ISLAM DAN SINERGI PLURALITAS Suryan A. Jamrah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia Suryan_ajymail.com Abstrak - ISLAM DAN SINERGI PLURALITAS | Jamrah | TOLERANSI

ISLAM DAN SINERGI PLURALITAS

Suryan A. Jamrah

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia [email protected]

Abstrak

Merupakan sebuah keniscayaan bahwa manusia pasti hidup dalam fenomena serba pluralitas atau keberagaman. Fenomena pluralitas atau keberagaman merupakan ketentuan hukum Allah, sunnatullah, yang tidak mungkin berubah. Maka pluralitas atau keberagaman adalah anugerah dan khazanah sosial bagi kehidupan manusia yang plural. Namun realitanya, pluralitas atau keberagaman sering menjadi pemicu konflik sosial dan politik, yang mengancam persatuan, kerukunan, dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bagi Islam, pluralitas atau keberagaman yang diyakini sebagai sunnatullah, sebagai something given atau takdir tersebut, justru dimaksudkan untuk sebuah keseimbangan yang melahirkan interaksi dan sinergi, bukan untuk konflik saling membenci.

Kata Kunci: Islam, Sinergi, dan Pluralitas.

Pendahuluan

satu sisi, pluralitas diakui sebagai Adalah sebuah keniscayaan

khazanah budaya bangsa. Namun, di bahwa manusia hidup dalam

sisi lain, dipandang pula sebagai fenomena serba pluralitas atau

faktor dominan pemicu konflik keberagaman.

sosial-politik. Konflik sosial-politik pluralitas, berarti keberagaman atau

Secara

bahasa,

berlatarbelakang pluralitas ini lazim kemajmukan. Artinya, manusia mesti

ditanggapi dan disikapi serius, hidup dalam keberagaman atau

terutama oleh pemerintah dan politisi, kemajemukan suku bangsa, ras,

diinterpretasikan warna kulit, bahasa, budaya, agama

karena

selalu

sebagai ancaman bagi eksistensi dan sebagainya. Di Indonesia

Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya, fenomena pluralitas ini,

(NKRI) yang berdasarkan Pancasila terutama aspek agama, senantiasa

dan berpegang teguh pada moto menjadi perhatian publik dan selalu

Bhinneka Tunggal Ika. menjadi topik pembicaraan aktual. Di Bhinneka Tunggal Ika. menjadi topik pembicaraan aktual. Di

Setiap muncul

konflik

muncul di tengah-tengah kemelut dan lazim disebut SARA, muslimin

konflik sosial-politik tersebut. Indonesia sebagai yang mayoritas,

Ada beberapa kemungkinan demikian yang terkesan, sering

yang menyebabkan individu atau tertuduh sebagai pihak yang biasa

kelompok menggunakan agama memicu

sebagai pemicu konflik. Pertama, menggunakan isu agama dan dilabel

konflik

dengan

mungkin umat yang berkonflik tidak sebagai

mengetahui atau salah memahami Tuduhan semacam ini tentu saja tidak

komunitas

intoleran.

ajaran agama yang mereka anut bisa diterima oleh dan mengecewakan

tentang hubungan sosial dalam muslimin, karena dapat menimbulkan

suasana pluralitas dan heterogenitas. dampak negatif terhadap citra Islam

Kedua , sangat mungkin pula ada sebagai agama yang membawa misi

oknum individu atau kelompok yang perdamaian dunia, rahmatan li al-

sengaja memanfaatkan isu agama ‘alamin. Bahwa ada oknum individu

sebagai alat pemicu konflik, karena atau kelompok muslim yang memicu

mereka paham betul bahwa secara konflik atas nama agama dan

psikologis dan sosiologis agama bertindak intoleran adalah suatu

sangat sensitif dan efektif untuk fenomena yang tidak dipungkiri,

membangkitkan nafsu konflik. Dalam seperti yang biasa juga terjadi di

hal ini, suara agama sengaja komunitas agama lain, namun

dimunculkan dan dimanfaatkan untuk perilaku oknum tersebut tidak layak

komunitas agar disimpulkan sebagai aplikasi atau

memprovokasi

mudah tersulut dan terbakar oleh bara pengejawantahan dari ajaran atau

konflik. Ketiga, mungkin agama pesan agama Islam yang mereka

sama sekali tidak anut. Selain daripada itu, konflik

tertentu

memberikan bimbingan konsepsional antarumat beragama umumnya sangat

tentang etika dan sikap menghadapi mungkin terjadi dipicu oleh faktor

suasana pluralitas dan heterogenitas. sosial, politik, ekonomi, dan budaya,

Oleh sebab itu, sekali lagi ditegaskan, bukan karena faktor perbedaan

perilaku oknum individu atau perilaku oknum individu atau

dan mensikapi diparalelkan dengan ajaran atau

pluralitas, sehingga tercipta hubungan konsep agama yang mereka anut.

sosial yang selalu harmonis antar Demikian pula terhadap Islam,

termasuk antarumat perilaku oknum individu atau

sesama,

beragama. Karya ini juga diharapkan kelompok muslimin tidak seyogianya

berguna meluruskan pemahaman dipahami apalagi dituduh sebagai

internal yang menyimpang, sekaligus aplikasi atau refleksi dari, dan tidak

menangkis dan mengikis penilaian layak dijadikan alat untuk menilai

external yang keliru dan negatif. ajaran Islam. Selain daripada itu,

Islam Sekitar Pluralitas Sosial

perilaku oknum atau kelompok tidak Adam adalah manusia pertama

boleh dijadikan alat generalisasi. dan satu-satunya yang diciptakan

Khusus dalam konteks pluralitas, langsung oleh Allah dengan kekendak

Islam justru sarat dengan bimbingan dan kekuasaanNya. Kemudian Allah

konsepsional tentang bagaimana umat menciptakan pasangannya Hawa.

seharusnya mensikapi dan hidup Dari keduanya lahir dan berkembang

dalam suasana pluralitas dan anak laki-laki dan perempuan yang

heterogenitas. Maka, ajaran Islamlah banyak, sebagaimana ditegaskan oleh

yang harus menilai perilaku umatnya,

al-Qur'an:

bukan perilaku umatnya yang

sekalian manusia, digunakan sebagai alat atau standard

Hai

bertakwalah kepada Tuhanmu untuk menilai ajaran Islam.

yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari

Dalam konteks inilah, melalui padanya Allah menciptakan

tulisan yang singkat ini, penulis

istrinya;

dan daripada

Allah merasa perlu mengemukakan dan

keduanya

memperkembangbiakkan laki- menjelaskan bahwa Islam agama

laki dan perempuan yang yang paling toleran dan siap hidup

banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

harmonis dalam suasana pluralitas. (mempergunakan) nama-Nya

Islam telah membekali

dan

kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan

membimbing umatnya

secara secara

atau ras yang berhak mengklaim Allah selalu menjaga dan

Sesungguhnya

wilayah bumi tertentu sebagai milik mengawasi kamu (Q.S. 4: 1).

mutlaknya, dan melarang individu Demikain seterusnya, melalui

atau komunitas lain ikut hidup di atas hubungan biologis pasangan suami

hamparannya. Maka pengusiran etnis istri di antara anak cucu Adam ini tertentu oleh ras tertentu dari belahan berkembanglah umat manusia, bani bumi tertentu jelas bertentangan Adam , mereka hidup dan tersebar

dengan ajaran Islam. Apatah lagi merata di atas hamparan bumi yang

pengusiran tersebut menjadi tempat tinggal sementara, berlatarbelakang agama. Adalah sampai pada batas yang ditentukan

kalau

hanya karena konsensus budaya oleh Allah Sang Pencipta:

politik, belahan bumi ini dikapling Allah berfirman: Turunlah

oleh manusia menjadi milik berbagai kamu sekalian, sebagian kamu

bangsa dan negara, dengan batas menjadi musuh bagi sebagian

yang lain.

wilayahnya masing-masing. Namun, mempunyai tempat kediaman

Dan

kamu

sebuah bangsa dan negara tidak boleh dan

kesenangan

(tempat

mencari penghidupan) di muka semena-mena mengusir komunitas bumi sampai waktu yang telah

tertentu dari tanah wilayah kekuasaan ditentukan. Allah berfirman: Di

politiknya karena sentimen agama, bumi itu kamu hidup dan di

bumi itu kamu mati, dan dari suku, dan ras, atau karena persoalan bumi itu pula kamu akan

mayoritas dan minoritas. dibangkitkan (Q.S. 7: 24-25).

Selanjutnya al-Qur'an Dalam perspektif teologi Islam,

menegaskan, anak cucu keturunan bumi ini adalah ciptaan dan milik

Nabi Adam, bani Adam, yang disebut Allah, diciptakan sebagai tempat

manusia ini diciptakan oleh Allah tinggal sementara umat manusia, dan

terdiri dari jenis laki-laki dan setiap manusia berhak hidup di

mereka dijadikan belahan dan di hamparan bumi mana

perempuan,

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, saja yang ia kehendaki. Maka secara

agar mereka saling berkenalan dan teologis Islami, tidak boleh ada

berinteraksi secara harmonis satu individu atau komunitas, suku bangsa

sama lain:

Hai manusia, sesungguhnya kulit, aneka ragam suku dan bahasa Kami menciptakan kamu dari

adalah something given, takdir atau seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan ketentuan Allah Yang Maha Esa, kamu berbangsa-bangsa dan

bukan pilihan manusia. bersuku-suku supaya kamu

Oleh sebab itu, keberagaman saling

kenal

mengenal.

Sesungguhnya orang yang atau pluralitas, demikian teologi paling mulia di antara kamu di

Islam, harus dipahami dalam sisi Allah ialah orang yang

paling takwa di antara kamu. perspektif tauhid, bahwa semuanya Sesungguhnya Allah Maha

adalah ciptaan Allah Yang Maha Esa. Mengetahui

lagi

Maha

Prinsip tauhid ini sekaligus membawa Mengenal (Q.S. 49: 13).

pesan moral sosial, antara lain, bahwa Di dalam ayat lain dijelaskan umat manusia yang plural tersebut pula bahwa di antara tanda-tanda pada hakikatnya adalah sama dalam kekuasaan Allah ialah menciptakan satu status, semua adalah makhluk manusia dengan bahasa dan warna (ciptaan) dan hamba Allah Yang kulit yang berbeda-beda: Maha Esa, dan berasal dari satu

Dan di antara tanda-tanda keturunan yang sama sebagai anak kekuasaan-Nya

ialah

cucu Nabi Adam, bani Adam. Pesan menciptakan langit dan bumi

dan berlain-lainan bahasamu sosiologisnya adalah bahwa manusia dan

warna

kulitmu.

hendaklah senantiasa menjunjung Sesungguhnya

pada

yang

demikian itu benar-benar tinggi nilai persamaan, persaudaraan, terdapat tanda-tanda bagi

persatuan, dan perdamaian di tengah- orang-orang yang mengetahui

tengah pluralitas. Akidah Tauhidiah (Q.S. 30: 22).

Islamiah , demikian A. Mukti Ali Dua ayat ini sudah cukup untuk

(1970: 12), membawa pesan memahami secara gamblang bahwa

kesatuan umat manusia. Atas dasar pluralitas atau keberagaman sosial

akidah tauhidiah yang membawa dalam kehidupan manusia adalah

pesan kesatuan umat manusia inilah, suatu keniscayaan hukum Allah,

Islam mengakui dan berkomitmen sunnatullah . Dengan kata lain,

serta memelihara pluralitas ras dan keberagaman warna

menghormati

persaudaraan universal, al-ukhuwwah persaudaraan universal, al-ukhuwwah

Maka tidak pantas seseorang membangun, memperkokoh, dan

memandang rendah atau menganggap memelihara persaudaraan seiman, al-

hina orang lain yang berbeda dengan ukhuwwah al-Islamiah , juga dalam

dirinya. Lebih dari itu, pluralitas pluralitas.

adalah something given atau takdir Seperti pesan Q.S. 49: 13,

Allah, maka sikap dan tindakan bahwa pluralitas sosial diciptakan

menghina, dan oleh Allah justru untuk menjamin

membenci,

melecehkan salah satu atau beberapa keseimbangan dan keharmonisan

aspek keberagaman, pada hakekatnya dalam kehidupan, di mana manusia

adalah suatu pelecehan bahkan yang berbeda suku bangsa, berbeda

pengingkaran terhadap takdir Allah karakter dan budaya, berbeda

Sang Pencipta keberagaman itu peradaban dan keahlian harus saling

sendiri. Apatah lagi kalau perbedaan kenal dan saling berinteraksi untuk

keberagaman tersebut tujuan saling membantu dan saling

dalam

dijadikan alasan untuk sebuah konflik melengkapi satu sama lain dalam

yang menimbulkan tindak kekerasan suasana pluralitas. Sehingga jadilah

sampai pembunuhan, jelas suatu kehidupan manusia itu bagai simfoni

tindakan yang secara mutlak tidak nan indah, yang terlahir dari harmoni

dibenarkan dalam Islam. bunyi beragam alat musik yang

Islam dan Pluralitas Agama

berbeda-beda. Demikian, perbedaan Dari sekian banyak aspek

dalam perspektif Islam bukan untuk pluralitas, aspek agama adalah yang

saling membandingkan

dan

paling dominan dalam mewarnai membanggakan diri, bukan untuk

hubungan sosial antar manusia dan perselisihan saling maki dan saling

apatah lagi antar umat beragama. caci, melainkan untuk harmoni saling

Adalah kenyataan, bahwa tidak jarang menghormati dan untuk interaksi

konflik sosial berlatarbelakang saling melengkapi.

agama begitu mudah terjadi secara Dalam persepsi teologis Islam,

tiba-tiba dan tidak terduga, dan tidak semua ketentuan dan ciptaan Allah

bisa diprediksi kapan konflik tersebut bisa diprediksi kapan konflik tersebut

panduan bagaimana sosial ganda, fungsi konstruktif dan

berupa

fenomena pluralitas destruktif.

mensikapi

agama. Seiring dengan pengakuan artinya

Disebut

konstruktif,

akan keniscayaan pluralitas sosial, mempersatukan, misalnya, orang-

agama

mampu

perbedaan suku bangsa, keberagaman orang yang berbeda suku dan ras,

bahasa dan budaya, Islam juga yang tidak mempunyai hubungan

mengakui bahwa manusia memiliki pertalian darah, dalam ikatan

dan kecenderungan persaudaraan yang kuat atas nama

potensi

menganut beragam agama. Al- persaudaraan seiman. Sebaliknya,

Qur'an misalnya, menegaskan bahwa disebut destruktif, karena agama juga

Allah dengan kehendak dan bisa menceraiberaikan orang-orang

kekuasaan-Nya dapat membuat yang mempunyai ikatan darah

beriman seluruh manusia, tetapi Allah sekalipun, apatah lagi yang tidak

berkehendak memberikan kebebasan seketurunan, karena perbedaan agama

kepada manusia untuk menentukan (Wach, 1958: 128). Agama berfungsi

sikap dan pilihannya, apakah mau konstruktif ketika suara agama

beriman atau memilih kafir, dan dijadikan alat untuk saling berseru

muslimin dilarang memaksa, apatah menuju kebaikan dan kedamaian

lagi dengan kekerasan, agar seluruh bersama. Sebaliknya, agama bisa

umat manusia mau beriman dan berfungsi destruktif ketika isu agama

Islam, sebagaimana dijadikan alat provokasi yang dapat

memeluk

ditegaskan di dalam ayat-ayat berikut menimbulkan

jikalau Tuhanmu tergantung kepada individu atau

Dan

menghendaki, tentulah beriman kelompok yang memanfaatkannya,

semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu

apakah agama dimanfaatkan untuk (hendak) memaksa manusia

tujuan konstruktif atau destruktif. supaya mereka menjadi orang- orang

yang beriman Kembali kepada Islam, agama

seluruhnya ? (Q.S. 10: 99). wahyu terakhir ini cukup memberikan seluruhnya ? (Q.S. 10: 99). wahyu terakhir ini cukup memberikan

Allah tidak

berkehendak,

prinsip kebebasan ini hanya berlaku manusia

ketika manusia menentukan pilihan komunitas agama, dan pada manusia

bersatu dalam

satu

apakah memilih Islam atau memilih itu ada kecenderungan watak selalu

agama lain, apakah mau beriman atau berbeda dan berselisih paham:

memilih kafir. Namun, ketika seseorang sudah memilih Islam

Dan jikalau

Tuhanmu

menghendaki, niscaya Dia sebagai agamanya, maka tidak ada menjadikan manusia umat yang

lagi kebebasan menentukan sikap satu, tetapi mereka senantiasa

berselih pendapat (Q.S. 11: antara taat dan membangkang, 118).

karena dia sudah terikat dan harus Dalam ayat lain ditegaskan

mengikuti semua ketentuan hukum bahwa kebenaran itu nyata datangnya

dalam Islam (M. Quraish Shihab, dari Allah, terserah kepada manusia 1992: 368). Ketika seorang muslim,

mau beriman atau kafir: misalnya, mengatakan shalat lima waktu dan puasa ramadhan tidak

Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka

wajib atas nama kebebasan, maka ia barangsiapa

telah melecehkan Islam dan pasti (beriman)

mendapat sanksi. Maka penodaan beriman, dan baragsiapa yang

ingin (kafir) biarlah ia atau pelecehan terhadap agama bisa kafir ….(Q.S. 18: 29).

terjadi secara intern oleh umat agama Demikian, dengan kebebasan

itu sendiri maupun secara ekstern oleh yang diberikan oleh Allah, manusia

umat agama lain. berpotensi memilih dan memeluk

Bukti nyata lainnya bagi beragam agama yang berbeda-beda.

pengakuan Islam terhadap fenomena Atas dasar kebebasan ini pula,

pluralitas agama adalah pengakuan manusia

terhadap keberadaan dua agama pertanggungjawaban dan harus siap

pasti

dimintai

agama wahyu menerima konsekuensi di hadapan

samaw i

atau

sebelumnya, yakni Yahudi dan Allah yang berwenang menilai benar

Nasrani, yang tetap eksis sampai tidaknya agama yang dipilih oleh

sekarang dengan umat dan ajarannya sekarang dengan umat dan ajarannya

ini, oleh al-Qur'an, diberi nama khusus dengan sebutan Ahl al-Kitab.

Demikian, dengan kebebasan Menurut pandangan Islam, kedua

memilih yang diberikan oleh Allah, agama wahyu sebelumnya ini adalah

mengakui keniscayaan juga agama tauhid, misi risalah Nabi

Islam

pluralitas agama yang mungkin Musa dan Nabi Isa adalah menyeru

dianut oleh manusia. Namun, pilihan kaumnya agar berakidah tauhidiah.

manusia tentu saja tidak semua benar. Kehadiran Islam, tidak lain, adalah

Dengan kata lain, Islam tidak untuk

mengakui kebenaran semua agama menyempurnakan bangunan agama

menguatkan

dan

yang dipilih oleh manusia. Bagi tauhid sebelumnya tersebut. Maka

Islam, satu-satunya agama yang dakwah Islam kepada Ahl al-Kitab

benar dan diterima oleh Allah adalah adalah mengajak mereka kembali

Islam yang dibawa oleh Nabi kepada dan bersatu dalam akidah

Muhammad SAW. sebagaimana tauhidiah . Apabila ajakan ini ditolak,

ditegaskan oleh ayat: maka permintaan Islam cukuplah ahl

Sesungguhnya agama (yang al-kitab berkenan mengakui dan

diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-

menghormati keberadaan muslimin: orang yang telah diberi al-Kitab

Katakanlah: Hai Ahli Kitab,

sesudah datang marilah (berpegang) kepada

kecuali

pengetahuan kepada mereka, suatu kalimat (ketetapan) yang

karena kedengkian di antara tidak ada perselisihan antara

mereka. Barangsiapa yang kafir kami dan kamu, bahwa tidak

terhadap ayat-ayat Allah, maka kita sembah kecuali Allah dan

sesungguhnya Allah sangat tidak kita persekutukan Dia

cepat hisab-Nya (Q.S. 3: 19). dengan sesuatupun dan tidak

(pula) sebagian kita menjadikan Konsekuensi logisnya, agama sebagian yang lain sebagai

selain agama Islam adalah tertolak tuhan selain Allah. Jika mereka

dan penganutnya dipastikan merugi di berpaling maka katakanlah

kepada mereka: Saksikanlah

nanti. Sebagaimana bahwa kami adalah orang-

akhirat

ditegaskan oleh ayat berikut ini: orang yang berserah diri

Barangsiapa mencari agama sesungguhnya ia telah selain agama Islam, maka

berpegang kepada buhul tali sekali-kali

yang amat kuat yang tidak akan diterima (agama itu) dari

tidaklah

akan

putus. Dan Allah Maha padanya, dan dia kelak di

Mendengar lagi Maha akhirat termasuk orang-orang

Mengetahui (Q.S. 2: 256). yang rugi (Q.S. 3: 85).

Dari prinsip dasar ini muncul Namun Islam, walau tanpa

moto dakwah Islamiah: bahwa mengakui kebenaran agama lain,

kewajiban seorang da'i atau juru tetap mengakui fenomena pluralitas

dakwah hanya sebatas menyampaikan agama dan menghormati komunitas

dan bukan membuat seseorang harus atau umat agama lain, dan siap

menjadi muslim; karena keislaman bekerjasama

mewujudkan

seseorang tergantung pada hidayah kemaslahatan

dan

kedamaian

atau petunjuk Allah bersama pilihan bersama.

bebas seseorang itu sendiri. Moto

Cara dan Etika Dakwah Islam

dakwah yang demikian adalah Pengakuan Islam terhadap

pengejawantahan dari pesan ayat: keniscayaan fenomena pluralitas

Kemudian

jika mereka

kamu (tentang agama bergaris lurus dengan cara

mendebat

Islam), maka dan etika dakwah Islamiah. Seiring

kebenaran

katakanlah: Aku menyerahkan diri kepada Allah dan (demikian

dengan kebebasan yang diberikan

orang-orang yang oleh Allah kepada manusia untuk

pula)

mengikutiku. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah

menentukan sikap antara mau diberi al-Kitab dan kepada beriman atau kafir, memilih Islam

orang-orang yang ummi: Apakah kamu (mau) masuk

atau agama lain, melahirkan prinsip Islam? Jika mereka masuk dakwah Islamiah: “tidak boleh ada

Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan

paksaan dalam memeluk Islam: jika mereka berpaling, maka Tidak ada paksaan untuk

kewajiban kamu hanyalah memeluk Islam; sesungguhnya

menyampaikan (ayat-ayat telah jelas jalan yang benar

Allah). Dan Allah Maha daripada jalan yang sesat.

Melihat akan hamba-hamba- Nya (Q.S. 3: 20).

Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan

Sesungguhnya kamu tidak akan beriman kepada Allah, maka

dapat memberi petunjuk kepada dapat memberi petunjuk kepada

harus dilakukan dengan cara yang kepada

orang

yang

dikehendaki-Nya, dan Allah

tidak boleh memaki lebih mengetahui orang-orang

terbaik,

melainkan hanya boleh beradu yang mau menerima petunjuk

argumentasi. Seperti pesan ayat (Q.S. 28: 56).

berikut ini:

Bagi Islam, iman adalah urusan Serulah (manusia) kepada jalan

akal sehat dan hati yang bersih, tidak Tuhanmu dengan hikmah dan

boleh ada paksaan dan intimidasi. pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara

Cukup sudah bukti-bukti nyata, yang

baik. Sesungguhnya rasional maupun emosional, yang

yang

Tuhanmu Dialah yang lebih dapat dilihat dengan mata kepala atau

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

dengan mata hati, sudah jelas jalan Dialah yang lebih mengetahui

yang benar dan jalan yang sesat. orang-orang yang mendapat Maka mudah bagi manusia yang

petunjuk (Q.S. 16: 125). berakal dan yang mau berpikir untuk

Nasihat yang baik, tutur kata menentukan pilihan kepada agama

yang santun dan lembut dalam yang benar. Oleh sebab itu, sekali

berdakwah adalah sangat penting lagi, Islam tidak membenarkan cara

untuk menjaga keharmonisan, dan paksaan, baik dalam arti paksaan

sebaliknya, cara yang kasar dan secara kasar dengan kekerasan

bahasa yang tidak sopan berpotensi maupun secara halus dengan rayuan.

memancing konflik dan permusuhan. Iman Islami harus diterima dengan

Al-Qur`an juga mengingatkan kesadaran akal dan ketulusan hati,

muslimin agar dalam berdakwah atau bukan karena takut oleh ancaman atau

berdialog dengan umat agama lain intimidasi dan atau tergoda oleh

jangan sekali-kali melecehkan atau rayuan materi.

menghina tuhan yang mereka Bimbingan Islam selanjutnya

sembah, karena hal ini dapat adalah bahwa dakwah Islamiah

menimbulkan reaksi serangan balik seyogianya disampaikan melalui

saling menghina, mereka akan dialog rasional dan dengan tutur kata

membalas menghina Allah dengan yang santun serta lembut, dan setiap

melampaui batas tanpa pengetahuan:

Dan janganlah kamu memaki reaksi spontan yang bisa berujung sembahan-sembahan

yang

pada konflik atau pertikaian. mereka sembah selain Allah,

karena mereka nanti akan Dari cara dan etika dakwah memaki

Islamiah yang telah dikemukakan, melampaui

terlihat dengan gamblang dan terang pengetahuan.

Demikianlah

Kami jadikan setiap umat benderang betapa Islam, dalam misi menganggap baik pekerjaan

dakwahnya, berupaya menutup rapat mereka. Kemudian kepada

Tuhan merekalah kembali setiap celah yang mungkin dapat mereka, lalu Dia memberitakan

memancing konflik antar umat kepada mereka apa yang dahulu

beragama. Bagaimanapun, harus mereka kerjakan (Q.S. 6 : 108).

diakui bahwa konflik antarumat Ayat ini juga memberikan etika beragama sering terjadi karena dakwah bahwa untuk menyatakan diri dakwah atau penyiaran agama yang yang paling baik dan benar tidak tidak bijak, baik dari segi cara harus menuding orang lain sebagai maupun gaya bahasa. yang jelek dan salah. Adalah menjadi

watak alami manusia, bahwa setiap

orang atau kelompok menganggap dan mengakui keyakinannya sebagai

Toleransi Islam

yang paling benar, maka ketika Pengakuan dan sikap Islam sesuatu yang dianggap benar tersebut

terhadap pluralitas, cara dan etika dihina atau dilecehkan oleh orang

dakwah Islamiah seperti yang telah diuraikan, oleh para ahli lazim

lain, kontan menimbulkan reaksi emosional dan serangan balik yang

dikategorikan sebagai toleransi pasti berujung pada konflik. Agama

Islam dalam pluralitas, demi adalah masalah emosi yang paling

mewujudkan misi perdamaian dunia. sensitif bagi penganutnya, maka

Islam, sesuai dengan arti harfiah setiap

namanya, adalah agama cinta damai dirasakan akibat pelecehan oleh pihak

ketersinggungan

yang

dan membawa misi perdamaian tertentu akan sontak menimbulkan

dunia, yang sering diungkapkan dengan bahasa rahmatan lil 'alamin. Lebih dari itu, hanya Islam satu- dunia, yang sering diungkapkan dengan bahasa rahmatan lil 'alamin. Lebih dari itu, hanya Islam satu-

menegaskan bahwa perbedaan sendiri, Islam-salam. Begitu pula,

agama, misalnya antara anak dan hanya terminologi akidah Islam,

orang tua, tidak boleh memutuskan iman , yang mengandung arti aman

hubungan silaturrahim, seorang anak atau damai. Sementara itu, dalam

tetap harus berbuat baik kepada kedua suasana pluralitas dan keberagaman,

orang tuanya dalam konteks perihal apalagi

duniawi, tetapi sang anak harus tegas keharmonisan dan perdamaian sulit

pluralitas

agama,

menolak orang tua yang mengajak bahkan tidak mungkin terwujud

atau akan menjerumuskannya kepada kecuali dengan semangat dan sikap

kemusyrikan:

toleransi. 1 Dan Kami perintahkan kepada Toleransi yang dimaksud adalah

manusia (berbuat baik) kepada sikap tenggang rasa, menghormati,

dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya

dan membiarkan orang lain yang dalam keadaan lemah yang

berbeda untuk hidup dan beraktivitas bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

sesuai dengan status dan kondisi Bersyukurlah kepada-Ku dan

masing-masing. Perbedaan, termasuk kepada dua orang ibu bapakmu, agama, tidak menghalangi interaksi

hanya

kepada-Ku lah kembalimu. Dan jika keduanya

sosial muslimin dengan siapapun memaksamu

untuk juga, sejauh itu membawa kebaikan

mempersekutukan dengan Aku dan kedamaian bagi sesama, dan tidak

sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,

menodai kemurnian akidah Islamiah.

janganlah kamu Perbedaan agama, menurut Islam,

maka

mengikuti

keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia

tidak seyogianya

memutuskan

dengan baik, dan ikutilah jalan hubungan kemanusiaan, apakah itu

orang yang kembali kepada-Ku, hubungan keluarga sedarah maupun

kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku-beritakan

hubungan persaudaraan

secara

Sinkretisme, (2) Rekonsepsi, (3) Sintesa, (4) mewujudkan

1 Selama ini

dalam

upaya

Konversi, dan (5) Agree in disagreement. beragama, demikian Mukti Ali, ada beberapa

kerukunan

antarumat

Lihat A. Mukti Ali (1970: 17-23). sikap dan langkah yang diambil: (1) Lihat A. Mukti Ali (1970: 17-23). sikap dan langkah yang diambil: (1)

menghormati eksistensi agama lain, Khusus dalam konteks toleransi

membiarkan umat lain menjalankan antarumat beragama, di antara contoh

ajaran agama tanpa gangguan dan toleransi Islam yang paling kongkret

Kedua , dalam adalah terhadap umat Yahudi dan

penghadangan.

bertoleransi kebenaran tunggal Islam Kristen, yang disebut Ahl al-Kitab.

dan kemurnian akidah Islamiah harus Islam mengakui kedua agama ini

tetap terpelihara. Maka toleransi sebagai

Islam tidak pernah menuju pada sikap bersumber pada kitab Taurat dan Injil,

agama wahyu,

yang

mengakui kebenaran agama lain dan yang diturunkan kepada Nabi Musa

tidak akan pernah berujung pada dan Nabi Isa. Lebih dari itu, Islam

sikap dan tindakan sinkretisme. Islam menetapkan

tidak pernah mencampurbaurkan kerasulan Nabi Musa dan Nabi Isa,

percaya

kepada

yang haq dan yang bathil, yang benar percaya kepada Taurat dan Injil

dan yang salah. Islam tidak pernah sebagai Kitab Wahyu, adalah bagian

dan membenarkan dari rukun iman dalam Islam. Islam

mentolerir

muslimin ikut melaksanakan ritual juga

agama lain, atau sebaliknya, memakan sembelihan Ahl al-Kitab,

membolehkan

muslimin

mengajak umat lain melaksanakan dan membolehkan seorang muslim

ritual agama Islam. Prinsip menjaga menikahi wanita dari Ahl al-Kitab

kemurnian akidah dan ibadah (Q.S. 5: 5). Bagaimana dengan Ahl al-

Islamiah ini telah ditegaskan oleh Kitab , apakah mereka mengakui

Allah di dalam Q.S. 109: 1-6. kerasulan Muhammad SAW? Apakah

Interaksi dan kerjasama Islam dengan mereka mengakui dan mempercayai

komunitas umat lain hanya sebatas al-Qur'an sebagai wahyu dari Allah?

pada ranah mu'amalah dan sosial, Apakah mereka mengakui Islam

tidak pernah memasuki ranah akidah sebagai Agama Wahyu terakhir?

dan ritual. Maka Islam juga menolak Ada beberapa prinsip toleransi

tegas paham Pluralisme Agama, yang Islam terhadap umat agama lain.

ingin membangun toleransi dan Pertama , toleransi tidak lebih dari

kerukunan antarumat beragama kerukunan antarumat beragama

musyrik Mekah yang antipati dan antara lain, semua agama itu sama,

pernah berbuat kejam terhadap Islam semua agama memiliki kebenaran

dan muslimin dijamin keamanannya relatif, penganut semua agama akan

oleh Rasulullah. Mereka disuruh masuk surga. Adalah betul bahwa

berlindung diri di sekeliling Ka'bah semua agama itu baik, karena semua

atau berlindung di rumah Abu agama mengajarkan moral yang baik

Sofyan, atau berdiam diri di rumah kepada umatnya, tetapi tidak semua

masing-masing, tak setetes darahpun yang baik itu harus dikatakan

tertumpah karena aksi balas dendam “benar”. Agama yang baik dan benar,

Bukankah sejarah menurut keyakinan Islam, hanya satu,

Rasulullah.

mencatat betapa kejamnya perlakuan yakni Islam. Di Indonesia, penolakan

kafir Quraisy terhadap Rasulullah dan muslimin terhadap paham pluralisme

para sahabatnya ketika di Mekah, agama ini direpresentasikan dan

namun Rasulullah dan pasukan ditegaskan oleh Majlis Ulama

muslimin hadir membebaskan Mekah Indonesia (MUI) melalui Fatwanya

tanpa dendam dan amarah. Sebuah nomor 7/2005. Maka toleransi Islam

fenomena toleransi yang tidak pernah hanya sebatas pada sikap agree in

terbayang di benak kaum kafir disagreement, meminjam dan setuju

Quraisy, bahkan oleh nalar politik dengan istilah A. Mukti Ali.

dunia kala itu. Betapa Rasulullah Toleransi Islam ini tidak hanya

tidak melakukan aksi balas dendam tersimpan dalam konsep dan pesan,

dan tidak pula memaksa kafir Quraisy melainkan telah terbukti dalam

memeluk Islam. Mungkin fenomena praktik dan tindakan, yang menjadi

ini dipandang di luar nalar politik teladan dari zaman ke zaman. Adalah

perang yang membenarkan aksi Muhammad Rasulullah SAW. yang

serangan balas dendam. Tetapi itulah menjadi teladan pertama dalam

kebenaran dan ketinggian toleransi aplikasi toleransi Islam. Bagaimana

Islam yang tiada tara bandingnya di misalnya, toleransi Rasulullah pada

dunia.

peristiwa pembebasan kota Mekah,

Begitu pula ketika Rasulullah terhadap orang-orang atau komunitas memegang kekuasaan politik di

yang memulai memerangi muslimin Madinah, penduduk negeri yang

(lihat, antara lain Q.S. 2:1 90-93.) heterogen merasa damai dan aman di

menjadi kesepakatan bawah kepemimpinan dan kekuasaan

Sudah

mayoritas ahli sejarah, bahwa Islam beliau yang memberikan keadilan dan

tersebar dan berkembang dengan kedamaian untuk semua penduduk

damai, bukan dengan pedang. Islam negeri melalui toleransi. Komunitas

diterima dengan suka rela, bukan Yahudi, Nasrani, dan penganut

dengan terpaksa. paganisme diperlakukan dengan baik

Sejarah juga membuktikan, dan secara adil atas nama toleransi,

bahwa kekuasaan politik Islam di tidak ada tindakan deskriminasi.

manapun di belahan bumi ini tidak Piagam Madinah, Shahifat al-

pernah menindas atau berlaku tirani Madinah adalah salah satu bukti

terhadap penduduk atau warga negara otentik sejarah bagi toleransi Islam

yang non muslim dan minoritas. dalam upaya Rasulullah menciptakan

Fenomena Islam di Spanyol adalah kedamaian dan keharmonisan di

fakta sejarah yang tidak bisa tengah-tengah masyarakat plural.

dipungkiri oleh dunia. Selama kurang Demikian pula dalam sejarah

lebih delapan abad kekuasaan dan ekspansi kekuasaan politik Islam

kejayaan politik Islam di bumi yang dilakukan oleh Rasulullah dan

belahan barat ini telah memberikan para sahabat, selalu diawali dengan

kedamaian dan kesejahteraan kepada komunikasi dakwah Islamiah tanpa

seluruh penduduk negeri, tidak paksaan dan kekerasan. Peperangan

terkecuali untuk warga non muslim tidak akan terjadi selama dakwah

minoritas. Tidak pernah terjadi aksi Islamiah diterima dan atau ditolak

pemaksaan oleh penguasa terhadap dengan cara baik-baik, kecuali kalau

non-muslim agar memeluk Islam. Ini dakwah Islamiah dan kehadiran

adalah bukti nyata toleransi Islam dan muslimin dihalangi dan dihadang

muslimin yang tercatat dalam sejarah dengan kekuatan perang. Prinsip

dunia. Namun, kemudian sejarah Islam, tidak ada perang kecuali

dunia juga mencatat bagaimana nasib dunia juga mencatat bagaimana nasib

toleransi dan kerukunan antarumat lain. Betapa muslimin dihadapkan

beragama. Betapa tidak, di negara kepada

yang luas, terdiri dari ribuan pulau, meninggalkan tanah Spanyol atau

dua

ultimatum;

dihuni ratusan suku, dengan menanggalkan Islam alias murtad.

penduduk yang menganut beragam Ketika

agama, tetapi toleransi dan kerukunan meninggalkan Spanyol dan tidak mau

antarumat beragama di negeri ini menanggalkan Islam, maka hanya

tetap terbina dan terpelihara dari masa satu konsekuensi, yakni terbunuh

ke masa.

mati. Sehingga pengalaman tragis dan

toleransi dan sejarah kelam muslimin Spanyol ini

Berbicara

kerukunan umat beragama di menjadi keyakinan di kalangan

Indonesia, maka yang pantas dan muslimin, dan harus dicatat oleh

harus diakui sebagai kata kuncinya dunia, bahwa kekuasaan politik Islam

adalah peranan muslimin yang dan muslimin mayoritas tidak pernah

mayoritas. Adalah kenyataan yang menindas dan bertindak tirani

harus diakui, bahwa terusirnya terhadap penduduk non muslim yang

penjajah dan lahirnya Negara minoritas.

Kesatuan Republik Indonesia adalah muslimin yang minoritas berada di

Sebaliknya,

kalau

lebih merupakan hasil perjuangan dan bawah kekuasaan politik pihak lain,

peran muslimin yang mayoritas, tanpa alamatnya mereka terusir dari

mengesampingkan peran serta tanahnya sendiri atau mati.

perjuangan yang minoritas. Selanjutnya,

Bagaimanapun, hanya Islam yang Indonesia juga harus diakui dan

fenomena

di

menggunakan seruan teologis, jihad, dicatat oleh dunia sebagai bukti nyata

untuk mengusir penjajah dari bumi toleransi Islam. Indonesia adalah

pertiwi ini. Hanya Islam yang negara dengan penduduk muslim

memandang perjuangan mengusir mayoritas dan merupakan negara

penjajah, apatah lagi bangsa non- Islam terbesar di dunia. Dalam waktu

muslim, sebagai jihad fi sabilillah, yang sama, Indonesia diakui oleh

berjuang-perang di jalan Allah.

Dengan gema kalimat takbir, dan paling berjasa dan tidak menuntut dengan semboyan “daripada hidup

balas jasa. Menyadari plularitas bercermin bangkai, lebih baik mati

bangsa yang sedemikian rupa, demi berkalang tanah ”, perjuangan anak

kesatuan dan keutuhan bangsa yang bangsa tidak pernah berakhir

plural, akhirnya para founding sebelum Indonesia merdeka terlahir.

fathers muslim nasionalis legowo Bagi pejuang muslimin, hidup dan

atau berlapang dada menerima mati dalam perjuangan mengusir

Pancasila sebagai kompromi nasional penjajah adalah takdir, mati sebagai

yang rasional. Moto atau semboyan syuhada dan hidup sebagai pahlawan

bangsa Bhinneka Tunggal Ika , bangsa, kemerdekaan adalah berkat

berbeda-beda tetapi tetap satu, yang rahmat Allah Yang Maha Kuasa.

tertulis pada lambang negara Toleransi Islam yang pertama

Indonesia, pantas pula diakui sebagai dan nyata di era Indonesia merdeka

yang diilhami oleh konsep Islam adalah lahirnya Negara Kesatuan

tentang pluralitas yang berakar dari Republik Indonesia yang berdasarkan

tauhid, yang dipahami oleh para Pancasila dan UUD 1945, dengan

founding fathers yang muslim semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

nasionalis tersebut. Paling tidak Betapa tidak, secara demografis dan

dapat dikatakan, moto ini sesuai atau sosio-historis para founding fathers

tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang muslim nasionalis berpotensi

Islam. Maka tidak ada alasan bagi dan bisa saja menuntut serta

muslimin Indonesia, apalagi dengan memperjuangkan

agama, untuk Negara Islam. Bukankah muslimin

pembentukan

alasan

mempermasalahkan atau menolak single majority dan berperan paling

moto persatuan dan kesatuan bangsa besar

dalam

perjuangan

Indonesia ini.

kemerdekaan. Bukankah semangat Selanjutnya, para founding dan keberanian perang mengusir

fathers muslim nasionalis juga ikhlas penjajah diyakini sebagai memenuhi

menyetujui dihapusnya tujuh kata panggilan jihad fi sabilillah. Namun,

yang tercantum di dalam Piagam muslimin tidak ego mengklaim

Jakarta, yang semula disepakati akan Jakarta, yang semula disepakati akan

antarumat beragama. Keberhasilan “dengan kewajiban menjalankan

bangsa Indonesia membangun dan syariat Islam bagi pemeluknya ”.

memelihara toleransi dan kerukunan Penghapusan tujuh kata ini jelas

antarumat beragama ini diakui dan mengurangi

dikagumi oleh bangsa-bangsa dan terhadap eksistensi dan peran politik

pengakuan

bangsa

lain, sehingga nasional

negara-negara

Indonesia dijadikan model bagi muslimin menerima kebijakan politik

muslimin.

Namun,

toleransi dan tersebut tanpa gejolak dan konflik,

pembangunan

kerukunan antarumat beragama di walau ada rasa sedih dan kecewa.

dunia internasional. Bahwa ada Fenomena ini jelas sebagai wujud

bahkan sering terjadi konflik kongkret toleransi muslimin untuk

bernuansa agama tidak dipungkiri dan negara dan bangsa Indonesia yang

itu adalah soal biasa, apalagi hanya plural.

terjadi dalam skala kecil dan lokal Demikian pula di sepanjang era

kesalahpahaman atau mengisi

karena

belaka, dan membangun Indonesia selama 72

dipandang sebagai romantika serta tahun berjalan, toleransi Islam tetap

dinamika kehidupan berbangsa dan ditunjukkan oleh muslimin dalam

bernegara, apatah lagi di Negara

2 Penghapusan tujuh kata ini, tetap dipertahankan. Pada pagi tanggal 18 demikian catatan sejarah, bermula dari

Agustus 1945, sebelum rapat PPKI, Moh. pengaduan seorang opsir Kaigun (angkatan

Hatta mendiskusikan tuntutan tokoh Kristen laut Jepang) kepada Moh. Hatta, yang

dan Protestan Indonesia Timur tersebut menyampaikan bahwa para pemuka Kristen

bersama sejumlah tokoh Islam Ki Bagus dan Katolik dari Indonesia Timur meminta

Hadikusumo,K.H. Wahid Hasyim, Teuku M. tujuh kata tersebut dihilangkan, karena dinilai

Kasman Singodimedjo. deskriminatif terhadap kelompok non-

Hasan,

dan

Akhirnya, walau dengan rasa berat dan muslim. Sebenarnya Moh. Hatta tidak terlalu

terpaksa, mereka setuju penghapusan tujuh serius menanggapi pengaduan ini, karena

kata tersebut, demi keutuhan NKRI yang baru menurut beliau ini bukan deskriminatif, dan

sehari merdeka. Peristiwa penghapusan tujuh lagi pula, tokoh non-muslim A.A. Maramis

kata ini jelas sebuah keputusan politik yang ikut dalam perumusan Piagam Jakarta.

bernuansa agamis, karena yang mengajukan Namun, opsir Kaigun bersikukuh dan

tuntutan adalah komunitas agamis tertentu. memastikan pemuka agama Kristen dan

Ini, sekali lagi, jelas salah satu bentuk Protestan mengancam tidak akan bergabung

toleransi muslimin yang luar biasa untuk dengan NKRI, apabila tujuh kata tersebut

bangsa dan Negara Indonesia.

Indonesia yang luas, plural, multi yang minoritas, sepanjang yang etnik, dan kultural.

minoritas mau bertoleransi dan Yang pasti, sampai setakat ini

menghormati Islam dan muslimin toleransi dan kerukunan antarumat

yang mayoritas.

beragama di Indonesia terus terbina Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku

dan terpelihara sedemikian rupa. adil terhadap orang-orang yang

Persatuan dan kesatuan bangsa tiada memerangi kamu karena agama dan tidak (pula)

Indonesia terus terbina dan tetap mengusir kamu dari negerimu.

terjaga di bawah moto Bhinneka Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil .

Tunggal Ika. Inilah salah satu (Q.S. 60: 8).

kebanggaan Indonesia yang menjadi Bagi Islam, semua warga negara

kekaguman dunia. Mungkin muncul sama kedudukannya di mata hukum,

pertanyaan, kenapa di Indonesia, sama haknya untuk mendapatkan

yang penduduknya sangat beragam, keadilan, dan sama kewajibannya

multi etnis dan memeluk beragam terhadap Negara. Bagi Islam, hukum

agama, toleransi dan kerukunan harus ditegakkan dan keadilan wajib

antarumat beragama terus tumbuh diberikan kepada semua warga tanpa

dan terpelihara sedemikian rupa? tebang pilih, tanpa memandang suku

Jawabnya, barangkali

karena

dan agama. Sebaliknya, menurut muslimin mayoritas. Pertanyaan

Islam, adalah zhalim apabila sebaliknya,

bagaimana

kalau

kebencian terhadap suatu kaum muslimin yang menjadi minoritas,

membuat seseorang berlaku tidak apakah toleransi dan kerukunan umat

adil.

beragama di Indonesia tetap terjalin Hai orang-orang yang beriman

dan terjamin?

kamu menjadi Demikian, sejarah Islam masa

hendaklah

orang-orang yang selalu lalu di Spanyol dan masa kini di

menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan

Indonesia membuktikan

bahwa

adil. Dan janganlah sekali-kali kekuasaan politik Islam dan muslimin

kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk

mayoritas selamanya mengayomi berlaku tidak adil. Berlaku

dan melindungi warga non-muslim adillah, karena adil itu lebih dan melindungi warga non-muslim adillah, karena adil itu lebih

terhadap Islam dan muslimin. sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu

Kesimpulan

kerjakan (Q.S. 5: 8). Islam meyakini fenomena

Sampai di sini telah jelas, pluralitas sosial sebuah keniscayaan

bahwa toleransi tersebut harus dua sebagai sunnatullah, ketentuan

arah. Yang mayoritas mengayomi dan hukum Allah. Pluralitas bukan

melindungi yang minoritas, dan ciptaan dan pilihan manusia, tetapi

sebaliknya, yang minoritas harus salah satu wujud dari sekian banyak

menghormati dan menghargai yang

kekuasaan dan mayoritas. Yang terkesan selama ini,

tanda-tanda

keagungan Allah Sang Maha khususnya di Indonesia, hanya

Pencipta. Maka pluralitas harus muslimin mayoritas yang dituntut

dipahami berdasarkan perspektif harus bertoleransi, sementara yang

tauhid, bahwa manusia yang plural minoritas terus menuntut hak harus

atau hoterogen itu pada hakekatnya diayomi tanpa peduli terhadap

adalah satu, sama-sama sebagai keharusan bertoleransi. Sehingga

makhluk atau ciptaan Allah. setiap ada kasus konflik antarumat

Pluralitas perspektif Islam adalah beragama, muslimin mayoritas yang

untuk interaksi dan sinergi. Maka selalu terduduh intoleran, sementara

semua manusia adalah setara dan yang minoritas dianggap sebagai

bersaudara satu sama lain, harus korban. Padahal sangat mungkin

bersatu dalam persaudaraan dan konflik tersebut dimulai dan dipicu

perdamaian, saling melengkapi dan oleh minoritas, dan reaksi muslimin

saling membantu dalam kekurangan. mayoritas harus dianggap sebagai

Oleh sebab itu, Islam tidak pembelajaran bagi yang minoritas,

membenarkan tindakan demi pembangunan toleransi itu

pernah

memicu konflik sosial atas nama sendiri. Maka, perlu ditegaskan lagi,

perbedaan dalam pluralitas, apatah toleransi haruslah berjalan dua arah,

lagi memanfaatkan agama. Islam bahwa

toleransi Islam harus tidak pernah menghasut dan

menyetujui umatnya menggunakan menyetujui umatnya menggunakan

tingkah laku manusia modern. konflik di tengah-tengah masyarakat.

Termasuk di Indonesia, watak dan Ketika ada oknum individu atau

mental primordialisme ini sering kelompok muslimin menggunakan

muncul ke permukaan di saat-saat isu SARA untuk memicu dan

perhelatan politik, seperti event melegitimasi konflik, dapat dikatakan

pemilihan presiden (pilpres) dan karena dua kemungkinan. Pertama,

pemilihan kepala daerah (pilkada). sangat mungkin karena mereka tidak

Primordialisme ini juga berpotensi memahami pandangan Islam tentang

konflik yang dapat pluralitas. Kedua, sangat mungkin

memicu

mengganggu persatuan dan kesatuan pemicu konflik berbau SARA

suatu bangsa, termasuk di Indonesia. tersebut adalah pihak lain, dan

agama yang tindakan muslimin hanya sebagai

Sebagai

menjunjung tinggi nilai kemanusiaan reaksi. Dalam kasus pihak lain yang

dan membawa misi perdamaian memicu konflik, misalnya, dengan

semesta, rahmatan lil 'alamin, Islam menghina atau menista Islam atau

adalah anti dan mengutuk tindak melecehkan muslimin, maka reaksi

kekerasan seperti yang biasa muslimin adalah menjadi benar dalam

dilakukan oleh kelompok radikalisme konteks kewajiban mereka ber-jihad

dan terorisme. Bagaimana Islam bisa membela marwah Islam. Muslimin

membenarkan radikalisme yang pasti bangkit atas nama jihad ketika

ingin melakukan perubahan radikal Islam dihina dan dinista oleh siapapun

dengan cara kekerasan bahkan juga.

Maka jangan salahkan mengkafirkan dan menghalalkan

muslimin, tetapi salahkan dan darah sesama muslim? Bagaimana

peringatkan mereka yang melecehkan Islam dapat membenarkan terorisme

akidah Islam. yang biasa melakukan teror dengan

Seiring dengan pengakuan pembunuhan massal terhadap orang-

terhadap pluralitas, maka Islam juga orang yang tidak berdosa, bahkan

tidak pernah merestui

watak

terhadap muslimin yang sedang primordialisme, yang sampai saat ini

menjalankan ibadah? Adalah betul, menjalankan ibadah? Adalah betul,

dan dari komunitas apapun jua, ada dan teroris, tetapi itu bukan aplikasi

yang mengatasnamakan komunitas atau

suatu agama dan ada pula yang melainkan

presentasi ajaran

Islam,

mengatasnamakan ideologi non bertentangan dengan dan dikutuk oleh

tindakan

tersebut

agama. Oknum penganut semua Islam. Jargon dan simbol-simbol

agama dan penganut semua ideologi Islam yang mereka gunakan dalam

bisa saja menjadi radikalis dan teroris. setiap provokasi dan aksi tidak lain

Oleh sebab itu, jangan radikalisme hanya taktik untuk meraih legitimasi

dan terorisme dijadikan barometer belaka demi meraih simpati dari

untuk menyebut dan menilai Islam, muslimin yang kurang atau keliru

tetapi sebaliknya, justru Islam yang memahami ajaran Islam.

harus menilai sikap dan perilaku Selain daripada itu, radikalisme

radikalisme dan terorisme. Islam jauh dan terorisme adalah fenomena

dari radikalisme dan terorisme, dan universal, selalu ada di berbagai

karenanya radikalisme dan terorisme komunitas atau umat agama apapun

bukan bagian dari Islam. dan di manapun jua. Bukankah

Demikian, pluralitas sosial terorisme dunia muncul pertama kali

perspektif Islam adalah untuk di Eropa menjelang Revolusi

interaksi dan sinergi, saling berbagi Prancis? Bukankah terorisme muncul

dan saling melengkapi. Demikian di dunia Islam baru beberapa

pula tentang pluralitas agama, Islam dasawarsa terakhir, terutama sejak

sikap saling munculnya organisasi muslimin garis

mengajarkan

menghormati dan saling menghargai keras seperti al-Qaida, ISIS, dan

melalui toleransi. Maka Islam tidak kelompok muslim radikalis lainnya.

pernah mentolerir tindakan Padahal gerakan yang disebut terakhir

memanfaatkan isu pluralitas atau isu ini muncul oleh motif politik dan

SARA untuk memicu konflik antar ekonomi, hanya saja mereka

sesama, apatah lagi antar umat menggunakan suara agama untuk

beragama.

sebuah legitimasi. Radikalisme dan sebuah legitimasi. Radikalisme dan

Daftar Kepustakaan

'Araby. M. Natsir. (1980). Mencari Modus