1 ) terhadap
Baduy Dalam.
Efektivitas Komunikasi (Y 1 )
(a) Pengujian goodness of fit
(2) Pengaruh Bentuk-bentuk Diskriminasi (X 2 ) Mengacu pada data yang telah diolah terhadap Efektivitas Komunikasi (Y 1 )
diperoleh RMSEA= 0,00 < 0,08 DAN GFI= 0,92 (a) Pengujian goodness of fit > 0,90 data ini menunjukkan bahwa model
Berdasarkan data yang telah diolah diperoleh tersebut adalah fit (baik). Artinya model
RMSEA = 0,00 < 0,08, GFI= 0,99 > 0,90 AFGI= tersebut layak dan baik untuk digunakan
0,99 > 0,90 artinya model tersebut memenuhi dalam menduga populasi. Jadi model tersebut
syarat goodness of fit, maka rumusan model dapat dijadikan landasan untuk merumuskan
hubungan antara variabel bentuk-bentuk keterkitan antara variabel jarak sosial dengan
diskriminasi dengan variabel efektivitas variabel efektivitas komunikasi.
komunikasi layak diajukan untuk dianalisis lebih (b) Pengujian model struktural
lanjut guna menguji hipotesis, yang dapat Data yang telah diolah diperoleh nilai GFI =
menduga parameter populasi. Model tersebut
dapat dipakai untuk mengetahui dampak angka 1. Artinya model struktural tersebut
0,92 berarti koefisien determinan (R 2 ) mendekati
variabel bentuk-bentuk diskriminasi (X 2 ) memiliki keakuratan dalam memprediksi
terhadap variabel efektivitas komunikasi (Y 1 ). 212
M EDIA T OR, Vol. 9 No.1 Juni 2008
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
(b) Pengujian model struktural (a) Pengujian goodness of fit Hasil pengolahan data diperoleh GFI sebesar
Uji goodness off fit adalah untuk mengetahui
apakah model terseebut fit (baik) atau tidak, sangat dekat dengan angka 1, maka model ini
0,99 berarti koefisien determinan total (R 2 )
dengan cara mengetahui nilai cut off-nya. memiliki ketepatan dalam memprediksi suatu
Menurut data yang telah diolah dari variabel variabel oleh variabel lainnya.
jarak sosial dan variabel efektivitas komunikasi Menurut data ini variabel efektifitas
diperoleh nilai RMSEA= 0,00 < 0,08 dan GFI= komunikasi dapat diprediksi oleh variabel
0,91 > 0,90, nilai cut off tersebut menunjukkan bentuk-bentuk diskriminasi yang ada.
bahwa model yang dibangun adalah fit (baik), Perubahan pada bentuk-bentuk diskriminasi
sehingga layak digunakan sebagai landasan akan mengubah tingkat efektivitas komunikasi.
untuk merumuskan model hubungan kausal Hasil pengolahan data diperoleh nilai g (gama)
antara jarak sosial dengan efektivitas sebesar 0,49 hal ini menunjukkan bahwa
komunikasi dan sekaligus menguji hipotesis bentuk-bentuk diskriminasi pada masyarakat
penelitian tentang dua variabel tersebut. Baduy Luar cukup memengaruhi efektivitas (b) Pengujian model struktural komunikasi dengan masyarakat Baduy Dalam.
Pengujian ini untuk mengetahui keakuratan (c) Pengujian model pengukuran
model struktural melalui koefisien determinan Menurut data yang diolah di peroleh l (lamda)
total (R 2 ), yang dalam uji goodness of fit pada pengukuran variabel laten exogen
diperoleh dari nilai GFI. Berdasarkan hasil memang kecil kecil dan hanya ada dua yang
pengolahan data diperoleh nilai GFI = 0,99 > nilainya di atas 0,3, tetapi pada pengukuran
0,90, yang menunjukkan koefisien determinan variabel laten endogen seluruhnya di atas 0,3.
(R 2 ) mendekati angka 1. Berarti model struktural Hal ini dapat dinyatakan bahwa indikator-
ini memiliki keakuratan dalam memprediksi indikator tersebut sebagian besar adalah valid.
variabel efektivitas komunikasi oleh variabel Selanjutnya, pengukuran reliabilitas dapat
jarak sosial.
dilihat pada nilai d (delta) dan (epsilon) pada Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh variabel bentuk-bentuk diskriminasi maupun
nilai g (gama) sebesar 0,67 artinya jarak sosial variabel efektivitas komunikasi, sebagian besar
berpengaruh besar terhadap efektivitas nilai d (delta) dan (epsilon) tersebut relatif kecil,
komunikasi.
berarti menunjukkan bahwa indikator-indikator (c) Pengujian model pengukuran tersebut adalah reliable.
Hasil pengolahan data di peroleh nilai l (lamda) Berdasarkan uraian di atas, dapat
pada variabel exogen pada umumnya di atas dikemukakan bahwa bentuk-bentuk diskriminasi
0,3, dan hanya ada dua indikator yaitu x 3 dan pada masyarakat Baduy Luar cukup memengaruhi
x 4 yang kurang dari 0,3, sedangkan pada efektivitas komunikasi dengan masyarakat Baduy
variabel endogen semua indikatornya di atas Dalam. Artinya bentuk-bentuk diskriminasi yang
0,3. Hal ini berarti pengukuran variabel laten ada pada masyarakat Baduy Luar memang dapat
jarak social maupun pengukuran variabel laten mempengaruhi tingkat efektivitas komunikasi
efektifitas komunikasi pada umumnya dengan masyarakat Baduy Dalam, tetapi
indikator-indikator tersebut adalah valid. pengaruhnya tidak terlalu besar.
Sedangkan untuk mengetahui pengukuran reliabilitas dapat diketahui melalui nilai d
4.1.4 Pendapat Orang Baduy Luar
(delta) untuk variabel exogen (jarak sosial) dan
terhadap Orang Ciboleger
e (epsilon) untuk variabel endogen (efektivitas komunikasi), nilai-nilai delta dan epsilon
(1) Pengaruh Jarak Sosial (X 1 ) terhadap
tersebut pada umumnya relatif kecil, jadi dapat
Efektivitas Komunikasi (Y 1 )
dinyatakan bahwa indikator pada variabel
Ahmad Sihabudin dan Suwaib Amiruddin. Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi...
Hasil pengolahan data di peroleh nilai l (lamda) Menyimak uraian di atas, terutama nilai g pada variabel exogen umumnya lebih besar dari (gama) sebesar 0,67, maka dapat dijelaskan 0,3, walaupun masih ada tiga indikator yang kurang bahwa jarak social pada masyarakat Baduy dari 0,3. Sedangkan pada variabel endogen seluruh Luar memberikan pengaruh besar terhadap indikator nilainya lebih besar dari 0,3. Berarti efektivitas komunikasi dengan masyarakat indikator-indikator tersebut sebagian besar adalah Ciboleger. Artinya semakin dekat jarak sosial valid. masyarakat Baduy Luar, akan semakin efektif
Selanjutnya nilai d (delta) dan e (epsilon) untuk berkomunikasi dengan masyarakat Ciboleger, uji reliablitas, terlihat bahwa sebagian besar nilai begitu juga sebaliknya.
error tersebut adalah kecil, artinya dapat dikatakan
2. Pengaruh Bentuk-bentuk diskriminasi bahwa indikator-indikator tersebut adalah reliable,
baik pada variabel laten (bentuk-bentuk (a) Pengujian goodness of fit
(X 2 ) terhadap efektivitas komunikasi (Y 1 )
diskriminasi) maupun pada variabel laten Menurut data yang telah diolah diperoleh (efektivitas komunikasi). RMSEA = 0,00 < 0,08, dan (GFI) = 0.98 > 0,90,
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan artinya model tersebut memenuhi syarat good- bahwa variabel exogen (bentuk-bentuk
ness of fit. Jadi dapat merumuskan model diskriminasi) pada masyarakat Baduy Luar hubungan kausal antara variabel bentuk- berpengaruh besar terhadap variabel endogen bentuk diskriminasi dengan variabel efektivitas (efektivitas komunikasi dengan masyarakat komunikasi, sekaligus dapat diajukan untuk Ciboleger). Adanya bentuk-bentuk diskriminasi menguji hipotesis, guna membuktikan param- pada masyarakat Baduy Luar berperan besar eter populasi. Model tersebut dapat mengukur terhadap efektivitas komunikasi dengan besarnya pengaruh variabel laten (bentuk- masyarakat Ciboleger. Dengan kata lain terdapat bentuk diskriminasi) terhadap variabel laten hubungan yang tidak bebas antara variabel exogen (efektivitas komunikasi).
dengan variabel endogen, yaitu bahwa efektivitas (b) Pengujian model struktural
komunikasi dengan masyarakat Ciboleger benar- Hasil pengolahan data diperoleh GFI sebesar benar ditentukan oleh adanya bentuk-bentuk
0,98, berarti koefisien determinan total (R 2 ) diskriminasi pada masyarakat Baduy Luar. mendekati angka 1, maka model tersebut dapat
4.1.5 Pendapat Orang Ciboleger
dikatakan fit. Hal ini menunjukkan bahwa model
terhadap Orang Baduy Dalam
tersebut memiliki keakuratan dalam memprediksi suatu variabel endogen oleh