Situasi dan kondisi Program JKN

Situasi dan kondisi Program JKN

PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA
RAPAT PLENO Tanggal 22 September 2018

PERMASALAHAN DI ERA JKN YANG BERDAMPAK
KEPADA PELAYANAN KESEHATAN
KEBIJAKAN/REGULASI
DISHARMONI PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN TERKAIT JKN
IMPLEMENTASI INPRES NO 8/2017 BELUM
OPTIMAL
MINIMALNYA KETERLIBATAN PROFESI

MANAJERIAL &ADMINISTRATIF

PERMASALAHAN
IMPLEMENTASI
JKN

BELUM SEMUA FASKES
MENGIMPLEMENTASIKAN TATA KELOLA

SESUAI PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BERLAKU (UU NO 44/2009 TENTANG RS
PASAL 36)

ETIK & PROFESIONALISME
DOKTER HARUS MELAKSANAKAN
PROFESINYA SESUAI DENGAN ETIK
DAN PROFESIONALISME MESKIPUN
ADA KETERBATASAN SUMBER DAYA

POTRET IMPLEMENTASI JKN 4 TAHUN

 JKN berjalan tidak konsisten dan banyak UU dan peraturan lainnya yang tidak
harmonis, dampaknya : Kekecewaan Faskes, Dokter, Pasien, provider faskes dan
masyarakat (pengurangan manfaat peserta dengan terbitnya perdirjampel BPJS
no 2,3 dan 5 tahun 2018, sistem rujukan online berbasis kompetensi ,dll
 Distribusi peserta tidak merata di FKTP mengancam keberlangsungan hidup FKTP
swasta (Klinik swasta dan dokter praktek mandiri
 TARIF INA-CBG yang dibawah nilai keekonomian  Dokter tidak dapat
memberikan pengobatan pasien tidak optimal dan berpotensi memberikan

pelayanan substandart
 Premi (iuran) tidak sesuai aktuaria  defisit JKN  keterlambatan pembayaran ke
faskes  berdampak terhadap pengadaan obat ,keterlambatan pembayaran
jasa medis dan gaji tenaga kesehatan lainnya AKAN TERJADI RESIKO
MENURUNNYA MUTU PELAYANAN masyarakat akan dirugikan

POTRET IMPLEMENTASI JKN 4 TAHUN.....
 Peran Pemerintah daerah belum maksimal, PMK No. 50 tahun 2017 tidak dapat menjamin
peran pemda dengan optimal terhadap dukungan anggaran dan meningkatkam sitem
kesehatan di masing masing wilayah berbeda beda karena otonomi daerah
 Dokter praktek mandiri dan FKTP Swasta sulit berdiri karena aturan permenkes yang
memberatkan
 Implementasi inpres no 8 th 2017 belum optimal dilaksanakan oleh pemda
propinsi/kota/kabupaten
 Alokasi anggaran APBD untuk anggaran dalam pelaksanaan program JKN
belum maksimal
 Distribusi peserta tidak merata ,karena dominan di Puskesmas (70%) tidak tercapai
pemerataan kesehatan dan fungsi UKM di puskesmas menjadi tidak maksimal

Situasi dan kondisi saat ini JKN.........

 Revisi Peraturan presiden no 28 tahun 2016 tentang Jaminan
Kesehatan Nasional  sudah diterbitkan Tgl 15 September 2018
 Terbitnya Peraturan Direktur jaminan pelayanan BPJS Kesehatan
Nomer 2,3 dan 5 tahun 2018 Tentang penjaminan
1.Penjaminan pada bayi baru lahir
2.Penjaminan pada operasi katarak
3.Penjaminan pada tindakan Rehabilitasi Medik
 Terbitnya peraturan Direktur jaminan pelayanan Kesehatan no 4
tahun 2018 tentang Penyelenggaraan rujukan berjenjang
berdasarkan kompetensi dan Integrasi Sistem Informasi
 Peraturan BPJS tentang kegawat daruratan
 Distribusi peserta di FKTP swasta dan DPP masih belum
diimplementasikan dan KBK di FKTP swasta sdh mulai dilaksanakan
bulan juli 2018

UPAYA PB IDI
 Revisi Perpes no 28 tahun 2018

- Menghadiri rapat koordinasi yang diselengarakan oleh Kementrian
Kesehatan bersama stakeholder lainnya

- Membentuk Tim perumus pembahasan draf Revisi Perpres
- Membuat surat ke presiden dan usulan revisi Perpres tembusan DPRRI,
Menko PMK,Menteri kesehatan
- audiensi ke Sekertarat kabinet RI deputi bidang PMK
 Perdirjampel BPJS Kesehatan no 2,3 dan 5
- Melakukan koordinasi dengan Perhimpunan spesialis
POGI,IDAI,PERDAMI,PERDOSRI dan PERSI
- Mengundang BPJS Kesehatan untuk diskusi dan klarifikasi
- Melakukan dialog dan konsultasi dengan Menkes,DJSN,Menko PMK

 mengusulkan revisi perpres no 28 tahun 2016 tengan JKN

Perdirjampel BPJS no 2,3 dan 5 th 2018..........
- Membuat surat kepada BPJS untuk mencabut kesepakatam BPJS
Kesehatan dengan 4 Perhimpunan Spesialis
- Membuat surat ke Presiden,Menkes, DPRRI,DJSN,dewan pertimbangan
presiden, BPJS Kesehatan ,PERSI untuk menunda berlakunya Perdirjampel BPJS
Kesehatan nomer 2, 3 dan 5 tahun 2018 dengan dasar akan berdampak
menurunnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
-


PB IDI dan 4 perhimpunan Spesialis mengambil sikap :
1. Mengadakan Pers confrence pada tanggal 2 agustus 2018
2. Membuat surat ke ombusment
3. Sedang proses uji materi  ditunda karena masih dalam tahap negosiasi
dengan BPJSK
4. Membuat surat ke presiden

5. Mengawal peraturan Badan ( BPJS Kesehatan )tingkatan perdisjampel no
2,3,5  sedang proses kemenkunham

Perdirjampel BPJS Kesehatan No 2,3,5
 Menghadiri acara sarasehan Kemenkes dan pembahasan perdirjampel
- Pembahasan tentang rencana audit medik 3 kasus (SC ,katarak,RM)
dilanjutkan kasus yang lainnya.
- Menkes membentuk Tim Audit medik dan melibatkan organisasi profesi
(Yang sudah dilakukan audit medik kasus Sectio Secaria)
Audit medik akan dilakukan serempak di wialyah melibatkan tim TKMKB
berkoordinasi dengan Komite medik RS
- Kesimpulan sarasehan : Menkes minta ditunda pelaksanaan perdirjampel

BPJS Kesehatan no 2,3 dan 5
- Rapat koordinasi dengan IDI wilayah dan Perhimpunan Spesialis untuk
mempersiapkan pelaksanaan audit medik, penyusunan PNPK,standart
profesi, dan menentukan sikap yang sama

Perdirjampel BPJS No 2,3 dan 5
 Kesimpulan rapat dengan IDI wialayah dan perhimpunan spesialis :
- Semua PDSp Dan PDPP harus menyiapkan tim audit medik
- dasar UU no 29 pasal 49, dan UU no 44 tentang Rumah Sakit bahwa audit

medik dilakukan oleh profesi. Sudah ada pedoman dari IDI .
Dalam hal akan melakukan audit medik ,TKMKB menyerahkan kepada
profesi (IDI dan PDSp/PDPP. IDI akan membentik tim bersama PDSp/PDPP)
- Profesi harus membuat draf PNPK dan standart pelayanan dan semua
pedoman yang dibuat diserahkan kepada PB IDI
- Terkait perdirjampel BPJS no 2,3 dan 5 IDI akan menempuh jalur hukum
dengan uji materi dan ke Ombustmen

Perdirjampel BPJS Kesehatan no 4 th 2018
 Terbitnya perdirjampel BPJS Kesehatan no 4 tetang rujukan

berjenjang berbasiis kompetensi
 Telah dilakukan uji coba pelaksanaannya tanggal 15 desember
2018

 Penyusunan peraturan tidak melibatkan organisasi profesi
 Akan bedampak terhadap akses pelayanan peserta JKN
 Pertemuan FGD tanggal 10 agustus di Semarang yang dihadiri
PERSI, Kemenkes,BPJS pusat : kemenkes dan PERSI minta ditunda
pelaksnaannya karena kemenkes sudah mempunysi aplikasi
SISRUTE dan RS online yang bisa dikembangkan dan diterapkan di
semua wilayah

Perdirjampel BPJS Kesehatan No 4 Th 2018
 IDI harus mengawal pelaksanaan perdirjampel BPJS no 4 tenang rujukan
berjenjang berbasis kompetensi bersama asosiasi faskes
 Penentuan kriteria kasus berdasarkan kompetensi RS dan dokternya IDI
harus terlibat
 Dampak yang akan terjadi :
- BPJS Kesehatan akan mengatur sistem rujukan melalui aplikasi yang
terintegasi Pcare(FKTP) dan HFIS( RS)

- Pasien dirujuk berjenjang melalui tipe D dst berdasarkan kompetensi RS
- Rujukan berdasarkan regionalisasi kedepannya
- RS tipe A dan B lebih banyak Rujukan kasus sub spesialistik

- Dr spesialis akan lebih memilih praktek di RS tipe D dan C
 Akan ada pertemuan dengan kemenkes pembahaan tgl 29 agustus 2018
tentang rujukan berjenjang melibatkan IDI,Asosiasi RS,dan perhimpunan
spesialis PAPDI,PABI,POGI dan IDAI,KKI dll

Hasil rapat pembahasan ttg penetapan severity level
mempersiapkan rujukan line berdasarkan kompetensi
 Kemenkes mengundang perhimpunan spesialis (POGI,PAPDI,POGi,IDAI)
PB IDI,ARSSI,ARSVI DAN ARSADA
Kesimpulan rapat :
- Peraturan BPJS n 4 tahun 2018 ttg Rujukan online berdasarkan kompetensi
yang terintegrasi dengan SI belum waktunya dilaksanakan (ditunda)
- Akibat aturan sistem rujukan online BPJS akan terjadi stagnasi pelayanan
di RS tipe D dan C
- Melengkapi PNPK dan clinical pathway
- Aturan rujukan yang akan mengatur adalah regulator bukan BPJS

kesehatan
- Regulatar dalam membuat aturan rujukan harus melibatkan organisasi
profesi

Solusi Penguatan JKN
Jangka pendek

- Menaikan batas upah iuran pekerja formal, agar
terjadi subsidi silang, sesuai prinsip asuransi sosial
- Pemerintah memberi hibah kepada BPJS untuk

menutupi kekurangan dana.
- Pemerintah mengijinkan peserta yang memilih klinik/RS
swasta dengan jadwal lebih nyaman membayar sendiri
20-30% dari tarif (Model Korea dan Jepang)
-Diperbolehkan Iur biaya untuk peserta Non PBI
-Implementasikan Inpres No 8 tahun 2017

Solusi Penguatan JKN.......
Jangka menengah

• Menaikan iuran dan batas upah dinaikan
• Menaikan cukai konsumsi barang berbahaya kesehatan:
rokok, alkohol, fastfood, BBM dan menggunakan sebagian
dana tersebut untuk hibah kpd peserta JKN
• Alokasi biaya promotif dan preventif
ke puskesmas
menggunakan dana dari APBD bukan dari biaya kapitasi .
• Menentukan kelas standart, dan bila naik kelas diberlakukan
iur biaya

• Perbaikan perhitungan tarif INA-CBGs dan nilai –kapitasi
• Implementasikan Inpres No 8 tahun 2017

Solusi Penguatan JKN…....
Jangka Panjang
- Melakukan Evaluasi Tarif INA-CBGs  Bila INACBGs banyak masalah sebaiknya diganti Time
Driven Activity Base Costing Integrated Care
Pathway Integrated Care Pathway
-Revisi UU SJSN Dan UU BPJS


REKOMENDASI IDI
Harmonisasi UU dan Peraturan Dibawahnya

 Pelaksanaan JKN tidak boleh bertentangan UU dan peraturan dibawahnya yang
dikeluarkan oleh Pemda
Penerapan JKN sesuai dengan Desain Pembuatan nya
 Mengutamakan peran Puskesmas sebagai garda terdepan usaha promotif & preventif
(UKM ) di era JKN ini Puskesmas yang menjadi tulang pungggung dari promotif dan
preventif di sibukkan dengan kegiatan kuratif.
 Biaya promotif dan preventif ( UKM ) di Puskesmas diharapkan menggunakan anggaran
APBD dan tidak menggunakan dana kapitasi sehingga dapat mengurangi defisit
anggaran JKN. Tindakan kuratif dijalankan di FKTP sesuai dengan disain di buatnya FKTP
untuk klinik swasta dan dokter praktek pribadi.
Penghargaan kepada dokter dengan sistem remunerasi berkeadilan
 Mengacu panduan remunerasi dari IDI sebagai acuan FASKES
 Kesepakatan bersama dengan PERSI dan asosiasi klinik
 IDI mengawal kontrak kerjasama dokter dan faskes,dokter praktek mandiri provider FKTP
dengan BPJS Kesehatan

 Kemudahan dalam mengikuti program JKN dan pemerataan kesehatan
1.

Mendapatkan kemudahan dalam hal PERIJINAN untuk dokter praktek mandiri dan
FKTP Swasta

2.

Penugasan dokter dan dokter Spesialis ke daerah memperhatikan kesejahteraan
dokter dan tunjangan yang layak dari pemerintah pusat maupun daerah

3.

Mendapatkan INSENTIF KHUSUS bagi dokter praktek mandiri dan FKTP/FKRTL
swasta yang melayani JKN, misalnya : Insentif pajak, hibah, dll

4.

Di bantu dalam hal ketersediaan obat-obat yang berkualitas, Alkes dalam jumlah
dan jenis yang cukup dan penunjang pelayanan (peralatan medis ,sarana dan
prasarana)

5.

Di bantu dan di fasilitasi untuk berkembang dan ekspansi terutama di daerah
daerah yang faskes belum mencukupi jumlah peserta dengan besar nilai kapitasi



Profesi harus terlibat dalam perbaikan Tata kelola klinis untuk meningkatkan mutu
pelayanan di era JKN

TERIMA KASIH