JENIS dan UKURAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Ketimpangan Pendapatan di Jawa Barat:
Penyebab dan Solusi
Dr. Atih Rohaeti Dariah SE., M.Si

Disampaikan Dalam Acara Sarasehan Regional
Bappeda Provinsi Jawa Barat, 9 Agustus 2016

Isu Terkait Ketimpangan Pendapatan di Jawa Barat
Ketimpanga
n
Pendapatan
Jawa Barat
tinggi
PEMBANGUNAN
JAWA BARAT 

APAKAH
PENYEBABNYA?

PERSOALANNYA


?
BAGAIMANAKAH
SOLUSINYA?

PANDANGAN
KONVENSIONAL

PANDANGAN
ISLAM

Ketimpangan Pendapatan: Distribusi yang
tidak proporsional dari pendapatan nasional
total diantara berbagai rumah tangga dalam
sebuah negara

Distribusi
Pendapat
an
Perorang
an


Distribusi
Pendapat
an
Fungsion
al

JENIS dan UKURAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
JENIS
Distribusi
Pendapatan
Perorangan

Distribusi
Pendapatan
Fungsional

UKURAN
Distribusi pendapatan berdasarkan
kelas ukuran orang-orang tanpa

mempersoalkan sumber
pendapatannya
Distribusi pendapatan bagi semua faktor
produksi tanpa memperhatikan kepemilikan
factor
Konsep ini menjelaskan pangsa total
pendapatan nasional berdasarkan penerimaan
masing-masing faktor produksi (tanah, tenaga
kerja, modal, kewirausahaan)

1. Kurva Lorenz
2. Koefsien Gini

Kurva Lorenz & Koefsien Gini

KL: Suatu grafk yang
menggambarkan perbedaan
distribusi pendapatan dari
kemerataan sempurna.
KG: ukuran numerik agregat

ketimpangan pendapatan yang
berkisar dari 0 hingga 1.
0,2 – 0,35 = relatif merata
0,36 – 0,49 = relative timpang
0,5 – 0,7 = sangat timpang

Kurva U-Terbalik Kuznet

Ketimpangan Pendapatan di Jawa Barat


Sejak tahun 2011 sampai tahun 2015, Jawa Barat termasuk salah satu
provinsi yang memiliki Gini Ratio tinggi di Indonesia yaitu 0.41
 Angka ini menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki ketimpangan
pendapatan
yang tinggi
Tabel. 1 10 Provinsi ratio gini tertinggi
di

Gambar 1. Ratio Gini Jabar terhadap indonesia


indonesia

TAHUN

J AWA
BARAT

DKI
DI
J AKARTA YOGYAKARTA

J AWA
TIMUR

BANTEN

1996

0.36


0.36

1999

0.29

2002

SULAWESI SULAWESI
SELATAN TENGGARA

GORONTALO

P AP UA
BARAT

P AP UA

INDONESIA


0.35

0.31

-

0.32

0.31

-

-

0.39

0.36

0.32


0.34

0.29

-

0.3

0.28

-

-

0.36

0.31

0.29


0.32

0.37

0.31

0.33

0.3

0.27

0.24

-

-

0.33


2005

0.34

0.27

0.42

0.36

0.36

0.35

0.36

0.36

-


0.39

0.36

2007

0.34

0.34

0.37

0.34

0.37

0.37

0.35

0.39

0.3

0.41

0.36

2008

0.35

0.33

0.36

0.33

0.34

0.36

0.33

0.34

0.31

0.4

0.35

2009

0.36

0.36

0.38

0.33

0.37

0.39

0.36

0.35

0.35

0.38

0.37

2010

0.36

0.36

0.41

0.34

0.42

0.4

0.42

0.43

0.38

0.41

0.38

2011

0.41

0.44

0.4

0.37

0.4

0.41

0.41

0.46

0.4

0.42

0.41

2012

0.41

0.42

0.43

0.36

0.39

0.41

0.4

0.44

0.43

0.44

0.41

2013

0.41

0.43

0.44

0.36

0.4

0.43

0.43

0.44

0.43

0.44

0.41

2014

0.41

0.43

0.42

0.37

0.4

0.42

0.41

0.41

0.44

0.41

0.41

2015

0.41

0.43

0.43

0.42

0.4

0.42

0.4

0.42

0.44

0.42

0.41

Sumber: Bps.go.id diolah

Gini Ratio dan PDRB/kapita Jawa Barat
0.45
G
I
N
I
R
A
T
I
O

0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0

1

2

3

4

5
PDRB/KAPITA (JUTA)

6

7

8

9

10

Penyebab Munculnya Ketimpangan Pendapatan
Peningkatan
pangsa
pendapatan
pemilik modal,
yang berarti
penurunan pangsa
pendapatan
tenaga kerja
(Hayami, 2001)

Tipologi
pertumbuhan
: pengayaan
sektor
modern

Menurut Todaro (2011)
Ketimpangan merupakan bagian yang cukup stabil dan wajar
dari wajah sosio-ekonomi suatu negara, yang hanya mungkin
bisa berubah secara signifikan bila terjadi pergolakan hebat
atau terdapat kebijakan yang dilaksanakan secara sistematis

Dalil Tipologi Pertumbuhan dan Ketimpangan (Fields)
• Menghasilkan pendapatan lebih
Tipologi pertumbuhan
tinggi, distribusi pendapatan
pengayaan sektor
lebih merata, kemiskinan turun
tradisional

Tipologi pengayaan
sektor modern

Tipologi perluasan
sektor modern

• Menghasilkan pendapatan lebih
tinggi, distribusi pendapatan
semakin timpang, kondisi
kemiskinan tidak mengalami
perbaikan
• Pendapatan absolut naik,
kemiskinan turun, distribusi
pendapatan tidak jelas

Pergeseran Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja




Pergeseran struktur ekonomi
yang tidak seimbang dengan
struktur tenaga kerjanya
Kenaikan produktivitas
tenaga kerja sektor jasa
sebesar 1 persen akan
menaikan gini ratio sebesar
0.17 persen

Sektor
Pertanian
(%)
Tahun

1973
1978
1983
1988
1993
1994
2000
2005
2010
2015

Outpu
t
41,2
31,44
24,22
23,06
16,89
15,96
15,51
12,85
9,83
8,71

Sektor
Industri
Pengolahan
(%)

Outpu
t
62,03 10,23
56,85 10,39
50,21 8,78
47,06 19,57
39,43 29,57
36,08 33,05
30,92 35,06
31,23 41,18
23,40 44,51
16,47 43,03
TK

Sektor
Lainnya
(%)

Outpu
t
7,35 48,57
8,52 58,17
9,73
67
10,2 57,37
14,92 53,54
16,02 50,99
17,59 51,98
17,89 45,97
20,00 45,66
21,00 48,26
TK

TK
30,62
34,63
40,05
42,74
45,65
47,9
51,5
50,88
56,60
62,53

Pandangan Islam dan Konvensional Terhadap Solusi Ketimpangan
Pendapatan
Konvensional
(Todaro,
2011)

Islam
(Chalil, 2009)
Berdasarkan
Mekanisme Pasar
(gaji atau upah,
sewa tanah dan
proft,)
Berdasarkan non
Mekanisme Pasar
(zakat, infaq dan
sedekah)

Versi mekanisme
pasar dikenal
dengan istilah
distribusi
pendapatan
fungsional

sistem
bagi hasil
(Mudharab
ah)

Perlunya
perwujudan
pertumbuhan
ekonomi yang
memberikan
keberpihakan
pada
masyarakat

Distribusi
Pendapatan
Fungsional
Distribusi
Pendapatan
Perorangan

INTERVENSI BIDANG

Cakupan Pilihan Kebijakan
Mengubah distribusi fungsional melalui penataan
harga-harga relatif faktor produksi

Meratakan distribusi ukuran melalui redistribusi
kepemilikan aset. Strategi: land reform, microfnance
Mengubah (mengurangi) distribusi ukuran di tingkat
atas melalui pemberlakuan pajak progressif.
Mengubah (meningkatkan) distribusi ukuran di tingkat
bawah baik secara langsung (transfer payment) atau tidak
langsung (subsidi pendidikan, kesehatan, program bantuan
tenaga kerja)

Memperbaiki Karakter Pertumbuhan Ekonomi

Karakter pertumbuhan ekonomi (bagaimana cara
mencapainya, siapa yang berperan serta, sektor mana yang
mendapat prioritas, lembaga apa yang menyusun dan
mengatur) yang menentukan apakah pertumbuhan ekonomi
mempengaruhi perbaikan ketimpangan atau tidak

Tiga Solusi Mengatasi Ketimpangan Pendapatan
Berdasarkan Pandangan Konvensional
Siapa yang
berpartisipasi
dan sektorsektor yang
diprioritaskan

• Dalam tahap ini seyogianya dapat teridentifkasi
unit-unit usaha yang terlibat dalam penciptaan
nilai tambah di setiap lapangan usaha, baik
jumlahnya maupun perkiraan besaran
kontribusinya. Untuk mengakomodir partisipasi
penduduk miskin, tampaknya sektor pertanian dan
berbagai sektor informal yang harus menjadi
perhatian.

Pengaturan
kelembagaan
apa yang
dirancang dan
ditekankan

• Pemerintah daerah dapat menyiapkan kerangka
regulasi khusus tentang pola pertumbuhan
ekonomi pro masyarakat miskin
• Salah satu focus yang bisa digarap adalah
optimalisasi Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
diantaranya koperasi.

Metode
pencapaian target
perencanaan
terkait bagaimana
potensi yang ada
di Jabar dapat
disinergikan

• Salah satunya adalah peran kampus.
• Jumlah perguruan tinggi di Jawa Barat sekitar 339
buah dapat menjadi mitra untuk mensukseskan
pertumbuhan ekonomi pro masyarakat miskin.

Mengubah distribusi fungsional: sistem bagi hasil



Dalam literature fqh muamalah, sistem bagi hasil tidak
lepas dari konsep kerja sama atau syirkah.
Dalam syirkah minimal ada dua akad yang selalu
digunakan, yaitu musyarakah dan mudharabah

Prinsip-prinsip Mudharabah







Prinsip berbagi keuntungan antara pihak-pihak yang
melakukan akad mudharabah
Prinsip berbagi kerugian antara pihak-pihak yang berakad
Prinsip Kejelasan. Dalam mudharabah masalah jumlah modal
yang akan diberikan shahibul mal, prosentasi keuntungan
yang akan dibagikan, syarat-syarat yang dikehendaki masingmasing pihak, dan jangka waktu perjanjiannya
Prinsip kepercayaan dan amanah
Prinsip kehati-hatian

Penelitian Bagi Hasil







Analisis tidak terbatas pada kedua pihak (mudharib dan
shahibul maal), namun juga mengakomodir tenaga kerja.
Bagi hasil untuk tenaga kerja bersifat tambahan, karena
sebelumnya tingkat upah ditentukan secara eksogen melalui
akad musyatarak dimana mudharib tidak memonopoli sumber
daya waktu tenaga kerjanya, dan tenaga kerja tersebut dapat
mencurakan sebagian sumber daya waktunya untuk pekerjaan
lain
Bagi hasil memberikan tambahan nilai bagi tenaga kerja
berupa tambahan pendapatan terhadap upah yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
Pendekatan matematis dalam proses maksimisasi keuntungan
dengan internalisasi tingkat bagi hasil tersebut, telah

Solusi Mengatasi Ketimpangan Pendapatan
Berdasarkan Pandangan Islam

Standing moral Proposisi
pemilik
modal
6. Membesarkan
share bagi

Proposisi 1. Penilaian yang terlalu
besar dari shahibul maal terhadap
nilai kapitalnya, akan memperendah
pendapatan tenaga kerja.

hasil untuk mudharib dari shahibul
maal, maka akan meningkatkan
pendapatan tenaga kerja

Subyektivitas kesediaan berbagi
Proposisi 3. Pendapatan yang diterima
tenaga kerja tidak akan lepas dari
unsur subyektif (moral mudharib dan
shahibul maal).

Proposisi 7. Akad bagi hasil antara
mudharib dengan shahibul maal,
sangat menentukan pendapatan
tenaga kerja

Solusi Mengatasi Ketimpangan Pendapatan
Berdasarkan Pandangan Islam

Produktivitas
tenaga kerja
Proposisi 2. Nilai sumber
daya waktu harus
divaluasi secara wajar
oleh tenaga kerja,
karena apabila terlalu
besar akan mengurangi
pendapatannya pada
perusahaan yang
dipimpin mudharib

Proposisi 4. Tingkat upah
yang ditentukan
bersama melalui akad
musyatarak
mencerminkan nilai
produktivitas netto
tenaga kerja yang
dibobot oleh share bagi
hasil mudharib

Proposisi 5. Semakin
tinggi produktivitas fsik
marginal tenaga kerja,
maka akan
meningkatkan tingkat
upah.

 Tentu

saja temuan ini hanya bagian kecil dari
berbagai solusi Ekonomi Islam mengurangi
ketimpangan pendapatan, bukan solusi
tunggal.
 Kajian ini bersifat pragmatis yakni praktik
Mudharabah yang diperluas dengan
mengakomodir pekerja sebagai mitra usaha.
 Yang lebih fundamental adalah implementasi
Sistem Ekonomi Islam

PERBANDINGAN SISTEM EKONOMI KAPITALIS
DAN SISTEM EKONOMI ISLAM
Sistem Ekonomi
Kapitalis
Problematika
Ekonomi

Politik
Ekonomi

Ukuran
Kemakmuran

Kelangkaan
(scarcity)

Meningkatkan
Produksi/Stock

• GNP
•Income Perkapita

Sistem Ekonomi
Islam
Terpenuhinya Keb.
Individu

Distribusi/
Pemerataan

Terpenuhinya Kebutuhan
Pokok Individu
Sumber: Dwi Condro

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2